Sie sind auf Seite 1von 58

Ukhwah Asyifusyinen

"Apa yang Kita Tuju Itulah Yang Kita Maksud"


 Ekonomi
 Asyifusyinen
 Dunia Islam
 Coretanku
 Ilmu
 Artikel
 Privacy Policy
 Disclaimer
 Contact Us
 About Us

Home » Islam » MAKALAH TENTANG SURGA

MAKALAH TENTANG SURGA


POSTED BY AKHWAH ASYIFUSYINEN POSTED ON 8:46 AM WITH NO COMMENTS
Advertisement
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang surga, berarti sama saja berbicara tentang keimanan,
keyakinan, atau kepercayaan, sebab berbicara tentang surga berarti berbicara
tentang alam ghaib, dimana surga tidak dapat di lihat dengan mata kepala,
atau dengan pandangan kasat mata atau alat semacamnya.
Namun, meskipun demikian, Surga itu benar adanya, banyak dalil-dalil
Nakli dan Aqli tentang surga, dan begitu pula dalam hadist, sebab pada
dasarnya setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, tanpa terkecuali,
namun mati bukanlah akhir dari segalanya, melainkan permulaan untuk
kehidupan yang sebenarnya. Dimana saat kita telah mati maka hanya dua
tempat yang tersedia untuk kita semua, Surga dan Neraka, tidak ada tempat
lain selain kedua itu, oleh sebab itu dalam kesempatan ini kami akan
membahas tentang “Surga”, secara terperinci.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Surga ?
2. Apa ayat dan hadist tentang Surga ?
3. Dan bagaimana gambaran nikmat Surga dan kehidupan di dalamnya ?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, yang menjadi
tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian Surga
2. Memahami tentang Ayat dan Hadist yang membahas tentang Surga itu
benar adanya.
3. Mengetahui tentang nikmat surga dan kebahagiaan bila masuk ke
dalamnya.
4. Dengan mengetahui semua itu semoga kita senantiasa berubudiah kepada
Allah S.W.T, agar mendapat “RahmanNya” di dunia dan juga mendapatkan
“RahimNya” di akhirat kelak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. SURGA
1. Definisi Surga
Jannah atau surga menurut etimologi berarti taman yang terdiri dari
pohon kurma atau pohon lain-lain. Kata ini diambil dari lafal janna yang
artinya menutupi. Sebab disebut demikian ialah karena pohon-pohon yang
ada di dalam surga amat rindang daunnya, rimbun sekali, sedang cabang-
cabang dari pohon yang satu bertaut dengan cabang-cabang dari pohon
lainnya, sehingga bagian atas merupakan sebuah naungan atau payung
tempat berteduh.
Adapun yang dimaksud dengan surga ialah suatu tempat kediaman
atau perumahan yang disediakan oleh Allah swt. untuk hamba-hamba-Nya
yang bertakwa kepada-Nya sebagai balasan kepada mereka atas
keimanannya yang jujur dan benar serta amal perbuatannya yang saleh.
Dalam Alquran juga disebutkan bahwa luas surga itu adalah seluas
keseluruhan langit dan bumi yakni alam semesta ini. Pernah Nabi saw.
ditanya tentang tempat neraka, “Jika luas surga adalah seluas keseluruhan
langit dan bumi, maka di manakah tempat neraka?” Beliau memberikan
jawaban tentang ini dengan sabdanya, “Maha Suci Allah, di manakah malam,
jika siang sudah menjelma.”

2. Penghuni surga
Surga tidak akan dimasuki selain orang yang benar-benar
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mulia serta bersifat dengan
berbagai keutamaan dan keluhuran. Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya
Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan
mengaruniakan surga untuk mereka. Mereka berperang untuk membela
agama Allah, sebab itu mereka pun membunuh dan terbunuh, menuruti janji
Allah yang tersebut dalam kitab Taurat, Injil dan Alquran. Siapakah yang
lebih menepati janjinya daripada Allah itu? Oleh sebab itu, maka
bergembiralah dengan perjanjian yang telah kamu semua perbuat. Yang
sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar sekali. Orang-orang yang
bertobat kepada Allah, orang-orang yang menyembah-Nya, orang-orang
yang memuji-Nya, orang-orang yang berpuasa, orang-orang yang rukuk,
orang-orang yang sujud, orang-orang yang menyuruh mengerjakan kebaikan,
orang-orang yang melarang mengerjakan keburukan dan orang-orang yang
menjaga batas-batas hukum Allah, maka sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang beriman itu.” (Q.S. At-Taubah:111-112)

3. Kenikmatan surga
Allah Taala menjelaskan tentang sifat-sifat dan keadaan surga yakni
bahwa kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya kekal, kesenangan di
situ tidak akan pernah habis dan apa saja yang terdapat di dalamnya benar-
benar tidak ada tandingannya. Tentang sungai-sungainya banyak sekali dan
bercabang-cabang pula, airnya pun meluap dan tidak akan kering. Dalam
Alquran disebutkan, “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa ialah sebagai suatu taman yang di dalamnya ada
sungai-sungai yang airnya tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari
susu yang rasanya tetap tidak berganti-ganti, sungai-sungai dari anggur yang
amat sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya dan sungai-sungai
dari madu yang bening jernih. Di sana mereka memperoleh segala macam
buah-buahan serta pengampunan dari Tuhan.” (Q.S. Muhammad:15)
Sungai-sungai mengalir di bawah gedung-gedung dan istana-istana
yang besar-besar lagi indah, yang di dalamnya penuh tersedia berbagai buah-
buahan dan daging burung. Ini jelas difirmankan oleh Allah Taala, “Para
penghuni surga menerima buah-buahan, yang mana saja mereka bebas
memilihnya dan juga daging burung, mana saja yang mereka inginkan” (Q.S.
Al-Waqi'ah:20-21)
Penghuni-penghuni surga setiap dikaruniai rezeki berupa buah-
buahan, mereka senantiasa berkata, “Ini tentunya yang pernah kita peroleh
sebelum sekarang,” padahal yang diberikan kepada mereka memang serupa
benar dengan yang lalu. Tetapi yang terang letak persamaan dalam hal
kebagusan dan indah bentuknya. Allah Taala berfirman, “Sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang beriman serta mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang baik, sesungguhnya mereka akan memperoleh
taman-taman surga yang mengalir beberapa sungai di bawahnya. Setiap
mereka mendapatkan pemberian rezeki dari surga dari buah-buahan, mereka
berkata, ‘Ini adalah seperti rezeki yang kita terima sebelum sekarang.’
Kepada mereka diberikan pemberian-pemberian yang serupa. Di dalam surga
pun mereka akan memperoleh jodoh yang suci dan mereka kekal di
dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah:25)
Rezeki baik yang berupa makanan atau minuman yang diberikan
kepada penghuni surga dilayani oleh pemuda-pemuda yang tetap tinggal
muda dan mereka adalah bagaikan mutiara yang bertaburan karena sangat
molek, rupawan dan indah pakaiannya. Ini dinyatakan oleh Allah Taala
dalam firman-Nya, “Dan beredarlah (melayani) di sekitar mereka bujang-
bujang yang tetap tinggal muda. Kalau engkau lihat mereka, engkau kira
mereka mutiara yang bertaburan. Dan ke mana saja engkau melihat, engkau
akan melihat kenikmatan (merasa amat senang sekali) serta kerajaan yang
besar.

Bujang-bujang muda itu mengenakan pakaian yang berupa sutera


halus yang berwarna hijau dan pula sutera tebal, juga diberi perhiasan gelang
tangan dari perak. Tuhan memberikan minuman kepada mereka dengan
minuman yang bersih.” (Q.S. Al-Insan:19-21)
Adapun bujang-bujang pelayan itu membawa piring-piring, wadah-
wadah dan gelas-gelas dari emas, di dalamnya penuh dengan makanan dan
minuman yang meneteskan air liur, sangat diingini oleh hati dan sedap
dipandang mata. Hal idinyatakan oleh Allah Taala dalam firman-Nya,
“Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas. Di
dalamnya terdapat semua apa yang diingini oleh hati dan yang sedap
dipandang mata. Kamu semua akan kekal di situ selama-lamanya.” (Q.S. Az-
Zukhruf:71)
Juga tersebut dalam firman-Nya, “Kepada mereka diedarkan wadah
dari perak dan gelas dari kristal murni. Kristal jernih terbuat dari perak pula
yang mereka perkirakan dengan ukuran yang sesuai sekali. Di surga mereka
diberi minuman dalam gelas dengan campuran jahe. Diambil dari sebuah
mata air yang bernama Salsabil.” (Q.S. Al-Insan:15-18)
Bukan main senang dan suka citanya. Baru pelayannya saja
pakaiannya sudah berupa sutera tipis dan tebal berhiaskan emas. Konon pula
keadaan tempat kediaman yang digunakan sebagai tempat tinggal, biliknya
bersusun dan tampak aliran sungai di bawahnya. Allah Taala berfirman,
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan, mereka akan
mendapatkan bilik-bilik gedung yang tinggi dan di atasnya ada pula bilik-
bilik dari gedung yang tinggi pula yang dibangun dan di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Itulah janji Allah. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.”
(Q.S. Az-Zumar:20)
Selain itu dijelaskan bahwa penghuni surga ditemani oleh istri-
istrinya duduk bersenang-senang dan bersandar di atas sofa yang indah,
dalam tempat yang teduh dan nyaman udaranya. Istri-istrinya dijadikan oleh
Allah dalam keadaan muda semua, sebaya usianya dan penuh kecintaan pada
suaminya, sebagaimana juga halnya Allah menciptakan para bidadari yang
matanya jelita, bagaikan telur yang tersimpan rapi. Para wanita dalam surga
semua suci dari segala cela yang biasa dialami oleh wanita-wanita di dunia,
maka dari itu mereka tidak mengalami haid, nifas, rupa yang buruk atau pun
budi pekerti yang jahat. Mengenai semua ini diterangkan oleh Allah Taala
dalam beberapa firman-Nya, yaitu, “Sesungguhnya penghuni surga pada hari
itu bersenang-senang dalam kesibukannya masing-masing (menurut
kegemarannya sendiri-sendiri). Mereka dengan istri-istrinya berada di tempat
yang teduh sambil duduk-duduk bersandar di atas sofa.” (Q.S. Yasin:55-56)

Juga firman-Nya, “Sesungguhnya gadis-gadis dalam surga Kami


(Allah) jadikan dengan kejadian yang istimewa. Mereka Kami jadikan
perawan suci penuh kecintaan dan sebaya semua usianya.” (Q.S. Al-
Waqi'ah:35-37)
Ada pula firman-Nya, “Di samping mereka terdapat pula gadis-gadis
(bidadari-bidadari) yang sopan-sopan lagi setia dengan mata yang jelita
bagaikan telur yang tersimpan rapi.” (Q.S. Ash-Shaffat:48-49)
Terdapat pula keterangan bahwa penghuni surga tidak mempunyai
perasaan kedengkian, sebab sifat ini sudah dibuang sama sekali oleh Allah
Taala dari hati mereka. Mereka hidup sebagai saudara kandung, duduk
berhadap-hadapan dan tidak merasa penat atau lelah sama sekali. Ini
disebutkan dalam firman Allah Taala yang berbunyi, “Sesungguhnya orang-
orang yang bertakwa berdiam di dalam taman-taman surga dan di tengah-
tengahnya ada mata air yang memancar. Kepada mereka dikatakan,
‘Masuklah kamu semua ke dalamnya dengan aman sentosa.’ Kami (Allah)
telah membuang segala sifat kedengkian yang ada di dalam hati mereka,
sehingga mereka merupakan saudara-saudara belaka, berhadap-hadapan di
atas tempat duduk. Mereka tidak pernah tersentuh rasa lelah dan mereka
tidak akan dikeluarkan dari tempat itu.” (Q.S. Al-Hijr:45-48)
Diuraikan pula bahwa di dalam surga tidak terdengar sama sekali
omong kosong atau percakapan yang menyebabkan dosa. Yang terdengar
hanyalah kata-kata yang menyucikan Allah swt. serta ucapan salam antara
seorang dengan lainnya, juga salam Tuhan kepada kaum mukminin,
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala, “Di dalam surga mereka
tidak mendengarkan perkataan omong kosong dan tidak pula kata-kata yang
menyebabkan dosa. Yang terdengar di situ hanyalah ucapan salam (damai),
salam (damai)’.” (Q.S. Al-Waqi'ah:25-26)
Juga firman-Nya, “Salam (damai), suatu ucapan penghormatan yang
diterima dari Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Yasin:58)
Dan lagi firman-Nya, “Para malaikat akan datang menemui penghuni
surga dari segala pintu. Mereka mengatakan, ‘Salam (damai) untukmu
semua, disebabkan keteguhan hatimu. Alangkah senangnya tempat kediaman
yang terakhir.’” (Q.S. Ar-Ra'd:23-24)
Adapun hadis yang menjelaskan sehubungan dengan persoalan surga
dan penghuninya serta keadaan-keadaan yang ada di dalamnya, di antaranya
ialah yang diceritakan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Sesungguhnya kelompok pertama yang memasuki surga
rupa mereka adalah bagaikan bulan purnama.
Kemudian yang menyusul sesudah mereka mempunyai rupa sebagai
bintang cemerlang yang cahayanya sangat terang di langit. Para penghuni
surga tidak membuang kotoran kecil atau besar, tidak pula berludah atau pun
beringus. Sisir mereka terbuat dari emas sedang keringat mereka berbau
minyak kasturi dan perapiannya adalah dari tangkai dupa harum. Istri-istri
mereka adalah bidadari yang bermata jelita. Para penghuni surga mempunyai
satu macam watak sebagai satu orang saja, sedang bentuk rupanya adalah
semua seperti ayah mereka yakni Adam yang tingginya ada enam puluh
hasta ke atas.”
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, bahwa
Rasulullah saw. pada suatu hari bersabda kepada sekalian sahabatnya,
“Ingatlah! Siapakah yang suka cepat-cepat berusaha giat mendapat surga?
Sesungguhnya surga tidak pernah terlintas dalam hati yang sesuai dengan
keadaannya. Demi Zat yang menguasai Kakbah, surga adalah merupakan
cahaya yang terang-benderang, semerbak wangi yang mengharumkan, di
dalamnya terdapat istana yang megah, sungai yang mengalir, buah-buahan
yang banyak dan matang, istri yang cantik dan molek, berbagai perhiasan
yang bermacam-macam dan kedudukan yang selamanya dalam keadaan
kelapangan dan kenikmatan hidup, dalam gedung-gedung yang indah dan
mengkilap.” Para sahabat lalu berkata, “Kita semua ingin cepat-cepat untuk
mencapainya, ya Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “Katakanlah insya
Allah.” Kemudian beliau menyebutkan urusan perjuangan dan menyuruh
supaya diperhebat. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

4. Nikmat surga di luar gambaran akal pikiran


Nikmat surga sebagaimana yang telah diuraikan di muka adalah
seperti apa yang sudah kita kenal di alam dunia sekarang ini, sekali pun
tentunya keadaannya lebih tinggi, nilainya lebih mulia dan mutunya lebih
hebat, baik dalam hal warna, bentuk, rasa dan baunya. Sekali pun demikian,
hakikatnya tidak dapat digambarkan oleh akal pikiran sebab pasti jauh lebih
hebat dari apa yang dilukiskan oleh akal manusia.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. sebuah hadis dari
Rasulullah saw., sabdanya, “Telah Aku (Allah) sediakan untuk seluruh
hamba-Ku yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh
mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam
hati seseorang pun. Bacalah sesukamu ayat yang berarti, ‘Seseorang pun
tidak dapat mengetahui cahaya mata (kegembiraan) yang disembunyikan
yang akan dikaruniakan kepada mereka itu.’” (Q.S. As-Sajdah:l7)
Jadi nikmat yang ada di akhirat sebenarnya sama sekali tidak dapat
disamakan dengan nikmat yang pernah kita lihat atau kita alami di dunia.
Sekali pun agaknya ada persamaan, maka persamaan itu hanya mengenai
nama belaka sedang keadaan dan sifat yang hakiki pasti berbeda. Sebabnya
ialah andai kata sama, tentu sudah ada mata yang melihat, telinga yang
mendengar atau pun yang terlintas dalam kalbu, padahal jelas sebagaimana
sabda Rasulullah saw. tidak demikian. Ibnu Abbas r.a. dalam memberikan
kupasan atau tafsiran perihal firman Allah Taala yang berbunyi, “Kepada
penghuni surga diberikan karunia yang serupa dan di dalam surga mereka
mendapatkan istri-istri yang suci dan mereka akan kekal selama-lamanya.”
(Q.S. Al-Baqarah:25) Ia berkata, “Tidak sesuatu pun yang sama atau serupa
apa-apa yang ada di surga dengan yang ada di dunia ini, melainkan hanya
nama-namanya belaka.”

5. Tingkatan dan nama-nama surga


Ada delapan tingkatan dan jenis-jenis surga, yaitu :

a. Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.


b. Jannatul 'Adnin yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
c. Jannatun Na'iim yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
d. Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna
merah dan kuning.
e. Jannatul Ma'wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
f. Darus Salaam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
g. Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
h. Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.

Adapaun penyebutan nama-nama surga dalam Al-Qur’an adalah sebagai


berikut :

 Jannatul Firdaus
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya,
mereka tidak ingin berpindah daripadanya.
(Q.S. Al-Qahfi 107-108)
 Jannatul ‘Adnin
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah
Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan (nya) dengan baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka
surga `Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka
dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera
halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-
dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat
yang indah;
(Q.S. Al-Qahfi 30-31)
 Jannatul Na’iim
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-
amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh keni`matan, Kekal mereka
di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Luqman 8-9)
 Jannatul Khuldi

 Jannatul Ma’wa
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.S As-Sajadah 19)
 Darus Salaam
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
(Q.S. Yunus 25)
 Darul Jalal

 Darul Qarar

Adapula yang meriwayatkan Surga dengan nama yang lain, yag berpatokan
kepada Al-Qur’an, seperti :
 Darul Muqamah
Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka
cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal
(surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula
merasa lesu”.
(Q.S. Fathir 34-35)
 al-Maqamul Amin
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(Q.S Ad-Dukhan 51)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan apa yang kami paparkan di atas, maka yang menjadi kesimpulan
adalah sebagai berikut :
 Jadi berbicara tentang surga yaitu berbicara tentang keimanan, sebagaimana
yang di torehkan dalam rukun iman yang ke lima yaitu percaya kepada hari
kiamat, maka surga dan neraka termaktub di dalamnya.
 surga ialah suatu tempat kediaman atau perumahan yang disediakan oleh
Allah swt. untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya sebagai
balasan kepada mereka atas keimanannya yang jujur dan benar serta amal
perbuatannya yang saleh.
 Macam-macam tingkatn dan nama-nama surga
o Jannatul Firdaus yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
o Jannatul 'Adnin yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
o Jannatun Na'iim yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
o Jannatul Khuldi yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah
dan kuning.
o Jannatul Ma'wa yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
o Darus Salaam yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
o Darul Jalal yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
o Darul Qarar yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
Ada juga yang meriwayatkan :
o Darul Maqamah
o Al-Maqamul Amin

B. SARAN
Adapun yang menjadi Saran adalah sebagai berikut :
 Dengan mengetahui dan meyakini bahwa surga itu benar adanya, dan dengan
mengetahui tentang kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalam surga,
semoga kita selalu berusaha menambah cikal bekal kita untuk mendapatkan
surga yang paling tinggi, dengan nikmat yang maha tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Ilmu Tauhid Lengkap, Drs.H.Zainuddin, Rineka Cipta, Solo 1991
Teologi Ilmu Kalam, Buku teks MKK IAIN (Ilmu Kalam III dan IV),
Pustaka Antara, Jakarta

WWW.Google.com

Related articles
 EFEKTIFITAS PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI ORGANISASI
 POLITIK DALAM ISLAM
 SURAT YANG SUNAT DI BACA PADA SHALAT WITIR
 MAKALAH KLONING DALAM PANDANGAN ISLAM
 LAMARAN SEBELUM MENIKAH ? BOLEHKAH
 KISAH HATIM DAN GURUNYA "KEKASIH YANG BAIK"

Label: Islam

0 komentar:

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome

Ikuti Kami
POPULAR POSTS
 FULL KISAH RUBIAH AL ADAWIYAH DARI BERMACAM VERSI
 SUMBER DATA, JENIS DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
 MAKALAH INDUSTRI TEKSTIL DI INDONESIA
 KRISIS PANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA
 SAKITNYA SAKHRATUL MAUT
 KRITERIA MEMILIH TEMAN
 ADA LIMA TIPE WANITA DI DALAM AL-QUR'AN
 4 PERKARA PENYEBAB SUUL KHATIMAH (BURUK PENGHABISAN)

NA NEUTURI

Akhwah Asyifusyinen
View my complete profile

Support : Copyright © 2015. Ukhwah Asyifusyinen - All Rights Reserved


Proudly powered by Blogger
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya
dibandingkan dengan makhluk yang lain, yakni jin dan malaikat. Karena ia
akan menjadi kholifah Allah di bumi. Manusia pertama kali yakni nabi Adam
diciptakan oleh Allah disurga.
Sebagai makhluk sudah dipastikan apa saja ciptaan Allah, baik itu
manusia, jin, malaikat, dan semua ciptaan-Nya pasti akan mengalami
kemusnahan. Dari sinilah terjadinya hari kiamat, yakni hari musnahnya
semua kehidupan di seluruh alam semesta ini. Setelah hari kiamat, manusia
akan dibangkitkan kembali Allah dari kematiannya dalam wujud yang
beraneka ragam.
Hari pembangkitan manusia dari kematiannya ini dinamakan
dengan yaumul ba’ts. Pada hari ini manusia dikumpulkan di padang mahsyar
untuk dihisap amalnya. Apabila amalnya bagus maka ia akan dimasukkan
kedalam surge. Dan apabila amalnya buruk maka ia akan dimasukkan
kedalam neraka.
Sudah tentu bagi mereka yang masuk surga akan mendapatkan
limpahan kenikmatan dari Allah swt. Kenikmatan yang ada disurga ini,
adalah sebagai bentuk balasan bagi hamba-Nya yang benar- benar taqwa
kepada-Nya, atas apa yang telah manusia lakukan sewaktu masih hidup
didunia.
Adapun dari keterangan- keterangan yang pernah kita dengar bahwa
surga itu tidak pernah ada mata yang melihat, tidak pernah ada telinga yang
mendengar, dan tidak pernah terlintas di hati manusia, yang bisa
menggambarkan apa itu surga, dan apa saja yang ada disurga. Maka dari itu,
untuk memperoleh gambaran tentang surga diperlukan keterangan dalil- dalil
tentang surga, baik itu berasal dari al-Qur’an maupun al-Hadits.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami rumuskan masalah
sebagai berikut;
1. Apa definisi surga?
2. Apa ayat dan hadits tentang gambaran surga?
3. Ada berapakah macam-macam surga?
4. Bagaimana gambaran nikmat surga dan kehidupan penghuninya?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Surga
a. Definisi surga secara etimologi
Secara bahasa “surga” sering kita disebut dengan sorga,
atau suwargodalam dialeg bahasa Jawa. Ditinjau dari segi historis
kata “surga” berasal dari bahasa Sanskerta “svarga” yang berarti
kayangan. Yakni tempat kediaman Bathara Guru dalam kepercayaan agama
Hindu. Dalam ajaran Islam surga disebut dengan kata atau lafadz
jannah “‫ ”جنة‬berasal dari bahasa Arab yang berarti taman dan kebun.
b. Definisi surga secara terminologi
Secara istilah surga adalah suatu tempat kediaman yang disediakan
oleh Allah swt untuk hamba-hambaNya yang bertaqwa kepadaNya sebagai
balasan kepada mereka itu atas keimanannya yang benar dan amal
perbuatannya yang shalih.[1]
2. Ayat dan Hadits Tentang Surga
Ada banyak sekali ayat- ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang
gambaran surga. Salah satu dari ayat al-Qur’an adalah surat al-Bayyinah ayat
8;
‫ رضي هللا‬.‫جزاءهم عند ربهم جنات عدن تجري من تحتها االنهار خالدين فيها ابدا‬
‫ ذلك لمن خشي ربه‬.‫عنهم ورضوا عنه‬
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Adapun salah satu hadits yang menerangkan tentang surga adalah
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas R.A. yang menerangkan
tentang pintu surga:[2]
‫ الاله اال هللا‬: ‫ للجنان ثمانية ابواب من الذهب المرصع بالجواهر مكتوب على الباب االول‬: ‫انه قال‬
‫ والثاني باب المصلين الذين‬.‫محمد رسوالهلل وهو باب االنبياء والمرسلين والشهداء واالسخياء‬
‫ والرابع باب االمرين بالمعروف والناهين‬.‫ والثالث باب المزكين اموالهم‬.‫يكملون الصالة والوضوء‬
.‫ والسادس باب الحجاج والمعتمرين‬.‫ والخامس باب من قطع نفسه عن الشهوات‬.‫عن المنكر‬
‫ والثامن باب الذين يغضون ابصارهم عن المحارم ويعملون الخيرات‬.‫والسابع باب المجاهدين‬
)‫ وغير ذلك من االعمال الحسنة (دقائق االخبار‬,‫والحسنات من بر الوالدين وصلة الرحم‬
“Sesungguhnya Nabi bersabda: Surga itu memiliki delapan pintu yang
terbuat dari emas yang ditaburi dengan intan permata. Yang ditulis pada
pintu pertama “Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Utusan Allah”, yakni
pintu bagi para nabi, para utusan, para syuhada’ dan para kekasih Allah.
Pintu yang kedua adalah pintu bagi orang-orang yang melaksanakan sholat
yang menyempurnakan sholat dan wudlunya. Dan pintu yang ketiga adalah
pintu bagi orang-orang yang menzakati harta bendanya. Pintu yang keempat
adalah pintu bagi orang yang mampu memutus syahwatnya. Pintu keenam
adalah pintu bagi orang- orang yang melakukan haji dan orang- orang yang
melakukan umroh. Pintu ketujuh adalah pintu bagi orang-orang yang
berjihad. Dan pintu kedelapan adalah pintu bagi orang-orang yang
memejamkan matanya dari wanita yang diharamkan, yang melakukan amal
kebaikan dan kebagusan, yakni berbuat baik kepada orang tua, menyambung
sanak, dan amal- amal bagus lainnya.”
3. Macam-Macam dan Tingkatan Surga
a. Nama macam- macam surga
Sebagaimana neraka, surgapun juga mempunyai beberapa macam dalam
penamaannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syeikh Usman bin Hasan
bin Ahmad asy-Syakiri al-Khubiry dalam kitabnya Durrotun Nashihin,
bahwa surga terbagi atas delapan macam :[3]
1. Dar al-Jalal
Surga ini tersusun dari mutiara putih.
2. Dar as-Salam
Surga ini tersusun dari batu yaqut yang berwarna merah.
3. Jannah al-Ma’wa
Surga ini tersusun dari batu zabarjad yang berwarna hijau.
4. Jannah al-Khuldi
Surga ini terbuat dari batu marjan yang berwarna kuning.
5. Jannah an-Na’im
Surga ini tersusun dari perak yang berwarna putih.
6. Jannah al-Qarar
Surga ini tersusun dari emas yang berwarna merah.
7. Jannah al-Firdaus
Surga ini lantainya ada yang terbuat dari perak, emas, yaqut, zabarjad, yang
dipolesi menggunakan misik.
8. Jannah ‘Adn
Surga adn ini tersusun dari mutiara putih, dan surga yang dimulyakan atas
surga- surga lainnya. Surga adn memiliki dua pintu, dimana jarak antara
kedua pintu sama dengan jarak antara langit dan bumi. Bangunan-
bangunannya ada yang lantainya terbuat dari emas, dan juga perak. Debunya
berupa anbar yang ditaburi misik. Didalamnya terdapat sungai- sungai yang
mengalir disemua surga. Kerikil-kerikil sungainya terdiri dari mutiara.
Airnya lebih dingin daripada salju, dan lebih manis daripada madu.
Didalamnya terdapat telaga al-Kautsar, yaitu telaga nabi Muhammad saw.
Adapula telaga kafur, telaga tasnim, telaga ar-rahiq al-makhtum, telaga air,
telaga susu, dan telaga madu.
b. Tingkatan- tingkatan surga
Telah disebutkan dalam sebuah hadits bahwa surga itu terdiri dari
seratus tingkatan atau derajat. Sebagaimana hadits dibawah ini;
‫ َمن‬: ‫ قال‬- ‫ صلى هللا عليه وآله وسلم‬- ‫ عن النبي‬: - ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أبي هريرة‬
‫ وصام رمضان؛ كان حقا ً على هللا أن يُدخلَه الجنة؛‬،‫ وأقام الصالة‬،‫آمن باهلل ورسوله‬
ُ ‫ يا رسول هللا! أفال نُن ِب‬: ‫ قالوا‬،‫ أو جلس في أرضه التي ُولد فيها‬،‫هاجر في سبيل هللا‬
‫ئ‬ َ
‫ كل‬،‫ إنَّ في الجنة مائةَ درج ٍة أعدَّها هللاُ للمجاهدين في سبيله‬: ‫الناس بذلك ؟ قال‬ َ
‫ردوس األعلى؛‬ َ ‫ فإذا سألت ُم هللاَ فسلُوهُ الف‬،‫درجتين ما بينهما كما بين السماء واألرض‬
.‫ ومنه ت ُفجر أنهار الجنة‬،‫عرش الرحمن‬ ُ ُ ‫فإنَّهُ أَوس‬
‫ وفوقه‬،‫ط الجن ِة وأعلى الجنة‬
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
aalihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah, mendirikan shalat, dan berpuasa di bulan Ramadlan, maka wajib bagi
Allah memasukkannya ke dalam surga. Ia berhijrah di jalan-Nya atau tetap
tinggal di negeri tempat ia dilahirkan”. Para shahabat bertanya : Wahai
Rasulullah, apakah kami boleh memberitahu orang-orang mengenai hal itu
?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan
yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Setiap
dua tingkatan seperti jarak antara langit dan bumi. Apabila kalian meminta
(berdoa) kepada Allah, maka mintalah Firdaus yang tertinggi.
Sesungguhnya ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di
atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman (Allah). Dari sanalah sungai-sungai surga
mengalir”[4]
Assalamu'alaikum... akhwat dan ikhwan... kali ini saya akan
membahas tentang tentang calon penghuni surga menurut salah satu
kisah islami yang pernah saya baca. langsung saja.. inilah salah satu
cerita islam tentang calon penghuni surga.

calon penghuni surga

Suatu ketika para sahabat duduk bersama Nabi di depan sebuah masjid.
Sedang asyik bercengkrama sambil bercakap-cakap, Nabi tiba-tiba
berkata,”Yang akan lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para
sahabat penasaran siapa gerangan calon penghuni surga itu? Tak lama
kemudian seorang lelaki yang berpakaian sederhana lewat di depan Nabi dan
para sahabat sambil menenteng terompahnya. Lelaki ini tidak tampak
istimewa, penampilannya sama dengan jama’ah masjid biasa.

Keesokan harinya Nabi dan para sahabat sedang duduk di depan masjid
sambil bercakap-cakap seperti biasa. Tiba-tiba Nabi kembali berkata,”Yang
lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para sahabat pun kembali
dibuat penasaran sambil melongok ke kanan ke kiri siapa gerangan orang
yang beruntung itu? Ternyata lelaki yang sama lewat di depan Nabi dan para
sahabat sambil menjinjing terompahnya. Ali tak tahan dengan rasa
penasarannya, ia memutuskan untuk membuntuti lelaki tersebut ikut pulang
ke rumahnya. Tiba di rumah si fulan, Ali kemudian berkunjung dan
bersilaturahmi. Ia pun bercakap-cakap sejenak dengan lelaki itu, namun tak
ada yang istimewa dengan lelaki itu. Hingga menjelang malam, tak satu pun
keistimewaan yang dapat dilihat oleh sahabat Ali dalam diri lelaki itu.

Ali memutuskan untuk ikut menginap di rumah si fulan, setelah memperoleh


ijin pemilik rumah tentunya. Saat malam tiba, Ali bangun untuk menegakkan
sholat malam beberapa malam. Sejenak kemudian ia menengok pemilik
rumah si fulan. Ah ia tak bangun dari tidurnya, hanya saja tiap kali ia
menggeser tubuhnya di atas dipan selalu ia ucapkan Allah, Allah, Allah...
Demikianlah beberapa hari Ali menginap di rumah si fulan untuk mengetahui
apa keistimewaan calon penghuni surga ini.

Keesokan harinya Ali berpamitan kepada si lelaki dan pulang ke rumahnya.


Saat di masjid ia merenung, apa kelebihan lelaki itu sehingga ia dijanjikan
masuk surga, sedangkan sholatnya seperti sholat para sahabat tak lebih.
Sholat sunnah juga dalam takaran yang biasa, sholat sunnat qobliyah dan
ba’diyah sholat wajib, tak lebih. Hingga akhirnya Ali tak tahan untuk
menanyakan masalah ini kepada Nabi. “Wahai Nabi apakah kelebihan orang
ini hingga ia dijanjikan masuk surga sedangkan ibadahnya saya lihat biasa-
biasa saja?” Nabi pun tersenyum seraya berkata,” Orang ini tidak
menyimpan dendam dalam hatinya, tidak pula kebencian kepada orang lain.
Hatinya bersih dari noda hawa dan nafsu amarah, iri hati, dendam dan hasad.
Hati yang bersih itulah yang menghantarkan ia masuk ke surga!”
Subhanallah maha suci Allah yang mengangkat derajat orang-orang yang
berhati bersih.
Macam-Macam Nama Surga Dan Neraka Menurut Al-Quran
1) Macam-macam Nama Surga
a. Surga Firdaus
Disebut dalam surat Al-Kahfi ayat 107-108:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka
kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya”.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa syarat untuk masuk kedalam
surga firdaus adalah orang-orang yang semasa hidupnya didunia mempunyai
keimanan yang kuat dan tidak tergoda oleh kenikmatan dunia atau nafsu
dunia. Orang-orang tersebut juga sewaktu hidup didunia mengerjakan amal
shaleh.
Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya didalam tubuh terdapat
segumpal daging. Jika keadaannya baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika
rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ingatlah, dia ltu adalah hati.” (HR.
Bukhari dari An Nu’man bin Basyir).[3]
Dalam hadits tersebut dijelaskan, untuk mendapatkan keimanan yang
teguh dan dapat melakukan amal shaleh memerlukan hati yang bersih, yang
tidak kotor oleh penyakit hati seperti iri, dingki, finah, dan lain-lain.
Surga Firdaus merupakan suatu tempat yang sangat indah dan
keadaan para penghuninya sangat bahagia mereka tidak ingin keluar dari
surga Firdaus, mereka kekal atau abadi didalamnya.
b. Surga Adn
Disebut dalam surat Al-Kahfi ayat 30-31:
Artinya:”Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan (nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang
yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai dibawahnya; dalam
surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutra halus sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar
diatas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan
tempat istirahat yang indah”.
Dalam ayat tersebut hanya orang-orang yang beriman kepada Allah
SWT dan mengerjakan Amal Shaleh ketika didunia. Ciri-ciri orang yang
beriman dan beramal shaleh dijelaskan dalam hadits Rasulullah berikut:
“Islam didirikan atas lima sendi. Bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan Zakat,
haji ke Baitullah, dan berpuasa dibulan Ramadhan.” (HR. Muslim).
Diantara amalan tersebut adalah Shalat. Shalat bersifat Vertikal saja
yaitu hubungan antara manusia dengan Allah sedangkan mengeluarkan Zakat
memiliki hubungan Vertikal dan Horizontal. Hubngan Vertikal yaitu
hubungan antara manusia dengan Allah dan juga hubungan antara manusia
dengan sesamanya.[4]
Karakteristik Surga Adn dalam ayat tersebut adalah terdapat
mengalir sungai-sungai dibawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan
gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus sutra tebal,
sedang mereka duduk sambil bersandar diatas dipan-dipan yang indah. Itulah
pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.
c. Surga Na’im
Disebut dalam surat Luqman (31) ayat 8-9:
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan shaleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan, kekal
mereka didalamnya; sebagai janji Allah yang benar dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Karakteristik surga Na’im berdasarkan ayat tersebut diatas ialah
Surga yang penuh kenikmatan baik secara rohani maupun jasmani. Banyak
sekali yang didapat dari surga tersebut mulai dari makanan, minuman,
tempat, bahkan istri-istri yang cantik laksana bidadari. Hal yang lain adalah
penghuni surga Na’im adalah mereka kekal didalam surga tersebut, mereka
bahagia selamanya.
d. Surga Ma’wa
Disebut dalam surat Al-Sajdah (32) ayat 19:
Artinya:”Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa
yang mereka kerjakan”.
Dari penjelasan ayat tersebut adalah orang yang akan memasuki
surga tersebut yaitu orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.
e. Surga Darussalam
Disebut dalam surat Yunus (10) ayat 25
Artinya:”Allah menyeru (manusia) kedarussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”.
Dalam ayat tersebut Allah menyeru atau memerintahkan manusia
untuk masuk kesurga. Namun manusia yang lupa dan terpesona oleh
kehidupan dunia melupakan akan tempat yang telah disediakan oleh Allah
untuk kaum yang bertaqwa.
Dalam buku Risalah menujuh Jannah Ihsan tandjung mengatakan
bahwa:”Dalam kenyataan sehari-hari tidak sedikit manusia yang justru
sangat serius dengan kehidupan dunia ini sambil memandang kehidupan
akhirat dengan derita neraka dan nikmat surganya. Justru sebagi senda gurau
dan main-main. Manusia sedemikian seriusnya ingin mraih kenikmatan dan
keberhasilan dunia seolah itu semua merupakan kenikmatan dan keberhasilan
final dan hakiki. Mereka berusaha sekuat mungkin menghindar dari
kegagalan dan penderitaan dunia seolah itulah kegagalan dan penderitaan
sejati.”[5]
f. Surga Darul Muqamah
Disebut dalam surat Fathir (35) ayat 34-35
Artinya:”Dan mereka berkata:”segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar
Maha Pengampun lagi maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam
tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya, di dalamnya kami tiada merasa
lelah dan tiada pula merasa lesu”.
Dalam penjelasan ayat tersebut orang-orang yang akan memasuki
Surga Darul Muqamah ialah orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat
Allah dan mau bertobat atas segala kesalahan yang ia perbuat. Dan selalu
berdoa agar Allah mau mengampuni dosa yang telah diperbuat.
Dalam surat Fatir ayat 34-35 diatas menyebutkan bahwa karakteristik
surga Darul Muqammah adalah para penghuni surga tersebut tidak merasa
lemah dan lesu, tidak seperti halnya didunia yang akan merasa capek, sedih,
dan lain-lain. Surga tersebut merupakan karunia dari Allah SWT untuk orang
yang sering bertaubat dan mensyukuri Ni’mat dari Allah SWT
g. Surga Al-Maqamni Amin
Disebut dalam surat Ad-Dukhan (44) ayat 51
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam
tempat yang aman”.
Dari penjelasan ayat tersebut diatas bahwa yang akan menghuni
Surga Al-Maqamni Amin Ialah orang-orang yang bertaqwa. Siapakah orang-
orang yang bertaqwa itu. Menurut Syekh Nazar Abadzi seorang ulama sufi
yang terkenal mendefinisika taqwa. Takwa menurutnya adalah seorang
hamba yang tidak takut kepada apapun kecuali hanya kepada Allah SWT.
Barangkali yang dimaksudkan oleh Nashr bukanlah seperti orang yang takut
kepada binatang buas. Takut terhadap binatang buas, memiliki
kecenderungan untuk menjauhi dan menghindari. Namun takut dalam
kaitannya takwa justru seseorang semakin berusaha mendekat.[6] Jadi orang-
orang yang bertakwa itu adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT yang tentunya melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah.
B. CALON-CALON PENGHUNI SURGA
Berdasarkan Al Quran dan hadits Nabi Saw, Ada sepuluh
golongan yang akan menjadi penghuni Surga. Kesepuluh
golongan itu diantaranya:
1. Para Nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, dan orang-orang
yang shalih. Allah berfirman: Dan barangsiapa yang menta’ati
Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-
nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-
orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(TQS. An-Nisa [4]: 69)
2. Orang-orang yang berbuat baik (al-Abrar). Allah berfirman:
Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada
dalam keni’matan yang besar (surga), (TQS. Muthafifin [83]: 22)
3. Orang-orang yang terdahulu (masuk islam) yang didekatkan
kepada Allah. Allah berfirman : َ‫يما ُ ْولَئِكَ ْال ُمقَ َّربُونَ َوالسَّا ِبقُون‬ ِ ‫ت النَّ ِع‬
ِ ‫فِي َجنَّا‬
َ‫ السَّا ِبقُون‬Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah
yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang
didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga keni’matan.
(TQS al-Waqiah [56]: 10 –12)
4. Ashhabul Yamin yaitu orang-orang yang menerima buku
catatan amal dari sebelah kanan. Allah berfirman : ‫ب‬ ٍ ‫َو َماء َّم ْس ُكو‬
‫ين‬ ْ
ِ ‫اب اليَ ِم‬ ُ ‫ص َح‬ ْ ‫ين َما أ‬ ْ
ِ ‫اب اليَ ِم‬ ْ ‫ضو ٍد َوأ‬
ُ ‫ص َح‬ ْ
ُ ‫ضو ٍد فِي ِسد ٍْر َّمخ‬ ُ ‫ح َّمن‬ ْ َ
ٍ ‫َو ِظ ٍل َّم ْمدُو ٍد َوطل‬
‫طو َع ٍة َو ََل َم ْمنُو َع ٍة َوفَا ِك َه ٍة‬ ُ ‫َارا ِإنَّا أنشَأنَاه َُّن ِإنشَاء َوفُ ُر ٍش َّم ْرفُو َع ٍة ََل َم ْق‬ً ‫فَ َج َع ْلنَاه َُّن أ ْبك‬
‫ين ُع ُربًا أتْ َرابًا‬ ِ ‫ب ْال َي ِم‬ ِ ‫ص َحا‬ ْ ِ‫يرةٍ أل‬ َ ِ‫ َكث‬Dan golongan kanan, alangkah
bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara
yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang
tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti
(buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur
yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan
mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan
mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya,
(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (TQS. al-
Waqiah [56]: 27-38)
5. Al-Muhsinun, yaitu orang-orang yang senantiasa berbuat baik
dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan syariat. Allah berfirman
: Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan
saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(TQS. Yunus [10]: 36)
6. Ash-Shabirun, yaitu orang-orang yang bersabar. Allah Swt
berfirman: (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya
bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-
bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-
malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum".
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (TQS. Ar-Ra’d
[13]: 23-24)
7. Orang yang takut saat menghadap Tuhannya. Allah
berfirman : Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap
Tuhannya ada dua surga. (TQS. Ar-Rahman [55]: 46)
8. Al-Muttaqun, yaitu orang-orang yang bertakwa. Allah
berfirman : Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu
berada dalam syurga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-
mata air (yang mengalir). (TQS. Al-Hijr [15]: 45).Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; (TQS. Ad-
Dukhan [44]: 51-52).Itulah surga yang akan Kami wariskan
kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (TQS.
Maryam [19]: 63). Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-
sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang
naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi
orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi
orang-orang kafir ialah neraka. (TQS. Ar-Ra’d [13]: 35). 9.
Orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Allah berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah
daripadanya. (TQS. Al-Kahfi [18]:107-108),Orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik. (TQS. Ar-Ra’d [13]
:29),Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh
Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir
sungai-sungai di dalam surga yang penuh keni`matan. (TQS.
Yunus [10]: 9), (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-
ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang
berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-
isteri kamu digembirakan. (TQS. Az-Zukhruf [43]: 69-70),
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan
mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan
pahala yang besar. (TQS. Hud [11]: 23). 10. At-Taaibun, yaitu
orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman: Kecuali orang
yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu
akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.
(TQS. Maryam [19]: 60).
Ciri Fisik Penghuni Al Jannah : Penghuni al jannah memiliki ciri-
ciri khusus. Diantaranya: Berperawakan seperti Adam. Dari
shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: َ‫طولُهُ ِستُّون‬ ُ ‫ور ِة آ َد َم َو‬
َ ‫ص‬ ُ ‫فَ ُك ُّل َم ْن َي ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َعلَى‬
َ‫ص َب ْع َدهُ َحتَّى اَْلن‬ ْ ْ
ُ ُ‫“ ذ َِرا ًعا فَ َل ْم يَزَ ْل الخَل ُق َي ْنق‬Maka setiap orang yang masuk
al jannah wajahnya seperti Adam dan tingginya 60 hasta,
setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai
sekarang.” (Muttafaqun ‘alaihi) Berusia masih muda. Dari
shahabat Syahr bin Husyab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
bersabda: ً‫ث َوثَالَثِينَ َسنَة‬ ٍ َ‫َي ْد ُخ ُل أ َ ْه ُل ْال َج َّن ِة ْال َجنَّةَ ُج ْردًا ُم ْردًا ُم َك َّحلِينَ أ َ ْبنَا َء ثَالَثِينَ أ َ ْو ثَال‬
“Penghuni al jannah akan masuk ke dalam al jannah dengan
keadaan rambut pendek, jenggot belum tumbuh, mata bercelak,
dan berusia tiga puluh tahun atau tiga pulu tiga tahun.” (HR. At
Tirmidzi no. 2468, dihasankan Asy Syaikh Al Albani. Keraguan
ini berasal dari perawi, namun dalam riwayat Ahmad, Ibnu Abi
Dunya, Ath Thabarani dan Al Baihaqi dengan riwayat tegas
tanpa ada keraguan yaitu berusia 33 tahun. Lihat Tuhfatul
Ahwadzi 7/215) Orang Yang Pertama Mengetuk Pintu Al Jannah
Orang pertama kali yang mengetuk pintu al jannah, lalu
membukanya dan kemudian memasukinya adalah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari shahabat Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫اء‬ ِ ‫أَنَا أ َ ْكث َ ُر اْأل َ ْن ِب َي‬
ْ
‫اب ال َجنَّ ِة‬
َ َ‫ع ب‬ َ َ ْ
ُ ‫تَبَعًا يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة َوأنَا أ َّو ُل َم ْن يَ ْق َر‬
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada Hari
Kiamat dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk
pintu Al Jannah.” (HR. Muslim no. 196) Masih dari shahabat
Anas bin Malik namun dalam riwayat At Tirmidzi, dengan
lafadz:
“Saya adalah orang yang pertama kali keluar jika mereka
dibangkitkan. Saya adalah orang pertama kali bicara, jika
mereka diam. Saya adalah pemimpin mereka, jika mereka
dikirim. Saya adalah pemberi syafaat kepada mereka, jika
mereka tertahan.
Saya adalah pemberi berita gembira, jika mereka putus asa.
Panji pujian ada digenggaman tanganku. Kunci-kunci al jannah
ada ditanganku. Saya adalah keturunan Adam yang paling mulia
di sisi Rabb-ku dan tidak ada kebanggaan melebihi hal ini. Saya
dikelilingi seribu pelayan setia laksana mutiara yang tersimpan.”
Umat Yang Pertama Kali Masuk Al Jannah Dan Ciri-Cirinya:
Sekalipun umat Islam ini adalah umat terakhir, namun Allah
subhanahu wata’ala (dengan rahmat-Nya yang luas) memilihnya
sebagai umat yang pertama kali masuk al jannah.
Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫َلخ ُرونَ اْأل َ َّولُونَ َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬ ِ ْ‫نَحْ نُ ا‬
ُ
‫َاب ِم ْن قَ ْب ِلنَا َوأوتِينَاهُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم‬ ْ ُ َ ْ َ
َ ‫“ َونَحْ نُ أ َّو ُل َم ْن َي ْد ُخ ُل ال َجنَّةَ بَ ْي َد أنَّ ُه ْم أوتُوا ال ِكت‬Kita
adalah umat terakhir namun paling awal pada hari kiamat. Kita
adalah umat yang pertama kali masuk al jannah, meskipun
mereka diberi kitab sebelum kita, dan kita diberi kitab sesudah
mereka.” (HR. Muslim no. 855)
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala pun menampilkan umat
Islam dengan penampilan yang amat indah. Masih dari
shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: َ‫ورةِ ْالقَ َم ِر لَ ْي َلة‬ َ ‫ص‬ ُ ‫إِ َّن أ َ َّو َل ُز ْم َرةٍ يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َعلَى‬
ً ‫ضا َءة‬ َ ِ‫اء إ‬ ِ ‫ب د ُِري ٍ فِي ال َّس َم‬ ٍ ‫“ ْال َبد ِْر ث ُ َّم َّالذِينَ َيلُونَ ُه ْم َعلَى أ َ َش ِد ك َْو َك‬Rombongan
pertama yang masuk Al Jannah laksana bulan purnama,
sedangkan rombongan berikutnya bagaikan bintang yang paling
berkilau di langit.”
(HR. Al Bukhari no. 3327, Muslim no. 2824) Orang Fakir Miskin
Lebih Dahulu Masuk Al Jannah Lalu siapakah diantara umat
Islam yang pertama kali masuk al jannah?
Hal yang sama pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
tanyakan kepada para shahabatnya. Seraya mereka menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Barulah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: “Mereka adalah kaum
faqir Muhajirin yang terlindungi dari hal-hal yang dibenci. Salah
seorang dari mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya
masih ada di dadanya namun ia tidak mampu menunaikannya.
Para Malaikat berkata:
” Ya Rabb-kami, kami adalah para malaikat-Mu, penjaga-Mu,
dan penghuni langit-Mu, janganlah Engkau dahulukan mereka
daripada kami memasuki jannah-Mu! Allah subhanahu wata’ala
berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Mereka terlindungi
dari hal-hal yang dibenci. Ada salah seorang diantara mereka
meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di
dadanya yang tidak mampu ia tunaikan. Mendengar jawaban
Allah seperti itu, para malaikat segera masuk ketempat mereka
dari semua pintu seraya berkata,” Salam sejahtera untuk kalian
atas kesabaran kalian. Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal.”
(HR. Ahmad dan At Thabarabi, dari shahabat Abdullah bin
Umar) Sementara dalam riwayat Al Imam Muslim dan At
Tirmidzi menjelaskan selisih waktu antara rombongan orang-
orang fakir dengan orang-orang kaya masuk ke dalam al
jannah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: َ‫اج ِرين‬ ِ ‫ِإ َّن فُقَ َرا َء ْال ُم َه‬
َ ْ ْ َ ْ
‫“ يَ ْس ِبقُونَ األ ْغ ِنيَا َء يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة ِإلَى ال َجنَّ ِة بِأ ْربَعِينَ خ َِريفًا‬Orang-orang fakir kaum
Muhajirin masuk Al Jannah mendahului orang-orang kaya dari
mereka, dengan selisih waktu 40 tahun.” (HR. Muslim no. 2979)

C. TINGKATAN SURGA MENURUT HADIS

1. Darus Salam: Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,


artinya, “Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi
Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal
sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 6:127).
Surga adalah Darussalam (negri keselamatan) dari segala
musibah, kecelakaan, dan segala hal yang tidak disukai, dan dia
merupakan negri Allah subhanahu wata’ala, diambil dari nama
Allah “as-Salam”. Allah subhanahu wata’ala pun mengucapkan
salam atas mereka,
“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan
memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka
dikatakan), “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang
Maha Penyayang.”
(QS. 36:57-58)
2. Jannatu ‘adn: Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
artinya, (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya
bersama-sama dengan orang-orang yang sholeh dari bapak-
bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-
malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,
(sambil mengucapkan), “Salamun ‘alaikum bima shabartum”.
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. 13:23-24)
3. Jannatul Khuld: Karena penduduknya kekal di dalamnya dan
tidak akan berpindah ke alam (tempat) lain.Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya : ”Katakanlah, “Apakah (azab) yang
demikian itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan
kepada orang- orang yang bertaqwa?” Surga itu menjadi
balasan dan tempat kembali bagi mereka.” (QS. Al-Furqan:15)
4. Darul Muqamah: Sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala, artinya, “Dan mereka berkata:”Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan duka cita dari kami.Sesungguhnya
Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” Yang menempatkan kami dalam tempat yang
kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa
lelah dan tiada pula merasa lesu”. (QS. 35:34-35)
5. Jannatul Ma’wa: Adalah tempat menetap sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala dalam surat an-Najm di atas. Disebut
demikian karena surga merupakan tempat menetapnya orang-
orang mukmin
D. MACAM - MACAM SURGA DALAM ISLAM : SURGA :
Surga Firdaus, Surga ’Adn , Surga Naim , Surga Ma’wa , Surga
Darussalam , Surga Darul Muqamah , Surga Al-Maqamul Amin ,
Surga Khuldi
1. SURGA FIRDAUS:
Surga yang diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya,
menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat,
menjaga kemaluaannya, memelihara amanah, menepati janji,
dan memelihara sholatnya. dalam Al-Qur'an terdapat pada
surah (Al Kahfi, ayat 107) dan surah (Al Mu'minuun, ayat 9-11).
2. SURGA ‘AND:
Surga yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada
Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh
(Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar,
menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan
kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)
3. SURGA NAIM:
surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar
bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. dalam Al-Qur'an
terdapat pada surah (Luqman, ayat 8) dan (Al Hajj, ayat 56)
4. SURGA MA’WA:
Surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa
kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19),
serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu
(An Naziat : 40-41)
5. SURGA DARUSSALAM:
Surga yang diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan
Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,“Bagi mereka
(disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah
Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu
mereka kerjakan.” (QS. 6:127)
6. SURGA DARUL MUQAMAH:
surga yang diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada
Allah. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal
dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan
tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-
orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam
surat (Faathir ayat 35).
7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN:
Surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam
tempat yang aman (Ad Dukhan, ayat 51)
8. SURGA KHULDI:
Surga yang diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang
bertakwa). Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang
baik, atau surga yang kekal yang Telah dijanjikan kepada orang-
orang yang bertaqwa?" dia menjadi balasan dan tempat kembali
bagi mereka?" (Al Furqaan, ayat 15)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan :
Demikianlah sekelumit keindahan-keindahan surga , yang
menjadikan jiwa-jiwa hamba yang jernih senantiasa
meridukanya, semoga Alloh yang maha kuasa menjadikan kita
termasuk penghuni surga, karena inilah hakekat puncak tujuan
kita dalam kehidupan dunia yang fana, dimana semua akan
binasa ketika hari yang dijanjikan Alloh telah tiba. Kita sebagai
manusia biasa, hanya bisa berusaha dan berdo’a agar Alloh
berkenan menjadikan kita sebagai penghuni surga, yang kekal
nan abadi keberadaanya. Kemudian bagaimanakah usaha kita
dalam menggapai surga yang dipenuhi kenikmatan dan
keindahan didalamnya?kita kembalikan semua usaha dan
amalan kita dalam menggapainya, pada Al-Qur’an yang mulia
serta sunnah nabi-Nya dengan pemahaman rasulullah yang
diwarisi para shahabatnya dan para pengikutnya yang sentiasa
meniti jejaknya sampai maut menjeputnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dalam buku Karangan Prof. Dr. Alaiddin Koto,Surga,(


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 200.
Dikutip dari Buku aslinya karangan Abdullah Tri Wahyuni,
Macam-macam Surga,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2004), hlm.
78.
http://www.jadipintar.com/2014/01/Pengertian-Nama-Nama-
Serta-Calon-Penghuni-Surga-dan-Neraka.html pada tanggal 02
Oktober 2015 pukul 14.20
http://moshi-moshi87.blogspot.co.id/2011/11/jenis-jenis-surga-
dan-neraka-beserta.html pada tanggal 30 September pukul
12.15
http://blogomasupartana.blogspot.co.id/2012/04/8-nama-surga-
dan-7-nama-neraka-beserta.html pada tanggal 02 Oktober pukul
15.25
http://getarridwan.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-surga-dan-
neraka-serta.html pada tanggal 02 Oktober pukul 18.18
http://safirasafitriaulia.blogspot.co.id/2011/08/macam-macam-
surga-dan-penghuninya.html pada tanggal 01 Oktober pukul
15.19
COMMENTS

Ilustrasi: picpuddle.com

SETIAP dari kita akan dimintai pertanggung jawaban atas


apa yang telah kita lakukan di dunia ini. Balasan tersebut
berupa surga dan neraka. Bagi kita, hanya ada dua tempat
kembali ketika di akhirat kelak. Apakh kita akan menjadi
penghuni surga atau neraka.
Pada suatu hari terjadi percakapan antara penghuni surga
dan neraka dijelaskan dalam friman-Nya,

“Dan berserulah penghuni surga kepada penghuni neraka,


‘Kami telah mendapati apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan
kami dengan sebenarnya. Maka sudahkah kamu mendapati
apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kamu dengan
sebenarnya?’ mereka menjawab, ‘Ya.’ Maka berserulah
seorang di antara mereka bahwasanya laknat Allah
diberikan kepada orang-orang yang zalim. Yaitu orang-
orang yang memalingkan manusia dari jalan Allah, dan
yang ingin supaya jalan itu bengkok. Sedang terhadap hari
kiamat mereka tidak percaya.” (QS. Al-A’raaf : 44-45).
Dari ayat di atas terlihatlah bahwa penghuni surga berkata,
“Kami telah mendapat apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan
kami kepada kami, yaitu surga yang penuh dengan
kenikmatan. Apakah kamu sudah mendapatkan apa yang
telah dijanjikan oleh Tuhan kamu, yaitu neraka yang penuh
siksaan?” penghuni neraka menjawab, “Ya.”

Katika percakapan itu berlangsung, terdengarlah seruan


malaikat atas perintah Allah, “Bahwa laknat Allah atas
orang-orang yangzalim.” Menurut ahli tafsir, malaikat
disuruh Allah untuk menyampaikan seruan itu untuk
memeperingatkan bahwasanya siksaan yang diterima oleh
penghuni neraka itu tidaklah karena Allah menganiaya
hamba-Nya, melainkan kezaliman mereka sendiri
yang menyebabkan mereka pantas menerima hukuman.
Hal itu tertulis dalam firman Allah,

“Tidaklah akan dapat diganti-ganti kata putusan-Ku, dan


sekali-kali Aku (Allah) tidak berbuat zalim kepada hamba-
hamba-Ku.”(QS. Qaaf: 29).
Setelah menyampaikan seruan itu, malaikat mengingatkan
penghuni neraka akan kezaliman yang telah mereka
lakukan ketika hidup di dunia, yaitu memalingkan manusia
di jalan Allah, ingin menjadikan jalan itu sepaya bengkok
(sesat), dan tidak percaya pada akhirat.[]

Sumber : Ayat-ayat Surga/ Ir. Hasan, M.T./Oase Mata Air


Makna
SURGA merupakan suatu tempat yang dijanjikan Allah
SWT kepada hamba-Nya yang selalu bertaqwa. Dijanjikan
Allah SWT karena sejatinya manusia diciptakan untuk
beribadah, dan melalui ibadah itulah salah satu tujuannya
adalah memperoleh syurga Allah. Namun tak ada satupun
yang tahu bagaimana dan seperti apa syurga itu, Allah
SWT hanya menggambarkan ciri-ciri melalui firman-Nya
dalam al-quran. Dan berikut merupakan macam-macam
syurga :

 Surga Firdaus
Surga yang diciptakan dari emas yang merah dan
diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya.
menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan
zakat, menjaga kemaluaannya, memelihara amanah,
menepati janji, dan memelihara sholatnya.

 Surga ‘Adn
Surga yang diciptakan dari intan putih dan diperuntukkan
bagi orang yang bertakwa kepada Allah SWT (An Nahl:30-
31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-
76),banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar,
menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan
kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)

 Surga Naim
Surga yang diciptakan dari perak putih dan diperuntukkan
bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah
SWT dan beramal shaleh. Al Qalam: 34

 Surga Ma’wa
Surga yang diciptakan dari jamrud hijau dan diperuntukan
bagi orang- orang yang bertakwa kepada Allah SWT (An
Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut
kepada kebesaran Allah SWT dan menahan hawanafsu (An
Naziat : 40-41)

 Surga Darussalam
Surga yang diciptakan dari yakut merah dan diperuntukkan
bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya,
memperhatikan ayat-ayat Allah SWT serta beramal shaleh.

 Surga Darul Muqamah


Surga yang diciptakan dari permataa putih dan
diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada ALLAH.
Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana
di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan
tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-
orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam
surat Faathir ayat 35. Sedangkan surga Darul Muaqaamah
ini terbuat dari permata putih.

 Surga Al-Maqamul Amin


Surga Yang diciptakan dari permata putih. Kata Al-
Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan
berarti tempat yang dan diperuntukkan bagi orang-orang
yang bertakwa. Sedangkan surgaAl-MaqamulAmin ini
terbuat dari permata putih.

 Surga Khuldi
Surga Yang diciptakan dari marjan merah dan kuning
diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah
Allah SWT dan menjauhi larangannya (orang-orang yang
bertakwa).

Dari gambaran yang Allah SWT utarakan melalui firman-


Nya saja sudah membuat kita tak henti-hentinya
mengucapkan “Subhanallah”, apalagi jika kita mampu
melihat dan mampu menjadi penghuni syurga-Nya yang
kekal dan abadi. Aamiin

[Reni Fatwa/islampos]

Sumber: kumpulandoaterlengkap.wordpress.com

EKILAS SURGA DAN NERAKA

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Manusia diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla dengan diberi anugerah nikmat dunia
dan agama. Nikmat dunia antara lain dengan diberikan kelengkapan anggota
tubuh, sedangkan nikmat agama yaitu dengan diberikan penjelasan tentang jalan
kebaikan dan jalan keburukan melalui para rasul. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

‫ع ْينَي ِْن لَهُ نَجْ عَ ْل أَلَ ْم‬


َ ﴿٨﴾ ‫سانًا‬ َ ‫﴿ َو‬٩﴾ ُ‫ي ِْن ََالنَّجْ د َو َه َد ْينَاه‬
َ ‫شفَتَي ِْن َو ِل‬

Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, satu lidah dan dua
buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. [Al-Balad/90: 8-10]

Yang dimaksud dengan dua jalan yaitu jalan kebaikan yang akan menghantarkan
menuju surga, dan jalan kejahatan yang akan menghantarkan menuju neraka.

Di dalam tulisan ini insya Allâh akan kami sampaikan beberapa point tentang surga
dan neraka. Semoga naskah singkat ini bisa menggugah semangat kita untuk selalu
meningkatkan ketaatan kita kepada Allâh Azza wa Jalla dan menjauhi kemaksiatan.

Calon Penghuni Neraka Dan Surga


Penghuni neraka adalah orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang tidak beriman
kepada Allâh, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan
takdir-Nya.

َ‫سل يَأْتِ ُك ْم أَلَ ْم خَزَ نَت ُ َها لَ ُه ْم َوقَا َل أَب َْوابُ َها فُتِ َحتْ َجا ُءوهَا ِإ َذا َحتَّى َ ُز َم ًرا َج َه َّن َم ِإ َلى َكف َُروا ا َّلذِينَ َوسِيق‬
ُ ‫يَتْلُونَ مِ ْن ُك ْم ُر‬
‫علَ ْي ُك ْم‬ ُ َّ ُ
ِ ‫ب َك ِل َمة َحقتْ َولَك ِْن بَلَى قَالوا َ َهذَا يَ ْومِ ُك ْم ِلقَا َء َويُ ْنذ ُِرونَ ُك ْم َربِ ُك ْم آيَا‬
َ ‫ت‬ ْ
ِ ‫علَى العَذَا‬ ْ
َ َ‫﴿ الكَاف ِِرين‬٧١﴾ ‫ا ْد ُخلُوا قِي َل‬
‫اب‬ َ ‫س َ فِي َها خَا ِلدِينَ َج َهنَّ َم أَب َْو‬ َ ْ‫ْال ُمتَك َِب ِرينَ َمثْ َوى فَ ِبئ‬

Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. sehingga


apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya, dan penjaga-
penjaganya berkata kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepadamu
Rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan
memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab:
“Benar (telah datang), tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-
orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka
Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. [Az-Zumar/39:
71-72]

Adapun penghuni surga adalah orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang


yang beriman dan beramal shalih. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫س َالم خَزَ نَت ُ َها لَ ُه ْم َو َقا َل أَب َْوابُ َها َوفُتِ َحتْ ا ََ َجا ُءوه إِذَا َحتَّى َ ُز َم ًرا ْال َجنَّ ِة إِلَى َربَّ ُه ْم اتَّقَ ْوا الَّذِينَ َوسِيق‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫طِ ْبت ُ ْم‬
ُ ُ َ ُ َ
‫﴿ خَا ِلدِينَ فا ْدخلوهَا‬٧٣﴾ ‫لِل ال َح ْم ُد َوقالوا‬ ْ َّ َ
ِ َّ ِ ‫ص َدقنَا الذِي‬ َ َ َ ْ ُ َّ ْ
َ ‫شا ُء ثَ َحي ال َجن ِة مِ نَ نَتَبَ َّوأ األ ْر‬
َ ُ‫ض أ ْو َرثنَا ََو َو ْع َده‬ ْ ُ َ َ‫َ ن‬
‫ْال َعامِ لِينَ أَجْ ُر فَنِ ْع َم‬

Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke surga berombong-


rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-
pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-
penjaganya:”Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka
masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Dan mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allâh yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah
(memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati
tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; Maka surga itulah sebaik-
baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. [Az-Zumar/39: 73-74]

Sesungguhnya perkara ini sangat penting, oleh karena itu Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan agar mengumumkannya di hadapan orang
banyak di berbagai kesempatan.

‫ع ْن‬
َ ‫ب اب ِْن‬ ِ ‫ع ْن َمالِكٍ ب ِْن َك ْع‬ َ ‫ّللا َرسُو َل أ َ َّن َح َّدثَهُ أَنَّهُ أَبِي ِه‬
ِ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫س بَعَثَهُ َو‬ ِ َ ‫َّام ا ْل َح َدث‬
َ ‫ان بْنَ َوأ َ ْو‬ َ ‫ق أَي‬
ِ ‫الت َّ ْش ِري‬
‫ُمؤْ مِن ِإ َّل ْال َجنَّةَ َي ْد ُخ ُل َل أَنَّهُ فَنَا َدى‬

Dari Ka’b bin Mâlik, dari bapaknya, dia memberitakan kepadanya bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya dan Aus bin al-Hadatsan pada hari-hari
tasyriq, lalu dia berseru: “Tidak akan masuk surga kecuali orang Mukmin”. [HR.
Muslim, no. 1142]

Sekilas Tentang Kenikmatan Surga Dan Siksaan Neraka


Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ف بِآيَاتِنَا َكف َُروا الَّذِينَ ِإ َّن‬


َ ‫س ْو‬ َ ‫صلِي ِه ْم‬ ً ‫َض َجتْ ُكلَّ َما ن‬
ْ ُ‫َارا ن‬ ِ ‫غي َْرهَا ُجلُودًا بَد َّْلنَا ُه ْم ُجلُو ُد ُه ْم ن‬َ ‫ابَْال ِليَذُوقُوا‬ َ َ‫عذ‬ َ َ ‫ّللا إِ َّن‬
َ َّ
ً ‫ع ِز‬
َ‫يزا َكان‬ ‫ا‬
َ ً َ‫م‬ ‫ِي‬
‫ك‬ ‫ح‬ ﴿٥٦﴾ َ‫ِين‬ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫وا‬
َ َ ُ ‫ن‬‫م‬‫آ‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ ِ‫م‬‫ع‬ ‫و‬
َ َ ‫ت‬
ِ ‫ا‬‫ح‬َ ‫ل‬
ِ ‫ا‬‫ص‬َّ ‫ال‬ ‫م‬
ُْ ‫ه‬ُ ‫ل‬ ِ‫خ‬ ْ
‫د‬ ُ ‫ن‬‫س‬َ ‫ت‬
ٍ ‫ا‬ َّ ‫ن‬‫ج‬َ ‫ي‬ ‫ر‬
ِ ْ‫ج‬َ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ ِ‫م‬ ‫ا‬‫ه‬َ ‫ت‬
ِ ْ‫ح‬َ ‫ت‬ ‫ار‬
ُ ‫ه‬َ ْ
‫ن‬ َ ْ
‫األ‬ ‫د‬
َ‫ِين‬ ‫ل‬
ِ ‫َا‬
‫خ‬ ‫ا‬‫ه‬َ ‫ِي‬ ‫ف‬
‫ط َّه َرة أ َ ْز َواج فِي َها لَ ُه ْم َ أَبَدًا‬ َ ‫ِيال ظِ ًال َونُ ْدخِ لُ ُه ْم َ ُم‬
ً ‫ظل‬ َ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, kelak akan kami masukkan mereka ke
dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya;
mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka
ke tempat yang teduh lagi nyaman. [An-Nisâ’/4: 56-57]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ َ‫ان َهذ‬
‫ان‬ ِ ‫ص َم‬ ْ ‫ص ُموا َخ‬ ْ ‫َار م ِْن يَابَِث لَ ُه ْم قُ ِطعَتْ َكف َُروا فَالَّذِينَ َ َربِ ِه ْم فِي‬
َ َ ‫اخت‬ ٍ ‫صبُّ ن‬ َ ُ‫ق مِ ْن ي‬ ِ ‫ا ْل َحمِ ي ُم ُر ُءو ِس ِه ُم فَ ْو‬
﴿١٩﴾ ‫ص َه ُر‬ ْ ُ‫طو ِن ِه ْم فِي َما ِب ِه ي‬ُ ُ‫﴿ َو ْال ُجلُو ُد ب‬٢٠﴾ ‫﴿ َحدِي ٍد مِ ْن َمقَامِ ُع َولَ ُه ْم‬٢١﴾ ‫غ ٍَم مِ ْن مِ ْن َها َي ْخ ُر ُجوا أ َ ْن أ َ َرادُوا ُكلَّ َما‬
ُ
‫اب َوذُوقُوا فِي َها أعِيدُوا‬ َ َ‫عذ‬
َ ‫ق‬ ِ ‫﴿ ْال َح ِري‬٢٢﴾ ‫ّللا إِ َّن‬
َ َّ ‫عمِ لُوا نُوا ََآم الَّذِينَ يُ ْدخِ ُل‬
َ ‫ت َو‬
ِ ‫صا ِل َحا‬َّ ‫ت ال‬ٍ ‫حْ تِ َها ََت مِ ْن تَج ِْري َجنَّا‬
‫ار‬ ْ َ ْ َّ ْ
ُ ‫سا ِو َر مِ ن فِي َها يُ َحل ْونَ األن َه‬ َ ْ
َ ‫ب مِ ن أ‬ َ ُ ُ
ٍ ‫س ُهم َ َولؤْ لؤً ا ذ َه‬ َ ْ ‫﴿ َح ِرير فِي َها‬٢٣﴾ ‫ب إِلَى َو ُهدُوا‬
ُ ‫َو ِلبَا‬ َّ َ‫َو ُهدُوا ْالقَ ْو ِل مِ ن‬
ِ ِ‫الطي‬
‫ص َراطِ ِإلَى‬ ِ ‫ْال َحمِ ي ِد‬

Inilah dua golongan yang bertengkar (golongan mu’min dan golongan kafir),
mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka. Maka orang kafir akan
dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang
sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala
apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka
cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran
kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka
dikatakan):”Rasailah azab yang membakar ini”. Sesungguhnya Allâh memasukkan
orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan
gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. Dan
mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki(pula)
kepada jalan (Allah) yang terpuji. [Al-Hajj/22: 19 – 24]

Mohon Kepada Allâh Agar Masuk Surga, dan Selamat dari Neraka
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan keutamaan memohon
kepada Allâh Azza wa Jalla agar dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari
neraka dengan 3 kali doa.

‫سأ َ َل َما‬
َ ‫ّللا ُم ْسلِم َر ُجل‬َ َّ ‫ع َّز‬َ ‫ار مِ ْن ََا ْست َ َجار َو َل ْال َجنَّةَ أ َ ْدخِ ْلهُ اللَّ ُه َّم َجنَّةَُْال قَالَتْ ِإ َّل ث َ َالثًا ْال َجنَّةَ َو َج َّل‬
ِ َّ‫ُم ْست َِجير الن‬
‫ث‬ ٍ ‫ار قَالَتْ إِ َّل َم َّرا‬
َ ‫ت ث َ َال‬ َّ َ
ُ َّ‫ار مِ ْن أ ِج ْرهُ الل ُه َّم الن‬ ِ َّ‫الن‬

Tidaklah seorang Muslim memohon surga kepada Allâh 3 kali, kecuali surga
berkata, “Wahai Allâh, masukkan dia ke dalam surga”. Dan tidaklah seseorang yang
meminta perlindungan meminta perlindungan dari neraka 3 kali, kecuali neraka
berkata, “Wahai Allâh, lindungilah dia dari neraka”. [HR. Ahmad, no. 12585.
Semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasâ’i, Ibnu
Mâjah, Ibnu Hibbân, al-Hâkim, Dhiyâ’ al-Maqdisi, dll. Dishahihkan oleh al-Hâkim,
adz-Dzahabi, al-Albani, Syu’aib al-Arnauth, dll. Lihat Shahîh at-Targhîb, no. 3654]

Nabi Dan Sahabat Memohon Surga Dan Berlindung Dari Neraka


Mohon surga dan berlindung dari neraka merupakan permohonan Nabi dan para
Shahabatnya.

َ ‫سو ُل قَا َل قَا َل ه َُري َْرة َ أَبِي‬


‫ع ْن‬ ِ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ّللا َر‬ َ ُ‫علَ ْي ِه للا‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫ص َالةِ فِي تَقُو ُل َما ل َِر ُج ٍل َو‬ َّ ‫ش َّه ُد قَا َل ال‬ َ َّ َ‫ْال َجنَّة‬
َ َ ‫ّللا ْسأ َ ُل ََأ ث ُ َّم أَت‬
ُ‫ار مِ نَ ِب ِه َوأَعُوذ‬ َّ ‫نُ َد ْن ِدنُ َح ْولَ َها فَقَا َل ُم َعا ٍذ ََ َد ْن َدنَة َو َل َد ْن َدنَتَكَ أُحْ ِس ُن َما َو‬
ِ َّ‫ّللاِ أ َ َما الن‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya kepada seorang lelaki, “Apa yang engkau katakan di dalam
shalat?” Dia menjawab: “Aku bertasyahud, lalu aku mohon sorga kepada Allâh Azza
wa Jalla dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka. Demi Allâh, aku tidak tahu
apa permintaanmu dan permintaan Mu’adz”. Maka beliau bersabda: “Seputar itu
kami memohon”. [HR. Abu Dawud; Ibnu Mâjah, no: 910, 3847; dishahihkan al-
Albani di dalam Shifatush Shalah, hlm. 185, cet:1, Maktabah Al-Ma’arif]

Sesungguhnya keyakinan terhadap adanya surga akan mendorong orang yang


meyakininya untuk melakukan ketaatan, dan keyakinan adanya neraka akan
menjauhkan dari kemaksiatan. Marilah kita perhatikan keberanian Shahabat Nabi
di bawah ini disebabkan keyakinannya jika mati akan masuk surga yang kekal
abadi.

َ ‫ي أ َن ٍَس‬
‫ع ْن‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْنهُ للاُ َر‬َ : ‫ي أَت َى أَس َْو َد َر ُج ًال أ َ َّن‬ َّ ِ‫صلَّى النَّب‬
َ ُ‫علَ ْي ِه للا‬ َ ‫سلَّ َم َو‬
َ ‫ فَقَا َل‬: ‫ُم ْنتِنُ أَس َْو َد َر ُجل إِنِي للاِ َرسُ ْو َل يَا‬
ِ ‫ قَا َل أَنَا؟ فَأَيْنَ أ ُ ْقت َ َل َحتَّى َهؤ َُلءِ قَات َْلتُ أَنَا فَإ ِ ْن ِل ْي َما َل لَ ْال َوجْ ِه قَبِ ْي ُح‬: ‫ي فَأَت َاهُ قُتِ َل َحتَّى فَقَات َ َل ْال َجنَّ ِة فِي‬
ِ‫الريْح‬ ُّ ِ‫النَّب‬
‫صلَّى‬
َ ُ‫علَ ْي ِه للا‬ َ ‫سلَّ َم َو‬
َ ‫َّض قَ ْد فَقَا َل‬
َ ‫َّب َو َوجْ َهكَ للاُ َبي‬ َ ‫طي‬َ َ‫َمالَكَ أ َ ْكث َ َر َو ِر ْي َحك‬

Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, bahwa seorang laki-laki hitam datang
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasûlullâh, aku
adalah seorang laki-laki hitam, berbau busuk, buruk wajah, dan aku tidak punya
harta. Jika aku memerangi mereka (musuh dalam peperangan-pen) sampai aku
terbunuh, di manakah aku?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Di
surga”. Maka laki-laki itu memerangi musuh sampai terbunuh. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam mendatanginya lalu bersabda, “Allâh telah memutihkan wajahmu,
mewangikan baumu, dan memperbanyak hartamu”. [HR. Al-Hâkim di dalam al-
Mustadrak, no. 2463, dan dia menshahihkannya 1381]

Inilah naskah singkat tentang surga dan neraka. Semoga ini bisa menggugah
semangat kita untuk meningkatkan ketaqwaan, dan semoga Allâh selalu
memberikan petunjuk kepada semua untuk meniti jalanNya yang lurus.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XVIII/1436H/2014M. Penerbit


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Sumber: https://almanhaj.or.id/4222-sekilas-surga-dan-neraka.html
MENGIMANI SHIRATH, JEMBATAN DI ATAS NERAKA
Oleh
Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra
Di akherat kelak, akan banyak sekali peristiwa yang sangat
menakjubkan sekaligus menakutkan. Kita, sebagai seorang Mukmin,
wajib mempercayai segala hal yang akan terjadi pada hari Kiamat,
baik yang disebutkan dalam al-Qur’aan maupun yang terdapat dalam
Hadits yang shahih. Kita tidak boleh membeda-bedakan dalam
urusan beriman dengan segala peristiwa tersebut, baik itu sesuai
dengan logika ataupun tidak. Segala hal yang akan terjadi di akherat
tidak bisa kita qiyaskan dengan peristiwa di dunia ini. Karena semua
peristiwa di akherat adalah peristiwa yang penuh dengan
keluarbiasaan dan kedahsyatan. Di antara peristiwa yang akan
menakjubkan sekaligus menakutkan di alam akhirat kelak, peristiwa
melewati shirâth (jembatan) yang terbentang di atas neraka menuju
ke surga. Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan kemudahan
kepada kita untuk melewatinya kelak di akherat.
PENGERTIAN SHIRATH.
Shirâth secara etimologi bermakna jalan lurus yang terang[1] .
Adapun menurut istilah, yaitu jembatan terbentang di atas neraka
Jahannam yang akan dilewati oleh manusia ketika menuju Surga [2] .
DALIL-DALIL TENTANG KEBERADAAN SHIRAT
Landasan keyakinan tentang adanya shirâth pada hari Kiamat
berdasarkan kepada ijma’ para ulama Ahlus Sunnah yang
bersumberkan kepada dalil-dalil yang akurat dari al-Qur`ân dan
Sunnah. Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang menerangkan
tentang adanya shirâth.
Di antara ulama berhujjah dengan firman Allâh Azza wa Jalla berikut :
ِ ‫علَى َر ِبكَ َحتْ ًما َم ْق‬
‫ضيًّا‬ َ َ‫َو ِإ ْن ِم ْن ُك ْم ِإ اَّل َو ِار ُدهَا َكان‬
Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan mendatangi
neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan [Maryam/19:71]
Diriwayatkan dari kalangan para Sahabat, di antaranya; Ibnu ‘Abbâs
Radhiyallahu anhu, Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu dan Ka’ab bin
Ahbâr bahwa yang dimaksud dengan mendatangi neraka dalam ayat
tersebut adalah melewati shirâth.[3]
Sementara itu, banyak sekali riwayat dari Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang ini, di antaranya:
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
‫ضةٌ َم ِزلاةٌ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫َّللا َو َما ْال َجس ُْر قَا َل َم ْد َح‬ ُ ‫ي َج َهنا َم قُ ْلنَا يَا َر‬
ِ ‫سو َل ا‬ َ َ‫ث ُ ام يُؤْ ت َى ِب ْال َجس ِْر َفيُجْ َع ُل بَيْن‬
ْ ‫ظ ْه َر‬
ُ‫س ْع َدان‬ َ َ ُ‫ون‬ ُ َ
‫عق ْيفا ُء تك بِنَجْ ٍد يُقا ُل ل َها ال ا‬َ َ ٌ َ ٌ َ ْ َ
ُ ‫سكَة ُمفلط َحة ل َها ش َْوكَة‬ ٌ َ ‫يف َوك َََللِيبُ َو َح‬ ُ ‫اط‬ ِ ‫ط‬َ ‫َخ‬

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas


permukaan neraka Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya: “Wahai
Rasûlullâh, bagaimana (bentuk) jembatan itu?”. Jawab beliau, “Llicin
(lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan
kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di
Najd, dikenal dengan pohon Sa’dân …” [Muttafaqun ‘alaih]
BENTUK DAN KONDISI SHIRATH.
Dalam hadits yang sudah disebutkan di atas terdapat beberapa ciri
atau sifat dan bentuk shirâth, yaitu: “licin (lagi) mengelincirkan, di
atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya
bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon
Sa’dân …”.
Dan disebutkan lagi dalam hadits bahwa shirâth tersebut memiliki
cangkok-cangkok besar, yang mencankok siapa yang melewatinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
‫س ِل َي ْو َمئِ ٍذ‬ ُ ‫سلا َم فَأ َ ُكونُ أَ او َل َم ْن ي ُِج‬
ُّ ‫يز َو ُد َعا ُء‬
ُ ‫الر‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ِ ‫سو ُل ا‬ ُ ‫َويُض َْربُ ِجس ُْر َج َهنا َم قَا َل َر‬
‫َّللا قَا َل‬
ِ ‫سو َل ا‬ َ ُ
ُ ‫ان قَالوا بَلى يَا َر‬ ِ ‫س ْع َد‬ ُ َ َ
‫ان أ َما َرأ ْيت ْم ش َْوكَ ال ا‬ ْ
‫س ِل ْم َوبِ ِه ك َََللِيبُ ِمث ُل ش َْو ِك ال ا‬
ِ ‫س ْع َد‬ َ ‫س ِل ْم‬َ ‫اللا ُه ام‬
‫اس ِبأ َ ْع َما ِل ِه ْم رواه‬
َ ‫ف النا‬ ُ ‫ط‬ َ ‫َّللاُ فَت َْخ‬ َ ‫ان َغي َْر أَنا َها ََّل يَ ْعلَ ُم قَد َْر ِع‬
‫ظ ِم َها ِإ اَّل ا‬ ِ ‫س ْع َد‬‫فَإِنا َها ِمثْ ُل ش َْو ِك ال ا‬
‫البخاري‬
Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama
yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh,
selamatkanlah, selamatkanlah”. Pada shirâth itu, terdapat
pencangkok-pencangkok seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah
kalian melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai
Rasûlullâh. Maka ia seperti duri pohon Sa’dân, tiada yang
mengetahui ukuran besarnya kecuali Allâh. Maka ia mencangkok
manusia sesuai dengan amalan mereka”. [HR. al-Bukhâri]
Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirâth tersebut
lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih
panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan. Hal ini
berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang disandarkan langsung
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun kepada para
Sahabat tetapi dihukumi marfû’. Sebab, para Sahabat tidak mungkin
mengatakannya dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu
perkara yang ghaib, melainkan hal tersebut telah mereka dengar dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Sa’id Radhiyallahu anhu berkata: “Sampai kepadaku kabar
bahwa shirâth itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang”
[4] .
Setelah kita amati dalil-dalil tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan di
sini sifat dan bentuk shirâth tersebut sebagaimana berikut:
1. Shirâth tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan
siapa saja yang lewat dimana ia mungkin saja terpeleset dan
terperosok jatuh.
2. Shirâth tersebut menggelincirkan. Para Ulama telah menerangkan
maksud dari ‘menggelincirkan’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri,
sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir
dan tersungkur jatuh.
3. Shirâth tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan
duri, ujungnya bengkok. Ini menunjukkan siapa yang terkena besi
pengait ini tidak akan lepas dari cengkeramannya.
4. Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh
pengait besi atau tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan
keimanan masing-masing orang.
5. Shirâth tersebut terbentang membujur di atas neraka Jahannam.
Barang siapa terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi
pengait, maka ia akan terjatuh ke dalam neraka Jahannam.
6. Shirâth tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki
di atasnya.
7. Shirâth tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki
orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun
tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
8. Sekalipun shirâth tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat
melewatinya. Karena Allâh Azza wa Jalla Maha Kuasa untuk
menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun.
9. Kesulitan untuk melihat shirâth karena kehalusannya, atau terluka
karena ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas
keimanan setiap orang yang melewatinya.
BAGAIMANA KEADAAN MANUSIA KETIKA MELEWATI SHIRATH?
Setelah kita melihat sikilas tentang sifat-sifat shirâth yang tedapat
dalam hadits-hadits shahih. Berikutnya kita lihat pula bagaimana
keadaan manusia ketika melewati shiraath tersebut.
1. Riwayat Pertama:
‫الر ِح ُم‬ ‫س ُل ْاْل َ َمانَةُ َو ا‬ َ ‫ )) َوت ُ ْر‬: ‫سلا َم‬ َ ُ‫صلاى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫س ْول هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫َّللاُ َع ْنه ُ قَال‬‫ي ا‬ ِ ‫َع ْن أَبِ ْي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬
ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ي‬ ُ
ُّ َ‫ قُ ْلتُ ِبأ َ ِبي أَ ْنتَ َوأ ِمي أ‬: ‫ قَا َل‬،((‫ق‬ ِ ‫اط يَ ِمينًا َو ِش َم ًاَّل فَيَ ُم ُّر أَ اولُ ُك ْم ك َْالبَ ْر‬
ِ ‫الص َر‬ ِ ‫ان َجنَ َبت َ ْي‬ِ ‫فَتَقُو َم‬
َ ُ
‫الريحِ ث ام ك َم ِر‬ َ ُ َ َ
ِ ‫ْف يَ ُم ُّر َويَ ْر ِج ُع فِي ط ْرف ِة َعي ٍْن ؟ ث ام ك َم ِر‬ َ ‫ق كي‬ َ ْ َ َ َ َ
ِ ‫ ))أل ْم ت ََر ْوا إِلى البَ ْر‬:َ‫ق ؟ قال‬ ِ ‫َك َم ِر ْالبَ ْر‬
َ‫س ِل ْم َحتاى تَ ْع ِجز‬ َ ‫س ِل ْم‬َ ‫ب‬ ِ ‫اط يَقُو ُل َر‬ ِ ‫الص َر‬ ُ َ
ِ ‫الر َجا ِل تَجْ ِري بِ ِه ْم أ ْع َمال ُه ْم َونَبِ ُّي ُك ْم قَائِ ٌم َعلَى‬ ِ ‫طي ِْر َوش َِد‬ ‫ال ا‬
ٌ‫اط ك َََللِيبُ ُمعَلاقَة‬ ِ ‫الص َر‬ ِ ‫سي َْر إِ اَّل زَ حْ فًا قَا َل َوفِي َحافَت َ ْي‬ ‫الر ُج ُل فَ ََل يَ ْست َِطي ُع ال ا‬ ‫أ َ ْع َما ُل ْال ِعبَا ِد َحتاى يَ ِجي َء ا‬
‫ار (( رواه مسلم‬ ِ ‫ُوس فِي النا‬ ٌ ‫ُوش نَاجٍ َو َم ْكد‬ ٌ ‫ت بِ ِه فَ َم ْخد‬ ُ َ
ْ ‫ورة ٌ بِأ ْخ ِذ َم ْن أ ِم َر‬ َ ‫ َمأ ْ ُم‬.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah
dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kair-kanan
shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku
bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau.
Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat
dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin,
kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang.
Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu
berdiri di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah!
selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya,
sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan
merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth
terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja
yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun
selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka”. [HR. Muslim]
2. Riwayat Kedua:
ٌ ‫سلا ٌم َونَاجٍ َم ْخد‬
‫ُوش‬ َ ‫ب فَنَاجٍ ُم‬
ِ ‫الركَا‬ ِ ‫َالريحِ َو َكأ َ َجا ِوي ِد ْال َخ ْي ِل َو‬ ِ ‫ف َوك َْالبَ ْر‬
ِ ‫ق َوك‬ ‫ْال ُمؤْ ِمنُ َعلَ ْي َها كَال ا‬
ِ ‫ط ْر‬
(‫سحْ بًا ) متفق عليه‬ ِ ‫َار َج َهنا َم َحتاى َي ُم ار‬
َ ُ‫آخ ُر ُه ْم يُ ْس َحب‬ ٌ ‫َو َم ْكد‬
ِ ‫ُوس ِفي ن‬
Orang Mukmin (berada) di atasnya (shirâth), ada yang secepat
kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada
yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat
pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada
pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir
merangkak secara pelan-pelan”. [Muttafaqun ‘alaih]
3. Riwayat Ketiga:
‫يُُ خ َْر َد ُل ث ُ ام يَ ْن ُجو) متفق عليه‬
ُ ‫يُُ ْوبَ ُق بِعَ َم ِل ِه َو ِم ْن ُه ْم‬
ُ ‫)فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن‬
Di antara mereka ada yang binasa disebabkan amalannya, dan di
antara mereka ada yang tergelincir namun kemudian ia selamat
[Muttafaqun ‘alaih]
4. Riwayat Keempat:
ُ ‫ظ ْه َري َج َهنا َم فَأ َ ُكونُ أنَا َوأ ُ امتِ ْي أ َ او َل َم ْن ي ُِج‬
‫يز َوَّلَ َيـَت َك الَُ ُم َي ْو َمئِ ٍذ ِإَّلا‬ َ َ‫ط َبيْن‬ ُ ‫الص َرأ‬
ِ ُ‫َويُض َْرب‬
‫ى يُنَ اجى‬ ْ
‫ي بِعَ َم ِل ِه َو ِم ْن ُه ْم ال ُم َجازَ ى َحت ا‬ ْ
َ ‫س ِل ْم فَ ِم ْن ُه ْم ال ُمؤ ُِمنُ بَ ِق‬ ‫ا‬
َ ‫س ِل يَ ْو َمئِ ٍذ الل ُه ام‬
َ ‫س ِل ْم‬ ُّ ‫س ُل َو َدع َْوى‬
ُ ‫الر‬ ُ ‫الر‬
ُ
(‫)رواه مسلم‬
Dan dibentangkanlah shirâth di atas permukaan neraka Jahannam.
Maka aku dan umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya.
Dan tiada yang berbicara pada saat itu kecuali para rasul. Dan doa
para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah,
selamatkanlah……di antara mereka ada yang tertinggal dengan
sebab amalannya dan di antara mereka ada yang dibalasi sampai ia
selamat”. [HR. Muslim]
Melalui riwayat-riwayat yang kita sebutkan di atas dapat kita
simpulkan di sini bagaimana kondisi manusia saat menlintasi shirâth :
1. Ketika manusia melewati shirâth, amanah dan ar-rahm (hubungan
silaturrahim) menyaksikan mereka. Ini menunjukkan betapa
pentingnya menunaikan amanah dan menjalin hubungan silaturrahim.
Barangsiapa melalaikan keduanya, maka ia akan merasa gemetar
ketika disaksikan oleh amanah dan ar-rahm saat melewati shirâth.
2. Kecepatan manusia saat melewati shirâth yang begitu halus dan
tajam tersebut sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam
menyambut dan melaksanakan perintah-perintah Allâh Azza wa Jalla
di dunia ini.
3. Di antara manusia ada yang melewati shirâth secepat kedipan
mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang
secepat burung terbang, dan ada pula yang secepat kuda yang
berlari kencang.
4. Di antara manusia ada yang melewatinya dengan merangkak
secara pelan-pelan, ada yang berjalan dengan menggeser pantatnya
sedikit demi sedikit, ada pula yang bergelantungan hampir-hampir
jatuh ke dalam neraka dan ada pula yang dilemparkan ke dalamnya.
5. Besi-besi pengait baik yang bergantungan dengan shirâth maupun
yang berasal dari dalam neraka akan menyambar sesuai dengan
keimanan dan ibadah masing-masing manusia.
6. Yang pertama sekali melewati shirâth adalah Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya.
7. Setiap rasul menyasikkan umatnya ketika melewati shirâth dan
mendoakan umat mereka masing-masing agar selamat dari api
neraka.
8. Ketika melewati shirat setiap mukmin agar diberi cahaya sesuai
dengan amalnya masing-masing. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu
Mas’ûd Radhiyallahu anhu dalam menafsirkan firman Allâh Azza wa
Jalla :
9.
‫ور ُه ْم بَيْنَ أ َ ْيدِيه‬ ِ ‫ْم َو ِبأ َ ْي َمانِ ِه ْمُِيَ ْو َم ت ََرى ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
ُ ُ‫ت يَ ْس َعى ن‬
Pada hari itu, engkau melihat orang-orang mukmin cahaya mereka
menerangi dari hadapan da kanan mereka [al-Hadîd/57:12]
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Mereka melewati shirâth
sesuai dengan tingkat amalan mereka. Di antara mereka ada
cahayanya sepert gunung, ada cahayanya yang seperti pohon, ada
cahayanya setinggi orang berdiri, yang paling sedikit cahayanya
sebatas menerangi ampu kakinya, sesekali nyala sesekali padam” [5]
.
KELOMPOK YANG MENYIMPANG DALAM MENGIMAMI
Meski banyak sekali dalil yang mengharuskan umat mengimani
adanya shirâth, namun ada saja kelompok yang menyimpang dalam
masalah ini, yaitu kaum Mu’tazilah. Mereka tidak mengimani adanya
shirâth yang hakiki pada hari Kiamat, karena –menurut mereka- hal
itu tidak masuk akal dan tidak logis (?!).
Syubhat yang merasuki hati mereka dalam pengingkaran ini,
bagaimana mungkin manusia bisa melewati di atas benda yang lebih
halus dari rambut, lebih tajam dari pedang, amat licin dan selalu
bergerak-gerak?
Para Ulama telah membantah dan menjawab pernyataan aneh
mereka ini dan orang-orang yang meragukan wujud shirâth, seperti
Imam al-Qurthubi rahimahullah. Setelah menyebutkan perkataan
mereka, beliau berkata, “Apa yang disebutkan oleh orang ini adalah
tertolak berdasarkan hadits-hadits yang kita sebutkan, bahwa
beriman dengan hal itu adalah wajib. Sesungguhnya (Allâh) Dzat
yang mampu menahan burung di udara, tentu sanggup menahan
orang Mukmin di atas shirâth tersebut. Baik, dengan berlari maupun
berjalan. Tidak boleh dialihkan dari makna hakiki kepada makna
majazi kecuali bila mustahil. Dan tidak ada kemustahilan dalam hal
itu, berdasarkan hadits-hadits dan penjelasan para ulama yang
terkemuka tentang hal itu. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk)
oleh Allâh Azza wa Jalla , maka ia tidak akan memiliki cahaya
(petunjuk)” [6] .
PELAJARAN DAN HIKMAH DIBALIK KEIMANAN KEPADA
KEIMANAN
Qurthubi rahimahullaht berkata, “Coba renungkan sekarang tentang
apa yang akan engkau alami, berupa ketakutan yang ada pada
hatimu ketika engkau menyaksikan shirâth dan kehalusannya
(bentuknya). Engkau memandang dengan matamu kedalaman
neraka Jahanam yang terletak di bawahnya. Engkau juga mendengar
gemuruh dan gejolaknya. Engkau harus melewati shirâth itu sekalipun
keadaanmu lemah, hatimu gundah, kakimu bisa tergelincir,
punggungmu merasa berat karena memikul dosa, hal itu tidak mampu
engkau lakukan seandainya engkau berjalan di atas hamparan bumi,
apa lagi untuk di atas shirâth yang begitu halus.
Bagaimana seandainya engkau meletakkan salah satu kakimu di
atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya! Sehingga
mengharuskan mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan
makhluk-makhluk di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan!
Mereka lalu ditarik oleh para malaikat penjaga neraka dengan besi
pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terbalik
ke dalam neraka dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas.
Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut. Pendakian
yang begitu sulit, tempat lewat yang begitu sempit”[7] .
Imam al-Qurthubi rahimahullah menambahkan, “Bayangkanlah wahai
saudaraku!. Seandainya dirimu berada di atas shiraath, dan engaku
melihat di bawahmu neraka Jahanam yang hitam-kelam, panas dan
menyala-nyala, engkau saat itu sesekali berjalan dan sesekali
merangkak”[8].
Dari pembahasan shirâth di atas terbukti kebenaran aqidah Ahlus
Sunnah dalam pembahasan masalah iman:
1. Bahwa amal sholeh merupakan bagian dari iman, karena jelas
sekali disebutkan dalam hadits-hadits shirâth tersebut bahwa
kecepatan manusia melewatinya sesuai dengan kadar keimanan
mereka masing-masing. Ini sekaligus membantah paham Murji`ah
yang mengeluarkan amal sholeh sebagai bagian dari iman.
2. Bahwa iman bertambah dan berkurang. Ketika seorang Mukmin
berbeda-beda tingkat kekuatan iman mereka, maka berbeda-beda
pula tingkat kecepatan mereka ketika melewati shirâth.
Dalam pembahasan shirâth ini terdapat pula pelajaran bagi kita agar
kita berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, sehingga termasuk
orang yang paling cepat ketika melewati shirâth di akhirat kelak.
Semoga bermanfaat. Wallâhu a’lam bish shawâb
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIV/1432H/2011.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Al-Qâmûs al-Muhîth hlm. 872
[2]. Lawâmi’ul Anwâr 2/189
[3]. Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr 5/254
[4]. Lihat Shahîh Muslim 1/117
[5]. Imam Ibnu Katsîr t berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hâtim dan
Ibnu Jarîr” (tafsir Ibnu katsir: 8/15)
[6]. At-Tadzkirah 1/381
[7]. At-Tadzkirah 1/381
[8]. At-Tadzkirah 1/38

Sumber: https://almanhaj.or.id/3612-mengimani-shirath-jembatan-di-
atas-neraka.html
Nikmatnya Surga, Dahsyatnya
Neraka
Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mengimani
keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar). Salah satunya berdasarkan
firman Allah Ta’ala (yang artinya), …
By Yhouga Pratama 20 January 2011

29 20702 37

Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal


Jama’ah adalah mengimani keberadaan Surga (Al Jannah)
dan Neraka (An Naar). Salah satunya berdasarkan firman
Allah Ta’ala (yang artinya), “Peliharalah dirimu dari
neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah
berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS. Al-Baqarah :
24-25).

Mengimani surga dan neraka berarti membenarkan dengan


pasti akan keberadaan keduanya, dan meyakini bahwa
keduanya merupakan makhluk yang dikekalkan oleh Allah,
tidak akan punah dan tidak akan binasa, dimasukkan ke
dalam surga segala bentuk kenikmatan dan ke dalam neraka
segala bentuk siksa. Juga mengimani bahwa surga dan
neraka telah tercipta dan keduanya saat ini telah disiapkan
oleh Allah ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
mengenai surga (yang artinya), “..yang telah disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa”(QS. Ali Imran : 133),
dan mengenai neraka (yang artinya), “..yang telah
disediakan untuk orang-orang yang kafir.”(QS. Ali Imran :
131).[1] Oleh karena itulah, Al Imam Abu Ja’far Ath
Thahawi (wafat 321 H) menyimpulkan dalam Al ‘Aqidah
Ath Thahawiyah, “Surga dan neraka adalah dua makhluq
yang kekal, tak akan punah dan binasa. Sesungguhnya
Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan
makhluq lain”[2].

Surga dan Kenikmatannya

Allah Ta’ala telah menggambarkan kenikmatan surga


melalui berbagai macam cara. Terkadang, Allah
mengacaukan akal sehat manusia melalui firman-Nya
dalam hadits qudsi, “Kusiapkan bagi hamba-hambaKu
yang sholih (di dalam surga, -pen), yaitu apa yang tak
pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak
pernah terlintas dalam hati semua manusia”, kemudian
Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda: “Bacalah jika kalian mau, ‘Tak
seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti,
yang indah dipandang’ (QS. As-Sajdah : 17)”[3]. Di
tempat lain, Allah membandingkan kenikmatan surga
dengan dunia untuk menjatuhkan dan merendahkannya.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda, “Tempat cemeti di dalam surga lebih baik
dari dunia dan seisinya”.[4] Kenikmatan surga juga Allah
Ta’ala gambarkan dengan menyebut manusia yang berhasil
memasuki surga dan selamat dari adzab neraka, sebagai
orang yang beroleh kemenangan yang besar. Sebagaimana
Allah Ta’ala firmankan (yang artinya), “Barangsiapa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir
didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar” (QS. An-
Nisaa’ : 13)[5] Berikut ini akan kami pilihkan beberapa
sifat dan kenikmatan yang ada di dalam surga secara
ringkas. Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam
menggapai surgaNya.

Penamaan Surga

Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan),


atau kebun yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa
Arab juga biasa memakai kata al jannah untuk menyebut
pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama yang umum
mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah
bagi mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat
segala macam kenikmatan, kelezatan, kesenangan,
kebahagiaan, dan kesejukan pandangan mata. Surga juga
disebut dengan berbagai macam nama selain Al Jannah,
diantaranya : Darus Salam(Negeri Keselamatan;lihat QS.
Yunus : 25), Darul Khuld (Negeri yang Kekal;lihat QS.
Qaaf : 34), Jannatun Na’im (Surga yang Penuh
Kenikmatan;QS. Luqman: 8), Al Firdaus (QS. Al Kahfi :
108), dan berbagai penamaan lainnya.[6]

Pintu-Pintu Surga
Surga memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari
shahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallaahu anhu dari
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, “Di dalam surga
terdapat delapan pintu, diantaranya adalah Ar Rayyan.
Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang
berpuasa”[7]. Dari Utbah bin Ghazawan radhiyallaahu
anhu, beliau berkata mengenai lebar tiap pintu
surga, “Rasulullah bersabda kepada kami bahwasanya
jarak antara daun pintu ke daun pintu surga lainnya
sepanjang perjalanan empat puluh tahun, dan akan datang
suatu hari ketika orang yang memasukinya harus
berdesakan”.[8]

Tingkatan Surga

Rasulullah shallallaahu alaihi wa


sallam bersabda, “Sesungguhnya surga terdiri atas seratus
tingkat, jarak antara dua tingkatnya seperti jarak antara
langit dan bumi, Allah menyediakannya untuk orang-orang
yang berjihad di jalan-Nya”[9]. Tingkatan surga yang
paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya
untuk berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya, “Jika
kalian meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus,
karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling
utama, dan merupakan tingkatan tertinggi dari surga,
di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus
itulah memancar sungai-sungai surga”[10]

Bangunan-Bangunan dalam Surga

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya


mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya
dibangun pula tempat-tempat yang tinggi” (QS. Az-Zumar
: 20). Dari Abu Musa Al Asy’ari dari Nabi shallallaahu
alaihi wa sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya bagi
orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah
yang terbuat dari mutiara yang besar dan berlubang,
panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya, di
sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun
mereka tidak saling melihat satu sama lain.”[11]

Makanan Penghuni Surga

“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging


burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah
: 20-21). Adapun buah-buahan surga adalah sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang artinya), “Setiap
mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,
mereka mengatakan : ‘Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang
serupa” (QS. Al Baqarah : 25). Syaikh As
Sa’diy rahimahullahmenjelaskan keserupaan dalam ayat
diatas dengan, “Ada yang berpendapat serupa dalam hal
jenis, namun berbeda dalam penamaan, ada pula yang
berpendapat saling menyerupai satu sama lain, dalam
kebaikannya, kelezatannya, kesenangannya, dan semua
pendapat tersebut benar.”[12]

Minuman Penghuni Surga

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan


minum dari piala (berisi minuman) yang campurannya
adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang
daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka
dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” (QS. Al
Insan : 5-6). Ibnu Asyur menjelaskan mengenai kafur
“Yaitu minyak yang keluar dari tanaman mirip oleander
yang tumbuh di negeri Cina, ketika usianya telah mencapai
satu tahun mengalir dari dahannya minyak yang disebut
kafur. Minyak tersebut kental, dan apabila bercampur
dengan air jadilah ia minuman memabukkan”[13]. Oleh
karena itu, “ka’san” dalam ayat ini maksudnya ialah piala
yang biasa menjadi wadah khamr, sebagaimana dijelaskan
dalam Tafsir Jalalain. Kata “ka’san” ini juga dipakai dalam
ayat, “Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas
(minuman) yang campurannya adalah jahe” (QS. Al Insan
: 17) dan maksudnya ialah minuman arak yang telah
bercampur jahe, karena bangsa Arab dahulu biasa
mencampur arak dengan jahe untuk menghilangkan bau
busuk yang timbul darinya.

Dahsyatnya Neraka

Neraka disiapkan Allah bagi orang-orang yang mengkufuri-


Nya, membantah syariat-Nya, dan mendustakan Rasul-Nya.
Bagi mereka adzab yang pedih, dan penjara bagi orang-
orang yang gemar berbuat kerusakan. Itulah kehinaan dan
kerugian yang paling besar. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh
telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang
yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Ali Imran : 192).
Demikian pula firman Allah Ta’ala, “Katakanlah:
“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang
yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada
hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian
yang nyata.” (QS. Az Zumar : 15). Itulah seburuk-buruk
tempat kembali. “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-
buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Furqan
: 66)

Penamaan Neraka

An Naar, neraka secara bahasa ialah kobaran api (al lahab)


yang panas dan bersifat membakar. Secara istilah
bermakna, suatu tempat yang telah disiapkan
Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang-orang yang
mendurhakai-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir
dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(neraka)” (QS. Al Ahzab : 64). Neraka memiliki beragam
nama selain an naar,diantaranya Jahannam (lihat QS. An
Naba’ : 21-22), Al Jahim (QS. An Naziat : 36), As
Sa’ir (QS. Asy Syura : 7), Saqar (QS. Al Mudatsir : 27-
28), Al Huthomah (QS. Al Humazah : 4), dan Al
Hawiyah (QS. Al Qari’ah : 8-11)

Pintu-Pintu Neraka

“Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu


(telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari
mereka.” (QS. Al Hijr : 44). Pintu yang dimaksud ialah
bertingkat ke bawah, hingga ke bawahnya lagi, disediakan
sesuai dengan amal keburukan yang telah dikerjakan,
sebagaimana ditafsirkan oleh Syaikh As Sa’diy.

Kedalaman Neraka

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, “Kami bersama


Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar
suara benda jatuh. Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam
bertanya, ‘Tahukah kalian apakah itu?’ Kami pun
menjawab, ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui’.
Rasulullah berkata, ‘Itu adalah batu yang dilemparkan ke
dalam neraka sejak tujuh puluh tahun lalu. Batu itu jatuh ke
dalam neraka, hingga baru mencapai dasarnya tadi’. [14]

Bahan Bakar Neraka


“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang
kafir” (QS. Al Baqarah : 24). Batu yang dimaksud dalam
ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan sebagian besar
pakar tafsir dengan belerang, dikarenakan sifatnya yang
mudah menyala lagi busuk baunya. Sebagian pakar tafsir
juga berpendapat bahwa yang dimaksud batu di sini, ialah
berhala-berhala yang disembah, sebagaimana Allah
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu dan apa
yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam,
kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS. Al Anbiya : 98)

Panas Api Neraka

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu beliau berkata,


“Rasulullah shallallaahu alaihi wa salambersabda, ‘Api
kalian, yang dinyalakan oleh anak Adam, hanyalah satu
dari 70 bagian nyala api Jahannam. Para shahabat
kemudian mengatakan, ‘Demi Allah! Jika sepanas ini saja
niscaya sudah cukup wahai Rasulullah! Rasulullah
menjawab, ‘Sesungguhnya masih ada 69 bagian lagi,
masing-masingnya semisal dengan nyala api ini’”.

Makanan Penghuni Neraka

“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon


yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula
menghilangkan lapar” (QS. Al Ghasiyah : 6-7). Ibnu Katsir
rahimahullah membawakan perkataan Ali bin Abi Thalhah,
dari Ibnu Abbas, “Itu adalah pohon dari neraka”. Said bin
Jubair berkata, “Itu adalah Az Zaqum (pepohonan berduri
bagi makanan penghuni neraka)”. Ada pula yang
berpendapat bahwa yang dimaksud ialah batu.

Minuman Penghuni Neraka

“Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi


minuman dengan air nanah, diminumnnya air nanah itu
dan hampir dia tidak bisa menelannya” (QS. Ibrahim : 16-
17). Yaitu mereka diberi air yang amatlah busuk baunya
lagi kental, maka merekapun merasa jijik dan tidak mampu
menelannya. “Diberi minuman dengan hamiim (air yang
mendidih) sehingga memotong ususnya” (QS. Muhammad :
47). Hamiim ialah air yang mendidih oleh panasnya api
Jahannam, yang mampu melelehkan isi perut dan
menceraiberaikan kulit mereka yang meminumnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada
dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)” (QS. Al Hajj :
20).[15]

Mengingat Nikmat Surga dan Adzab Neraka Sumber


Rasa Khusyu’ dalam Hati

Yahya bin Mu’adz berkata, “Rasa takut di dalam hati bisa


tumbuh dari tiga hal. Yaitu senantiasa berpikir seraya
mengambil pelajaran, merindukan Surga seraya memendam
rasa cinta, dan mengingat Neraka seraya menambah
ketakutan.” Hendaklah diri kita tidak pernah merasa aman
dari adzab neraka. Sulaiman At Taimi pernah berkata, “Aku
tidak tahu apa yang tampak jelas bagiku dari Rabbku. Aku
mendengar Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan jelaslah
bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka
perkirakan”. (QS. Az Zumar : 47).[16]Semoga tulisan ini
dapat menambah rasa takut dan harap kita kepada
Allah subhanahu wa ta’ala, memotivasi kita untuk
meningkatkan amal shalih, dan menjauhi larangan-
laranganNya.

Penulis: Yhouga Ariesta M

Artikel www.muslim.or.id

[1] A’lamus Sunnah Al Mansyurah (hal. 134-135). Syaikh


Hafidz bin Ahmad Al Hakami rahimahullah. Tahqiq : Dr.
Ahmad bin Ali ‘Alusyi Madkhali. Cetakan Maktabah Ar
Rusyd.

[2] Bagaimana Cara Beragama yang Benar? Dr.


Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumais. Terjemah :
Muhammad Abduh Tuasikal, ST. Pustaka Muslim.

[3] HR. Bukhari [3244] dari shahabat Abu


Hurairah radhiyallaahu anhu

[4] HR. Bukhari [3250]

[5] Al-Yaumul Akhir : Al Jannatu wa An-Naar (hal. 117-


118). Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar. Cetakan Daar An-
Nafais.
[6] Al Jannatu wa An Naar, Abdurrahman bin Sa’id bin Ali
bin Wahf Al Qahthani rahimahullahu ta’ala, dengan tahqiq
: Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani hafizhahullah

[7] HR. Bukhari [6/328] dan Muslim [8/32]

[8] HR. Muslim [2967]

[9] HR. Bukhari [6/11] dan Muslim [13/28]

[10] Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu.


Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Takhrij Kitabus
Sunnah [581]

[11] HR. Bukhari [6/318], Muslim [17/175], dan Tirmidzi


[6/10]

[12] Taisir Karim Ar Rahman fii Kalam Al Mannan, Syaikh


As Sa’di, Muassassah Ar Risalah. Asy Syamilah.

[13] At Tahrir wa At Tanwir, Ibnu Asyur, Mawqi’ At


Tafasir. Asy Syamilah.

[14] HR. Muslim 2844

[15] Disarikan dari Tadzkiyah Al Abrar bi Al Jannati wa An


Naar. Dr. Ahmad Farid. Maktabah Al Mishkat Al
Islamiyah.

[16] “1000 Hikmah Ulama Salaf”. Shalih bin Abdul Aziz


Al Muhaimid, diterjemahkan oleh Najib Junaidi, Lc.
Pustaka Elba hal. 316-317

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al


Surga Diliputi Perkara Yang
Dibenci Jiwa, Neraka Diliputi
Perkara Yang Disukai Nafsu
"Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi
perkara-perkara yang disukai syahwat."(HR. Muslim)
By Umi Farikhah July 10, 2010

28 5034 24

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya


Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

‫ت‬
ِ ‫ش َه َوا‬
َّ ‫ار ِبال‬ ِ َّ‫ت ا ْل َجنَّةُ ِبا ْل َمك َِار ِه َو ُحف‬
ُ َّ‫ت الن‬ ِ َّ‫ُحف‬

“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu
diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)

Mengenal kosa kata


Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (‫ )ال َحفَاف‬yang berarti sesuatu yang meliputi
sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu.
Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati
hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan
kata hujibat (‫ ) ُح ِجبَت‬yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya
memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil
Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.

Al-Jannah: Kampung kenikmatan.


Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan
ketundukan terhadap aturan-aturan Allah Ta’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.

Penjelasan ulama tentang hadits ini


Saudariku, semoga Allah merahmatimu. Agar lebih memahami makna hadits
diatas alangkah baiknya kita simak penuturan Imam
Nawawi rahimahullah berikut ini,
“Para ulama mengatakan,’Hadits ini mengandung kalimat-kalimat yang
indah dengan cakupan makna yang luas serta kefasihan bahasa yang ada
pada diri Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Sehingga beliau membuat
perumpamaan yang sangat baik dan tepat. Hadits ini menjelaskan kepada kita
bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-
perkara yang dibenci jiwa, begitupula sebaliknya seseorang itu tidak akan
masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh
syahwat. Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan
neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa.
Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya.
Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir
neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat. Diantara
amalan-amalan yang dibenci jiwa seperti halnya bersungguh-sungguh dalam
beribadah kepada Allah Ta’ala serta menekuninya, bersabar disaat berat
menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah
lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah,
bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya.
Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang
disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamr, berzina,
memandang wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing,
bermain musik dan yang lainnya. Adapun syahwat (baca:keinginan) yang
mubah maka tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila
berlebih-lebihan karena dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perkara-
perkara haram, setidaknya hatinya menjadi kering atau melalaikan hati untuk
melakukan ketaatan bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada
gemerlapnya dunia.”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Asy-Syamilah).

Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari berkata,


“Yang dimaksud dengan al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa)
adalah perkara-perkara yang dibebankan kepada seorang hamba baik berupa
perintah ataupun larangan dimana ia dituntut bersungguh-sungguh
mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tersebut. Seperti
bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha menjaganya dan
menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala. Penggunaan
kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran yang
ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan
larangan. Adapun yang dimaksud syahwat disini adalah perkara-perkara
yang dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat
melarangnya. Baik karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun
perbuatan yang membuat pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan.
Seakan akan Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan seseorang
tidaklah sampai ke surga kecuali setelah melakukan amalan yang dirasa
begitu sulit dan berat. Dan sebaliknya seseorang tidak akan sampai ke neraka
kecuali setelah menuruti keinginan nafsunya. Surga dan nereka dihijabi oleh
dua perkara tersebut, barangsiapa membukanya maka ia sampai kedalamnya.
Meskipun dalam hadits tersebut menggunakan kalimat khabar (berita) akan
tetapi maksudnya adalah larangan.”(Fathul Baari 18/317, Asy-Syamilah)

Hiasai harimu dengan hadist ini !


Syaikh Abdurrazzaq hafidzahullah memberikan contoh kepada kita
bagaimana cara mengaplikasikan hadits ini dalam kehidupan sehari-hari,
beliau berkata,

“Kunasehatkan bagi diriku sendiri dan saudaraku sekalian. Jika engkau


mendengar adzan telah dikumandangkan ‘hayya alash shalah hayya ‘alal
falah’ namun jiwamu merasa benci melaksanakannya, mengulur-ulur waktu
dan merasa malas. Ingatkan dirimu tentang hadits ini bahwa surga itu diliputi
perkara-perkara yang dibenci jiwa.

Jika kewajiban membayar zakat telah tiba dan jiwamu merasa malas
mengeluarkannya serta membagikannya kepada fakir miskin maka ingatkan
dirimu dengan hadits ini bahwa surga itu diliputi perkara yang dibenci jiwa.

Jika waktu puasa telah tiba sementara jiwamu merasa enggan


menunaikannya, ingatkan dirimu degan hadits ini. Sungguh surga itu diliputi
perkara yang dibenci jiwa.

Begitu juga ketika jiwamu merasa malas untuk berbakti kepada orang tua,
enggan berbuat baik kepada keduanya dan merasa berat memenuhi hak-
haknya, ingatkan dirimu dengan hadits ini bahwa surga itu diliputi perkara
yang dibenci jiwa”.

Beliau hafidzahullah juga berkata, “Sebaliknya ketika jiwamu condong


kepada perbuatan-perbuatan keji,zina dan perbuatan haram maka ingatkan
dirimu bahwa neraka itu diiputi perkara-perkara yang disenangi syahwat.
Ingatkan pula jika sekarang engkau lakukan perbuatan ini maka kelak engkau
akan masuk neraka.

Jika jiwamu tergoda dengan perbuatan riba, maka ingatkan dirimu bahwa
Allah dan rasulNya telah mengharamkannnya dan pelakunya kelak akan
masuk neraka.

Begitu juga ketika jiwamu sedang ketagihan minum minuman keras dan
minuman haram lainnya maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diliputi
perkara-perkara yang disenangi syahwat.

Ketika jiwamu merasa rindu mendengarkan musik, lagu-lagu dan nyanyian-


nyanyian yang telah Allah haramkan atau ketika kedua matamu mulai
condong melihat sesuatu yang Allah haramkan berupa vcd-vcd porno,
gambar-gambar porno dan pemandangan haram lainnya maka ingatkan
dirimu bahwa neraka itu diliputi perkara-perkara yang disenangi syahwat
Jika engkau selalu menerapkan hadits ini dalam sendi-sendi kehidupanmu
dan berusaha menghadirkannya setiap saat maka dengan ijin Allah engkau
akan bisa menjauhi perbuatan haram dan memudahkanmu menjalankan
ketaatan kepadaNya.”(Muhadharah Syaikh Abdurrazzaq hafidzahullah)

Ingatlah, jiwa manusia itu condong pada kejelekan


Allah Ta’ala berfirman,

‫وء إِ ََّّل َما َر ِح َم َربِي‬


ِ ‫س‬ َ ‫س ََل َ َّم‬
ُّ ‫ارة ٌ بِال‬ َ ‫إِ َّن النَّ ْف‬

“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan kecuali jiwa


yang dirahmati Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Ath-Thabari berkata tentang ayat ini, “Jiwa yang dimaksudkan adalah jiwa
para hamba, ia senantiasa memerintahkan pada perkara-perkara yang
disenangi nafsu. Sementara hawa nafsu itu jauh dari keridhaan
Allah Ta’ala.”(Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Asy-Syamilah)

Saudariku, perhatikanlah nasehat Ibnul Jauzi rahimahullah berikut,


“Ketahuilah, semoga Allah mamberikan taufiq kepadamu. Sesungguhnya
watak dasar jiwa manusia itu cinta kepada hawa nafsunya. Telah berlalu
penjelasan tentang begitu dasyatnya bahaya hawa nafsu, sehingga untuk
menghadapinya engkau membutuhkan kesungguhan dan pertentangan dalam
diri jiwamu. Ketika engkau tidak mecegah keinginan hawa nafsumu maka
pemikiran-pemikiran sesat (kejelekan-kejelekan) itu akan menyerang
sehingga tercapailah keinginan hawa nafsumu.” (Dzammul Hawa, hal.36,
Asy-Syamilah)

Hadits penjelas

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya


Rasulullah shallallahu’alaihiwassalam bersabda,
“Ketika surga dan neraka diciptakan, Allah Ta’ala mengutus Jibril
‘alaihissalam pergi ke surga seraya berfirman, ‘Lihatlah ia dan
perhatikanlah segala sesuatu yang Aku sediakan bagi penduduknya kelak!”

Nabi shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan, “Jibril pun mendatangi,


melihat dan memperhatikan segala nikmat yang Allah sediakan bagi
penduduk surga. Kemudian Jibril kembali kepada Allah seraya berkata,
‘Demi kemuliaanMu, tidak ada seorangpun yang mendengar tentang berita
surga kecuali ingin memasukinya’.

Kemudian Allah memerintahkan surga sehingga ia diliputi perkara-perkara


yang dibenci (jiwa). Lalu Allah Ta’ala memerintahkan Jibril, ‘Kembalilah
kepadanya dan lihatlah segala sesuatu yang Aku sediakan bagi penduduk
surga!’ Maka Jibrilpun kembali ke surga dan ia temui bahwasanya surga
telah diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia.
Kemudian Jibril menadatangi Allah Ta’ala seraya berkata, ‘Demi
kemuliaanMu sungguh aku khawatir tidak ada seorangpun yang bisa
memasukinya!’

Lalu Allah memerintahkan,’Pergilah ke neraka, lihatlah dan perhatikanlah


siksaan yang Aku sediakan bagi penghuninya kelak!’ Maka ketika dineraka
terdapat api yang menyala-nyala dan bertumpuk-tumpuk , Jibril kembali
kepada Allah Ta’ala dan berkata, ‘Demi kemuliaanMu tidak ada seorangpun
yang ingin memasukinya.’ Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan agar
neraka dipenuhi dengan perkara-perkara yang disukai syahwat.
Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalilah padanya!’ Jibrilpun kembali ke neraka
dan berkata, ‘Demi kemuliaanMu, aku khawatir tidak ada seorangpun dari
hambaMu yang bisa selamat dari siksaan neraka.” (HR. Tirmidzi, beliau
berkata, “Hadits ini hasan shahih” . Begitupula Syaikh Al-Albani menilai
hadits ini hasan shahih.(Sunan At-Tirmidzi, Asy-Syamilah)

Saudariku, akhirnya kami hanya bisa berdoa semoga kita semua dimasukkan
Allah Ta’ala menjadi golongan penghuni surgaNya yang tertinggi dan
dijauhkan dari segala jalan yang mengantarkan kita ke nerakaNya.

َ ‫سئَلُكَ ال َجنَّةَ َو َما قَ َّر‬


‫ب ِإلَ ْي َها ِم ْن َق ْو ٍل َو عَم ٍل َو أَع ُْو ذُ ِبكَ ِمنَ النَّ ِار َو َما‬ ْ َ ‫اَللّ ُه َّم ِإ ِنّى أ‬
َ ‫ب إِلَ ْي َها ِم ْن قَ ْو ٍل َو‬
‫ع َم ٍل‬ َ ‫قَ َّر‬

“Ya Allah…aku memohon kepadamu surga dan segala sesuatu yang bisa
mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Dan
aku berlindung kepadamu dari siksaan neraka dan segala sesuatu yang bisa
mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan.”
(Musnad Imam Ahmad)

Washallahu’ala nabiyyina Muhammadin wa’ala alihi washahbihi wasallam

Penulis : Ummu Fatimah Umi Farikhah

Murojaah : Ust. Aris Munandar hafidzahullah

Maraji‘ :
Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi, Maktabah Asy-Syamilah
Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani, Maktabah Asy-Syamilah
Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Imam Al-Qurthubi, Maktabah Asy-
Syamilah
Muhadharah Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr, www.radiorodja.com
Sunan At-Tirmidzi, Abu ‘Isa Imam At-Tirmidzi, Maktabah Asy-Syamilah
Syarhun Nawawi ‘Ala Muslim, Imam Nawawi, Maktabah Asy-Syamilah

***

Artikel muslimah.or.id

Sumber: https://muslimah.or.id/888-surga-diliputi-perkara-yang-dibenci-jiwa-
neraka-diliputi-perkara-yang-disukai-nafsu.html

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan surga bagi hamba-hamba
yang beriman dan menciptakan neraka bagi orang-orang kafir. Salawat dan
salam semoga terlimpah kepada nabi dan rasul akhir zaman, para sahabatnya,
dan segenap pengikut setia mereka. Amma ba’du.

Berikut ini adalah sebagian ciri-ciri dan karakter orang-orang yang dijanjikan
oleh Allah mendapatkan surga beserta segala kenikmatan yang ada di
dalamnya, yang sama sekali belum pernah terlihat oleh mata, belum
terdengar oleh telinga, dan belum terlintas dalam benak manusia. Semoga
Allah menjadikan kita termasuk di antara penduduk surga-Nya.

1. Beriman dan beramal salih

Allah ta’ala berfirman,

ُ ‫ت ت َجْ ِري ِم ْن تَحْ ِت َها ْاْل َ ْن َه‬


‫ار‬ ٍ ‫ت أَ َّن لَ ُه ْم َجنَّا‬ َّ ‫َوبَش ِِر الَّذِينَ آ َ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal


salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)

Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,

،‫صها‬ ِ ‫ص ب َن ْق‬
ُ ُ‫ و َينق‬،‫ َيزيد بزيادَة اْلعما ِل‬،‫بالجوارح‬
ِ ‫ و َع َم ٌل‬،‫ص بالقلب‬ ٌ َ‫ وإخال‬،‫سان‬ ِ ‫وأن اإليمانَ قَو ٌل‬
ِ ‫بالل‬ َّ
‫ وال قو ٌل‬،‫ وال قَو ٌل و َع َم ٌل إالَّ بنِيَّة‬،‫اإليمان إالَّ بالعمل‬
ِ ‫ وال يَ ْك ُم ُل قَو ُل‬،‫الزيادَة‬ ُ َّ‫فيكون فيها الن‬
ِ ‫قص وبها‬
ُّ ‫و َع َم ٌل َو ِنيَّةٌ إالَّ ب ُم َوافَقَة ال‬.
‫سنَّة‬
“Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal dengan
anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan berkurang
dengan berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami
pengurangan dan ia juga merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak
sempurna ucapan iman apabila tidak disertai dengan amal. Ucapan dan amal
juga tidak sempurna apabila tidak dilandasi oleh niat -yang benar-.
Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak sempurna kecuali apabila sesuai
dengan as-Sunnah/tuntunan.” (Qathfu al-Jani ad-Dani karya Syaikh Abdul
Muhsin al-Abbad, hal. 47)

al-Baghawi rahimahullah menyebutkan riwayat dari Utsman bin


Affan radhiyallahu’anhu bahwa yang dimaksud amal salih adalah
mengikhlaskan amal. Maksudnya adalah bersih dari riya’. Mu’adz bin
Jabal radhiyallahu’anhu mengatakan, “Amal salih adalah yang di dalamnya
terdapat empat unsur: ilmu, niat yang benar, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alim at-
Tanzil [1/73] as-Syamilah)

2. Bertakwa

Allah ta’ala berfirman,

َّ َ‫ان ِمن‬
ِ‫ّللا‬ َ ‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها َوأ َ ْز َوا ٌج ُم‬
ٌ ‫ط َّه َرة ٌ َو ِرض َْو‬ ُ ‫ِللَّذِينَ اتَّقَ ْوا ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َجنَّاتٌ تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه‬
‫ير بِ ْال ِعبَا ِد‬
ٌ ‫ص‬ َّ ‫َو‬
ِ َ‫ّللاُ ب‬

“Bagi orang-orang yang bertakwa terdapat balasan di sisi Rabb mereka


berupa surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya, begitu pula mereka akan mendapatkan istri-istri yang
suci serta keridhaan dari Allah. Allah Maha melihat hamba-hamba-
Nya.” (Qs. Ali Imran: 15)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menguraikan jati diri orang bertakwa.


Mereka itu adalah orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka. Mereka
menjaga diri dari siksa-Nya dengan cara melakukan apa saja yang
diperintahkan Allah kepada mereka dalam rangka menaati-Nya dan karena
mengharapkan balasan/pahala dari-Nya. Selain itu, mereka meninggalkan
apa saja yang dilarang oleh-Nya juga demi menaati-Nya serta karena
khawatir akan tertimpa hukuman-Nya (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 119
cet Dar al-‘Aqidah 1423 H).

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita


yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan
syari’at, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah).
Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan
kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah,
baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di
tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya
Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah, hal. 68 cet. Dar Ibnu ‘Affan
1424 H)

an-Nawawi rahimahullah menjelaskan, salah satu faktor pendorong untuk


bisa menumbuhkan ketakwaan kepada Allah adalah dengan senantiasa
menghadirkan keyakinan bahwasanya Allah selalu mengawasi gerak-gerik
hamba dalam segala keadaannya (Syarh al-Arba’in, yang dicetak dalam ad-
Durrah as-Salafiyah, hal. 142 cet Markaz Fajr dan Ulin Nuha lil Intaj al-
I’lami)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah memaparkan bahwa keberuntungan manusia


itu sangat bergantung pada ketakwaannya. Oleh sebab itu Allah
memerintahkan (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah, mudah-
mudahan kamu beruntung. Dan jagalah dirimu dari api neraka yang
disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. Ali Imron: 130-131). Cara menjaga
diri dari api neraka adalah dengan meninggalkan segala sesuatu yang
menyebabkan terjerumus ke dalamnya, baik yang berupa kekafiran maupun
kemaksiatan dengan berbagai macam tingkatannya. Karena sesungguhnya
segala bentuk kemaksiatan -terutama yang tergolong dosa besar- akan
menyeret kepada kekafiran, bahkan ia termasuk sifat-sifat kekafiran yang
Allah telah menjanjikan akan menempatkan pelakunya di dalam neraka. Oleh
sebab itu, meninggalkan kemaksiatan akan dapat menyelamatkan dari neraka
dan melindunginya dari kemurkaan Allah al-Jabbar. Sebaliknya, berbagai
perbuatan baik dan ketaatan akan menimbulkan keridhaan ar-Rahman,
memasukkan ke dalam surga dan tercurahnya rahmat bagi mereka (Taisir al-
Karim ar-Rahman [1/164] cet Jum’iyah Ihya’ at-Turots al-Islami)

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengimbuhkan, bahwa tercakup dalam


ketakwaan -bahkan merupakan derajat ketakwaan yang tertinggi- adalah
dengan melakukan berbagai perkara yang disunnahkan (mustahab) dan
meninggalkan berbagai perkara yang makruh, tentu saja apabila yang wajib
telah ditunaikan dan haram ditinggalkan (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal.
211 cet Dar al-Hadits 1418 H)

Ibnu Rajab rahimahullah menyebutkan riwayat dari Mu’adz bin


Jabal radhiyallahu’anhu, Mu’adz ditanya tentang orang-orang yang
bertakwa. Maka beliau menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang menjaga
diri dari kemusyrikan, peribadahan kepada berhala, dan mengikhlaskan
ibadah mereka hanya untuk Allah.” al-Hasan mengatakan, “Orang-orang
yang bertakwa adalah orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang
diharamkan Allah kepada mereka dan menunaikan kewajiban yang
diperintahkan kepada mereka.” Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga
menegaskan bahwa ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara
yang sunnah namun melalaikan yang wajib. Beliau rahimahullah berkata,
“Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari,
sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat
ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah
dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah
menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas
kebaikan.” Thalq bin Habib rahimahullah berkata, “Takwa adalah kamu
melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena
mengharapkan pahala dari Allah, serta kamu meninggalkan kemaksiatan
kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut hukuman Allah.”
(dinukil dari Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 211 cet Dar al-Hadits 1418
H)

Pokok dan akar ketakwaan itu tertancap di dalam hati. Ibnul


Qayyim rahimahullah berkata, “Pada hakikatnya ketakwaan yang
sebenarnya itu adalah ketakwaan dari dalam hati, bukan semata-mata
ketakwaan anggota tubuh. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang
demikian itu dikarenakan barang siapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu semua muncul dari ketakwaan yang ada di
dalam hati.” (Qs. al-Hajj: 32). Allah juga berfirman (yang artinya), “Tidak
akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah -hewan kurban
itu-, akan tetapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari
kalian.” (Qs. al-Hajj: 37). Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ketakwaan itu sumbernya di sini.” Seraya beliau
mengisyaratkan kepada dadanya (HR. Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu).” (al-Fawa’id, hal. 136 cet. Dar al-‘Aqidah
1425 H)

Namun, perlu diingat bahwa hal itu bukan berarti kita boleh meremehkan
amal-amal lahir, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Petunjuk yang paling
sempurna adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara itu, beliau adalah orang yang telah menunaikan kedua kewajiban
itu -lahir maupun batin- dengan sebaik-baiknya. Meskipun beliau adalah
orang yang memiliki kesempurnaan dan tekad serta keadaan yang begitu
dekat dengan pertolongan Allah, namun beliau tetap saja menjadi orang yang
senantiasa mengerjakan sholat malam sampai kedua kakinya bengkak.
Bahkan beliau juga rajin berpuasa, sampai-sampai dikatakan oleh orang
bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berjihad di jalan Allah. Beliau pun
berinteraksi dengan para sahabatnya dan tidak menutup diri dari mereka.
Beliau sama sekali tidak pernah meninggalkan amalan sunnah dan wirid-
wirid di berbagai kesempatan yang seandainya orang-orang yang perkasa di
antara manusia ini berupaya untuk melakukannya niscaya mereka tidak akan
sanggup melakukan seperti yang beliau lakukan. Allah ta’ala memerintahkan
kepada hamba-hamba-Nya untuk menunaikan syari’at-syari’at Islam dengan
perilaku lahiriyah mereka, sebagaimana Allah juga memerintahkan mereka
untuk mewujudkan hakikat-hakikat keimanan dengan batin mereka. Salah
satu dari keduanya tidak akan diterima, kecuali apabila disertai dengan
‘teman’ dan pasangannya…” (al-Fawa’id, hal. 137 cet. Dar al-‘Aqidah 1425
H)

3. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Allah ta’ala berfirman,

‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها َوذَلِكَ ْالفَ ْو ُز ْالع‬ ٍ ‫سولَهُ يُد ِْخ ْلهُ َجنَّا‬
ُ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ ِت َها ا ْْل َ ْن َه‬ َّ ِ‫ِظيم ََ َو َم ْن ي ُِطع‬
ُ ‫ّللاَ َو َر‬

“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat
besar.” (Qs. an-Nisa’: 13)

Allah ta’ala berfirman tentang mereka,

‫ط ْعنَا َوأُولَئِكَ ُه ُم‬


َ َ ‫س ِم ْعنَا َوأ‬
َ ‫سو ِل ِه ِليَحْ ُك َم بَ ْينَ ُه ْم أ َ ْن يَقُولُوا‬ َّ ‫إِنَّ َما َكانَ قَ ْو َل ْال ُمؤْ ِمنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى‬
ُ ‫ّللاِ َو َر‬
َ‫ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman itu ketika diseru untuk


patuh kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul itu memutuskan perkara di
antara mereka maka jawaban mereka hanyalah, ‘Kami dengar dan kami
taati’. Hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. an-Nur: 51)

Allah ta’ala menyatakan,

َّ ‫ع‬
َ‫ّللا‬ َ َ ‫سو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َّ ِ‫َم ْن ي ُِطع‬
ُ ‫الر‬

“Barang siapa taat kepada Rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat
kepada Allah.” (Qs. An-Nisaa’ : 80)

Allah ta’ala berfirman,

‫ّللاَ يَ ُحو ُل بَيْنَ ْال َم ْر ِء‬ َّ ‫سو ِل إِذَا د َ َعا ُك ْم ِل َما يُحْ يِي ُك ْم َوا ْعلَ ُموا أَ َّن‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ا ْست َِجيبُوا ِ َّّلِلِ َو ِل‬
ُ ‫لر‬
َ‫َوقَ ْل ِب ِه َوأَنَّهُ ِإلَ ْي ِه تُحْ ش َُرون‬

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul, ketika
menyeru kalian untuk sesuatu yang akan menghidupkan kalian. Ketahuilah,
sesungguhnya Allah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya.
Dan sesungguhnya kalian akan dikumpulkan untuk bertemu dengan-
Nya.” (Qs. al-Anfal: 24)
Ketika menjelaskan kandungan pelajaran dari ayat ini, Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan yang
membawa manfaat hanyalah bisa digapai dengan memenuhi seruan Allah
dan rasul-Nya. Barang siapa yang tidak muncul pada dirinya istijabah/sikap
memenuhi dan mematuhi seruan tersebut maka tidak ada kehidupan sejati
padanya. Meskipun sebenarnya dia masih memiliki kehidupan ala binatang
yang tidak ada bedanya antara dia dengan hewan yang paling rendah
sekalipun. Oleh sebab itu kehidupan yang hakiki dan baik adalah kehidupan
pada diri orang yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya secara lahir dan
batin. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar hidup, walaupun tubuh
mereka telah mati. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang telah
mati, meskipun badan mereka masih hidup. Oleh karena itulah maka orang
yang paling sempurna kehidupannya adalah yang paling sempurna di antara
mereka dalam memenuhi seruan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Karena sesungguhnya di dalam setiap ajaran yang beliau dakwahkan
terkandung unsur kehidupan sejati. Barang siapa yang luput darinya sebagian
darinya maka itu artinya dia telah kehilangan sebagian unsur kehidupan, dan
di dalam dirinya mungkin masih terdapat kehidupan sekadar dengan
besarnya istijabahnya terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (al-
Fawa’id, hal. 85-86 cet. Dar al-‘Aqidah)

4. Cinta dan Benci karena Allah

Allah ta’ala berfirman,

‫سولَهُ َولَ ْو كَانُوا آَبَا َء ُه ْم أَ ْو أ َ ْبنَا َء ُه ْم أ َ ْو‬ َّ َّ‫اّلِلِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْلَ ِخ ِر ي َُوادُّونَ َم ْن َحاد‬
ُ ‫ّللاَ َو َر‬ َّ ِ‫َال ت َِجد ُ قَ ْو ًما يُؤْ ِمنُونَ ب‬
‫ت تَجْ ِري ِم ْن‬ ٍ ‫اإلي َمانَ َوأ َ َّيدَ ُه ْم ِب ُروحٍ ِم ْنهُ َويُد ِْخلُ ُه ْم َجنَّا‬ َ ‫ِيرت َ ُه ْم أُولَئِكَ َكت‬
ِ ْ ‫َب ِفي قُلُو ِب ِه ُم‬ َ ‫ِإ ْخ َوانَ ُه ْم أ َ ْو َعش‬
‫ّللاِ ُه ُم‬ َّ ‫ب‬ َ ‫ّللاِ أَ َال إِ َّن ِح ْز‬ َّ ُ‫ّللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْنهُ أُو َلئِكَ ِح ْزب‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ِ ‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها َر‬ ُ ‫تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه‬
َ‫ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Tidak akan kamu jumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak
mereka, saudara-saudara mereka, maupun sanak keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang ditetapkan Allah di dalam hati mereka dan Allah
kuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, Allah akan memasukkan
mereka ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya hanya
golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. al-Mujadalah: 22)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َض ِ َّّلِلِ َوأ َ ْع‬


ِ ‫طى ِ َّّلِلِ َو َمنَ َع ِ َّّلِلِ فَقَ ِد ا ْستَ ْك َم َل‬
َ‫اإلي َمان‬ َ ‫» َم ْن أ َ َحبَّ ِ َّّلِلِ َوأ َ ْبغ‬.
“Barang siapa yang mencintai karena Allah. Membenci karena Allah.
Memberi karena Allah. Dan tidak memberi juga karena Allah. Maka
sungguh dia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud,
disahihkan al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud [10/181]
as-Syamilah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫فَ َوالَّذِي نَ ْفسِي ِب َي ِد ِه َال يُؤْ ِمنُ أ َ َحد ُ ُك ْم َحتَّى أ َ ُكونَ أ َ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوا ِل ِد ِه َو َولَ ِد ِه‬

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman salah


seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada orang tua dan
anak-anaknya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫ض ْاْل َ ْن‬ ِ ‫ار َوآيَةُ النِفَا‬
ُ ‫ق بُ ْغ‬ ِ ‫ص‬َ ‫ان حُبُّ ْاْل َ ْن‬ ِ ْ ُ‫آيَة‬
ِ ‫اإلي َم‬

“Ciri keimanan yaitu mencintai kaum Anshar, sedangkan ciri kemunafikan


yaitu membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)

5. Berinfak di kala senang maupun susah

Allah ta’ala berfirman,

ْ ‫ض أ ُ ِعد‬
‫َّت ِل ْل ُمتَّقِينَ ا َّلذِينَ يُ ْن ِفقُونَ ِفي‬ ُ ‫س َم َواتُ َو ْاْل َ ْر‬َّ ‫ض َها ال‬ ُ ‫ارعُوا ِإلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِم ْن َر ِب ُك ْم َو َجنَّ ٍة َع ْر‬ ِ ‫س‬َ ‫َو‬
ً ‫شة‬ ِ َ‫ّللاُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِينَ َوالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا ف‬
َ ‫اح‬ َّ ‫اس َو‬ِ َّ‫ظ َو ْالعَافِينَ َع ِن الن‬ َ ‫َاظ ِمينَ ْالغَ ْي‬
ِ ‫اء َو ْالك‬ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫الس ََّّر‬
‫ص ُّروا َعلَى َما فَ َعلُوا َو ُه ْم‬ ِ ُ‫ّللاُ َولَ ْم ي‬ َ ُ‫ّللاَ فَا ْستَ ْغفَ ُروا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َم ْن َي ْغ ِف ُر الذُّن‬
َّ ‫وب ِإ َّال‬ َّ ‫س ُه ْم ذَك َُروا‬َ ُ‫ظلَ ُموا أ َ ْنف‬َ ‫أ َ ْو‬
َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

“Bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu
orang-orang yang menginfakkan hartanya di kala senang maupun di kala
susah, orang-orang yang menahan amarah, yang suka memaafkan orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan orang-orang yang
apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri maka
mereka pun segera mengingat Allah lalu meminta ampunan bagi dosa-dosa
mereka, dan siapakah yang mampu mengampuni dosa selain Allah. Dan
mereka juga tidak terus menerus melakukan dosanya sementara mereka
mengetahuinya.” (Qs. Ali Imron: 133-135)
Membelanjakan harta di jalan Allah merupakan ciri orang-orang yang
bertakwa. Allah ta’ala berfirman,

‫ص َالةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم‬ ِ ‫ب ِفي ِه ُهدًى ِل ْل ُمتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ ْال َغ ْي‬
َّ ‫ب َويُ ِقي ُمونَ ال‬ َ ‫الم ذَلِكَ ْال ِكتَابُ َال َر ْي‬
َ‫يُ ْن ِفقُون‬

“Alif lam mim. Ini adalah Kitab yang tidak ada keraguan padanya. Petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang beriman kepada
perkara gaib, mendirikan sholat, dan membelanjakan sebagian harta yang
Kami berikan kepada mereka.” (Qs. al-Baqarah: 1-3)

Syaikh as-Sa’di memaparkan, infak yang dimaksud dalam ayat di atas


mencakup berbagai infak yang hukumnya wajib seperti zakat, nafkah untuk
istri dan kerabat, budak, dan lain sebagainya. Demikian juga ia meliputi infak
yang hukumnya sunnah melalui berbagai jalan kebaikan. Di dalam ayat di
atas Allah menggunakan kata min yang menunjukkan makna sebagian, demi
menegaskan bahwa yang dituntut oleh Allah hanyalah sebagian kecil dari
harta mereka, tidak akan menyulitkan dan memberatkan bagi mereka.
Bahkan dengan infak itu mereka sendiri akan bisa memetik manfaat,
demikian pula saudara-saudara mereka yang lain. Di dalam ayat tersebut
Allah juga mengingatkan bahwa harta yang mereka miliki merupakan rezki
yang dikaruniakan oleh Allah, bukan hasil dari kekuatan mereka semata.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan mereka untuk mensyukurinya dengan
cara mengeluarkan sebagian kenikmatan yang diberikan Allah kepada
mereka dan untuk berbagi rasa dengan saudara-saudara mereka yang lain
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [1/30] cet. Jum’iyah Ihya’ at-Turots al-
Islami)

6. Memiliki hati yang selamat

Allah ta’ala berfirman,

َ‫س ِل ٍيم يَ ْو َم َال َي ْنفَ ُع َما ٌل َو َال بَنُون‬ ٍ ‫ّللاَ بِقَ ْل‬
َ ‫ب‬ َّ ‫إِ َّال َم ْن أَت َى‬

“Pada hari itu -hari kiamat- tidak bermanfaat lagi harta dan keturunan,
melainkan bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang
selamat.” (Qs. as-Syu’ara: 88-89)

Abu Utsman an-Naisaburi rahimahullah mengatakan tentang hakikat hati


yang selamat, “Yaitu hati yang terbebas dari bid’ah dan tenteram dengan
Sunnah.” (disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya [6/48] cet Maktabah
Taufiqiyah)
Imam al-Baghawi rahimahullah mengatakan bahwa hakikat hati yang
selamat itu adalah, “Hati yang bersih dari syirik dan keragu-raguan. Adapun
dosa, maka tidak ada seorang pun yang bisa terbebas darinya. Ini adalah
pendapat mayoritas ahli tafsir.” (Ma’alim at-Tanzil [6/119], lihat juga Tafsir
Ibnu Jarir at-Thabari [19/366] as-Syamilah)

Imam al-Alusi rahimahullah juga menyebutkan bahwa terdapat riwayat dari


para ulama salaf seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Sirin, dan lain-
lain yang menafsirkan bahwa yang dimaksud hati yang selamat adalah, “Hati
yang selamat dari penyakit kekafiran dan kemunafikan.” (Ruh al-
Ma’ani [14/260] as-Syamilah)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pengertian paling lengkap tentang


makna hati yang selamat itu adalah hati yang terselamatkan dari segala
syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang bersih
dari segala macam syubhat yang bertentangan dengan berita dari-Nya. Oleh
sebab itu, hati semacam ini akan terbebas dari penghambaan kepada selain-
Nya. Dan ia akan terbebas dari tekanan untuk berhukum kepada selain Rasul-
Nya…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15 cet. Dar Thaibah)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hati yang selamat artinya yang


bersih dari: kesyirikan, keragu-raguan, mencintai keburukan, dan terus
menerus dalam bid’ah dan dosa-dosa. Konsekuensi bersihnya hati itu dari
apa-apa yang disebutkan tadi adalah ia memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengannya. Berupa keikhlasan, ilmu, keyakinan, cinta kebaikan dan
memandang indah kebaikan itu di dalam hati, dan juga kehendak dan
kecintaannya pun mengikuti kecintaan Allah, hawa nafsunya tunduk
mengikuti apa yang datang dari Allah.” (Taisir al-Karim ar-Rahman hal.
592-593 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan karakter si pemilik hati yang


selamat itu, “… apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila
dia membenci maka bencinya karena Allah. Apabila dia memberi maka juga
karena Allah. Apabila dia mencegah/tidak memberi maka itupun karena
Allah…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15 cet. Dar Thaibah)

Demikianlah sekelumit yang bisa kami tuangkan dalam lembaran ini.


Semoga bermanfaat bagi yang menulis, membaca maupun yang
menyebarkannya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi
wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Yogyakarta, 21 Sya’ban 1430 H


Hamba yang sangat membutuhkan Rabbnya
Abu Mushlih Ari Wahyudi

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi


Artikel www.muslim.or.id

Sumber: http://muslim.or.id/1286-ciri-ciri-penduduk-surga.html

Das könnte Ihnen auch gefallen