Sie sind auf Seite 1von 9

MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA PADA ORGANISASI

INTERNASIONAL

Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W

ABSTRACT

Communicating effectively with people from different cultures in the workplace is very chal-
lenging. Barriers to intercultural communication can occur, such as anxiety, roles and norms, be-
liefs and values, stereotypes and ethnocentrism. These barriers can cause internal conflict within a
group of organizations or companies that have employees with different cultures. Internal conflicts
that occur will also prevent the organization to achieve its goals. The current issue is how the
management of intercultural communication conflicts occurs in international organizations.
The purpose of this study is to describe the experience of employees of international
organizations in the management of intercultural communication conflicts by knowing the ne-
gotiation of employee identity, knowing the types and forms of conflict experienced by employ-
ees of international organizations and knowing the form of face management in inter-cultural
communication conflict management at employees of international organizations. The subject
of this research are international organization employees from India, UK, Indonesia and China.
Theory used in this study are Identity Negotiation Theory, Face Negotiation Theory,
Effective Intercultural Workgroup in Communication Theory and Thomas and Killman’s Con-
flict Management Model.
The results showed that the negotiation of identity between collectivist and individualist
cultures that occurred begins with the interaction between cultures in the form of communica-
tion behavior, language, personal character and response from other employees. Differences in
ways of thinking and view are the main causes of conflict between individualist and collectivist
cultures. Face owned by each culture influences other differences such as how individuals per-
ceive themselves in conflict, self-priority in conflict, and the conflict management style used.
Intercultural conflict management that occurs requires a third party as a mediator.

Keywords : Intercultural Communication, Conflict Management, International


Organization

PENDAHULUAN Organisasi internasional ini memekerjakan


Konflik antarbudaya dapat terjadi pada karyawan yang berasal dari negara yang berbeda.
organisasi internasional yang memiliki karyawan Pada saat ini karyawan yang tergabung dalam
dari bangsa yang berbeda-beda. Indonesia organisasi ini berasal dari Cina, Inggris, India,
tergabung pada lebih dari lima puluh organisasi Vietnam, Inggris, Filipina dan Jepang. Peneliti
internasional. UN, AFUNPR, UNDP, UNICEF, mengetahui fenomena diversity ini dari
WHO, WWF dan ERIA adalah sebagian kecil narasumber peneliti yang merupakan karyawan
dari organisasi internasional yang berada di pada organisasi ini.
Indonesia1. Berdasarkan AP, salah satu karyawan

1
Untuk mengetahui organisasi internasional yang digunakan pada penelitian ini, dapat mengirimkan email ke ratihatibie96@gmail.com

11
Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W.

terdapat konflik yang ditimbulkan karena karyawan yang berasal dari Indonesia lain yang
perbedaan budaya. Kasus yang terjadi pada akhirnya bercerai karena pihak keluarga tidak
organisasi ini contohnya ada pada karyawan yang bisa menerima jam kerja yang tidak mengenal
berasal dari Inggris, saat ia bekerja pertama di waktu. Perbedaan nilai yang dimiliki kedua
organisasi ini ada Indonesia yang memanggilnya budaya yaitu Jepang dan Indonesia
“bule”. Karyawan yang berasal dari Inggris mengakibatkan konflik. Maka dari itu manajer
tersebut marah karena menurutnya hal itu adalah organisasi yang bekerja dalam lingkungan
hal yang tidak sopan dan ia mengatakan bahwa multibudaya perlu memahami apa yang terjadi
karyawan yang berasal dari Indonesia tersebut dalam organisasi, serta mengembangkan
memiliki mental yang sampah. Karyawan yang kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah
berasal dari Indonesia tersinggung dengan perbedaan budaya yang timbul (dalam Mulyana
pernyataan tersbue karena menurutnya memanggil dan Rahmat, 2010:56).
orang kulit putih dengan sebutan “bule” adalah hal Kasus pada organisasi ini misalnya,
yang wajar, tetapi menurut karyawan Inggris kata karyawan yang yang berasal dari Indonesia
itu sangat menyinggung perasaannya. Perbedaan memanggil karyawan dari Inggris “bule”, dan
cara berkomunikasi dalam mengungkapkan kata karyawan yang berasal dari Inggris tersinggung.
panggilan untuk individu memicu terjadinya konflik Karyawan yang berasal dari Inggris memiliki
antar keduanya. Karyawan Indonesia akhirnya karakter budaya individualistik – low-context
mengaku salah karena dinasehati oleh beberapa communication dimana ia akan menyampaikan
kolega-nya dan meminta maaf dan keduanya bisa secara langsung apa yang ia pikirkan. Pada kasus
bekerjasama dengan baik hingga sekarang (data ini ia menyebut karyawan Indonesia dengan
didapatkan melalui wawancara pada tanggal 12 sebutan “mental garbage” atau mental sampah.
September 2017). Hal ini dapat menimbulkan masalah jika karyawan
Kasus lainnya adalah perbedaan budaya dalam kebudayaan lain seperti yang berasal dari
bekerja antara orang Jepang, yang tidak mengenal Indonesia ikut tersinggung, walaupun pada kasus
waktu, mereka cenderung untuk tidak apa-apa ini ia yang memulai masalah. Kasus seperti initidak
jika bekerja diluar jam kerja yang ada. Bagi dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi
karyawan yang berasal dari Jepang, keluarga antarbudaya yang tidak efektif antar karyawan
mereka akan lebih bahagia jika mereka bekerja organisasi ini. Organisasi inipun akan susah untuk
terus-menerus. Lain hal-nya dengan karyawan menggapai tujuan yang ingin digapai karena
lain seperti karyawan yang berasal dari Indonesia karyawan yang berada didalamnya tidak bisa
karena merasa waktu bersama keluarga bekerja sama dengan baik.
terganggu. Hanya saja, karena hal ini merupakan Dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi
salah satu tanggung jawab pekerjaan, karyawan internasional ini terdapat masalah komunikasi
yang berasal dari Indonesia merasa tidak berhak antarbudaya yang berhubungan dengan kurang
untuk melakukan protes. Akibat dari perbedaan harmonisnya karyawan dikarenakan proses
nilai keluarga pada kasus ini adalah konflik komunikasi yang terjadi antara individu-individu
didalam keluarga karena orang Indonesia di ini. Hambatan-hambatan komunikasi
menekankan pada kebersamaan dalam keluarga antarbudaya tersebut akan berpengaruh semakin
dan hari libur bagi karyawan yang berasal dari buruk jika tidak dipahami dengan baik.
Indonesia merupakan hari keluarga, sementara
karyawan yang berasal dari Jepang tidak RUMUSAN MASALAH
mengenal hal ini. Tidak hanya itu saja, terdapat Peneliti ingin mengetahui bagaimana

12
MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA PADA
ORGANISASI INTERNASIONAL

manajemen konflik komunikasi antarbudaya mengidentifikasi model kelompok kerja yang


dalam organisasi internasional ? efektif yang mengkaji tiga komponen utama yaitu
Input-Process-Output Model yang menjelaskan
TUJUAN PENELITIAN kinerja kelompok dalam sebuah lingkungan
Tujuan penelitian ini adalah untuk multibudaya.
mendeskripsikan pengalaman karyawan Teori Negosiasi Rupa menjelaskan faktor-
organisasi internasional dalam pengelolaan konflik faktor berbasis budaya dan situasional yang
komunikasi antarbudaya dengan cara mengetahui membentuk tendensi komunikator dalam
negosiasi identitas karyawan, mengetahui jenis mendekati dan mengelola konflik. Arti rupa
dan bentuk konflik yang dialami oleh karyawan umumnya dikonseptualisasikan seperti bagaimana
organisasi internasional, dan mengetahui bentuk kita ingin orang lain melihat kita dan
pengelolaan face dalam manajemen konflik memperlakukan kita dan bagaimana kita
komunikasi antarbudaya pada karyawan memperlakukan orang lain bersamaan dengan
organisasi internasional harapan konsepsi sosial mereka sendiri.
Model manajemen konflik yang
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS dikemukakan oleh Kenneth W. Thomas dan Ralp
Identitas kebudayaan dan etnik sangat H. Kilmann (dalam Wirawan 2010:140) ini
penting dan dikaitkan pada beberapa rasa menjelaskan tentang gaya manajemen konflik.
keterkaitan pada kelompok kebudayaan besar Keduanya mengembangkan taksonomi gaya
seperti kelompok keagamaan, wilayah suatu manajemen konflik berdasarkan dua dimensi :
negara, anggota organisasi tertentu atau bahkan kerja sama pada sumbu horizontal dan
kelompok sesama usia (Ting-Toomey dalam keasertifan.
Littlejohn dan Foss, 2009:133).
Beberapa individu dapat mencapai METODE PENELITIAN
keseimbangan dalam interaksi budaya seperti Tipe penelitian yaitu kualitatif dengan
keadaan bikulturalisme fungsional yaitu ketika pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini
anda dapat mempertahankan kebudayaan sendiri yaitu karyawan organisasi internasional yang
tetapi dapat menerima kebudayaan lain secara memiliki kebudayaan berbeda. Subjek penelitian
fleksibel dengan kemampuan lintas budaya. Dan dipilih karena setiap individu dapat menceritakan
juga keadaan pengubah kebudayaan (cultural lebih mendalam bagaimana proses manajemen
transformer) yaitu sebuah keadaan ketika kita konflik dalam organisasi internasional menurut
mampu berganti dari satu konteks budaya ke pengalaman masing-masing. Karyawan yang
budaya lainnya dengan sadar dan mudah (Ting- dipilih sebagai subjek penelitian adalah karyawan
Toomey dalam Littlejohn dan Foss, 2009:133). organisasi internasional yang berasal dari Cina,
Kunci-kunci dari keadaan tersebut adalah India, Inggris dan Indonesia. Metode
kemampuan lintas budaya. pengumpulan data dengan cara wawancara
Effective Intercultural Workgroup in mendalam (indepth interview).
Communication Theory yang dijelaskan oleh
John Oetzel 1995 (dalam Littlejohn dan Foss, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2009:327) menjelaskan bagaimana keragaman Identitas atau gambaran refleksi-diri,
budaya dan keragaman dapat memengaruhi dibentuk melalui negosiasi ketika kita menyatakan,
proses komunikasi dan hasil yang terjadi dalam memodifikasi atau menantang identifikasi-
suatu kelompok kerja. Teori ini mencoba identifikasi diri kita atau orang lain (Ting-Toomey

13
Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W.

dalam Littlejohn dan Foss, 2008:132). Identitas budaya dengan keadaan bikulturalisme fungsional
informan yang dihasilkan dari interaksi sosial pada karena informan 1 tetap menggunakan aksen
studi ini menunjukan bahwa terdapat kesamaan british dalam berkomunikasi, sementara informan
identitas yang terjadi pada informan 1, 2, 3, dan 2 tetap mempertahankan identitasnya sebagai
4 yaitu mereka merasa nyaman dan percaya bangsa Indonesia yang menganut kebudayaan
kepada karyawan lain dalam hal pekerjaan, selain Australia, tetapi tidak mempermasalahkan
itu mereka juga merasa nyaman dengan identitas budaya satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari
budaya yang dimiliki masing-masin. Kesamaan para informan yang merasa nyaman dengan
lainnya yang dialami oleh keempat informan karyawan lain, walaupun bangsanya berbeda.
adalah mereka tidak merasa ada respon negatif Pada informan 3 dan 4, mereka mengalami
yang diberikan oleh karyawan lain terhadap keseimbangan budaya dalam keadaan cultural
identitas budayanya, walaupun bagi informan 4 transformer karena ia menyesuaikan dirinya saat
ia tidak bisa memastikan karena beberapa bertemu orang lain. Informan 4 mengaku jika ia
karyawan pada organisasi ini yang ia kenal adalah berada di ruangannya ia akan menjadi karyawan
orang yang sopan seperti karyawan yang berasal yang berasal dari India yang profesional,
dari Indonesia. sementara jika ia berada di rumah ia akan menjadi
Pengalaman unik yang ditemukan pada orang India seutuhnya. Informan 3 membedakan
studi ini adalah terdapat perbedaan cara dalam cara berkomunikasinya sesuai dengan budaya
berkomunikasi yang dimiliki masing-masing dari karyawan, jika ia berbicara dengan
informan. Informan 1 memiliki aksen yang karyawan dari Indonesia maka ia akan lambat.
terkadang menjadi bahan bercanda karyawan Ia juga melihat karyawan lain yang berbeda
lain, informan 2 lebih menyukai komunikasi yang bangsa sebagai individu.
tidak langsung, sementara informan 3 lebih suka Kepuasan hasil dari negosiasi identitas
komunikasi yang langsung dan informan 4 dalam Teori Negosiasi Identitas meliputi rasa
berbicara cepat sambil menggerakan kepalanya dimengerti, dihargai, dan didukung. Dalam
ke kiri dan ke kanan, dalam berbicara ia juga penelitian ini ditemukan dampak dari kepuasan
menggunakan tata krama agar tidak menyakiti hati hasil dari negosiasi identitas yaitu, negosiasi
karyawan lain. Persamaan yang dimiliki keempat identitas yang terjadi pada informan 3
informan adalah mereka berkomunikasi dengan menghasilkan hubungan pribadi antara dirinya dan
menggunakan Bahasa Inggris. karyawan yang berasal dari Inggris. Hal ini
Dalam Teori Negosiasi Identitas (Ting- membuat mereka sering bertamasya bersama.
Toomey dalam Littlejohn dan Foss, 2008:133) Berbeda dengan informan 1, 2, dan 4 merasa
dikatakan bahwa beberapa individu dapat hubungan yang ada pada organisasi ini hanya
mencapai keseimbangan dalam interaksi budaya sebatas teman kerja dan hubungan profesional.
seperti keadaan bikulturalisme fungsional yaitu Dalam penelitian ini ditunjukan bahwa kepuasan
ketika informan dapat mempertahankan negosiasi identitas tidak hanya sebatas rasa yang
kebudayaan sendiri tetapi dapat menerima dirasakan oleh informan, tetapi juga hubungan
kebudayaan lain juga dan pengubah kebudayaan yang dapat terjadi diluar pekerjaan.
(cultural transformer) yaitu sebuah keadaan Cole (dalam Martin dan Nakayama,
ketika informan mampu berganti dari satu konteks 2010:437) menjelaskan bahwa terdapat
budaya ke budaya lainnya dengan sadar dan beberapa jenis konflik. Berdasarkan temuan
mudah. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa penelitian terdapat kesamaan jenis konflik pada
informan 1 dan 2 mengalami keseimbangan keempat informan. Jenis konflik yang mereka

14
MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA PADA
ORGANISASI INTERNASIONAL

miliki adalah jenis konflik kognitif. Situasi yang menurut mereka benar sebagai individu, tidak
terjadi pada jenis konflik kognitif adalah dimana melihat kepentingan kelompok. Berbeda dengan
dua atau lebih orang sadar bahwa proses berpikir informan 2 dan 4 yang memiliki face kolektivisme
atau persepsi mereka tidak sesuai. Kesamaan karena informan 2 menyelesaikan konflik dengan
lainnya adalah bentuk konflik yang dialami menyesuaikan regulasi yang ada pada organisasi
informan 1, 2, 3, dan 4 yaitu, konflik yang diawali dan informan 4 akan melihat keputusan yang
dari perbedaan pendapat. terbaik untuk organisasi ini. Jarak kekuasaan
Keempat informan mengalami perbedaan (power distance) yang ada pada face keempat
dalam penyebab konflik dari masing-masing informan terdapat kesamaan yaitu pada low-
informan. Informan 1 mengalami konflik yang power distance dimana komunikasi lebih
disebabkan oleh perbedaan budaya kerja yang langsung dan bersifat pribadi karena tidak ada
dimilikinya dengan karyawan yang berasal dari yang menggunakan kekuasaan dan jabatannya
dari Jepang, informan 2 mengalami konflik yang dalam pengambilan keputusan yang terjadi pada
disebabkan oleh karyawan yang berasal dari konflik masing-masing informan.Berdasarkan
Filipina yang terlalu keras dan mencampurkan penelitian ini, ditemukan juga bahwa selain
emosi dalam rapat, sementara dirinya tidak suka kolektivis-individualisme dan jarak kekuasaan
mencampuri emosi dalam hal pekerjaan dan (power distance) cara informan melihat jabatan
informan 3 dan 4 yang mengalami persamaan kolega juga dapat memengaruhi cara mereka
penyebab konflik yaitu, perbedaan cara untuk menyelesaikan konflik. Dalam penelitian ini
menyelesaikan konflik yang dimiliki masing- informan 1, 3, dan 4 tidak melihat jabatan dari
masing individu, dimana informan 3 lebih koleganya saat menghadapi konflik, namun
menyukai penyelesaian konflik secara langsung berbeda dengan informan 2, ia akan melihat
dan informan 4 merasa tidak cocok dengan jabatan dari koleganya, ketika jabatannya lebih
karyawan yang berasal dari Cina yang tinggi maka ia akan berusaha berkomunikasi
dianggapnya terlalu agresif dalam menanggapi dengan cara yang lebih sopan, sehingga pada
konflik. penelitian ini jabatan dapat memengaruhi informan
Dalam studi ini ditemukan bahwa, terdapat dalam menyelesaikan konflik.
perbedaan dalam cara melihat diri dalam konflik Dalam Effective Intercultural
pada masing-masing informan. Perbedaan yang Workgroup Communication Theory, terdapat
terjadi adalah informan 1 menghindari konflik, Input-Process-Output Model yang menjelaskan
informan 2 tidak melibatkan emosi dalam kinerja kelompok dalam sebuah lingkungan
komunikasi yang ia lakukan dengan karyawan lain multibudaya. Keragaman budaya dapat
dari berbeda bangsa, informan 3 lebih menyukai memengaruhi proses komunikasi dan hasil yang
konflik yang diselesaikan secara langsung tanpa terjadi dalam suatu kelompok kerja (Oetzel,
perantara dan informan 4 merupakan pribadi 2011:147). Pengaruh atas fungsi kelompok
yang pemaaf dan tidak pendendam. diawali dengan masukan tertentu berupa
Pada Face Negotiation Theory dijelaskan informasi, seseorang atau perubahan lingkungan.
bahwa kolektivisme-individualisme dan jarak Konflik yang dialami masing-masing informan
kekuasaan (power distance) memengaruhi rupa adalah sebuah masukan yang memengaruhi
informan. Berdasarkan penelitian ini ditemukan komunikasi dan hasil dari organisasi ini. Teori ini
bahwa Informan 1 dan 3 memiliki persamaan, membagi masyarakat dalam tiga karakter yaitu
mereka memiliki face yang individualis karena individualistik-kolektivistik, pemahaman self-
menyelesaikan konflik sesuai dengan apa yang construal dan face concerns masing-masing

15
Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W.

(Oetzel, 2011:147). Karakter yang dimiliki cara menghindar terlebih dahulu dan keesokan
informan memengaruhi proses komunikasi melalui harinya mendiskusikan lagi konfliknya dengan
beberapa cara. Telah dijelaskan sebelumnya karyawan dari Filipina. Dengan gaya manajemen
bahwa informan 1 dan 3 memiliki kebudayaan konflik yang berbeda, para informan tetap dapat
individualis dimana mereka mementingkan pribadi menyelesaikan konflik yang ada.
di atas tujuan kelompok. Dalam konflik yang Komunikasi yang dilakukan para informan
dialami oleh informan 1 dan 3 mereka juga termasuk komunikasi yang efektif karena terdapat
mementingkan self-face atau diri sendiri. Mereka partisipasi yang setara pada informan 1, 2, 3, dan
juga menggunakan komunikasi secara langsung, 4 dalam konflik yang dialami dengan karyawan
sementara informan 2 dan 4 yang memiliki lain. Pengambilan keputusan konsensus pada
kebudayaan kolektivis mementingkan mutual- konflik yang dialami, konflik tidak melihat
face dimana keputusan yang mereka lakukan kekuasaan satu pihak saja, walaupun pada
menyesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan informan 1 konflik yang dirasakan adalah dengan
tujuan kelompok. atasan, tetapi tetap ada konsensus yang terjadi
Self Construal adalah cara seseorang sehingga solusi yang dapat menyenangkan kedua
berfikir tentang diri sendiri. Pada informan 2 dan pihak dapat tercapai. Konflik yang dirasakan oleh
4 mereka menghindari hal yang dapat menyakiti informan juga kooperatif, para informan mau
hati karyawan lain. Berbeda dengan informan 1 menyelesaikan konflik walaupun dengan cara
dan 3 yang memiliki karakter budaya masing-masing dan komunikasi yang saling
individualistis, informan 1 tetap merasa dirinya menghormati, walaupun pada informan 4 awalnya
sama dengan karyawan lain dan tidak ia tidak merasa dihormati oleh karyawan yang
memandang dirinya unik dan informan 3 merasa berasal dari Cina, pada akhirnya karyawan
harus memahami setiap karyawan sebagai tersebut mau meminta maaf dan mengakui
individu dan menyesuaikan komunikasinya sesuai kesalahannya.
budaya yang mereka miliki. Self Construal yang Teori ini juga memiliki konsep yang
dimiliki informan 1, 2, 3, dan 4 adalah interpenden menjelaskan bahwa jika sebuah kelompok
yaitu lebih fokus dengan bagaimana mereka memiliki komunikasi yang efektif, hal ini juga akan
terhubung dengan karyawan lain, walaupun meningkatkan kualitas hubungan antarbudaya
informan 1 dan 3 adalah individualis dan informan yang dimiliki karyawan diluar kelompok kerja
2 dan 4 adalah kolektivis, mereka tetap memiliki tersebut (Oetzel dalam Littlejohn dan Foss,
self construal yang sama. 2009:328). Dalam studi ini ditemukan bahwa
Gaya manajemen konflik milik Thomas dan komunikasi efektif yang terjadi tetap dapat
Killman (dalam Wirawan 2010:140) menimbulkan komunikasi tidak akrab yang
mengemukakan lima jenis gaya yaitu kompetisi, dimiliki informan, karena hubungan yang terjadi
kolaborasi, kompromi, menghindar dan pada informan hanya sebatas pekerjaan.
mengakomodasi. Pada penelitian ini ditemukan Berdasarkan penelitian ini hanya informan 3 saja
bahwa gaya manajemen konflik yang dimiliki para yang memiliki hubungan pribadi dengan karyawan
informan memiliki perbedaan. Gaya manajemen lain, sementara informan 4 mengatakan walaupun
yang dimiliki oleh informan 1, 3, dan 4 adalah konflik dapat terselesaikan dengan bantuan dari
kompromi, dimana kedua belah pihak yang atasan, komunikasi yang ia lakukan dengan
terlibat konflik mencari alternatif yang dapat karyawan Cina yang memiliki konflik dengannya
memuaskan kedua pihak. Berbeda dengan tetap sebatas teman kerja saja.
informan 2 yang menyelesaikan konflik dengan

16
MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA PADA
ORGANISASI INTERNASIONAL

PENUTUP manajemen konflik yang digunakan. Keluaran


dalam manajemen konflik ini berupa kualitas
Kesimpulan hubungan antara karyawan budaya
Berdasarkan hasil penelitian dan individulistik dan kolektivistik (hubungan
pembahasan yang telah disajikan, maka dapat akrab dan tidak akrab).
disimpulkan sebagai berikut:
a. Negosiasi identitas antara budaya Implikasi
kolektivistik dan individualistik yang terjadi a. Implikasi Teoritik
diawali dengan interaksi antarabudaya Penggunaan Teori Negosiasi Identitas
berupa perilaku komunikasi, bahasa yang dalam penelitian ini belum bisa menjangkau
digunakan, karakter personal individu dan proses adaptasi budaya yang dapat dirasakan
respon dari karyawan lain. Hal tersebut oleh karyawan dari bangsa berbeda, selain
menghasilkan keseimbangan interaksi budaya itu teori ini juga tidak bisa menjangkau
dan kepuasan yang meliputi rasa dimengerti, karakter individu sebagai hal yang
dihargai, didukung dan hubungan pribadi memengaruhi proses negosiasi identitas.
antara individu diluar pekerjaan. Kendala Penelitian ini memberikan konsep tambahan
dalam negosiasi identitas berupa adaptasi yaitu kendala dalam beradaptasi dapat terjadi
budaya yang dialami oleh informan karena dalam proses negosiasi identitas dan selain
gaya manajemen yang mengikuti budaya budaya yang dimiliki masing-masing individu,
Jepang. karakter individu juga dapat memengaruhi
b. Perbedaan cara berpikir dan pandangan hasil negosiasi identitas yang terjadi pada suatu
menjadi penyebab utama konflik antara lingkungan kerja multibudaya.
budaya individualistis dan kolektivis. Gaya manajemen konflik milik Thomas
Konflik yang terjadi memiliki kesamaan jenis dan Killman (dalam Wirawan 2010:140)
yaitu kognitif, dimana terdapat dua atau lebih mengemukakan lima jenis gaya yaitu
orang yang memiliki persepsi berbeda. kompetisi, kolaborasi, kompromi,
c. Face yang dimiliki budaya individualistik menghindar dan mengakomodasi. Penelitian
dan kolektivistik memengaruhi perbedaan ini memberikan konsep tambahan berupa
lainnya seperti cara individu melihat diri kebutuhan para informan akan pihak ketiga
mereka dalam konflik, prioritas diri dalam dalam proses penyelesaian konflik yang
konflik, dan gaya manajemen konflik yang terjadi.
digunakan individu. Gaya manajemen konflik b. Implikasi Praktis
yang digunakan adalah kompromi dan Penelitian ini memberikan penjelasan
menghindar. tentang manejemen konflik antarbudaya
d. Manajemen konflik yang terjadi antara pada organisasi internasional. Pengalaman
budaya individualistik dan kolektivistik individu-individu dalam penelitian ini dapat
membutuhkan pihak ketiga sebagai penengah menjadi referensi dan juga panduan bagi
atau mediator untuk membantu menyelesaikan manajerial organisasi internasional yang
konflik yang dialami oleh para informan. mengalami konflik ketika berinteraksi dengan
e. Manajemen konflik antara budaya karyawan dari bangsa berbeda.
individualistik dan kolektivistik diawali c. Implikasi Sosial
dengan konflik sebagai masukan. Proses Melalui penelitian ini, khususnya bagi
penyelesaian dipengaruhi oleh face yang masyarakat dan kelompok dari bangsa
dimiliki masing-masing budaya dan gaya berbeda dapat lebih saling mengerti karakter

17
Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W.

dari masing-masing budaya, sekaligus multinasional dengan profit untuk memberikan


berguna untuk mencegah konflik sosial yang indikasi lain yang dapat terjadi dalam negosiasi
dapat terjadi di kemudian hari. identitas dan manajemen konflik dalam
lingkungan kerja berbeda bangsa.
Rekomendasi c. Penelitian selanjutnya dapat mempergunakan
a. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan perspektif yang berbeda dengan
pendekatan mix (kuantitatif dan kualitatif) menggunakan paradigma kritikal yang
untuk menjawab kendala yang lebih rumit mencoba melihat pengalaman individu terkait
dalam melakukan negosiasi identitas dan dengan kelompok dominan yang ada pada
manajemen konflik pada lingkungan kerja lingkungan kerja dengan bangsa berbeda.
yang memiliki karyawan yang berasal dari Pada aspek inilah kemungkinan akan
bangsa berbeda. diketahui komunikasi manajemen konflik yang
b. Penelitian selanjutnya juga dapat memperluas terjadi, jika terdapat budaya yang dominan
subjek penelitian seperti perusahaan pada kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Littlejohn & Foss. (2009). Theories of Human Communication. California: Sage Publications
LittleJohn & Foss. (2009). Encyclopedia of communication theory. California: Sage Publications
Liliweri, Alo (2004). Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif-Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya (2009).
Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. California: Sage Publications.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (2010). Komunikasi Antarbudaya). Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintasbudaya (2nd Edition ed.).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2003). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nakayama, Thomas K. Dan Judith Martin.(2010). Intercultural Communication in Contexts. United
States : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Neuman,W. Lawrence. (2003). Social Research Methods. Qualitative and Quantitative Approaches.
Boston : Ally and Bacon
Pace, R.Wayne dan Don F. Faules. (2004). Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Salim, Agus. (2006). Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

18
MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA PADA
ORGANISASI INTERNASIONAL

Samovar, Larry dkk. (2010). Intercultural Communication : A reader 13th Edition. Boston : Wadsworth
Cengage Learning.
Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Nnia, Ike pada Juni 2015. Conflicts Encourntered by Multinational Corporations in Cross-Cul-
tural Communication and its Solutions. Journal of International Business and Economics Vol.3,
No.1, pp. 86-92.
Prause, Daria pada tahun 2015. Conflict Management Practices for Diverse Workplaces. Journal
of Business Studies Quarterly 2015, Volume 6, No.3.
Rozkwitalska, Ma³gorzata pada tahun 2013. Effective Cross-cultural Relationships in Multina-
tional Business Strategy and Organizational Behaviour (BizStraetgy 2013), ISNN: 2251-1970.
Sari, Maduma Yanti pada tahun 2017. Komunikasi Antarbudaya Studi Negosiasi Wajah Dalam
Interaksi Etnik Batak dan Etnik Minang di Duri Kelurahan Gajah Sakti Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis. JOM FISIP Vol. 4 No. 2.
Terdjakusuma, Ferdika dan Eddy Madiono Sutanto. (2015.) Komunikasi Antar Karyawan Etnis
Jawa dan Tionghoa. Surabaya : JMK. Vol. 17, No.2n
Ting-Yoomey pada tahun 2015. Identity Negotiation Theory. In J. Bennett (Ed.), Sage Encyclopedia
of Intercultural Competence, Volume 1(pp. 418-422). Los Angeles, CA:Sage.
Oetzel, John dkk pada tahun 2011. The Impact of Individual Differences and Group Diversity on
Group Interaction Climate and Satisfaction: A Test of the Effective Intercultural Workgroup
Communication Theory, Vol. 5, No. 2, pp. 144-167.
https://www.kemlu.go.id/Documents/Keanggotaan_Indonesia_pada_OI.pdf

19

Das könnte Ihnen auch gefallen