Sie sind auf Seite 1von 10

FAKTOR INTRINSIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO

JATUH PADA LANSIA DI PWU TRESNO MUKTI TUREN

Ilham Apriadi1), Ika Cahyaningrum 2), Khikmatul Mu’jizah3)

1)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Ilham Apriadi
Email : ilhamapriadi@gmail.com
2)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Ika Cahyaningrum
Email : ikacahyaku@gmail.com
3)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Khikmatul Mu’jizah
Email : jizahizbi@gmail.com

ABSTRACT
Aging is a natural process that can not be avoided, running continuously and sustainably. Age
will lead to changes in the structure and physiological bases of various cells (tissue) organs and
systems in the human body, causing most of the elderly deteriorates or changes in the physical,
psychological, and social. This study aims to identify and determine the most dominant intrinsic
factors with the risk of falls in the elderly in PWU Tresno Mukti Turen. The study design using
research type analytical descriptive with the study design cross-sectionalmethod. There are two
variables in this study are the independent variables of intrinsic factor (blood circulation disorders,
limb system disorders, impaired vision) and the dependent variable risk of falling.results Logistic
regression test indicate that the intrinsic factor is the most dominant visual impairment in visual field
examination. It is marked with p Value 0.002 (P <0.05). The conclusion of this study is the
relationship between intrinsic factors on the risk of falls in the elderly. The expected results of this
study contribute to their community and health services, especially nursing care services in order to
increase education about the importance of vision inspection and treatment of the elderly and families
associated with visual impairment and the risk of falls in the elderly.
Keywords: Risk falling, intrinsic factor, Elderly

ABSTRAK
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel (jaringan) organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga
menyebabkan sebagian besar lansia mengalami kemunduran atau perubahan pada fisik, psikologis,
dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan faktor intrinsik yang paling
dominan dengan resiko jatuh pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen. Desain penelitian
menggunakan Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian metode cross sectional.
Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen faktor intrinsik (gangguan sirkulasi
darah, gangguan sistem anggota gerak, gangguan penglihatan) dan variabel dependen resiko jatuh.
Hasil uji regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor intrinsik yang paling dominan adalah gangguan
penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang. Hal tersebut ditandai dengan nilai p Value 0.002 (p <
0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor intrinsik terhadap resiko
jatuh pada lansia. Hasil penelitian ini di harapkan bagi masarakat dan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan asuhan keperawatan agar meningkatkan edukasi tentang pentingnya pemeriksaan
penglihatan dan penatalaksanaan pada lansia dan keluarga terkait dengan gangguan penglihatan dan
resiko jatuh pada lansia.

Kata Kunci : Resiko jatuh, faktor intrinsik, Lansia


2

PENDAHULUAN sebanyak sebanyak 21 orang dengan


dibantu total sebanyak 5 orang, lansia yang
Penuaan adalah suatu proses alami yang menggunakan alat bantu tongkat sebanyak
tidak dapat dihindari, berjalan secara terus- 12 orang dan lansia yang memakai kursi
menerus dan berkesinambungan[1] roda sebanyak 4 orang. Jumlah data lansia
Pertambahan usia akan menimbulkan berdasarkan penyakit yaitu lansia yang
perubahan-perubahan pada struktur dan mengalami gangguan jantung dan sirkulasi
fisiologis dari berbagai sel (jaringan) organ darah berupa hipertensi sebanyak 9 orang.
dan sistem yang ada pada tubuh manusia Lansia yang mengalami penurunan
sehingga menyebabkan sebagian besar penglihatan sebanyak 15 orang dan
lansia mengalami kemunduran penyakit lainnya seperti stroke sebanyak 8
atau perubahan pada fisik, psikologis, dan orang, dan demensia sebanyak 23 orang.
sosial[2]. Sekitar 30% lanjut usia di dunia Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang tinggal di komunitas pernah terjatuh. petugas panti didapatkan bahwa dua bulan
Pada lanjut usia terjadi perubahan kondisi terakhir lansia yang jatuh sebanyak 7
fisik, kondisi psikologis, serta perubahan kejadian terutama di kamar mandi dan
kondisi sosial dan ekonomi [17]. Perubahan- tempat tidur, lansia yang beresiko
perubahan tersebut, menurut Stockslager tinggiakan diletakkan pada bed yang
(2008), dianggap dapat meningkatkan mempunyai pagar di sampingnya. Selain itu
terjadinya resiko jatuh dan cedera pada panti hanya memiliki 1 perawat dan tidak
lanjut usia. Ada banyak faktor yang bertempat tinggal di PWU Tresno
berperan dalam kejadian jatuh pada lanjut MuktiTuren.
usia, baik faktor intrinsik yang berasal dari Berdasarkan latar belakang tersebut,
dalam diri lanjut usia itu sendiri dan faktor maka peneliti tertarik untuk melakukan
ekstrinsik yang berasal dari luar diri lanjut penelitian tentang “Faktor intrinsik yang
usia[3] berhubungan dengan resiko jatuh pada
Faktor resiko spesifik terjadinya jatuh lansia di PWU Tresno Mukti Turen”.
dapat dikategorikan sebagai faktor intrinsik Tujuan penelitian ini adalah Penelitian ini
dan ekstrinsik. Faktor resiko intrinsik dilakukan untuk mengetahui dan
bersifat alami, termasuk variabel pasien, menentukan faktor intrinsik yang
seperti usia dan penyakit. Faktor resiko berhubungan dengan resiko jatuh pada
ekstrinsik meliputi hal-hal di lingkungan, lansia di PWU Tresno Mukti Turen
yang dapat mengakibatkan jatuh, seperti
pencahayaan yang buruk, ruangan yang METODE PENELITIAN
penuh dengan barang, lantai licin, dan alas Jenis penelitian yang digunakan dalam
kaki yang mudah selip[4]. Kejadian jatuh penelitian ini adalah deskriptif analitik yang
yang dialami lanjut usia biasanya akan artinya survey dengan rancangan penelitian
menimbulkan komplikasi-komplikasi. metode cross sectional. Populasi dalam
Komplikasi dari jatuh yaitu patah tulang, penelitian ini adalah seluruh lansia
hematoma, kecacatan dan kematian. Jatuh penghuni PWU Tresno Mukti Turen
pada lanjut usia merupakan salah satu isu berjumlah 34 orang. Pengambilan sampel
utama untuk masalah kesehatan pada lanjut menggunakan Purposive Sampling yang
usia[2]. Di Indonesia berdasarkan riset sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
kesehatan dasar (Riskesdas) didapatkan berjumlah 30. Kriteria inklusi dalam
proporsi cedera akibat jatuh pada lanjut usia penelitian ini adalah Lansia yang bersedia
(60 tahun keatas) sekitar 70,2%, menjadi responden dengan mengisi lebar
lansiacenderung mengalami jatuh[5]. inform consent, lansia dengan nilai MFS 0-
Berdasarkan studi pendahuluan yang 24 (Resiko ringan), lansia dengan nilai
dilakukan oleh peneliti tanggal 08 Maret MFS 25-50 (Resiko Sedang), dan lansia
2017 melalui wawancara dan observasi dengan nilai MFS 51-100 (Resiko Tinggi).
didapatkan jumlah penghuni panti sebanyak Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
34 orang, Diketahui bahwa lansia yang lansia yang tidak kooperatif.
mengalami gangguan sistem anggota gerak
3

Penelitian ini dilakukan di PWU Tresno bahwa lansia di PWU Tresno Mukti Turen
Mukti Turen dilaksanakan pada bulan sebagian besar pada tahap prehipertensi
Februari sampai Juli 2017.Alat sebesar 47%.
pengumpulan data yang digunakan dalam Berdasarkan hasil penelitian ini
penelitian ini adalah Sphygmomano meter menunjukkan bahwa hipertensi pada lansia
dan stetoskop untuk pengukuran tekanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
darah dalam satuan mmHg, Snellen Card antara lain usia dan jenis kelamin. Menurut
untuk mengukur ketajaman penglihatan, penelitian yang dilakukan Siga Tage (2013)
lembar observasi untuk dokumentasi pada survey awal yang dilakukam peneliti
pemeriksaan dan kuesioner Morse Fall ditempat penelitian terdapat 86 orang lansia
Scale untuk mengetahui tingkat resiko tercatat sebagai penghuni Panti Sosial Budi
jatuh. Agung Kupang, dari 86 orang lansia
Pengolahan dan analisa data melalui tersebut ditemukan jumlah penderita
program SPSS menggunakan uji Statistik hipertensi sebanyak 46 orang (53,48%)
Rank Spearman untuk mengatahui dengan jumlah lansia yang menderita
hubungan faktor dengan resiko jatuh dan hipertensi sistolik terisolasi sebanyak 18
Uji Statistik Logistic Regresi untuk orang (39,13). Beberapa faktor yang
menggetahui faktor dominan terhadap mempengaruhi hipertensi sistolik terisolasi
resiko jatuh. Etika penelitian meliputi Right diantaranya adalah usia dimana pengaruh
to full disclosure (hak untuk mendapat usia terhadap tekanan darah dapat dilihat
jaminan dari perlakuan yang diberikan, dari keelastisan pembuluh darah. Ini
Informed consent (lembar persetujuan), menunjukkan bahwa lansia mempunyai
Anonymity (tanpa nama), resiko lebih tinggi menderita hipertensi.
Confidentiality (kerahasiaan). Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh lansia
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kategori prehipertensi sebanyak 14
a. Mengetahui Faktor intrinsik (gangguan orang yang bisa dipengaruhi oleh umur
jantung dan sirkulasi darah, gangguan responden yang hampir seluruhnya sekitar
sistem anggota gerak, dan gangguan 60-74 sebanyak 25 orang, pada lansia
penglihatan) pada lansia di PWU terjadi perubahan-perubahan normal pada
Tresno Mukti Turen. jantung (kekuatan otot jantung berkurang),
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tekanan pembuluh darah (arteriosclerosis, elastis
Darah dinding pembuluh darah berkurang), dan
memompa dari jantung harus lebih keras
No Kategori F %
sehingga terjadi hipertensi.
1. Hipotensi 0 0
2. Normal 4 13
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot
No Nilai Tangan Tangan Kaki
3. Prehipertensi 14 47 Kanan Kaki Kiri
Kiri Kanan
4. Hipertensi tahap 1 9 30
5. Hipertensi tahap 2 3 10
f % f % f % f %
Jumlah 30 100
1 5 2 97 2 74 1 37 10 33
9 2 1
Sumber data : Data primer Mei 2017 2 4 1 3 6 20 8 26 6 20
3 3 0 0 1 3 6 20 8 27
Berdasarkan hasil penelitian pada
4 2 0 0 1 3 2 7 3 10
30 responden dapat diketahui bahwa 5 1 0 0 0 0 3 10 3 10
hampir seluruh responden pada kategori 6 0 0 0 0 0 0 0 10 33
prehipertensi sebanyak 14 orang lansia Total 3 10 3 10 3 10 30 10
(47%), sedangkan sebagian kecil responden 0 0 0 0 0 0 ` 0

pada kategori hipertensi tahap 2 sebanyak 3 Sumber data : Data primer Mei 2017
orang lansia (10%). Tekanan sistolik Berdasarkan hasil penelitian pada 30
tertinggi yaitu 160 mmHg dan diastolik 100 responden dapat diketahui bahwa kekuatan
mmHg, dari hasil tersebut dapat diketahui otot pada tangan kanan lansia hampir
4

seluruhnya dengan nilai 5 sebanyak 29 Selain itu, hal-hal yang terjadi pada sistem
orang (97%), dan sebagian kecil memiliki muskuloskeletal lansia antara lain kekakuan
nilai 1 sebanyak 1 orang (3%). Kekuatan jaringan penghubung, berkurangnya masa
otot pada tangan kiri lansia Sebagian besar otot, dan perlambatan konduksi saraf.
dengan nilai 5 sebanyak 22 orang (73%), Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang
dan sebagian kecil memiliki nilai 2 dan 3 lansia susah / terlambat mengantisipasi bila
sebanyak 1 orang lansia (3%). Kekuatan terjadi gangguan seperti terpeleset,
otot pada kaki kanan lansia hampir tersandung, kejadian tiba – tiba, sehingga
separuhnya dengan nilai 5 sebanyak 11 memudahkan jatuh, selain itu pada jenis
orang lansia (37%), dan sebagian kecil kelamin cenderung didominasi oleh
memiliki nilai 2 sebanyak 2 orang lansia perempuan dimana lansia perempuan
(7%). Kekuatan otot pada kaki kiri hampir mengalami penurunan kadar hormon
separuhnya dengan nilai 5 sebanyak 10 estrogen pada saat menopause.
orang lansia (33%), sedangkan sebagian Tabel 3 Distribusi Frekuensi Visus
kecil responden dengan nilai 1 dan 2
sebanyak 3 orang lansia (10%). No Kategori F %
Kaki merupakan struktur anatomi yang 1. Normal 0 0
kompleks yang berfungsi untuk berjalan 2. Ringan 17 57
dan sebagai penumpu saat berdiri. 3. Sedang 13 43
Perubahan anatomi yang normal juga 4. Berat 0 0
dijumpai pada kaki saat tua, pada manusia Total 20 100
usia lanjut, dapat dijumpai atropi bantalan
lemak. Hal ini sejalan dengan penelitian Sumber data : Data primer Mei 2017
yang dilakukan Sutomo (2013) di Panti Tabel 4 Distribusi Frekuensi Lapang
Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat, sampel Pandang
yang digunakan adalah lansia di Panti
No Kategori F %
Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat
1. Tidak normal 13 43
sebanyak 44 responden.Analisis univariat
2. Normal 17 57
menggambarkan bahwa faktor instrinsik
Total 30 100
yaitu lansia yang mempunyai gangguan
anggota gerak sebesar 56.8%, Uji statistik
Sumber data : Data primer Mei 2017
menunjukkan faktor intrinsik lansia yang
mempunyai gangguan anggota gerak ada Berdasarkan hasil penelitian pada 30
hubungan dengan risiko jatuh (p value < responden dapat diketahui bahwa hasil
0.05)[6]. Menurut Bandiyah (2009) pemeriksaan visus sebagian besar lansia
menyatakan bahwa kejadian jatuh terhadap pada katagori ringan sebanyak 17 orang
lanjut usia yang mempunyai gangguan (57%), dan hampir separuhnya lansia pada
muskuloskeletal menyebabkan gangguan kategori sedang sebanyak 13 orang (43%).
gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan Dan pada hasil pemeriksaan lapang
dengan proses menua yang fisiologis, pandang sebagian besar lansia pada
misalnya kekakuan jaringan penghubung, kategori normal sebanyak 17 orang (57%),
berkurangnya masa otot[3]. sedangkan hampir separuhnya lansia pada
kategori tidak normal sebanyak 13 orang
Berdasarkan uraian diatas dapat
(43%). Dari hasil tersebut dapat diketahui
disimpulkan terdapat kelamahan kekuatan
bahwa lansia di PWU Tresno Mukti Turen
otot pada kaki kanan dan kiri yang
sebagian besar mengalami gangguan ringan
dipengaruhi oleh umur responden dan jenis
pada ketajaman penglihatan sebanyak 17
kelamin, dan penyakit penyerta, yang
orang lansia (57%), dan yang mengalami
semua perubahan tersebut mengakibatkan
gangguan lapang pandang sebanyak 13
kelambanan gerak, langkah yang pendek,
orang (43%).
penurunan irama, dan pelebaran bantuan
basal.Kaki tidak dapat menapak dengan Mata adalah organ sensorik yang
kuat dan lebih cenderung gampang goyah. menstransmisika rangsang melalui jarak
5

pada otak ke lobus oksipital dimana rasa Dapat diketahui bahwa hampir
penglihatan ini diterima sesuai dengan separuhnya lansia beresiko jatuh sedang
proses penuaan yang terjadi, diantaranya sebanyak 13 orang (43%), sedangkan
alis berubah menjadi kelabu, dapat menjadi sebagian kecil lansia beresiko berat
kasar pada pria[7] pada lansia yang berusia sebanyak 7 orang (23%).Berdasarkan
lebih dari 60 tahun lensa mata akan hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin keruh, beberapa tidak mengalami resiko jatuh pada lansia dapat
atau jarang mengalami penurunan
dipengaruhi oleh faktor intrinsik
penglihatan seiring dengan bertambahnya
usia [5]. maupun ekstrinsik. Biasanya penyebab
jatuh pada lanjut usia itu merupakan
Perubahan pada panca indra pada
hakikatnya panca indra merupakan suatu
gabungan dari beberapa faktor atau
organ yang tersusun dari jaringan, multifaktor. Jatuh dapat mengakibatkan
sedangkan jaringan sendiri merupakan berbagai jenis cedera dan kerusakan
kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang fisik dan psikologis.Konsekuensi yang
sama. Karena mengalami proses penuaan paling ditakuti dari kejadian jatuh
(aging) sel telah mengalami perubahan adalah patah tulang panggul.jenis
bentuk maupun komposisi sel tidak normal. fraktur lain yang sering terjadi akibat
Maka secara otomatis fungsi indra pun akan jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat lengan atas, dan lengan atas dan
pada orang tua yang secara berangsur- pelvis.konsekuensi lain dari jatuh
angsur mengalami penurunan kemampuan
termasuk kerusakan jaringan lunak [7].
pendengaranya dan mata kurang
kesanggupan melihat secara fokus obyek Berdasarkan uraian diatas dapat
yang dekat bahkan ada yang menjadi rabun, disimpulkan bahwa hampir separuhnya
demikian juga indra pengecap, perasa, responden beresiko jatuh sedang,
penciuman berkurang sensitivitasnya[5]. dikarenakan sebagian besar lansia sudah
Berdasarkan uraian diatas dapat menggunakan tongkat sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar lansia menopang tubuhnya saat bejalan, serta
mengalami gangguan penglihatan sebesar dilingkungan panti untuk penerangan
57 %, penurunan kemampuan penglihatan dan penempatan barang yang sudah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor memadai. Resiko jatuh terjadi karena
diantaranya umur yaitu pada kisaran umur beberapa faktor, baik intrinsik maupun
60-74 tahun yang dimana pada umur 60-74
ekstrinsik, apabila resiko jatuh dapat
terjadi progesifitas pada bola mata yang
dapat mengibatkan berbagai masalah pada
diatasi maka kejadian jatuh dapat
lanjut usia seperti mata kabur, serta bisa menurun tingkat kejadian jatuh dan
juga dipengaruhi penyakit yang diderita dapat membantu lansia dalam
oleh lansia tersebut seperti penyakit mata menyingkirkan rasa takut untuk terjatuh
(katarak, rabun jauh, rabun dekat, glaukoma lagi.
dll) dan diabetes mellitus yang menyebab Analisa Bivariat
komplikasi retinopati yang membuat
Menganalisis hubungan gangguan
gangguan melihat pada lansia.
jantung dan sirkulasi darah, gangguan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh
sistem anggota gerak, gangguan
penglihatan, terhadap resiko jatuh pada
No Kategori F %
lansia di PWU Tresno Mukti Turen.
1. Ringan 10 34
a. hubungan gangguan jantung dan
2. Sedang 13 43
sirkulasi darah terhadap resiko jatuh
3. Berat 7 23
pada lansia di PWU Tresno Mukti
Total 30 100
Turen.
Sumber data : Data primer Mei 2017
6

Tabel 6 Tabulasi Silang Gangguan Jantung Dari hasil diatas dapat dilihat
Dan Sirkulasi Darah Terhadap terdapat hubungan bermakna antara
Resiko Jatuh gangguan jantung sirkulasi darah
TD dengan tingkat resiko jatuh karena
Hiper Hiper kehilangan keelastisan pembuluh darah
Pre
normal hiper tensi tensi Total pada tubuh.
tahap tahap b. Menganalisis hubungan gangguan
tensi
Res 1 2
sistem anggota gerak terhadap resiko
iko
jatuh pada lansia di PWU Tresno
jatuh f % f % f % f % f %
Mukti Turen.
Ringa 4 13, 6 20 0 066 0 09 1 33,
n
3 9 0 3 Tabel 7 Tabulasi Silang Gangguan Sistem
Sedan 0 088 5 16, 7 23, 1 3,3 1 43, Anggota Gerak Tangan Kanan
7 3 3 3
g Terhadap Resiko Jatuh
Berat 0 067 3 10 2 6,7 2 6,6 7 23,
0 3 Resiko
Total 4 13. 1 46, 9 30 3 10 3 100 jatuh
3 4 7 0 Ringan Sedang Berat Total

Hasil Spearman Rank p = 0 .000 Keku


atan otot f % f % f % f %

Sumber data : Data primer Mei 2017 0 0 0 0 0 0 0 0 0


1 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui 2 0 0 0 0 0 0 0 0
bahwa yang tertinggi sebagian kecil pada 3 0 0 0 0 0 0 0 0
hipertensi tahap 1 dengan resiko jatuh 4 1 3.3 0 0 0 0 1 3.3

sedang sebanyak 7 orang (23,3%), dan yang 5 9 30 13 43,3 7 23,3 29 96,7


Total 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100
terendah sebagian kecil pada hipertensi Hasil Spearman Rank p = 0.221
tahap 2 dengan resiko jatuh sedang
sebanyak 1 orang (3,3%). Dari hasil uji Sumber data : Data primer Mei 2017
Spearman rank menggunakan SPSS IBM Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
2.1 for windows, didapatkan hasil penelitian bahwa hampir separuhnya kekuatan otot
diperoleh nilai sig sebesar 0.000 yang pada nilai 5 dengan resiko jatuh sedang
berarti ada hubungan yang bermakna antara sebanyak 13 orang (43,3%), dansebagian
gangguan jantung dan sirkulasi darah kecil pada nilai 4 dengan resiko jatuh
terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU ringan sebanyak 1 orang (3,3%). Dari hasil
Tresno Mukti Turen. uji Spearman rank menggunakan SPSS IBM
Gangguan jantung merupakan 2.1 for windows, didapatkan hasil penelitian
ganguan berupa kehilangan oksigen dan diperoleh nilai sig pada tangan kanan
makanan ke jantung karena aliran darah sebesar 0.221 yang berarti tidak ada
ke jantung melalui arteri koroner hubungan yang bermaknaantara gangguan
berkurang. Gangguan jantung pada sistem anggota gerak pada tangan kanan
lansia seperti hipertensi dimana tekanan terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU
Tresno Mukti Turen.
darah sistolik sama atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan tekanan darah lebih Tabel 8 Tabulasi Silang Gangguan Sistem
tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi Anggota Gerak Pada Tangan Kiri
Terhadap Resiko Jatuh
karena menurunnya elastisitas arteri
pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu
terjadinya stroke, kerusakan pembuluh
darah (arterosclerosis), seerangan/gagal
jantung, sehingga dapat menyebabkan
kejadian jatuh pada lansia[8].
7

Sumber data : Data primer Mei 2017


Resiko
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui jatuh
bahwa hampir separuhnya kekuatan otot Ringan Sedang Berat Total

pada nilai5 dengan resiko jatuh ringan Keku


atan otot
sebanyak 10 orang (33,3%), dansebagian f % f % f % f %
0 0 0 0 0 0 0 0 0
kecil pada nilai 2, 3, 4 dengan resiko jatuh
1 0 0 0 0 0 0 0 0
sedang dan berat sebanyak 1 orang (3,3%). 2 0 0 1 3,3 0 0 1 3,3
Dari hasil uji Spearman rank menggunakan 3 0 0 1 3,3 0 0 1 3,3
SPSS IBM 2.1 for windows, didapatkan 4 0 0 5 16,7 1 3,3 6 20

hasil penelitian diperoleh nilai sig pada 5 10 33,3 6 20 6 20 22 73,3


Total 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100
tangan kiri sebesar 0.296 yang berarti tidak Hasil Spearman Rank p = 0.296
ada hubungan yang bermakna antara
gangguan sistem anggota gerak pada tangan Tabel 10 Tabulasi Silang Gangguan Sistem
kiri terhadap resiko jatuh pada lansia di Anggota Gerak Pada Kaki Kiri
PWU Tresno Mukti Turen. Terhadap Resiko Jatuh
Tabel 9 Tabulasi Silang Gangguan Sistem
Anggota Gerak Pada Kaki Kanan Resiko
jatuh
Terhadap Resiko Jatuh Ringan Sedang Berat Total

Resiko Keku

jatuh atan otot


f % f % f % f %
Ringan Sedang Berat Total
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keku
1 0 0 2 6,6 1 3,3 3 10
atan otot f % f % f % f % 2 0 0 1 3,3 2 6,6 3 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 3,3 4 13,3 3 10 8 26,7
1 0 0 1 3,3 2 6,6 3 10 4 2 6,6 4 13,3 0 0 6 20
2 0 0 1 3,3 1 3,3 2 6,7
5 7 23,3 2 6,6 1 3,3 10 33,3
3 1 3,3 4 13,3 1 3,3 6 20
Total 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100
4 2 6,6 3 9,9 3 9,9 8 26,7
Hasil Spearman Rank p = 0.000
5 7 23,3 4 13,3 2 6,6 11 36,7
Total 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100
Hasil Spearman Rank p = 0.001 Sumber data : Data primer Mei 2017
Sumber data : Data primer Mei 2017 Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa yang tertinggi pada sebagian
bahwa sebagian kecil kekuatan ototpada kecilkekuatan otot pada nilai5 dengan
nilai5dengan resiko jatuh ringansebanyak 7 resiko jatuh ringansebanyak 7 orang
orang (23,3%), dansebagian kecil pada nilai (23,3%), dan terendah pada sebagian kecil
1, 2, dan 3 dengan resiko jatuh sedang dan pada nilai 1, 2, 3, dan 5 dengan resiko jatuh
berat sebanyak 1 orang (3,3%). Dari hasil ringan, sedang dan berat sebanyak 1 orang
uji Spearman rank menggunakan SPSS IBM (3,3%). Dari hasil uji Spearman rank
2.1 for windows, didapatkan hasil penelitian menggunakan SPSS IBM 2.1 for windows,
diperoleh nilai sig pada kaki kanan sebesar didapatkan hasil penelitian diperoleh nilai
0.001 yang berarti ada hubungan yang sig pada kaki kiri sebesar 0.000 yang berarti
bermaknaantara gangguan sistem anggota ada hubungan yang bermaknaantara
gerak pada kaki kanan terhadap resiko jatuh gangguan sistem anggota gerak pada kaki
pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen. kiri terhadap resiko jatuh pada lansia di
PWU Tresno Mukti Turen.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan
kekuatan otot pada tangan kanan dapat
diketahui bahwa kekuatan otot pada tangan
kanan lansia hampir seluruhnya dengan
nilai 5 sebanyak 29 orang (97%), dan
sebagian kecil memiliki nilai 1 sebanyak 1
orang (3%). Kekuatan otot pada tangan kiri
lansia Sebagian besar dengan nilai 5
8

sebanyak 22 orang (73%), dan sebagian Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui


kecil memiliki nilai 2 dan 3 sebanyak 1 bahwa hampir separuhnya pada kategori
orang lansia (3%). Kekuatan otot pada kaki ringan dengan resiko jatuh ringan sebanyak
kanan lansia hampir separuhnya dengan 8 orang (26,7%), dan sebagian kecil pada
nilai 5 sebanyak 11 orang (37%), dan kategori ringan dan sedang dengan resiko
sebagian kecil memiliki nilai 2 sebanyak 2 jatuh ringan dan berat sebanyak 2 orang
orang (7%). Kekuatan otot pada kaki kiri (6,7%). Dari hasil uji Spearman rank
hampir separuhnya dengan nilai 5 sebanyak menggunakan SPSS IBM 2.1 for windows,
10 orang (33%), sedangkan sebagian kecil didapatkan hasil penelitian diperoleh nilai
responden dengan nilai 1 dan 2 sebanyak 3 sig pada pemeriksaan visus sebesar 0.034
orang (10%). yang berarti ada hubungan yang
Jatuh seringkali dialami oleh para lanjut bermaknaantara gangguan penglihatan
usia dan penyebabnya bisa multi faktor, terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU
banyak faktor berperan didalamnya, baik Tresno Mukti Turen.
intrinsik (dalam lanjut usia) misalnya Tabel 12 Tabulasi Silang Lapang Pandang
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot Terhadap Resiko Jatuh
ekstermitas bawah, kekakuan sendi[3]
Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia Lapang
pandang
lanjut sistem muskuloskeletal adalah Tidak
Normal Total
normal
penurunan kekuatan otot dan penururnan
Resiko
masa otot (atropi otot), ukuran otot jatuh f % f % f %
mengecil dan penurunan masa otot lebih
Ringan 9 30 1 3,3 10 33,3
banyak terjadi pada ektermitas bawah. Sel
Sedang 1 3,3 12 40 13 43,3
otot yang mesti digantikan oleh jaringan Berat 3 10 4 13,3 7 23,3
ikat dan lemak, kekuatan atau jumlah daya Total 13 43,3 17 56,7 30 100
yang dihasilkan oleh otot menurun dengan Hasil Spearman Rank p = 0.016
bertambahnya usia, dan kekuatan otot
ekstermitas bawah berkurang sebesar 40% Sumber data : Data primer Mei 2017
antara usia 30 sampai 80 tahun[5].
Dari hasil diatas dapat dilihat terdapat Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui
hubungan yang bermakna antara gangguan bahwa hampir separuhnya pada kategori
sistem anggota gerak (kaki kanan dan kaki normal dengan resiko jatuh sedang
kiri) terhadap resiko jatuh pada lansia di sebanyak 12 orang (40%), dan sebagian
PWU Tresno Mukti Turen dikarenakan kecil pada kategori tidak normal dan normal
terjadinya penuaan pada sistem dengan resiko jatuh ringan dan sedang
muskuloskeletal yang membuat lansia lebih sebanyak 1 orang (3,3%), dan dari hasil uji
rentan dalam tingkat kejadian jatuh. Spearman rank menggunakan SPSS IBM
c. Menganalisis hubungan gangguan 2.1 for windows, didapatkan hasil penelitian
penglihatan terhadap resiko jatuh pada diperoleh nilai sig pada pemeriksaan
lansia di PWU Tresno Mukti Turen. lapang pandang sebesar 0.016 yang berarti
ada hubungan yang bermakna antara
Tabel 11 Tabulasi Silang Visus Terhadap gangguan penglihatan terhadap resiko jatuh
Resiko Jatuh pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen.
Visus
Ringan Sedang Berat Total
Dari data yang diperoleh dengan dua
Resiko pemeriksaan yaitu pemerikaan ketajaman
Jatuh f % f % f % f % mata (visus) dan pemeriksaan lapang
Ringan 8 26,7 2 6,6 0 0 10 33,3 pandang, dari hasil pemeriksaan visus
Sedang 7 23,3 6 20 0 0 13 43,3 sebagian besar lansia pada katagori ringan
Berat 2 6,7 5 16,7 0 0 7 23,3 sebanyak 17 orang (57%), dan hampir
Total 17 56,7 13 43,3 0 0 30 100 separuhnya lansia pada kategori sedang
Hasil Spearman Rank p = 0.034 sebanyak 13 orang (43%). Dan pada hasil
Sumber data : Data primer Mei 2017 pemeriksaan lapang pandang sebagian besar
lansia pada kategori normal sebanyak 17
9

orang (57%), sedangkan hampir separuhnya Hal ini sejalan dengan penelitian yang
lansia pada kategori tidak normal sebanyak dilakukan Sutomo (2013) di Panti Werdha
13 orang (43%). Wisma Mulia Jakarta Barat, sampel yang
Seiring bertambahnya usia maka akan digunakan adalah lansia di Panti Werdha
terjadi perubahan pada kornea, lensa, iris, Wisma Mulia Jakarta Barat sebanyak 44
aquoshumorvitrous, karena bagian utama responden. Analisis univariat
yang mengalami perubahan atau penurunan menggambarkan bahwa faktor instrinsik
sensitifitas yang bisa menyebabkan lensa pada lansia yang mempunyai gangguan
pada mata[5]. Bertambahnya usia akan penglihatan sebesar 75.% menjadi
mempengaruhi fungsi kerja pupil akan terbanyak kedua setelah gangguan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang pendengaran, Uji statistik menunjukkan
dewasa atau muda, penurunan tersebut faktor intrinsik lansia yang mempunyai
meliputi ukuran pupil dan kemampuan gangguan penglihatan ada hubungan
melihat dari jarak. Dengan bertambahnya dengan resiko jatuh (p value < 0.05).
usia pada lansia menyebabkan menurunnya Dengan bertambahnya usia pada lansia
lapangan pandang atau berkurang luas menyebabkan menurunnya lapang pandang
pandangannya[3]. atau luas pandangnya[3].
Dari hasil diatas dapat dilihat terdapat Dari hasil diatas dapat disimpulkan
hubungan bermakna antara gangguan bahwa faktor intrinsik yang paling dominan
penglihatan dengan tingkat resiko jatuh adalah gangguan penglihatan pada
karena semakin tua lansia akan mengalami pemeriksaan lapang pandang dengan nilai
penurunan fungsi organ, termasuk organ sig sebesar 0.002.
dari penglihatan.
d. Menganalisis hubungan yang paling SIMPULAN DAN SARAN
dominan antara gangguan jantung dan Berdasarkan hasil penelitian dan
sirkulasi darah, gangguan sistem pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
anggota gerak, dan gangguan bahwa faktor yang berhubungan adalah
penglihatan, terhadap resiko jatuh pada gangguan jantung dan sirkulasi darah (47
lansia di PWU Tresno Mukti Turen. % pada tahap prehipertensi), gangguan
Tabel 13 Analisis Hubungan Faktor sistem anggota gerak (47% memiliki
Intrinsik Terhadap Resiko kelemahan kekuatan otot dengan nilai 1, 2,
Jatuh dan 3), gangguan sistem penglihatan (57 %
mengalami penurunan ketajaman),
No Kategori R Sig Sedangkan faktor yang paling dominan
1. Kaki kanan 0.849 terhadap resiko jatuh adalah gangguan
2. Kaki kiri 0.761
penglihatan yang didketahui berdasarkan
dari hasil uji Logistic Regresi dengan nilai
3. Visus 0.921 0.712
signifikan 0,002. Melihat hasil tersebut
4. Lapang Pandang 0.002 perawat di harapkan lebih memperhatikan
5. Tekanan Darah 0.169 lansia Khususnya pada faktor gangguan
penglihatan dalam mengurangi resiko jatuh
Sumber data : Data primer Mei 2017 pada lansia.
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui Saran yang dapat diambil dari hasil
hasil Regresi logistik menggunakan SPSS penelitian ini adalah :
IBM 2.1 for windows, didapatkan hasil a. Bagi PWU Tresno Mukti Turen
penelitian diperoleh nilai sig pada Dengan adanya penelitian ini
pemeriksaan lapang pandang sebesar 0.002, diharapkan dapat membuat agenda
yang berarti hubungan yang paling dominan pemeriksaan mata secara regular dan
terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU menambah fasilitas berupa alat bantu,
Tresno Mukti Turen adalah ganguan dan serta dapat melakukan
penglihatan. pengembangan program pencegahan
resiko jatuh pada lansia dengan
10

pemberian gelang untuk 2nd ed. Yogyakarta: Graha Ilmu,


mengidentifikasi resiko jatuh. 2011.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini [3] Bandiyah, Lanjut Usia dan
diharapkan dapat dijadikan tambahan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
informasi dalam proses belajar Nuha Medika, 2009.
program studi ilmu keperawatan [4] Meridian et al, Asuhan keperawatan
khususnya dalam keperawatan geriatrik. Jakarta: EGC, 2011.
gerontik dan sebagai data dasar
penelitian selanjutnya mengenai faktor [5] Padila, Buku Ajar Keperawatan
intrinsik yang berhubungan dengan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
resiko jatuh pada lansia. Medika, 2013.
c. Bagi perawat
[6] Sutomo, “Analisis faktor-faktor
Dengan adanya penelitian ini
yang berhubungan dengan resiko
diharapkan agar meningkatkan edukasi
jatuh pada lansia di Panti Werdha
tentang pentingnya pemeriksaan
Wisma Mulia Jakarta Barat,” 2013.
penglihatan dan penatalaksanaan pada
lansia dan keluarga terkait dengan [7] Stanley et al, Buku ajar
gangguan penglihatan, selain itu juga keperawatan gerontik, 2nd ed.
pada gangguan sirkulasi darah dan Jakarta: EGC, 2007.
gangguan sistem anggota gerak
mengingat dalam penelitian ini faktor [8] D. Boedhi, Buku Ajar Geriatic
tersebut juga memiliki hubungan yang (IlmuKesehatanLanjutUsia), 4th ed.
bermakna dengan resiko jatuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
resiko jatuh antara lain tingkat
kejadian jatuh, farmakologi dan
diagnosa medis pada responden.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukus saya panjatkan Allah
SWT dan Rasulullah SAW sebagai panutan
bagi seluruh Indonesia, saya
mempersembahkan penelitian ini kepada
orang-orang yang saya sayangi, cintai dan
saya hormati :
1. Kepada STIKes Widya CIpta HUsada
yang telah memberikan saya ilmu dan
sarana untuk melakukan penelitian ini
2. Kepada PWU Tresno Mukti Turen
yang telah mengijinkan dan
menyediakan sarana pada penelitian
ini.

REFERENSI
[1] Maryam et al, Mengenal usia lanjut
dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika, 2011.
[2] Azizah, Keperawatan Lanjut Usia,

Das könnte Ihnen auch gefallen