Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
net/publication/283016764
CITATIONS READS
0 756
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ENVIRONMENTAL VARIABILITY ASSOCIATED WITH EASTERN LITTLE TUNA [Eutynnus affinis (Cantor, 1849)] CATCHES: A CASE FOR THE NORTH INDRAMAYU WATERS, JAVA
SEA View project
All content following this page was uploaded by Widodo S. Pranowo on 18 June 2017.
1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Email :
widodo.pranowo@kkp.go.id
ABSTRACT
The aim of this research are to discover spatial and temporal Chlorophyl-a distribution and the
relations of that distribution with temperature, salinity, nitrat, carbon, and ENSO in western
waters of Sumatera. This research used time series data analysis, data used in the period 2002-
2006. The pattern of phsysics and chemical waters variability will be displayed with various
marine software that is ODV, Surfer, and Transform. and then for the regression and correlation
analyzed for discover the relations between chlorophyll-a with physico-chemical waters
parameters and ENSO will use microsoft excel. Result showed the very significant corelations
between chlorophyl-a with physico-chemical waters parameters and ENSO on 2002- 2006
years period in western waters of Sumatera. To conclude, in general the chlorophyll-a
distribution in western waters of Sumatera can be described through physico-chemical
parameters of sea waters in western part of sumatera and ENSO impacts in Indonesia.
Keywords : Western Sumatera Sea, Physics and chemical parameters, Chlorophyll-a, ENSO.
Gambar 2. Sebaran Klorofil Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 36
Gambar 3. Sebaran suhu Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Gambar 4. Sebaran Salinitas Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I,c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Secara garis besar jumlah salinitas sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi
permukaan secara umum di perairan Barat massa air dapat mengakibatkan distribusi
Sumatera dari observasi 4 musim salinitas menjadi sangat bervariasi.
mempunyai nilai cukup variatif Menurut
Sebaran Karbon
Wyrtki (1961), sistem angin muson
menyebabkan terjadinya musim hujan dan Sebaran karbon pada perairan Barat
panas yang akhirnya berdampak terhadap Sumatera pada tahun 2002-2006
variasi tahunan salinitas perairan. Menunjukkan nilai yang berbeda pada
Perubahan musim tersebut selanjutnya setiap musimnya. Untuk musim Timur dan
mengakibatkan terjadinya perubahan perlaihan II nilai karbon memiliki angka yang
sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi cukup tinggi dibandingkan musim Barat dan
dengan massa air bersalinitas rendah. peralihan I.
Interaksi antara sistem angin muson dengan
faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari
Gambar 5. Sebaran Karbon Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 38
Secara garis besar jumlah karbon di perairan seluruh indonesia mempunyai nilai
perairan lepas Barat Sumatera memiliki nilai rata-rata dari tahun 2002-2006 sebesar 2.3
yang tidak jauh berbeda dari 4 observasi gC/m2/hari.
musim yaitu dibawah nilai 1 gC/m 2/hari,
jumlah distribusi karbon terus meninggi Sebaran Nitrat
menuju perairan pantai, Hal ini disebabkan
Sebaran Nitrat pada perairan Barat
oleh adanya pengaruh masukan air dari
Sumatera pada tahun 2002-2006
darat, baik dari sungai-sungai maupun dari
Menunjukkan nilai yang berbeda pada
pemukiman penduduk. Hal ini diperkuat oleh
setiap musimnya. Untuk musim Timur dan
penelitian dari Setiawan et al. (2010), hasil
perlaihan II nilai Nitrat memiliki angka yang
dari penelitian tersebut menghasilkan
cukup tinggi dibandingkan musim Barat dan
pendapat bahwa jumlah karbon di perairan
peralihan I.
Barat Sumatera mempunyai nilai dibawah 1
gC/m2/hari dan secara spasial nilai karbon di
a) b)
c)
d)
Gambar 6. Sebaran Nitrat Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Jumlah konsentrasi nitrat permukaan Nilai Index Nino 3.4 pada tahun 2002-2006
secara umum di perairan Barat Sumatera cenderung mengalami El Nino.yang
dari observasi 4 musim, terhitung dari ditunjukan pada tabel 1 memiliki nilai lebih
musim Barat sampai dengan musim besar dari 0 (nol). Nilai tersebut menunjukan
Peralihan II jumlah rata-rata nitrat terus suhu Permukaan laut mengalami fase
meningkat tiap musimnya, menurut panas, yang mengakibatkan musim
Tubawalony (2007) meningkatnya kondisi kemarau di Indonesia.
distribusi nitrat permukaan pada musim Grafik indeks Nino 3.4 menunjukkan
Timur (Agustus-November) di Selatan jawa bahwa iklim normal terjadi pada tahun 2006,
dan Barat Sumatera diakibatkan pengaruh ditunjukkan bahwa pada musim Barat 2006
dari transport ekman menjahui pantai mempunyai nilai lebih kecil dari -0.5 dan nilai
sebagai akibat dari bertiupnya angin muson tersebut naik seiring pergantian musim.
Tenggara. Sedangkan nilai dari periode 2002-2005
Menunjukkan bahwa Indonesia mengalami
Kondisi ENSO Periode 2002-2006
fase kemarau panjang.
39 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43
Hasil analisis regresi penelitian ini transek I dapat dilihat dari nilai distribusi
didapatkan nilai R2=0.984 dari 4 observasi parameter kimia perairan terutama karbon
musim dapat disimpulkan bahwa nilai dan nitrat.
konsentrasi klorofil-a pada transek III
mempunyai kaitan yang cukup erat dengan Transek II
distribusi parameter fisik wilayah tersebut, Hasil korelasi pearson antara nitrat
sehingga distribusi klorofil-a di wilayah dan karbon dengan klorofil-a menunjukkan
transek III dapat dilihat dari nilai distribusi bahwa nilai nitrat memiliki nilai korelasi linier
parameter fisik perairan terutama suhu dan positif yang signifikan terhadap distribusi
salinitas. klorofil-a khususnya di perairan Mentawai,
dapat dikatakan bahwa nilai klorofil akan
Transek IV tinggi seiringnya meningkatnya nilai dari
nitrat tersebut, sedangkan untuk karbon
Hasil korelasi pearson pada wilayah berbeda dengan transek I, nilai karbon
transek IV menunjukkan perbedaan yang mempunyai nilai korelasi linier positif dengan
cukup signifikan pada korelasi antara klorofil-a kategori tinggi, yakni nilai klorofil-a
salinitas dengan klorofil-a, nilai korelasi akan meningkat seiring naiknya nilai karbon.
antara nilai salinitas dengan klorofil memiliki Hasil analisis regresi antara
nilai korelasi linier negatif yakni nilai klorofil- parameter kimia dengan klorofil-a pada
a semakin tinggi seiring Menurunnya nilai transek II didapatkan nilai R2=0.992 dari 4
salinitas, untuk suhu tidak berbeda jauh observasi musim dapat dikatakan bahwa
dengan transek sebelumnya nilai suhu dan nilai konsentrasi klorofil-a pada transek II
klorofil-a memiliki nilai linier negatif yakni mempunyai kaitan yang cukup erat dengan
nilai suhu akan turun seiring meningkatnya distribusi parameter kimia di wilayah
nilai klorofil-a. tersebut, sehingga distribusi klorofil-a di
Hasil analisis regresi penelitian nilai wilayah transek II dapat dilihat dari nilai
R2=0.97 dari 4 observasi musim maka distribusi parameter kimia perairan terutama
dapat digambarkan bahwa nilai konsentrasi karbon dan nitrat di wilayah tersebut.
klorofil-a pada transek III mempunyai kaitan
yang cukup erat dengan distribusi klorofil-a Transek III
wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil-
a di wilayah transek IV dapat dilihat dari nilai Hasil korelasi pearson menunjukkan
distribusi parameter fisik perairan khususnya bahwa nilai korelasi karbon tidak berbeda
suhu dan salinitas. jauh dengan nilai pada transek 2. Korelasi
nilai karbon dan klorofil-a memiliki nilai 0.96
Korelasi Parameter Kimia Perairan yang berarti nilai korelasi antara karbon
Dengan Klorofil-a dengan distribusi klorofil-a tergolong linier
positif kategori tinggi yakni nilai nilai klorofil
Transek 1
meningkat seiring naiknya nilai karbon,
Hasil korelasi pearson antara sama dengan transek 2. Sebaran nitrat
parameter kimia yaitu karbon dan nitrat mempunyai nilai korelasi linier positif dengan
dengan distribusi klorofil-a, menunjukkan klorofil-a, dimana nilai nitrat akan meningkat
bahwa korelasi nitrat dengan klorofil dapat seiring meningkatnya nilai klorofil-a.
dikategorikan korelasi linier positif kategori Dari hasil analisis regresi penelitian
tinggi yaitu dapat di Gambarkan bahwa nilai ini didapatkan nilai R2=0.939 dari 4
distribusi klorofil-a akan tinggi apabila nilai observasi musim maka dapat disimpulkan
nitrat ikut meninggi begitu juga sebaliknya, bahwa nilai konsentrasi klorofil-a pada
sedangkan korelasi antara nilai karbon transek III mempunyai kaitan yang cukup
dengan klorofil dapat dikategorikan korelasi erat dengan distribusi parameter kimia
linier positif kategori tingkat sangat rendah wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil-
yaitu nilai klorofil akan tinggi jika nilai karbon a di wilayah transek III dapat dilihat dari nilai
cukup tinggi begitu juga sebaliknya. distribusi parameter kimia perairan terutama
Hasil analisis regresi pada transek I sebaran karbon dan sebaran nitrat.
menunjukkan nilai R2=0.99 dari 4 observasi
musim, dapat digambarkan bahwa nilai
Transek IV
konsentrasi klorofil-a pada transek I
mempunyai kaitan yang cukup erat dengan Hasil korelasi pearson antara nitrat
distribusi klorofil-a wilayah tersebut, dan karbon dengan klorofil-a menunjukkan
sehingga distribusi klorofil-a di wilayah bahwa nilai nitrat memiliki nilai korelasi linier
41 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43
positif yang agak rendah terhadap distribusi kondisi suhu permukaan laut menurun
klorofil-a khususnya di perairan lepas Barat secara tidak langsung turut berpengaruh
Sumatera, dapat digambarkan bahwa nilai terhadap naiknya distribusi klorofil-a di
klorofil akan tinggi seiringnya meningkatnya perairan Indonesia, dan akan menambah
nilai dari nitrat tersebut, nilai karbon jumlah hasil penangkapan nelayan.
mempunyai nilai korelasi linier positif dengan Hasil analisis regresi didapatkan
klorofil-a kategori tinggi, yakni nilai klorofil-a nilai R2=0.891 dari 4 observasi musim dapat
akan meningkat seiring naiknya nilai karbon. disimpulkan bahwa nilai klorofil-a pada
Hasil analisis regresi didapatkan nilai transek II mempunyai kaitan yang cukup
R2=0.973 dari 4 observasi musim dapat erat dengan El-NinoSouthern Oscillation,
disimpulkan bahwa nilai konsentrasi klorofil- sehingga distribusi klorofil-a di wilayah
a pada transek IV mempunyai kaitan yang transek II dapat dilihat dari dampak dari
cukup erat dengan distribusi klorofil-a peristiwa El-Nino dan La-nina di wilayah
wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil- perairan seluruh Indonesia.
a di wilayah transek IV dapat dilihat dari nilai Hasil korelasi pearson yang
distribusi parameter kimia perairan terutama ditunjukkan pada lampiran 2. yakni Untuk
karbon dan nitrat. nilai IndeksNino 3.4 tidak berbeda jauh
dengan nilai pada transek 2, yaitu 0.98 yang
berarti nilai korelasi antara nilai Indeks Nino
Korelasi Indeks Nino 3.4 Dengan Klorofil-
3.4 dengan distribusi klorofil-a tergolong
a
linier positif kategori tinggi yakni nilai nilai
klorofil meningkat seiring naiknya Indeks
Transek 1
tersebut.
Hasil analisis penelitian hubungan
index nino 3.4 dengan klorofil-a dapat
Transek III
digambarkan bahwa distribusi klorofil-a
meningkat apabila terjadi el-nino. Hal ini Hasil analisis korelasi
terjadi diduga karena mendinginya suhu menggambarkan bahwa distribusi klorofil-a
permukaan laut di wilayah transek 1 yang meningkat apabila terjadi El-Nino, menurut
secara tidak langsung memberikan dampak Saji et al., (1997) hal tersebut terjadi karena
yang berarti terhadap distribusi klorofil-a di pengaruh turunnya suhu permukaan laut
wilayah transek 1. serta adanya anomali angin positif di
Analisis regresi penelitian ini Samudera Hindia Bagian Timur. Angin yang
didapatkan nilai R2=0.667 dari 4 observasi menyusuri pantai mendorong massa air di
musim menunjukkan bahwa nilai klorofil-a permukaan menjauhi pantai sehingga terjadi
dan Indeks nino 3.4 mempunyai keterkaitan upwelling. Upwelling tersebut menyebabkan
yang cukup signifikan, yang berarti tinggi pengangkatan massa air dari dalam ke
rendahnya distribusi klorofil pada transek 1 permukaan perairan lalu terjadi jeda waktu
bisa dijelaskan oleh kondisi El-Nino antara pengangkutan nutrien ke permukaan
Southern Oscilation yang di tampilkan dengan bloomingnya klorofil.
berupa Indeks nino 3.4. Analisis regresi mempunyai nilai
R2=0.968 dari 4 observasi musim
menunjukkan bahwa nilai klorofil-a dan
Transek II
Indeks Nino 3.4 mempunyai keterkaitan
Hasil korelasi pearson yang antara yang sangat signifikan, Hal ini dapat
parameter ENSO yang menggunakan disimpulkan bahwa distribusi klorofil di
Indeks Nino 3.4 dengan distribusi klorofil-a, wilayah transek III dapat dilihat dari
menunjukkan bahwa korelasi ENSO dengan perubahan musim di wilayah Indonesia,
klorofil dapat dikategorikan korelasi linier musim yang dimaksud disini ialah musim
positif kategori tinggi yaitu dapat di kemarau yaitu dampak dari El-Nino di
Gambarkan bahwa nilai distribusi klorofil-a Indonesia serta musim hujan yaitu dampak
akan tinggi apabila nilai Indeks Nino 3.4 ikut La-nina di wilayah Indonesia.
meninggi begitu juga sebaliknya.
Hasil analisis korelasi pearson Transek IV
menggambarkan lebih lanjut bahwa Titik terendah nilai indeks terdapat
distribusi klorofil-a meningkat apabila terjadi pada nilai klorofil-a sebesar 0.084
El-Nino, Hal ini diperkuat oleh pernyataan mg/m3/hari sedangkan nilai tertinggi terdapat
As-syakur dan Prasetia (2010) yang pada nilai klorofil sebesar 0.14 mg/m 3/hari,
menyatakan bahwa pada saat El-Nino Hasil korelasi pearson yang antara
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 42
parameter ENSO yang menggunakan nino 3.4 rendah seiring dengan nilai
Indeks Nino 3.4 dengan distribusi klorofil-a rerata klorofil-a.
menunjukkan angka 0.94 yang berarti nilai
korelasi antara nilai Indeks nino 3.4 dengan
Saran
distribusi klorofil-a tergolong linier positif
kategori tinggi yakni nilai nilai klorofil Hal yang dapat disarankan dan ditujukan
meningkat seiring naiknya Indeks tersebut.
untuk penelitian lanjutan ke depan adalah:
Hasil korelasi dapat digambarkan
secara lanjut bahwa distribusi klorofil-a [1]. Diperlukan penelitian serupa dengan
meningkat apabila terjadi El-Nino. pendetilan wilayah transek menjadi
Ramansyah (2009) yang menyatakan lebih kecil agar tingkat ketelitian hasil
bahwa tingkat distribusi klorofil pada saat el- menjadi lebih tinggi.
nino lebih besar ketimbang pada saat la [2]. Diperlukan peningkatan jenjang
nina. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi suhu kekompleksitasan kajian dengan cara
yang menurun saat terjadi El-Nino. menambahkan parameter studi seperti
Nilai regresi pada transek IV tidak Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap
jauh dari musim sebelumnya nilai regresi parameter yang telah ada dari
didapatkan nilai R2=0.89 dari 4 observasi penelitian ini.
musim yaitu nilai distribusi klorofil-a dapat di
Gambarkan dengan kondisi iklim di
UCAPAN TERIMA KASIH
Indonesia, sebagai dampak dari ENSO di
seluruh perairan Indonesia, Hal ini dapat Artikel ini adalah bagian dari
dipastikan bahwa secara garis besar kondisi penelitian skripsi penulis pertama yang
klorofil-a di wilayah Barat Sumatera dapat di dibimbing oleh para penulis pendamping,
Gambarkan dengan kondisi iklim di dan telah lulus diujikan pada Tahun 2012.
Indonesia. Penulis pertama mengucapkan terima kasih
kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Pesisir yang telah memberikan kesempatan
Kesimpulan penulis pertama untuk bergabung di Kapal
Riset Madidihang dalam MOMSEI Cruise
Berdasarkan hasil dan pembahasan
2011 di Perairan Barat Sumatera.
penelitian tentang keterkaitan kondisi fisika
dan kimia dengan distribusi klorofil-a di
perairan Barat Sumatera maka didapatkan DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut:
Arindi, M. V. 2012. Dinamika massa air di
[1]. Hubungan distribusi klorofil-a dengan
perairan barat Sumatera. Fakultas
parameter fisika di perairan Barat
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.
Sumatera secara garis besar spasial
Bandung.
dan temporal adalah: indeks korelasi
As-syakur, A.R., Prasetia, R. 2010. Pola
linier negatif terhadap suhu, dan
spasial anomali curah hujan selama
berindeks linier positif terhadap
Maret sampai Juni 2010 di Indonesia;
salinitas terutama di wilayah transek 2
Komparasi data TRMM multisatellite
yang merupakan wilayah perairan
precipitation analysis (TMPA) 3B43
kepulauan.
dengan stasiun pengamat hujan.
[2]. Terdapat hubungan yang sangat erat
Denpasar-Indonesia.
antara distribusi klorofil-a dengan
Holiludin. 2009. Variabilitas suhu dan
parameter kimia di perairan Barat
salinitas di perairan barat Sumatera
Sumatera secara garis besar spasial
dan hubungannya dengan angin
dan temporal adalah, dimana indeks
muson dan IODM (Indian Ocean
korelasi bernilai linier positif terhadap
Dipole Mode). Fakultas Perikanan dan
masing-masing parameter karbon dan
Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
nitrat.
Ramansyah, F. 2009. Penentuan pola
[3]. Hubungan Distribusi klorofil-a dengan
sebaran konsentrasi klorofil-a di selat
ENSO digambarkan oleh indeks
Sunda dan perairan sekitarnya
korelasi linier positif, dimana pada saat
dengan Mmenggunakan data
El Nino indeks nino 3.4 dan rerata
inderaan AQUA MODIS. Institut
klorofil-a memiliki nilai yang tinggi,
Pertanian Bogor. Bogor.
sedangkan di saat La Nina nilai indeks
43 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43