Sie sind auf Seite 1von 18

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Tugas : Menganalisis Sistem Logistik dan Outlook Ekonomi


Indonesia Tahun 2017
Dosen : M. DEVANO ARIFIN, S.E, M.M

Disusun Oleh :

AULIA NURUL ALFIANITA (027150060)

DIPLOMA III AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

2016
MENGENAL SISTEM LOGISTIK

Di era kemajuan industri global saat ini agaknya belum banyak yang
mengetahui apa itu logistik dan apa itu sistem logistik.

Definisi Logistik

Logistik menurut Council of Supply Chain Management Professionals


(CLM, 2000) adalah bagian dari manajemen rantai pasok (supply chain) dalam
perencanaan, pengimplementasian, dan pengontrolan aliran dan penyimpanan
barang, informasi, dan pelayanan yang efektif dan efisien dari titik asal ke titik
tujuan sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk mengalirkan barang dari
titik asal menuju titik tujuan akan membutuhkan beberapa aktivitas yang
dikenal dengan ‘aktivitas kunci dalam logistik’ diantaranya: 1) customer
service, 2) demand forecasting/planning, 3) inventory management, 4) logistics
communications, 5) material handling, 6) traffic and transportation, dan 7)
warehousing and storage (Lambert D.M., et. al, 1998).

Dalam Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Perpres No.


26 Tahun 2012), Logistik didefinisikan sebagai bagian dari rantai pasok (supply
chain) yang menangani arus barang, informasi, dan uang melalui proses
pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing), transportasi
(transportation), distribusi (distribution), dan pelayanan pengantaran
(delivery services). Adapun penyusunan sistem logistik ditujukan untuk
meningkatkan keamanan, efisiensi, dan efektfitas pergerakan barang, informasi,
dan uang mulai dari titik asal (point of origin) sampai dengan titik tujuan
(point of destination) sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat
yang dikehendaki konsumen.
Skema Definisi Logistik (modifikasi dari Prof. Senator, 2003)

Sistem Logistik

Sistem logistik tersusun atas fasilitas-fasilitas yang terhubung dengan jasa


pelayanan transportasi. Sistem ini membahas mengenai bagaimana suatu
material diproses, manufaktur, disimpan, diseleksi, untuk kemudian dijual atau
dikonsumsi. Pembahasan dalam sistem logistik ini merupakan pembahasan
yang komperhensif, termasuk pembahasan mengenai proses manufaktur dan
perakitan, pergudangan, pendistribusian, titik/poin pengalihan angkutan,
terminal transportasi, penjualan eceran, pusat penyortiran barang, dan dokumen,
pusat penghancuran, dan pembuangan dari keseluruhan kegiatan industri
(Ghiani, Laporte, & Musmanno, 2004, p. 1)

Skema Sistem Logistik (Prof. Senator, 2012)


Berdasarkan skema tersebut diatas dapat digambarkan bahwa sistem
logistik merupakan sistem yang membahas mengenai keterkaitan antara
entitas/pelaku dalam sebuah kegiatan logistic yang terintegrasi, dari pemasok
hingga konsumen dalam masing-masing jaringan distribusi untuk
menggerakkan barang/jasa. Adapun yang menjadi obyek dari sistem logistik
dapat berupa barang jadi, barang ½ jadi, maupun bahan baku.

Untuk memaksimalkan nilai sistem logistik yang diupayakan, diperlukan


variasi rencana mengenai pengambilan keputusan untuk setiap tahapan
aktivitasnya. Perencanaan sistem logistic yang mendukung juga mempengaruhi
desain dan operasional sistem logistic yang akan diberlakukan guna
menciptakan efisiensi dan efektifitas produksi suatu barang dan jasa.

Permasalahan Sistem Logistik di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumberdaya yang


melimpah berpotensi menjadi “supply side” yang mampu memasok dunia
dengan aneka ragam hasil alam dan industri olahannya. Disisi lain, jumlah
penduduk Indonesia yang besar sekaligus juga dapat menjadi target pasar atau
“demand side” yang besar dalam rantai pasok global. Namun potensi-potensi
yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional tersebut masih belum
didukung oleh sistem logistik yang optimal, baik dari penyediaan infrastruktur,
penerapan sistem, kompetensi para pelaku dan penyedia jasa logistik, maupun
koordinasi antar pemangku kepentingan baik dalam skala institusi maupun
nasional.

Tingginya biaya logistik nasional yang mencapai 27% (dua puluh tujuh
persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan belum memadainya kualitas
pelayanan, yang ditandai dengan (a) masih rendahnya tingkat penyediaan
infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas, (b) masih adanya pungutan tidak
resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, (c) masih
tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan adanya hambatan operasional
pelayanan di pelabuhan, (d) masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan
penyedia jasa logistik nasional, (e) masih terjadinya kelangkaan stok dan
fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok masyarakat, terutama pada hari-hari
besar nasional dan keagamaan, dan bahkan (f) masih tingginya disparitas harga
pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar. Kondisi tersebut sangat
mempengaruhi kinerja sektor logistik nasional, dimana berdasarkan survei
Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) oleh Bank Dunia
yang dipublikasikan pada tahun 2010 posisi Indonesia berada pada peringkat
ke-75 dari 155 (seratus lima puluh lima) negara yang disurvei, dan berada di
bawah kinerja beberapa negara ASEAN yaitu Singapura (peringkat ke-2),
Malaysia (peringkat ke-29), Thailand (peringkat ke-35), bahkan dibawah
Philipina (peringkat ke-44) dan Vietnam (peringkat ke-53). Tetapi pada tahun-
tahun berikutnya Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini
membuktikan bahwa perekonomian di Indonesia semakin baik dalam
peningkatan daya saing logistik.
Elemen Sistem Logistik

Dalam pembahasan mengenai sistem logistik, perlu diketahui bahwa obyek


logistik tidak terbatas hanya pada logistik barang, melainkan termasuk
logistik penumpang, logistik bencana, dan logistik militer (pertahanan
keamanan) yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis dan industri baik pada
sektor primer, sekunder maupun tersier dalam rangka menunjang kegiatan
operasionalnya. Lebih lanjut dalam Cetak Biru Pengembangan Sislognas
diuraikan bahwa aktivitas logistik juga melibatkan berbagai pemangku
kepentingan yang dapat dikategorisasikan kedalam dalam lima kelompok,
diantaranya:

1. Konsumen,
Pengguna logistik yang membutuhkan barang untuk penggunaan
proses produksi maupun untuk konsumsi. Konsumen berkewenangan
untuk menentukan sendiri jenis dan jumlah barang yang akan dibeli, dari
siapa dan dimana barang tersebut ingin dibeli dan kemana tujuan barang
tersebut diantarkan.
2. Pelaku Logistik (PL)
Yaitu sebagai pemilik dan penyedia barang yang dibutuhkan oleh
para konsumen, dibagi menjadi dua diantaranya: a) Produsen, pelaku
logistik yang bertindak sebagai penghasil/ pembuat barang b) Penyalur
(intermediare) yang bertindak sebagai perantara perpindahan kepemilikan
barang dari produsen menuju ke konsumen melalui saluran distribusi
(pedagang besar/wholesaler, grosir, distributor, agen, pasar, pengecer,
warung, dan sebagainya) dalam suatu mekanisme tata niaga.
3. Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider)
Merupakan institusi penyedia jasa yang bertugas mengirimkan
barang (transporter, freight forwarder, shipping liner, EMKL, dsb) dari
lokasi asal barang (shipper), seperti produsen, pemasok, atau penyalur;
menuju tempat tujuannya (consignee), seperti konsumen, penyalur, atau
produsen; dan jasa penyimpanan barang (pergudangan, fumigasi, dan
sebagainya).
4. Pendukung Logistik,
Yaitu institusi mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan
logistik, dan turut berkontribusi dalam penyelesaian jika terjadi
permasalahan selama aktivitas logistik berlangsung. Adapun aktor-aktor
yang termasuk dalam kategori ini diantaranya asosiasi, konsultan,
institusi pendidikan dan pelatihan serta lembaga penelitian.
5. Pemerintah
Adapun peran pemerintah dalam aktivitas logistik diantaranya,
sebagai:

 regulator yang menyiapkan peraturan perundangan dan kebijakan,


 fasilitator yang meyediakan dan membangun infrastruktur logistik yang
diperlukan untuk terlaksananya proses logistik, dan
 integrator yang mengkoordinasikan dan mensinkronkan aktivitas logistik
sesuai dengan visi yang ingin dicapai, dan pemberdayaan baik kepada
pelaku logistik, penyedia jasa logistik maupun pendukung logistik.

Infrastruktur Logistik (Perpres No. 26 Tahun 2012)

Dalam melakukan aktivitas logistik diperlukan dukungan infrastuktur


logistik yang memadai, Adapun menurut Cetak Biru Pengembangan SIslognas,
yang termasuk ke dalam infrastruktur yang mendukung aktivitas logistik
tersebut terdiri dari: 1) simpul logistik (logistics node), yaitu pelaku logistik
dan konsumen dan 2) mata rantai logistik (logistics link) yang berperan dalam
menggerakkan barang dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point of
destination) berupa jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan
informasi, dan jaringan keuangan. Lebih lanjut penjelasan mengenai komponen-
komponen pada infrastruktur logistik sebagaimana disajikan pada Gambar
diatas adalah sebagai berikut :
1. Infrastruktur dan jaringan distribusi
Komponen ini berperan dalam pendukung kelancaran transaksi
perpindahan kepemilikan diantara konsumen, pelaku logistik dan
penyedia jasa logistik. Adapun entitas dari komponen ini terdiri atas:
penyedia (diantaranya: produsen, eksportir, dan importir), penyalur
(diantaranyaL pedagang besar, distributor, grosir, agen, pengecer), dan
konsumen, melalui prasarana dan sarana distribusi (antara lain berupa
Pusat Distribusi, Terminal Agri, Pasar Induk, Pasar Tradisional, Kios,
Warung, Hypermarket, Supermarket, dan Mini Market).
2. Infrastruktur dan jaringan transportasi
Komponen ini berperan sebagai mata rantai keterkaitan antara
simpul transportasi (transportation node) dan konektivitas antar simpul
(transportation link) yang berupa prasarana dan sarana transportasi.
Adapun yang termasuk dalam simpul-simpul transportasi diantaranya:
pelabuhan laut, pelabuhan udara, stasiun, terminal, depot, dan
pergudangan. Sedangkan yang termasuk dalam “transportation link”
diantaranya berupa jalan darat, jalan tol, jalur kereta api, jalur sungai,
jalur pelayaran, jalur penerbangan, dan pipa. Simpul-simpul
transportasi tersebut sangat perlu untuk diintegrasikan dengan jaringan
transportasi dan pelayanan sarana intermoda transportasi guna
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pergerakan barang.
3. Infrastruktur dan jaringan informasi
Komponen ini berfungsi untuk memperlancar transaksi informasi
diantara pemangku kepentingan logistik secara aman, terjamin dan
handal. Adapun komponen ini terbagi lagi menjadi jaringan fisik
informasi (jaringan telekomunikasi), sarana transportasi data (messaging
hub), aplikasi (keamanan, saluran pengiriman, maupun aplikasi khusus),
dan data berupa dokumen.
4. Infrastruktur dan jaringan keuangan
Komponen ini berfungsi untuk memperlancar transaksi keuangan
diantara pemangku kepentingan logistik. Jenis jasa keuangan logistik
meliputi jasa kepabeanan, perpajakan, perbankan, dan asuransi fungsi
infrastruktur dan jaringan keuangan untuk. Adapun yang termasuk dalam
komponen infrastruktur dan jaringan keuangan adalah pelaku jasa
keuangan (Bank, Asuransi, dan LKBB), dan sarana jasa keuangan (ATM,
i/net/sms banking, T/T, loket tunai, langsung tunai).

Pengembangan Sistem Logistik yang Efektif dan Efisien dengan


Pendekatan Supply Chain Management

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management


(SCM) merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah
dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi
sampai kepada konsumen. (Oliver dan Weber pada tahun 1982).
pengelolaannya.

supply chain management meliputi hal-hal berikut:

Cakupan kegiatan antara lain


Bagian
Pengembangan Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam
produk perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian


bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan
memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas,
Pengendalian perancanaan produksi dan persediaan
Operasi / Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman / Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan
Distribusi memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)


Tujuan Strategis Supply Chain Management
Tujuan manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan
permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah
utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko

Proses Supply Chain Management


Proses supply chain management adalah proses saat produk masih
berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan
dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus
produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak
sebagaio berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)


Perpres No. 26 Tahun 2012 – Sislognas

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus


Program Tahun 2008-2009 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014, serta sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, Instruksi Presiden
Nomor 14 tahun 2011, dan berbagai perkembangan lingkungan internal dan
eksternal hal-hal yang berperan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian
nasional, dirasa perlu untuk menyempurnakan Cetak Biru Sistem Logistik
Nasional ini dalam rangka mewujudkan visi ekonomi Indonesia tahun 2025
(RPJPN) yaitu “Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur”.

Peran Sislognas dalam Perekonomian Nasional (Perpres No. 26 Tahun 2012)


Dalam rangka mendukung penerapan MP3EI guna mewujudkan visi
ekonomi Indonesia tahun 2025 berdasarkan RPJPN melalui peningkatan
konektivitas antar daerah dengan mempercepat pembangunan setiap koridor
perekonomian serta didukung peningkatan kualitas SDM dan penggunaan
IPTEKS, Sistem Logistik Nasional diharapkan dapat berperan serta dalam
meningkatkan daya saing nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Cetak Biru Pengembangan Sislognas bukan hanya membahas hal yang


berkaitan dengan aspek mikro, namun juga membahas aspek makro seperti
kebijakan dan regulasi, peranan dan interaksi para pemangku kepentingan.
Pendekatan yang digunakan dalam penerapan Sislognas adalah “ship promotes
the trade” dengan pertimbangan luasan wilayah Indonesia yang luas dan
keterbatasan konektivitas antar daerah di beberapa wilayah tertentu, sehingga
diharapkan dengan adanya sistem logistik nasional yang efektif dan efisien
mampu meningkatkan semangat aktivitas perekonomian nasional, baik dalam
kegiatan industri, perdagangan, maupun kegiatan perekonomian lainnya yang
tentunya dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional yang dapat
diukur melalui peningkatan investasi serta peningkatan PDB perkapita.
OUTLOOK EKONOMI INDONESIA 2017

Penyampaian Outolook Ekonomi Indonesia 2017 yang di gelar oleh


Kementerian Kordinator Perekonomian dengan tema “Melanjutkan Reformasi
Menjaga Ketahanan dan Memacu Pertumbuhan Ekonomi” membuka harapan
akan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global serta
perkembangan ekonomi Indonesia terkini. Namun, demikian ada beberapa
risiko dan kendala yang harus diwaspadai dan dihadapi dalam perekenomian
mendatang.

Beberapa risiko paling banyak dari luar Indonesia yaitu kondisi ekonomi
global yang sedang mengalami 'Secular Stagnation' dimana banyak negara maju
menerapkan kebijakan ekonomi yang sangat ekspansif namun belum mampu
menciptakan pemulihan ekonomi pada tingkat yang optimal. Salah satu
kebijakan global yaitu tingkat suku bunga yang sangat rendah, dimana
kebijakan tersebut sulit mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada level
yang diharapkan.

Harga komoditas yang rendah, perlambatan pertumbuhan ekonomi


Tiongkok yang masih akan berlanjut, serta ketidakpastian perekonomian global
akibat dinamika kebijakan moneter di negara maju dapat menghambat laju
ekonomi dalam negeri. Faktor global memang sangat menentukan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.Namun melihat kondisi global saat ini tren ekonomi global
bakal membaik. Ekonomi Amerika Serikat akan terus menguat Eropa dan
Jepang juga akan tumbuh lebih cepat dengan stimulus yang diluncurkan secara
besar-besaran.

Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan sedikit


meningkat dengan disertai harga komoditas yang tidak berubah dan sektor
keuangan yang relatif berisiko. Sementara itu, perekonomian Indonesia
diprediksiakan tetap kuat dengan posisi fiskal yang lebih baik.

Sedangkan dari dalam negeri masalah yang masih dihadapi pemerintah


yaitu angka kemiskinan yang masih tinggi dan juga perbedaan pendapatan
cukup signifikan.Terlepas dari kendala dan risiko tersebut, Indonesia mesti
optimis untuk menghadapi ekonomi mendatang. Meskipun risiko-risiko
tersebut membayangi ekonomi bangsa, konsumsi dan investasi di tanah air
mampu menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi di tahun 2017.
Untuk itu diperlukan paket kebijakan ekonomi dalam rangka memperbaiki
iklim investasi dan iklim usaha. Untuk mengatasi kendala dari dalam negeri
khususnya menurunkan angka kemiskinan, pemerintah akan memperbaiki dan
melanjutkan program-program pengentasan kemiskinan sebelumnya, seperti
program penyediaan layanan dasar publik, kepesertaan program jaminan sosial
dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta penyempurnaan mekanisme
penyaluran subsidi pangan agar lebih tepat sasaran. Untuk perbedaan
pendapatan yang signfikan, pemerintah memperbaiki distribusi pendapatan,
perluasan kesempatan kerja, pembangunan infrastruktur konektivitas, serta
peningkatan peran daerah dan atau/ desa dalam pembangunan..

Proyeksi pertumbuhan ekonomi masih sesuai dengan yang ditetapkan


dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, dimana ekonomi
masih diproyeksi di kisaran 5,1%. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi
akan lebih terlihat di semester II 2017 jika dibandingkan dengan semester I
2017. Konsumsi rumah tangga akan jadi faktor pendorong utama, selanjutnya
adalah investasi swasta dan pemerintah.

Pemerintah punya pekerjaan rumah yang besar dalam mendorong agar


inflasi dapat terjaga sehingga konsumsi dan daya beli masyarakat bisa
meningkat. Pemerintah tetap menargetkan inflasi tahun 2017 di level 4%.
Dengan demikian tahun depan ekonomi akan tumbuh di atas 5% karena
berbagai upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah, otoritas fiskal, maupun
otoritas moneter. Penyerapan belanja modal dan infrastruktur pasti akan jauh
lebih baik.
Berbagai reformasi struktural yang dirintis sejak awal tahun akan terlihat
hasilnya. Pemerintah terus membenahi berbagai persoalan satu demi satu.
Sejumlah kawasan industri dalam proses perbaikan. Selain itu Pemerintah juga
membenahi inefisiensi dan debott lenecking (menghilangkan hambatan). Iklim
investasi diperbaiki dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Sejumlah stimulus ekonomi telah diluncurkan untuk mendorong


konsumsi, mendorong industri manufaktur, serta untuk memperbaiki defisit
transaksi berjalan. Stimulus pendorong konsumsi di antaranya adalah
penghapusan PPnBM sejumlah barang mewah, kenaikan beamasuk (BM)
puluhan kelompok barang impor, kenaikan batas penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) juga penaikan loan to value (LTV) / besarnya kredit yang akan
diberikan jika dibandingkan dengan jaminannya atau penurunan uang muka
untuk kredit properti dan otomotif..

Sedangkan untuk mendorong industri, pemerintah memberikan tax


allowance bagi perusahaan yang berinvestasi dalam jumlah besar, banyak
menyerap tenaga kerja, berorientasi ekspor, dan menggunakan tingkatkan
dengan lokal tinggi, melakukan penelitian dan pengembangan (RD) di
Indonesia, serta perusahaan asing yang menginvestasikan kembali (re-investasi)
keuntungannya di dalam negeri. Pemerintah juga menaikkan PPh impor dan bea
masuk sejumlah produk yang sudah dapat dibuat di dalam negeri.

Selain itu, masih tingginya indeks kepercayaan konsumen juga


menunjukkan bahwa masyarakat mengakui adanya perbaikanin frastruktur.
Dengan demikian tingkat kesadaran untuk membayar pajak juga akan
meningkat, terbukti dari hasil program tax amnesty yang dilakukan pemerintah
menambah pendapatan Negara.

Atas dasar berbagai fakta di atas, ekonomi dapat melaju di level 6 % pada
2017 dan bukan mustahil bisa mencapai 7 % pada 2018 atau 2019. Sinyal
pemulihan Titik bottom sudah terlihat dan Ekonomi Indonesia akan segera
berlari cepat Tapi itu dengan syarat disertai kebijakan yang baik dan reformasi
struktural yang kontinu.

Secara ringkas kuncinya ada tiga untuk memacu pertumbuhan Ekonomi


di Indonesia. Pertama, dari sisi fiskal mendorong habis-habisan belanja
pemerintah. Kedua, dari sisi moneter menjaga stabilitas moneter termasuk
rupiah. Dan ketiga reformasi struktural untuk menciptakan ekonomi
berkelanjutan.

Das könnte Ihnen auch gefallen