Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Ilham Apriadi
Email : ilhamapriadi@gmail.com
2)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Ika Cahyaningrum
Email : ikacahyaku@gmail.com
3)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Widya Cipta Husada Malang, Khikmatul Mu’jizah
Email : jizahizbi@gmail.com
ABSTRACT
Aging is a natural process that can not be avoided, running continuously and sustainably. Age
will lead to changes in the structure and physiological bases of various cells (tissue) organs and
systems in the human body, causing most of the elderly deteriorates or changes in the physical,
psychological, and social. This study aims to identify and determine the most dominant intrinsic
factors with the risk of falls in the elderly in PWU Tresno Mukti Turen. The study design using
research type analytical descriptive with the study design cross-sectionalmethod. There are two
variables in this study are the independent variables of intrinsic factor (blood circulation disorders,
limb system disorders, impaired vision) and the dependent variable risk of falling.results Logistic
regression test indicate that the intrinsic factor is the most dominant visual impairment in visual field
examination. It is marked with p Value 0.002 (P <0.05). The conclusion of this study is the
relationship between intrinsic factors on the risk of falls in the elderly. The expected results of this
study contribute to their community and health services, especially nursing care services in order to
increase education about the importance of vision inspection and treatment of the elderly and families
associated with visual impairment and the risk of falls in the elderly.
Keywords: Risk falling, intrinsic factor, Elderly
ABSTRAK
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel (jaringan) organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga
menyebabkan sebagian besar lansia mengalami kemunduran atau perubahan pada fisik, psikologis,
dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan faktor intrinsik yang paling
dominan dengan resiko jatuh pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen. Desain penelitian
menggunakan Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian metode cross sectional.
Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen faktor intrinsik (gangguan sirkulasi
darah, gangguan sistem anggota gerak, gangguan penglihatan) dan variabel dependen resiko jatuh.
Hasil uji regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor intrinsik yang paling dominan adalah gangguan
penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang. Hal tersebut ditandai dengan nilai p Value 0.002 (p <
0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor intrinsik terhadap resiko
jatuh pada lansia. Hasil penelitian ini di harapkan bagi masarakat dan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan asuhan keperawatan agar meningkatkan edukasi tentang pentingnya pemeriksaan
penglihatan dan penatalaksanaan pada lansia dan keluarga terkait dengan gangguan penglihatan dan
resiko jatuh pada lansia.
Penelitian ini dilakukan di PWU Tresno bahwa lansia di PWU Tresno Mukti Turen
Mukti Turen dilaksanakan pada bulan sebagian besar pada tahap prehipertensi
Februari sampai Juli 2017.Alat sebesar 47%.
pengumpulan data yang digunakan dalam Berdasarkan hasil penelitian ini
penelitian ini adalah Sphygmomano meter menunjukkan bahwa hipertensi pada lansia
dan stetoskop untuk pengukuran tekanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
darah dalam satuan mmHg, Snellen Card antara lain usia dan jenis kelamin. Menurut
untuk mengukur ketajaman penglihatan, penelitian yang dilakukan Siga Tage (2013)
lembar observasi untuk dokumentasi pada survey awal yang dilakukam peneliti
pemeriksaan dan kuesioner Morse Fall ditempat penelitian terdapat 86 orang lansia
Scale untuk mengetahui tingkat resiko tercatat sebagai penghuni Panti Sosial Budi
jatuh. Agung Kupang, dari 86 orang lansia
Pengolahan dan analisa data melalui tersebut ditemukan jumlah penderita
program SPSS menggunakan uji Statistik hipertensi sebanyak 46 orang (53,48%)
Rank Spearman untuk mengatahui dengan jumlah lansia yang menderita
hubungan faktor dengan resiko jatuh dan hipertensi sistolik terisolasi sebanyak 18
Uji Statistik Logistic Regresi untuk orang (39,13). Beberapa faktor yang
menggetahui faktor dominan terhadap mempengaruhi hipertensi sistolik terisolasi
resiko jatuh. Etika penelitian meliputi Right diantaranya adalah usia dimana pengaruh
to full disclosure (hak untuk mendapat usia terhadap tekanan darah dapat dilihat
jaminan dari perlakuan yang diberikan, dari keelastisan pembuluh darah. Ini
Informed consent (lembar persetujuan), menunjukkan bahwa lansia mempunyai
Anonymity (tanpa nama), resiko lebih tinggi menderita hipertensi.
Confidentiality (kerahasiaan). Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh lansia
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kategori prehipertensi sebanyak 14
a. Mengetahui Faktor intrinsik (gangguan orang yang bisa dipengaruhi oleh umur
jantung dan sirkulasi darah, gangguan responden yang hampir seluruhnya sekitar
sistem anggota gerak, dan gangguan 60-74 sebanyak 25 orang, pada lansia
penglihatan) pada lansia di PWU terjadi perubahan-perubahan normal pada
Tresno Mukti Turen. jantung (kekuatan otot jantung berkurang),
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tekanan pembuluh darah (arteriosclerosis, elastis
Darah dinding pembuluh darah berkurang), dan
memompa dari jantung harus lebih keras
No Kategori F %
sehingga terjadi hipertensi.
1. Hipotensi 0 0
2. Normal 4 13
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot
No Nilai Tangan Tangan Kaki
3. Prehipertensi 14 47 Kanan Kaki Kiri
Kiri Kanan
4. Hipertensi tahap 1 9 30
5. Hipertensi tahap 2 3 10
f % f % f % f %
Jumlah 30 100
1 5 2 97 2 74 1 37 10 33
9 2 1
Sumber data : Data primer Mei 2017 2 4 1 3 6 20 8 26 6 20
3 3 0 0 1 3 6 20 8 27
Berdasarkan hasil penelitian pada
4 2 0 0 1 3 2 7 3 10
30 responden dapat diketahui bahwa 5 1 0 0 0 0 3 10 3 10
hampir seluruh responden pada kategori 6 0 0 0 0 0 0 0 10 33
prehipertensi sebanyak 14 orang lansia Total 3 10 3 10 3 10 30 10
(47%), sedangkan sebagian kecil responden 0 0 0 0 0 0 ` 0
pada kategori hipertensi tahap 2 sebanyak 3 Sumber data : Data primer Mei 2017
orang lansia (10%). Tekanan sistolik Berdasarkan hasil penelitian pada 30
tertinggi yaitu 160 mmHg dan diastolik 100 responden dapat diketahui bahwa kekuatan
mmHg, dari hasil tersebut dapat diketahui otot pada tangan kanan lansia hampir
4
seluruhnya dengan nilai 5 sebanyak 29 Selain itu, hal-hal yang terjadi pada sistem
orang (97%), dan sebagian kecil memiliki muskuloskeletal lansia antara lain kekakuan
nilai 1 sebanyak 1 orang (3%). Kekuatan jaringan penghubung, berkurangnya masa
otot pada tangan kiri lansia Sebagian besar otot, dan perlambatan konduksi saraf.
dengan nilai 5 sebanyak 22 orang (73%), Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang
dan sebagian kecil memiliki nilai 2 dan 3 lansia susah / terlambat mengantisipasi bila
sebanyak 1 orang lansia (3%). Kekuatan terjadi gangguan seperti terpeleset,
otot pada kaki kanan lansia hampir tersandung, kejadian tiba – tiba, sehingga
separuhnya dengan nilai 5 sebanyak 11 memudahkan jatuh, selain itu pada jenis
orang lansia (37%), dan sebagian kecil kelamin cenderung didominasi oleh
memiliki nilai 2 sebanyak 2 orang lansia perempuan dimana lansia perempuan
(7%). Kekuatan otot pada kaki kiri hampir mengalami penurunan kadar hormon
separuhnya dengan nilai 5 sebanyak 10 estrogen pada saat menopause.
orang lansia (33%), sedangkan sebagian Tabel 3 Distribusi Frekuensi Visus
kecil responden dengan nilai 1 dan 2
sebanyak 3 orang lansia (10%). No Kategori F %
Kaki merupakan struktur anatomi yang 1. Normal 0 0
kompleks yang berfungsi untuk berjalan 2. Ringan 17 57
dan sebagai penumpu saat berdiri. 3. Sedang 13 43
Perubahan anatomi yang normal juga 4. Berat 0 0
dijumpai pada kaki saat tua, pada manusia Total 20 100
usia lanjut, dapat dijumpai atropi bantalan
lemak. Hal ini sejalan dengan penelitian Sumber data : Data primer Mei 2017
yang dilakukan Sutomo (2013) di Panti Tabel 4 Distribusi Frekuensi Lapang
Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat, sampel Pandang
yang digunakan adalah lansia di Panti
No Kategori F %
Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat
1. Tidak normal 13 43
sebanyak 44 responden.Analisis univariat
2. Normal 17 57
menggambarkan bahwa faktor instrinsik
Total 30 100
yaitu lansia yang mempunyai gangguan
anggota gerak sebesar 56.8%, Uji statistik
Sumber data : Data primer Mei 2017
menunjukkan faktor intrinsik lansia yang
mempunyai gangguan anggota gerak ada Berdasarkan hasil penelitian pada 30
hubungan dengan risiko jatuh (p value < responden dapat diketahui bahwa hasil
0.05)[6]. Menurut Bandiyah (2009) pemeriksaan visus sebagian besar lansia
menyatakan bahwa kejadian jatuh terhadap pada katagori ringan sebanyak 17 orang
lanjut usia yang mempunyai gangguan (57%), dan hampir separuhnya lansia pada
muskuloskeletal menyebabkan gangguan kategori sedang sebanyak 13 orang (43%).
gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan Dan pada hasil pemeriksaan lapang
dengan proses menua yang fisiologis, pandang sebagian besar lansia pada
misalnya kekakuan jaringan penghubung, kategori normal sebanyak 17 orang (57%),
berkurangnya masa otot[3]. sedangkan hampir separuhnya lansia pada
kategori tidak normal sebanyak 13 orang
Berdasarkan uraian diatas dapat
(43%). Dari hasil tersebut dapat diketahui
disimpulkan terdapat kelamahan kekuatan
bahwa lansia di PWU Tresno Mukti Turen
otot pada kaki kanan dan kiri yang
sebagian besar mengalami gangguan ringan
dipengaruhi oleh umur responden dan jenis
pada ketajaman penglihatan sebanyak 17
kelamin, dan penyakit penyerta, yang
orang lansia (57%), dan yang mengalami
semua perubahan tersebut mengakibatkan
gangguan lapang pandang sebanyak 13
kelambanan gerak, langkah yang pendek,
orang (43%).
penurunan irama, dan pelebaran bantuan
basal.Kaki tidak dapat menapak dengan Mata adalah organ sensorik yang
kuat dan lebih cenderung gampang goyah. menstransmisika rangsang melalui jarak
5
pada otak ke lobus oksipital dimana rasa Dapat diketahui bahwa hampir
penglihatan ini diterima sesuai dengan separuhnya lansia beresiko jatuh sedang
proses penuaan yang terjadi, diantaranya sebanyak 13 orang (43%), sedangkan
alis berubah menjadi kelabu, dapat menjadi sebagian kecil lansia beresiko berat
kasar pada pria[7] pada lansia yang berusia sebanyak 7 orang (23%).Berdasarkan
lebih dari 60 tahun lensa mata akan hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin keruh, beberapa tidak mengalami resiko jatuh pada lansia dapat
atau jarang mengalami penurunan
dipengaruhi oleh faktor intrinsik
penglihatan seiring dengan bertambahnya
usia [5]. maupun ekstrinsik. Biasanya penyebab
jatuh pada lanjut usia itu merupakan
Perubahan pada panca indra pada
hakikatnya panca indra merupakan suatu
gabungan dari beberapa faktor atau
organ yang tersusun dari jaringan, multifaktor. Jatuh dapat mengakibatkan
sedangkan jaringan sendiri merupakan berbagai jenis cedera dan kerusakan
kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang fisik dan psikologis.Konsekuensi yang
sama. Karena mengalami proses penuaan paling ditakuti dari kejadian jatuh
(aging) sel telah mengalami perubahan adalah patah tulang panggul.jenis
bentuk maupun komposisi sel tidak normal. fraktur lain yang sering terjadi akibat
Maka secara otomatis fungsi indra pun akan jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat lengan atas, dan lengan atas dan
pada orang tua yang secara berangsur- pelvis.konsekuensi lain dari jatuh
angsur mengalami penurunan kemampuan
termasuk kerusakan jaringan lunak [7].
pendengaranya dan mata kurang
kesanggupan melihat secara fokus obyek Berdasarkan uraian diatas dapat
yang dekat bahkan ada yang menjadi rabun, disimpulkan bahwa hampir separuhnya
demikian juga indra pengecap, perasa, responden beresiko jatuh sedang,
penciuman berkurang sensitivitasnya[5]. dikarenakan sebagian besar lansia sudah
Berdasarkan uraian diatas dapat menggunakan tongkat sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar lansia menopang tubuhnya saat bejalan, serta
mengalami gangguan penglihatan sebesar dilingkungan panti untuk penerangan
57 %, penurunan kemampuan penglihatan dan penempatan barang yang sudah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor memadai. Resiko jatuh terjadi karena
diantaranya umur yaitu pada kisaran umur beberapa faktor, baik intrinsik maupun
60-74 tahun yang dimana pada umur 60-74
ekstrinsik, apabila resiko jatuh dapat
terjadi progesifitas pada bola mata yang
dapat mengibatkan berbagai masalah pada
diatasi maka kejadian jatuh dapat
lanjut usia seperti mata kabur, serta bisa menurun tingkat kejadian jatuh dan
juga dipengaruhi penyakit yang diderita dapat membantu lansia dalam
oleh lansia tersebut seperti penyakit mata menyingkirkan rasa takut untuk terjatuh
(katarak, rabun jauh, rabun dekat, glaukoma lagi.
dll) dan diabetes mellitus yang menyebab Analisa Bivariat
komplikasi retinopati yang membuat
Menganalisis hubungan gangguan
gangguan melihat pada lansia.
jantung dan sirkulasi darah, gangguan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh
sistem anggota gerak, gangguan
penglihatan, terhadap resiko jatuh pada
No Kategori F %
lansia di PWU Tresno Mukti Turen.
1. Ringan 10 34
a. hubungan gangguan jantung dan
2. Sedang 13 43
sirkulasi darah terhadap resiko jatuh
3. Berat 7 23
pada lansia di PWU Tresno Mukti
Total 30 100
Turen.
Sumber data : Data primer Mei 2017
6
Tabel 6 Tabulasi Silang Gangguan Jantung Dari hasil diatas dapat dilihat
Dan Sirkulasi Darah Terhadap terdapat hubungan bermakna antara
Resiko Jatuh gangguan jantung sirkulasi darah
TD dengan tingkat resiko jatuh karena
Hiper Hiper kehilangan keelastisan pembuluh darah
Pre
normal hiper tensi tensi Total pada tubuh.
tahap tahap b. Menganalisis hubungan gangguan
tensi
Res 1 2
sistem anggota gerak terhadap resiko
iko
jatuh pada lansia di PWU Tresno
jatuh f % f % f % f % f %
Mukti Turen.
Ringa 4 13, 6 20 0 066 0 09 1 33,
n
3 9 0 3 Tabel 7 Tabulasi Silang Gangguan Sistem
Sedan 0 088 5 16, 7 23, 1 3,3 1 43, Anggota Gerak Tangan Kanan
7 3 3 3
g Terhadap Resiko Jatuh
Berat 0 067 3 10 2 6,7 2 6,6 7 23,
0 3 Resiko
Total 4 13. 1 46, 9 30 3 10 3 100 jatuh
3 4 7 0 Ringan Sedang Berat Total
Resiko Keku
orang (57%), sedangkan hampir separuhnya Hal ini sejalan dengan penelitian yang
lansia pada kategori tidak normal sebanyak dilakukan Sutomo (2013) di Panti Werdha
13 orang (43%). Wisma Mulia Jakarta Barat, sampel yang
Seiring bertambahnya usia maka akan digunakan adalah lansia di Panti Werdha
terjadi perubahan pada kornea, lensa, iris, Wisma Mulia Jakarta Barat sebanyak 44
aquoshumorvitrous, karena bagian utama responden. Analisis univariat
yang mengalami perubahan atau penurunan menggambarkan bahwa faktor instrinsik
sensitifitas yang bisa menyebabkan lensa pada lansia yang mempunyai gangguan
pada mata[5]. Bertambahnya usia akan penglihatan sebesar 75.% menjadi
mempengaruhi fungsi kerja pupil akan terbanyak kedua setelah gangguan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang pendengaran, Uji statistik menunjukkan
dewasa atau muda, penurunan tersebut faktor intrinsik lansia yang mempunyai
meliputi ukuran pupil dan kemampuan gangguan penglihatan ada hubungan
melihat dari jarak. Dengan bertambahnya dengan resiko jatuh (p value < 0.05).
usia pada lansia menyebabkan menurunnya Dengan bertambahnya usia pada lansia
lapangan pandang atau berkurang luas menyebabkan menurunnya lapang pandang
pandangannya[3]. atau luas pandangnya[3].
Dari hasil diatas dapat dilihat terdapat Dari hasil diatas dapat disimpulkan
hubungan bermakna antara gangguan bahwa faktor intrinsik yang paling dominan
penglihatan dengan tingkat resiko jatuh adalah gangguan penglihatan pada
karena semakin tua lansia akan mengalami pemeriksaan lapang pandang dengan nilai
penurunan fungsi organ, termasuk organ sig sebesar 0.002.
dari penglihatan.
d. Menganalisis hubungan yang paling SIMPULAN DAN SARAN
dominan antara gangguan jantung dan Berdasarkan hasil penelitian dan
sirkulasi darah, gangguan sistem pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
anggota gerak, dan gangguan bahwa faktor yang berhubungan adalah
penglihatan, terhadap resiko jatuh pada gangguan jantung dan sirkulasi darah (47
lansia di PWU Tresno Mukti Turen. % pada tahap prehipertensi), gangguan
Tabel 13 Analisis Hubungan Faktor sistem anggota gerak (47% memiliki
Intrinsik Terhadap Resiko kelemahan kekuatan otot dengan nilai 1, 2,
Jatuh dan 3), gangguan sistem penglihatan (57 %
mengalami penurunan ketajaman),
No Kategori R Sig Sedangkan faktor yang paling dominan
1. Kaki kanan 0.849 terhadap resiko jatuh adalah gangguan
2. Kaki kiri 0.761
penglihatan yang didketahui berdasarkan
dari hasil uji Logistic Regresi dengan nilai
3. Visus 0.921 0.712
signifikan 0,002. Melihat hasil tersebut
4. Lapang Pandang 0.002 perawat di harapkan lebih memperhatikan
5. Tekanan Darah 0.169 lansia Khususnya pada faktor gangguan
penglihatan dalam mengurangi resiko jatuh
Sumber data : Data primer Mei 2017 pada lansia.
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui Saran yang dapat diambil dari hasil
hasil Regresi logistik menggunakan SPSS penelitian ini adalah :
IBM 2.1 for windows, didapatkan hasil a. Bagi PWU Tresno Mukti Turen
penelitian diperoleh nilai sig pada Dengan adanya penelitian ini
pemeriksaan lapang pandang sebesar 0.002, diharapkan dapat membuat agenda
yang berarti hubungan yang paling dominan pemeriksaan mata secara regular dan
terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU menambah fasilitas berupa alat bantu,
Tresno Mukti Turen adalah ganguan dan serta dapat melakukan
penglihatan. pengembangan program pencegahan
resiko jatuh pada lansia dengan
10
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukus saya panjatkan Allah
SWT dan Rasulullah SAW sebagai panutan
bagi seluruh Indonesia, saya
mempersembahkan penelitian ini kepada
orang-orang yang saya sayangi, cintai dan
saya hormati :
1. Kepada STIKes Widya CIpta HUsada
yang telah memberikan saya ilmu dan
sarana untuk melakukan penelitian ini
2. Kepada PWU Tresno Mukti Turen
yang telah mengijinkan dan
menyediakan sarana pada penelitian
ini.
REFERENSI
[1] Maryam et al, Mengenal usia lanjut
dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika, 2011.
[2] Azizah, Keperawatan Lanjut Usia,