Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
No 2 Februari 2017 1
TINTIN HARTINI
SMPN 1 Kadugede Kuningan
hartini_bk@yahoo.com
Abstract
The object this researchs are: (1) to find influence of intellectual intelligence for social
behavior students (2) to find influence of emotional intelligence for social behavior
students (3) to find influence of spiritual intelligence for social behavior students (4) to
evidence influence of intellectual intelligence, emotional intelligence and spiritual
intelligence for social behavior students of SMPN 1 Kadugede district Kuningan.
This research use quantitative method where the writer present the data base on
questionersin-the field. The analysis technique the data use regrissim, determination,
and dereble regression. The data collected processing to see, analysis, and description
base on the problem and to object research.
Base on this research the can be concluded that there are : (1) there is influence of
intellectual intelligence (IQ) with social behavior students the way of significant and
pattern direction is 25,6% and the research include of catagery enough strong (2) there
is influence of emotional intelligence (EQ) with social behavior students the way of
significant and the pattern direction is 46,7% and the research in clude of category
enough strong (3) there is influence of spiritual intelligence (SQ) with social behavior
students the way of significant and the pattern direction is 45,6% and the research in
clude of category enough strong (4) there are influence of intellectual intelligence (IQ),
emotional intelligence (EQ) and spiritual intelligence (SQ) with social behavior
students are significant and there is relation direction is 56,5% and include of category
strong.
Key words : Intelectual Intelligence (IQ), Emotional Intelligence (EQ), Spiritual
Intelligence (SQ) and Social Behavior.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Menemukan pengaruh kecerdasan
intelektual (IQ) terhadap perilaku sosial siswa, (2) Menemukan pengaruh kecerdasan
emosional (EQ) terhadap perilaku sosial siswa, (3) Menemukan pengaruh kecerdasan
spiritual (SQ) terhadap perilaku sosial siswa, dan (4) Membuktikan pengaruh
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ)
terhadap perilaku sosial siswa di SMPN 1 Kadugede Kab. Kuningan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
dengan pengumpulan data melalui angket/kuesioner. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi, determinasi, dan regresi ganda. Selanjutnya data yang telah
terkumpul diolah kemudian ditafsirkan, dianalisis, dan dideskripsikan sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian.
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
(1) Terdapat pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) dengan perilaku sosial siswa secara
signifikan dan pola hubungan searah sebesar 25,6% termasuk kategori cukup kuat, (2)
Terdapat pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dengan perilaku sosial siswa secara
signifikan dan pola hubungan searah sebesar 46,7% termasuk kategori cukup kuat, (3)
Terdapat pengaruh kecerdasan spiritual (SQ) dengan perilaku sosial siswa secara
signifikan dan pola hubungan searah sebesar 45,6% termasuk kategori kuat, dan (4)
Terdapat pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) dengan perilaku sosial siswa secara signifikan dan pola
hubungan searah sebesar 56,5% termasuk kategori kuat.
Kata kunci : Keceradasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan
Spiritual (SQ) dan Perilaku Sosial.
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah secara wajar, normal atau sehat (well
jumlah kasus yang ada. adjustment). Diantara mereka banyak juga
Kondisi pada saat ini, merupakan tantangan yang mengalami tidak sehat (maladjustment).
yang sangat berat bagi para orangtua yang Remaja muda yang kurang yakin pada diri
memiliki anak remaja untuk menemukan sendiri dan pada status mereka dalam
strategi yang terbaik dalam melindungi remaja kelompok cenderung menyesuaikan diri
dari kenakalan-kenakalan yang dapat merusak secara berlebihan, bila hal ini diteruskan
masa depan mereka. sampai akhir masa dewasa, maka menandakan
Semua masalah tersebut perlu mendapat ketidakmatangan.
perhatian dari berbagai pihak mengingat Hurlock (2006: 238) mengatakan tanda-tanda
remaja merupakan calon penerus generasi ketidakmatangan yang lain dibidang perilaku
bangsa. Ditangan remajalah masa depan sosial adalah diskriminasi terhadap mereka
bangsa ini digantungkan. yang berlatar belakang ras, agama atau sosial
Sekolah merupakan lembaga pendidikan ekonomi yang berbeda; usaha memperbaiki
formal yang secara sistematis melaksanakan mereka yang mempunyai standar penampilan
program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan dan standar perilaku yang berbeda; dan usaha-
dalam rangka membantu siswa agar mampu usaha remaja untuk menarik perhatian dengan
mengembangkan potensinya, baik yang mengenakan pakaian yang mencolok,
menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, menggunakan bahasa yang tidak lazim,
emosional, maupun sosial. sombong, membual dan menertawakan orang
Mengenai peranan sekolah dalam lain.
mengembangkan kepribadian anak, Hurlock Seorang remaja yang membenci diri
dalam Syamsu (2010: 95) mengemukakan sendiri, cenderung tidak dapat menyesuaikan
bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi diri, merasa tidak bahagia dan merasa
perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dikucilkan. Akibatnya, ia tidak mengalami
dalam cara berfikir, bersikap maupun cara saat-saat yang menggembirakan seperti yang
berperilaku. Sekolah sebagai substitusi dirasakan oleh teman-teman sebayanya dan
keluarga dan guru sebagai substitusi orang merasa tidak memperoleh perhatian dari
tua. keluarganya. Sebagian besar remaja yang
Syamsu (2010: 95) mengatakan bahwa penyesuaian dirinya buruk merasa lebih tidak
dalam upaya memenuhi kebutuhan atau bahagia.
memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata Syamsu (2010: 128) mengatakan bahwa
tidak semua remaja mampu menampilkannya tingkat intelegensi individu dapat
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya SML 11, Balangsak, Retak, Dos Q, dan lain-
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap lain. Mereka memiliki bendera kebanggaan
orang yang sombong lagi membanggakan
yang wajib dipertahankan dan termasuk
diri.”
didalamnya atribut sekolah. Emosi mereka
Ginanjar (2010: 13) mengatakan bahwa seringkali tersulut manakala ada penistaan
kecerdasan Spiritual (SQ) adalah landasan oleh siswa sekolah lain di sosial media yang
yang diperlukan untuk memfungsikan berkaitan dengan bendera kebanggaan dan
kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan atribut sekolah.
emosional (EQ) secara efektif. Oleh karena itu Seringkali permasalahan yang mencuat
kecerdasan spiritual (SQ) merupakan ke permukaan disebabkan oleh hal-hal sepele,
kecerdasan tertinggi kita. Kecerdasan spiritual dikarenakan mereka termasuk usia remaja
adalah kemampuan untuk memberi makna dimana gejolak emosi masih sangat besar
spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan akhirnya tidak mampu mengendalikan diri
kegiatan, serta mampu mensinergikan IQ, EQ sehingga memunculkan berbagai kasus.
dan SQ secara komprehensif. Kasus-kasus yang muncul tidak hanya
Berdasarkan kerangka berpikir di atas tawuran pelajar, namun juga masalah
memberikan gambaran bahwa untuk memiliki pergaulan bebas, merokok, mungkin juga
perilaku sosial yang positif (waladjusted) narkoba, malas belajar, bolos sekolah,
tidak cukup memiliki kecerdasan intelegensi pemalakan, berkelahi antara teman sendiri.
(IQ) saja, namun harus memiliki pula Karena penelitian ini termasuk penelitian
kecerdasan emosional (EQ) dan juga kuantitatif maka yang dijadikan subjek
kecerdasan spiritual (SQ). penelitian harus diperhitungkan dengan tepat
antara jumlah populasi dan sampel.
Metode Dalam penelitian ini, penulis hanya
Pengambilan lokasi penelitian di SMPN meneliti sebagian populasi sehingga
1 Kadugede Kabupaten Kuningan yang dipilih penelitiannya disebut sebagai penelitian
sebagai obyek penelitian dikarenakan sudah sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:
beberapa kali siswanya terlibat tawuran 1090) bahwa sampel adalah sebagian atau
dengan sekolah lain, baik dengan sekolah wakil populasi yang diteliti. Sedangkan
yang berdekatan maupun dengan sekolah populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
yang lokasinya jauh dari SMPN 1 Kadugede Pengambilan sampel dalam penelitian ini
Kabupaten Kuningan. menggunakan teknik sampel random atau
Berdasarkan data di lapangan bahwa sampel acak, yaitu pengambilan secara
setiap sekolah memiliki julukan tersendiri:
acak/random tanpa pandang bulu dengan cara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengundi. Berdasarkan pendapat Suharsimi apakah keadaan pertama, kedua, ketiga dan
Arikunto (2007: 112) bahwa apabila populasi keempat terdapat hubungan.
kurang dari 100, lebih baik diambil semua, Untuk membuktikan hipotesis ini, penulis
tetapi jika populasi lebih dari 100 maka dapat menganalisis antara variable satu dengan
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% variable lainnya. Yang dianalisis yaitu:
atau lebih. pengaruh kecedasan IQ terhadap perilaku
Sedangkan teknik pengambilan sampel sosial siswa, pengaruh kecedasan EQ terhadap
menggunakan teknik cluster sampling, dalam perilaku sosial siswa, pengaruh kecedasan SQ
hal ini menurut Suharsimi Arikunto (2007: terhadap perilaku sosial siswa, dan pengaruh
119) bahwa cluster sampling adalah teknik IQ, EQ, dan SQ secara bersama terhadap
pengambilan sampel yang didasarkan pada perilaku sosial siswa.
kelas atau tingkat di masing-masing tingkatan Secara skematik rancangan penelitian
sekolah. digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan teknik di atas, penulis
mengambil 25% dari populasi, karena penulis IQ
Kecerdasan Intelektual
beranggapan bahwa semakin banyak sampel
atau semakin besar prosentase sampel dari EQ
Kecerdasan Emosional Perilaku Sosial
populasi, hasil penelitian akan semakin baik.
Keadaan di lapangan, jumlah kelas VIII di SQ
Kecerdasan Spiritual
SMPN 1 Kadugede Kabupaten Kuningan ada
10 rombongan belajar dengan jumlah siswa
Gambar 1
350 orang. Dari 10 rombongan belajar Pengaruh IQ, EQ, dan SQ terhadap Perilaku Sosial
tersebut, penulis mengambil 7/8 orang siswa
Dalam penelitian ini teknik yang
dari tiap kelas pengambilannya secara
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
acak/random, yaitu mulai dari kelas VIII A
berupa angket. Angket menurut Suharsimi
sampai dengan kelas VIII J sebagai kelas
Arikunto (2007: 225) adalah sejumlah
eksperimen yang berjumlah 75 orang siswa.
pernyataan atau pertanyaan tertulis yang
Suharsimi Arikunto (2007: 37) menyebutkan
digunakan untuk memperoleh informasi dari
bahwa model penelitian yang digunakan
responden dalam arti laporan tentang
adalah model korelasional, yaitu sebuah
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
penelitian yang bertujuan untuk menemukan
Jumlah angket yang akan dibagikan
ada tidaknya hubungan dari 4 variabel.
dalam penelitian ini adalah sejumlah sampel
yang diperlukan yaitu 75 eksemplar. Angket penulis dengan merujuk pada teori yang
atau daftar pernyataan yang disusun oleh dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian
penulis dalam bentuk skala kecerdasan Marshall (2007: 14); (4) Alat Ukur Perilaku
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), Sosial. Alat ukur ini berupa skala psikologis
kecerdasan spiritual (SQ) dan perilaku sosial sebanyak 34 item. Skala ini diberikan untuk
dari model likert yang terdiri dari empat melihat gambaran perilaku sosial siswa yang
alternative jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), berhubungan dengan aspek-aspek kecerdasan
Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat intelektual, kecerdasan emosional, dan
Tidak Setuju (STS). kecerdasan spiritual siswa. Skala ini disusun
Alat ukur yang digunakan yaitu : (1) Alat oleh penulis dengan merujuk pada teori yang
Ukur Kecerdasan Intelektual (IQ). Alat ukur dikemukakan oleh David Krech, Richard S.
yang digunakan adalah nilai hasil psikotes Crutchfield dan Egerton L. Ballachey(1962:
yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII di 106).
SMPN 1 Kadugede Kabupaten Kuningan Dalam penelitian ini, peneliti
bekerjasama dengan lembaga psikotes menggunakan macam observasi terbuka
terpercaya. Nilai psikotes adalah nilai yang dimana pada posisi ini kehadiran peneliti
menggambarkan kemampuan siswa dalam dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah
berfikir logis, aritmatis, sistematis dan verbal. kegiatan responden dan diketahui secara
Kemampuan berfikir tersebut mencerminkan terbuka, sehingga antara responden dengan
kecerdasan kognitif yang dimiliki oleh siswa peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara
sehingga dapat mewakili tingkat kecerdasan wajar.
intelektual siswa yang menjadi objek Dalam penelitian ini digunakan teknik
penelitian; (2) Alat Ukur Kecerdasan analisis data korelasional dikarenakan variabel
Emosional (EQ). Alat ukur ini berupa skala yang digunakan dalam penelitian ini
psikologis sebanyak 26 item yang dapat berjumlah empat buah dan ingin diketahui ada
melihat gambaran kecerdasan emosional atau tidaknya hubungan antara empat variabel
siswa. Skala ini disusun oleh penulis dengan tersebut.
merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Wahana Komputer (2014: 2) dikatakan
Daniel Goleman (2015: 56); (3) Alat Ukur bahwa dalam melakukan analisis korelasional
Kecerdasan Spiritual (SQ). Alat ukur ini ini, peneliti menggunakan program SPSS 21.
berupa skala psikologis sebanyak 29 item SPSS 21 adalah paket software yang
yang mampu mengungkap aspek dari digunakan untuk menganalisis statistik. SPSS
kecerdasan spiritual. Skala ini disusun oleh digunakan oleh semua peneliti seperti
dari kelompok-kelompok terpisah yang lingkungan, dan tatar budaya sebagai tampat
berasal dari satu populasi. Pengujian perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi.
homogenitas sampel dalam penelitian ini Lebih lanjut Baron dan Byrne menyatakan
menggunakan program SPSS 21; (7) bahwa jika seseorang mempunyai kemampuan
Pengujian Hipotesis. Hipotesis yang intelektual/mengingat yang baik maka
diajukan peneliti dalam penelitian ini kecenderungan orang tersebut mempunyai
termasuk dalam pengujian hipotesis assosiatif perilaku sosial yang baik.
(hubungan). Sugiyono (2014: 182) Jika dilihat dari korelasi kecerdasan
menyatakan bahwa hipotesis assosiatif diuji intelektual terhadap perilaku sosial sebesar
dengan teknik korelisi. Untuk melakukan 25,6% (termasuk pada kategori korelasi yang
pengujian hipotesis dalam penelitian ini cukup kuat). Dengan demikian bahwa variabel
menggunakan SPSS 21. kecerdasan intelektual merupakan suatu data
yang dijadikan sebuah rujukan dalam hal
Hasil dan Pembahasan
pembinaan perilaku sosial.
Analisis data tentang pengaruh antara Hal ini sesuai dengan pendapat
variabel kecerdasan intelektual dengan Syahmuharnis dan Harry Sidharta (2006: 198)
perilaku sosial siswa di SMPN 1 Kadugede yang menyatakan bahwa kecerdasan
adalah signifikan. Hal ini berarti kecerdasan intelektual merupakan cermin dari kecerdasan
intelektual siswa di SMPN 1 Kadugede logis dan verbal, sehingga orang-orang yang
mempengaruhi terhadap perilaku sosial siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi
tersebut. umumnya sukses di bangku pendidikan. Oleh
Adapun korelasi dari signifikansi tersebut karena itu agar siswa dapat mempunyai
bersifat positif, artinya bahwa pengaruh perilaku sosial yang positif maka guru
kecerdasan intelektual dengan perilaku sosial BK/Konselor harus membuat suatu program
searah yaitu jika kecerdasan intelektual yang bimbingan sosial yang terarah, efektif dan
tinggi maka akan menghasilkan perilaku dapat mengakomodir kebutuhan siswa sesuai
sosial yang cenderung baik. Signifikansi ini dengan kecerdasan intelektualnya. Selain itu
membuktikan bahwa dampak kecerdasan dengan pemberian bimbingan sosial dapat
intelektual ini bersifat positif. Hal ini membantu para siswa bergaul dan diterima di
sebagaimana pendapat Baron dan Byrne masyarakat.
(dalam Ibrahim 2001: 50) bahwa ada empat Analisis data tentang pengaruh antara
kategori utama yang dapat membentuk variabel kecerdasan emosional dengan
perilaku sosial seseorang, yaitu : perilaku dan perilaku sosial siswa di SMPN 1 Kadugede
karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor
adalah signifikan. Hal ini berarti kecerdasan pendapat Golemaan (2006: 512) bahwa
emosional siswa di SMPN 1 Kadugede Kecerdasan emosi atau “emotional
mempengaruhi terhadap perilaku sosial siswa intelligence” merujuk kepada kemampuan
tersebut. mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan
Adapun korelasi dari signifikansi tersebut orang lain, kemampuan memotivasi diri
bersifat positif, artinya bahwa pengaruh sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
kecerdasan emosional dengan perilaku sosial dengan baik pada diri sendiri dan dalam
searah yaitu jika kecerdasan emosional yang hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu
baik maka akan menjadikan perilaku sosial agar siswa dapat berperilaku sosial yang baik
yang baik pula. Signifikansi ini membuktikan maka siswa harus diberikan pemahaman
bahwa dampak kecerdasan emosional ini tentang pengelolaan kecerdasan emosional.
bersifat positif. Hal ini sebagaimana pendapat Dengan pemahaman kecerdasan emosional
Baron dan Byrne (dalam Ibrahim 2001: 50) yang baik maka siswa dapat mengenali
bahwa ada empat kategori utama yang dapat perasaan dirinya dan perasaan orang lain
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu : sehingga mempunyai perlaku sosial yang
perilaku dan karakteristik orang lain, proses baik.
kognitif, faktor lingkungan, dan tatar budaya Analisis data di atas tentang pengaruh
sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial antara variabel kecerdasan spiritual dengan
itu terjadi. Lebih lanjut Baron dan Byrne perilaku sosial siswa di SMPN 1 Kadugede
menyatakan bahwa jika seseorang mempunyai adalah signifikan. Hal ini berarti kecerdasan
kecerdasan emosional (perilaku dan spiritual siswa di SMPN 1 Kadugede
karakteristik) yang baik maka kecenderungan mempengaruhi terhadap perilaku sosial siswa
orang tersebut mempunyai perilaku sosial tersebut.
yang baik. Adapun korelasi dari signifikansi tersebut
Jika dilihat dari korelasi kecerdasan bersifat positif, artinya bahwa pengaruh
emosional terhadap perilaku sosial sebesar kecerdasan spiritual dengan perilaku sosial
46,7% (termasuk pada kategori korelasi yang searah yaitu jika siswa mempunyai
cukup kuat). Dengan demikian bahwa variabel kecerdasan spiritual yang baik maka akan
kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantapkan dalam berperilaku sosial.
seseorang dalam mengenali perasaan diri Signifikansi ini membuktikan bahwa dampak
sendiri dan orang lain sehingga akan menjalin kecerdasan spiritual siswa ini bersifat positif.
hubungan (berperilaku sosial) yang baik Hal ini sebagaimana pendapat Baron dan
dengan orang lain . Hal ini sesuai dengan Byrne (dalam Ibrahim 2001: 50) bahwa ada
empat kategori utama yang dapat membentuk maka siswa tersebut akan mampu menjalani
perilaku sosial seseorang, yaitu : perilaku dan kehidupan (berperilaku sosial) dengan baik.
karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor Dari hasil analisis data tentang pengaruh
lingkungan, dan tatar budaya sebagai tampat antara variabel kecerdasan intelektual dan
perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi. kecerdasan emosional dengan perilaku
Lebih lanjut Baron dan Byrne menyatakan sosial siswa di SMPN 1 Kadugede adalah
bahwa jika seseorang mempunyai kecerdasan signifikan. Artinya bahwa variabel kecerdasan
spiritual (mempunyai keyakinan pada intelektual dan kecerdasan emosional
dirinya/mengenali potensi dirinya) yang baik mempengaruhi perilaku sosial siswa di SMPN
maka kecenderungan orang tersebut 1 Kadugede.
mempunyai perilaku sosial yang baik. Adapun korelasi dari signifikansi tersebut
Jika dilihat dari korelasi kecerdasan bersifat positif, artinya bahwa pengaruh
spiritual terhadap perilaku sosial siswa kecerdasan intelektual dan kecerdasan
sebesar 45,6% (termasuk pada kategori emosional terhadap perilaku sosial siswa
korelasi yang cukup kuat). Dengan demikian searah yaitu jika siswa mempunyai
bahwa variabel kecerdasan spiritual kecerdasan intelektual yang baik dan mampu
merupakan salah satu unsur kepribadian yang mengelola kecerdasan emosional dengan baik
memegang peranan penting dalam maka siswa akan berperilaku sosial yang baik.
menempatkan perilaku dalam kehidupan. Hal Jika dilihat dari korelasi kecerdasan
ini sesuai dengan pendapat Ari Ginanjar intelektual dan kecerdasan emosional terhadap
Agustian (2001: 14) kecerdasan spiritual perilaku sosial siswa sebesar 53,7% (termasuk
adalah kecerdasan untuk menghadapi pada kategori korelasi yang kuat).
persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk Dengan demikian bahwa variabel
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam kecerdasan intelektual dan kecerdasan
konteks makna yang lebih luas dan kaya, emosional siswa memberikan kontribusi
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan terhadap keberhasilan dalam perilaku sosial
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna siswa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena membentuk perilaku sosial banyak faktor
itu dalam hal menciptakan perilaku sosial yang mempengaruhi baik perilaku dan
yang baik pada siswa maka harus diberikan karakteristik orang lain (kecerdasan
pemahaman tentang pengelolaan kecerdasan emosional), proses kognitif (kecerdasan
spiritual yang baik. Hal ini dikarenakan jika intelektual dan spiritual), faktor lingkungan,
siswa memiliki kecerdasan spiritual yang baik dan tatar budaya sebagai tampat perilaku dan
pemikiran sosial itu terjadi, di mana faktor yang tinggi maka siswa akan berperilaku
tersebut dapat memberikan kontribusi tertentu sosial yang tepat. Jika dilihat dari korelasi
terhadap pembetukan perilaku sosial siswa. kecerdasan intelektual dan kecerdasan
Sebagaimana pendapat Baron dan Byrne spiritual terhadap perilaku sosial siswa
(dalam Ibrahim 2001: 50) bahwa ada empat sebesar 50,7% (termasuk pada kategori
kategori utama yang dapat membentuk korelasi yang kuat).
perilaku sosial seseorang, yaitu : perilaku dan Dengan demikian bahwa variabel
karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor kecerdasan intelektual dan kecerdasan
lingkungan, dan tatar budaya sebagai tampat spiritual memberikan kontribusi terhadap
perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi. keberhasilan dalam perilaku sosial siswa. Hal
Oleh karena itu dalam memberikan layanan ini menunjukkan bahwa dalam membentuk
bimbingan maka guru BK/Konselor harus perilaku sosial banyak faktor yang
menggali informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi baik perilaku dan karakteristik
berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan orang lain (kecerdasan emosional), proses
memberikan pemahaman tentang kecerdasan kognitif (kecerdasan intelektual dan spiritual),
emosional. Sehinggan dengan mengetahui faktor lingkungan, dan tatar budaya sebagai
kecerdasan intelektual dan kecerdasan tempat perilaku dan pemikiran sosial itu
emosional maka siswa tidak mempunyai terjadi, di mana faktor tersebut dapat
perilaku sosial yang menyimpang. memberikan kontribusi tertentu terhadap
Dari hasil analisis data di atas tentang pembetukan perilaku sosial siswa.
pengaruh antara variabel kecerdasan Sebagaimana pendapat Baron dan Byrne
intelektual dan kecerdasan spiritual (dalam Ibrahim 2001: 50) bahwa ada empat
dengan perilaku sosial siswa di SMPN 1 kategori utama yang dapat membentuk
Kadugede adalah signifikan. Artinya bahwa perilaku sosial seseorang, yaitu : perilaku dan
variabel kecerdasan intelektual dan karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor
kecerdasan spiritual mempengaruhi perilaku lingkungan, dan tatar budaya sebagai tampat
sosial siswa di SMPN 1 Kadugede. perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi. Oleh
Adapun korelasi dari signifikansi tersebut karena itu dalam memberikan layanan
bersifat positif, artinya bahwa pengaruh bimbingan maka guru BK/Konselor harus
kecerdasan intelektual dan kecerdasan menggali informasi tentang hal-hal yang
spiritual terhadap perilaku sosial siswa searah berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan
yaitu jika siswa mempunyai kecerdasan menumbuhkan kecerdasan spiritual dalam
intelektual yang baik dan kecerdasan spiritual berperilaku sosial. Sehingga dengan
dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku memberikan layanan bimbingan maka guru
sosial siswa searah yaitu jika siswa BK/Konselor harus mengetahui kecerdasan
mempunyai kecerdasan intelektual dan intelektal, menanamkan kecerdasan emosional
kecerdasan emosional yang baik serta yang baik dan menumbuhkan kecerdasan
kecerdasan spiritual yang tinggi maka siswa spiritual dalam berperilaku sosial. Sehinggan
akan berperilaku sosial yang baik. Jika dilihat dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
dari korelasi kecerdasan intelektual, emosional yang baik serta kecerdasan spiritual
kecerdasan emosional dan kecerdasan yang tinggi maka siswa tidak akan salah
spiritual terhadap perilaku sosial siswa dalam berperilaku sosial.
sebesar 56,5% (termasuk pada kategori Dari hasil analisis data tentang pengaruh
korelasi yang kuat). antara variabel kecerdasan intelektual,
Dengan demikian bahwa variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku sosial siswa di
dan kecerdasan spiritual memberikan SMPN 1 Kadugede adalah signifikan. Artinya
kontribusi terhadap keberhasilan dalam bahwa variabel kecerdasan intelektual,
berperilaku sosial siswa. Hal ini menunjukkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
bahwa dalam membentuk perilaku sosial spiritual mempengaruhi perilaku sosial siswa
banyak faktor yang mempengaruhi baik di SMPN 1 Kadugede.
perilaku dan karakteristik orang lain Adapun korelasi dari signifikansi tersebut
(kecerdasan emosional), proses kognitif bersifat positif, artinya bahwa pengaruh
(kecerdasan intelektual dan spiritual), faktor kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional
lingkungan, dan tatar budaya sebagai tampat dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku
perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi, di sosial siswa searah yaitu jika siswa
mana faktor tersebut dapat memberikan mempunyai kecerdasan intelektual dan
kontribusi tertentu terhadap pembetukan kecerdasan emosional yang baik serta
perilaku sosial siswa. Sebagaimana pendapat kecerdasan spiritual yang tinggi maka siswa
Baron dan Byrne (dalam Ibrahim 2001: 50) akan berperilaku sosial yang baik. Jika dilihat
bahwa ada empat kategori utama yang dapat dari korelasi kecerdasan intelektual,
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu : kecerdasan emosional dan kecerdasan
perilaku dan karakteristik orang lain, proses spiritual terhadap perilaku sosial siswa
kognitif, faktor lingkungan, dan tatar budaya sebesar 56,5% (termasuk pada kategori
sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial korelasi yang kuat).
itu terjadi. Oleh karena itu dalam
Daftar Pustaka
Agustian, G A. (2001). ESQ, Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual, Jakarta: PT Arga Tilanta
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
V. Jakarta: Rineka Cipta
Goleman, D. (2006). Kecerdasan Emosi untuk
Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama