Sie sind auf Seite 1von 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283016764

KETERKAITAN KONDISI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN DENGAN


DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

Article · April 2015

CITATIONS READS

0 756

4 authors, including:

Oktavia RIZKA Pratama Widodo S. Pranowo


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya Ministry of Marine Affairs & Fisheries Republic of Indonesia
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 67 PUBLICATIONS 393 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Gilang ardi Pratama


Universitas Pamulang
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

momsei View project

ENVIRONMENTAL VARIABILITY ASSOCIATED WITH EASTERN LITTLE TUNA [Eutynnus affinis (Cantor, 1849)] CATCHES: A CASE FOR THE NORTH INDRAMAYU WATERS, JAVA
SEA View project

All content following this page was uploaded by Widodo S. Pranowo on 18 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KETERKAITAN KONDISI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN DENGAN
DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

Gilang Ardi Pratama1, Widodo S. Pranowo2, Sunarto1, dan Noir P. Purba1

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Email :
widodo.pranowo@kkp.go.id

ABSTRACT
The aim of this research are to discover spatial and temporal Chlorophyl-a distribution and the
relations of that distribution with temperature, salinity, nitrat, carbon, and ENSO in western
waters of Sumatera. This research used time series data analysis, data used in the period 2002-
2006. The pattern of phsysics and chemical waters variability will be displayed with various
marine software that is ODV, Surfer, and Transform. and then for the regression and correlation
analyzed for discover the relations between chlorophyll-a with physico-chemical waters
parameters and ENSO will use microsoft excel. Result showed the very significant corelations
between chlorophyl-a with physico-chemical waters parameters and ENSO on 2002- 2006
years period in western waters of Sumatera. To conclude, in general the chlorophyll-a
distribution in western waters of Sumatera can be described through physico-chemical
parameters of sea waters in western part of sumatera and ENSO impacts in Indonesia.

Keywords : Western Sumatera Sea, Physics and chemical parameters, Chlorophyll-a, ENSO.

PENDAHULUAN (2010) pengaruh ENSO (El Nino/La Nina) di


Indonesia di mulai pada bulan april dan
Sebaran klorofil sangat dipengaruhi akan mencapai puncak pada bulan Agustus
kondisi faktor fisika dan kimia perairan dan September serta terus menurun sampai
Tubawalony (2007) menyatakan bahwa bulan November/Desember. Akan tetapi
kandungan klorofil suatu perairan sangat setiap para peneliti di dunia menarik
tergantung pada ketersediaan nutrien dan kesimpulan yang sama bahwa efek ENSO
intensitas cahaya matahari. Di perairan laut pada setiap kejadian tidak akan pernah
tropis, kandungan klorofil-a perairan sama karena kompleksnya interaksi antara
umumnya rendah karena keterbatasan atmosfer dan laut, berbeda-bedanya
nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom pengaruh dominan dari faktor-faktor
perairan akibat pemanasan permukaan penyebab ENSO, serta adanya pengaruh
perairan yang tejadi hampir sepanjang lokal yang berbeda-beda pada setiap
tahun. Namun secara musiman maupun kejadian ENSO. Hal ini mempengaruhi
spasial di beberapa bagian perairan kondisi fisik perairan sehingga secara tidak
dijumpai kandungan klorofil-a yang cukup langsung dapat mempengaruhi distribusi
tinggi. Perubahan kondisi suatu massa air klorofil.
dapat diketahui dengan melihat sifat-sifat Penelitian ini bertujuan untuk
massa air yang meliputi suhu, salinitas, mengetahui distribusi klorofil-a secara
oksigen terlarut, dan kandungan nutrien. spasial maupun temporal serta kaitanya
Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut dengan penyebaran suhu, salinitas, nitrat,
secara langsung merupakan penyebab karbon serta ENSO di Perairan Barat
bervariasinya produktivitas primer Sumatera.
dibeberapa tempat di laut. Perairan yang
subur dan mempunyai produktivitas yang
tinggi tentunya akan memberikan daya METODOLOGI PENELITIAN
dukung lingkungan yang positif bagi
kehidupan biota laut (Tisch et al., 1992). Wilayah kajian adalah 00°00.036' LS -
Selain pengaruh fisik dan kimia 92°59.144' BT sampai dengan 09°59.280'
perairan, sebaran klorofil juga dipengaruhi LS - 107°59.988' BT, yakni perairan barat
oleh El Nino Southern Oscillation (ENSO). Sumatera. Penelitian ini dilakukan di
Menurut Aldrian (2003) dan As-syakur Laboratorium Data Laut dan Pesisir, pada
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 34

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jakarta. Pelaksanaan komputasi juga


Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan dilanjutkan di Laboratorium Ilmu dan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan Teknologi Kelautan Program Studi Ilmu
dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Kelautan, Universitas Padjadjaran.
Perikanan, Jalan Pasir Putih I, Ancol,

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Wilayah Transek

Data yang digunakan dalam melihat keterwakilan wilayah Samudera


penelitian ini adalah berasal dari NOAA, Hindia Timur di bagian selatan
Oregon State University, dan Badan 4. Transek IV : 08°00.000' S - 95°00.000'
LITBANG kelautan dan Perikanan yang E - 09°59.280'S - 100°00.000' E. Untuk
berada di perairan barat Sumatera. melihat keterwakilan transisi perairan
Penelitian ini menggunakan analisis data barat Sumatera dan perairan Selatan
deret waktu secara musiman, data yang Jawa, dimana diduga sangat dipengaruhi
digunakan yaitu periode tahun 2002-2006. oleh debit dari Selat Sunda.
Pola variabilitas parameter fisik dan kimia
Korelasi data suhu versus salinitas
perairan ditampilkan dengan berbagai
dengan klorofil-a dan korelasi data karbon
software kelautan yaitu ODV, Surfer, dan
serta nitrat versus klorofil-a menggunakan
Transform. Untuk menganalisis regresi dan
software Microsoft excel, data tersebut
korelasi untuk mengetahui hubungan antara
dianalisis analisis regresi linier berganda
klorofil-a dan Parameter fisik dan kimia
berdasarkan musim pada setiap transek.
perairan serta ENSO menggunakan
Sementara itu, korelasi data ENSO versus
software Microsoft excel.
klorofil-a dianalisis dengan menggunakan
Lokasi penelitian di perairan Barat
analisis regresi linier sederhana
Sumatera dibagi menjadi 4 wilayah transek
berdasarkan musim pada setiap transek.
seperti yang tersaji pada Gambar 3. Dimana
Hasil yang didapatkan dari analisis
batas geografis yang digunakan untuk
regresi linear berganda adalah nilai
wilayah transek tersebut adalah :
determinansi (R2), dimana y merupakan
1. Transek I : 00°00.036' S - 92°59.144'
peubah tak bebas merupakan klorofil dan x
E - 02°00.000' S - 100°00.000' E. Untuk
merupakan peubah bebas yang merupakan
melihat keterwakilan wilayah perairan
suhu, salinitas, karbon, dan nitrat.
barat Sumatera di sekitar ekuator.
Untuk nilai korelasi akan didapatkan
2. Transek II : 02°00.000' S - 98°30.000'
nilai R, yaitu akar dari regresi sederhana,
E - 06°00.000' S - 101°00.000' E. Untuk
nilai korelasi tersebut untuk melihat karakter
melihat keterwakilan wilayah perairan
hubungan linier yang dialami dari parameter
barat Sumatera di bagian selatan.
fisik dan kimia serta ENSO dengan klorofil-a
3. Transek III : 06°00.000' S - 100°00.000'
di perairan Barat Sumatera yang dilihat
E - 09°59.280'S - 105°00.000' E. Untuk
bedasarkan grafik.
35 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43

Nilai tersebut dianalisis deskriptif Tubawalony (2007) peningkatan klorofil


bedasarkan musim yang telah di tentukan, yang terjadi pada musim Timur ini di
yaitu musim barat, timur, dan peralihan. perairan provinsi lampung diduga
Hasil analisis tersebut dapat dilihat wilayah dipengaruhi oleh upwelling di Selatan Jawa.
transek yang ditentukan, dari hasil Upwelling tersebut membawa massa air
pengolahan dan analisis deskriptif dapat kaya nutrien dari perairan Selatan Jawa
dilihat faktor-faktor yang cukup akibat aliran AKS (Arus Khatulistiwa
mempengaruhi tingkat distribusi klorofil-a Selatan) yang mencapai Barat daya
permukaan. Sumatera.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Suhu
Sebaran Klorofil
Sebaran suhu pada perairan Barat
Sebaran klorofil pada perairan Barat Sumatera pada tahun 2002-2006
Sumatera pada tahun 2002-2006 Menunjukkan nilai yang berbeda pada
Menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap musimnya. Untuk musim Barat dan
setiap musimnya. Untuk musim Barat dan perlaihan I nilai suhu memiliki angka yang
perlaihan I Menunjukkan sebaran klorofil cukup tinggi, sedangkan pada musim Timur
yang rendah, sedangkan pada musim Timur dan Peralihan II nilai suhu di perairan Barat
dan Peralihan II sebaran klorofil di perairan Sumatera memiliki nilai yang rendah.
Barat Sumatera memiliki nilai sebaran yang Secara Umum, hasil analisis diatas
cukup besar. Hal ini ditunjukkan pada adalah distribusi suhu secara umum di
Gambar 2. Hasil pengamatan dari sebaran perairan Barat Sumatera cukup dipengaruhi
klorofil-a menunjukkan bahwa tingkat oleh iklim di Indonesia, sebaran mengalami
konsentrasi klorofil-a secara garis besar di kenaikan pada periode musim Barat hingga
wilayah perairan Barat Sumatera mengalami musim Peralihan I dan distribusi suhu
peningkatan setiap musimnya, dari hasil secara umum mengalami penurunan yang
pengamatan tingkat konsentrasi paling cukup signifikan pada periode musim
rendah terdapat pada musim Barat Peralihan I hingga periode musim Peralihan
sedangkan konsentrasi tertinggi terdapat II.
pada musim Peralihan II. Menurut

Gambar 2. Sebaran Klorofil Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 36

Gambar 3. Sebaran suhu Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II

Menurut Arindi (2012) nilai suhu Sebaran Salinitas


yang relatif kecil pada musim Peralihan II di
Sebaran salinitas pada perairan Barat
perairan Barat Sumatera disebabkan oleh
Sumatera pada tahun 2002-2006
angin muson dan memiliki nilai sebesar 25.5
Menunjukkan nilai yang berbeda pada
– 28°C. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
setiap musimnya. Untuk musim Barat dan
Holiludin (2010) yang menyatakan
perlaihan I nilai salinitas memiliki angka
menurunnya suhu permukaan perairan pada
cenderung menurun dibandingkan musim
musim Timur tersebut dikarenakan adanya
timur dan peralihan II.
pengaruh angin muson Tenggara, pada
musim Peralihan Jet Wrytki lebih tertekan
karena adanya faktor IODM.
37 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43

Gambar 4. Sebaran Salinitas Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I,c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II

Secara garis besar jumlah salinitas sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi
permukaan secara umum di perairan Barat massa air dapat mengakibatkan distribusi
Sumatera dari observasi 4 musim salinitas menjadi sangat bervariasi.
mempunyai nilai cukup variatif Menurut
Sebaran Karbon
Wyrtki (1961), sistem angin muson
menyebabkan terjadinya musim hujan dan Sebaran karbon pada perairan Barat
panas yang akhirnya berdampak terhadap Sumatera pada tahun 2002-2006
variasi tahunan salinitas perairan. Menunjukkan nilai yang berbeda pada
Perubahan musim tersebut selanjutnya setiap musimnya. Untuk musim Timur dan
mengakibatkan terjadinya perubahan perlaihan II nilai karbon memiliki angka yang
sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi cukup tinggi dibandingkan musim Barat dan
dengan massa air bersalinitas rendah. peralihan I.
Interaksi antara sistem angin muson dengan
faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari

Gambar 5. Sebaran Karbon Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 38

Secara garis besar jumlah karbon di perairan seluruh indonesia mempunyai nilai
perairan lepas Barat Sumatera memiliki nilai rata-rata dari tahun 2002-2006 sebesar 2.3
yang tidak jauh berbeda dari 4 observasi gC/m2/hari.
musim yaitu dibawah nilai 1 gC/m 2/hari,
jumlah distribusi karbon terus meninggi Sebaran Nitrat
menuju perairan pantai, Hal ini disebabkan
Sebaran Nitrat pada perairan Barat
oleh adanya pengaruh masukan air dari
Sumatera pada tahun 2002-2006
darat, baik dari sungai-sungai maupun dari
Menunjukkan nilai yang berbeda pada
pemukiman penduduk. Hal ini diperkuat oleh
setiap musimnya. Untuk musim Timur dan
penelitian dari Setiawan et al. (2010), hasil
perlaihan II nilai Nitrat memiliki angka yang
dari penelitian tersebut menghasilkan
cukup tinggi dibandingkan musim Barat dan
pendapat bahwa jumlah karbon di perairan
peralihan I.
Barat Sumatera mempunyai nilai dibawah 1
gC/m2/hari dan secara spasial nilai karbon di

a) b)

c)
d)

Gambar 6. Sebaran Nitrat Pada; a) Musim Barat; b) Musim Peralihan I, c) Musim Timur, d)
Musim Perlaihan II

Jumlah konsentrasi nitrat permukaan Nilai Index Nino 3.4 pada tahun 2002-2006
secara umum di perairan Barat Sumatera cenderung mengalami El Nino.yang
dari observasi 4 musim, terhitung dari ditunjukan pada tabel 1 memiliki nilai lebih
musim Barat sampai dengan musim besar dari 0 (nol). Nilai tersebut menunjukan
Peralihan II jumlah rata-rata nitrat terus suhu Permukaan laut mengalami fase
meningkat tiap musimnya, menurut panas, yang mengakibatkan musim
Tubawalony (2007) meningkatnya kondisi kemarau di Indonesia.
distribusi nitrat permukaan pada musim Grafik indeks Nino 3.4 menunjukkan
Timur (Agustus-November) di Selatan jawa bahwa iklim normal terjadi pada tahun 2006,
dan Barat Sumatera diakibatkan pengaruh ditunjukkan bahwa pada musim Barat 2006
dari transport ekman menjahui pantai mempunyai nilai lebih kecil dari -0.5 dan nilai
sebagai akibat dari bertiupnya angin muson tersebut naik seiring pergantian musim.
Tenggara. Sedangkan nilai dari periode 2002-2005
Menunjukkan bahwa Indonesia mengalami
Kondisi ENSO Periode 2002-2006
fase kemarau panjang.
39 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43

Tabel 1. Indeks Nino 3.4 Periode 2002-2006


Tahun Musim Barat Musim Peralihan I Musim Timur Musim Peralihan II

2002 -0.1 0.4 0.9 1.3


2003 1.2 0.1 0.4 0.5
2004 0.4 0.2 0.7 0.8
2005 0.7 0.4 0.4 -0.1
2006 -0.7 -0.1 0.3 0.9

Gambar 7. Grafik Indeks Nino 3.4


Korelasi Parameter Fisik Perairan Transek II
Dengan Klorofil-a
Hasil korelasi pearson antara suhu
Transek I dan salinitas dengan klorofil yang terdapat
menunjukkan bahwa nilai suhu memiliki nilai
Hasil korelasi pearson yang antara
korelasi linier negatif yang signifikan
parameter fisik yaitu suhu dan salinitas
terhadap distribusi klorofil-a khususnya di
dengan distribusi klorofil-a, menunjukkan
perairan Mentawai.
bahwa korelasi suhu dengan klorofil dapat
Nilai regresi menunjukkan nilai
dikategorikan korelasi linier negatif kategori
R2=0.994 dari 4 observasi musim bahwa
cukup yaitu dapat digambarkan bahwa nilai
nilai regresi linier antara faktor fisik perairan
distribusi klorofil-a akan tinggi apabila nilai
dan klorofil-a memiliki nilai yang cukup
suhu menurun begitu juga sebaliknya,
besar, dapat disimpulkan bahwa kondisi
sedangkan korelasi antara nilai salinitas
distibusi klorofil-a pada transek 2 tepatnya di
dengan klorofil dapat dikategorikan korelasi
perairan Mentawai, dapat di Gambarkan
linier positif kategori tingkat sangat rendah
dengan kondisi fisik perairan di wilayah
yaitu nilai klorofil akan tinggi jika nilai
tersebut.
salinitas cukup tinggi begitu juga sebaliknya.
Perhitungan2 analisis regresi Transek III
menunjukkan nilai R =0.933 dari 4 observasi
musim dengan nilai kesalahan perhitungan Nilai suhu pada transek 3 tidak
yang kecil yaitu 0.2 dapat di berbeda jauh dengan nilai pada transek 2,
simpulkanbahwa nilai klorofil mempunyai yaitu masih berkisar antara -0.90 yang
hubungan dan keterkaitan yang besar berarti nilai korelasi antara suhu dengan
dengan paremeter fisik perairan, hal ini distribusi klorofil-a tergolong linier negatif
diduga bahwa parameter fisik perairan kategori tinggi yakni nilai nilai klorofil
mempengaruhi laju fotosintesa dari meningkat seiring menurunnya nilai suhu,
fitoplankton, sehingga klorofil-a mempunyai sama dengan transek 2, sebaran salinitas
keterkaitan besar terhadap parameter fisika mempunyai nilai korelasi linier positif dengan
perairan yakni suhu dan salinitas. klorofil-a, dimana nilai klorofil akan
meningkat seiring meningkatnya nilai
klorofil-a.
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 40

Hasil analisis regresi penelitian ini transek I dapat dilihat dari nilai distribusi
didapatkan nilai R2=0.984 dari 4 observasi parameter kimia perairan terutama karbon
musim dapat disimpulkan bahwa nilai dan nitrat.
konsentrasi klorofil-a pada transek III
mempunyai kaitan yang cukup erat dengan Transek II
distribusi parameter fisik wilayah tersebut, Hasil korelasi pearson antara nitrat
sehingga distribusi klorofil-a di wilayah dan karbon dengan klorofil-a menunjukkan
transek III dapat dilihat dari nilai distribusi bahwa nilai nitrat memiliki nilai korelasi linier
parameter fisik perairan terutama suhu dan positif yang signifikan terhadap distribusi
salinitas. klorofil-a khususnya di perairan Mentawai,
dapat dikatakan bahwa nilai klorofil akan
Transek IV tinggi seiringnya meningkatnya nilai dari
nitrat tersebut, sedangkan untuk karbon
Hasil korelasi pearson pada wilayah berbeda dengan transek I, nilai karbon
transek IV menunjukkan perbedaan yang mempunyai nilai korelasi linier positif dengan
cukup signifikan pada korelasi antara klorofil-a kategori tinggi, yakni nilai klorofil-a
salinitas dengan klorofil-a, nilai korelasi akan meningkat seiring naiknya nilai karbon.
antara nilai salinitas dengan klorofil memiliki Hasil analisis regresi antara
nilai korelasi linier negatif yakni nilai klorofil- parameter kimia dengan klorofil-a pada
a semakin tinggi seiring Menurunnya nilai transek II didapatkan nilai R2=0.992 dari 4
salinitas, untuk suhu tidak berbeda jauh observasi musim dapat dikatakan bahwa
dengan transek sebelumnya nilai suhu dan nilai konsentrasi klorofil-a pada transek II
klorofil-a memiliki nilai linier negatif yakni mempunyai kaitan yang cukup erat dengan
nilai suhu akan turun seiring meningkatnya distribusi parameter kimia di wilayah
nilai klorofil-a. tersebut, sehingga distribusi klorofil-a di
Hasil analisis regresi penelitian nilai wilayah transek II dapat dilihat dari nilai
R2=0.97 dari 4 observasi musim maka distribusi parameter kimia perairan terutama
dapat digambarkan bahwa nilai konsentrasi karbon dan nitrat di wilayah tersebut.
klorofil-a pada transek III mempunyai kaitan
yang cukup erat dengan distribusi klorofil-a Transek III
wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil-
a di wilayah transek IV dapat dilihat dari nilai Hasil korelasi pearson menunjukkan
distribusi parameter fisik perairan khususnya bahwa nilai korelasi karbon tidak berbeda
suhu dan salinitas. jauh dengan nilai pada transek 2. Korelasi
nilai karbon dan klorofil-a memiliki nilai 0.96
Korelasi Parameter Kimia Perairan yang berarti nilai korelasi antara karbon
Dengan Klorofil-a dengan distribusi klorofil-a tergolong linier
positif kategori tinggi yakni nilai nilai klorofil
Transek 1
meningkat seiring naiknya nilai karbon,
Hasil korelasi pearson antara sama dengan transek 2. Sebaran nitrat
parameter kimia yaitu karbon dan nitrat mempunyai nilai korelasi linier positif dengan
dengan distribusi klorofil-a, menunjukkan klorofil-a, dimana nilai nitrat akan meningkat
bahwa korelasi nitrat dengan klorofil dapat seiring meningkatnya nilai klorofil-a.
dikategorikan korelasi linier positif kategori Dari hasil analisis regresi penelitian
tinggi yaitu dapat di Gambarkan bahwa nilai ini didapatkan nilai R2=0.939 dari 4
distribusi klorofil-a akan tinggi apabila nilai observasi musim maka dapat disimpulkan
nitrat ikut meninggi begitu juga sebaliknya, bahwa nilai konsentrasi klorofil-a pada
sedangkan korelasi antara nilai karbon transek III mempunyai kaitan yang cukup
dengan klorofil dapat dikategorikan korelasi erat dengan distribusi parameter kimia
linier positif kategori tingkat sangat rendah wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil-
yaitu nilai klorofil akan tinggi jika nilai karbon a di wilayah transek III dapat dilihat dari nilai
cukup tinggi begitu juga sebaliknya. distribusi parameter kimia perairan terutama
Hasil analisis regresi pada transek I sebaran karbon dan sebaran nitrat.
menunjukkan nilai R2=0.99 dari 4 observasi
musim, dapat digambarkan bahwa nilai
Transek IV
konsentrasi klorofil-a pada transek I
mempunyai kaitan yang cukup erat dengan Hasil korelasi pearson antara nitrat
distribusi klorofil-a wilayah tersebut, dan karbon dengan klorofil-a menunjukkan
sehingga distribusi klorofil-a di wilayah bahwa nilai nitrat memiliki nilai korelasi linier
41 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43

positif yang agak rendah terhadap distribusi kondisi suhu permukaan laut menurun
klorofil-a khususnya di perairan lepas Barat secara tidak langsung turut berpengaruh
Sumatera, dapat digambarkan bahwa nilai terhadap naiknya distribusi klorofil-a di
klorofil akan tinggi seiringnya meningkatnya perairan Indonesia, dan akan menambah
nilai dari nitrat tersebut, nilai karbon jumlah hasil penangkapan nelayan.
mempunyai nilai korelasi linier positif dengan Hasil analisis regresi didapatkan
klorofil-a kategori tinggi, yakni nilai klorofil-a nilai R2=0.891 dari 4 observasi musim dapat
akan meningkat seiring naiknya nilai karbon. disimpulkan bahwa nilai klorofil-a pada
Hasil analisis regresi didapatkan nilai transek II mempunyai kaitan yang cukup
R2=0.973 dari 4 observasi musim dapat erat dengan El-NinoSouthern Oscillation,
disimpulkan bahwa nilai konsentrasi klorofil- sehingga distribusi klorofil-a di wilayah
a pada transek IV mempunyai kaitan yang transek II dapat dilihat dari dampak dari
cukup erat dengan distribusi klorofil-a peristiwa El-Nino dan La-nina di wilayah
wilayah tersebut, sehingga distribusi klorofil- perairan seluruh Indonesia.
a di wilayah transek IV dapat dilihat dari nilai Hasil korelasi pearson yang
distribusi parameter kimia perairan terutama ditunjukkan pada lampiran 2. yakni Untuk
karbon dan nitrat. nilai IndeksNino 3.4 tidak berbeda jauh
dengan nilai pada transek 2, yaitu 0.98 yang
berarti nilai korelasi antara nilai Indeks Nino
Korelasi Indeks Nino 3.4 Dengan Klorofil-
3.4 dengan distribusi klorofil-a tergolong
a
linier positif kategori tinggi yakni nilai nilai
klorofil meningkat seiring naiknya Indeks
Transek 1
tersebut.
Hasil analisis penelitian hubungan
index nino 3.4 dengan klorofil-a dapat
Transek III
digambarkan bahwa distribusi klorofil-a
meningkat apabila terjadi el-nino. Hal ini Hasil analisis korelasi
terjadi diduga karena mendinginya suhu menggambarkan bahwa distribusi klorofil-a
permukaan laut di wilayah transek 1 yang meningkat apabila terjadi El-Nino, menurut
secara tidak langsung memberikan dampak Saji et al., (1997) hal tersebut terjadi karena
yang berarti terhadap distribusi klorofil-a di pengaruh turunnya suhu permukaan laut
wilayah transek 1. serta adanya anomali angin positif di
Analisis regresi penelitian ini Samudera Hindia Bagian Timur. Angin yang
didapatkan nilai R2=0.667 dari 4 observasi menyusuri pantai mendorong massa air di
musim menunjukkan bahwa nilai klorofil-a permukaan menjauhi pantai sehingga terjadi
dan Indeks nino 3.4 mempunyai keterkaitan upwelling. Upwelling tersebut menyebabkan
yang cukup signifikan, yang berarti tinggi pengangkatan massa air dari dalam ke
rendahnya distribusi klorofil pada transek 1 permukaan perairan lalu terjadi jeda waktu
bisa dijelaskan oleh kondisi El-Nino antara pengangkutan nutrien ke permukaan
Southern Oscilation yang di tampilkan dengan bloomingnya klorofil.
berupa Indeks nino 3.4. Analisis regresi mempunyai nilai
R2=0.968 dari 4 observasi musim
menunjukkan bahwa nilai klorofil-a dan
Transek II
Indeks Nino 3.4 mempunyai keterkaitan
Hasil korelasi pearson yang antara yang sangat signifikan, Hal ini dapat
parameter ENSO yang menggunakan disimpulkan bahwa distribusi klorofil di
Indeks Nino 3.4 dengan distribusi klorofil-a, wilayah transek III dapat dilihat dari
menunjukkan bahwa korelasi ENSO dengan perubahan musim di wilayah Indonesia,
klorofil dapat dikategorikan korelasi linier musim yang dimaksud disini ialah musim
positif kategori tinggi yaitu dapat di kemarau yaitu dampak dari El-Nino di
Gambarkan bahwa nilai distribusi klorofil-a Indonesia serta musim hujan yaitu dampak
akan tinggi apabila nilai Indeks Nino 3.4 ikut La-nina di wilayah Indonesia.
meninggi begitu juga sebaliknya.
Hasil analisis korelasi pearson Transek IV
menggambarkan lebih lanjut bahwa Titik terendah nilai indeks terdapat
distribusi klorofil-a meningkat apabila terjadi pada nilai klorofil-a sebesar 0.084
El-Nino, Hal ini diperkuat oleh pernyataan mg/m3/hari sedangkan nilai tertinggi terdapat
As-syakur dan Prasetia (2010) yang pada nilai klorofil sebesar 0.14 mg/m 3/hari,
menyatakan bahwa pada saat El-Nino Hasil korelasi pearson yang antara
Pratama et al., 2015, Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan 42

parameter ENSO yang menggunakan nino 3.4 rendah seiring dengan nilai
Indeks Nino 3.4 dengan distribusi klorofil-a rerata klorofil-a.
menunjukkan angka 0.94 yang berarti nilai
korelasi antara nilai Indeks nino 3.4 dengan
Saran
distribusi klorofil-a tergolong linier positif
kategori tinggi yakni nilai nilai klorofil Hal yang dapat disarankan dan ditujukan
meningkat seiring naiknya Indeks tersebut.
untuk penelitian lanjutan ke depan adalah:
Hasil korelasi dapat digambarkan
secara lanjut bahwa distribusi klorofil-a [1]. Diperlukan penelitian serupa dengan
meningkat apabila terjadi El-Nino. pendetilan wilayah transek menjadi
Ramansyah (2009) yang menyatakan lebih kecil agar tingkat ketelitian hasil
bahwa tingkat distribusi klorofil pada saat el- menjadi lebih tinggi.
nino lebih besar ketimbang pada saat la [2]. Diperlukan peningkatan jenjang
nina. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi suhu kekompleksitasan kajian dengan cara
yang menurun saat terjadi El-Nino. menambahkan parameter studi seperti
Nilai regresi pada transek IV tidak Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap
jauh dari musim sebelumnya nilai regresi parameter yang telah ada dari
didapatkan nilai R2=0.89 dari 4 observasi penelitian ini.
musim yaitu nilai distribusi klorofil-a dapat di
Gambarkan dengan kondisi iklim di
UCAPAN TERIMA KASIH
Indonesia, sebagai dampak dari ENSO di
seluruh perairan Indonesia, Hal ini dapat Artikel ini adalah bagian dari
dipastikan bahwa secara garis besar kondisi penelitian skripsi penulis pertama yang
klorofil-a di wilayah Barat Sumatera dapat di dibimbing oleh para penulis pendamping,
Gambarkan dengan kondisi iklim di dan telah lulus diujikan pada Tahun 2012.
Indonesia. Penulis pertama mengucapkan terima kasih
kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Pesisir yang telah memberikan kesempatan
Kesimpulan penulis pertama untuk bergabung di Kapal
Riset Madidihang dalam MOMSEI Cruise
Berdasarkan hasil dan pembahasan
2011 di Perairan Barat Sumatera.
penelitian tentang keterkaitan kondisi fisika
dan kimia dengan distribusi klorofil-a di
perairan Barat Sumatera maka didapatkan DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut:
Arindi, M. V. 2012. Dinamika massa air di
[1]. Hubungan distribusi klorofil-a dengan
perairan barat Sumatera. Fakultas
parameter fisika di perairan Barat
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.
Sumatera secara garis besar spasial
Bandung.
dan temporal adalah: indeks korelasi
As-syakur, A.R., Prasetia, R. 2010. Pola
linier negatif terhadap suhu, dan
spasial anomali curah hujan selama
berindeks linier positif terhadap
Maret sampai Juni 2010 di Indonesia;
salinitas terutama di wilayah transek 2
Komparasi data TRMM multisatellite
yang merupakan wilayah perairan
precipitation analysis (TMPA) 3B43
kepulauan.
dengan stasiun pengamat hujan.
[2]. Terdapat hubungan yang sangat erat
Denpasar-Indonesia.
antara distribusi klorofil-a dengan
Holiludin. 2009. Variabilitas suhu dan
parameter kimia di perairan Barat
salinitas di perairan barat Sumatera
Sumatera secara garis besar spasial
dan hubungannya dengan angin
dan temporal adalah, dimana indeks
muson dan IODM (Indian Ocean
korelasi bernilai linier positif terhadap
Dipole Mode). Fakultas Perikanan dan
masing-masing parameter karbon dan
Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
nitrat.
Ramansyah, F. 2009. Penentuan pola
[3]. Hubungan Distribusi klorofil-a dengan
sebaran konsentrasi klorofil-a di selat
ENSO digambarkan oleh indeks
Sunda dan perairan sekitarnya
korelasi linier positif, dimana pada saat
dengan Mmenggunakan data
El Nino indeks nino 3.4 dan rerata
inderaan AQUA MODIS. Institut
klorofil-a memiliki nilai yang tinggi,
Pertanian Bogor. Bogor.
sedangkan di saat La Nina nilai indeks
43 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 33 - 43

Saji, N.H., Goswami, B.N., Vinayachandran,


P.N., Yamagata, T. 1999. A dipole
mode in the tropical Indian Ocean.
Nature 401, 360-363.
Setiawan A., Putri, R.M., Suciati, F. 2010.
Perhitungan fluks CO2 di perairan
Indonesia berdasarkan data
penginderaan jauh dan pendekatan
empirik. Balai Riset dan Observasi
Kelautan, Pusat Litbang Sumberdaya
Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan
dan Perikanan Jalan Baru Perancak,
Negara, Jembrana, Bali.
Tisch, T. D., RAMP, S.R., Collins, C.A 1992.
Observation of the geostrophic current
and water mass charateristic off point
Sur, California From May 1988
through November 1989. Journal of
Geophysical Research 97, 12535-
12555.
Tubawalony, S. 2007. Kajian klorofil-a dan
nutrient serta interelasinya dengan
dinamika massa air di perairan barat
Sumatera dan selatan Jawa-
Sumbawa. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of
The Southeast Asian Water. NAGA
Report Vol 2. Scripps Inst.
Oceanography. The University of
California. La Jolla, California.

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen