Sie sind auf Seite 1von 23

PANDUAN

PENATALAKSANAAN PASIEN ISOLASI

EDISI 1
TAHUN 2018

RSUD KABUPATEN NUNUKAN


KALIMANTAN UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Ujang Fatimah RT.04 Desa Binusan Kecamatan Nunukan
Telepon/Fax manajemen 0556 – 2020755; UGD 0556 – 21118
Website :rsud.nunukankab.go.id / e-mail :rsu.nunukan@gmail.com
Kode Pos: 77482

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

NOMOR : C.2.021/SK-KEB/RSUD-NNK/VII/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PENATALAKSANAAN PASIEN ISOLASI
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

Menimbang : a. Bahwa untuk menjamin upaya pelaksanaan


keselamatan pasien perlu dilaksanakan kajian
Penatalaksanaan Pasien Isolasi pada program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, maka perlu adanya
pemberlakuan panduan Penatalaksanaan Pasien Isolasi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan;
c. Bahwa pemberlakuan panduan Penatalaksanaan Pasien
Isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Nunukan sebagaimana tersebut pada huruf b, perlu
ditetapkan dan diatur dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/MENKES
/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 12 tahun 2012
Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.27 tahun 2017
tentang pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
129 /MENKES/SK/II/2008 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2013 tentang
pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD
Kabupaten Nunukan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEMBERLAKUAN PANDUAN PENATALAKSANAAN


PASIEN ISOLASI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN NUNUKAN.

KESATU : Panduan Penatalaksanaan Pasien Isolasi Rumah Sakit


Umum Daerah Kabupaten Nunukan sebagaimana
terlampir dalam Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Panduan
Penatalaksanaan Pasien Isolasi di Lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan
dilaksanakan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Nunukan.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Nunukan
Pada tanggal : 21/07/2018
BAB I
DEFINISI

A. Penatalaksanaan Pasien Isolasi:


Suatu cara atau metode yang mengatur bagaimana menempatkan/ membagi area
pasien yang berdasarkan faktor risiko penularan, penyebab dari penyakit pasien
dan immunocompromized

B. Kewaspadaan Isolasi (Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Berdasarkan


Transmisi) :
Kewaspadaan khusus yang digunakan untuk melindungi petugas kesehatan,
pasien, pengunjung dan lingkungan dari penularan infeksi yang belum diketahui
atau yang sudah diketahui jenis penularan infeksi

C. Kewaspadaan Standar :
Adalah merupakan kewaspadaan dasar untuk pencegahan infeksi di area
perawatan yang dilakukan setiap saat dan untuk semua orang (pasien,
pengunjung dan staff)

D. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :


Merupakan tambahan dari kewaspadaan standar yang dilaksanakan sebelum
pasien di diagnosis (diduga) dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut :
1. Kewaspadaan Melalui udara ( Airborne Precaution ) adalah Kewaspadaan yang
diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman pathogen
yang penularannya melalui udara. Partikel lebih kecil dari droplet ( < 5 µm )
dan tinggal di udara dalam jangka waktu yang lama, sehingga udara
terkontaminasi dan menular melalui udara terkontaminasi yang di hirup misal
: TBC Paru Campak/ Measles, Mumps, dan Chicken Pox/ Cacar air.
2. Kewaspadaan Melalui Percikan (Droplet Precaution ) adalah Kewaspadaan yang
diterapkan pada pasien yang diketahui atau di duga terinfeksi kuman pathogen
yang melalui droplet saat pasien batuk, bersin atau berbicara misal : Mumps,
Rubella, Pertusis dan Influenza
3. Kewaspadaan Melalui Sentuhan / Kontak ( Contact Precaution ) adalah
Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga
terinfeksi yang risiko penularannya meningkat melalui kontak
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Tujuan
Untuk mencegah risiko paparan mikroorganisme pathogen dan menurunkan risiko
transmisi yang diterapkan di rumah sakit untuk melindungi pasien, pengunjung
dan staf dari penyakit menular serta melindungi pasien yang mengalami imunitas
rendah atau penurunan daya tahan tubuh ( immunocompromised ).

B. Penatalaksanaan Pasien Infeksi ( Isolasi )meliputi :


1. Penanganan pasien dengan penyakit menular/ suspek dan
immunocompromised termasuk jika terjadi KLB ( Outbreak )
2. Transfort pasien infeksius
3. Pemindahan pasien yang di rawat di ruang isolasi
4. Pemulangan pasien

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi :


Ada tiga elemen yang diperlukan untuk penularan organisme di fasilitas pelayanan
kesehatan yaitu:
1. Sumber infeksi :
a. Sumber utama pasien
b. Sumber kedua yang berpotensi petugas kesehatan
c. Pengunjung
d. Peralatan
e. Benda yang ada di lingkungan
2. Host yang rentan sebagai penerima :
a. Usia
b. Penyakit yang menyertai
c. Pengobatan dengan anti mikroba, kortikostiroid atau agen yang
menekan daya kekebalan
d. Perlindungan tubuh yang tidak utuh seperti tindakan operasi, anastesi,
pemasangan kateter urine

3. Cara penularan :
Mikroorganisme dapat menular dengan satu atau banyak cara yaitu :
a. Kontak , langsung atau tidak langsung
1) Orang ke orang :
- Personal contact seperti S. Aureus, Scabies
- Darah atau cairan tubuh seperti hepatitis B
- Airborne eg cold, flu, TB
- Percikan / Droplet
- Udara / Airborne
2) Insects / pests :
- Nyamuk seperti malaria, dengue
- Lalat seperti salmonellosis, shigellosis, typhoid
- Tikus seperti demam, leptospirosis, plague
3) Sumber lingkungan atau media perantara, penyakit karena
makanan dan minuman/ air, cairan IV terkontaminasi :
- Permukaan terkontaminasi seperti norovirus
- Instrumen tidak steril seperti hepatitis C, luka infeksi
- Makanan / minuman terkontaminasi seperti salmonella,
hepatitis A
D. Karakteristik bakteri ( lama bertahan ) :
1. Tergantung jenis bakteri
a. Influenza :
- Sampai dengan 1 jam di udara di ruang tertutup
- Lebih dari 8 jam pada permukaan keras
- Sampai 5 menit pada tangan
b. Hepatitis A :
- Sampai 7 jam di tangan
- Sampai 8 hari pada permukaan keras di dalam ruangan dan
beberapa hari pada buah dan sayuran
c. Difficile :
- Sel Vegetative : sampai 24 jam di permukaan
- Spora : sampai 5 bulan di permukaan
d. Norovirus : 4 hari di kran air
E. Prinsip Dasar Kewaspadaan Isolasi
1. Kebersihan tangan
2. Alat Pelindung Diri : sarung tangan, masker, pelindung pernafasan,
pelindung mata, pelindung wajah, baju pelindung
3. Etika batuk
4. Peralatan yang di gunakan pasien
5. Linen dan laundry
6. Pembersihan rutin dan terakhir
7. Penempatan pasien
8. Transportasi pasien infeksius

F. Jenis kewaspadaan Isolasi :


1. Kewaspadaan Standar
a. Hand hygiene
b. Gunakan praktek keselamatan kerja (penyuntikan yang aman)
c. Gunakan Alat Pelindung Diri
d. Respiratory hygiene dan Etika batuk
e. Manajemen peralatan / instrumen, linen, dan limbah
f. Pembersihan lingkungan
g. Lumbal punksi

2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :


a. Transmisi Melalui Kontak
- Kontak langsung meliputi kontak dengan permukaan kulit yang
terbuka dengan kulit terinfeksi atau kolonisasi. Misalnya pada saat
petugas membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu
pasien bergerak, mengganti perban, merawat oral pasien Herpes
simplex Virus (HVS) tanpa sarung tangan.
- Transmisi kontak tidak langsung adalah kontak dengan cairan
sekresi pasien terinfeksi yang di transmisikan melalui tangan
petugas yang belum dicuci atau benda mati di lingkungan pasien,
misalnya instrumen, jarum, kasa, mainan anak dan sarung tangan
yang tidak diganti.

b. Transmisi Melalui Percikan (Droplet)


Transmisi droplet terjadi ketika partikel droplet berukuran>5µm yang
dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah, bicara selama prosedur
suction, bronkoskopi, melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak <
2 m dan mengenai mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan
APD atau masker yang memadai, bila memungkinkan dengan masker 4
lapis atau yang mengandung pembunuh kuman (germ decontaminator).
Jenis percikan atau droplet ini dapat terjadi pada kasus antara lain
commond cold, respiratory syncitial virus (RSV), Adenovirus, H5N1, dan
H1N1.

c. Transmisi Melalui Udara (Airborne)


Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila
seseorang menghirup percikan partikel nuklei yang berdiameter 1 – 5
µm (<5 µm) yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba
tersebut akan terbawa aliran udara > 2 m dari sumber, dapat terhirup
oleh individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh dari sumber
mikroba. Penting mengupayakan pertukaran udara >12 x/ jam ( 12 Air
Changes per Hour/ ACH)

Pertukaran udara alamiah ( natural ventilation ) dapat di kombinasikan


dengan pertukaran udara mekanis yang menggunakan kipas angin dan
exhaust fan untuk mengatur udara di dalam satu ruangan agar
menghindari/ meminimalkan terjadinya penularan.
BAB III
KEBIJAKAN

Kebijakan Nomor : C.2.013/KEB/RSUD-NNK/VII/2018 tentang Kebijakan Program


PPI dan kesehatan kerja .
1. Sasaran penurunan risiko meliputi
a. Alat Pelindung Diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata
(pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat
pelindung lainnya.
b. Petugas/karyawan baru harus diketahui riwayat kesehatannya dan status
imunisasinya.
c. Rumah Sakit membuat program pemeriksaan kesehatan secara berkala pada
seluruh petugas/karyawan
d. Tim PPI-RS melakukan Monitoring audit ketepatan penggunaan Alat
Pelindung Diri sebagai bahan Komite PPI-RS dalam evaluasi dan rekomendasi
peningkatan efektifitsnya.
e. Penempatan pasien harus disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
pasien (kontak, droplet dan airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.

2. Bila tidak tersedia ruangan tersendiri, maka dibolehkan rawat bersama pasien
lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem kohorting, kecuali
pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya sebaiknya
dipisahkan tersendiri
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Penatalaksanaan Pasien Infeksi (Isolasi) Dengan Penyakit Menular/ Suspek


termasuk kasus KLB (Outbreak)
Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan Standar
Untuk kasus/ dugaan kasus penyakit menular melalui udara :
1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri
tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah di konfirmasi atau sedang di
diagnosis ( kohorting ). Bila di tempatkan dalam satu ruangan, jarak antar
tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus di
tempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut di aliri udara bertekanan
negatif yang di monitor ( ruangan bertekanan negatif ) dengan 6 – 12
pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau
menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi tinggi ( filter HEPA ) yang
termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit.
3. Jika tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem penyaringan udara
partikulasi efisiensi tinggi, buat tekanan negatif di dalam ruangan pasien
dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin di jendela sedemikian
rupa agar aliran udara ke luar gedung melalui jendela. Jendela harus
membuka keluar dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji untuk tekanan
negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur di bawah
pintu dan amati apakah terhisap ke dalam ruangan. Jika diperlukan kipas
angin tambahan di dalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara.
4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya
tindakan pencegahan ini.
5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai :
masker ( bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus digunakan, bila
tidak, gunakan masker bedah sebagai alternatif ), gaun, pelindung wajah atau
pelindung mata dan sarung tangan.
6. Pakai sarung tangan bersih, non – steril ketika masuk ruangan.
7. Pakai gaun yang bersih, non – steril ketika masuk ruangan jika berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam
ruangan.
8. Penatalaksanaan perawatan pasien isolasi dengan penyakit menular harus
terinformasi jelas dengan memberi tanda khusus pada pintu kamar pasien
sesuai cara penularannya.
9. Semua petugas kesehatan yang terkait harus memahami dan menerapkan
metode kewaspadaan selama menjalankan prosedur pada pasien dan
lingkungannya.
10. Semua peralatan baik medis maupun non medis yang telah digunakan diruang
isolasi harus menjalani proses dekontaminasi – disinfeksi atau sterilisasi yang
telah di rekomendasikan sebelum di gunakan kembali.
11. Melakukan pembersihan ruangan secara rutin/ harian sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapakan untuk ruang isolasi. Pembersihan menyeluruh
dilakukan saat pasien pindah atau pulang.
12. Peralatan makan pasien yang digunakan di ruang isolasi tidak ada perlakuan
khusus misal denngan pemakaian fasilitas sekali pakai. Pencucian cukup
dengan menggunakan disinfeksi khusus untuk alat makan atau secara
mekanik ( mesin cuci piring ) dengan suhu ± 800C.
13. Semua alat kebersihan yang di pakai ( pel, lap dll ) untuk ruang isolasi harus di
dekontaminasi segera sesuai prosedur yang di rekomendasikan setiap selesai
digunakan dan tidak digunakan untuk area yang non infeksius.
14. Pengunjung ruang isolasi harus mendapatkan edukasi dan penjelasan oleh
petugas kesehatan tentang kewaspadaan standar selama berkunjung.
15. Prosedur cuci tangan merupakan metode penting untuk mencegah penyebaran
infeksi, pastikan fasilitas tersedia setiap saat, aman dan nyaman saat di
gunakan.
16. Penggunaan ruang perawatan biasa menjadi ruang isolasi karena situasi tidak
normal/ memungkinkan ( ruang isolasi penuh dan kohorting tidak dapat
dilakukan ) harus di informasikan kepada dokter yang merawat demi keamanan
pasien, petugas dan pengunjung.
17. Perawatan pasien yang memerlukan kamar isolasi tidak dapat dilakukan bila
ruang isolasi penuh, maka dapat dilakukan di ruang perawatan biasa yang
digunakan sebagai ruang isolasi dengan sistem kohorting.

Skema Ruang Isolasi

GENERAL PRINCIPLES OF ISOLATION UNIT

ISOLATION
WASH/ TOILET GENERAL
A ACCESS

B AREA
ISOLATION ROOM
Negative Pressure/
(e.g. blow air out of window
with fan)
D

D C
E A

A. Disinfection station
B. Storage for general ward clothes, new PPE
C. Biohazard bag for used PPE disposal
Ket
D. : Wall
Fasilitas Isolasi
– mounted yang
alcohol hand sesuai
– wash untuk pasien dengan
dispensers penyakit
menular Air Borneonly.
E. Windows.....external yangKeepdi anjurkan
clear of public oleh WHO

Pertimbangan Pada Saat Penempatan Pasien :


- Kamar terpisah bila di mungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan,
misal : luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
- Kamar terpisah dengan pintu tertutup di waspadai transmisi melalui udara
ke kontak, misal : luka dengan infeksi kuman gram positif.
- Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan
exhaust ke area tidak ada orang lalu lalang, misal : TBC
- Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne
luas, misal : Varicella.
- Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan ( anak,
gangguan mental ).
- Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat di kohorting
- Bila pasien terinfeksi di campur dengan non infeksi maka pasien, petugas
dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.

B. Kewaspadaan Isolasi
1. Kewaspadaan Standar
Yang perlu di perhatikan adalah :
a. Hindari kontak langsung dengan :
- Darah (termasuk darah kering)
- Semua cairan tubuh dan subtansi lainya kecuali keringat
walaupun tidak terlihat darah
- Kulit yang tidak utuh
- Mukus membran seperti mata dan mulut
b. Hand hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah
penularan infeksi dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:
- Staff yang terlibat kontak langsung dengan perawatan pasien,
sterilisasi, dan laboratorium
- Tidak menggunakan kuku palsu, cat kuku, atau aksesoris kuku
lainnya
- Panjang kuku > 0,5 cm dari ujung jari
- Gelang tangan atau aksesoris tangan lainnya sebaiknya digunakan
setelah bertugas
c. Alat Pelindung Diri
Pemilihan APD berdasarkan interaksi dengan pasien dan atau model
penularannya, penempatan APD disposable atau re-usable dekat
dengan lokasi pelepasan, dan selalu lakukan kebersihan tangan setiap
pelepasan dan penggantian APD.
1) APD – Sarung Tangan
- Paparan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, mukus
membran dan kulit yang tidak utuh dan item yang
terkontaminasi
- Ganti sarung tangan jika sangat terkontaminasi
- Cuci tangan setiap melepas sarung tangan
- Sarung tangan disposible tidak bisa di re – use
2) Gaun / baju pelindung
- Ketika terpercik atau terpapar darah, cairan tubuh, sekresi dan
eksresi pada kulit dan baju kerja
- Ketika bekerja dengan lingkungan yang terkontaminasi
- Pilih gaun atau apron yang sesuai dengan tindakan / prosedur
yang dilakukan
3) Masker,/ pelindung mata (face shield)
- Ketika terpapar darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi
- Tehnik steril
- Etika batuk
- Ganti APD jika sangat terkintaminasi selama prosedur

d. Etika batuk
1) Target : pasien, keluarga, pengunjung dan staff dengan infeksi
saluran nafas yang dapat ditularkan melalui batuk, rhinorrhoe,
pilek
2) Efektif menurunkan penularan pathogen droplet melalui saluran
nafas misal influenza, adenovirus, B.pertusis, mycoplasma
pneumonia
3) Petugas dengan infeksi saluran nafas menjauhi kontak langsung
dengan pasien dan cara memakai masker dengan cara :
Memberi edukasi kepada pasien, keluarga dan pengunjung untuk:
- Menutup mulut, hidung dengan tissue saat batuk, pakai
masker
- Mencuci tangan setelah kontak dengan sekresi saluran nafas
- Beri jarak > 3 kakki bagi pasien infeksi saluran nafas di ruang
tunggu pasien (jika mungkin)
- Buang tissue ke tempat sampah infeksius dan melakukan cuci
tangan dengan sabun atau handrub
4) Peralatan/ instrumen yang digunakan pasien
- Pembersihan dan perawatan alat sesuai dengan petunjuk
pabrik
- Bersihkan peralatan setiap selesai digunakan pasien
- Gunakan sarung tangan saat membersihkan peralatan
- Lakukan dekontaminasi/ sterilisasi peralatan medik yang
digunakan kembali
5) Manajemen Linen
- Risiko tertular infeksi dari linen sangat kecil
- Tempatkan linen yang digunakan ke troly linen segera
- Tempatkan linen basah di kantonglinen yang tidak tembus atau
bocor
6) Prinsip pembersihan lingkungan
- Program pembersihan adalah salah satu hal penting dalam
strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di area
perawatan
- Lingkungan harus bersih terlihat, tercium dan terasa bersih
- Lingkungan bersih mengurangi tempat bakteri berkembang
biak
7) Penempatan pasien
- Petugas kesehatan harus menempatkan pasien berdasarkan
potensial menularnya agen infeksius
- Single room digunakan pada pasien dengan airborne dan
pasien kontan dengan droplet
- Kohort pasien dengan organisme yang sama

C. Kewaspadaan Berbasis Transmisi


1. Kewaspadaan Melalui Udara (Airborne Precaution)
Diterapkan kepada pasien yang di ketahui atau di duga terinfeksi kuman
pathogen dengan penularan melalui udara. Partikel lebih kecil dari droplet (
< 5 µm ) dan tinggal di udara dalam jangka waktu yang lama, sehingga
udara terkontaminasi dan menular melalui udara terkontaminasi yang di
hirup.
Contoh kondisi :
- TBC Paru
- Measles/ Campak
- Mumps
- Chicken Pox/ Cacar air
Penatalaksanaan
Jenis Kegiatan /Kebutuhan Penanganan
Penempatan pasien Tempatkan :
a. Diruang rawat terpisah, atau
dipertimbangkan bersama Tim
PPI
b. Tempat tidur dengan jarak ≥ 1
meter
c. Ruang bertekanan negatif atau
ruang dengan pertukaran
udara
Transportasi pasien a. Batasi gerak
b. Bila diperlukan keluar
ruangan pasien diberi respirasi
dan etika batuk
c. Pasien menggunakan masker
bedah
d. Hubungi ruangan yang akan
menerima pasien
e. Tidak perlu menggunakan
masker jika pasien sudah
menggunakan masker
f. Pasien yang ada luka/ lesi di
kulit diberi tutup
Alat Pelindung Diri : a. Sarung tangan :
Tidak diperlukan
b. Apron / gaun :
Tidak diperlukan
c. Kebersihan tangan sebelum
menggunakan APD
d. Masker bedah untuk pasien
dan respirator partikular
untuk petugas saat masuk ke
ruang pasien
e. Orang yang rentan tidak boleh
masuk ruang pasien yang
diketahui atau suspek
campak, cacar air
f. Bila masuk atau melakukan
tindakan dengan kemungkinan
timbul aerosol, maka petugas
harus mengenakan respirator
partikular
g. Masker N95 ( P2 Particulate
Respiratory ) digunakan untuk
kasus TBC dan SARS
h. Untuk kasus lain bisa
digunakan masker bedah
i. Masker dipakai oleh petugas
yang sama, dibuang setelah
kontak
Catatan :
Masker diganti setelah dipakai secara
terus menerus selama 4 jam atau jika
masker basah atau kotor
Penanganan peralatan a. Membatasi furniture dan
peralatan terpapar pasien
b. Peralatan yang digunakan
ulang dilakukan disinfeksi dan
sterilisasi sebelum digunakan
untuk pasien lain
Perawatan lingkungan pasien a. Terminal dekontaminasi
dilakukan secara
dekontaminasi permukaan
menggunakan H202 0,5 – 1,4
% dengan lama kontak 30
detik – 1 menit
b. (baktericidal, virusidal) atau
lama kontak 5 menit bila
dengan tujuan
mikrobakterisidal atau dry
mist dengan H202 5%
dikombinasi dengan Ag dengan
lama kontak 55 menit untuk
luas ruangan 0,135 m3
Linen a. Minimalkan kontak dan
mengibaskan linen pasien
b. Linen yang terkontaminasi di
masukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan
ditangani sesegera mungkin
c. Dekontaminasi sesuai
prosedur
d. Gunakan APD saat menangani
linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani limbah sesuai prosedur
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur dan five
moment segera setelah melepas APD

a) Kewaspadaan Melalui Percikan ( Droplet Precaution)


Diterapkan saat melakukan tindakan yang kontak dengan membran
mukosa atau konjungtiva pasien yang diduga menular. Partikel >5 µm,
dan memercik dalam radius ≥ 1 meter
Contoh kondisi :
 Pertusis
 Influenza
 Mumps
 Rubella
 dll
Penatalaksanaan
Jenis Kegiatan/ Kebutuhan Penanganan
Penempatan pasien Tempatkan :
a. Diruang rawat terpisah, atau
kohorting atau dipertimbangkan
bersama Tim PPI
b. Tempat tidur dengan jarak ≥ 1
meter
c. Cegah terjadinya kontaminasi
Transportasi pasien a. Batasi gerak
b. Bila diperlukan keluar ruangan
pasien diberi respirasi dan etika
batuk
c. Pasien menggunakan masker
bedah
d. Hubungi ruangan yang akan
menerima pasien
e. Petugas tidak perlu
menggunakan masker jika
pasien sudah menggunakan
masker
Alat Pelindung Diri (APD) a. Sarung tangan sesuai
kewaspadaan standar
b. Apron / gaun sesuai
kewaspadaan standar
c. Goggles/ face shield digunakan
untuk melindungi wajah bila
ada risiko percikan
d. Yang digunakan adalah masker
bedah
e. Petugas harus menggunakan
masker saat merawat pasien
dengan batuk produktif,
terutama bila melakukan
penanganan dengan jarak ± 1
meter.
f. Lakukan kebersihan tangan
sebelum menggunakan APD
g. Sarung tangan, gaun dan
masker dipakai bila bekerja
dalam radius 1 – 2 meter
terhadap pasien saat kontak
erat
Catatan :
Gaun/ apron sama seperti transmisi
kontak
Penanganan peralatan Peralatan yang digunakan ulang
dilakukan disinfeksi dan sterilisasi
sesuai prosedur sebelum digunakan
untuk pasien lain
Perawatan lingkungan pasien a. Ruang rawat pasien dengan
transmisi droplet tidak perlu
penanganan udara secara
khusus karena mikroba tidak
bergerak jauh
b. Perlu terminal dekontaminasi
area sekitar pasien atau
ruangan setelah pasien pulang
c. Dapat dipakai Na hipokrit 0,5 %
bilas dengan air atau H202 0,5
– 1,4 %
Linen a. Minimalkan kontak dan
mengibaskan linen pasien
b. Linen yang terkontaminasi,
dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan di
tangani sesegera mungkin
c. Dekontaminasi sesuai prosedur
d. Gunakan APD saat menangani
linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani limbah sesuai prosedur
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur dan five
moment segera setelah melepas APD

b) Kewaspadaan Melalui Kontak (Contact Precaution)


Diterapkan untuk menurunkan risiko penularan mikroorganisme
pathogen melalui kontak langsung maupun tidak langsung di antaranya
kontak kulit dengan kulit, kontaminasi dari peralatan pasien dan
lingkungan pasien
Contoh kondisi :
- Kolonisasi atau infeksi MRSA, EsβL ( Extended Spectrum
Betalactamase producing Organism ) VRE (Vacomycin Resisten
Staphilococus)
- Penyakit Saluran Pencernaan : Rotavirus, Hepatitis A
- Respiratory : SARS, Bronchiolitis
- Infeksi Kulit : Herpes Zoster, Scabies, HSV

Penatalaksanaan
Jenis Kegiatan /Kebutuhan Penanganan
Penempatan pasien Tempatkan :
a. Diruang rawat terpisah, atau
dipertimbangkan bersama Tim
PPI

b. Tempat tidur dengan jarak ≥ 1


meter
Transportasi pasien a. Batasi gerak
b. Hubungi ruangan yang dituju
c. Pastikan luka dikulit tertutup
dan eksudat ditangani dengan
baik
Alat Pelindung Diri (APD) a. Sarung tangan :
Saat kontak dengan pasien,
peralatan pasien dan
lingkungan pasien
b. Apron / gaun :
Saat kontak dengan pasien,
peralatan pasien dan
lingkungan pasien
c. Masker :
Digunakan jika ada risiko
percikan cairan tubuh pasien
d. Goggles/ face shield :
Digunakan jika ada risiko
percikan cairan tubuh pasien
e. Lakukan kebersihan tangan
sebelum menggunakan APD
f. Sarung tangan dan gaun bagi
petugas saat masuk keruang
pasien
g. Ganti sarung tangan setelah
kontak dengan bahan infeksius
(feses, cairan tubuh, darah)
h. Pakai gaun bersih saat masuk
ruang pasien untuk melindungi
petugas dari kontak dengan
pasien, permukaan lingkungan,
barang diruang pasien, dan
cairan tubuh pasien ( diare,
colostomy, luka terbuka)
i. Lepaskan gaun sebelum keluar
ruangan
j. Pakai apron untuk mengurangi
penetrasi cairan
Catatan :
Bila memungkinkan peralatan non
ktitikal dipakai untuk 1 pasien atau
pasien dengan infeksi mikroba yang
sama
Penanganan peralatan a. Membatasi furniture dan
peralatan terpapar pasien
b. Peralatan yang digunakan ulang
dilakukan disinfeksi dan
sterilisasi sesuai prosedur
sebelum digunakan untuk
pasien lain
Perawatan lingkungan pasien a. Perlu terminal dekontaminasi
area sekitar pasien atau
ruangan setelah pasien pulang
b. Dapat dipakai Na hipokrit 0,5 %
bilas dengan air atau dengan
H202 0,5 – 1,4 %
Linen a. Minimalkan kontak dan
mengibaskan linen pasien
b. Linen yang terkontaminasi di
masukkan ke dalam kantong
plastik berwarna kuning dan
ditangani sesegera mungkin
c. Dekontaminasi sesuai prosedur
d. Gunakan APD saat menangani
linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani limbah sesuai prosedur
Lain - lain Lakukan cuci tangan sesuai five
moment, segera setelah melepas APD

c) Langkah- Langkah Penerapan Kewaspadaan Transmisi Melalui


Udara
Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis
didalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara
bersih yang masuk dan keluar.
- Penempatan pasien TB yang belum pernah mendapatkan terapi OAT,
harus dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien TB yang telah
mendapat terapi OAT secara efektif berdasarkan analisis risiko tidak
berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien
lain.
- Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD di
cantumkan di pintu ruangan rawat pasien sesuai kewaspadaan
transmisinya.
- Ruang rawat pasien TB / MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan
bertekanan negatif. Untuk rumah sakit yang belum mampu
menyediakan ruang tersebut, harus memiliki ruang dengan ventilasi
yang memadai, minimal terjadi pertukaran udara 12 x / jam ( di
ukur dengan alat Vaneometer )
- Jenis transmisi airborne ini dapat terjadi pada kasus antara lain
tuberkulosis, measles/ campak, SARS.
b.1 SKEMA penempatan pasien

Pasien Pasien TB pasien pasien pasien

pasien pasien
Ruang tunggu pasien ditempat
TB
Dokter praktek, klinik, maupun
RS Pratama
pasien pasien

Pasien pasien
pasien pasien pasien
MDR

Ket : - Pasien terduga TB dan TB Resisten OAT diantara pasien lainnya di ruang
tunggu

- Khusus pasien terduga TB Resisten Obat segera dirujuk ke pusat rujukan


TB Resisten Obat
b.2 Alur Pasien Infeksius

JALUR PASIEN PENYAKIT INFEKSI


BERDASRKAN TRANSMISI

PENYAKIT INFEKSI BERDASARKAN TRANSMISI

TRANSMISI TRANSMISI TRANSMISI


KONTAK PERCIKAN/ UDARA/AIRBORNE
DROPLET

a. Kamar a. Kamar tersendiri ,


a. Kamar
tersendiri jika tidak
tersendiri
atau memungkinkan
atau
kohorting kohorting
kohorting
b. Alur b. Tekanan negatif
b. Jarak
pasien atau ventilasi
pasien ≥ 1
tidak perlu alamiah
meter
khusus c. Pintu kamar selalu
c. Alur pasien
c. Penangan tertutup
tidak perlu
an udara d. Alur pasien
khusus
khusus tersendiri
d. Penangana
tidak ada e. APD pasien pakai
n udara
d. APD masker bedah
tidak ada
sarung f. Petugas pakai N95
e. APD
tangan jika melakukan
masker
dan gaun tindakan
bedah
menghasilkan
aerosol

D. Transfort Pasien Infeksius


1. Dibatasi , bila perlu saja
2. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu di perhatikan :
a) Pasien di beri APD ( masker, gaun ).
b) Petugas di area tujuan harus di ingatkan akan kedatangan pasien tersebut
melaksanakan kewaspadaan yang sesuai.
c) Pasien di beri informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak
terjadi transmisi kepada orang lain.
Pasien yang didiagnosis menderita SARS atau Flu Burung:
a) Jangan izinkan mereka meninggalkan tempat isolasi kecuali untuk
pelayanan kesehatan penting
b) Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan
terpajannya staf, pasien lain atau pengunjung
c) Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, petugas kesehatan harus
menggunakan gaun pelindung dan sarung tangan. Bila pasien tidak dapat
menggunakan masker, petugas kesehatan harus menggunakan masker,
gaun pelindung dan sarung tangan

E. Pemindahan Pasien Yang Dirawat Diruang Isolasi


1. Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan isolasi hanya
untuk keperluan penting
2. Bila pasien ruang isolasi dengan kasus menular harus menjalankan
pemeriksaan atau tindakan di luar kamar perawatan, informasikan secara
jelas kepada instalasi/ ruangan lain yang dituju tentang kondisi pasien.
Lakukan hanya jika di perlukan dan beritahu tempat yang akan menerima
sesegera mungkin sebelum pasien tiba
3. Jika perlu dipindahkan dari ruangan/ area isolasi dalam rumah sakit,
pasien harus di pakaikan masker dan gaun
4. Semua petugas yang telibat dalam transportasi pasien harus menggunakan
APD yang sesuai demikian pula jika pasien perlu dipindahkan keluar
fasilitas pelayanan kesehatan
5. Semua permukaan yang kontak dengan pasien harus dibersihkan dan jika
dipindahkan menggunakan ambulans, maka sesudahnya ambulans
tersebut dibersihkan dengan disinfektan seperti alkohol 70% atau larutan
klorin 0,5%
6. Penanganan jenazah dari kamar isolasi harus di tangani sesuai prosedur
yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prinsip- prinsip kewaspadaan
standar dan hindarkan pencemaran terhadap lingkungan.
7. Bila pasien dari ruang isolasi meninggal ataupun di rujuk menggunakan
ambulance maka ambulance wajib dilakukan disinfeksi sesuai prosedur.

Keluarga Pendamping Pasien Di Rumah Sakit


 Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan
menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi
kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain
 Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang di jalankan oleh petugas
kecuali pemakaian sarung tangan

F. Pemulangan Pasien
1. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan
2. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang di curigai
terkena penyakit menular melalui udara/ airborne harus di isolasi di dalam
rumah selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu
penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa
menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut.
Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan
pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
3. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan
tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara
penularan penyakit menular yang diderita pasien.
4. Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu di lakukan setelah
pemulangan pasien.

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Audit kepatuhan penerapan Kewaspadaan berdasarkan Transmisi


B. Laporan Audit Hand Hygiene
C. Laporan Audit APD
Lampiran 1

ALUR PENATALAKSANAAN PASIEN TB PARU

PASIEN MASUK

Tersangka/ Terbukti TB Paru Tidak

ya

Kewaspadaan
Periksa Sputum 2 x (Apusan) Standar
Periksa Sputum 1 x (CTM)

1. Apusan sputum BTA positif atau belum


ada hasil
2. Batuk
3. Sedang dalam prosedur induksi batuk
4. Kavitas pada hasil foto dada
5. Lesi tuberculosis aktif/ basah

Tidak

ya

Kewaspadaan Isolasi

Das könnte Ihnen auch gefallen