Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
The aims of this research is to examine the emotional intelligence differences of junior high school
students in terms of demographic factors, consisting of gender, parents educational level, parents
occupation and parents income, on emotional intelligence of junior high school students.
This research uses descriptive quantitative approach. Accordance with the targets and
characteristics of the population in this research the number of samples determined by researchers is 266
students from class VIII of SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo and SMP Negeri 21 Surabaya. The sampling
techniques used in this research is purposive sampling technique. Data conducted using a questionnaire,
which distributed to students who meet the criteria of sampling. Demographic factors data constitutes the
nominal data. While the emotional intelligence data are ordinal data, which is the answer to the questions
contained in the questionnaire using emotional intelligence by Likert scale model. Validity used in this
experiment is contents validity. Validity contents can be determined only based on the professional
judgement. Testing validity contents done by 3 psychological lecturer of university airlangga. While
reliability test done by used cronbach’ s alpha coefficient. Hypothetical testing of this research is using
ANOVA test with One Way Anova procedur use computer program IBM SPSS Statistics 20.
The hypothical test results in this research found the existence of significant differences in
students emotional intelligence in terms of gender. Whereas in terms of the other demographic factors,
parents educational level (father and mother), parents occupation (father and mother) and parent income
not found any significant differences of students emotional intelligence. This result was possible due to the
mindset of general Indonesian society, and especially in Surabaya and its surrounding areas, which are still
too often drape their’s son education to the school.
Keywords : Demographic Factors, Gender, Parents Educational Level, Parents Occupation, Parents
Income, and Emotional Intelligence
ABSTRAK
Ginanjar Waluyo Jati, 110710252, Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjau Dari
Faktor Demografi, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional siswa SMP ditinjau
dari faktor demografi, yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua
dan penghasilan orang tua.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sesuai dengan target dan karakteristik
populasinya maka dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 266
siswa kelas VIII dari SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo dan SMP Negeri 21 Surabaya. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang disebarkan kepada siswa yang memenuhi kriteria
pengambilan sampel. Data dari faktor demografi, merupakan data nominal. Sedangkan data kecerdasan
emosional merupakan data ordinal, yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner menggunakan skala kecerdasan emosional dengan model skala Likert. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity).
ĘÏ ŁĹİ ĹÔÏÓ ĹÓĹ ĶÏ ŃŐÏ İ Ï ÑÏ Ôİ ĹÔĮŃÔÕĻÏ Ń Ī Į Òİ Ï ÓÏ ÒĻÏ Ń judgment para ahli. Pengujian validitas isi
dilakukan oleh 3 orang dosen Psikologi Universitas Airlangga. Sedangkan pengujian reliabilitas
dilakukan dengan koefisien alfa atau Cronbach’s Alpha. Pengujian atas hipotesis penelitian ini dilakukan
menggunakan uji ANOVA dengan prosedur One Way Anova menggunakan bantuan komputer program
IBM SPSS Statistics №ª .
Hasil pengujian atas hipotesis penelitian ini menemukan adanya perbedaan signifikan
kecerdasan emosional siswa ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan bila ditinjau dari faktor demografi
yang lain, yaitu tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu), pekerjaan orang tua (ayah dan ibu) dan
penghasilan orang tua tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan dari kecerdasan emosional siswa.
Hasil ini dimungkinkan terjadi karena pola pikir masyarakat Indonesia pada umumnya, dan khususnya
masyarakat Surabaya dan sekitarnya, yang seringkali masih terlalu menggantungkan pendidikan
anaknya kepada pihak sekolah.
Ą Ginanjar Waluyo Jati Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya60258
yang ada, adalah masa yang dipenuhi dengan Masa remaja dikenal dengan masa storm and
berbagai macam perubahan dan terkadang stress, dimana terjadi pergolakan emosi yang
menjadi masa yang tersulit dalam kehidupan diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat
remaja. Remaja memiliki banyak tuntutan yang dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.
bersifat normatif dari masyarakat yang Pada masa remaja (12-21 tahun) terdapat
menyebabkan remaja harus segera beradaptasi beberapa fase (Monk, dkk. 2001), yaitu fase
dengan berbagai perubahan (Hurlock, 1999). remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan
Sebagian besar remaja mengalami (15-18 tahun), masa remaja akhir (18-21 tahun),
ketidakstabilan sebagai konsekuensi dari masa diantaranya juga terdapat fase pubertas yang
perubahan ini (Gunarsa, 2003). Perubahan merupakan fase yang sangat singkat dan
yang terjadi pada masa remaja terjadi begitu terkadang menjadi masalah tersendiri bagi
pesat, salah satunya adalah meningginya emosi. remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas
Hurlock (1999) menyebutkan bahwa keadaan ini berkisar dari usia 11-16 tahun dan setiap
emosi remaja berada pada periode badai dan individu memiliki variasi tersendiri (Hurlock,
tekanan yaitu suatu masa dimana ketegangan 1999). Masa puber sendiri berada tumpang
emosi meninggi sebagai akibat perubahan fisik tindih antara masa anak-anak dan masa remaja,
dan hormonal. Tingginya tekanan emosi juga sehingga kesulitan pada masa
yang berlaku, yaitu Peraturan Bersama Antara yang mempengaruhi kecerdasan emosional
Menteri Pendidikan Nasional Dan Menteri antara lain adalah pengalaman, usia, jenis
Agama Nomor 04/VI/PB/2011 dan MA/111/2011, kelamin dan jabatan. Sedangkan Patton (2002)
adalah tergolong usia siswa SMP. Seperti membagi faktor kecerdasan emosional menjadi
dijelaskan sebelumnya, bahwa pada anak dalam 5 bagian, yaitu: keluarga, hubungan-hubungan
usia 11 – 16 tahun ini, kecerdasan emosional pribadi, hubungan dengan teman kelompok,
penting sekali untuk menghadapi pengaruh lingkungan dan hubungan dengan teman
dan Indah Lestari (2012) yang mengambil yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos
subjek siswa SMP, menunjukkan hasil profil yang berarti rakyat atau penduduk dan
memerlukan adanya penanganan yang serius masalah penduduk yang berkaitan dengan
agar dapat diatasi persoalan rendahnya jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Secara
kecerdasan emosional pada remaja siswa SMP umum demografi adalah ilmu yang
emosional yang baik merupakan salah satu perubahan penduduk atau dengan kata lain
modal dalam kehidupan manusia yang harus segala hal yang berhubungan dengan
seperti kelahiran, kematian dan migrasi, merata. Hal ini menjadi ketertarikan peneliti
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kecerdasan emosional pada siswa kedua SMP
Jenis kelamin merupakan salah satu jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua
faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan (ayah dan ibu), pekerjaan orang tua (ayah dan
emosional (Goleman, 2006). Sedangkan tingkat ibu), dan penghasilan orang tua.
dalam faktor keluarga sesuai dengan teori Masa remaja adalah masa transisi
Patton (2002). Faktor demografi yang akan perkembangan yang melibatkan perubahan
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis fisik, kognitif, psikososial, dari masa anak-anak
pekerjaan orang tua dan penghasilan orang tua. (Papalia, dkk. 2007). Menurut Santrock (2003)
Penelitian ini mengambil subjek pada masa remaja adalah masa transisi dalam
siswa SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo dan rentang kehidupan manusia, menghubungkan
SMPN 21 Surabaya. Pengambilan kedua subjek masa kanak-kanak dan masa dewasa. Sarwono
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa terdapat (2001) menggunakan batasan usia 11-24 tahun
perbedaan faktor demografi, khususnya terkait dan belum menikah menjadi definsi remaja di
latar belakang orang tua, yang nyata antara Indonesia. Di antara semua sudut pandang
siswa dari kedua SMP tersebut. Siswa SMP Al mengenai remaja, penting untuk meninjau
Falah Deltasari Sidoarjo sebagai sebuah SMP remaja secara kontekstual yaitu remaja pada
swasta yang cukup maju, memiliki orang tua masyarakat Indonesia. Memang tidak mudah
yang rata-rata berpendidikan lebih tinggi, mengambil gambaran remaja Indonesia secara
memiliki pekerjaan yang lebih baik dan umum, mengingat betapa beraneka ragam suku
tentunya penghasilan yang lebih tinggi bangsa, budaya, agama, tingkatan sosial-
dibandingkan dengan siswa SMP Negeri 21 ekonomi maupun tingkat pendidikan yang ada
Monks dkk. (2001) membedakan masa emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang
remaja awal dengan batasan usia 12-14 tahun, berkaitan dengan kemampuan individu dalam
remaja tengah 15-18 tahun, dan remaja akhir 18- memantau baik emosi dirinya maupun emosi
21 tahun. Dan diantaranya juga terdapat fase orang lain, dan juga kemampuannya dalam
pubertas yang merupakan fase yang sangat membedakan emosi dirinya dengan emosi
singkat dan terkadang menjadi masalah orang lain, dimana kemampuan ini digunakan
tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.
Fase pubertas ini berkisar dari usia 11- 16 tahun M enurut Goleman (2006), aspek
dan setiap individu memiliki varisi tersendiri kecerdasan emosional dibagi menjadi 5, yaitu
(Hurlock, 1999). Untuk penelitian ini peneliti mengenali emosi diri (self awareness),
Sarwono (2001) dan Monks dkk. (2001). Karena memotivasi diri sendiri (self motivation),
batasan tersebut lebih sesuai dengan kondisi mengenali emosi orang lain (empathy) dan
emosi. Kata emosi berasal dari bahasa latin, pengalaman, usia, jenis kelamin dan jabatan.
yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Sedangkan Patton (2002) membagi faktor
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecerdasan emosional menjadi 5 bagian yaitu:
emosional pertama kali dilontarkan pada tahun lingkungan dan hubungan dengan teman
Indonesia, definisi demografi adalah sebuah dengan laki-laki secara biologis sejak
ilmu tentang susunan, jumlah, dan seseorang lahir. Artinya jenis kelamin
perkembangan penduduk; ilmu yang mampu berkaitan dengan tubuh laki-laki dan
bangsa yang dilihat dari sudut sosial politik; sperma, sementara perempuan
dan ilmu kependudukan, dengan kata lain, menghasilkan sel telur dan secara biologis
demografi dapat diartikan pula sebagai sebuah mampu untuk menstruasi, hamil dan
ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi
suatu keadaan dan komposisi menurut umur dan secara permanen tidak berubah atau
dan jenis kelamin tertentu. Menurut Hisrich, meskipun bisa berubah (fisiknya) tetapi
dkk. (2008), faktor demografi dapat dibagi fungsi reproduksinya tetap tidak berubah.
menjadi beberapa kelompok, antara lain: umur, Hal ini merupakan alat ketentuan biologis
pendapatan, dan pendidikan. Adapula yang Tingkat pendidikan atau sering disebut
menyebutkan faktor demografi terdiri dari usia, dengan jenjang pendidkan adalah tahapan
Penjelasan dari keempat faktor yang akan dicapai dan kemampuan yang
demografi yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan. Menurut Ihsan (2003),
1) ĊĮ ŃĹÓÇĮ ŁÏ Ŀ ĹŃ
tingkat atau jenjang pendidikan adalah (income) erat kaitannya dengan gaji, upah,
tahap pendidikan yang berkelanjutan yang serta pendapatan lainnya yang diterima
kerumitan bahan pengajaran dan cara Penghasilan sebagai sejumlah dana yang
pendidikan formal terdiri dari pendidikan yang dimiliki, yang bersumber dari: sewa
dasar, pendidikan menengah dan kekayaan yang digunakan oleh orang lain,
dalam Nursalam (2003), adalah kebutuhan ataupun perusahaan, dan hasil dari usaha
mencari nafkah, berulang dan banyak kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang
tantangan. Sedangkan pekerjaan dalam arti dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
luas adalah aktifitas utama yang dilakukan angka-angka. Sesuai permasalahan yang
oleh manusia. Dalam arti sempit istilah diangkat pada penelitian ini adalah
tugas/kerja yang menghasilkan uang bagi peneliti yang bersifat menghubungkan dua
istilah ini sering dianggap sinonim dengan penelitian ini adalah variabel bebas yaitu faktor
2) ÊĮ ŃĴ ĶÏ ÓĹŁÏ Ń
sehari-hari penghasilan/pendapatan
tingkat pendidikan ayah (X2), tingkat dan ibu), pekerjaan orang tua (ayah dan ibu)
pendidikan ibu (X3) pekerjaan ayah (X4 ), dan penghasilan orang tua. Sedangkan
pekerjaan ibu (X 5) dan penghasilan orang tua Kuesioner untuk kecerdasan emosional disusun
(X6 ), serta variabel terikat yaitu kecerdasan berdasarkan pada lima aspek kecerdasan
penelitian ini siswa kelas VIII SMP Al Falah kuantitatif maka jawaban diberi skor antara 1
Deltasari Surabaya sebanyak 210 siswa dan SMP (satu) sampai dengan 5 (lima). Jawaban dari
Negeri 21 Surabaya sebanyak 342 siswa, pernyataan yang terdapat dalam kuesioner
sehingga total seluruh populasi adalah 552 menggunakan skala Likert yang mempunyai
siswa. Untuk mengukur sampel, digunakan gradasi dari sangat positif sampai sangat
rumus Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel negatif, yang terdiri dari Sangat Setuju, Setuju,
yang diperlukan sebesar 234. Sedangkan teknik Netral, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik analisis data yang digunakan
teknik non probability sampling dengan adalah uji ANOVA (Analysis of Variance),
menggunakan purposive sampling yaitu teknik karena dalam penelitian ini menguji tiga sampel
penentuan sampel dengan pertimbangan atau lebih yang tidak saling berhubungan.
tertentu, dengan kriteria merupakan siswa kelas Prosedur yang digunakan dalam analisis
VIII SMP Al Falah Deltasari Sidoarjo dan SMP ANOVA ini adalah prosedur One Way ANOVA
Negeri 21 Surabaya, bersedia mengisi kuesioner atau sering disebut dengan perancangan sebuah
yang diberikan serta diberi ijin oleh pihak faktor, yang merupakan salah satu alat analisis
berwenang di sekolah untuk mengisi kuesioner. statistik ANOVA yang bersifat satu arah (satu
Teknik pengumpulan data pada jalur). Alat uji ini untuk menguji apakah dua
penelitian ini adalah dengan menggunakan populasi atau lebih yang independent, memiliki
kuesioner. Kuesioner untuk faktor demografi rata-rata yang dianggap sama atau tidak sama.
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang untuk ibu responden, sebanyak 16 orang
masuk kategori tinggi, yaitu sebanyak 215 orang (6,02%) berpendidikan terakhir SD, 12 orang
emosional sangat tinggi. Juga diketahui bahwa responden memberikan jawaban lain-lain
tidak ada responden yang memiliki tingkat untuk pendidikan terakhir ibunya.
kecerdasan emosional sangat rendah dan Sebagian besar ayah responden penelitian ini
Adapun hasil jawaban responden untuk sebagian besar ibu responden bekerja di bidang
faktor demografi, meliputi jenis kelamin, pekerjaan lain atau tidak bekerja/ibu rumah
tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tangga. Pada pekerjaan ayah responden,
tua dan penghasilan orang tua menunjukkan sebanyak 16 orang (6,02%) bekerja sebagai
bahwa responden yang berjenis kelamin laki- anggota TNI/Polri, 46 orang (17,29%) bekerja
laki adalah sebanyak 114 orang (42,86%) dan sebagai Pegawai Negeri Sipil, 74 orang (27,82%)
yang berjenis kelamin perempuan adalah bekerja wiraswasta, 102 orang (38,35%) bekerja
sebanyak 152 orang (57,14%). sebagai karyawan swasta, dan sisanya yaitu 28
Mayoritas orang tua responden orang (10,53%) bekerja di bidang pekerjaan lain
Untuk ayah responden, sebanyak 11 orang sebanyak 3 orang (1,13%) bekerja sebagai
(4,14%) berpendidikan terakhir SD, 15 orang anggota TNI/Polri, 29 orang (10,90%) bekerja
(5,64%) berpendidikan terakhir SMP, 69 orang sebagai Pegawai Negeri Sipil, 42 orang (15,79%)
(25,94%) berpendidikan terakhir SMA, 167 bekerja wiraswasta, 48 orang (18,05%) bekerja
orang (62,78%) berpendidikan terakhir sebagai karyawan swasta, dan sebagian besar
Akademi/Universitas dan 4 orang (1,50%) yaitu sebanyak 144 orang (54,14%) bekerja
di bidang pekerjaan lain atau tidak yaitu 72 orang (27,07%) responden, orang
orang tua, sebanyak 60 orang (22,56%) jawaban responden pada variabel Kecerdasan
responden orang tuanya berpenghasilan kurang Emotional yang terdiri dari 30 pertanyaan,
dari 2 juta, 64 orang (24,06%) responden yang hasilnya menunjukkan bahwa variabel
orang tuanya berpenghasilan 2 sampai 4 juta, 41 kecerdasan emosional memiliki nilai kosefisien
orang (15,41%) responden orang tuanya Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0,60,
Levene
Variabel Sig. Value H0 Hi
Statistic
Jenis Kelamin 0,295 0,587 Diterima Ditolak
Tingkat Pendidikan Ayah 0,713 0,583 Diterima Ditolak
Tingkat Pendidikan Ibu 0,515 0,725 Diterima Ditolak
Pekerjaan Ayah 1,429 0,225 Diterima Ditolak
Pekerjaan Ibu 0,081 0,988 Diterima Ditolak
Penghasilan Orang Tua 0,433 0,785 Diterima Ditolak
Hasil tes homogenitas varians di atas dengan tingkat signifikansi lavene statistic yang
menunjukkan bahwa dari hasil pengujian lebih besar dari 0,05. Dengan demikian proses
diperoleh hasil yang menunjukan bahwa bahwa penghitungan ANOVA ini bisa dilanjutkan
kedua kelompok dalam masing-masing faktor karena asumsi dasar dari ANOVA telah
Variabel F Sig. H0 Hi
Jenis Kelamin 3,930 0,048 Ditolak Diterima
Tingkat Pendidikan Ayah 0,746 0,561 Diterima Ditolak
Tingkat Pendidikan Ibu 0,378 0,824 Diterima Ditolak
Pekerjaan Ayah 0,702 0,591 Diterima Ditolak
Pekerjaan Ibu 1,109 0,353 Diterima Ditolak
Penghasilan Orang Tua 0,540 0,706 Diterima Ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA ANOVA pada variabel tingkat pendidikan ayah
dengan prosedur One Way ANOVA di atas (0,561), tingkat pendidikan ibu (0,824),
dapat disampaikan penjelasan bahwa terdapat pekerjaan ayah (0,591), pekerjaan ibu (0,353)
perbedaan signifikan kecerdasan emosional dan penghasilan orang tua (0,706) yang
siswa bila ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini seluruhnya lebih besar dari 5%. Hasil ini tentu
ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih saja bertentangan dengan teori-teori dan
kecil dari 5% (0,048 < 0,05). Hasil ini sejalan sebagian besar hasil-hasil penelitian
dengan hasil penelitian terdahulu, yaitu sebelumnya yang menyatakan adanya pengaruh
penelitian Sanchez-Nunez, dkk. (2008) dan dari faktor demografi terhadap tingkat
hasilnya juga menunjukkan adanya perbedaan Hasil penelitian ini pada tingkat pendidikan
tingkat kecerdasan emosi pada laki-laki dan orang tua (ayah dan ibu) tidak mendukung
Sedangkan bila ditinjau dari faktor dalam Rao, 2012) dan Nandwana dan Joshi
demografi yang lain, yaitu tingkat pendidikan (2010) yang menunjukkan bahwa pendidikan
orang tua (ayah dan ibu), pekerjaan orang tua tua memiliki peran dalam perkembangan anak.
(ayah dan ibu), dan penghasilan orang tua, Namun demikian, hasil penelitian ini ternyata
tidak ditemukan adanya perbedaan yang sejalan dengan hasil penelitian Rao (2012) yang
signifikan dari tingkat kecerdasan emosional menunjukkan tidak adanya hubungan antara
siswa Sekolah Menengah Pertama. Hal ini tingkat pendidikan orang tua dengan
individu. Pada pekerjaan orang tua, tua dan penghasilan ini bisa disebabkan karena
hasil penelitian ini berbeda dengan hasil karena pola pikir masyarakat Indonesia pada
penelitian yang menunjukkan bahwa pekerjaan umumnya, dan khususnya masyarakat Surabaya
orang tua memiliki hubungan yang positif dan dan sekitarnya, yang seringkali masih terlalu
Sedangkan pada penghasilan orang tua, hasil pihak sekolah. Dengan kondisi ini menjadi
penelitian ini juga berbeda dengan hasil wajar bila faktor demografi, khususnya latar
penelitian Harrod dan Scheer (2005 dalam Rao, belakang sosial ekonomi orang tua, tidak
2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang memberikan perbedaan yang signifikan pada
positif antara penghasilan orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional siswa. Hal ini
Sesuai dengan hasil penelitian dan dari asal sekolahnya, yang berarti bahwa
analisis data, dapat disampaikan kesimpulan sekolah justru memberikan kontribusi yang
bahwa terdapat perbedaan signifikan cukup besar terhadap variasi tingkat kecerdasan
Pertama ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan Sebab lain adalah kurang tepatnya item-item
bila ditinjau dari faktor demografi yang lain, pernyataan dalam kuesioner kecerdasan emosi
yaitu tingkat pendidikan ayah, tingkat sehingga tingkat kecerdasan emosi yang di
pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dapat kurang akurat. Selain itu penelitian ini
dan penghasilan orang tua, tidak terdapat mengambil subjek penelitian pada dua sekolah
siswa Sekolah Menengah Pertama. pendidikan yang relatif sama dengan status
PUSTAKA ACUAN
Papalia, D.E., S.W. Olds & R.D. Feldman. (2007). Human Development. 1 0 t h Edition.
New York: McGraw Hill. International Edition.
Tjun, T.L., Setiawan, S. & Setiana, S. (2009). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap
pemahaman akuntansi dilihat dari perspektif gender. Jurnal Akuntansi Vol.1
No.2 November 2009: pp: 545-118
123
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 02 Agustus 2013