Sie sind auf Seite 1von 8

Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan


Nasional Bagi Nelayan di Kabupaten Jember
(Ability To Pay The Premium Of National Health
Insurance For Fisherman in Jember)
Widya Noormalasari, Nuryadi, Christyana Sandra
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121
e-mail : widyanoor09@gmail.com

Abstract
National Health Insurance is an Indonesian government program which mandates by social Insurance
that required for all Indonesian citizens through BPJS. Coverage by independent participation in
Jember is still very small that equal to 0.75 % of all participants registered. The results of a preliminary
survey on the fisherman shows that 72.5 % of respondents thought unable to pay contribution JKN.
The objective of this study was to calculate the ability to pay contribution of JKN for fishermen in
Jember. This study was a quantitative descriptive study conducted in 3 villages, there are Puger Wetan
village subdistrict Puger, Sumberejo village subdistrict Ambulu, and Lojejer village subdistrict Wuluhan.
Results showed that most of respondents monthly income was middle which was in the interval
≥Rp.3.100.000,- to ≤Rp.7.750.000,- by the average was Rp.6.200.000,-; while the average household
expenditure reached up to Rp.6.077.424,-. The calculation formula has got to calculate ability to pay is
∑Revenue – (-63880+ 0,8653X₁+ 0,6361X3+ 1,277X4+ 1,081X5+ 0,6571X6+ 1,269X7+ 1,151X 8+
1,165X9+ 0,9445X10+ 1,307X11+
1,540X12+ 0,9707X13+ 1,007X14+ 1,159X15+ 0.9988X16+ 1,047X17+ 1,064X18+ 3,517X19+
1,015X20). Most of respondents (54,5%) were able to pay the premium of National Health
Insurance. Most of respondents (61,11%) were only having ability to paid the premium for in-
patient care grade 3 (Rp.25.500,- for one person every month).

Keywords : Ability To Pay, National Health Insurance, Fisherman

Abstrak
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program pemerintah Indonesia yang mengamanatkan
bahwa jaminan sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Cakupan kepesertaan mandiri di Kabupaten Jember
masih sangat sedikit yaitu sebesar 0,75% dari seluruh peserta yang telah terdaftar. Hasil survei
pendahuluan pada nelayan menunjukkan bahwa sebesar 72,5% responden berpendapat tidak
mampu membayar iuran JKN. Tujuan penelitian ini adalah menghitung besar kemampuan
membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi nelayan di Kabupaten Jember. Penelitian ini
merupakan studi deskriptif kuantitatif yang dilakukan di tiga desa, yaitu Desa Puger Wetan - Puger,
Desa Sumberejo - Ambulu, dan Desa Lojejer - Wuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar pendapatan per bulan responden tergolong sedang yakni berada pada interval
≥Rp.3.100.000,- s.d ≤Rp.7.750.000, -dengan rata-rata sebesar Rp.6.200.000,-; sedangkan rata-
rata total pengeluaran rumah tangga mencapai Rp.6.077.424,-. Formula perhitungan ATP yang
didapatkan adalah ATP =∑Pendapatan – (-63880+ 0,8653X ₁+ 0,6361X3+ 1,277X4+ 1,081X5+
0,6571X6+ 1,269X7+ 1,151X8+ 1,165X9+ 0,9445X10+ 1,307X11+ 1,540X12+ 0,9707X13+ 1,007X14+
1,159X15+ 0.9988X16+ 1,047X17+ 1,064X18+ 3,517X19+ 1,015X20). Sebagian besar responden
(54,5%) mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional. Sebagian besar responden hanya
memiliki kemampuan membayar iuran untuk rawat inap kelas 3 (Rp.25.500,- per orang per bulan).
Kata Kunci: Kemampuan Membayar, Jaminan Kesehatan Nasional, Nelayan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 147


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

Pendahuluan Masyarakat nelayan merupakan kelompok


masyarakat yang relatif tertinggal secara
Hak tingkat hidup yang memadai untuk ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses
kesehatan dan kesejahteraan diri dan pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural
keluarganya merupakan hak asasi manusia dan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain
diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di [4]. Hasil survei pendahuluan pada nelayan
Indonesia. Hal ini diatur dalam UU 36/2009 menunjukkan bahwa sebesar 72,5% responden
tentang Kesehatan yang menegaskan bahwa berpendapat tidak mampu membayar iuran JKN.
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam Rendahnya kemampuan membayar iuran
memperoleh akses terhadap sumber daya di jaminan kesehatan bagi para nelayan dapat
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan berdampak terhadap minimnya keikutsertaan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. golongan pekerja tersebut terhadap program
Usaha pemerintah dalam mewujudkannya JKN.
telah dimulai dengan menyelenggarakan Kemampuan membayar kesehatan
beberapa bentuk jaminan sosial di bidang (Ability To Pay) yaitu besarnya dana yang
kesehatan, diantaranya adalah PT Askes sebenarnya dapat dialokasikan untuk
(Persero), PT Jamsostek (Persero), Jamkesda, membiayai kesehatan yang bersangkutan [5].
dan Jamkesmas. Namun usaha untuk Besaran iuran yang harus dibayarkan oleh
memenuhi hak setiap orang terhadap kesehatan peserta mandiri Jaminan Kesehatan Nasional
masih sangat jauh, karena masih banyak untuk kelas rawat 3 Rp.25.500, kelas rawat 2
penduduk Indonesia yang belum termasuk Rp.42.500, dan kelas rawat 1 Rp.59.500 [6].
dalam kepesertaan jaminan kesehatan. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP
Mengatasi hal tersebut maka dikeluarkan didasarkan pada alokasi biaya untuk
Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang pemenuhan terhadap kebutuhan sehari-hari dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang pendapatan rutin. Faktor yang mempengaruhi
mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib ATP kesehatan antara lain: harga barang (biaya
bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan kesehatan), pendapatan konsumen, dan jumlah
Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan anggota keluarga [7]. ATP dibagi menjadi tiga
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). JKN kelompok yaitu non food expenditure, non
diselenggarakan dengan menggunakan essensial expenditure, dan essensial
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang expenditure [8]. Dalam konsep ATP, besar
bersifat wajib (mandatory) dengan tujuan untuk kemampuan membayar untuk pelayanan
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kesehatan adalah jumlah pengeluaran untuk
masyarakat yang layak dan diberikan kepada barang non esensial tersebut. Asumsinya adalah
setiap orang yang telah membayar iuran atau kalau seseorang mampu mengeluarkan belanja
iurannya dibayar oleh Pemerintah [1]. untuk barang non esensial maka tentu orang
Cakupan kepesertaan JKN yang tersebut juga mampu mengeluarkan biaya untuk
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan Kantor pelayanan kesehatan yang sifatnya esensial [9].
Cabang Kabupaten Jember telah mencapai
1.084.258 jiwa, yakni terdiri dari 8.126 peserta Tujuan dari penelitian ini adalah
mandiri, 136.440 pengalihan peserta Askes, menghitung besar kemampuan membayar iuran
3.679 Anggota TNI, 2.930 Anggota Polri,
JKN bagi nelayan di Kabupaten Jember.
903.963 peralihan dari peserta Jamkesmas dan
29.120 Badan Usaha [2]. Hal ini menunjukkan Metode Penelitian
bahwa peserta mandiri program Jaminan
Kesehatan Nasional untuk Kabupaten Jember Jenis penelitian yang digunakan adalah
yakni mereka yang tergolong dalam kelompok penelitian deskriptif dengan pendekatan
peserta bukan penerima upah masih sangat kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada rumah
sedikit yaitu sebesar 0,75% dari seluruh peserta tangga nelayan yang tersebar di wilayah
yang telah terdaftar. Kecilnya jumlah tenaga Kabupaten Jember, antara lain di Kecamatan
kerja sektor informal yang terlindungi jaminan Puger, Ambulu, dan Wuluhan dan dilaksanakan
kesehatan disebabkan rendahnya kemampuan pada bulan Juni - Oktober 2014.
finansial untuk membayar premi asuransi dan Populasi dalam penelitian ini adalah
masih rendahnya kesadaran dan pemahaman rumah tangga yang kepala keluarganya bekerja
tentang kesehatan dan keselamatan kerja [3]. sebagai nelayan yaitu sebanyak 6.505 keluarga.
Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael,

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 148


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

X = variabel ATP (pengeluaran


total besar sampel yang digunakan dalam 1-n
penelitian ini sebanyak 99 keluarga nelayan
pangan, pangan non esensial,
yang tersebar di 3 (tiga) Desa, yaitu Desa Puger
Wetan Kecamatan Puger, Desa Sumberejo dan non pangan)
β = konstanta
Kecamatan Ambulu, dan Desa Lojejer 0
Kecamatan Wuluhan. Teknik pengambilan β = koefisien variabel ATP
sampel menggunakan teknik multistage random 1-n
sampling. Hasil Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara langsung kepada responden Pendapatan Keluarga
dengan menggunakan modifikasi kuesioner Pendapatan keluarga dalam penelitian ini
SUSENAS milik BPS untuk memperoleh data dihitung berdasarkan total semua penghasilan
mengenai total pendapatan keluarga dan total yang diperoleh tiap keluarga nelayan per bulan.
pengeluaran yang dibagi menjadi pengeluaran Berdasarkan hasil wawancara responden
untuk pangan, non pangan dan pangan non
(nelayan) untuk total pendapatan keluarga per
esensial; dan dokumentasi untuk memperoleh
data mengenai jumlah rumah tangga nelayan di bulan maka dapat diperoleh data sebagai
Kabupaten Jember. berikut:
Analisis data dalam penelitian ini Tabel 1 Pendapatan per bulan Keluarga Nelayan di
menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari Kabupaten Jember
uji normalitas, linearitas, autokorelasi, Kategori Pendapatan Keluarga (Rp) per bulan
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas untuk
Minimum Rp. 500.000,-
memastikan model yang dihasilkan bersifat Maksimum Rp.20.800.000,-
BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator), dan Rata-rata Rp. 6.200.000,-
analisis regresi model linear dengan bantuan Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
program statistik R-Commander untuk
mengetahui variabel-variabel yang signifikan diketahui rata-rata pendapatan per bulan
dan koefisien dari masing-masing variabel keluarga nelayan di Kabupaten Jember adalah
pengeluaran. sebesar Rp 6.200.000,-. Selanjutnya, besarnya
Model persamaan regresi linear berganda pendapatan keluarga juga dikelompokkan
adalah sebagai berikut: menjadi kategori pendapatan rendah, sedang,
Ŷ = β0 + β₁X₁ + β2X2 + ... + βnXn + dan tinggi. Adapun distribusi pendapatan
ȇ Keterangan: keluarga nelayan di Kabupaten Jember adalah
Ŷ = nilai ramalan atau prediksi dari sebagai berikut:
peubah atau variabel respon Tabel 2 Distribusi Pendapatan per bulan Keluarga
X = nilai pengamatan dari variabel
1-n Nelayan di Kabupaten Jember
prediktor Pendapatan Interval Jumlah Responden
β = konstanta Keluarga (Rp) N ((%
0
β = koefisien kemiringan model regresi Rendah < Rp 3.100.000,- 25 25,3
1-n Sedang ≥ Rp 3.100.000,- s.d 43 43,4
atau parameter ≤ Rp 7.750.000,-
ȇ = eror terms Tinggi > Rp 7.750.000,- 31 31.3
Formula ATP yang didapatkan adalah Total 99 100,00
sebagai berikut: Berdasarkan tabel 2 tentang besar
pendapatan per bulan keluarga nelayan di
ATP = ∑ Pendapatan – (β0 + β1X1 + β2X2 + ... +
Kabupaten Jember, dapat disimpulkan bahwa
βnXn) kelompok terbanyak (43,4%) adalah responden
Keterangan: dengan pendapatan keluarga pada kategori
ATP = kemampuan membayar sedang. Sesuai dengan hasil wawancara
rumah tangga nelayan untuk diketahui juga bahwa dari 99 responden
iuran jaminan kesehatan terdapat 18 responden yang tidak hanya
∑Pendapatan = total pendapatan keluarga mendapatkan uang dari hasil melaut saja, tetapi
nelayan perbulan ada peran istri yang ikut membantu untuk

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 149


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Jenis memenuhi syarat untuk menjadi model yang
usaha yang dilakukan adalah dengan membuka baik karena asumsi linearitas terpenuhi.
toko kelontong, menjual hasil tangkapan ikan di 3) Uji Autokorelasi
TPI, menjual makanan, menjadi instruktur Uji autokorelasi dari sebuah model dapat
senam dan buruh. dilakukan dengan menggunakan uji Durbin
Watson. Dalam pengujian yang menggunakan
Jenis dan Total Pengeluaran
jumlah data sebanyak 99 (n = 99) dan jumlah
Identifikasi jenis pengeluaran rumah
variabel independen sebanyak 20 (k = 20) serta
tangga pada penelitian ini dibedakan menjadi
dengan tingkat signifikansi 0,05 (α = 0,05), maka
pengeluaran rumah tangga untuk pangan,
diperoleh nilai dL = 1,2230 dan dU = 2,1677.
pengeluaran untuk pangan non esensial dan
Diperoleh nilai statistik Durbin Watson (d) pada
pengeluaran untuk non pangan. Berikut rincian
model regresi total pengeluaran sebesar 2,354.
persentase rata-rata jenis dan total pengeluaran
Nilai d yang dihasilkan lebih besar dari dU
rumah tangga nelayan di Kabupaten Jember: (2,345 > 2,1677), sehingga dapat disimpulkan
Tabel 3 Persentase Rata-Rata Pengeluaran Rumah model regresi tersebut memenuhi syarat
Tangga Nelayan Berdasarkan Penggolongan menjadi model regresi yang baik karena tidak
Jenisnya terdapat autokorelasi positif.
Pengeluaran Rata-rata Persentase (%)
4) Uji Multikolinearitas
Pangan Rp 1.122.303,- 18,47
Pangan Non Rp 825. 424,- 13,58 Pengujian dapat dilakukan dengan
Esensial menggunakan VIF (Variance Inflanatory Factor)
Non Pangan Rp 4.129.697,- 67,95 dan Tolerance. Hasil pengujian menunjukkan
Total Rp 6.077.424,- 100,00 bahwa tidak ada variabel independen yang
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,100 berarti
persentase terbesar rata-rata pengeluaran tidak ada korelasi antar variabel independen.
rumah tangga nelayan di Kabupaten Jember Multikolinearitas juga diuji dengan menghitung
adalah non pangan dengan besar persentase VIF (Variance Inflating Factor). Bila nilai VIF
67,95. lebih kecil dari 5 maka tidak terjadi
multikolinearitas. Semua nilai VIF pada tabel di
Uji Asumsi Klasik
atas menunjukkan angka kurang dari 5. Dengan
Uji asumsi klasik bertujuan memberikan demikian dapat disimpulkan bahwa model pada
kepastian bahwa model persamaan regresi yang penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, model regresi yang baik karena tidak terjadi
tidak bias dan konsisten. Uji asumsi klasik untuk korelasi antar variabel independen (non-
model linear regresi menggunakan program multikolinearitas).
statistik SPSS 11.5. Berikut hasil dari uji asumsi 5) Uji Heteroskedastisitas
klasik pemodelan regresi total pengeluaran: Uji heteroskedastis pada model regresi bisa
1) Uji Normalitas dilakukan dengan uji Glejser. Pengujian ini akan
Pengujian normalitas residual terhadap model memperoleh nilai sig yang nantinya akan
regresi ini menggunakan uji One Sample dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α =
Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian 0,05). Berdasarkan hasil pengujian diketahui
menunjukkan nilai Asymp.Sig sebesar 0,606, bahwa nilai sig tiap variabel lebih besar dari α =
yakni lebih besar dari α (0,606 > 0,05), sehingga 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi
dapat disimpulkan bahwa residual model regresi total pengeluaran dikatakan baik karena
berdistribusi normal. memenuhi asumsi homokedastis.
2) Uji Linearitas
Hasil pengujian menunjukkan scatterplot tidak Pemodelan Regresi Linear Berganda
membentuk pola tertentu sehingga dapat
Formula perhitungan Ability To Pay pada
disimpulkan bahwa model pada penelitian ini
penelitian ini didapatkan dari pemodelan regresi

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 150


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

linear program statistik R-Commander. 1,307X11+ 1,540X12+ 0,9707X13+


Berdasarkan hasil pemodelan regresi linear
1,007X14+ 1,159X15+ 0.9988X16+
yang bersumber dari wawancara responden
(nelayan) terkait rincian besar pengeluaran 1,047X17+ 1,064X18+ 3,517X19+ 1,015X20)
rumah tangga per bulan didapatkan hasil bahwa
dari 20 variabel pengeluaran rumah tangga Besar Riil ATP Nelayan
terdapat 13 variabel yang sangat signifikan Dengan menggunakan formula ATP
(padi-padian, telur dan susu, kacang-kacangan, yang telah didapatkan sebelumnya, berikut ini
buah-buahan, minyak dan lemak, bahan dapat dilihat gambaran besaran kemampuan
minuman, konsumsi lain, makanan dan membayar nelayan di Kabupaten Jember untuk
minuman jadi, tembakau dan sirih, perumahan iuran jaminan kesehatan nasional.
dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan
Tabel 4 Ability To Pay Iuran Jaminan Kesehatan
jasa termasuk kesehatan, pakaian, keperluan
Nasional bagi Nelayan di Kabupaten Jember
pesta), 4 variabel cukup signifikan (daging,
Kategori Ability To Pay (Rp)
sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, barang tahan
Minimum Rp. 934,-
lama), 2 variabel signifikan (ikan dan pajak) dan Maksimum Rp. 85.413,-
1 variabel yang sangat tidak signifikan (umbi- Rata-rata Rp. 30.736,-
umbian). Standar deviasi Rp. 19.533,-

Pemodelan regresi linear berganda untuk Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa


pengeluaran rumah tangga nelayan mencakup rata-rata kemampuan membayar nelayan per
koefisien tiap variabel pengeluaran dan variabel- bulan adalah sebesar Rp 30.736,-. Selanjutnya,
variabel yang signifikan berpengaruh terhadap berdasarkan tingkatannya, Ability To Pay
besar pengeluaran keluarga nelayan di dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tidak
Kabupaten Jember. Model persamaan yang mampu dan mampu. Distribusi datanya adalah
didapatkan adalah sebagai berikut: sebagai berikut:
Ŷ = -63880+ 0,8653X₁+ 0,6361X3+ 1,277X4+ Tabel 5 Distribusi Ability To Pay Iuran Jaminan
Kesehatan Nasional bagi Nelayan di
1,081X5+ 0,6571X6+ 1,269X7+ 1,151X8+
Kabupaten Jember
1,165X9+ 0,9445X10+ 1,307X11+ 1,540X12+
Ability Interval Jumlah Responden
0,9707X13+ 1,007X14+ 1,159X15+ 0.9988X16 + To Pay (Rp) N (%)
Tidak Mampu < Rp 25.500,- 45 45,5
1,047X17+ 1,064X18+ 3,517X19+ 1,015X20 Mampu > Rp 25.500,- 54 54,5
Total 99 100,00
Formula ATP Iuran JKN
Berdasarkan tabel 5 terkait besar Ability
Selanjutnya dari pemodelan regresi To Pay iuran jaminan kesehatan nasional per
pengeluaran rumah tangga nelayan yang telah bulan bagi nelayan di Kabupaten Jember, dapat
diuji berdasarkan asumsi klasik model linear disimpulkan bahwa sebagian besar responden
didapatkan formula ATP jaminan kesehatan (54,5%) mampu membayar iuran. Bagi
yakni selisih antara total pendapatan tiap responden yang tergolong mampu akan
responden dan besar pengeluaran dengan dikategorikan lagi berdasarkan kelas rawat.
mengimplementasikan pemodelan regresi Distribusi datanya adalah sebagai berikut:
tersebut. Formula ATP yang digunakan untuk Tabel 6 Distribusi Kelas Rawat Responden yang
menghitung seberapa besar kemampuan Mampu Membayar Iuran Jaminan
membayar nelayan untuk iuran Jaminan Kesehatan Nasional
Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut: Kelas Besar Iuran Jumlah Responden
ATP = ∑ Pendapatan – Ŷ Rawat (Rp) N (%)
ATP = ∑ Pendapatan – (-63880+ 0,8653X₁+ Kelas rawat 1 Rp 59.500,- 15 27,78
Kelas rawat 2 Rp 42.500,- 6 11,11
0,6361X3+ 1,277X 4+ 1,081X5+ 0,6571X6+ Kelas rawat 3 Rp 25.500,- 33 61,11
Total 54 100,00
1,269X7+ 1,151X8+ 1,165X9+ 0,9445X10+

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 151


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

Berdasarkan tabel 6 terkait 13,58% dan pengeluaran non pangan adalah


pengkategorian kelas rawat responden yang 67,95%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil
mampu membayar iuran JKN menunjukkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2013 Provinsi Jawa Timur yang
bahwa sebagian besar responden (61,11%)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
hanya memiliki kemampuan membayar iuran persentase yang cukup tinggi untuk jenis
untuk kelas rawat 3 yang besar iuran Rp pengeluaran pangan dan non pangan.
25.500,- per orang per bulan. Berdasarkan hasil SUSENAS, persentase rata-
rata jenis pengeluaran rumah tangga di
Pembahasan Kabupaten Jember adalah 39,09% untuk jenis
pengeluaran pangan, 17,96% untuk
Berdasarkan pengambilan data penelitian pengeluaran pangan non esensial dan 45,95%
yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pengeluaran non pangan [13].
sebagian besar responden berada pada tingkat Perbedaan hasil penelitian ini dengan
pendapatan sedang dengan besar pendapatan hasil SUSENAS 2013 dapat terjadi karena pola
keluarga per bulan berada pada interval konsumsi masyarakat nelayan yang mungkin
≥Rp.3.100.000,- s.d ≤Rp.7.750.000,- dan rata- berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
rata pendapatan seluruh responden per bulan Hal ini terlihat dari rata -rata pengeluaran
adalah sebesar Rp.6.200.000,-. Hasil penelitian tertinggi ada pada jenis pengeluaran non
ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pangan untuk aneka barang dan jasa yakni
nelayan telah melebihi UMR. Hasil tersebut sebesar Rp.3.799.172, -. Besar pengeluaran
telah sesuai dengan penelitian yang tersebut terletak pada pembelian solar untuk
menyatakan bahwa rata-rata pendapatan bahan bakar perahu yang setiap harinya bisa
nelayan yang menggunakan kapal motor mencapai 10 sampai 150 liter. Selain itu
ataupun sampan di Kecamatan Dayun, pengeluaran untuk tembakau atau sirih terbilang
Kabupaten Siak, Propinsi Riau telah melebihi tinggi yakni sebesar Rp.376.859,- dimana jenis
besaran UMR di daerah tersebut [10]. Hasil pengeluaran inilah yang menjadi ukuran
penelitian lain juga menyatakan bahwa nelayan kemampuan membayar biaya pelayanan
perahu cungkring tanpa mesin, nelayan perahu kesehatan [14].
cungkring dengan mesin dan nelayan kapal Berpedoman pada kuesioner milik BPS
motor mempunyai rata-rata pendapatan yang tentang Survey Sosial dan Ekonomi Nasional
melebihi UMR Kabupaten Belitung Timur [11]. (SUSENAS), terdapat 20 variabel jenis
Kesesuaian hasil penelitian ini dengan pengeluaran rumah tangga yang dijadikan
penelitian sebelumnya terjadi karena tingkat acuan untuk mengetahui pola konsumsi
pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil
jumlah hasil tangkapan ikan. Wilayah perikanan analisis pemodelan regresi program statistik R-
pulau Sumatera, Jawa, Bali Dan Nusa Tenggara Commander menunjukkan bahwa terdapat 19
berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan variabel jenis pengeluaran yang dinyatakan
Samudra Indonesia (pantai selatan). Potensi, signifikan mempengaruhi total pengeluaran
produksi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya rumah tangga responden (nelayan) dan 1
perikanan di wilayah tersebut relatif sama variabel lainnya dinyatakan tidak signifikan yakni
dengan keberagaman jenis ikan yang dominan jenis pengeluaran pangan berupa umbi-umbian.
sama karena berada di perairan laut yang sama Maka dapat disimpulkan bahwa variabel jenis
[12]. Besarnya pendapatan keluarga nelayan pengeluaran non pangan dapat dijadikan acuan
tidak hanya berasal dari hasil melaut saja, tetapi untuk perhitungan ability to pay kesehatan
ada peran istri yang ikut membantu untuk seperti yang dikemukakan oleh beberapa
meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Jenis peneliti. Hasil penelitian tersebut telah sesuai
usaha yang dilakukan adalah dengan membuka dengan teori yang menjelaskan bahwa
toko kelontong, menjual hasil tangkapan ikan di kemampuan membayar seseorang terhadap
TPI, menjual makanan, menjadi instruktur kesehatan dapat dihitung berdasarkan
senam dan buruh. pengeluaran rumah tangga non makanan, yaitu
Rata-rata total pengeluaran rumah tangga perumahan dan bahan bakar, aneka barang dan
nelayan adalah sebesar Rp.6.077.424,- dan jasa, biaya pendidikan, pakaian, bahan tahan
secara berturut-turut persentase rata-rata lama, pajak dan asuransi, keperluan pesta dan
pengeluaran pangan responden adalah 18,47%, upacara adat, dan biaya kesehatan [15].
pengeluaran pangan non esensial adalah

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 152


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

Kesesuaian hasil penelitian ini dengan Jumlah anggota keluarga yang menjadi
teori perhitungan ATP kesehatan terjadi karena tanggungan juga memiliki pengaruh terhadap
konsep kemampuan membayar itu kemampuan membayar. Hal ini ditunjukkan
dikembangkan dari perspektif coping strategic dengan semakin banyak jumlah anggota
yang mencakup berbagai upaya yang dilakukan keluarga akan semakin besar pula alokasi dana
individu atau keluarga dalam memobilisasi yang harus disediakan setiap keluarga untuk
sumberdaya yang sifatnya tidak rutin untuk membayar iuran jaminan kesehatan. Sesuai
membayar suatu produk atau jasa yang mereka dengan teori bahwa Ability To Pay seseorang
perlukan, dalam hal ini adalah asuransi dipengaruhi oleh harga barang (biaya
kesehatan yang sifatnya esensial dan besarnya kesehatan), besar pendapatan, dan jumlah
dapat dilihat dari jumlah pengeluaran keluarga anggota keluarga [7].
untuk barang yang sifatnya non esensial.
Pada penelitian ini didapatkan hasil Simpulan dan Saran
sebagian besar responden (54,5%) mampu
Berdasarkan hasil penelitian yang
membayar iuran JKN dengan rata-rata sebesar
dilakukan tentang kemampuan membayar iuran
Rp.30.736,- per orang. Berdasarkan pemaparan
JKN bagi nelayan di Kabupaten Jember, maka
hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a)
responden atau masyarakat nelayan memiliki
Besar pendapatan keluarga responden per
kemampuan membayar iuran JKN untuk kelas
bulan terbanyak berada pada kategori sedang
rawat 3 yang nominalnya sebesar Rp.25.500,-
yakni berada pada interval ≥Rp.3.100.000,- s.d
per orang per bulan. Hasil tersebut telah sesuai
≤Rp.7.750.000,- dengan rata-rata pendapatan
dengan harapan Pemerintah Indonesia yang
per bulan sebesar Rp.6.200.000,. Rata-rata
tertera pada visi BPJS Kesehatan yakni
jenis pengeluaran terbesar ada pada
mengharuskan seluruh penduduknya ikut
pengeluaran non pangan yaitu Rp.4.129.141,-,
berpartisipasi dalam program Jaminan
pengeluaran pangan sebesar Rp.1.139.232,-,
Kesehatan Nasional, yang artinya setiap orang
dan pengeluaran untuk pangan non esensial
harus mempunyai kemampuan membayar
sebesar Rp.845.636,- dengan rata-rata total
minimal Rp.25.500,- untuk dapat berpartisipasi
pengeluaran rumah tangga mencapai
dan memberikan kontribusi pembiayaan
Rp.6.077.424,- per bulan. b) Formula
kesehatan yang menganut model asuransi
perhitungan kemampuan membayar iuran JKN
sosial.
bagi nelayan adalah sebagai berikut: ATP = ∑
Kesesuaian hasil penelitian dengan
Pendapatan – Ŷ
harapan Pemerintah terjadi karena besar
pendapatan keluarga nelayan yang telah = ∑ Pendapatan – (-63880+ 0,8653X₁+
melebihi UMR, hal ini menjadi faktor utama yang 0,6361X3+ 1,277X4+ 1,081X5+ 0,6571X6+
mempengaruhi kemampuan membayar
seseorang terhadap biaya kesehatan. 1,269X7+ 1,151X8+ 1,165X9+ 0,9445X10+
Pernyataan bahwa sebagian besar responden 1,307X11+1,540X12+0,9707X13+
hanya mampu membayar iuran untuk kelas
rawat 3 dengan nominal Rp.25.500,- per orang 1,007X14+ 1,159X15+ 0.9988X16+
per bulan dikarenakan minimnya saving money 1,047X17+ 1,064X18+ 3,517X19+ 1,015X20).
akibat rata-rata pengeluaran non esensial yang
sangat tinggi dan jumlah anggota keluarga yang c) Sebagian besar responden (54,5%) mampu
menjadi tanggungan. Rata-rata responden membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional.
memiliki perilaku yang konsumtif terhadap Hasil pemaparan menunjukkan bahwa sebanyak
pengeluaran non esensial seperti rokok. Rata- 33 responden memiliki kemampuan membayar
rata ability to pay responden yang sebesar Rp iuran Jaminan Kesehatan Nasional untuk kelas
30.736,- hanya 0,5% dari rata-rata pendapatan rawat 3 yang besar nominalnya adalah
keluarga nelayan per bulan, sedangkan rata-rata
Rp.25.500,- per orang per bulan.
pengeluaran untuk tembakau dan sirih
mencapai 5,93% dari pendapatan keluarga per Adapun beberapa saran yang diberikan
bulan. Jika rumah tangga mampu menekan oleh peneliti adalah: 1) Masyarakat nelayan
pengeluaran untuk keperluan non esensial diharapkan dapat mengurangi jumlah
seperti rokok, maka bukan tidak mungkin pengeluaran yang bersifat non esensial seperti
kemampuan membayar masyarakat nelayan pengeluaran untuk rokok dan arisan. Untuk
terhadap iuran JKN dapat lebih tinggi lagi.
meningkatkan kesadaran masyarakat akan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 153


Noormalasari, et al, Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi Nelayan...

pentingnya alokasi biaya untuk kesehatan, [6] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
dapat dilakukan sosialisasi atau penyuluhan Kesehatan. Panduan Layanan Bagi
oleh petugas kesehatan dan membentuk suatu Peserta BPJS Kesehatan; Jakarta. 2014
perkumpulan dibawah pengawasan Kepala
[7] Faiz A. Studi Kemampuan-Kemauan
Desa yang berfungsi seperti koperasi khusus
Membayar Konsumen Jasa Angkutan
bagi nelayan. 2) Pihak BPJS Kesehatan dapat
Umum Bus Damri-Ekonomi di Kota
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait
Surabaya. Media Informasi & Komunikasi
adanya peran serta kader kesehatan disetiap
desa nelayan guna membantu dalam kegiatan Aplikasi Teknik Sipil Terkini; 2006. Vol. 1(1)
pengumpulan besaran iuran yang dapat [8] Russel S. Ability to Pay for Health Care:
dilakukan setiap hari dengan menerapkan Concepts and Evidence. Health Policy and
sistem tabungan. 3) Kader kesehatan Planning; 1996. Vol 11(3): 219-37
diharapkan dapat berperan aktif dalam
[9] Adisasmita W. Rancangan Peraturan
pengumpulan iuran dan membantu kepentingan
Daerah tentang Penyelenggaraan
administrasi bagi pasien atau pengguna kartu
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: FKM UI;
BPJS Kesehatan di daerah tersebut. 4) Bagi
2008
peneliti selanjutnya dapat dilakukan
pengembangan penelitian dalam hal jumlah [10] Hendrik. Analisis Pendapatan dan Tingkat
responden guna mendapatkan sampel populasi Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau
yang lebih banyak, jumlah variabel pengeluaran Pulau Besar dan Danau Bawah di
yang dianalisis untuk meminimalisir error Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Propinsi
sehingga nilai hasil estimasi semakin mendekati Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan; 2011.
nilai sebenarnya dan jenis responden yang lebih Vol 16(1): 21-32
spesifik mengingat terdapat beberapa jenis [11] Pratama. Analisis Pendapatan Nelayan
nelayan dengan tingkat pendapatan yang Tradisional Pancing Ulur di Kecamatan
berbeda-beda. Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Jurnal
Daftar Pustaka Perikanan dan Kelautan; 2012. Vol 3(3):
107-116
[1] Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Lembaran Negara Republik Indonesia [12] Adisanjaya N. Potensi, Produksi
Nomor 150. Jakarta: Undang-Undang Sumberdaya Ikan di Perairan Laut
Republik Indonesia Nomor 40; 2004 Indonesia dan Permasalahannya; (Tanpa
[2] Koran Radar Jember. Peserta Mandiri BPJS Tahun)
Kesehatan Masih Rendah. Jember; 11 [13] Badan Pusat Statistik. Hasil Survei Sosial
Maret 2014. p. 38 Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi
[3] Ramdan I. Memperbaiki Kondisi Kesehatan Jawa Timur. Surabaya; 2013
dan Keselamatan Kerja Sektor Informal [14] Susilowati. Rumus Perhitungan ATP dan
Melalui Program Corporate Social
WTP. Jogjakarta; 2001
Responsibility Perusahaan. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan; 2012. [15] Gani A. Kemampuan Membayar (ATP) dan
Vol 15(1): 2-6 Kebijakan Tarif Pelayanan Kesehatan.
Tesis. FKM-UI; 1997
[4] Kusnadi. Nelayan Strategi Adaptasi dan
jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
Utama Press; 2002
[5] Kemenkes RI. Pedoman Penetapan dan
Koleksi Premi JPKM. Jakarta; 2001

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 154

Das könnte Ihnen auch gefallen