Sie sind auf Seite 1von 25

Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan

Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan Kesehatan


Perempuan Bawean

Pinky Saptandari EP
pinky.wisjnubroto@gmail.com
(Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Univesrsitas Airlangga)

Abstract
This article is summary of Study about “Values and Cultural Practice related to Promotion of Women’s
Health”, with qualitative approach, which were done at Kecamatan Sangkapura and Kecamatan Tambak in
Bawean Island which were part of Kabupaten Gresik.
Health problems, including women’s health issues in Bawean, are affected by medical and non-medical
factors. Medical factors such as myths, taboos, and beliefs in societies can be explained with the concept and
theory of Medical Anthropology as well as Gender Anthropology. Various myths, taboos, and beliefs about
diet which existed in each society, with various cultural explanations, can be regarded as cultural constraint
toward nutritional adequacy which will certainly affect health condition. These myths, taboos, and beliefs
can also be explained by naturalistic medical system.
Medical factors and non-medical factors, such as economy, poverty, politic, social, culture, and environment,
are reinforcing each other. The contribution of non-medical factors is quite significant in the health
condition of Bawean women, particularly in the promotion of women’s health. Comprehension of health,
especially reproductive health of Bawean women, is painted with mixture of medical and non-medical
knowledge, where there are a variety of values, beliefs, myths and cultural practices concerning women’s
reproductive health. The relatively strong impact that these local values and cultural practices still have on
the realization of women’s reproductive health right can be seen on the myth and taboos related to
menstruation, pregnancy, or childbirth. The domination of patriarchal ideology also influences the local
values and cultural practices of Bawean people, including promotion of women’s health, particularly
reproductive health. The local knowledge system is part of the Bawean people’s culture that encompassed
values system, ethics, norms, rules, and skills from a society to deal with its challenges or life needs. Its
existence and utilization is controlled by society, including in health aspect. Bawean people followed
naturalistic medical system, which prioritized balance or harmony with nature which also influence the
belief and cultural practice concerning women’s health. On the other side, the number of maternal and infant
mortality rate is still quite high, despite some effort in improving various facility and services of local
healthcare. The progressing commitment in improving healthcare services can be seen in the improvement
of healthcare services in the Puskesmas (Community Health Center) of Sangkapura, Puskesmas Tambak, as
well as Keluarga Berencana Clinics in Bawean region.

Keywords: reproductive health right, naturalistic medical system

Abstrak
Artikel ini merupakan ringkasan Penelitian tentang “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan”, dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di kecamatan Sangkapura dan
kecamatan Tambak di pulau Bawean yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Gresik.
Permasalahan kesehatan, termasuk permasalahan kesehatan perempuan di Bawean dipengaruhi faktor
medis dan non medis. Faktor medis berupa mitos, tabu, dan kepercayaan-kepercayaan dalam masyarakat
dapat dijelaskan dengan konsep dan teori antropologi kesehatan dan konsep teori antropologi gender.
Berbagai mitos, tabu, dan kepercayaan tentang makanan yang berlaku dalam setiap masyarakat, dengan
penjelasan-penjelasan budaya yang bermacam-macam, boleh dikatakan sebagai bentuk pembatasan
budaya terhadap kecukupan gizi, yang pasti akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, juga dapat
dijelaskan dari sistem medis naturalistik.

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 36


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Bahwa faktor medis dan faktor non-medis seperti ekonomi, kemiskinan, politik, sosial, budaya dan
lingkungan saling menguatkan. Kontribusi faktor-faktor non-medis cukup besar terhadap kondisi
kesehatan perempuan Bawean, khususnya dalam pemenuhan hak kesehatan reproduksi. Pemahaman
tentang kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi pada perempuan Bawean diwarnai gabungan
antara pengetahuan medis dan non medis, di mana terdapat keberagaman dalam nilai-nilai, kepercayaan,
mitos-mitos dan praktik-praktik budaya tentang kesehatan reproduksi perempuan. Relatif masih
kuatnya, pengaruh nilai-nilai dan praktik budaya setempat terhadap pemenuhan hak kesehatan
reproduksi perempuan yang ditandai dengan mitos dan tabu terkait haid, kehamilan maupun kelahiran.
Dominasi ideologi patriarki juga mewarnai nilai-nilai dan praktik budaya masyarakat Bawean, termasuk
berpengaruh terhadap pemenuhan kesehatan perempuan, khususnya pemenuhan kesehatan reproduksi.
Sistem pengetahuan lokal yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Bawean yang
mengandung tata nilai, etika, norma, aturan dan ketrampilan dari suatu masyarakat dalam memenuhi
tantangan atau kebutuhan hidupnya. Di mana eksistensi dan pemanfaatannya dikontrol oleh masyarakat,
termasuk dalam bidang kesehatan. Masyarakat Bawean menganut sistem medis naturalistik, yang
mengutamakan keseimbangan atau harmoni dengan alam dan juga mewarnai kepercayaan dan praktik
budaya tentang kesehatan perempuan. Di sisi lain, masih terdapat tingginya AKI dan AKB, walaupun
sudah dijumpai upaya perbaikan dalam berbagai fasilitas dan layanan kesehatan setempat. Komitmen
yang mulai membaik dalam upaya perbaikan layanan kesehatan dapat dijumpai pada peningkatan
layanan kesehatan di Puskesmas Sangkapura, Puskesmas Tambak, maupun pada klinik-klinik KB di
wilayah Bawean.

Kata Kunci: hak kesehatan reproduksi, sistem medis naturalistik.

B
Pendahuluan kualitas hidup perempuan dan tentu

anyak yang tidak menyadari pada akhirnya akan berpengaruh

bahwa kerentanan terhadap kualitas sumber daya

kesehatan perempuan manusia secara keseluruhan. Faktor-

secara fisik dan psikis faktor non-medis berupa komitmen

merupakan faktor yang sangat kuat politik, kondisi perekonomian, dan

berkontribusi terhadap rendahnya tradisi budaya, berpengaruh terhadap

kualitas hidup perempuan dan kesehatan perempuan.

tentunya juga akan berpengaruh Komitmen untuk memberda-

terhadap rendahnya kualitas hidup yakan dan melindungi perempuan atas

manusia Indonesia secara keseluruhan. nama kepentingan nasional dapat

Faktor-faktor non-medis seperti dilihat dari dalam Rencana Aksi

politik, ekonomi, sosial dan budaya Nasional Pemenuhan Hak Kesehatan

memberi kontribusi cukup besar Reproduksi Perempuan (2007) dan

terhadap kesehatan perempuan yang juga dalam Undang Undang Nomor 36

pasti akan berpengaruh terhadap tahun 2009 tentang Kesehatan.

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 37


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Kebijakan yang dibuat oleh negara lingkungan. Khususnya dalam


dirasakan belum sepenuhnya kesehatan reproduksi dapat diamati
menempatkan perempuan sebagai dari semakin meningkatnya angka
subyek. Paradigma pembuat kebijakan kesakitan dikalangan perempuan yang
dan pelaksana layanan kesehatan berhubungan fungsi reproduksi.
reproduksi masih diwarnai pola pikir Gangguan kesehatan reproduksi ringan
yang bias gender, yang masih hingga berat banyak dialami kaum
menempatkan perempuan sebagai perempuan.
obyek daripada sebagai subyek. Pada setiap kebudayaan ditemu-
Masih banyak permasalahan dan kan berbagai ragam pemahaman,
kendala dalam pemenuhan hak konsep, nilai, serta praktek yang dapat
kesehatan reproduksi perempuan memberi gambaran konstruksi budaya
melalui data statistik yang me- tentang hak perempuan. Secara umum
nunjukkan kerentanan kesehatan kita mengenal konstruksi budaya
perempuan. Kerentanan kondisi tentang perempuan melalui berbagai
kesehatan perempuan dapat diamati produk budaya. Konstruksi sosial
dari tingginya angka kematian ibu budaya dalam dominasi patriarki
(AKI), yakni 248 per 100.000 kelahiran berakibat pada kerentanan kesehatan
pada tahun 2006 (SDKI, 2007). AKI perempuan, yang ditandai dengan
merupakan salah satu indikator sejumlah permasalahan tentang hak &
kesejahteraan sosial yang amat kewajiban perempuan, permasalahan
penting, karena menggambarkan terkait dengan tubuh, kesehatan
kondisi kesehatan reproduksi seksual dan reproduksi yang banyak
perempuan sekaligus menunjukkan dialami perempuan, diantaranya
kerentanan perempuan dalam suatu adalah: (i) masih mudah ditemukan
wilayah. Kerentanan kondisi kesehatan cara pandang dan perilaku bias gender
perempuan di Indonesia adalah multi- dalam keluarga dan masyarakat
faktor, disebabkan oleh faktor medis tentang status dan kedudukan
dan faktor non-medis secara bersama- perempuan; (ii) masih tingginya Angka
sama seperti faktor sosial, budaya, Kematian Ibu (AKI), antara lain karena
ekonomi, kemiskinan, politik, dan anggapan bahwa tanggung jawab

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 38


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

untuk menurunkan angka kematian KDRT, trafiking, prostitusi dengan


ibu adalah urusan perempuan; (iii) perempuan dan anak sebagai korban.
masih banyak kepercayaan dan mitos- Berbagai penelitian tentang
mitos tentang AKI yang merugikan; kesehatan reproduksi perempuan
(iv) masih minimnya kesadaran menunjukkan bahwa faktor medis dan
tentang pentingnya kualitas hidup faktor non-medis seperti ekonomi,
perempuan serta kesehatan seksual & kemiskinan, politik, sosial, budaya dan
reproduksi perempuan, baik lingkungan saling menguatkan. Bahkan
dikalangan kaum perempuan, laki-laki dalam beberapa kasus ditemukan
dan masyarakat umum; (v) belum bahwa faktor non-medis seperti
diperhatikannya pemenuhan hak kondisi kemiskinan dan belenggu adat
kesehatan reproduksi perempuan; (vi) seringkali lebih menonjol. Dengan
kegagalan Keluarga Berencana akibat demikian, sudah selayaknya apabila
dari kurangnya peran pemerintah faktor-faktor non-medis mendapat
dalam KB, kemiskinan, pendidikan perhatian yang sama pentingnya
rendah dan dominasi budaya patriarki; dengan faktor medis.
(vii) ditemukan masih kuatnya Permasalahan sosial dan budaya
dominasi budaya Patriarki yang yang berpengaruh terhadap kesehatan
dibalut dengan pemahaman maupun reproduksi perempuan perlu terus
penafsiran nilai-nilai serta praktik- menerus diuraikan, dikaji, dipetakan,
praktik beragama maupun budaya dengan harapan agar dapat
lokal; (viii) pengambilan keputusan dimanfaatkan sebagai rekomendasi
penting seperti penggunaan bagi kebijakan dan program
kontrasepsi KB, pemeriksaan pembangunan bidang kesehatan
kesehatan, menentukan usia maupun bidang pembangunan
perkawinan anak perempuan, dan lain- pemberdayaan perempuan dan
lain, ada ditangan suami dan mertua; pembangunan manusia. Nilai-nilai
(ix) adanya korelasi yang kuat antara budaya yang mendukung upaya
kemiskinan dan bias gender yang percepatan peningkatan kualitas
menyebabkan meningkatnya kasus kesehatan reproduksi perempuan
patut didukung bersama, sedangkan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 39


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

nilai-nilai bias gender, kontra produktif Budaya apa sajakah sajakah yang
dan cenderung menghambat harus terkait dengan pemenuhan kesehatan
diubah secara bersama-sama. dan kesehatan reproduksi perem-
Data tentang kesehatan di puan?; Sejauhmana kebijakan dan
Kabupaten Gresik, khususnya dua layanan kesehatan setempat berpenga-
kecamatan yang berada di pulau ruh terhadap pemenuhan hak
Bawean menunjukkan kondisi yang kesehatan reproduksi perempuan?
beragam dan dipengaruhi oleh
kebudayaan setempat. Antara lain juga Sistem Medis Naturalistik dalam
Perspektif Antropologi Kesehatan
ditandai dengan masih relatif tingginya
angka kematian ibu (AKI ) dan angka
Beberapa ahli menyebutkan
kematian bayi (AKB). Untuk itulah,
bahwa mitos, tabu, dan kepercayaan-
penelitian yang bertujuan untuk
kepercayaan makanan yang berlaku
memetakan permasalahan kesehatan
dalam setiap masyarakat, dengan
reproduksi perempuan dalam
penjelasan-penjelasan budaya yang
konstruksi budaya setempat ini
bermacam-macam, boleh dikatakan
dilaksanakan di Kecamatan Tambak
sebagai bentuk pembatasan budaya
dan Kecamatan Sangkapura,
terhadap kecukupan gizi, yang pasti
Kabupaten Gresik .
akan berpengaruh terhadap kondisi
Permasalahan yang diangkat
kesehatan (Kalangie, 1985). Dalam
dalam penelitian ini adalah
Sistem Medis dapat dibedakan menjadi
“Bagaimana nilai-nilai dan praktek
dua kategori besar, yakni: (1) Sistem-
budaya maupun layanan kesehatan
sistem Medis Personalistik, dan (2)
setempat berpengaruh terhadap
Sistem-sistem Medis Naturalistik.
pemenuhan hak kesehatan reproduksi
Menurut Foster dan Anderson (1986),
perempuan?”. Pertanyaan Penelitian,
antropologi kesehatan dapat
sebagai berikut: Bagaimana
didefinisikan sebagai aktivitas formal
pemahaman perempuan Bawean
antropologi yang berhubungan dengan
tentang kesehatan dan kesehatan
kesehatan dan penyakit. Masih
reproduksi?; Filosofi, Nilai-nilai dan
menurut Foster dan Anderson (1986),
Kepercayaan serta Praktek-Praktek

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 40


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

salah satu studi antropologi kesehatan ekonomi, lingkungan. Sedangkan


yang penting adalah “etnomedisin”, relativisme budaya membantu
yaitu studi mengenai kepercayaan dan pemahaman bahwa setiap nilai dan
praktek-praktek yang berkenaan praktek budaya memiliki keragaman
dengan penyakit, yang merupakan hal dan bersifat relatif satu dan lain
perkembangan kebudayaan asli dan terkait etnosentrisme. Keunikan dan
yang eksplisit dan tidak berasal dari kekhasan setiap nilai, praktek dan
kerangka konseptual kedokteran produk budaya terkait rempah dan spa
modern. tradisional tidak dapat dilepaskan dari
Sistem Medis Naturalistik, relativisme dan etnosentrisme budaya.
penyakit (illness) dijelaskan dengan Persoalan mengenai apa yang diterima
istilah-istilah sistemik yang bukan dan apa yang ditolak sepenuhnya
pribadi. Sistem-sistem naturalistik berada dalam kontrol budaya. Kontrol
mengakui adanya suatu model kebudayaan seringkali memodifikasi,
keseimbangan, sehat terjadi karena menghambat dan mengubah melalui
unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, berbagai cara manusia memanfaatkan
seperti panas, dingin, cairan tubuh tumbuh-tumbuhan sebagai makanan
(humor atau dosha), yin dan yang, dan atau sebagai obat merupakan
berada dalam keadaan seimbang proses pewarisan budaya yang terkait
menurut usia, dan kondisi individu dengan pandangan masyarakat
dalam lingkungan alamiah dan terhadap alam atau lingkungan sekitar
lingkungan sosialnya. Apabila serta kualitas hidup.
keseimbangan ini terganggu, maka Sistem pengetahuan lokal
hasilnya adalah timbulnya penyakit. (Indigenous Knowledge) yang
(Foster& Anderson, 1986). merupakan bagian dari kebudayaan
Perspektif antropologi menggu- masyarakat mengandung tata nilai,
nakan pendekatan holistik dan etika, norma, aturan dan ketrampilan
relativisme. Pendekatan holistik dari suatu masyarakat dalam
membantu pemahaman tentang memenuhi tantangan atau kebutuhan
pentingnya kerangka holistik yang hidupnya. Eksistensi dan
meliputi aspek spiritual, sosial budaya, pemanfaatannya dikontrol oleh

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 41


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

masyarakat (local decision making) yang berhubungan dengan haid, hamil,


seperti dalam bidang pertanian, melahirkan. Dalam buku tersebut
kesehatan, pendidikan, pengelolaan diuraikan tentang pendekatan
sumberdaya alam dan berbagai political-economy dalam kesehatan,
aktivitas lainnya. Suatu sistem untuk menjelaskan bagaimana kontrol
pengetahuan yang secara terus biomedisin dan pengembangan
menerus diperbaiki dan diperkaya industri sedemikian rupa telah
hingga menjadi sistem pengetahuan mengarahkan pada medikalisasi
yang mantap, adaptif dan sangat efektif kehidupan sebagaimana yang dialami
sebagai dasar untuk pengambilan perempuan ketika berurusan dengan
keputusan dalam menghadapi Keluarga Berencana (KB), kehamilan
masalah-masalah dan tantangan- dan kelahiran.
tantangan yang biasa dan luar biasa
(Warren dan Cashman, 1989 dalam Pemenuhan Hak Kesehatan
Reproduksi
Hijjang, 2010). Pawennari Hijjang
menyampaikan pembahasan tentang Selain dianalisis dari antropologi
“Sistem Pengetahuan Lokal dalam kesehatan, juga dikaitkan dengan
Pengelolaan Sumberdaya Alam”, konsep pemberdayaan perempuan.
sebagai bahan pidato pada upacara Inti pemberdayaan perempuan
penerimaan jabatan guru besar dalam sebenarnya adalah pemenuhan hak-
bidang Ilmu Antropologi Ekologi hak seksual dan reproduksi. Dalam
Universitas Hasanuddin pada Fakultas pemberdayaan melalui pendidikan
Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas bagi perempuan juga harus bermuatan
Hasanuddin, tanggal 28 Desember tentang pentingnya hak-hak seksual
2010. dan reproduksi perempuan untuk
Winkleman (2009:295-298) dapat meningkatkan kekuasaan atau
menyampaikan tentang kecende- posisi tawar. Ini artinya, bahwa
rungan dunia medis dengan dibutuhkan pendidikan yang dapat
biomedisin telah mengarah kepada membebaskan perempuan dari
medikalisasi kehidupan, termasuk belenggu ketertindasan (Saptandari,
pada siklus kehidupan perempuan 2005).

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 42


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Nilai-nilai budaya yang reproduksi (success), dan (3)


mendukung upaya percepatan keamanan reproduksi (safety).
peningkatan kualitas kesehatan Perspektif gender dalam kesehatan
reproduksi perempuan patut didukung reproduksi, antara lain adalah: Hak
bersama, sedangkan nilai-nilai yang memilih kapan dan berapa anak yang
bias gender, kontra produktif serta ingin dipunyai tanpa sanksi dan
cenderung menghambat harus diubah ancaman; Hak mendapat cara
secara bersama-sama. Penting dan pengendalian kelahiran yang sehat dan
mendesak diadakan perubahan cara aman; Hak mendapat pengetahuan
pandang dan perilaku yang bias gender yang utuh dan lengkap tentang
dalam keluarga, masyarakat, dan kesehatan reproduksi; Hak untuk
didalam kebijakan pembangunan, menguasai seksualitas mereka tanpa
termasuk pembangunan bidang diperalat oleh orang/politik/Negara;
kesehatan. Suatu perubahan yang Hak untuk mendapat proteksi dari
membutuhkan kajian yang dapat praktek-praktek kekerasan; dan Hak
membongkar akar permasalahan untuk mendapat proteksi dari PMS
kerentanan kesehatan perempuan. dan HIV/AIDS.
Bagaimana kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi dalam hal
perempuan didefinisikan dalam ini yang dimaksudkan adalah suatu
perspektif keadilan gender? Kesehatan keadaan yang memungkinkan proses
reproduksi adalah suatu keadaan yang reproduksi dapat dicapai secara sehat
memungkinkan proses reproduksi fisik, mental dan sosial. Bukan hanya
dapat dicapai secara sehat fisik, mental tidak terjadinya penyakit atau
dan sosial. Bukan hanya tidak kelainan, tetapi menyangkut juga
terjadinya penyakit atau kelainan, kemampuan perempuan untuk
tetapi menyangkut juga kemampuan mengatur atau mengendalikan
perempuan untuk mengatur atau kesuburannya.
mengendalikan kesuburannya. Hak-hak reproduksi yang
Kesehatan reproduksi mencakup dimaksud antara lain adalah hak untuk
tiga hal, yakni: (1) kemampuan mendapat pelayanan dan perlindungan
reproduksi (ability), (2) keberhasilan kesehatan, termasuk hak atas

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 43


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

informasi, keterjangkauan, pilihan, metafora medis atas tubuh perempuan:


keamanan, kenyamanan, dan dari menstruasi hingga menopause,
kesinambungan pelayanan kesehatan. juga dalam bab 4 tentang metafora
Dinyatakan bahwa penting hak untuk medis terhadap tubuh perempuan:
memutuskan dalam reproduksi dan kelahiran. Metafora medis atas tubuh
hak-hak untuk hidup, yaitu setiap perempuan dihubungkan dengan
perempuan mempunyai hak untuk kondisi haid hingga proses kelahiran
dibebaskan dari resiko kematian menunjukkan bahwa selama usia
karena kehamilan (Rencana Aksi produktifnya, kaum perempuan harus
Nasional Pemenuhan Kesehatan berurusan dan menyerahkan segala
Reproduksi Perempuan, tahun 2007). urusan berkaitan dengan tubuh dan
Sebagaimana konstruksi medis kesehatannya kepada layanan medis.
pada perempuan sebagai pasien yang Martin mengajak untuk memahami
ditemukan oleh Bryan S. Turner kondisi tubuh fisik perempuan dari sisi
(1987:108-109) dalam bukunya yang ilmu pengetahuan kedokteran, dari sisi
berjudul Medical Power and Social budaya dan sekaligus dari sisi
Knowledge. Turner juga menjelaskan pandangan dan pengalaman
tentang adanya konstruksi sosial perempuan. Dikatakan Martin, bahwa
budaya terhadap tubuh dan seksualitas perempuan, karena ketakutan,
perempuan yang dipenuhi berbagai ketidaktahuan, juga karena konstruksi
mitos dan tabu, misalnya tabu tentang sosial budaya yang mengkondisikan,
darah haid, Juga adanya konstruksi telah menyerahkan kontrol atas
medis terhadap perempuan sebagai tubuhnya kepada profesional medis.
pasien, yang ditandai antara lain Penelitian ini menggunakan
dengan tingkat kepatuhan dan pendekatan dan metode kualitatif,
seringnya perempuan berkunjung ke selain itu, juga digunakan metode
tempat praktik layanan kesehatan. etnografi feminis yang merupakan
Tentang tubuh dan kesehatan penelitian metode jamak, meliputi
reproduksi perempuan dalam buku observasi, partisipasi, analisis arsip,
Emily Martin (1989:27-77) dijelaskan dan wawancara. Melalui penerapan
secara detail dalam bab 3 tentang metode tersebut diharapkan akan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 44


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

diperoleh data dan analisis yang tajam, layanan kesehatan formal yang
serta dapat memberikan gambaran paripurna, dengan jumlah dokter dan
yang utuh dan jernih tentang bidan desa relatif terbatas
permasalahan kesehatan maupun dibandingkan dengan jumlah
kesehatan reproduksi perempuan. penduduk; (iii) Tingginya jumlah
Kajian tentang kesehatan penduduk menjadi TKI yang bekerja di
reproduksi perempuan dari perspektif luar negeri.
antropologi kesehatan dan gender, Pengumpulan data dilakukan
dengan menerapkan metode penelitian melalui wawancara mendalam dan
perspektif feminis penting untuk FGD, didukung dengan data sekunder
memperoleh data yang akurat, yang dianggap relevan dari data
komprehensif dan tidak mengandung statistik Kabupaten, Kecamatan dan
bias gender. Data yang diperoleh dapat Desa. Selain wawancara mendalam
digunakan memberi rekomendasi digunakan juga pengumpulan data
kebijakan serta intervensi yang melalui metode FGD, yaitu diskusi
dianggap tepat sesuai dengan akar kelompok terfokus dilaksanakan untuk
permasalahan, dan juga menentukan memperoleh data lebih lengkap dari
strategi melalui pendekatan budaya peserta, di mana peserta diskusi
dalam memperbaiki kondisi kesehatan mendapat ruang untuk menyampaikan
reproduksi perempuan. apa yang dipahami, apa yang
Lokasi penelitian di Kecamatan diharapkan, serta berbagai
Sangkapura dan Kecamatan Tambak, permasalahan terkait kesehatan
Bawean, Kabupaten Gresik, dengan reproduksi yang mereka ketahui dan
pertimbangan sebagai berikut: alami. Peserta terdiri dari perempuan
(i)Terdapat permasalahan sosial usia produktif, tokoh setempat dan
budaya kesehatan reproduksi petugas kesehatan desa. Peserta FGD
perempuan. Di mana ada nilai, diajak untuk mengidentifikasi dan
kepercayaan, mitos, serta praktek memetakan permasalahan budaya
budaya yang berpengaruh terhadap terkait kesehatan reproduksi dan
kesehatan reproduksi perempuan; (ii) menggali peluang dalam membuat
Rendahnya akses untuk mendapat

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 45


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

perubahan agar hak kesehatan penduduk perempuan. Hal ini dapat


reproduksi perempuan dapat dipenuhi. dilihat dari angka rasio jenis kelamin
Selain melalui wawancara pada tahun 2013 Kabupaten Gresik
mendalam dan FGD, juga dilakukan mempunyai angka rasio jenis kelamin
pengumpulan data sekunder. Data sebesar 102. Ini berarti dari 100 jiwa
sekunder diperoleh dari statistik penduduk perempuan terdapat 102
tingkat Nasional, Propinsi, dan jiwa penduduk laki-laki.
Kabupaten, serta data-data yang Kecamatan Sangkapura dan
diperoleh dari kantor Kecamatan dan Kecamatan Tambak berada di pulau
Kelurahan setempat. Data-data Bawean, di mana penelitian ini
sekunder tentang kondisi geografis dan dilaksanakan jumlah penduduknya
kependudukan, data tentang kesehatan, berdasarkan data tahun 2015
pendidikan, kematian, perkawinan, berjumlah 106.643. Dengan rincian
perceraian, dan data lain yang relevan. untuk Kecamatan Sangkapura
Data statistik tersebut dianalisis dalam sebanyak 69.651 jiwa . Jumlah ini
kaitan dengen pemenuhan kesehatan menurun dari jumlah penduduk
perempuan secara umum maupun sebelumnya yang mencapai 73.690
pemenuhan kesehatan reproduksi. jiwa. Berbeda dengan Kecamatan
Data Statistik menunjukkan Tambak yang mengalami kenaikan
jumlah penduduk Kabupaten Gresik jumlah penduduk dari tahun lalu
pada Tahun 2013 sebesar 1.324.777 sebanyak 36.689 jiwa menjadi 36.992
jiwa, yang terdiri dari 667.568 jiwa jiwa pada tahun 2015.
penduduk laki-laki dan 657.209 jiwa Jumlah penduduk di Kecamatan
penduduk perempuan. Jumlah Sangkapura lebih banyak
penduduk tersebut berada pada dibandingkan dengan jumlah
364.104 keluarga. Dengan luas wilayah penduduk di Kecamatan Tambak.
1.191,25 km2 Kabupaten Gresik Jumlah penduduk di Kecamatan
mempunyai kepadatan penduduk Sangkapura adalah 38.586 penduduk
sebesar 1.112 jiwa/km2. Secara total laki-laki dan 38.154 pnduduk
pada Tahun 2013 penduduk laki-laki perempuan. Di Kecamatan Tambak,
jumlahnya lebih banyak dibandingkan 21.416 penduduk laki-laki dan 20.685

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 46


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

penduduk perempuan. Sebagaimana di Kondisi Kesehatan Ibu dan Anak di


Kabupaten Gresik & Bawean
tingkat nasional. Rasio perbandingan
penduduk laki-laki di Bawean juga Kondisi kesehatan ibu dan anak
relatif lebih banyak daripada di Kabupaten Gresik dapat diamati dari
penduduk perempuan. tabel di bawah ini.

Tabel 1
Data Kesehatan Ibu dan Anak - Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik
NO. INDIKATOR TH. 2012 TH.2013 TH. 2014

1. Angka Kematian Ibu (AKI) 75,96/100.000 KH 112,16 /100.000 93,52/100.000 KH


KH

2. Jumlah Kematian Ibu 15 kasus 22 kasus 21 kasus

3. Angka Kematian Bayi 28,31/1000 KH 27,5/ 1000 KH 26,66/1000 KH

4. Jumlah Kematian Bayi 140 kasus 91 kasus 89 kasus

5. Jumlah Bidan 287 orang 267 orang 262 orang

7. Bayi Gizi Buruk 261 kasus 214 kasus 275 kasus

6. Ibu Hamil Kurang Energi 1021 kasus 1159 kasus 1176 kasus
Kronis (KEK)

7. Persalinan ditolong oleh 17.884 kasus 17.729 kasus


tenaga kesehatan

Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka 2014

AKB dihitung per 1.000 kelahiran AKB mencapai 26,6 per 1.000
dan AKI per 100.000 kelahiran. Pada kelahiran. Sedangkan untuk AKI pada
tahun 2012 AKB mencapai 28,31 per tahun 2012 mencapai angka 75,96 per
1.000 kelahiran, menurun pada tahun 100.000 kelahiran dan meningkat pada
2013 27,5 per 1.000 kelahiran, dan tahun 2013 mencapai 112,16 per
menurun kembali pada tahun 2014 100.000 kelahiran namun kembali

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 47


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

turun pada tahun 2014 yang mencapai Fasilitas kesehatan yang ada di
angka 73,690 per 100.000 kelahiran. Bawean sudah cukup memadai.
Relatif masih tingginya AKB dan Walaupun belum ada Rumah Sakit,
AKI diantaranya dipicu masih ada Puskesmas yang ada sudah cukup
sebagian masyarakat yang bergantung besar dengan fasilitas yang lengkap
dan percaya pada Dukun untuk setara dengan Rumah Sakit tipe C.
membantu proses persalinan. Selain Sayang, belum ada dokter spesialis
faktor kepercayaan, jumlah Bidan juga sehingga belum bisa memberi layanan
sangat terbatas antar desa. Di sisi lain, sebagai Rumah Sakit. Saat ini fasilitas
layanan Dukun masih diwarnai praktik kesehatan yang ada berupa dua
budaya yang acapkali memicu infeksi Puskesmas yang berlokasi di
bayi. Sebagai contoh, perawatan tali Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan
pusar bayi pasca kelahiran yang diisi Tambak. Terdapat 6 Klinik KB di
ramuan rempah-rempah atau diberi Kecamatan Sangkapura dan 4 Klinik
sabut kelapa yang dapat memicu KB di Kecamatan Tamnbak. Jumlah
infeksi pada bayi. Posyandu cukup banyak. Di Kecamatan
Berbagai cara pun ditempuh Sangkapura ada 55 Posyandu
Dinas Kesehatan untuk menekan AKB Paripurna dan 9 Posyandu Non
dan AKI. Untuk menekan AKB dan AKI, Paripurna, sedangkan di Kecamatan
Dukun tidak boleh lagi menolong Tambak ada 32 Posyandu Paripurna
persalinan. Kuncinya sejak hamil, ibu dan 8 Posyandu Non Paripurna.
diminta rutin memeriksakan Apabila ada kasus kesehatan yang
kehamilannya pada Bidan atau dokter, gawat atau ada kehamilan yang
sedangkan Dukun bayi diperankan beresiko, biasanya akan dirujuk ke
untuk perawatan ibu dan bayi pasca Rumah Sakit di kota Gresik.
persalinan. Pelayanan Imunisasi di Jumlah persalinan yang di
Puskesmas-Puskesmas Kabupaten kecamatan Sangkapura dan kecamatan
Gresik secara umum telah melampaui Tambak yang ditolong oleh tenaga
target yang ditetapkan, walaupun di kesehatan pada tahun 2016 (Januari-
beberapa puskesmas masih dibawah Juni) sebanyak 1336 kasus. Dengan
100 persen. jumlah kasus kematian ibu sebanyak 7

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 48


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

kasus dan kasus kematian bayi dengan kondisi riil tentang sulitnya
sebanyak 21 kasus. Selain itu, di transportasi Bawean menuju ke
kecamatan Sangkapura dan kecamatan Gresik, yang hanya bisa ditempuh
Tambak terdapat 8 kasus balita gizi melalui laut dan juga udara. Tidak
buruk yang ditemukan di sepanjang sedikit pasien yang dirujuk ke rumah
bulan Januari hingga Juni tahun 2016. sakit di Gresik mengalami pendarahan,
Penyumbang angka AKI dan AKB kelahiran, kematian bayi, dan kematian
banyak tersebar di daerah pedesaan ibu di atas kapal. Tidak sedikit pula
dan kepulauan. Bawean merupakan pasien ibu melahirkan yang berhasil
salah satu kepulauan yang juga dirujuk ke rumah sakit di Gresik tapi
memberikan kontribusi. Sampai saat tetap dalam cengkeraman AKI dan
ini tingkat kematian bayi dan anak di AKB.
Bawean cukup tinggi. Pada 20 angka
kelahiran terdapat 3 angka kematian Temuan Data
bayi (BPS Gresik). Kondisi ini Melalui hasil wawancara dan data
disebabkan oleh lemahnya akses FGD diperoleh temuan-temuan data
masyarakat terhadap puskesmas dan sebagai berikut:
klinik-klinik kesehatan. Hal ini 1) Pengalaman Haid: pada umumnya
dikarenakan, Pertama; jumlah pengalaman haid pertamakali
puskesmas dan klinik yang relatif diwarnai ketidaktahuan, ketakutan
sedikit dan belum menjangkau seluruh karena tidak adanya penjelasan
wilayah di Bawean. Kedua; kondisi tentang apa itu haid dan hal-hal
ekonomi keluarga yang lemah sehingga yang perlu diketahui tentang
masyarakat cenderung melakukan permasalahan haid. Perihal haid
proses melahirkan dengan bantuan lebih banyak dibalut oleh mitos,
dukun beranak yang mempunyai kepercayaan dan tabu. Pada
resiko ringgi terhadap AKI dan AKB. umumnya tradisi budaya tentang
Ketiga; minimnya ketersediaan tenaga haid masih banyak dianut
medis yang terlatih. masyarakat. Mereka masih
Prasarana medis yang belum melakukan selametan saat haid
merata semakin mendapat dukungan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 49


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

pertamakali, serta masih ada Tingkat perkiraan Balian lebih


berbagai praktik budaya yang akurat. Belian juga dianggap lebih
intinya merupakan bentuk-bentuk mudah dicari serta sigap untuk
pembatasan budaya. Nyaris tidak membantu setiap waktu.
ada informasi atau pendidikan yang Berdasarkan hitungan ekonomi,
menjelaskan tentang kesehatan melahirkan pada Balian dianggap
reproduksi ataupun tentang haid. lebih murah daripada melahirkan
2) Proses Kehamilan & Proses pada Bidan atau di Puskesmas.
Persalinan: faktor medis dan non Faktor lain adalah jumlah dan
medis secara bersamaan distribusi Bidan yang tidak merata.
mempengaruhi kepercayaan, sikap, Di daerah Tambak pegunungan
dan perilaku masyarakat Bawean masih lebih percaya kepada Balian,
terkait dengan kehamilan. Mereka atau dukun bayi daripada kepada
cenderung lebih percaya dan minta Bidan. Jumlah Bidan memang sangat
pertolongan dukun bayi untuk terbatas. Selain itu, masyarakat juga
pemeriksaan kehamilan, kelahiran lebih menyukai ditangani Balian
dan proses perawatan pasca karena berbagai alasan, terutama
kelahiran. Di sisi lain, mereka juga alasan kemudahan dan kelonggaran
didorong serta mulai memiliki dari sisi waktu. Namun, dengan
kesadaran untuk memeriksakan seiring perjalanan waktu,
kandungan pada Bidan maupun ke masyarakat mulai memeriksakan
Puskesmas. Keterbatasan jumlah kehamilan dan menjalani proses
bidan juga merupakan faktor yang persalinan dengan bantuan Bidan.
menyebabkan dukun bayi masih Peran Balian tetap ada dan
dibutuhkan. Pada umumnya dirasakan penting, terutama pasca
pilihan bersalin antara ke persalinan, merawat ibu dan bayi
Dukun/Balian, ke Bidan atau ke dengan pemijatan maupun
Puskesmas. Pegeseran peran Balian, pembuatan jamu atau ramuan
kerjasama sebagai mitra Bidan. tradisional.
Kendala lapangan: usia bidan yang 3) Tradisi Budaya & Pengetahuan
masih muda, dianggap tidak ahli. Lokal: Tradisi budaya dan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 50


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

pengetahuan lokal secara umum Balian. Balian menjadi orang yang


maupun tradisi budaya dan dianggap pintar membuat jamu.
pengetahuan lokal terkait proses Jamu atau ramuan tradisional tidak
kehamilan, kelahiran & pasca dijual secara umum, tetapi dibuat
kelahiran. Banyak ditemukan dan dijual secara khusus kepada
pengetahuan lokal yang pelanggan. Balian juga melakukan
mempengaruhi siklus atau daur pemijatan, baik untuk ibu maupun
hidup masyarakat Bawean, secara bagi bayinya.
umum maupun yang terkait dengan 5) Kesehatan Resproduksi dan
kesehatan. Misalnya, adanya Keluarga Berencana: Pemahaman
kebiasaan melepas sepatu sandal dan kesadaran tentang kesehatan
ketika masuk rumah, bahkan masuk reproduksi relatif baik. Keluarga
Puskesmas. Terdapat ritus dan Berencana juga tidak ada hambatan.
tradisi budaya yang masih Bagi yang suami bekerja di luar
dipertahankan terkait kehamilan, negeri, menjalani dan menggunakan
proses kelahiran dan pasca alat kontrasepsi KB tidak dianggap
kelahiran. Terdapat tradisi hal yang penting. Ada istilah Jamal,
Selametan & pengajian dilakukan alias janda Malaysia, yang berlaku
saat kandungan berusi 4 bulan dan bagi para isteri yang suaminya
7 bulan, juga sebulan setelah bayi bekerja di Malaysia. Suatu
lahir (selapan) dan tujuh bulanan. penyebutan “olok-olok”, yang
Adanya tradisi Ari-ari bayi dilarung menunjukkan bias gender dalam
di laut, ada juga yang dikubur. Ari- budaya setempat yang berada dalam
ari bayi dilarung terkait tradisi dominasi ideologi patriarki.
merantau. 6) Hambatan Geografis & Kondisi
4) Penggunaan Jamu & Ramuan Lingkungan: kondisi geografis
Tradisional: penggunaan jamu atau pulau Bawean sangat beragam. Ada
ramuan tradisional bagi ibu hamil daerah pantai yang mudah
maupun setelah melahirkan dijangkau dengan kendaraan roda
biasanya yang membuatkan adalah empat dan roda dua, juga ada
dukun yang disebut dengan istilah daerah pegunungan yang akses jalan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 51


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

berliku-liku dan naik turun. Di Tambak. Pada layanan Puskesmas


daerah Kecamatan Tambak yang hanya ada dokter umum, bidan dan
didaerah pegunungan, selain faktor perawat. Belum ada dokter
jauh dari pusat layanan kesehatan, spesialis, sehingga bila ada
juga masih ada desa yang memiliki kehamilan beresiko maka harus
tingkat kesulitan yang tinggi terkait dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di
faktor penerangan ketika harus Gresik. Untuk bisa menuju ke
melahirkan pada malam hari. Rumah Sakit di Gresik, pasien harus
Setelah pukul 22.00 WIB listrik menempuh perjalanan lewat laut,
sudah padam. Seringkali proses dengan kapal cepat sekitar 3,5 jam
kelahiran harus dibantu alat dengan Kapal Fery sekitar 9 jam.
penerangan berupa senter yang Pada umumnya pasien menolak bila
menggunakan tenaga baterai. dirujuk ke Rumah Sakit di Gresik,
Hambatan geografis juga menjadi karena alasan ekonomi terkait biaya
kendala untuk mencapai layanan yang harus dikeluarkan untuk
kesehatan yang lebih lengkap di transportasi maupun akomodasi
kota Gresik, yang harus ditempuh selama berada di Gresik. Alasan
melalui laut dengan berbagai kapal psiko sosial juga menjadi faktor
laut yang mengghubungkan Bawean penyebab keengganan menjalani
dengan Gresik dan juga mulai perawatan di di RS Gresik. Antara
dikembangkan transportasi melalui lain, kekhawatiran atau ketakutan
udara, dari Bawean ke Bandara akan pemeriksaan di Rumah Sakit
Juanda . dengan berbagai peralatan canggih
7) Rujukan Bila Kehamilan yang asing bagi mereka, maupun
Beresiko: Bawean adalah pulau karena mendapat perawatan oleh
yang memiliki dua Kecamatan, yakni orang yang belum dikenal. Pihak
Kecamatan Sangkapura dan Puskesmas dan Bidan menganggap
Kecamatan Tambak. Fasilitas bahwa pasien dengan kehamilan
kesehatan yang ada adalah dengan resiko yang menolak dirujuk
Puskesmas, yakni Puskesmas ke Rumah Sakit adalah pasien yang
Sangkapura dan Puskesmas merepotkan yang harus dibujuk

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 52


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

berulang-ulang agar mau ke dirujuk masih dijumpai angka kematian ibu


ke Rumah Sakit di Gresik. (AKI) dan angka kematian bayi
8) Pemenuhan Hak Kesehatan (AKB) yang relatif tinggi.
Reproduksi: Pemahaman 9) Perkawinan Usia Anak: jumlah
masyarakat tentang kesehatan perkawinan anak tidak banyak.
reproduksi relatif masih rendah, Kalaupun ada kasus perkawunan
walaupun sudah sering dilakukan anak disebabkan faktor tekanan
kegiatan penyuluhan yang ekonomi dan juga pergaulan bebas.
biasanyanya dikaitkan dengan KB. Seiring perjalanan waktu, sudah
Berbagai kepercayaan dan mitos- semakin jarang terjadi perkawinan
mitos tentang haid, kehamilan, dan usia anak. Semakin meningkatnya
kelahiran semakin membuat fasilitas pendidikan, serta
pemenuhan hak kesehatan meningkatnya tingkat pendidikan
reproduksi perempuan kurang yang ditempuh perempuan Bawean,
mendapat perhatian. Pengambilan menjadi faktor yang berkontribusi
keputusan penting seperti pada penundaan usia kawin.
penggunaan kontrasepsi KB, Sebagaimana dapat dilihat pada
pemeriksaan kesehatan, data peserta FGD yang rata-rata
menentukan usia perkawinan anak menikah pada usia 20 tahun.
perempuan, dilakukan bersama
dengan suami dan keluarga. Analisis Data
Termasuk dalam menentukan kapan
Melalui data statistik, data hasil
hamil, memilih kontrasepsi KB,
wawancara dan data Diskusi FGD,
memilih layanan persalinan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
menentukan perawatan bayi. Secara
umum kondisi kesehatan dan
relatif sudah terpenuhi hak
kesehatan reproduksi perempuan
kesehatan reproduksi perempuan
Bawean dari Kecamatan Sangkapura
Bawean yang meliputi kemampuan
dan Kecamatan Tambak relatif baik.
reproduksi, keberhasilan
Sarana prasana kesehatan cukup
reproduksi dan keamanan
memadai, fasilitas layanan kesehatan
reproduksi. Namun, disisi lain juga

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 53


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

mulai dari posyandu, kinik KB dan kontrasepsi KB, memilih layanan


Puskesmas termasuk kategori baik. persalinan, bagaimana merawat bayi,
Kesadaran masyarakat akan ditemtukan bersama keluarga.
pentingnya memelihara kesehatan Perempuan menjalankan peran yang
rekatif baik. sangat penting dalam kehidupan
Pemenuhan kesehatan maupun keluarga dan masyarakat, termasuk
kesehatan reproduksi pada perempuan dalam menjaga kesehatan dan
Bawean juga relatif membaik, ditandai kebugaran keluarga. Peran perempuan
juga dengan semakin meningkatnya dalam pemenuhan kesehatan dan
jumlah layanan kesehatan dan Klinik kebugaran keluarga. Antara lain,
KB. Pemenuhan kesehatan reproduksi sebagai perawat dan pelestari tradisi
sudah meliputi tiga hal, yakni kesehatan dan kebugaran keluarga;
kemampuan reproduksi, keberhasilan menjadi konsumen untuk menjaga
reproduksi serta keamanan kebugaran dan kesehatan diri sendiri,
reproduksi, sebagaimana hasil FGD. maupun bagi keluarga.
Namun, juga masih ditemukan Melalui pendekatan holistik
nilai-nilai budaya, cara pandang dan membantu pemahaman tentang
perilaku dalam keluarga dan pentingnya kerangka holistik yang
masyarakat tentang kesehatan dan meliputi aspek spiritual, sosial budaya,
kesehatan reproduksi perempuan, ekonomi, lingkungan terkait kesehatan
yang ditandai dengan: masih banyak dan kesehatan reproduksi perempuan.
kepercayaan dan mitos-mitos tentang Bahwa kesehatan perempuan tidak
kesehatan reproduksi, haid, kehamilan dapat dildpaskan dari faktor medis
dan kelahiran yang acapakali berbeda maupun faktor non-medis. Melalui
dengan yang diajarkan Bidan dan Relativisme Budaya, membantu
Dokter. pemahaman bahwa setiap nilai dan
Pengambilan keputusan penting praktik dalam kesehatan dan
seperti penggunaan kontrasepsi KB, kesehatan reproduksi perempuan
pemeriksaan kesehatan, menentukan memiliki keragaman dan bersifat
usia perkawinan anak perempuan, relatif satu dengan yang lain terkait
menentukan kapan hamil, memilih Etnosentrisme. Hal ini ditemukan pada

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 54


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

kebiasaan dan praktik-praktik budaya perawatan saat haid, hamil, kelahiran,


masyarakat Bawean. maupun pasca melahirkan.
Ada tiga wujud kebudayaan yang Di Bawean masih sangat kuat
dapat diuraikan untuk menganalis adanya mitos, tabu, dan kepercayaan-
perkembangan kesehatan dan kepercayaan tentang makanan yang
kesehatan reproduksi perempuan dikaitkan dengan kehamilan dan
Bawean, yakni: (i) Aspek Filsofi dan kelahiran dengan penjelasan-
Nilai: Adanya filosofi & nilai2 terkait penjelasan budaya yang beragam.
hubungan manusia dengan Tuhan, Inilah yang disebut dengan bentuk-
sesama manusia & Alam. Adanya bentuk pembantasan budaya terhadap
filosofi tentang bersahabat dengan kecukupan gizi, yang pasti akan
alam serta penggunaan bahan alam, berpengaruh terhadap kondisi
seperti jamu dan ramuan tradisional. kesehatan (Kalangie, 1985).
Masih kuatnya tabu, mitos & Dalam Sistem Medis dapat
simbolisme terkait dengan kesehatan, dibedakan menjadi dua kategori besar,
kebugaran dan kecantikan perempuan; yakni: (1) Sistem-sistem Medis
(ii) Proses dan Aktivitas Bersama: Personalistik, dan (2) Sistem-sistem
mulai dari proses dan aktivitas saat Medis Naturalistik. Sistem Medis
haid, kehamilan, proses kelahiran, Personalistik, adalah suatu system
serta pasca melahirkan. Melibatkan yang di mana penyakit (illness)
perempuan sebagai pasien maupun disebabkan oleh intervensi dari suatu
pemberi layanan kesehatan maupun agen yang aktif, yang dapat berupa
KB dari Bidan dan Dokter, juga proses makhluk supranatural (makhluk gaib
persalinan dan perawatan pasca atau dewa), makhluk yang bukan
persalinan yang dilakukan oleh Dukun manusia (hantu, roh leluhur, atau roh
atau Balian; (iii) Aspek Hasil jahat) maupun makhluk manusia
Karya/Produk: berbagai macam obat (tukang sihir, tukang tenun, tukang
dan jamu tumbuhan, rempah, herbal, santet). Orang sakit adalah korbannya,
minuman herbal, Jamu, lulur, mangir, obyek dari agresi atau hukuman yang
yang digunakan sebagai bahan ditujukan khusus kepadanya untuk
alasan-alasan yang khusus

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 55


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

menyangkut dirinya saja. Sedangkan merupakan bagian dari kebudayaan


dalam Sistem Medis Naturalistik, masyarakat Bawean mengandung tata
penyakit (illness) dijelaskan dengan nilai, etika, norma, aturan dan
istilah-istilah sistemik yang bukan ketrampilan dari suatu masyarakat
pribadi. System-sistem naturalistik dalam memenuhi tantangan atau
mengakui adanya suatu model kebutuhan hidupnya. Eksistensi dan
keseimbangan, sehat terjadi karena pemanfaatannya dikontrol oleh
unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, masyarakat (local decision making)
seperti panas, dingin, cairan tubuh seperti dalam bidang pertanian,
(humor atau dosha), yin dan yang, kesehatan, pendidikan, penlam rumah
berada dalam keadaan seimbang gelolaan sumberdaya alam dan
menurut usia, dan kondisi individu berbagai aktivitas lainnya. Suatu
dalam lingkungan alamiah dan sistem pengetahuan yang secara terus
lingkungan sosialnya. Apabila menerus diperbaiki dan diperkaya
keseimbangan ini terganggu, maka hingga menjadi sistem pengetahuan
hasilnya adalah timbulnya penyakit. yang mantap, adaptif dan sangat efektif
(Foster& Anderson,1986). Dalam sebagai dasar untuk pengambilan
konteks kebiasaan dan praktek budaya keputusan dalam menghadapi
tentang kesehatan perempuan yang masalah-masalah dan tantangan-
ada di Bawean, dapat disebutkan tantangan yang biasa dan luar biasa
bahwa masyarakat Bawean menganut (Warren dan Cashman, 1989 dalam
sistem medis naturalistik yang Hijjang, 2010). Berbagai kepercayaaan
menganut dan mengakui model dan praktik-praktik budaya
keseimbangan. Kuatnya tradisi menegaskan tentang berlakunya
penggunaan ramuan herbal dengan pengetahuan lokal dalam daur hidup
resep-resep tradisional menguatkan masyarakat Bawean, termasuk dalam
sistem medis naturalistik yang dianut mengatasi permasalahan kesehatan.
oleh masyarakat Bawean, termasuk Aturan setempat yang melarang
juga tentang kesehatan reproduksi. menggunakan alas kaki (sepatu dan
Sistem pengetahuan lokal sandal) untuk masuk ke dalam rumah
(Indigenous Knowledge) yang juga masuk ke fasilitas seperti

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 56


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Puskesmas, merupakan pengetahuan untuk memahami kondisi tubuh fisik


lokal yang positif dalam menjaga perempuan tidak hanya dari sisi ilmu
kesehatan dan kebersihan lingkungan. pengetahuan kedokteran semata,
Secara relatif sebenarnya sudah namun juga dari sisi budaya dan
terpenuhi hak kesehatan reproduksi sekaligus dari sisi pandangan dan
perempuan Bawean yang meliputi pengalaman perempuan.
kemampuan reproduksi, keberhasilan
reproduksi dan keamanan reproduksi. Simpulan
Hal itu dapat dilihat dari peningkatan
Berdasarkan uraian di atas,
jumlah sarana prasarana kesehatan,
sebagai penutup dapat disimpulkan
berupa Puskesmas yang sedang
bahwa faktor medis dan faktor non-
ditingkatkan menjadi Rumah Sakit tipe
medis seperti ekonomi, kemiskinan,
C, serta meningkatkan jumlah Klinik
politik, sosial, budaya dan lingkungan
KB. Di sisi lain juga masih dijumpai
saling menguatkan dan
berbagai kendala yang menyebabkan
mempengaruhi. Kontribusi faktor
angka kematian ibu (AKI) dan angka
sosial budaya cukup besar terhadap
kematian bayi (AKB) masih cukup
kondisi kesehatan perempuan
tinggi.
Bawean, khususnya dalam pemenuhan
Mengacu pada pendapat Emily
kesehatan reproduksi. Ditemukan
Martin (1989), ditemukan adanya
bahwa pemahaman tentang kesehatan,
metafora medis atas tubuh perempuan
khususnya kesehatan reproduksi pada
di Bawean yag dihubungkan dengan
perempuan Bawean diwarnai dengan
kondisi haid hingga proses kelahiran.
gabungan antara pengetahuan medis
Hal ini sejalan dengan pemikiran
dan non medis.
Emily Martin yang menunjukkan
Terdapat keberagaman nilai-nilai,
bahwa selama usia produktifnya, kaum
kepercayaan, mitos-mitos dan praktik-
perempuan harus berurusan dan
praktik budaya tentang kesehatan
menyerahkan segala urusan berkaitan
reproduksi perempuan di Pulau
dengan tubuh dan kesehatannya
Bawean. Di mana faktor-faktor sosial
kepada layanan medis. Patut
budaya tersebut berkontribusi
diperhatikan ajakan Emily Martin

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 57


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

terhadap kondisi kesehatan dikontrol oleh masyarakat, termasuk


perempuan, termasuk relatif cukup dalam bidang kesehatan. Masyarakat
tingginya AKI dan AKB di pulau Bawean menganut sistem medis
Bawean. Belum tercapainya upaya naturalistik, yang mengutamakan
penurunan AKI dan AKB, juga keseimbangan atau harmoni dengan
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan alam, serta juga mewarnai
masyarakat kepada Dukun yang juga kepercayaan dan praktik budaya
semakin diperkuat faktor keterbatasan tentang kesehatan perempuan seperti
jumlah Bidan. penggunaan jamu dan perawatan
Pemahaman dan praktek budaya secara tradisional.
terkait pemenuhan kesehatan
perempuan relatif masih kuat. Daftar Pustaka
Pengaruh nilai-nilai dan praktik
Amirudin, Mariana, penyunting Gadis
budaya setempat terhadap pemenuhan Arivia (2003), Kesehatan dan Hak
hak kesehatan reproduksi perempuan Reproduksi Perempuan: Panduan
untuk Jurnalis, Jakarta: Yayasan
dapat diamati dari masih kuatnya Jurnal Perempuan (YJP)
kepercayaan, mitos dan tabu terkait bekerjasama dengan the Japan
Foundation.
haid, kehamilan maupun kelahiran,
yang disebut oleh beberapa ahli Arivia, Gadis, (2003) Filsafat
Berperspektif Feminis, Jakarta:
sebagai bentuk pembatasan budaya Penerbit Yayasan Jurnal
terhadap kecukupan gizi yang Perempuan (YJP).
berpengaruh terhadap kondisi Foster , George M & Barbara G.
kesehatan perempuan. Anderson (1986), Antropologi
Kesehatan. Penerjemah Priyanti
Sistem pengetahuan lokal yang Pakan Suryadarma, Meutia F.
merupakan bagian dari kebudayaan Hatta Swasono. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press).
masyarakat Bawean mengandung tata
nilai, etika, norma, aturan dan Kalangi, Nico S. (1985), Makanan
Sebagai Suatu System Budaya:
ketrampilan dari suatu masyarakat Beberapa Pokok Perhatian
dalam memenuhi tantangan atau Antroplogi Gizi dalam
Koentjaraningrat dan AA Loedin
kebutuhan hidupnya. Di mana (eds) Ilmu-ilmu Sosial dalam
eksistensi dan pemanfaatannya

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 58


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Pembangunan Kesehatan, Jakarta Kesehatan Reproduksi,


: PT Gramedia. Kebudayaan dan Masyarakat,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
Martin, Emily (1989), The Women in bekerjasama dengan Yayasan
The Body: A Cultural Analysis of Kesejahteraan Fatayat dan the
Reproduction, Stony Stratford: Ford Foundation.
Open University Press.
Suryakusuma,Yulia L. (1991).
Moore, Henrietta L (1988), Feminisme “Konstruksi Sosial Seksualitas:
& Anthropology, Oxford, Basil Sebuah Pengantar Teoritis”,
Blackwell LTD, 1988. Prisma, 22 (7): 3 -14

Northrup, Christiane (2002), Women`s Syahri, (2002), Menebar Rasa Sayang


Bodies, Women`s Wisdom: pada Ibu, Jogjakarta: Pusat Studi
Creating Physical and Emotional Kependudukan dan Kebijakan.
Health and Healing, New York: bekerjasama dengan the Ford
Bantam Book, New Edition. Foundation.

Reed, Evelyn (1975), Women`s Triwijati NKE & Bekti Dwi Andari,
Evolution:From Matriarchal Clan (2005), Meniti Kesehatan
to Patriarchal Family, New York, Reproduksi dan Seksualitas
PathFinder Press. Perempuan, Seri Publikasi
Konsorsium Swara Perempuan,
Reinharz Shulamit, (2005), Metode- Surabaya: Lutfansah, diterbitkan
metode Feminis dalam Penelitian atas kerjasama Konsorsium
Sosial, terjemahan, diterbitkan di Swara Perempuan dan the Ford
Jakarta oleh Women Research Foundation.
Insititute.
Wagner, Lola & Danny Irawan Yatim,
Saptandari, Pinky & Diah Retno (1997), Seksualitas di Pulau
Sawitri, (2005), Menuju Batam, Suatu Studi Antropologi,
Kebebasan: Perempuan dan Seri Kesehatan Reproduksi,
Pendidikan, seri Publikasi Kebudayaan & Masyarakat.
Konsorsium Swara Perempuan Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
(KSP), diterbitkan oleh KSP bekerjasama dengan Yayasan
bekerjasama dengan the Ford Perspective & the Ford
Foundation. Foundation.

Saptari, Ratna & Brigitte Holzner, Winkelman, Michael (2009), Culture


(2016), Perubahan, Kerja dan and Health: Applying Medical
Perubahan Sosial, Jakarta: Anthropology, San Fransisco, USA:
Penerbit Kalyanamitra Jossey Bass.

Sarampung, Masruchah & Imam Aziz Habsjah, Atashendartini, 2006, ”Sejauh


(eds), (1999), Agama dan Mana Indonesia Merespons ICPD-
Kesehatan Reproduksi, Seri Kairo”, dalam Jurnal Perempuan,

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 59


Pinky Saptandari, “Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan
Kesehatan Perempuan Bawean” hal. 36-60.

Edisi ke-45. Jakarta: Penerbit oleh Kementerian Negara


Yayasan Jurnal Perempuan, Pemberdayaan Perempuan.
2006. Jakarta

Rencana Aksi Nasional Pemenuhan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009


Hak Kesehatan Reproduksi tentang Kesehatan
Perempuan, (2007), diterbitkan

BioKultur, Vol.V/No.1/Januari-Juni 2016, hal. 60

Das könnte Ihnen auch gefallen