Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

PENGALAMAN PERAWAT
INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM MERAWAT
PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUMAH
SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Ika Subekti Wulandari 1), Retty Ratnawati 2), Lilik Supriyati 3), Kumboyono4)
1
3URGL',,,.HSHUDZDWDQ67,.HV.XVXPD+XVDGD6XUDNDUWD
2,3,4
3URJUDP6WXGL0DJLVWHU.HSHUDZDWDQ)DNXOWDV.HGRNWHUDQ8QLYHUVLWDV%UDZLMD\D

ABSTRAK
3HUFREDDQ EXQXK GLUL PHUXSDNDQ NRQGLVL JDZDW GDUXUDW \DQJ PHPEXWXKNDQ SHUWRORQJDQ VHJHUD
3HUDZDWGL,*'PHUXSDNDQWHQDJDNHVHKDWDQ\DQJPHPLOLNLSRVLVLSHQWLQJGDQXQLN3HUDZDWGLWXQWXW
XQWXNPHPEHULNDQSHOD\DQDQ\DQJHIHNWLIGDQNRPSUHKHQVLIPHOLSXWLDVSHN¿VLN\DQJEHUIRNXVXQWXN
PHQFHJDK NHPDWLDQ GDQ DVSHN SVLNRORJLV SDGD SHQFHJDKDQ WLQGDNDQ EXQXK GLUL 0HUDZDW SDVLHQ
SHUFREDDQEXQXKGLULDNDQPHPEHULNDQSHQJDODPDQGDQPDNQD\DQJEHUEHGDEDJLVHWLDSSHUDZDW
3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHNVSORUDVL EDJDLPDQDNDK SHQJDODPDQ SHUDZDW ,*' GDODP
PHUDZDW SDVLHQ SHUFREDDQ EXQXK GLUL 'HVDLQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK NXDOLWDWLI GHQJDQ SHQGHNDWDQ
IHQRPHQRORJL LQWHUSUHWLI \DQJ PHOLEDWNDQ OLPD SHUDZDW ,*' 568' 'U 0RHZDUGL 6XUDNDUWD 'DWD
GLNXPSXONDQGHQJDQPHWRGHLQGHSWKLQWHUYLHZGDQGLDQDOLVLVPHQJJXQDNDQWHKQLN0LOHVGDQ+XEHUPDQ
+DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ NHWHUNDLWDQ DQWDU VHPELODQ WHPD \DLWX NHWDNXWDQ SHUDZDW PRWLYDVL
WXJDV PRWLYDVL NDVLKDQ SDVLHQ DJUHVLI SDVLHQ WLGDN WHUXV WHUDQJ SURVHV NHSHUDZDWDQ VHQVDVLRQDO
PHQJHVDPSLQJNDQ PDQDMHPHQ SVLNRORJLV GDQ SHQJKDUDSDQ .HVLPSXODQ \DQJ ELVD GLDPELO DGDODK
PDQDMHPHQNHJDZDWGDUXUDWDQSDGDNDVXVSHUFREDDQEXQXKGLULEHOXPGLODNXNDQVHFDUDNRPSUHKHQVLI
GHQJDQ PHOLKDW PDQXVLD VHFDUD KROLVWLN 3LKDN UXPDK VDNLW VHEDLNQ\D PHODNXNDQ XSD\D XQWXN
PHQLQJNDWNDQVDUDQDSUDVDUDQDGDQNXDOLWDVVXPEHUGD\DPDQXVLDDJDUELVDPHPEHULNDQSHOD\DQDQ
\DQJSULPDNHSDGDSDVLHQ
Kata kunci,QVWDODVL*DZDW'DUXUDWSHQJDODPDQSHUDZDWSDVLHQSHUFREDDQEXQXKGLUL

ABSTRACT
6XLFLGHDWWHPSWLVDQHPHUJHQF\FRQGLWLRQUHTXLULQJLPPHGLDWHDVVLVWDQFH(PHUJHQF\GHSDUWPHQWQXUVH
DVPHGLFDOH[SHUWKDYHDQLPSRUWDQWDQGXQLTXHSRVLWLRQ1XUVHDUHUHTXLUHWRSURYLGHDQHIIHFWLYHDQG
FRPSUHKHQVLYHVHUYLFHVLQFOXGLQJSK\VLFDODVSHFWIRFXVLQJRQGHDWKSUHYHQWLRQDQGSV\FKRORJLFDODVSHFW
RISUHYHQWLYHDFWLRQRQVXLFLGH&DULQJIRUVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWVZLOOSURYLGHH[SHULHQFHDQGGLIIHUHQW
PHDQLQJIRUHDFKQXUVH7KHDLPRIWKLVVWXG\ZDVWRH[SORUHWKHH[SHULHQFHRIHPHUJHQF\GHSDUWHPHQW
QXUVHLQWDNLQJFDUHRIVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWV7KHGHVLJQRIWKLVUHVHDUFKXVHGTXDOLWDWLYHPHWKRG
ZLWKLQWHUSUHWLYHSKHQRPHQRORJLFDODSSURDFKZKLFKLQYROYHG¿YHHPHUJHQF\GHSDUWPHQHWQXUVHVRI'U
0RHZDUGL6XUDNDUWD+RVSLWDO7KHGDWDZDVFROOHFWHGE\LQGHSWKLQWHUYLHZPHWKRGDQGDQDO\]HGXVLQJ
0LOHVDQG+XEHUPDQWHFKQLTXH5HVXOWVRIWKLVUHVHDUFKUHYHDOHGWKDWWKHUHDUHUHOHYDQF\DPRQJQLQH
WKHPHVWKHUHDUHWHUUL¿HGQXUVHWDVNPRWLYDWLRQFRPSDVVLRQPRWLYDWLRQDJJUHVVLYHSDWLHQWVSDWLHQWGR
QRWIUDQNO\WKHQXUVLQJSURFHVVVHQVDWLRQDORYHUULGHWKHSV\FKRORJLFDOPDQDJHPHQWDQGH[SHFWDWLRQ
7KH FRQFOXVLRQ LV WKH HPHUJHQF\ PDQDJHPHQW RI VXLFLGH DWWHPSW FDVH KDYH QRW EHHQ FRQGXFWHG LQ

133
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

DFRPSUHKHQVLYHPDQQHUZLWKDYLHZWRKXPDQKROLVWLFDOO\7KHKRVSLWDOVKRXOGPDNHDFRQFHUWHGHIIRUW
WRLPSURYHWKHLQIUDVWUXFWXUHDQGWKHTXDOLW\RIKXPDQUHVRXUFHVLQRUGHUWRSURYLGHH[FHOOHQWVHUYLFHV
WRSDWLHQWV
Keywords(PHUJHQF\GHSDUWPHQWQXUVH¶VH[SHULHQFHVXLFLGHDWWHPSWSDWLHQWV

1. PENDAHULUAN menangani kasus persobaan bunuh diri. Alasan-


Percobaan melukai diri merupakan salah nya adalah pasien percobaan bunuh diri lebih
satu alasan seseorang dibawa ke Instalasi Gawat sulit ditangani dibandingkan dengan pasien lain
Darurat (IGD). Pasien dibawa ke IGD dan mem- (Huband & Tantam, 2000).
butuhkan perawatan akibat usaha melukai diri Merawat pasien percobaan bunuh diri dalam
diantaranya dengan memotong nadi, membakar kondisi yang agresif dimana respon pasien bi-
diri, menenggelamkan diri, menggantung diri asanya berada diluar kontrol kesadaran sangat
dan meracuni diri (Crawford et al, 2003). Perco- beresiko terhadap keselamatan perawat, pasien
baan melukai diri memiliki hubungan yang erat lain maupun pasien sendiri. Kondisi ini bisa saja
dengan bunuh diri, dimana biasanya bunuh diri membuat perawat stres dan merasakan dilema
didahului dengan pikiran untuk bunuh diri dan karena menghadapi kondisi yang sulit disamping
percobaan melukai diri (Conlon & O’Tuathail, PHQDQJDQLDVSHN¿VLNMXJDKDUXVEHUIRNXVSDGD
2010). aspek psikososial. Disisi lain pendidikan dan
Tindakan perawat IGD dalam menangani SHODWLKDQ \DQJ VSHVL¿N PHQJHQDL PDQDMHPHQ
pasien percobaan bunuh diri sering disertai pe- kasus percobaan bunuh diri juga masih terbatas,
rasaan dilema tersendiri. Conlon dan O’Tuathail akan tetapi perawat dituntut untuk tetap mem-
(2012) menyatakan bahwa perawat sering merasa berikan pelayanan kegawatdaruratan secara kom-
frustasi, antipati, tidak berdaya, dihadapkan pada prehensif.
dilema dan mengeluarkan emosi negatif karena Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
pasien percobaan bunuh diri cenderung sensitif merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi ru-
dan memiliki konsep diri negatif. Tenaga kese- jukan bagi rumah sakit lain di Surakarta dalam
hatan di IGD merasa cemas dan cenderung meng- penanganan kasus gawat darurat. Lokasinya
hindari pasien dengan percobaan bunuh diri yang yang berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa Dae-
berulang karena beranggapan bahwa hal tersebut rah Surakarta juga menjadikan Rumah Sakit Dr.
merupakan tindakan manipulasi dan mencari per- Moewardi sebagai rujukan terutama kasus per-
hatian (Sethi & Uppal, 2006). cobaan bunuh diri yang mengancam kehidup-
Percobaan bunuh diri membutuhkan pe- DQ SDVLHQ GDQ PHPEXWXKNDQ SHQDQJDQDQ ¿VLN
layanan yang komprehensif, holistik dan pari- segera.
purna dikarenakan pasien percobaan bunuh diri Penelitian ini penting dilakukan karena
memiliki karakteristik yang berbeda. Beban kerja setiap manusia memiliki respon yang berbeda
IGD yang tinggi disertai anggapan mengenai terhadap fenomena yang dialami, oleh karena
rumah sakit umum lebih berfokus pada masalah itu perlu dilakukan eksplorasi lebih mendalam
¿VLNPHPEHQWXNVWLJPDEDKZDSHUFREDDQEXQXK mengenai makna pengalaman perawat dalam
diri lebih tepat dirawat di rumah sakit khusus merawat pasien percobaan bunuh diri di Instalasi
jiwa dibandingkan di rumah sakit umum (Martin Gawat Darurat.
& Chapman, 2014; Hopkins, 2002). Melalui eksplorasi pengalaman perawat
Perawat dalam memberikan pelayanan lebih akan diperoleh gambaran mengenai proses pe-
suka menghindari pasien yang agresif (resiko nanganan pada kasus percobaan bunuh diri. Hal
menciderai diri sendiri atau orang lain) karena tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pertim-
khawatir dengan keselamatan diri (Heslop et al, bangan dalam membangun ide dan konsep dasar
2000). Menurut penelitian Friedman et al (2006) dalam mengembangkan model penanganan kasus
dari 107 perawat, sebanyak 55% tidak suka percobaan bunuh diri di Instalasi Gawat Darurat.

134
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

2. PELAKSANAAN dan dapat mengancam keselamatan perawat


Tempat penelitian di IGD (Instalasi Gawat sendiri seperti peryataan berikut.
Darurat) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. ³3HUDVDDQ WDNXW DGD PDNVXGH QHN
Partisipan yang terlibat sejumlah lima orang WLEDWLEDGLDPHPEHURQWDNNHNLWD´ ,
dengan pertimbangan telah mencapai saturasi ³7DSL PXQJNLQ QHN DGD ULZD\DW XQWXN
data. NHNHUDVDQ PDNVXGH QJDPXN DWDX DSD
LWX\DNKDZDWLU´ ,
3. METODE PENELITIAN
Ketakutan lain yang dirasakan perawat
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah takut salah ketika melakukan peng-
ini adalah kualitatif dengan pendekatan feno- kajian atau memberi tindakan. Misalnya
PHQRORJL LQWHUSUHWLI EHUGDVDUNDQ ¿ORVR¿ +HL- ketika perawat melakukan pelevelan triage
degger (Spezial & Carpenter, 2003). Partisipan terkadang perawat menemukan respon ti-
dipilih dengan SXUSRVLYH VDPSOLQJ yang me- dak kooperatif pasien dan sulit membedakan
menuhi kriteria inklusi yaitu perawat yang beker- apakah pasien dalam kondisi tidak sadar atau
ja di IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, sebenarnya sadar tetapi tidak mau berespon
memiliki pengalaman merawat pasien percobaan terhadap perawat, seperti pernyataan berikut.
bunuh diri, bersedia dan setuju untuk berpartisi-
pasi dalam penelitian, mampu berbahasa Indone- ³NDODXSDVIDVHDEXDEX\DLWXSDVLHQ
sia dengan baik. SDVLHQ \DQJ PHQJDODPL NDVXV GHQJDQ
GHSUHVLLWXVXVDKRRRGLDLWXWLGXUDWDX
Pengambilan data dilakukan dengan tehnik tidak sadar, berarti itu kan fase abu-
LQGHSWK LQWHUYLHZ VHPLVWUXFWXUH Hasil wawan- abu yang kadang kita masih kita lebih
cara dianalisis berdasarkan tahapan Miles dan amannya kalau kita masih ragu-ragu
Huberman, sedangkan proses keabsahan data mau masuk ke kuning mending kita ma-
yang merupakan validitas dan reliabilitas pene- VXNNDQ NH PHUDK VDWX OHYHO GLDWDVQ\D
litian dilakukan dengan memenuhi prinsip Cred- Karena takutnya kalau nanti takutnya
LELOLW\'HSHQGHELOLW\&RQ¿UPDELOLW\GDQ7UDQV- ya kalau tidur, kalau tidak bernafas
ferability NDUHQDDSQHXQDK´ ,
4. HASIL DAN PEMBAHASAN b. Motivasi kasihan
Tema-tema yang ditemukan dalam peneli- Motivasi kasihan karena ingin membantu
tian sebanyak 9 tema dimana saling berinteraksi pasien dipengaruhi oleh rasa sosial, mengu-
dan menggambarkan makna pengalaman perawat tamakan keselamatan pasien, memposisikan
dalam merawat pasien percobaan bunuh diri. sebagai pasien dan perasaan ikhlas. Hal ini
Berikut adalah penjelasan masing-masing tema dibuktikan dengan pernyataan berikut.
yang diperoleh:
³ VHFDUD QDOXUL NHMLZDDQ NLWD UDVD
a. Ketakutan perawat VRVLDO NLWD WHWHS NLWD HHH PHPEHULNDQ
Respon emosional yang dirasakan perawat SHUWRORQJDQ´ ,
ketika menghadapi pasien percobaan bunuh ³ -DGLNDQ PRWLYDVL VD\D NDPL DGDODK
diri adalah takut. Perasaan ini dibangun oleh VHDQGDLQ\DSDVLHQLWXDGDODKGLULVD\D
dua sub tema yaitu takut salah dan takut LWX´ ,
akan keselamatan diri perawat. Mayoritas ³ VD\D GLEHUL VXDWX NHPDPSXDQ XQ-
partisipan menunjukkan bahwa dalam men- WXN PHOD\DQL RUDQJ XQWXN PHQJKDGDSL
jalankan tugas dan tanggung jawabnya kepa- RUDQJEHUEDJDLMHQLVDSDSXQNLWDODNX-
da pasien sebagai manusia biasa terkadang NDQGHQJDQLNKODVGDQLEDGDK´ ,
rasa takut muncul dikarenakan sikap pasien
yang sangat sensitif dan tidak terkontrol se- Naluri perawat sebagai mahluk sosial
hingga bisa saja tiba-tiba bertindak agresif mendorong perawat untuk berkewajiban sa-
ling tolong menolong supaya nyawa pasien

135
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

selamat dan dilandasi dengan keikhlasan. e. Pasien tidak terus terang


3HUDZDW PHQFRED PHUHÀHNVLNDQ NHDGDDQ Sikap tertutup pasien ditunjukkan dengan
pasien pada diri perawat sendiri sehingga kategori tidak mau mengakui, diam dan
perawat dapat memahami kebutuhan dan menangis. Pasien seringkali tidak mau meng-
perasaan pasien yang sebenarnya. akui terkait kondisi yang sebenarnya terjadi
maupun alasan melakukan percobaan bunuh
c. Motivasi tugas
diri, seperti yang diungkapkan beberapa par-
Latar belakang tugas dan tanggungjawab se- tisipan berikut ini.
bagai seorang perawat yang harus merawat
³/XNDGLVLQL PHQXQMXNNDQSHUJHODQJDQ
pasien merupakan hal yang menggerakkan
tangan) di radialis dia bilangnya kena
perawat untuk memberikan pelayanan, se-
kaca, terus saya lihat luka kena kaca
perti yang diungkapkan partisipan berikut.
sama luka kayak gitu kan beda, kalau
³PHPDQJ VXDWX WDQJJXQJ MDZDE GDQ LQL NDQ SDVWL HHH QJJDN SDN LQL QJJDN
WXJDVVD\D´ , mungkin kalau kena kaca saya bilang
Memberikan perawatan pada semua JLWX´ ,
pasien sudah merupakan tugas dan tang- Pernyataan menunjukkan bahwa ada
gung jawabnya sebagai orang yang berpro- sikap pasien yang berusaha menutupi ke-
fesi sebagai perawat. Perawat dituntut untuk adaan sebenarnya, yaitu pasien mengatakan
mau dan mampu meberikan pelayanan yang bahwa luka di pergelangan tangan tersebut
dibutuhkan oleh pasien dengan kasus apapun disebabkan karena terkena kaca, akan tetapi
termasuk pada kasus percobaan bunuh diri. ketika perawat melakukan analisis terhadap
d. Pasien agresif mekanisme cidera, perawat menemukan ke-
janggalan bahwa karakteristik luka tersebut
Pasien percobaan bunuh diri yang datang
tidak menujukkan luka yang disebabkan
ke IGD biasanya dalam kondisi yang masih
karena pecahan kaca, melainkan ada upaya
agresif dan sangat aktif sehingga berpotensi
kesengajaan. Kondisi seperti ini menuntut
mengganggu pasien lain seperti yang diung-
perawat harus jeli menganalisa dan cermat
kapkan partisipan berikut.
dalam melakukan pengkajian, supaya inter-
³ NDQ ELDVDQ\D SDVLHQ \DQJ EDUX vensi yang diberikan bisa benar-benar efek-
datang itu kan masih agresif banget tif dan tepat sasaran.
mbak”(I3)
³<DPLVDONDQGLDSDVLHQGDWDQJGHQJDQ f. Proses keperawatan
SVL PLVDONDQ GHQJDQ KLVWHULV WHULDN Belum adanya ruangan isolasi yang khusus
teriak, gelisah itu otomatis mengganggu untuk gangguan psikologis menjadi salah
SDVLHQ\DQJVHEHODK´ , satu penyebab pengkajian lebih fokus pada
DVSHN ¿VLN GDQ triage psikologis belum di-
Pasien menampilkan respon yang
lakukan.
ekspresif terhadap apa yang sedang dira-
sakannya atau dapat juga sebagai bentuk ³(HHHP EHOXP \D PDVLK XPXP MDGL
usaha mencari perhatian dari orang lain. NLWD PDVLK PHPSHUKDWLNDQ ¿VLN EXNDQ
Perasaan gelisah ini juga berpotensi men- \DQJ SVLNLV 3VLNLV ELDVDQ\D NLWD OL-
jadi tindakan agresif yang mebahayakan diri KDW VHWHODK NHJDZDWDQ WHUWDQJDQL GXOX
sendiri dan orang lain. Respon tidak kooper- mbak heem”(I1)
atif dari pasien ini membuat perawat merasa ³.DGDQJ \R FDPSXU RZT VDPELO WHU-
kesulitan ketika akan membangun interaksi WDZD DGD\DQJNRVRQJPDQD´ ,
dengan pasien. ³<DGLSRMRNJLWXPLVDONDQGLSRMRNNDQ
GL UXDQJ \DQJ DJDN PLVDONDQ WHPSDW
\DQJ VHNLUDQ\D NRVRQJ NLWD WHPSDWNDQ
GLVLWX´ ,

136
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

³LWXNDQSULYDF\SDVLHQNXUDQJWHUMDJD percobaan bunuh diri belum mendapat por-


nggih sebenarnya kita isolirkan atau si yang setara dengan penanganan masalah
NLWD SRMRNNDQ \DQJ PDQD ELDU VHPXD ¿VLN+DO\DQJEHUNDLWDQGHQJDQSVLNRORJLV
SDVLHQ DWDX NHOXDUJD SDVLHQ WLGDN jarang diangkat menjadi diagnosa di IGD
PHQJDNVHVNHQDSDWRGLD"/KDLWXSDO- tetapi biasanya dmunculkan ketika pasien
LQJ QJJDN NLWD PHQJXUDQJL LWX SULYDF\ sudah rawat inap diruangan sebagai diagno-
SDVLHQ´ , sa pendukung, seperti ungkapan berikut ini.
Privacy merupakan hal yang diperhati- ³7DSLNDODXXQWXN\DQJGLDJQRVDSVLNLV
kan perawat, terutama ketika dilakukan edu- yang sifatnya tidak emergency itu kita
kasi atau pengkajian terkait masalah pribadi, MDUDQJXQWXNPHPXQFXONDQGLGLDJQRVD
bisa saja pasien tidak mau mengekspresikan DZDO 7DSL XQWXN GLDJQRVD SHQGXNXQJ-
perasaannya dikarenakan banyaknya orang Q\D QDQWL LWX EHUNHODQMXWDQ HHH SHQJH-
disekitar yang dapat mengetahui masalah lolaanya di bangsal”(I2)
pribadinya yang bukan konsumsi umum. Be-
Penyusunan rencana intervensi menga-
lum adanya ruang isolasi membuat perawat
cu pada kondisi kegawatan yang mengancam
menempatkan pasien dipojok ruangan dan
nyawa terlebih dahulu. Perawat terkadang ti-
campur dengan pasien lain. Faktor tersebut
dak melakukan semua perencanaan di IGD,
membuat perawat jarang mengkaji masalah
akan tetapi hanya melakukan tindakan untuk
pada aspek psikologis.
mengatasi kegawatan saja, sedangkan inter-
Pada saat merawat kasus, perawat me- vensi lainnya yang tidak emergency terma-
nemui beberapa karakteristik pasien yang suk penanganan aspek psikologis dilakukan
bervariasi terkait usia, jenis kelamin, penye- di ruang bangsal perawatan. Hal tersebut di-
bab dan metode bunuh diri, seperti pernyata- ungkapkan oleh partisipan berikut.
an berikut.
³NLWD OHELK PHQJXWDPDNDQ PHPEHUL-
³UDWDUDWD XVLD SURGXNWLI MDGL DGD NDQ SHUWRORQJDQ SDGD SDVLHQ \DQJ
\DQJVDPSDL´ , HPHUJHQF\ LWX GXOX MDGL NLWD PHQJHVD-
³DGD\DQJPDVLKUHPDMD´ , PSLQJNDQ SDVLHQ \DQJ DSD LWX \DQJ
³7DSL LQLQ\D EDQ\DN SHUHPSXDQ WHQWDPHQ VXLFLGH WHWDSL VLIDWQ\D WLGDN
PXQJNLQ SHUHPSXDQQ\D WLJD ODNLODNL PHQJDQFDPMLZD´ ,
Q\DVDWXND\DNQ\D´ , Pada tahap implementasi perawat me-
³$GD \DQJ VXGDK LEXLEX UXPDK lakukan beberapa tindakan seperti manaje-
WDQJJD´ , men live saving, SDWLHQW VDIHW\ memotivasi
³$GDNDVXVHHHPDKDVLVZD´ , dan membina hubungan saling percaya di-
mana SHUDZDW PHODNXNDQ PDQDMHPHQ ¿VLN
³HHH NHPXGLDQ 60$ 6HNRODK 0HQH
dan psikologis sesuai tingkat kegawatan,
QJDK$WDV LWXDMD´ ,
seperti ungkapan berikut.
³ELDVDQ\DPHUHNDSXWXVFLQWDLWX´ ,
“Kemudian kalau memang memang
³WHUNDLW VDPD HHH HNRQRPL UXPDK SHUOXHHHDSDQDPDQ\DWLQGDNDQSHPD-
WDQJJDND\DNJLWXODK´ , VDQJDQ 1*7 VSRROLQJ NHPXGLDQ EDK-
³EDSDN LEXNQ\D LWX OKR SRNRNQ\D VH- NDQ VDPSDL GLODNXNDQ LQWXEDVLSXQ \D
ODPDLQLWLGDNSHUQDKUXNXQ´ , PDQDMHPHQOLIHVDYLQJNLWD´ ,
³PHQHQJJDN DQX DSD QDPDQ\D HHH ³7HUXV JDQJXDQ FLGHUD JLPDQD FDUD
ED\JRQL\DED\JRQ´ , Q\D SDVLHQ LWX WLGDN FLGHUD WDSL HHHH
³PHQFREDEXQXKGLULGHQJDQVD\DWDQ FRQWRKQ\DGHQJDQUHVWUDLQ´ ,
GLWDQJDQ´ , ³PHPEHULNDQ VDUDQ VROXVL VHSHUWL
Selama penegakan diagnosa, perhatian LWX´ ,
mengenai masalah psikologis pada pasien

137
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

³PLVDOQ\D GLD JDN SHUFD\D GHQJDQ kan masalahnya dianggap sebagai keberhasi-
VD\D GLD ELVD EHUFHULWD GHQJDQ VLDSD lan perawat dalam membina hubungan saling
eee mungkin dia kan disitu sudah bolak- percaya. Disisi lain perawat merasakan ada
EDOLN\DDVLDSDSHUDZDW\DQJGXOXSHU- sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan
QDK PHQDQJDQL DWDX \DQJ GLSHUFD\DL harapan yaitu pasien atau keluarga pasien
GDQGLDPDXFHULWD´ , tidak memberikan apresiasi terhadap kerja
perawat. Perawat merasa kecewa terhadap
Pada tahap evaluasi selama ini lebih
sikap keluarga pasien yang sering komplain
berfokus untuk mengevaluasi kondisi se-
padahal perawat sudah berusaha semaksimal
FDUD¿VLNGDQSVLNRORJLVVHFDUDXPXPDNDQ
mungkin untuk memberikan pelayanan yang
tetapi pada aspek pikiran atau ide bunuh diri
terbaik kepada pasien.
belum mendapat perhatian dari perawat, se-
perti ungkapan berikut. Perawat merasakan ada hal yang ber-
beda dalam diri pasien percobaan bunuh diri
³.DODX GL ,*' NDODX GLD VXGDK DSD dibanding pada pasien lainnya. Hal ini di-
itu eee dilihat kondisinya sudah layak ungkapkan oleh partisipan
WUDQVSRU GLPLVDONDQ NDODX GLD SDVLHQ
³<DDGDXQLNQ\D\DMDGLVDDWNLWDJDOL
datang dengan tentamen suicide terus
LWX NDGDQJ±NDGDQJ VHEHQDUQ\D OXFX
GLD NHOXKDQQ\D GHQJDQ Q\HUL SHUXW
MXJDNDODXGLGHQJDUNDQNHWHUDQJDQQ\D
yang hebat, merasa terbakar, terus dia
WDSL\DVHEHUDSDSXQNHWHUDQJDQQ\DNLWD
ada gelisah, muntah-muntah ya kita
KDUXVWHULPDNDUHQDPXQJNLQLWXZXMXG
misalkan nanti sudah teratasi misalnya
XQJNDSDQQ\D GLD VHODPD LQL GLD SHQ-
SHUXWQ\DVXGDKPHUDVDHQDNWHUXVGLD
GDP\D´ ,
sudah mulai agak tenang, nggak nggak
KLVWHULV ODJL DWDX DSD LWX WLGDN DJUHVLI ³,\D PHQXUXW VD\D XQLN NDUHQD
ODJLWHUXVGLDVXGDKPXODLELVDGLDMDN NDGDQJNLWDPDNVXGQ\DSDVLHQ\DQJSVL
komunikasi, baru nanti kita bisa eee itu LWXEHUWLQGDNDSD\DQJGLOXDUNLWD¿NLU-
UDZDWMDODQDWDXNLWDSRQGRNNDQ´ , NDQJLWX´ ,
Pernyataan partisipan diatas menunjuk-
g. Sensasional kan bahwa pada pasien percobaan bunuh
Perawat merasakan kepuasan tersendiri ke- diri memiliki pola pikir yang berbeda den-
tika berhasil menolong pasien sekaligus ada gan orang kebanyakan. Perawat terkadang
rasa ketidakpuasan terhadap hasil kerja yang merasakan bahwa sebenarnya ada kelucuan
dilakukan, selain itu perawat juga merasakan tersendiri pada keterangan-keterangan yang
ada keunikan tersendiri ketika menangani diungkapkan pasien, akan tetapi perawat
pasien percobaan bunuh diri yang tidak dite- berusaha menghargai dan memahami segala
mui pada pasien lain, seperti ungkapan part- bentuk respon perasaan pasien baik yang
sipan berikut. positif maupun negatif. Perawat mengang-
³1DK NHSXDVDQQ\D MXJD NHWLND NLWD gap apapun respon yang ditampilkan pasien
WDQ\DGLDELVDPHPÀRUNDQ PHQJHOXDU- merupakan bagian dari cara pasien untuk
NDQ VHPXDLWXNLWDMXJDSXDV´ , mengekspresikan perasaan.
³NLWD VXGDK EHUXVDKD PHQJDWDVL ND h. Mengesampingkan manajemen psikologis
GDQJSDVLHQDWDXNHOXDUJD\DQJQJJDN
Psikologis bukan menjadi prioritas dikare-
QJHUWL LWX NDQ EDQ\DN \DQJ NRPSODLQ
nakan perawat kurang menguasai manaje-
MDGLDJDNNHFHZDDMD´ ,
men kasus yang disebabkan rendahnya mo-
Perawat merasakan kepuasan tersendiri tivasi perawat untuk mengembangkan diri,
ketika berhasil membantu masalah pasien perawat juga sulit membangun komunikasi
atau ketika pasien bersedia menceritakan ma- dengan pasien, seperti ungkapan berikut ini.
salahnya. Kesediaan pasien untuk mencerita-

138
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

³NHUMD LWX UXWLQLWDV GDQ VHEDJDLQ\D ODLSRVLWLIODKGLGDODPGLGDODPPDQD


malas mau mengembangkan diri gitu MHPHQGL,*'XQWXNSHUEDLNDQ´ ,
PDOHV´ , ³SHUOXNHPXGLDQMXJDUHZDUG\DVD\D
 ³NRPXQLNDVL NH EDJLDQ SVL Q\D LWX NLUD 5HZDUG \D GDODP DUWL RRR XQWXN
kan kadang nek nggak memang bu- SHUDZDW\DQJNRPSHWHQVLQ\DGL,*'LWX
kan bidangnya itu susah to mbak NDQ DGD EHGD GHQJDQ SHUDZDW \DQJ GL
NRPXQLNDVLQ\D´ , EDQJVDO´ ,
³VXGDKVHOHVDLLQIXVVHOHVDLDSD\DQJ Harapan perawat dalam meningkatkan
sudah kita lakukan berhubungan de- kualitas layanan khususnya pada manajemen
QJDQSDVLHQLWX\DVXGDKJLWXOKRQJJDN kasus percobaan bunuh diri dimulai dari as-
PHQXMX\DQJNHSVLSVL´ , pek terpentingnya yaitu peningkatan kualitas
³MDGL NLWD NDGDQJ PHQJHVDPSLQJNDQ SDM yang didukung dengan adanya sarana
GDULSVLNRORJLVQ\D´ , dan prasarana yang memadahi serta infor-
masi mengenai teori-teori baru yang dite-
Rasa malas menyebabkan motivasi
mukan berdasarkan hasil penelitian selain
belajar perawat untuk mengembangkan
itu juga dibutuhkan penghargaan dari pihak
diri masih sangat kurang dikarenakan larut
luar kepada perawat sebagai bentuk motivasi
dalam rutinitas pekerjaan. Perawat merasa
eksternal perawat dalam proses peningkatan
sulit membangun interaksi karena tehnik ko-
kualitas layanan.
munikasi pada pasien gangguan psikologis
berbeda dengan pasien lainnya. Kesulitan ini Tema-tema yang ditemukan dalam pene-
dirasakan karena di rumah sakit umum lebih litian ini membentuk sebuah keterkaitan yang
EDQ\DN PHQDQJDQL NDVXV NHJDZDWDQ ¿VLN dapat menggambarkan makna pengalaman per-
dan jarang mengelola kasus kegawatan yang awat dalam merawat pasien percobaan bunuh
disertai gangguan psikologis. diri. Perawat merasakan takut ketika berhadapan
dengan pasien akibat kekerasan yang mungkin
Perawat berpendapat bahwa fokus uta-
dilakukan pasien. Tidak bisa dipungkiri bahwa
ma penanganan kegawatan di rumah sakit
perawat merupakan garda terdepan dalam ber-
XPXP DGDODK SDGD DVSHN ¿VLNQ\D EXNDQ
interaksi kepada pasien, sehingga beresiko tinggi
psikologisnya, sehingga membuat perawat
mendapat tindakan kekerasan dari pasien yang
jarang melihat pasien sebagai manusia yang
masih agresif. Almutairi et al (2013) menyatakan
holistik dan hanya berhenti pada penanganan
bahwa perawat yang bekerja di unit psikiatri atau
DVSHN¿VLNVDMD
IGD memiliki resiko yang tinggi sekitar 62,1%
i. Pengharapan terpapar kekerasan oleh pasien, bahkan Keough
Perawat memiliki beberapa harapan yang et al (2003) menyatakan bahwa perawat yang
bisa meningkatkan kualitas layanan, seperti bekerja di IGD seperti bekerja dalam zona per-
pernyataan berikut ini. ang. Keselamatan perawat merupakan hal yang
harus dilindungi dan ini juga merupakan hak
³3HQGLGLNDQ GDQ SHODWLKDQ VLPSR-
perawat sebagai pekerja, akan tetapi selama ini
sium, seminar itu yang selalu saya
kebijakan atau manajemen belum memberikan
PLQWD´ ,
perhatian dengan porsi yang cukup terhadap ma-
³<D KDUDSDQ VD\D NDODX NHGHSDQQ\D salah ini,
ELVD PHQDQJDQL SDVLHQ LWX VHFDUD HHH
Dampak yang muncul sebagai akibat ke-
SDULSXUQD\D.´ ,
kerasan yang mengancam perawat tidak hanya
³SHUOX UXDQJ NKXVXV \DQJ GLGHVDLQ VHFDUD¿VLNDNDQWHWDSLMXJDDNDQPHPSHQJDUXKL
PHPDQJ NKXVXV XQWXN SDVLHQSDVLHQ aspek emosional perawat seperti perasaan marah,
SVL´ , cemas, putus asa, sedih dan depresi (Grenyer et
³PXQJNLQWHVLVLQLKDUDSDQVD\DPXQJ- al, 2004 & Brennan, 2001). Kondisi ini tentu akan
NLQ QDQWL DGD SDOLQJ WGDN PHPEXDW QL-

139
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

berpengaruh terhadap kualitas hidup perawat dan sat, budaya bahwa dokter adalah posisi sentral,
PHQXUXQNDQSURGXNWL¿WDVNHUMDSHUDZDW minimnya fasilitas dan kurang jelasnya MRE GLV-
Perawat dalam memberikan pelayanan di- FULSWLRQ
gerakkan oleh dua faktor yaitu rasa kasihan dan Kualitas sumber daya yang baik akan men-
tugas. Menurut Tomey dan Alligood (2006) teory dukung terghadap peningkatan mutu pelayanan.
of caring yang diungkapkan oleh Kristen Swan- Friedman et al (2006) dan Egan et al (2012) me-
son menyatakan bahwa kesediaan perawat mau nyatakan bahwa peningkatan pengetahuan dan
menolong pasien dimulai dari maintaining belief kepercayaan diri mengenai manajemen kasus de-
yang merupakan dasar dan pondasi utama prak- ngan gangguan psikologis sangat dibutuhkan oleh
tik caring perawat. Kepercayaan dan keyakinan perawat rumah sakit umum dalam memberikan
hati akan menggerakkan perawat dalam mem- pelayanan yang paripurna kepada pasien. Selama
bentuk komitmen untuk membantu pasien. Tin- ini pendidikan dan pelatihan banyak difokuskan
dakan tersebut sebagai usaha untuk mengerti dan SDGDSHQDQJDQDQNHJDZDWDQVHFDUD¿VLNSDGDKDO
memahami makna hidup seseorang (NQRZLQJ). tidak menutup kemungkinan perawat IGD RSU
Keyakinan dan usaha memaknai kehidupan akan juga akan menerima pasien-pasien yang disertai
menghasilkan respon emosional untuk bersedia gangguan psikologis.
berbagi dan saling merasakan arti pengalaman Kualitas sumber daya manusia yang baik
hidup (EHLQJ ZLWK). Perawat siap dan selalu ada juga harus ditunjang dengan peningkatan fasili-
untuk mendampingi pasien tidak hanya secara tas sarana dan prasarana yang memadai. Perawat
¿VLNWHWDSLMXJDVHFDUDHPRVLRDQDO. berharap disediakannya ruang isolasi dan standar
Pelaksanaan proses keperawatan pada kasus operasional prosedur yang didesain khusus un-
bunuh diri belum dilakukan secara komprehensif tuk kasus-kasus kegawatan yang disertai gang-
termasuk dalam kegiatan triage. Padahal menu- guan psikologis. Manongi et al (2006) bahwa
rut 1DWLRQDOH ,QVWLWXWH IRU &OLQLFDO ([FHOOHQFH minimnya sarana dan prasarana yang diberikan
(2004) menyatakan bahwa ketika pasien datang rumah sakit membuat perawat merasa bingung
ke IGD harus dilakukan triage VHFDUD ¿VLN GDQ dalam menentukan masalah pasien. Dibentuknya
mental. SOP dan ruangan isolasi akan menghasilkan
Meletakkan pasien dipojok ruangan meru- SHUDZDWDQ \DQJ HIHNWLI GDQ H¿VLHQ NDUHQD WHODK
pakan salah satu bentuk triage atau pemilahan disesuaikan dengan kebutuhan perawatan.
yang dilakukan oleh perawat. Pemilahan ini ber- Perawat telah melakukan segala usaha dan
tujuan menjaga patient safety dan SULYDF\ pasien. kemampuannya secara maksimal untuk mem-
Karena menurut Ando et al (2013) pasien per- berikan pelayanan yang terbaik pada pasien.
cobaan bunuh diri membutuhkan perlindungan Meskipun ada berbagai macam motivasi yang
SULYDF\ yang tinggi karena karakteristiknya yang melandasi hal tersebut, akan tetapi perawat tetap
sangat sensitif. Belum adanya ruangan isolasi membutuhkan penghargaan sebagai bentuk apre-
khusus membuat SULYDF\ pasien terganggu, se- siasi terhadap usaha yang dilakukan. Menurut
hingga penggalian data pada aspek yang sangat Oshvandi et al (2008) salah satu faktor rendah-
pribadi juga tidak bisa dilakukan secara maksi- nya motivasi kerja adalah minimnya penghar-
mal. gaan yang diberikan, sehingga apresiasi dapat
Minimnya motivasi perawat dalam mengem- dijadikan sebagai pemicu perawat untuk lebih
bangkan diri membuat manajemen pada aspek meningkatkan kinerjanya.
psikologis belum mendapat perhatian yang cu- Interaksi antar tema yang didapat dapat di-
kup. Menurut Oshvandi et al (2008) ada sembi- lihat pada gambar 1 berikut ini:
lan faktor yang mempengaruhi perawat memiliki
motivasi rendah dalam meningkatkan kinerjanya
meliputi kesulitan dalam pekerjaan, ketidakber-
dayaan, rendahnya gaji, kekerasan pada perawat,
lemahnya dukungan, manajemen yang terpu-

140
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
makna bahwa dalam memberikan pelayanan
perawat belum melihat pasien secara holistik,
seperti halnya dalam melakukan triage lebih ber-
IRNXV SDGD DVSHN ¿VLN GDQ PHQJHVDPSLQJNDQ
aspek psikologis. Meletakkan pasien dipojok ru-
angan merupakan bentuk triage psikologis yang
dilakukan perawat. Pemisahan pasien percobaan
bunuh diri dilakukan karena karakteristik pasien
yang tidak terus terang dan agresif , kondisi ini
menimbulkan ketakutan dalam diri perawat.
Perawat tetap memberikan pelayanan meskipun
merasa takut karena mengingat adanya rasa ka-
sihan dan tugas sebagai seorang perawat. Pe-
Implikasi rawat juga merasakan ada sensasi tersendiri ke-
Temuan yang dihasilkan pada penelitian ini tika merawat pasien dan memiliki harapan untuk
dapat memberikan pemahaman tentang bagaima- bisa memberikan pelayanan yang lebih baik serta
na perawat melakukan penanganan pada pasien membutuhkan apresiasi yang baik terhadap jerih
percobaan bunuh diri terkait tindakan yang di- payahnya.
lakukan dan respon emosional perawat. Hasil
penelitian ini juga bisa sekaligus sebagai evaluasi SARAN
terhadap proses keperawatan pada kasus perco- Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
baan bunuh diri yang selama ini berjalan di IGD. maka peneliti perlu memberikan rekomendasi
Ditemukannya harapan perawat dapat dijadikan demi peningkatan ilmu keperawatan dan pela-
sebagai pertimbangan dan masukan dalam mem- yanan kepada pasien. Pada penelitian selanjut-
bangun kerjasama dengan beberapa pihak terkait nya perlu eksplorasi pengalaman perawat tidak
untuk memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan hanya pada kasus bunuh diri tetapi pada kasus
perawat dalam rangka memberikan pelayanan kegawatan dengan gagguan psikologis yang lain
yang prima pada pasien. di tempat yang berbeda. Metode penelitian se-
EDLNQ\D GLODNXNDQ GHQJDQ SHQGHNDWDQ HWQRJUD¿
Keterbatasan Penelitian atau studi kasus dan disertai pengambilan data
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu observasi kegiatan perawat secara langsung ke-
hanya dilakukan di satu region daerah di Sura- tika melakukan perawatan pada pasien.
karta dimana daerah ini mungkin memiliki karak- Rekomendasi bagi institusi rumah sakit
teristik sosial dan budaya yang berbeda dengan diantaranya perlu meningkatkan kualitas sum-
daerah lain. Sebagain besar wawancara dilaku- berdaya manusia dengan memberikan pelatihan
kan di ruangan IGD dan bersamaan saat partisi- \DQJVSHVL¿NWHQWDQJNHJDZDWDQSDGDJDQJJXDQ
pan berjaga, sehingga hasil perekaman wawan- psikologis, menyediakan ruangan isolasi dan
cara kurang jernih akibat kondisi IGD yang SOP yang didesain khusus untuk pasien perco-
ramai, selain itu perawat tidak bisa terlalu banyak baan bunuh diri, mengembangkan pelayanan
meluangkan waktu karena harus menjalankan tu- berdasarkan HYLGHQFH EDVHG SUDFWLFH dan mem-
gas melayani pasien. Kasus percobaan bunuh diri perkuat motivasi kinerja perawat dengan mem-
merupakan kasus yang jarang terjadi di RSU, se- berikan apresiasi yang baik.
hingga pengambilan data hanya dilakukan lewat
wawancara mendalam dan tidak bisa dilakukan 6. REFERENSI
observasi langsung ketika perawat menangani Almutairi, N, Ahed Alkhatib, Ahmad Boran and
pasien percobaan bunuh diri dikarenakan waktu Ibrahim Mubarak. (2013). The Prevalence of
penelitian yang terbatas.

141
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

physical violence and its associated factors data within a participatory action research
against nurses working at Al-Medina Hospi- framework. -RXUQDO RI $GYDQFHG 1XUVLQJ
tals. The Social Sciences 0HGZHOO-RXUQDOV 31: 135–143.
8 (3): 265-270 Huband N, Tantam D. (2000). Attitudes to self in-
Ando, S, Kiyoto.K, Misato M, Yukako H, Hi- jury within a group of mental health staff. Br
royuki, Hi, Nozomu, A. (2013). Psychoso- J Med Psychol. 73:495– 504.
cial factors associated with suicidal ideation Keough, V., Schlomer, R., Bollenburg, B. (2003)
in clinical patients with depression. Journal 6HUHQGLSLWRXV¿QGLQJVIURPDQ,OOLQRLV('
of Affective Disorders.151: 561–565 QXUVLQJHGXFDWLRQDOVXUYH\UHÀHFWDFULVLVLQ
Brennan, W.(2001). Dealing with verbal abuse emergency nursing. Journal of Emergency
Emergency Nurse. 9 (5):15–17 Nursing. 29 (1), 17–22.
Crawford, T., Geraghty, W., Street, K., Simonoff, Martin. C, Chapman. R. (2014). A mixed method
M. (2003). Staff knowledge and attitudes study to determine the attitude of Australian
towards deliberate self harm in adolescents. emergency health professionals towards pa-
Journal of Adolescence 26 (5), 619–629. tient who present with deliberate self poison-
Conlon.M, O’Tuathail. (2010). Measuring emer- ing. International Emergency Nursing. 22:
gency department nurse’s attittude towards 98-104
deliberate self harm using the self harm Manongi, R., T. Marchant and C. Bygbjerg.
antipathy scale. International Emergency (2006). Improving motivation among prima-
Nursing. 20:3-13 ry health care worker in Tanzania: A health
Friedman, T., Newton, C., Coggan, C., Hooley, worker perapective. Human Resources for
S., Patel, R., Pickard, M., Mitchell, A.J., Health. 4(6), 1186-1478
(2006). Predictors of A & E staff attitudes to National Institute of Health and Clinical Effec-
self harm patients who use self-lacerations: tiveness.(2004). Self-Harm, the Short- Term
LQÀXHQFH RI SUHYLRXV WUDLQLQJ DQG H[SHUL- Physical and Psychological Management
ence. Journal of Psychosomatic Research 60 and Secondary Prevention of Self-Harm in
(3), 273–277. Primary and Secondary Care. NICE Clinical
Grenyer, B., Ilkiw-Lavalle, O., Biro, P., Mid- Guideline 16 (NICE Guideline). KWWSZZZ
dleby-Clements, J.,Cominos, A.,Coleman, QLFHRUJXN&* diakses tanggal 25 maret
M., 2004. Safer at work: development and 2014
evaluation of an aggression and violence Oshvandi K, Zamanzadeh V, Ahmadi F. (2008).
minimization program$XVWUDOLDQDQG1HZ Barriers to nursing job motivation. Journal
Zealand Journal of Psychiatry. 38: 804–810. of Biological Science. 3 (4): 426-434
Hopkins C. (2002). ‘But what about the really ill, Sethi S, Upaal S. (2006). Attitude of clinicians in
poorly people? (An ethnographic study into emergency room towards suicide. Int J Psy-
what it means to nurses in medical admis- chiatry Clin Pract. 10(3):182-85.
sion units to have people who have harmed Speziale,H.J.S, Carpenter, D.R . (2003). 4XDOLWD-
themselves as their patients). Journal of WLYH5HVHDUFK,Q1XUVLQJ WKHG  Philadel-
3V\FKLDWULF DQG 0HQWDO +HDOWK 1XUVLQJ phia: Lipincott Williams and Walkins
9(2):147-154
Tomey, A.M. dan Alligood, M.R. (2006). Nurs-
Heslop, L., Elsom S. and Parker N. (2000) Im- LQJ 7KHRULVW DQG 7KHLU :RUN WK (G USA:
proving continuity of care across psychiatric Mosby Elsevier.
and emergency services: combining patient

-oo0oo-

142

Das könnte Ihnen auch gefallen