Sie sind auf Seite 1von 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CONGENITAL HEART

DISEASES (CHD

A. Latar Belakang
Setiap orangtua pasti berharap bahwa janin yang sedang dikandung lahir sehat. Namun, sebagian
orangtua harus rela menerima kenyataan bahwa bayinya ternyata mengalami kelainan bawaan.
Yang terbanyak, 30 persen, adalah penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan
merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan
sebagai penyebab utama kematian pada masa neonatus. Masalah yang berpengaruh terhadap
system kardiovaskuler yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada
berbagai tingkat usia.sistim kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi / peredaran darah dan
keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengatur
dan yang menyalurkan O2 serta nutrisi keseluruh tubuh . bila salah satu organ tersebut
mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh.
Sampai saat ini gangguan jantung / pembuluh darah terutama disebabkan infeksi, dan kesalahan
dalam pola hidup sehari hari masih merupakan angka tertinggi.
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dinegara maju. Di AS saja diperkirakan 12,4
juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun
2005. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non
bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar
pada neonatus dengan PJB yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah
dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di
bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin,
sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya
multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan. 2,3 Penyakit jantung
kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosio-ekonomi.
Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak
dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit
Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebahagian besar dari
kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung.
Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4%
dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap
tahun mendapat kecacatan jantung. Dari jumlah ini:
8 - 13% menghidap Septum Atrium terbuka (ASD)
6 - 11% menghidap Duktus Arteriosus terbuka (PDA)
20 - 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD)
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut
mampu melalui seleksi alam atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang
dewasa. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat
sekitar 40.000 bayi lahir dengan PJB," kata dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP dari Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Dari 40.000 bayi lahir tersebut sebagian besar meninggal sebelum mencapai usia satu tahun,
sementara yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800-900 kasus per tahun. Sekitar
80% pembedahan dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Kita sadari walaupun cara diagnostik canggih dan akurat telah berkembang dengan pesat, namun
hal ini tidak bisa dilakukan oleh setiap dokter atau perawat terutama di daerah dengan sarana
diagnostik yang belum memadai. Hal ini tidak menjadi alasan bahwa seorang dokter dan perawat
atidak mampu membuat diagnosis dini dan sekaligus terapi awal, yang dilanjutkan dengan
rujukan untuk terapi definitif yaitu bedah korektif di pusat pelayanan jantung. Oleh karena itu,
perlu dipahami perubahan-perubahan sirkulasi fetal ke neonatal dan berbagai penyimpangannya
dalam periode minimal 1 bulan pertama. Keberhasilan deteksi dini merupakan awal keberhasilan
tatalaksana lanjutan PJB kritis pada neonatus.
PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu :
1. Penyakit jantung bawaan non sisnotik,
a. Defek septum atrium (ASD)
b. Defek septum ventricular (VSD)
VSD Kecil
VSD Sedang
VSD Besar
c. Duktus arteria paten (PDA)
d. Koarsiko aorta (CA)
e. Pulmonary stenosis (SP)
2. Penyakit jantung bawaan sisnotik
Tetralogi fallot
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang di berikan oleh Ibu Hj.
Ruslinawati S.Kep, Ns tentang ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
2. Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi dan konsep dasar keperawatan
tentang ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KELAINAN
KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
3. Memberikan dan menjelaskan kesimpulan tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL SISTEM
KARDIOVASKULAR”.
C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL
SISTEM KARDIOVASKULAR”.
2. Dapat menjadi inspirasi kita dalam melakukan penelitian di bidang Sistem Kardiovaskuler
dalam praktik keperawatan.
3. Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat, pegawai rumah sakit dan
masyarakat umum tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KELAINAN KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR”.
4. Sebagai contoh pembuatan Asuhan Keperawatan bagi mahasiswa perawat
5. Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di bidang kesehatan.
6. Untuk puskesmas, rumah sakit, posyandu dan lain- lain, makalah ini sangat lah bermanfaat
karena dapat membantu ketika menemukan kasus penyakit seperti ini.
BAB II
ISI

A. Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang
sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan
jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan
tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
(Ngastiah)
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada
usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan
perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama
trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Factor-faktor
prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin serta
factor-faktor genetic juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit jantung congenital. Selain
factor orang tua, insiden kelainan jantung juga meningkat pada individu. Fackor-faktor
lingkungan seperti radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga
mempengaruhi perkembangan embrio.
Cardiac Development
Multiple genes
Environmental factors
Hemodynamic factors
Possibility of deformation, disruption,and dysplasia

Cardiac Developmental Mechanism

Normal Developmental Genes


C. Tanda dan Gejala
1. INFANTS:
1. Dyspnea
2. Difficulty breathing
3. Pulse rate over 200 beats/mnt
4. Recurrent respiratory infections
5. Failure to gain weight
6. Heart murmur
7. Cyanosis
8. Cerebrovasculer accident
9. Stridor and choking spells
2. Children
1. Dyspnea
2. Poor physical development
3. Decrease exercise tolerance
4. Recurrent respiratory infections
5. Heart murmur and thrill
6. Cyanosis
7. Squatting
8. Clubbing of fingers and toes

9. Elevated blood pressure


D. Klasifikasi
1. Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital.
2. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang dasarkan
ada adanya sianosis serta askuiarisasi paru.
3. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru
bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA),
dan duktus arteriousus persisten (DAP)
4. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan
ini ermasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio
aorta
5. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini
yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
6. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi
arteri besar (TAB)
1. Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan
adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih
tinggi daripada dibagian kanan.
a. Defek septum ventrikel (DSV)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri
mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat,banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan
dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal
dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatas igagal jantung.
Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan,
yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat
ditunda sampai usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut
harapan hidup berkurang.
b Defek septum atrium
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum
atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan jantung
meningkat.

Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin
ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung
dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.
Type ASD

(a) (b)

(a) ASD sekundum, (b) ASD primum

(c) ASD tipe sinus venosus


(Dimodifikasi dari: www.meridianhealth.com/healthcontent/images)
Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung
terbuka, dengan prognosis baik.
c. Duktus Arteriosus Persisten
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri
pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri
subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP
bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.

Manifestosi klinik
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar,
hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume darah, adanya
tanda machinery type. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin
atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak
berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
2. Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin
terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.

Manifestosi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih
nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat
rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada
batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya
hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan
pembedahan tx.

2. Stenosis pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya
menyatu.

Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran
darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang
meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat
rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung
sistolik, ECG dan kateterisai jantung.
Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3
tahun.
c. Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin
proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui,
kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting meiakukan skrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga.

Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan
secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan
terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur
jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang
berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.
3. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang
Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: 1)
stenosis pulmonal, 2) hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainan septum ventrikuler, 4) kelainan
aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum
ventrikel.

Gambar Tetralogy Of Fallot (Dimodifikasi dari: www.bristol-inquiry.org.uk)


Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan
lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi
berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami
infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, murmurjaniung,
ecg foto rongent dan kateterisai jantung.

Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan
kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah,
bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-
Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju
arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta
assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi
dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
4. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
a. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal
secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus
menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah
arteri-vena.

Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dana.pulmonalis yakni aorta keluar
dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar
dari ventrikel kiri , terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik
dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang
darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a.
Pulmonalis dan seterusnya ke paru.
Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya
dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran
darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya
percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus
menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempattersebut, keadaan ini sangat mengancam
jiwa penderita.
Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis.
Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan
jantung akan terjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter
balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainan septum intra arterial.
Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan
sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan
untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale
untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata
dengan adanya koreksi dan paliatif.
E. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara
lain:
2. Gagal jantung kongestif
3. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
4. Aritmia
5. Endokarditis bakterialistis
6. Hipertensi
7. Hipertensi pulmonal
8. Tromboemboli dan abses otak
F. Pafofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah.
Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi
apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan
lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi
mengalirke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila
ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat
melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan
pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu
adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
2. Diagnosa ditegakkan dengan cartography,
3. Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4. Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat keperawatan:
1. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken pox.
2. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
insulin.
3. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak
kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga
mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien
yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari
hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:Bayi baru lahir berukuran kecil
dan berat badan kurang.Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari
hiperemik.Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .Tanda yang menojol
adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selaintrakostal dan region epigastrium.Pada anak
yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.Anak mungkin sering mengalami
kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan
retraksi.Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2
tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada kaki. Denyut
nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan kontraktilftas jantung,
perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat penurunan curah
jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga
kekeadaan normal.
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda
vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya cepat dideteksi untukpenangan lebijh lanjut.
2. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk melawan efek
hipoksia/iskemia
4. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan
curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
5. Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan
curah jantung.
6. Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan
kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menyusui dan makan
Tujuan: anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi
perubahan status nutrisi tersebut
Intervensi:
1. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
2. Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka
pasang iv infuse
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi melalui oral
3. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi
sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.
4. Observasi selama pemberian makan atau menyusui
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak crtau tersedak.
3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang
Intervensi:
1. Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering
menangis
Rasional: perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.Perilaku dan tanda vital
membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
2. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan
penggunaan nitrat.
3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
Rasional: aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja tiba-tiba,
stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
4. Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang
dirasakan.
4. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsf ginjal
Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil, tanda-tanda vital
dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
1. Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang berat badan anak
setiap hari
Rasiona!: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic.
Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menujukan makin buruknya gagal
jantung.
2. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales, ronchi,
penambahan berat badan
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
3. Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan menurukan
kelebihan cairan total tubuh. Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi
Rasional: menurunkan retensi natrium.
5. Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru
Tujuan ; tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan
Rasional: pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
2. Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan
gerakan dada
Rasional: udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan
memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi
3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb sesuai indikasi
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat terjadinya komplikasi.
4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
6. Intoleran aktivitas b.d kelelahan
Tujuan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya
kelemahan.
Intervensi:
1. Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak
Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih
sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
2. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
Rasional: teknik penghematan energi
3. Support dalam nutrisi
Rasiona!: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan meningkatan produksi
energi
7. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya infomasi
Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan penatalaksanaan
keperwatan yang dilakukan
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit serta gejala dan
penataksanaan yang akan dilakukan
Rasional: informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas yang dialami ibu
melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.

Das könnte Ihnen auch gefallen