Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain
itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk
terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in situadalah nama lain untuk kanker colorectal
Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan
di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi.
Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus
c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.
Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus vagina
(invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan
penyebaran ke organ yang berdekatan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil
Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
1. PEMERIKSAAN (makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena
LABORATORIUM: hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi
Tinja psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam
mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan
residif atau metastase.
CEA (CARCINO- -Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda
(double contrast) untuk melihat gambaran lesi
EMBRYONIC ANTI-GEN) secara radiologis.
-Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat
kelainan struktur dari rektum sampai Recti.
2. PEMERIKSAAN Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor
secara patologi-anatomis.
RADIOLOGIS -Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis
3. ENDOSKOPI DAN BIOPSI ke hati.
4. ULTRASONOGRAFI
H. PENATALAKSANAAN
1) Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan kolostomi
a. Pengertian Colostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen ke dalam kolom iliaka atau asenden yang bersifat sementara atau
permanen untuk mengeluarkan feses.
Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka atau asenden tempat untuk mengeluarkan fases. Pembukaan sementara
atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan tinja. Kolostomi adalah tindakan pembedahan dimana sebagian usus besar
dijahitkan pada dinding perut, dimana lubangnya dibuat sedemikian rupa sehingga tinja terdorog untuk keluar.
Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap pada usus besar menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan
jalan keluar fecers. Lokasi anatominya pada colon cicenden, transversal atau sigmoid, kolotomi dikerjakan pada penyakit peradangan, cacat bawaan,
kanker, obser, fistula, onstruksi dan perforasi.
b. Jenis-jenis kolostomi
kolostomi yang dilakukan ada 2 macam yaitu :
a) Kolostomi Permanen
Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena ada kanker pada kolon atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan
kolostomi ujung atau single barrel karena dilakukan pada salah satu ujung dari kolon dan kolostomi ini mempunyai satu lubang.
b) Kolom Temporer
Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan facces, untuk kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2
lussing atau double barrel.
c. Indikasi dilakukan Kolostomi
Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis yang sudah komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses,
sehingga untuk mengalihkasn jalannya feces dilakukan kolostomi.
Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon. Karsinima tersebut dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan
obstruksi pada kolon, akhirnya penderita mengalami kesulitan untuk buang air besar atau kostipasi usus.
d. Komplikasi Kolostomi
Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang akan menimbulkan komplikasi.
a) Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.
b) Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi yang sering terjadi, karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung
bakteri.
c) Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan stoma, juga karena adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma
yang mengkerut
2) Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3) Pemberian obat Sitostatika
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan
total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih
efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang
memuaskan.
II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A) RIWAYAT KEPERAWATAN DAN PENGKAJIAN FISIK:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan/keletihan
b) Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
a) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
b) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
a) Perubahan bising usus, distensi abdomen
b) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
a) Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
b) Anoreksia, mual, muntah
c) Intoleransi makanan
Tanda:
Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi social
Gejala:
a) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
b) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat kanker dalam keluarga
Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B) PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan
rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan
individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping
berbagai agen terapi saraf kanker.
Ditandai dengan :
keluhan nyeri
memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
distraksi/ perilaku berhati-hati
gelisah, respons autonomik
6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek
samping berbagai agen terapi saraf kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan -Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam
skala 0 – 10. mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk
2. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan control
pasien nyeri
3. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi -Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal
dan psikologi. dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
4. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. keefektifan intervensi.
5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan -Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
ajarkan penggunaan teknik relaksasi dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress,
ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat
mengganggu kemampuan mengatasinya
-Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot
dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
-Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putra
SHARE THIS:
TINJAUAN TEORITIS
CA. RECTI
1. DEFINISI
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
( Parkwaycancercentre.com )
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur,
uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal.
Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
( parkwaycancercentre.com )
1. JENIS KLASIFIKASI
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon
atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
( parkwaycancercentre.com )
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
2. ANATOMI, PATOFISIOLOGI
Patofisiologi :
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus). Di mulai sebagai polip jinak (dapat diakibatkan pola diet rendah serat) tetapi dapat menjadi
ganas karena faktor mutasi (sesuai dengan teori seleksi sel,dr. Jan tambayong,patofisiologi hal. 69) dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya, sel
kanker dapat terlepas dari tumor dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati. Melalui proses invasi dengan cara tumbuh menyebar keluar lokasi asalnya,
dilanjutkan pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah,kemudian menetap pada endotelium yang disebut proses diseminasi akhirnya sel kanker ini menetap pada area baru dan
menyasuaikan diri untuk pertumbuhan selanjutnya yang disebut proliferasi.
Sumber : Patofisiologi untuk keperawatan hal.67-72 (dr. Jan tambayong) dan brunner &
sudarth,hal. 1136.
1. KOMPLIKASI
Hemmoragi (perdarahan)
Syok
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Anamnese
1. Identitas pasien.
2. Identitas penanggung jawab.
2. Keluhan utama
Dilihat dari tanda dan gejala penyakit.
1. Riwayat penyakit sekarang
Dengan format P Q R S T
1. Riwayat penyakit dahulu
2. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola kebiasaan
1. Pemeliharaan kesehatan.
2. Pola pelatihan aktivitas.
3. Pola nutrisi.
4. Pola istirahat dan tidur.
5. Pola eliminasi.
6. Riwayat spiritual,sosial dan konsep diri.
1. KELUHAN UTAMA PASIEN
Nyeri abdomen / rektum.
Konsultasi feses terdapat darah.
Konsultasi adanya kecemasan kehilangan anggota tubuh dan perubahan fungsi tubuh.
1. PEMERIKSAAN FISIK
Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
1. Tonus sfingterani keras/lembek.
2. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
3. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba ataupun tidak.
2. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT).
Sigmoidoskopi
Kolonoskopi
Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema)
Pemeriksaan rektal secara digital
ANALISA DATA
PRE OPERASI
Medulla spinalis
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri
2 DS : Klien mengatakan takut untuk operasi karena resiko kematian Ca. Recti Berduka / antisipasi
Berduka
3 DS : Klien mengatakan badannya terasa lemah Ca. Recti nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan
POST OPERASI
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : klien mengatakan nyeri pada daerah pembedahan Pembedahan Nyeri
Medulla spinalis
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri
2 DS : - Pembedahan Resiko infeksi
DO :
Terputusnya kontinuitas jaringan
terdapat luka irgasi pembedahan
Port de entry
Resiko infeksi
3 DS : Klien mengatakan kotor didaerah badannya Ca. Recti Defisit perawatan diri
pembedahan
Tampak badan klien kotor dan kurang terawat
DO : Imobilisasi/
Bedrest (istirahat total)
ADL terganggu
ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI
DIAGNOSA 1
Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang Kaji tingkat nyeri. Untuk mengetahui seberapa dalam nyeri yang Nyeri yang dirasakan klien
dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi. dirasakan. tidak dirasakan lagi.
Berikan tehnik distraksi dan
relaksasi Agar membantu mengurangi rasa sakit.
Berikan lingkungan yang Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
nyaman pada klien. kembali perhatian.
Berikan analgetik sesuai Nyeri adalah komplikasi serng pada kanker,dengan
prosedur/instruksi dokter. memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
DIAGNOSA 2
Berduka sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena resiko kematian.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kaji klien/orang terdekat terhadap Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat Klien memperoeh pengetahuan akan
diharapkan klien dapat informasi yang duka yang dialami. Jelaskan sesuai normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang penyakitnya dan klien dapat beraktivitas
diperukan dan dapat mengembalikan kebutuhan. dialami dan dapat membantu pasien menghadapi dengan normal,merencanakan masa depan.
kepercayaan diri seperti semula. lebih efektif dengan mereka.
Perkirakan syok awal dan ketidak
yakinan setelah diagnosis kanker Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita
dan/atau prosedur yang perubahan yang dapat terjadi.
menimbulkan trauma. Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan
Diskusikan informasi yang oleh pasien.
diperlukan klien Pasien merasa terdukung mengekspresikan
Dorong pengungkapan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi
pikiran/masalah dan penerimaan yang dalam dan sering adalah normal dan dapat
ekspresi kesedihan,marah dan dialami oleh orang lain dalam situasi sulit.
penolakan
DIAGNOSA 3
Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan hipermetabolik akibat kanker.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pantau masukan makanan tiap hari, Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi kekuatan. BB stabil dan pemahaman pengaruh
diharapkan BB stabil dan pemahaman pengaruh biarkan pasien menyimpan buku harian individual pada masukan adekuat dan
Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu
individual pada masukan adekuat dan pasien tentang makanan sesuai indikasi. klien mampu berpartisipasi dalam
juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa)
dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik intervensi spesifik untuk merangsang
Dorong pasien untuk makan diet tinggi dan suplemen dapat memainkan peran penting
untuk merangsang nafsu makan. nafsu makan.
kalori kaya nutrien dengan masukan dalam mempertahankan maskan kalori da protein
cairan adekuat dan dorong penggunaan adekuat.
suplemen dan makan sering/lebih sedikit Membuat waktu makan lebih
dibagi-bagi selama sehari. menyenangkan,yang dapat meningkatkan
Ciptakan suasana makan malam yang masukan
menyenangkan. Dorong pasien untuk Sering sebagai sumber distres emosi khususna
berbagi makanan dengan keluarga/teman. untuk orang terdekat yang menginginkan untuk
Dorong komunikasi terbuka mengenai memberi makan pasien dengan sering. Bila
masalah anoreksia. pasien menolak orang terdekat dapat merasa
ditolak/frustasi.
POST OPERASI
DIAGNOSA 1
Nyeri pada post operasi sehubungan dengan pembedahan.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Kaji tingkat nyeri. Bermanfaat dalam evaluasi. Klien mengungkapkan tidak nyeri lagi,nyeri berkurang
nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dan klien tidak tampak meringis dan menahan sakit
Atur posisi pasien senyaman Nyeri menentukan efektivitas terapi.
dirasakan lagi. lagi.
mungkin. Meningkatkan relaksasi dan
Ajarkan tenik distraksi dan meningkatkan kemampuan koping
relaksasi. pasien.
Kolaborasi dengan tim dokter Membantu memfokuskan perhatian dan
dalam pemberian terapi membantu pasien untuk mengatasi
analgetik nyeri.
DIAGNOSA 2
Resiko infeksi sehubungan dengan adanya luka akibat pembedahan.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan Observasi tanda-tanda infeksi. Pengontrolan tanda-tanda infeksi Tanda-tanda infeksi
mengalami infeksi akibat mikroorganismelalui luka pembedahan. sejak dini. tidak terjadi.
Gunakan tehnik septik dalam setiap tindakan
keperawatan terhadap luka pembedahan. Mencegah masuknya mikroorganisme
Tekankan higiene personal. melalui luka pembedahan.
Membantu potensial sumber infeksi
dan/atau pertumbuhan sekunder.
DIAGNOSA 3
Defisit perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Ajakan pada keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan Salah satu pemenuhan Kebutuhan dasar aktivitas
defisit keperawatan diri pasien dasar klien seperti mandi dan makan. rasa nyaman. pasien terpenuhi.
Bantu perawatan diri/personal hygiene klien seperti perawatan Salah satu pemenuhan
dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : kuku dan kulit kuku,rambut dan kulit. rasa nyaman.
pasien tidak kotor.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan keterangan Istilah. Jakarta : EGC.
www.google.com//kanker rectum/PCC (Parkway Cancer Centre).
GO »
SEE A LIST »
Previous Topic
Treatment of colon cancer, by stage
Next Topic
What should you ask your doctor about colorectal cancer?
Treatment of rectal cancer, by stage
Treatment for rectal cancer is based largely on the stage (extent) of the cancer, although other factors can also be important.
People with rectal cancers that have not spread to distant sites are usually treated with surgery. Additional treatment with radiation and chemotherapy (chemo) may also be used
before or after surgery.
This stage includes cancers that were part of a polyp. If the polyp is removed completely during colonoscopy, with no cancer in the edges, no other treatment may be needed. If
the cancer in the polyp was high grade (see Colorectal cancer stages) or if there were cancer cells at the edges of the polyp, you might be advised to have more surgery. More
surgery may also be advised if the polyp couldn’t be removed completely or if it had to be removed in many pieces, making it hard to see if there were cancer cells at the edges
(margins).
For other stage I cancers, surgery is usually the main treatment. Some small stage I cancers can be removed through the anus without cutting the abdomen, using transanal
resection or transanal endoscopic microsurgery (TEM). For other cancers, a low anterior resection (LAR), proctectomy with colo-anal anastomosis, or an abdominoperineal
resection (APR) may be done, depending on exactly where the cancer is within the rectum. (These operations are discussed in detail in the surgery section).
Additional therapy typically is not needed after these operations, unless the surgeon finds the cancer is more advanced than was thought before surgery. If it is more advanced, a
combination of chemo and radiation therapy is usually given. 5-FU is the chemo drug most often used.
If you are too sick to have surgery, you may be treated with radiation therapy, although this has not been proven to be as effective as surgery.
Most people with stage II rectal cancer will be treated with chemotherapy, radiation therapy, and surgery, although the order of these treatments might be different for some
people. For example, here’s a common approach to treating these cancers:
Many people get both chemo and radiation therapy (called chemoradiation) as their first treatment. The chemo given with radiation is usually either 5-FU or capecitabine
(Xeloda).
This is usually followed by surgery, such as a low anterior resection (LAR), proctectomy with colo-anal anastomosis, or abdominoperineal resection (APR), depending on
where the cancer is in the rectum. If the chemo and radiation therapy shrink the tumor enough, sometimes a transanal resection can be done instead of a more invasive
LAR or APR. This might avoid having to do a colostomy. But not all doctors agree with this method, as it doesn’t let the surgeon check the nearby lymph nodes for cancer.
Additional chemo is then given after surgery, usually for a total of about 6 months. The chemo may be the FOLFOX regimen (oxaliplatin, 5-FU, and leucovorin), 5-FU and
leucovorin, CapeOx (capecitabine plus oxaliplatin) or capecitabine alone, based on what’s best suited to your health needs.
Another option might be to get chemotherapy alone first, followed by chemo plus radiation therapy, and then followed by surgery.
If someone can’t have chemo plus radiation for some reason, surgery (such as an LAR, proctectomy with colo-anal anastomosis, or APR) might be done first. This might be
followed by chemotherapy, and sometimes radiation therapy.
This is followed by surgery to remove the rectal tumor and nearby lymph nodes, usually by low anterior resection (LAR), proctectomy with colo-anal anastomosis, or
abdominoperineal resection (APR), depending on where the cancer is in the rectum. If the cancer has reached nearby organs, a more extensive operation known as pelvic
exenteration may be needed.
After surgery, chemo is given, usually for about 6 months. The most common regimens include FOLFOX (oxaliplatin, 5-FU, and leucovorin), 5-FU and leucovorin, CapeOx
(capecitabine plus oxaliplatin), or capecitabine alone. Your doctor may recommend one of these if it is better suited to your health needs.
Another option might be to get chemotherapy alone first, followed by chemo plus radiation therapy, and then followed by surgery.
For people who can’t have chemo plus radiation for some reason, surgery (such as an LAR, proctectomy with colo-anal anastomosis, or APR) might be the first treatment. This
might be followed by chemotherapy, sometimes along with radiation therapy.
If there’s a chance that all of the cancer can be removed (for example, there are only a few tumors in the liver or lungs), the most common treatment options include:
Surgery to remove the rectal lesion and distant tumors, followed by chemo (and radiation therapy in some cases)
Chemo, followed by surgery to remove the rectal lesion and distant tumors, usually followed by chemo and radiation therapy (chemoradiation)
Chemo, followed by chemo and radiation therapy (chemoradiation), followed by surgery to remove the rectal lesion and distant tumors. This might be followed by more
chemotherapy.
Chemo and radiation therapy, followed by surgery to remove the rectal lesion and distant tumors. This might be followed by chemotherapy.
These approaches may help you live longer and in some cases may even cure you. Surgery to remove the rectal tumor would usually be a low anterior resection (LAR),
proctectomy with colo-anal anastomosis, or abdominoperineal resection (APR), depending on where it’s located.
If the only site of cancer spread is the liver, you may be treated with chemo given directly into the artery leading to the liver (hepatic artery infusion). This may shrink the cancers
in the liver more effectively than if the chemo is given into a vein (IV) or by mouth.
If the cancer is more widespread and can’t be removed completely by surgery, treatment options depend on whether the cancer is causing a blockage of the intestine. If it is,
surgery may be needed right away. If not, the cancer will likely be treated with chemo and/or targeted therapy drugs (without surgery). Some of the options include:
If chemo shrinks the tumors, in some cases it may be possible to consider surgery to try to remove all of the cancer at this point. Chemo may then be given again after surgery.
For cancers that don’t shrink with chemo and widespread cancers that are causing symptoms, treatment is done to relieve symptoms and avoid long-term complications such as
bleeding or blockage of the intestines. Treatments may include one or more of the following:
Local recurrence
If the cancer comes back in the pelvis (locally), it is treated with surgery to remove the cancer, if possible. This surgery is often more extensive than the initial surgery. In some
cases radiation therapy may be given during the surgery ( this is called intraoperative radiotherapy) or afterward. Chemo may also be given after surgery (as well as radiation
therapy aimed at the tumor if it was not used before).
Distant recurrence
If the cancer comes back in a distant part of the body, the treatment will depend on whether it can be removed by surgery.
If the cancer can be removed, surgery is done. Chemo may be given before surgery (see “Treating stage IV rectal cancer” for a list of possible drug regimens). Chemo is
given after surgery as well. When the cancer has spread to the liver, chemo may be given through the hepatic artery leading to the liver.
If the cancer can’t be removed by surgery, chemo and/or targeted therapy drugs may be used. The regimen used will depend on what a person has received previously and on
their overall health. If the cancer doesn’t shrink with chemo, a different drug combination may be tried.
As with stage IV rectal cancer, surgery, radiation therapy, or other approaches may be used at some point to relieve symptoms and avoid long-term complications such as
bleeding or blockage of the intestines.
These cancers can often be hard to treat, so you might also want to ask your doctor if you are eligible for any clinical trials of newer treatments.
For more on dealing with a recurrence, see When Your Cancer Comes Back: Cancer Recurrence.