Sie sind auf Seite 1von 19

AKUNTANSI MANAJEMEN

KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen Pengampu : Aisha Hanif, SA., Ak., M.Acc.

Nama Kelompok :

1. Muhammad Rizal Rozikin (172010200256)


2. Dian Siska Pratiwi (172010200272)
3. M. Faiz Al-Fadhoni (172010200284)
4. Rivera Purwitasari (172010200292)
5. Chindy Ayu Fatikhah (172010200265)

MANAJEMEN 4/ A4

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Konsep
Dasar Akuntansi Manajemen, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.

Sidoarjo, 19 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

A. Pengertian Biaya ..................................................................................................... 2


B. Pengertian Objek Biaya .......................................................................................... 2
C. Keakuratan Pembebanan ......................................................................................... 3
D. Harga Pokok Produk dan Jasa................................................................................. 6
E. Sistem Akuntansi Manajemen (FBM vs ABM)...................................................... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 15

A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengoperasikan sebuah organisasi yang kompleks (besar dan rumit) dengan
efisien dan efektif, manajemen membutuhkan informasi terinci tentang operasi perusahaan.
Seperti berapa jumlah bahan yang harus disediakan, darimana bahan diperoleh, berapa
jumlah peralatan yang terpakai, berapa karyawan yang layak dipekerjakan, dll.

Semua persoalan tersebut akan bisa diatasi oleh manajemen apabila manajemen
memperoleh informasi yang tepat untuk digunakan sebagai dasar kebijakannya. Artinya
manajemen harus memperoleh informasi tentang masukan dan keluaran operasi atau
perusahaan untuk dasar operasinya. Tanpa informasi tentang masukan dan keluaran, maka
tidak mungkin manajemen dapat mengambil keputusan dengan tepat.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan sistem informasi yang memadai. Yaitu sistem
informasi untuk perencanaan, pengelolaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Sistem
informasi yang berhubungan dengan masalah akuntansi atau keuangan merupakan tugas dan
tanggung jawab dari akuntan manajemen, dan sistem informasi yang berhubungan dengan
akuntansi tersebut disebut Akuntansi Manajemen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembebanan biaya dengan penelusuran langsung ?
2. Bagaimana pembebanan biaya dengan penulusan bergerak ?
3. Bagaimana pembebanan biaya dengan metode alokasi ?
4. Jelaskan harga pokok produksi dan jasa ?
5. Apa yang dimaksud dengan sistem akuntansi manajemen FBM dan ABM ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan pembebanan biaya dengan penelusuran langsung
2. Dapat menjelaskan pembebanan biaya dengan penelusuran bergerak
3. Dapat menjelaskan pembebanan biaya dengan metode alokasi
4. Dapat menjelaskan harga pokok produksi dan jasa
5. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud sistem akuntansi manajemen FBM dan
ABM

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi
organisasi.
Biaya dikatakan sebagai setara kas karena sumber nonkas dapat ditukar
dengan barang atau jasa yang diinginkan. Seperti contoh, menukar peralatan dengan
bahan yang digunakan untuk produksi. Biaya bisa dianggap sebagai ukuran dolar dari
sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya
yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu berarti membuat perusahaan
menjadi lebih efisien. Akan tetapi, biaya harus dikelola secara strategis. Sebagai
contoh, manajer harus memiliki tujuan menyediakan nilai bagi pelanggan yang sama
besar (atau yang lebih besar) dengan biaya yang lebih rendah dari para pesaingnya.
Dengan cara ini, posisi strategis perusahaan akan naik dan keunggulan kompetitif
akan tercipta.
Manajer juga harus memahami apa yang dimaksud dengan biaya peluang
(Opportunity Cost). Biaya peluang adalah manfaat yang dikorbankan ketika salah satu
alternatif dipilih dari alternatif lainnya. Jika suatu keputusan sudah dibuat untuk
melaksanakan salah satu alternatif, maka manfaat alternatif-alternatif lainnya akan
lepas dari tangan. Manfaat yang lepas karena ditolaknya pilihan yang lain disebut
biaya kesempatan atau opportunity cost dari pilihan yang telah dibuat itu. Karena
biaya kesemoatan itu tidak benar-benar dikeluarkan, maka tidak dicatat dalam
pembukuan. Namun biaya ini merupakan biaya yang relevan untuk pengambilan
keputusan, dan harus dipertimbangkan didalam mengevaliasikan sesuatu alternatif
yang dihadapi.

B. Objek Biaya

Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya pada
entitas yang disebut sebagai objek biaya. Objek biaya dapat berupa apa pun, seperti produk,
pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan lain-lain yang digunakan untuk mengukur dan
membebankan biaya.

Sebagai contoh, jika Blue Ribbon Baking ingin menentukan biaya penambahan kue kopi
mini, maka objek biayanya adalah lini kue tart kopi mini. Jika sebuah rumah sakit ingin
menetapkan biaya unit operasi, maka objek biayanya adalah unit operasi. Jika sebuah pabrik
mainan ingin menetapkan biaya pengembangan mainan baru, maka objek biayanya adalah
proyek pengembangan mainan baru.

2
Beberapa tahun terakhir, aktivitas muncul sebagai objek biaya yang penting. Aktivitas
adalah unit dasar dari kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi dan dapat juga
dideskripsikan sebagai sebagai kumpulan tindakan dala suatu organisasi yang berguna bagi
para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Aktivitas tidak hanya bertindak sebagai objek biaya, tetapi juga berperan utama dalam
pembebanan biaya untuk objek biaya lainnya.

Objek biaya (Cost Object) adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau
unit organisasi dimana biaya dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen tertentu.

C. Keakuratan Pembebanan

Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya sangatlah penting. Keakuratan tidak
dievaluasi berdasarkan pengetahuan tentang biaya yang “sebenarnya”. Keakuratan adalah
suatu konsep yang relative dan harus dilakukan secara wajar dan logis terhadap penggunaan
metode pembebanan biaya. Tujuannya adalah engukur dan membebankan biaya dari sumber
daya yang dikonsumsi objek biaya sebaik mungkin. Intuisi dan anggapan umu diekspresikan
sebagai berikut : “Lebih baik menjadi kurang lebih benar daripada menjadi sangat tidak
akurat”.

1. Ketertelusuran (traceability)

Hubungan antara biaya dan objek biaya harus digali untuk membantu meningkatkan
keakuratan pembebanan biaya. Biaya dapat berkaitan dengan objek biaya secara langsung
atau tidak langsung. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat
ditelusuri dengan mudah dan akurat sebagai ibjek biaya. “ditelusuri dengan mudah” berarti
biaya dapat dibebankan dengan cara yang layak secara ekonomi, sedangkan “ditelusurui
dengan akurat” berarti biaya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan sebab-akibat.
Jadi, keterlusuran adalah kemampuan membebankan biaya pada objek biaya dengan cara
yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab-akibat. Semakin besar biaya yang
dapat ditelusuri pada objeknya, semakin akurat pembebanan biayanya. Keterlusuran adalah
unsure utama dalam pengembangan pembebanan biaya yang akurat.

Suatu jenis biaya tertentu mungkin saja digolongkan, baik sebagai biaya langsung aupun
biaya tidak langsung. System akuntansi manajemen umumnya berurusan dengan banyak
objek biaya. Semua bergantung pada objek biaya yang menjadi acuan. Sebagai contoh, jika
rumah sakit merupakan objek biaya, maka biaya pemanas dan pendingin ruang rumah sakit
adalah biaya langsung. Akan tetapi, jika objek biayanya adalah produk yang dihasilkan oleh
rumah sakit tersebut, maka biaya utilitas ini merupakan biaya tidak langsung.

3
2. Metode Penelusuran

Keterlusuran berarti biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat, sedangkan
Penelusuran (tracing) berarti pembebanan actual biaya pada objek biaya dengan
menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikomsumsi oleh objek
biaya.

Penelusuran baiaya pada objek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut
ini :

a. Pembebanan Biaya Penelusuran Langsung ( Direct Tracing)

Penelusuran langsung ( direct tracing) adalah suatu proses pengidentifikasian dan


pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu objek. Penelusuran
ini paling sering dikerjakan melalui pengamatan secara fisik. Contoh Ryan Chesser, seorang
mahasiswa yang sering mengunjungi Hideaway, sebuah retoran pizza di luar kampus. Ia
membeli sepotong pizza, selada, dan minuman ukuran sedang dengan biaya $6,50 setiap hari.
Objek biaya adalah makan siang Ryan Chesser. Melalui pengamatan tentang makanan dan
minuman yang dikomsumsinya kita dapat membebankan biaya $6,50. Biaya makan siang
tersebut dapat ditelusuri secara langsung kepada Ryan. Sebagai contoh kedua, misalkan objek
biaya adalah sebuah produk : sepeda. Produk tersebut menggunakan bahan baku dan tenaga
kerja. Mengamati jumlah roda dan bagian lainnya, serta jam tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk memproduksi setiap sepeda merupakan hal yang mudah. Penggunaan bahan baku dan
tenaga kerja dapat diamati secara fisik sehingga biayanya dapat dibebankan langsung pada
sepeda tersebut. Idealnya, semua biaya harus dibebankan pada objek biaya dengan
menggunakan penelusuran langsung. Sayangnya, objek biaya kerap bukan merupakan
pengguna sumber daya satu-satunya. Dalam kasus ini, kita menggunakan penelusuran
penggerak dalam membebankan biaya.

b. Pembebanan Biaya Penelusuran Penggerak ( Driver Tracing)

Penelusuran penggerak (driver tracing) adalah penggunaan penggerak untuk


membebankan biaya pada objek biaya. Di dalam konteks pembebanan biaya, penggerak
adalah factor penyebab yang dapat diamati dan factor penyebab yang mengukur komsumsi
sumber daya objek biaya. Oleh sebab itu, penggerak adalah factor yang menyebabkan
perubahan dalam penggunaan sumber daya dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan
biaya yang berhubungan dengan objek biaya. Sebagai contoh, Ryan Chesser dan temannya
yang bernama Shana parker makan siang bersama. Shana dan Ryan sepakat untuk berbagi
biaya makan siang. Mereka memesan pizza ukuran sedang (terbagi menjadi sepuluh potong)
seharga $9, satu gelas besar root beer seharga $2 (dengan isi untuk lima gelas), dan Shana
memesan sepiring kecil selada seharga $1. Berapa biaya yang harus dibebankan per orang?
Perhatikan bahwa pizza dan root beer dibagi untuk berdua, sedangkan selada adalah “sumber
daya” yang hanya digunakan oleh Shana.

4
Jadi, biaya selada dibebankan melalui penelusuran langsung ($1 untuk Shana dan $0
untuk Ryan). Untuk membebankan biaya pizza dan root beer, dipilihlah penggerak : potongan
pizza dan dan gelas root beer. Suatu tariff dihitung per unit sumber daya (sebagaimana diukur
oleh penggerak) ; $0,90 per potong pizza ($9/10) dan $0,40 per gelas root beer($2/5).
Kemudian, penggunaan penggerak diamati untuk setiap orang (objek biaya). Anggaplah Ryan
memakan tujuh potong pizza dan meminum tiga gelas root beer, sedangkan Shana
mengonsumsi julah sisanya. Jadi, biaya per orang dihitung sebagai berikut.

Keterangan Shana Ryan


Selada (Penelusuran Langsung ) $ 1,00 $ 0,00
Pizza (Penelusuran Bergerak) :
$ 0,90 x 3 potong 2,70 -
$ 0,90 x 7 potong - 6,30
Root bear (Penelusuran Bergerak) :
$ 0,40 x 2 gelas 0,80 -
$ 0,40 x 3 gelas - 1,20
Total $ 4,50 $ 7,50

Contoh sederhana dari pembagian pizza ini dapat diperluas dalam latar bisnis yang
lebih rumit. Inspeksi atas produk mungkin dapat berupa “piza” yang dibagi secara tepat oleh
instrument pemisahan yang diproduksi dalam pabrik. Biaya inspeksi dapat dibebankan pada
instrumen individual (objek biaya) dengan menggunakan jumlah jam inspeksi(“potongan
piza”) yang dikonsumsi oleh setiap jenis instrumen. Sebagai contoh kedua, pertimbangkan
biaya dari pemantau jantung yang digunakan pasien penyakit jantung (objek biaya).
Pemantau jantung adalah “pizza”, dan jam pemantauan yang digunakan dapat menjadi
“potongan pizza” yang dipilih untuk membebankan biaya pada penderita penyakit jantung.
Jadi, prinsip penelusuran yang dijelaskan pada contoh pizza dapat dihubungkan langsung
dengan proses perhitungan biaya dalam lingkungan bisnis sesungguhnya.

Penelusuran penggerak biasanya kurang akurat dibandingkan penelusuran langsung.


Akan tetapi, jika hubungan sebab-akibatnya kuat, maka tingkat keakuratannya yang lebih
tinggi dapat diperkirakan. Sebagai contoh, pertimbangkan penggeraknya adalah jumlah
potongan pizza. Anggaplah ukuran potongan tersebut tidak benar-benar sama dan Shana
memilih memakan tiga potongan yang lebih kecil. Jadi, biaya pizza sebenarnya kurang dari
$2,70. Walaupun demikian, jika perbedaan ukuran potongan pizza tidak terlalu besar, biaya
tersebut masih bias dikatakan akurat. Hal ini mengilustrasikan pentingnya memilih,
menspesifikasikan, dan mengukur penggerak. Penelusuran penggerak dapat menghasilkan
pembebanan biaya yang kurang akurat daripada penelusuran langsung. Perhatian yang lebih
penting adalah situasi saat objek biaya bukan merupakan pemakai sumber daya satu-satunya,
dan tidak ada hubungan sebab-akibat yang dapat ditetapkan (atau adanya kendala biaya jika
menggunakan hubungan sebab-akibat).

5
3. Membebankan Biaya Tidak Langsung (Alokasi)

Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan pada objek-objek
biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung maupun penggerak.

Hal ini berarti tidak ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan objek biaya., atau
penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomi. Pembebanan biaya tidak langsung pada
objek biaya disebut alokasi. Karena tidak terdapat hubungan sebab-akibat, pengalokasian
biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.
Sebagai contoh, anggaplah Blue Ribbon Baking Company memasang lini kue tart kopi mini
di gedung pabriknya yang sekarang. Pertimbangkan biaya pemanasan dan penerangan
ruangan pabrik yang memproduksi dua produk yang berbeda. Misalnya, biaya untilitas
dibebebankan pada kedua lini produk. Dalam hal ini, sudah jelas bahwa hubungan sebab-
akibat tentu sulit dilihat. Cara mudah untuk pengalokasian biaya adalah hanya dengan
membebankannya secara proporsional pada jam tenaga kerja langsung yang digunakan setiap
produk. Pembebanan biaya tidak langsung yang digunakan setiap produk. Pembebanan biaya
tidak langsung pada objek biaya secara arbitrer mengurangi keakuratan pembebanan biaya
secara keseluruhan. Oleh sebab ini, kebijakan perhitungan biaya yang terbaik mungkin hanya
membebankan biaya (yang ditelusuri), langsung pada objek biaya. Akan tetapi, alokasi biaya
tidak langsung mungkin bermanfaat untuk tujuan lain di samping keakuratan. Sebagai
contoh, pengalokasian biaya tidak langsung pada produk (objek biaya) mungkin dibutuhkan
untuk memenuhi peraturan pelaporan eksternal. Walaupun demikian, manfaat manajerial dari
pembebanan biaya umumnya lebih baik dalam hal keakuratan. Jadi, paling tidak, penelusuran
dan alokasi pembebanan biaya sebaiknya dilaporkan secara terpisah.

D. Harga Pokok Produk dan Jasa

Keluaran (output) organisasi merupakan salah satu objek biaya terpenting. Ada dua
jenis keluaran, yaitu produk berwujud dan jasa. Produk berwujud (tangible product) adalah
barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga kerja dan
masukan (input), modal, seperti prabrik, lahan, dan mesin. Televisi, hamburger, mobil,
komputer, pakaian, dan perabotan adalah contoh produk berwujud. Jasa adalah tugas atau
aktivitas yang dilakukan untuk pelanggan atau aktivitas yang dijalankan oleh pelanggan
dengan menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Jasa juga diproduksi dengan
menggunakan bahan, tenaga kerja, dan masukan modal. Perlindungan asuransi, perawatan
kesehatan, perawatan gigi, jasa pemekaman, dan akuntansi adalah contoh berbagai aktivitas
jasa yagn dilakukan untuk pelanggan.

Jasa berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting: tidak berwujud
(intangibility), tidak tahan lama (perishability), tidak dapat dipisahkan (inseparabaility), dan
tidak selalu sama (heterogenity).

6
1. Tidak berwujud berarati pembeli jasa tidak dapat melihat, merasakan, mendengar,
atau mencicipi suatu jasa sebelum jasa tersebut dibeli, jadi, jasa adalah produk tidak
berwujud.
2. Tidak tahan lama berarti jasa tidak dapat disimpan untuk kegunaan masa depan oleh
pelanggan ada beberapa kasus yang tidak umum, yaitu saat barang-barang berwujud
tidak dapat disimpan, tetapi harus dikonsumsi saat diadakan. Meskipun jasa tidak
dapat disimpan, beberapa jasa seperti operasi pelastik memberi pengaruh jangka
panjang dan tidak perlu diulangi oleh pelanggan tersebut. Jasa lainya memberi
pengaruh jangka pendek dan menciptakan pelanggan setia. Contoh jasa yang berulang
adalah jasa rekening giro, dan jasa penjagaan rumah, dan binatu.
3. Tidak dapat dipisahkan berarti produsen dan pembeli jasa biasanya harus melakukan
kontak langsung saat terjadi pertukaran. Akibatnya jasa kerap tidak dapat dipisahkan
dari produsennya. Akan tetapi, produsen produk berwujud tidak melakukan langsung
dengan pembeli produk mereka.
4. Tidak selalu sama berarti terdapat peluang variasi yang lebih besar pada
penyelenggaraan jasa daripada produksi produk. Penyelenggara jasa bisa saja
dipengaruhi oleh pekerjaan yang dilakukan, bantuan individu lainnya yang bekerja
dengan mereka, pendidikan dan pengalaman mereka, sektor-sektor pribadi seperti
kehidupan rumah tangga. Faktor-faktor ini membuat penyelenggaraan tingkat jasa
yang konsisten menjadi sulit.

Pengukuran produktivitas dan kualitas pada perusahaan juga harus dilakukan secara terus-
menerus dan sensitif terhadap faktor-faktor tersebut. Perbedaan ini memengaruhi jenis
informasi yang diperlukan untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

Organisasi yang membuat produk berwujud disebut organisasi manufaktur. Organisasi


yang memproduksi produk tidak berwujud disebut organisasi jasa. Manajer dari kedua jenis
organisasi ini perlu mengetahui besar biaya setiap produk.

Harga pokok produk yang akurat adalah penting untuk analisis profabilitas dan keputusan
strategis yang berkenaan dengan desain produk, penetapan harga, dan bauran produk. Biaya
setiap produk berlaku untuk produk berwujud dan tidak berwujud. Jadi, harga pokok produk
mengacu pada produk berwujud dan tidak berwujud.

1. Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda

Harga pokok produk (product cost) adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan
manajerial yang spesifik. Arti “harga pokok produk” bergantung pada tujuan manajerial
yang sedang berusaha dicapai. Hal ini mengilustrasikan prinsip manajemen biaya yang
findamental, yaitu “biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda”. Rantai nilai internal
perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk mendesain, mengembangkan,
memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk.

7
Rantai nilai harga pokok diperoleh dengan membebankan biaya dari berbagai aktivitas
yang mendefenisikan rantai nilai, kemudian membebankan biaya dari berbagai aktivitas itu
pada produk. Jadi hanya aktivitas operasional dalam rantai nilai (produksi, pemasaran, dan
layanan pelanggan) ang penting, dan pembebanan biaya aktivitas pada produk
mendefenisikan harga pokok produk operasional.

2. Harga pokok produk dan pelaporan keuangan Eksternal

Salah satu tujuan utama manajemen biaya adalah perhitungan harga pokok produk
untuk pelaporan keuangan eksternal. Dalam perhitungan harag pokok produk, konvesi yang
berlaku secara eksternal menyatakan biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau
fungsi yang hendak dicapai. Biaya dikelompokan dalam dua kategori fungsional utama:
produksi dan non produksi: biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan
barang dan penyediaan jasa. Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi
desain pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum.

Biaya non produksi dapat dibagi dalam kategori umum: biaya penjualan yang
mencakup biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggan; pembiayan administrasi yang
mencakup biaya desain, pengembangan dan administrasi umum.

Untuk barang berwujud, biaya produksi dan non produksi ering disebut sebagai biaya
manufaktur dan non manufaktur.

Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan langsung, tenaga
kerja langsung, over head. Dalam pelaporan keuangan eksternal, hanya ketiga elemen biaya
ini yang dapat dibebankan pada produk.

a. Bahan Langsung

Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau
jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk
karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang
dikonsumsi setiap produk bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang
digunakan dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung.
Sebagai contoh, besi pada mobil, kayu pada perabotan, alkohol pada parfum, kain pada
jeans, kawat untuk operasi, peti mati untuk jasa penguburan, dan makanan pada
perusahaan penerbangan semuanya merupakan bahan langsung.

8
b. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada
barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan
secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang terlibat dalam
memproduksi suatu produk atau jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi
produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja
langsung.

c. Over Head

Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokan
dalam satu kategori yang disebut overhead. Pada perusahaan manufaktur, overhead juga
dikenal sebagai beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur (manufacturing
overhead). Kategori biaya overhead memuat berbagai hal. Selain bahan langsung dan
tenaga kerja langsung, banyak masukan diperlukan untuk membuat produk.

Bahan langsung yang merupakan bagian tidak signifikan dari produk jadi umumnya
dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung hal ini
dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran lebih besar dibandingkan
dengan manfaat dari peningkatan keakuratan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasa juga
dibebankan pada overhead. Dasar pemikirannya adalah tidak semua operasi produksi tertentu
secara khusus dapat diidentifikasi sebagai penyebeb lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur
adalah hal yang umum bagi semua operasi produksi sehingga merupakan biaya manufaktur
tidak langsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Overhead Pabrik merupakan semua biaya-
biaya diluar biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang sulit ditelusuri atau
diidentifikasi dalam produk akhir.

Sebagai contoh :

d. Biaya utama dan Konversi

Kombinasi dari berbagai biaya produksi mengarah pada konsep biaya konversi dan biaya
utama. Biaya utama (prine cost) adalah jumlah dari biaya bahan langsung dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya konversi (covertion cost) adalah jumlah dari biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead. Untuk perusahaan manufaktur, biaya konversi bisa
diinterpretasikan sebagai biaya untuk mengonversi bahan baku menjadi produk akhir.

9
e. Biaya penjualan dan Administrasi

Biaya nonproduksi terdiri atas dua kategori umum: biaya penjualan dan biaya
administrasi. Untuk pelaporan keuangan eksternal,biaya penjualan dan administrasi disebut
biaya yang tidak dapat diinventarisasi ataubiaya periode. Biaya yang tidak dapat
diinventarisasi dibebankan dalam periode waktu terjadinya. Jadi, biaya-biaya ini tidak ada
satupun yang dapat dibebankan pada produk atau muncul sebagai bagian dari nilai persediaan
yang dilaporkan pada neraca.

Biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan,mendistribusikan, dan melayani produk


atau jasa merupakan biaya pemasaran (penjualan). Biaya ini sering disebut sebagai biaya
mendapatkan pesanan (order getting cost) dan biaya memenuhi pesanan (order filling cost).

Seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian,pengembangan dan administrasi umum


pada organisasi yang tidak dapat dibebankan pada pemasaran ataupun
produksi,dikelompokkan sebagai biaya administrasi. Administrasi umum bertanggung jawab
dalam memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi
perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi. Biaya administrasi umum meliputi semua
biaya dalam rangka melaksanakan fungsi administrasi dan umum yaitu biaya dalam rangka
penentuan strategi dan kebijakkan, pengarahan, dan pengendalian kegiatan agar berdaya guna
dan berhasil guna.

f. Laporan Keuangan Eksternal

Demi memenuhi kebutuhan pelaporan eksternal,biaya-biaya diklasifikasikan berdasarkan


fungsi. Ketika menyusun laporan laba rugi,biaya produksi dipisahkan dari biaya penjualan
dan administrasi. Hal ini dilakukan karena biaya produksi dipandang sebagai harga pokok
produk,sedangkan biaya penjualan dan administrasi dipandang sebagai biaya periode.
Jadi,biaya produksi yang melekat pada produk yang terjua diakui sebagai beban atau harga
pokok penjualan pada laporan laba rugi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang
belum terjual dilaporkan sebagai persediaan di neraca.

Beban penjualan dan administratif dianggap sebagai biaya periode dan harus dikurangi
setiap periode sebagai beban;hal ini tidak tampak pada neraca.

g. Laporan Laba Rugi: Perusahaan Manufaktur

Laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi fungsional pada perusahaan manufaktur.


Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi fungsional sering disebut sebagai perhitungan
pemasukan biaya absorpsi (full costing) karena semua biaya manufaktur dibebankan pada
produk.

10
Menurut pendekatan perhitungan biaya absorpsi, beban dipisahkan menurut fungsi,
kemudian dikurangi dari penjualan untuk menghasilkan laba sebelum pajak. Harga pokok
penjualan (cost of goods sold) adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead yanag melekat pada unit yang terjual. Untuk menghitung haraga pokok penjualan
pertama-tama, harga pokok produksi perlu ditentukan.

h. Harga pokok produksi

Harga pokok produksi (cost of goods manufacture) mencerminkan tatal biaya barang
yang diselesaikan selama periode bejalan. Biasa yang hanya dibebankan pada barang yang
diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead. Perincian dari pembebanan biaya ini diuraikan dalam daftar pendukung yang
disebut sebagai laporan harga pokok produksi. Jika harga pokok produksi adalah untuk
produk tunggal, maka biaya rata-rata perunit dapat dihitung dengan membagi harga pokok
porduksi dengan unit yang diproduksi.

Barang dalam proses (word in process) terdiri atas semua unit yang telah diselesaikan
sebagian dalam produksi pada titik waktu waktu tertentu. Barang dalam proses awal terdiri
atas unit yang diselesaikan sebagian dan telah ada pada awal periode. Barang dalam proses
akhir terdiri atas unit yang ada pada akhir periode.

Dalam laporan harga pokok produksi, biaya unit yng diselesaikan sebagian dilaporkan
sebagai biaya barang dalam proses awal dan biaya barang dalam proses akhir. Biaya barang
dalam proses awal mencerminkan biaya manufaktur yang tercatat dari periode sebelumnya,
sedangkan biaya dalam proses akhir mencerminkan biaya manufaktur yang akan dicatat pada
periode selanjutnya. Pada kedua kasus, tambahan biaya manufaktur harus dikeluarkan untuk
menyelesaikan unit-unit barag dalam proses.

i. Laporan laba rugi: perusahaan jasa

Pada perusahaan jasa, perhitungan jasa yang terjual berbeda dari biaya penjualan dalam
perusahaan manufaktur. Sebagaimana ditunjukan dalam laporan laba rugi tersebut,
perusahaan jasa tidak memiliki persediaan awal atau akhir barang jadi. Berbeda dari
perusahaan manufaktur, perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang jadi karena tidak
mungkin menyimpan jasa. Jadi, kalau dibandingkan dengan perusahaan manufaktur, biaya
penjualan jasa dapat disamakan dengan harga pokok produksi.

11
E. Sistem Akuntansi Manajemen (FBM vs ABM)

Sistem akuntansi manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai sistem


berdasarkan fungsi dan system berdasarkan aktivitas. Pendekatan berdasarkan fungsi dan
aktivitas dapat ditemukan dalam praktik nyata. System akuntansi manajemen berdasarkan
fungsi (functional based management - FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih
digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa.

Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktifitas (activity based management- – ABM)


merupakan sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam tiga dekade terakhir). Sistem
manajemen biaya berdasarkan aktifitas juga digunakan secara luas dan pemanfaatan semakin
tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi yang memiliki beragam produk dan
pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih pendek peningkatan
persyaratan kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat. Contoh sistem berdasarkan aktifitas
ditemukan dalam industri medis (seperti rumah sakit dan laboratorium medis), industri
kuangan (seperti bank dan bursa saham), industri transportasi (seperti penerbangan dan kereta
api), dan semua jenis manufaktur (seperti perusahaan elektronik dan mobil).

Elemen utama dari model FBM adalah fungsi, sedangkan elemen utama dari model ABM
adalah aktifitas. Fungsi-fungsinya biasanya dikelompokkan dalam unit-unit organisasional,
seperti departemen dan pabrik (contohnya : teknik, pengendalian kualitas, dan perakitan
adalah fungsi-fungsi yang diatur dalam departemen). Aktifitas-aktifitas dengan tujuan umum
dikelompokkan bersama dalam suatu bentuk proses. Sebagai contoh, pembelian barang,
penerimaan barang, dan pembayaran barang yang diterima adalah aktifitas utama yang
menggambarkan proses pengadaan persediaan. Pengendalian tiap dimensi akan memberikan
pandangan mendalam yang signifikan atas perbedaan kedua model akuntansi manajemen
tersebut.

1. Tinjauan biaya FBM

Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya bersumber daya dibebankan pada unit-unit
yang berfungsi, kemudian pada produk. Dalam pembebanan biaya, penelusuran langsung dan
penelusuran penggerak digunakan.

Namun penelusuran pengerak dalam sistem FBM hanya menggunakan penggerak


produksi (tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkolerasi
dengan keluaran produksi. Jadi unit-unit produksi produk atau penggerak yang sangat
berkolerasi dengan unit-unit yang produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung,
bahan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya penggerak yang diasumsikan penting.
Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi
produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai
perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fugsi (functional based costing – FBC).

12
Produksi atau penggerak tingkat unit dimana FBC sering bergantung padanya adalah
bukan satu-satunya penggerak yang menjelaskan hubungan sebab-akibat. Selain penggerak
produksi, penggerak yang mendeskripsikan hubungan sebab-akibat dianggap sebagai
penggerak tingkat non-unit. Sebagai contoh, penggerak produksi seperti unit yang diproduksi
atau jam kerja tenaga kerja langsung mungkin tidak memiliki hubungan apapun dengan biaya
pembelian bahan baku. Pada kenyataannya, jumlah pesanan pembelian bisa menjadi ukuran
yang tepat dari konsumsi tiap produk. Namun, biaya pembelian dalam sistem FBC
dibebankan dengan menggunakan suatu ukuran seperti unit yang diproduksi atau jam kerja
tenaga kerja langsung. Dalam hal ini, pembebanan biaya yang dibuat yang dibuat harus
diklasifikasikan sebagai alokasi (ingat kembali bahwa alokasi adalah pembebanan biaya
berdasarkan hubungan yang diasumsikan atau berdasarkan kemudahan). Lebih jauh lagi, jika
biaya tingkat non-unit seperti pembelian signifikan, perhitungan biaya berdasarkan asumsi
dapat dideskripsikan sebagai alokasi yang intensif.

2. Tinjauan biaya ABM

Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktifitas (activity based costing – ABC), biaya
ditelusuri hingga aktifitas, kemudian produk. Sebagaimana perhitungan biaya berdasarkan
fungsi, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun, peranan
penelusran penggerak secara signifikan diperluas dengan mengidentifikasikan dan
menggunakan penggerak yang tidak berhubungan dengan volume produk yang diproduksi
(penggerak berdasarkan non-unit). Jadi, pembebanan biaya berdasarkan aktifitas menekankan
pada penelusuran alokasi; bahkan, bisa disebut sebagai penelusuran yang intensif.

Penggunaan penggerak unit dan non-unit meningkatkan keakuratan pembebanan


biaya, kualitas keseluruhan, dan informasi biaya yang relevan. Sebagai contojh,
pertimbangkanlah pembebanan biaya dari aktifitas.”menggerakkan bahan mentah dan barang
setengah jadi dari satu titik ke titik lain dalam suatu pabrik”. Jumlah penggerak yang
dibutuhkan untuk suatu produk adalah ukuran yang jauh lebih baik dari permintaan produk
untuk aktifitas penanganan bahan dari pada jumlah unit yang diproduksi. Pada kenyataannya,
jumlah unit yang diproduksi bisa jadi tidak berpengaruh pada pengukuran permintaan produk
untuk penanganan bahan. (satu kelompok yang terdiri atas 10 unit bisa membutuhkan
aktifitas penanganan bahan yang sama dengan satu kelompok yang terdiri atas 100 unit).

3. Tinjauan efesiensi operasional FBM

Penyediaan informasi untuk perencanaan dan pengendalian adalah tujuan lain dari
akuntansi manajemen. Pendekatan manajemen berdasarkan fungsi untuk pengendalian
membebankan biaya pada unit organisasional, kemudian menuntut tanggung jawab manajer
unit organisasional untuk mengendalikan biaya yang dibebankan. Kinerja diukur dengan
membandingkan hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan.

13
Penekanannya adalah ukuran keuangan dari kinerja (ukuran non-keuangan biasanya
diabaikan). Manajer diberi penghargaan berdasarkan kemampuan mereka untuk
mengendalikan biaya. Jadi, pendekatan berdasarkan fungsi menelusuri biaya individu yang
bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. Sistem penghargaan digunakan untuk memotivasi
individual ini untuk mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi operasional unit
organisasi mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa memaksimalkan kinerja organisasi
secara keseluruhan tercapai dengan memaksimalkan kinerja subunit organisasi individual
(disebut sebagai pusat pertanggung jawaban).

4. Tinjauan efesiensi operasional ABM

Secara signifikan, sub sistem pengendalian berdasarkan aktifitas berbeda dengan


sistem berdasarkan fungsi. Penekanan berdasarkan fungsi adalah pada pengelolaan biaya.
Akan tetapi, muncul persetujuan bahwa aktifitas manajemen bukan biaya adalah kunci sukses
pengendalian. Manajemen berdasarkan aktifitas berfokus pada pengeloaan aktifitas dengan
tujuan memperbaiki nilai yang diterima pelanggan dan laba yang diterima dengan
menyediakan nilai ini.

Hal ini meliputi analisis penggerak, analisis aktifitas, dan evaluasi kinerja, serta
penggunaan perhitungan biaya berdasarkan aktifitas sebagai sumber informasi utama.
Tinjauan proses berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor penyebab biaya suatu aktifitas
(menjelaskan penyebab munculnya biaya), apa yang telah dilakukan (mengidentifikasi
aktifitas), serta evaluasi kinerja pekerjaan hasil yang dicapai (seberapa baik aktifitas
dikerjakan). Jadi pengendalian berdasarkan aktifitas membtuthkan informasi yang terperinci
mengenai aktifitas.

Pendekatan baru ini berfokus pada akuntabilitas dari aktifitas daripada biaya, dan
menekankan maksimalisasi kinerja sistem secara luas daripada kinerja individu. Aktifitas
lintas fungsi dan garis dapertemen adalah sistem meluas dalam fokus tertentu pendekatan
global untuk mengendalikannya. Intinya, bentuk pengendalian ini mengakui bahwa
memaksimalkan efisiensi dari sub unit individual tidak selalu mengarah pada efisiensi
maksimum untuk sitem secara keseluruhan. Pendekatan signifikan berdasarkan aktifitas,
ukuran keuangan dan non-keuangan kinerja adalah penting.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.
Objek biaya (Cost Object) adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau unit
organisasi dimana biaya dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen tertentu.

Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya sangatlah penting. Keakuratan
tidak dievaluasi berdasarkan pengetahuan tentang biaya yang “sebenarnya”. Keakuratan
adalah suatu konsep yang relative dan harus dilakukan secara wajar dan logis terhadap
penggunaan metode pembebanan biaya. Tujuannya adalah engukur dan membebankan
biaya dari sumber daya yang dikonsumsi objek biaya sebaik mungkin.Penelusuran
penggerak (driver tracing) adalah penggunaan penggerak untuk membebankan biaya pada
objek biaya. Di dalam konteks pembebanan biaya, penggerak adalah factor penyebab
yang dapat diamati dan factor penyebab yang mengukur komsumsi sumber daya objek
biaya. Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan pada objek-
objek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung maupun penggerak.

Hal ini berarti tidak ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan objek biaya., atau
penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomi. Pembebanan biaya tidak langsung
pada objek biaya disebut alokasi. Karena tidak terdapat hubungan sebab-akibat,
pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi
yang berhubungan.

Sistem akuntansi manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai sistem


berdasarkan fungsi dan system berdasarkan aktivitas. Pendekatan berdasarkan fungsi dan
aktivitas dapat ditemukan dalam praktik nyata. System akuntansi manajemen berdasarkan
fungsi (functional based management - FBM) telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih
digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa.

Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktifitas (activity based management- –


ABM) merupakan sistem yang lebih baru (dikembangkan dalam tiga dekade terakhir).
Sistem manajemen biaya berdasarkan aktifitas juga digunakan secara luas dan
pemanfaatan semakin tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi yang memiliki
beragam produk dan pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih
pendek peningkatan persyaratan kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://muliaramdaniaksya4b16.blogspot.com/2018/03/makalah-manajemen-tentang-konsep-
dasar.html

Mowen, Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat .

16

Das könnte Ihnen auch gefallen