Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ESTERIFIKASI GLISEROL DAN ASAM LEMAK JENUH SAWIT DENGAN KATALIS MESA
Makalah: Diterima 13 April 2015; Diperbaiki 19 Maret 2016; Disetujui 30 Maret 2016
ABSTRACT
Glycerol esterification is one of methods that is widely used in the conversion of glycerol to produce
more value-added products. The resulting products are environmentally friendly and renewable, so it could
potentially be used by many industries. This study aimed to get the effects of various palm fatty acids and time
period of glycerol esterification reaction on physico-chemical properties of the resulting glycerol ester.
Experiments used glycerol 94%, stearic acid, palmitic acid, myristic acid, and catalyst MESA 0.5%.
Esterification process was performed at a temperature of 180°C, with a stirring speed of 400 rpm for 90 minutes,
120 minutes and 150 minutes and supplied with nitrogen 100 cc/minutes. Physical and chemical properties of
glycerol ester resulted were influenced by the type of glycerol esters of fatty acids and process period of
esterification of glycerol ester produced. Yield, acid number, density, kinematic viscosity, flash point and pour
point of glycerol ester of stearic, palmitic glycerol esters and glycerol esters of myristic showed ignificantly
different values. While the period of variation esterification process only affected the values of the yield and acid
number. Physical and chemical properties of the three glycerol esters were produced yields of 96.1% (stearic
acid), 95.86% (palmitic acid), and 95.99% (miristic acid); acid number of 24.84 mg KOH/g sample (stearic
acid), 21.46 mg KOH/g sample (palmitic acid), 20.89 mg KOH/g sample (miristic acid); density of 0.903 g/cm3
(stearic acid), 0.910 g/cm3 (palmitic acid), and 0.812 g/cm3 (miristic acid); kinematic viscosity (100°C)of 11.18
cSt (stearic acid), 11.30 cSt (palmitic acid), and 4.26 cSt (miristic acid); flash point of 207oC (stearic acid),
204oC (palmitic acid), and 173oC (miristic acid); and pour point of 55.5oC (stearic acid), 54oC (palmitic acid),
and 57oC (miristic acid).
Keywords: glycerol, fatty acid, MESA, esterification, glycerol ester
ABSTRAK
Esterifikasigliserol merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam konversi gliserol untuk
menghasilkan produk turunannya. Produk yang dihasilkan bersifat ramah lingkungan dan terbarukan sehingga
sangat berpotensi dimanfaatkan pada berbagai industri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhjenis
asam lemak jenuh sawit dan lama proses esterifikasi terhadap sifat fisiko-kimia gliserol ester yang dihasilkan.
Percobaan menggunakan gliserol 94%, asam stearat, asam palmitat, asam miristat dan katalis MESA 0,5%.
Proses esterifikasi dilakukan pada suhu 180°C, dengan kecepatan pengadukan 400 rpm selama 90 menit, 120
menit dan 150 menit dan dialiri gas nitrogen100 cc/menit. Sifat fisiko-kimia gliserol ester dipengaruhi oleh jenis
asam lemak dan lama proses esterifikasi gliserol ester yang dihasilkan. Parameter uji rendemen, bilangan asam,
densitas, viskositas kinematik, titik nyala dan titik tuang dari gliserol ester stearat, gliserol ester palmitat dan
gliserol ester miristat menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Sedangkan variasi lama proses esterifikasi hanya
berpengaruh pada nilai parameter uji rendemen dan bilangan asam. Sifat fisiko kimia ketiga gliserol ester yang
dihasilkan adalah sebagai berikut rendemen mencapai 96,10% (asam stearat); 95,86% (asam palmitat); 95,99%
(asam miristat), bilangan asam 22,7 mg KOH/g sampel (asam stearat); 21,46 mgKOH/g sampel (asam palmitat);
20,89 mg KOH/g sampel (asam miristat), densitas 0,903 g/cm3 (asam stearat); 0,910 g/cm3 (asam palmitat);
0,812 g/cm3 (asam miristat), viskositas kinematik (100oC) 11,18 cSt (asam stearat); 11,30 cSt (asam palmitat);
4,26 cSt (asam miristat), titik nyala 207oC (asam stearat); 204oC (asam palmitat); 173oC (asam miristat) dan titik
tuang 55,5oC (asam stearat); 54oC (asam palmitat); 57oC (asam miristat).
Kata kunci: gliserol, asam lemak, MESA, esterifikasi, gliserol ester
hidrolisis pada industri asam lemak. Pada industri tri acetil gliserol (TAG) / triasetin, glyceril tri
biodiesel akan dihasilkan gliserol sebanyak 12,5% benzoic (GTB) / tribenzoin dan gliserol ester
dari kapasitas produksinya dengan tingkat gondorukem maleat (Prasetyo et al., 2012).
kemurnian yang masih rendah karena mengandung Penelitian ini bertujuan mengetahui
komponen air dan bahan pengotor lainnya. Realisasi pengaruh tiga jenis asam lemak jenuh sawit (asam
produksi industri biodiesel nasional telah mencapai stearat, asam palmitat dan asam miristat) dan lama
3,2 juta kL untuk tahun 2014 (KESDM, 2014), yang proses esterifikasi gliserol terhadap sifat fisiko-kimia
berarti dihasilkan pula gliserol kasar sekitar 400 ribu gliserol ester yang dihasilkan. Pada penelitian ini
kL. yang digunakan adalah gliserol dengan kemurnian
Konsumsi bioenergi dalam negeri terus 94% dengan katalis MESA 0,5%.
meningkat karena didukung oleh adanya kebijakan
mandatori biodiesel melalui Permen ESDM No. 20 BAHAN DAN METODE
Tahun 2014. Peraturan tersebut menetapkan
kewajiban pemanfaatan minimal biodiesel sebagai Tempat dan Waktu
campuran BBM secara bertahap sampai tahun 2025 Penelitian ini dilaksanakan selama enam
sebesar 30% sehingga menjadi pemicu bulan dimulai pada bulan Juni sampai dengan
meningkatnya kegiatan produksi biodiesel yang Desember 2014 di laboratorium Surfactant and
tentunya juga sejalan dengan peningkatan produksi Bioenergy Research Center Lembaga Penelitian dan
gliserol. Peningkatan kapasitas produksi industri Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian
biodiesel menyebabkan meningkatnya produksi Bogor (SBRC LPPM-IPB).
gliserol kasar, sehingga harus diiringi dengan
perluasan pasar dan peningkatan nilai tambah agar Alat dan Bahan
harga gliserol tidak jatuh. Bahan yang digunakan adalah gliserol hasil
Peningkatan nilai tambah gliserol hasil samping industri biodiesel dari SBRC (Surfactant
samping industri biodiesel ini harus dilakukan agar and Bioenergy Research Center) IPB, asam stearat
dapat memenuhi kebutuhan berbagai industri dan dan asam palmitat diperoleh dari PT Wilmar serta
stakeholder terkait. Pemanfaatan gliserol masih asam miristat dari PT Ecogreen Oleochemical,
terbatas pada industri farmasi, kosmetik, rokok, katalis MESA dari SBRC IPB, asam fosfat teknis
kertas, percetakan dan industri tekstil (National 85% dan gas nitrogen. Bahan untuk analisis meliputi
Biodiesel Board, 2010), sehingga perlu dilakukan H2SO4 (E-Merck), larutan NaOH (E-Merck) dan
berbagai penelitian sehubungan pengembangan NaIO4, etilen glikol, alkohol netral 95%, larutan
pemanfaatan gliserol untuk menghasilkan produk Wijs, larutan KI, indikator bromtimol biru dan
turunan gliserol. Salah satu metode yang dapat indikator PP.
digunakan adalah proses esterifikasi gliserol dengan Peralatan yang digunakan terdiri atas alat-alat
asam lemak sawit menjadi gliserol ester. Gliserol proses seperti reaktor pemurnian gliserol
ester adalah emulsifier yang banyak dibutuhkan oleh berkapasitas 20 L dan reaktor esterifikasi berupa
industri pangan dan industri kimia. labu leher tiga, hot plate, termometer, neraca analitik
Beberapa penelitian sebelumnya yang dan kondensor. Data analisis densitas digunakan
menghasilkan gliserol ester adalah Hilyati et al. density meter DMA 4500M Anton Paar, viskositas
(2001) yang melakukan pembuatan gliserol mono diukur dengan viscometer Brookfield DV-III ultra,
stearat (GMS) yang berbahan baku asam stearat. viskositas kinematik diukur dengan viscometer
Sintesis senyawa α-monolaurin dari asam laurat dan Otswald, pH diukur dengan pH meter dan Pensky-
gliserol yang dilakukan Widiyarti dan Hanafi (2008). Martens closed cup tester.
Dakka et al. (2010) mereaksikan gliserol dengan
asam heptanoat dan menghasilkan plasticizer. Tahapan Penelitian
Rachmawati (2011) mereaksikan asam maleat dari Pemurnian Gliserol
gondorukem dengan gliserol menjadi gliserol ester Tahap persiapan sampel mencakup
gondorukem maleat. Westfechtel et al. (2012) pemurnian gliserol hasil samping industri biodiesel,
mereaksikan oligogliserol dengan asam oleat dan analisis gliserol. Pemurnian gliserol dilakukan
menghasilkan oligogliserol ester untuk Water Based dengan menggunakan reaktor pemurnian yang
Mud. Penelitian lainnya dilakukan oleh Utami meliputi proses refining dengan menggunakan asam
(2013) dan Putri (2014) mereaksikan gliserol dengan fosfat teknis 85% sebanyak 5% (v/v) kemudian
asam oleat menghasilkan gliseril ester oleat. dilanjutkan dengan filter vakum dan distilasi vakum.
Pengembangan produk-produk dari
konversi gliserol ini bersifat ramah lingkungan dan Analisis Sifat Fisiko-kimia Gliserol
terbarukan karena bukan merupakan turunan dari Analisis sifat fisiko-kimia gliserol yang
minyak bumi. Beberapa produk turunan gliserol dilakukan mencakup analisis kadar abu (SNI 06-
yang telah dihasilkan melalui penelitian adalah 1564-1995), kadar gliserol (SNI 06-1564-1995),
gliserol triheptanoat, gliserol monostearat, lesitin, densitas dengan density meter DMA 4500M Anton
tri-tetra butil gliserol (TTBG), mono oleat gliserida, Paar, viskositas dengan viscometer Brookfield DV-
III ultra, warna, pH dengan pH meter, bilangan asam yang berasal dari bahan baku, sehingga harus
(SNI 01-3555-1998), titik nyala (ASTM D 92 dimurnikan agar dapat dimanfaatkan pada beragam
2005a), titik tuang (ASTM D 97 2009), dan kadar air industri. Pemurnian gliserol kasar dilakukan dengan
(SNI 06-1564-1995). cara mereaksikan gliserol kasar dengan asam fosfat
teknis sebanyak 5% (v/v). Asam fosfat digunakan
Sintesis Gliserol Ester karena sifatnya yang sangat higroskopis, sehingga
Pada tahapan sintesis gliserol ester digunakan sangat mudah berikatan dengan bahan yang bersifat
model Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3x3 polar. Penambahan asam fosfat ini bertujuan untuk
sehingga terdapat 9 interaksi perlakuan dengan dua mengikat sisa katalis KOH dan sabun kalium. Ion
kali ulangan. Pada tahap ini esterifikasi gliserol hasil kalium dari basa dan sabun berikatan dengan ion
pemurnian dilakukan dengan menggunakan asam fosfat sehingga membentuk garam. Reaksi antara
stearat, asam palmitat, dan asam miristat, katalis asam fosfat dengan KOH akan membentuk garam
MESA 0,5% pada suhu 180°C selama waktu 90 berupa kalium fosfat (K3PO4), berwujud padat yang
menit, 120 menit dan 150 menit dengan mengalirkan dapat digunakan sebagai pupuk sedangkan reaksi
gas nitrogen 100 cc/menit. Rasio molar gliserol antara sabun kalium dengan asam fosfat akan
terhadap asam lemak sawit adalah 0,94:1 dan membentuk asam lemak dan garam (Gambar 1).
kecepatan putar pengadukan adalah 400 rpm. Pada Garam yang terbentuk akan mengendap karena
proses esterifikasi, kondensor digunakan untuk kelarutannya rendah dan dimurnikan melalui vakum
menangkap air sehingga tidak merusak gliserol ester filtrasi. Sisa metanol, air dan bahan pengotor lainnya
yang dihasilkan. yang masih terdapat pada gliserol 80% dipisahkan
melalui vakum destilasi.
Analisis Sifat Fisiko-kimia Gliserol Ester Proses ini berhasil meningkatkan kadar
Analisis sifat fisiko-kimia gliserol ester yang kemurnian gliserol dari 40-50% menjadi 94%.
dihasilkan mencakup bilangan asam (SNI 01-3555- Peningkatan kadar gliserol yang dihasilkan dari
1998), densitas dengan menggunakan density meter proses pemurnian dapat dilihat dari perubahan sifat
DMA 4500M Anton Paar, viskositas kinematik fisiko-kimia hasil analisis antara gliserol kasar
dengan menggunakan viscometer Otswald (ASTM D sebelum pemurnian dengan gliserol setelah
445 2009), titik nyala (ASTM 92 2005a) dan titik pemurnian. Tabel 1 berikut menyajikan perbedaaan
tuang (ASTM D 97 2009). sifat fisiko-kimia gliserol kasar dengan gliserol hasil
pemurnian yang menjadi sampel pada penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar abu merupakan salah satu faktor
penting untuk menilai kualitas gliserol. Adanya abu
Sifat Fisiko-Kimia Sampel Gliserol di dalam gliserol membuat kualitas gliserol menjadi
Gliserol (C3H8O3) dengan nama kimia turun. Kadar abu menggambarkan jumlah senyawa
1,2,3-propanatriol merupakan cairan kental yang anorganik yang terdapat di dalam gliserol. Kadar abu
memiliki rasa manis, tidak berwarna, tidak berbau, gliserol kasar sebesar 14,18% yang berasal dari
mudah larut air, meningkatkan viskositas larutan, sabun, asam lemak, dan katalis KOH dari reaksi
mengikat air, dan menurunkan aktivitas air (aw). transesterifikasi. Hal ini disebabkan gliserol
Gliserol memiliki berat molekul sebesar 92 g/mol, merupakan bahan organik yang terdiri atas atom C,
densitas 1,261 g/mL, viskositas 1,5 Pa.s, titik leleh H, dan O yang akan berubah menjadi gas CO2 dan
17,8°C, dan titik nyala 290°C (Pagliaro dan Rossi, uap H2O ketika diabukan. Oleh karena itu, salah satu
2008). tujuan pemurnian gliserol adalah menurunkan kadar
Gliserol kasar hasil samping industri abu gliserol. Kadar abu gliserol setelah proses
biodiesel memiliki kualitas rendah akibat adanya zat pemurnian sebesar 2,75%, nilai tersebut lebih rendah
pengotor seperti sisa metanol, sisa katalis, sabun, dibandingkan gliserol sebelum proses pemurnian.
biodiesel, air, dan bahan-bahan pengotor lainnya
(b)
Gambar 1. Reaksi pembentukan (a) garam K3PO4, (b) asam lemak bebas (Farobie, 2013)
Gliserol hasil samping biodiesel pengumpanan reaktan dalam jumlah berlebih serta
mempunyai kadar gliserol sebesar 45-50%. Setelah pengambilan produk reaksi secara kesinambungan
pemurnian gliserol, kadar gliserolnya berhasil selama reaksi.
ditingkatkan menjadi 94%. Hal ini menunjukkan Proses esterifikasi diawali dengan
bahwa senyawa pengotor pada gliserol kasar sudah mencampurkan gliserol dan asam lemak dengan
berhasil dihilangkan melalui proses pemurnian rasio mol 0,94:1 pada suatu reaktor, kemudian
dengan menggunakan asam fosfat, filtrasi vakum ditambahkan katalis MESA dengan konsentrasi
dan distilasi vakum. Nilai densitas dan viskositas 0,5%. Reaksi esterifikasi ketiga asam lemak sawit
gliserol semakin meningkat dengan dilakukannya dengan gliserol tersebut bersifat bolak-balik karena
proses pemurnian. Densitas gliserol kasar sebesar dikatalisis oleh asam. Katalis asam menyebabkan
1,0745 g/cm3, setelah pemurnian meningkat menjadi asam karboksilat mengalami konyugasi (Widiyarti
1,2858 g/cm3. Setelah pemurnian gliserol menjadi dan Hananfi, 2010). Proses esterifikasi dilakukan
lebih kental sehingga nilai viskositasnya meningkat pada suhu 180oC dengan lama waktu reaksi (90, 120,
menjadi 460 cP. Hal di atas terjadi karena zat-zat dan 150 menit) dan kecepatan pengadukan sebesar
pengotor seperti air, asam lemak, sabun, sisa katalis, 400 rpm. Gas nitrogen dialirkan secara
sisa asam fosfat dan sisa metanol sudah berhasil berkesinambungan untuk menghindari terjadi reaksi
dihilangkan dari gliserol. oksidasi dan mendorong uap air yang terbentuk ke
Gliserol yang telah dimurnikan mengalami kondensor sehingga produk yang diperoleh dapat
perubahan warna dari coklat gelap menjadi kuning optimal dan proses esterifikasi tetap berjalan ke arah
kecoklatan. Warna gliserol dipengaruhi oleh warna kanan untuk menghasilkan produk, sehingga
CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku rendemen senyawa monolaurin yang dihasilkan
biodiesel. CPO mengandung zat warna alami berupa tinggi. Adapun mekanisme reaksi esterifikasi ketiga
α dan β-karoten, xantofil, klorofil, dan antosianin asam lemak sawit dengan gliserol yang dikatalisis
yang menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning oleh asam tampak pada Gambar 2.
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Pada akhir reaksi esterifikasi, produk
Pigmen berwarna merah jingga atau kuning gliserol ester yang terbentuk terdiri dari dua lapisan,
disebabkan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam yaitu lapisan atas merupakan campuran gliserol ester
minyak. Warna gelap pada gliserol kasar merupakan dan lapisan bawah sisa gliserol yang tidak ikut
hasil degradasi zat warna alami dan suhu pemanasan bereaksi. Terbentuknya dua lapisan ini kemungkinan
yang tinggi sehingga minyak mengalami reaksi disebabkan karena gliserol yang diumpankan
oksidasi (Ketaren, 2008). berlebih dan lama proses esterifikasi yang masih
kurang sehingga pada akhir reaksi masih terdapat
Sifat Fisiko-Kimia Gliserol Ester sisa gliserol yang belum bereaksi.
Gliserol ester merupakan senyawa turunan Produk gliserol ester yang dihasilkan dari
asam karboksilat yang dihasilkan dari proses ke tiga jenis asam lemak merupakan campuran
esterifikasi gliserol dengan asam lemak. Dalam antara gliserol monoester, diester, triester, sisa
proses esterifikasi terjadi reaksi penggantian katalis, sisa gliserol, air, dan asam lemak bebas. Sifat
kedudukan hidrogen pada suatu asam lemak oleh fisiko-kimia gliserol ester yang dihasilkan
grup alkohol untuk membentuk ester. Ester asam dipengaruhi oleh konfigurasi struktural asam lemak
karboksilat mengandung gugus -CO2R’ dan R, dapat seperti struktur molekul, panjang rantai, tingkat
berupa alkil maupun aril. Reaksi esterifikasi kejenuhan, dan cabang rantai. Secara umum,
merupakan reaksi endotermal yang bersifat karakteristik ketiga gliserol ester yang dihasilkan
reversible. Fessenden dan Fessenden (1982) berbeda tergantung dari jenis asam lemak yang
menyebutkan bahwa untuk memperoleh produk yang digunakan sebagai reaktan, hal ini terlihat dari sifat
maksimum, kesetimbangan reaksi harus digeser ke fisiko-kimia gliserol ester yang dihasilkan.
arah reaksi pembentukan produk dengan beberapa
cara, yakni pemasokan energi ke dalam reaksi,
Gambar 2. Mekanisme reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis asam (Widiyarti dan Hanafi, 2010)
Gaambar 3. Penggaruh jenis asaam lemak dan lama proses eesterifikasi terrhadap rendem
men gliserol esster
Gam m lemak dan laama proses estterifikasi terhaadap bilangan asam gliseroll ester
mbar 4. Pengarruh jenis asam
G
Gambar 5. Pengaruh jenis assam lemak dan
n lama proses esterifikasi teerhadap densittas gliserol estter
P
Pada Gambarr 5 menunjukkkan bahwa jeenis Berdasaarkan hasiil analisis ragam
asam leemak memberikan penggaruh signifiikan diddapatkan bahw wa jenis asaam lemak beerpengaruh
terhadap nilai densittas, sedangkaan lama pro oses seccara signifikaan terhadap densitas
d gliseerol ester.
esterifikaasi tidak berrpengaruh seecara signifikkan. Seddangkan lam ma proses estterifikasi dann interaksi
Nilai dennsitas mening gkat secara perlahan
p den
ngan anttara kedua perlakuan
p tidaak berpengarruh secara
perubahann nilai yanng kecil. Densitas
D tetinnggi siggnifikan (α = 0,05).
0
diperolehh dari gliseerol ester palmitat, yaitu
0,92g/cmm3. Densitas gliserol ester teren ndah Visskositas kinematik
dihasilkann dari glisserol ester miristat, yaitu Pengujiian viskositass kinematik digunakan
d
0,813g/cm m3. Phillipss dan Maattamal (19 978) unttuk mengetah hui besarnya hambatan
h glisserol ester
menjelaskkan bahwa nilai
n densitas ester dari assam unttuk dialirkann. Semakin tinggi
t nilai viskositas
lemak kaarboksilat dipeengaruhi olehh bobot molek kul. kinnematik, makaa akan semakkin sulit untukk mengalir
Menurut Ramirez ett al. (2012),, densitas akan a sehhingga hal teersebut dihindari pada peenggunaan
berkurangg dengan men ningkatnya boobot molekul dan gliserol ester sebbagai pelumaas. Pengaruh jenis
j asam
densitas meningkatt seiring meningkattnya lem
mak dan laama proses esterifikasi terhadap
ketidakjennuhan asam leemak. visskositas kinem
matik gliserol ester dapat diilihat pada
Gaambar 6.
G
Gambar 6 menunjukkan baahwa penggunnaan denngan sendirinyya. Semakin rendah
r titik nyala
n suatu
jenis asaam lemak mempengaruhi
m nilai viskossitas bahhan maka sem makin mudah bahan tersebuut terbakar
kinematikk gliserol esteer yang dihassilkan dan seccara sehhingga memb butuhkan penaanganan khussus dalam
umum terlihat terjaadi peningkkatan viskossitas pennyimpanan. Hasil
H pengujjian titik nyyala dapat
kinematikk seiring meningkatnya
m a lama pro oses dilihat pada Gam mbar 7.
esterifikaasi, namun tiidak signifikkan. Peningkaatan Secara umum, gliserrol ester yang dihasilkan
viskositass kinematik dipengaruhi
d oleh fitur strukktur padda penelitian ini memilikii nilai titik nyalan yang
seperti panjang rantaii molekul. Jeenis asam lem mak tinggi. Titik nyala
n yang lebih tingggi setelah
yang mem miliki panjangg rantai terbessar memiliki nilai
n estterifikasi meenunjukkan bahwa telahh terjadi
viskositass kinematik tertinggi dann nilainya akan a pennurunan kanddungan fraksi ringan padda gliserol
semakin kecil seiring berkurangnyya panjang ranntai estter. Pada prooses esterifikaasi, komponeen gliserol
molekul. Viskositas kinematik
k gliiserol ester dari
d yanng lebih mudah terbakar mengalami pelepasan
yang tereendah berturuut-turut adalahh sebagai beriikut prooton dari guggus hidroksil sehingga mennghasilkan
gliserol eester miristat (4,25-4,26 cS St), gliserol ester
e sennyawa komplleks teraktivaasi. Pelepasann air dan
palmitat (10,18-11,3 cSt)c dan gliseerol ester stearat prootonasi kemuddian menghassilkan gugus ester e yang
(10,63-100,48 cSt). Nilai viskositas kinematik meemiliki titik nyyala lebih tingggi. Menurut Mittelbach
M
dipengaruuhi oleh pannjang rantai karbon, derrajat dann Remschmid dt (2004), titikk nyala dipenggaruhi oleh
kejenuhann, posisi dann jumlah darii ikatan rang gkap kanndungan frraksi ringan n (residu alkohol).
dari asam m lemak atauupun alkohol yang digunaakan Kaandungan frakksi ringan yang semakin tinnggi, maka
dalam m mensintesis esster. Semakinn panjang ranntai sem makin rendah h temperatur yangy dibutuhkkan untuk
karbon maka semakkin tinggi nilai viskossitas estter bisa menyala. Semakin tinggi titik nyyala suatu
kinematikk, namun dengan kebberadaan ikaatan bahhan, akan semmakin baik dann semakin mudah dalam
rangkap akan meenurunkan nilai n viskosias trannsportasi, pennanganan, dann penyimpanann. Adapun
kinematikknya (Knothee, 2005; Knotthe dan Steiddley, titiik nyala terendah dihasilkkan dari glisserol ester
2011; Raamirez et al., 2011). Padda hasil terlihat mirristat. Semakiin rendah bobbot molekul assam lemak
gliserol ester miristaat memiliki nilai viskossitas bahhan baku semakin renddah titik nyyala yang
kinematikk terendah kaarena memilikki panjang ranntai dihhasilkan. Hasiil analisis raggam terhadap pengujian
yang paliing pendek diibanding palm mitat dan steaarat. titiik nyala mennunjukkan bahhwa jenis asaam lemak
Gliserol ester oleat memiliki
m nilai viskositas yang
y berrpengaruh secara signifikaanterhadap tiitik nyala,
rendah diibandingkan palmitat
p dan stearat meskippun seddangkan lamaa proses esterifikasi dan interaksi
merupakaan ester beraantai panjangg karena adaanya keddua perlakuann tidak berpenngaruh secara signifikan
pengaruhh ikatan rangkaap (Wahyuni, 2015). padda α = 0,05.
H
Hasil analisiss ragam mennunjukkan bahhwa
perbedaann yang siggnifikan terhhadap viskossitas Tittik Tuang
kinematikk gliserol esster hanya ditunjukkan
d d
dari Titik tu
uang menunjuk kkan derajat temperatur
t
pengaruhh perlakuan jenis asam m lemak yang y terendah gliserol ester masih tetap mampu mengalir.
digunakann. Adapun lama l proses esterifikasi dan Sem makin rendahh titik tuang suuatu bahan, maka
m bahan
interaksi kedua perrlakuan tidaak memberikan tersebut mampu u mengalir paada suhu yangg semakin
pengaruhh yang beraarti pada perubahan p n
nilai renndah. Adapuun perbandin ngan titik tuuang dari
viskositass kinematik paada α = 0,05. gliserol ester yan ng dihasilkan disajikan padda Gambar
8. Hasil penggujian titik tuang dari penelitian
Titik Nyaala penndahuluan meenunjukkan baahwa gliserol ester dari
T
Titik nyalaa mengindikasikan tinnggi asaam lemak jenuuh memiliki titikt tuang di atas
a 50°C,
rendahnyya volatilitas dan menunjuukkan temperaatur seddangkan gliseerol ester dari asam lemak tak jenuh
terendah dimana bahhan tersebut dapat terbaakar titiik tuangnya 0°°C.
Gaambar 8. Peng
garuh jenis asaam lemak dan lama proses esterifikasi
e terrhadap titik tuuang gliserol ester
N
Nilai titik tuang
t ketigaa gliserol ester
e siggnifikan pada titik tuang gliserol
g ester dihasilkan
cenderungg stabil dan tidak dipenggaruhi oleh laama darri pengaruh perlakuan jenis asam m lemak,
proses. GGliserol ester stearat dan palmitat
p memiiliki seddangkan lamaa proses esterifikasi dan interaksi
nilai titikk tuang yangg hampir saama, yaitu 544°C keddua perlakuann tidak berpenngaruh secara signifikan
sedangkaan gliserol esteer miristat meemiliki titik tuuang padda α = 0,05.
tertinggi yaitu 57°C. Ketiga glisserol ester yang y
dihasilkann berwujud paadat pada suhhu ruang. Panjang KESIIMPULAN DAN
D SARAN
rantai dan ketidaakjenuhan s
suatu moleekul
mempenggaruhi nilai tiitik tuangnya.. Rantai moleekul Keesimpulan
yang semmakin panjang akan meninggkatkan nilai titik t Sifat fisiko-kimia gliserol esster yang
tuang, sedangkan addanya ikatann rangkap yang y dihhasilkan dipeengaruhi oleh jenis asaam lemak
menandakkan ketidakjenuhan akan menurunkan
m n
nilai reaaktan dan lam ma proses esteerifikasi. Paraameter uji
titik tuanng (Knothe, 2005; Sorianno et al., 20006; renndemen, bilaangan asam,, densitas, viskositas
Ramos et e al., 2009; Knothe 20009; Edith et al., kinnematik, titik nyala dan tiitik tuang daari gliserol
2012). Meskipun
M mirristat memilikki berat moleekul estter stearat, gliserol ester pallmitat dan gliserol ester
dan panjjang rantai paling
p kecil dari stearat dan mirristat menunj njukkan nilai yang berbeeda nyata.
palmitat, namun nilai titik
t tuangnyaa terbesar. Hall ini Seddangkan variiasi lama prooses esterifikkasi hanya
diduga kaarena gugus alkil
a asam lem mak miristat yang
y berrpengaruh padda nilai param meter uji renddemen dan
digunakann berantai lu urus, sedangkan stearat dan bilangan asam.
palmitat m memiliki rantaai gugus alkil yang bercabaang. Sifat fisiko kimia keetiga gliserol ester
e yang
Menurut Dunn (2009 9), rantai guugus alkil yang y dihhasilkan adalaah sebagai berrikut rendemeen 96,10%
bercabangg dapat mengurangi titik tuuang (assam stearat); 95,86% (asam palmitat)); 95,99%
dibandinggkan gugus alkkil yang beranntai lurus. (assam miristat), bilangan asam 22,7 mg m KOH/g
Ester yang diihasilkan dari asam lemak tak
E sammpel (asam stearat); 21,4 46 mg KOH//g sampel
jenuh m memiliki nilai titik tuangg yang ren ndah (assam palmitat)); 20,89 mg KOH/g samppel (asam
sehingga lebih baik dand mudah daalam aplikasinnya. mirristat), densitaas 0,903 g/cmm3 (asam stearrat); 0,910
Namun demikian,
d esster dari asam lemak jennuh g/ccm (asam pallmitat); 0,8122 g/cm3 (asam
3
m miristat),
memiliki stabilitas ok ksidasi dan pelumasan
p yang
y visskositas kineematik (100oC) 11,18 cSt (asam
lebih tingggi (Edith, 2012). Oleh karrena itu, gliseerol c (asam pallmitat); 4,26 cSt (asam
steearat); 11,30 cSt
ester ini dapat diguunakan sebaggai bahan additif mirristat), titik nyala
n 207oC (asam stearaat); 204oC
o
peningkattan kualitas pengapian padaa biodiesel. Hasil
H (assam palmitat)); 173 C (asam miristat) dan titik
analisis ragam menu unjukkan baahwa perbeddaan
tuang 55,5oC (asam stearat); 54oC (asam palmitat); Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai
57oC (asam miristat). Bahan Bakar Lain. Jakarta.
Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan
Saran Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk (ID): UI Press.
proses esterifikasi pada suhu di atas 180oC. Ini Knothe G. 2005. Dependence of biodiesel fuel
disebabkan pada suhu 180oC masih terdapat sisa properties on the structure of fatty acid
reaktan gliserol. Selain itu perlu juga dilakukan alkyl esters. Fuel Process Technol. 86:
penelitian lebih lanjut mengenai proses esterifikasi 1059–1070.
gliserol dengan kemurnian gliserol yang lebih tinggi Knothe G. 2009. Improving biodiesel fuel properties
dari 95% dengan reaktan asam stearat, asam palmitat by modifying fatty ester composition.
dan asam miristat. Energy Environ Sci. 2(7): 759–766.
Knothe G dan Steidley KR. 2011. Kinematic
UCAPAN TERIMA KASIH viscosity of fatty acid methyl esters:
Prediction, calculated viscosity contribution
Terima kasih disampaikan kepada lembaga of esters with unavailable data, and carbon–
penelitian Surfactant and Bioenergy Research oxygen equivalentss. Fuel. 90 (11): 3217–
Center (SBRC) – LPPM IPB Kampus IPB 3224.
Baranangsiang dan Departemen Teknologi Industri Knothe G dan Steidley KR. 2005. Kinematic
Pertanian Kampus IPB Dramaga atas dukungan viscosity of biodiesel fuel components and
financial dan teknis dalam penyelesaian penelitian related compounds, Influence ofcompound
ini. structure and comparison to petrodiesel
fuelcomponents. Fuel. 84 (9): 1059-1065.
DAFTAR PUSTAKA Mittelbach M dan Remschmidt C. 2004. Biodiesel
the Comprehensive Hand Book. 2nd edition.
[ASTM] American Society for Testing and Material. Vienna: Boersedruck Ges. MBH.
2002. Standard Test Methods. Washington National Biodiesel Board. 2010. Uses of Methyl
(DC): American Society for Testing and Esters, Glycerol. National Biodiesel Board
Material. Report Database. Washington (DC):NBB.
Dakka JM, Mozeleski EJ, dan Baugh LS. 2010. Pagliaro M dan Rossi M. 2008. The Future of
Process for making triglyceride plasticizer Glycerol: New Uses of a Versatile Raw
from crude glycerol. US Patent No. Material. RSC Green Chemistry Book
2010110911. Series. London (GB): RSC Publishing.
Dunn RO. 2009. Cold flow properties of soybean oil Phillips JC dan Mattamal GJ. 1978. Effect of
fatty acid monoalkyl ester admixtures. J number of carboxyl groups on liquid
Energy Fuels. 23(8) :4082-4091. density of esters of alkyl carboxylic acids. J
Edith O, Janius RB, dan Yunus R. 2012. Factors Chem Eng. 23(1): 1-6.
affecting the cold flow behaviour of Prasetyo AE, Anggra W, dan Widayat. 2012. Potensi
biodiesel and methodsfor improvement – a gliserol dalam pembuatan turunan gliserol
review. Pertanika J Sci Technol. 20 (1): 1 – melalui proses esterifikasi. J Ilmu Lingk. 10
14. (1): 26-31.
Farobie O. 2009. Pemanfaatan gliserol hasil samping Putri GN. 2014. Rasio molar dan konsentrasi katalis
produksi biodiesel sebagai bahan penolong methyl ester sulfonic acid pada proses
penghancur semen. [tesis]. Bogor (ID): sintesis gliseril ester. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Fessenden RJ dan Fessenden JS. 1982. Kimia Rachmawati M. 2011. Esterifikasi gondorukem
Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): maleat dengan gliserol. [skripsi]. Bogor
Erlangga. (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hilyati, Wuryaningsih, dan Anah L. 2001. Ramirez-Verduzco LF, Rodriguez-Rodriguez JE,
Pembuatan gliserol monostearat dari Jaramillo-Jacob A. 2012. Predicting cetane
gliserol dan asam stearat minyak sawit. Di number, kinematic viscosity, density and
dalam: Prosiding Seminar Nasional X higher heating value of biodiesel from its
Kimia dalam Industri dan Lingkungan. fatty acidmethyl ester composition. J Fuel.
[KESDM] Kementerian Energi dan Sumber Daya 91 (1): 102-111.
Mineral. 2014. Peraturan Menteri Energi Ramos MJ, Fernández C M, Casas A, Rodríguez L,
dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun Pérez Á. 2009. Influence of fatty acid
2014 dalam Perubahan atas Peraturan composition of raw materials on biodiesel
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral properties. J Biores Technol. 100(1): 261–
Nomor 32 Tahun 2008 Tentang 268.
Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06- Wahyuni S. 2015. Esterifikasi gliserol dengan asam
1564-1995: Gliserol Kasar. Jakarta: SNI. lemak sawit menggunakan katalis Methyl
SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. SNI 01- Ester Sulfonic Acid (MESA). [tesis]. Bogor
3555-1998: Minyak dan Lemak. Jakarta: (ID): Institut Pertanian Bogor.
SNI. Westfechtel A, Maker D, dan Muller H. 2012.
Soriano NU Jr, Migo VP, dan Matsumura M. 2006. Oligoglycerol Fatty Acid Ester Additives
Ozonized vegetable oil as pour point for Water-Based Drilling Fluids. US Patent
depressant for neat biodiesel. J Fuel. 85: No. 8148305.
25-31. Widiyarti G dan Hanafi M. 2008. Pengaruh
Utami A. 2013. Pengaruh konsentrasi katalis methyl konsentrasi katalis dan perbandingan
ester sulfonic acid terhadap sifat molaritas reaktan pada sintesis senyawa α-
fisikokimia gliserol ester oleat yang monolaurin. J Reaktor. 12(2): 90-97.
dihasilkan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.