Sie sind auf Seite 1von 13

73

Journal of Business Administration Vol 1, No 2, September 2017, hlm. 73-85. e-ISSN:2548-9909

DUALISME KELEMBAGAAN ANTARA PEMERINTAH


KOTA DAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DI
KOTA BATAM
Muhammad Zaenuddin1) Wahyudi Kumorotomo2), Samsubar Saleh3), Agus H. Hadna4)
1) Jurusan Managemen Bisnis, Politeknik Negeri Batam, email: zae n @ p o li b at a m.a c.i d
2) Program Studi : Studi Kebijakan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada

Abstract
The development of special areas of Batam began in the 1970s. With the support of special regulations
made by the central government, Batam City becomes a competitive place for investment in Indonesia. Moreover
Batam has geographical advantage because of its strategic location and adjacent to Malaysia and Singapore.
However, problems arise when the central government begins to impose regional autonomy. The birth of Batam
City caused an overlapping of authority between the Local Government of Batam and the Batam Authority which
caused the management of Batam Island to be not harmonious. This study aims to identify the problem of
institutional dualism that occurred between the Local Government of Batam and the Batam Authority and its
impact on economic performance in Batam City. This research is explanatory, the data used are primary and
secondary data. The results show the fact that the main problems in governance in Batam City is the occurrence
of dualism authority between the Local Government of Batam and the Batam Authority. This is shown by the fact
that the overlapping of authority between Local Government of Batam and the Batam Authority occurs in
several sectors, especially in land management, overlapping licensing in Batam, airport and port management.
This condition led to a decline in economic performance in Batam and the decline of Batam's economic
competitiveness.

Keywords : special areas of Batam, investment, overlapping of authority, economic performance

Perkembangan daerah khusus Batam dimulai pada tahun 1970an. Dengan dukungan peraturan khusus
yang dibuat oleh pemerintah pusat, Kota Batam menjadi tempat investasi yang kompetitif di Indonesia. Apalagi
Batam memiliki keunggulan geografis karena letaknya yang strategis dan berdekatan dengan Malaysia dan
Singapura. Namun, masalah muncul saat pemerintah pusat mulai memberlakukan otonomi daerah. Kelahiran
Kota Batam menyebabkan tumpang tindih kewenangan antara Pemerintah Daerah Batam dan Otorita Batam
yang menyebabkan pengelolaan Pulau Batam tidak harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah dualisme kelembagaan yang terjadi antara Pemerintah Daerah Batam dan Otoritas Batam dan
dampaknya terhadap kinerja ekonomi di Kota Batam. Penelitian ini bersifat explanatory, data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan utama tata kelola di
Kota Batam adalah terjadinya dualisme kewenangan antara Pemerintah Daerah Batam dan Otorita Batam. Hal
ini ditunjukkan oleh fakta bahwa tumpang tindih kewenangan antara Pemerintah Daerah Batam dan Otorita
Batam terjadi di beberapa sektor, terutama pengelolaan lahan, perizinan yang tumpang tindih di Batam, bandara
dan manajemen pelabuhan. Kondisi ini menyebabkan turunnya kinerja ekonomi di Batam dan turunnya daya
saing ekonomi Batam.

Kata kunci: daerah khusus Batam, investasi, tumpang tindih kewenangan, kinerja ekonomi
74
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

PENDAHULUAN 2005-2016, Pulau Batam di bawah


Sejak tahun 1970-an pada periode awal kepemimpinan Mustofa Widjaya mengarahkan
pembangunan Pulau Batam, daerah ini telah pada peningkatan sarana & prasarana,
diidentikkan dengan kawasan khusus karena penanaman modal serta kualitas lingkungan
berbagai kebijakan khusus yang telah diberikan hidup (BP Batam, 2017).
dan berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Dalam perkembangannya, di samping
Salah satu alasan mengapa Batam dianggap memiliki keunggulan geografis yang
dikembangkan dengan kebijakan khusus adalah berbatasan langsung dengan Singapura dan
karena Batam merupakan salah satu kota dengan Malaysia, Batam telah berkembang dan
letak yang sangat strategis. Selain berada di jalur memiliki berbagai keunggulan secara ekonomi,
pelayaran internasional, Batam juga memiliki antara lain sebagai salah satu daerah di
jarak yang dekat dan berbatasan langsung Indonesia yang tidak pernah mengalami krisis
dengan Singapura dan Malaysia. Kini, Batam ekonomi, fakta ini terlihat pada tahun 2000-an,
telah menjadi salah satu kota dengan ketika arus PMA yang masuk ke Indonesia
pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika menurun sejak krisis, Batam tetap merupakan
dibangun tahun 1970-an oleh Otorita Batam, daerah tujuan investasi yang menarik dibanding
kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk daerah manapun di Indonesia (Kuncoro,2005).
dan dalam tempo 40 tahun (pada tahun 2010) Bahkan pada 2005, Kota Batam meraih
penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali Investment Award 2005 dari Komite
lipat, dan kini tumbuh hingga 300 kali lipat (BP pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Batam, 2017). (KPOOD) karena dinilai sebagai daerah yang
Berdasarkan Buku Pembangunan Batam (BP paling diminati investor dan menduduki
Batam, 2011) sejarah pengembangan Batam peringkat tertinggi dari sisi daya saing
dimulai tahun 1968 ketika pertama kali investasi dari 440 dati II di Indonesia selama
Pertamina menjadikan Pulau Batam sebagai 2005 (Depdagri,2005). Batam juga merupakan
pangkalan logistik dan operasional kegiatan penyumbang ekspor nonmigas kedua terbesar
eksplorasi minyak lepas pantai. Periode setelah Bali (Kuncoro,2005).
berikutnya pembangunan Batam secara nyata Memang konsep pengembangan kawasan
dimulai sejak tahun 1970-an sebagai tahap khusus di Batam selama ini dinilai sangat baik
persiapan dipimpin oleh Ibnu Sutowo. Akibat dan mendukung perkembangan investasi di
terjadi krisis Pertamina, pada tahun 1976 Batam. Namun, problematika muncul ketika
kepemimpinan Batam dialihkan kepada Menteri pemerintah pusat mulai memberlakukan
Penertiban Aparatur Pembangunan yang pada undang-undang tentang Otonomi Daerah
waktu itu dijabat oleh JB. Sumarlin dan dikenal termasuk juga ketika diberlakukan di Batam.
sebagai periode konsolidasi. Pembangunan Hal ini dikarenakan dalam perkembangannya,
Batam saat itu sama sekali tidak mengalami pemberlakuan undang-undang Otonomi Daerah
perkembangan, karena minyak bumi yang pada ternyata memunculkan dualisme kewenangan
tahun 1970 merupakan primadona pasar dunia antara Otorita Batam dan Pemko Batam ketika
dan andalan Indonesia, pada tahun 1976 tersebut mulai diberlakukannya Undang- Undang Nomor
tidak lagi bisa diandalkan. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Pada periode berikutnya yakni tahun 1978, di Sebagai pelaksanaan otonomi daerah tersebut,
bawah kepemimpinan BJ Habibie yang Pulau Batam pun ditetapkan menjadi Kota
berlangsung 1978-1998 dikenal sebagai periode Batam sesuai dengan Undang-Undang Nomor
pembangunan prasarana dan penanaman modal 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
sehingga pada periode ini sarana dan Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
infrastruktur Batam berkembang pesat. Periode Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten
berikutnya 1998- 2005, kepemimpinan Batam Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
dipegang oleh Ismeth Abdullah. Periode ini Kuantan Singingi, dan Kota Batam.
merupakan pengembangan pembangunan Menurut Sapta Murti (2014) lahirnya
prasarana dan penanaman modal lanjutan Kota Batam menimbulkan tumpang tindih
dengan perhatian lebih besar pada kesejahteraan kewenangan antara Pemko Batam dengan Badan
rakyat dan perbaikan iklim investasi. Terhitung Pengusahaan atau Otorita Batam. Eksistensi
75
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

kedua lembaga yang didukung oleh struktur dan di Batam, masalah perizinan dan urusan
substansi hukum yang berbeda menyebabkan kepariwisataan.
kebijakan pengelolaan Pulau Batam tidak Secara substansi hukum antara Pemkot Batam
harmonis. Keberadaan Badan Pengusahaan yang dan Badan Pengusahaan terjadi benturan, baik
didahului oleh Otorita Batam berdasarkan pengaturan Pulau Batam dalam kerangka daerah
Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 dan industri dan kemudian berkembang menjadi
memiliki kewenangan untuk melakukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
pengelolaan Pulau Batam dan semakin diperkuat bebas, maupun dalam kerangka pengaturan
dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 36 otonomi daerah. Kewenangan tersebut
Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan berimplikasi pada tidak harmonisnya
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2007, penyelenggaraan Pulau Batam karena terjadinya
serta Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun dualisme kelembagaan yang mengelolanya
2007 sebagaimana telah diubah dengan sehingga hal tersebut akan berdampak pada
Peraturan Pemerintah Nomorr 5 Tahun 2011 masyarakat secara umum.
secara vis a vis dengan Undang-Undang Nomor Menurut penelitian Putra (2014)
22 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menunjukkan bahwa munculnya dualisme
dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 kewenangan di Kota Batam selain karena
serta Undang- Undang Nomor 53 Tahun 1999. adanya implementasi desentralisasi juga
Menurut Bayu Putra (2014) hadirnya dipengaruhi oleh faktor lain yaitu Pertama,
daerah otonom yaitu Kota Batam menimbulkan adanya benturan regulasi antara Pemerintah
tumpang tindih kewenangan antara Pemko Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam.
Batam dengan Badan Pengusahaan. Eksistensi Kedua, tidak adanya peraturan tentang
kedua kelembagaan tersebut yang didukung oleh hubungan kerja antara Pemerintah Kota Batam
substansi hukum dan struktur yang berbeda dan Badan Pengusahaan Batam. Ketiga, adanya
membuat pelaksanaan kebijakan pengelolaan tarik menarik kepentingan dalam pengelolaan
Batam tidak harmonis. Tumpang tindih tersebut keuangan atas sumber daya dan perizinan yang
terdapat dalam beberapa urusan di Batam, di ada di Kota Batam. Adanya dualisme
antaranya adalah masalah lahan. Bidang kewenangan dalam pelayanan administrasi
pertanahan di Pulau Batam merupakan bidang penanaman modal di Kota Batam memiliki
yang kewenangan pengelolaannya dimiliki oleh dampak negative bagi investor, dampak tersebut
2 (dua) institusi pemerintahan daerah , yaitu antara lain: Pertama, Tidak adanya kepastian
antara Pemko Batam dan Badan Pengelola hukum bagi investor selaku penanam modal.
Batam. Pemko mendasarkan kewenangannya Kedua, Prosedur dan waktu perizinan yang lebih
pada ketentuan pasal 9 ayat (4) jo Pasal 12 ayat panjang dan lama Ketiga, Double cost atau
(2) huruf d Undang-undang Nomor 23 Tahun biaya tambahan bagi investor.
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang pada Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
hakikatnya telah menyatakan bahwa bidang permasalahan dualisme kelembagaan yang
‘pertanahan’ merupakan Urusan Pemerintahan terjadi antara Pemerintah Kota dan Badan
kongkuren yang diserahkan ke daerah yang Pengusahaan Batam dan dampaknya terhadap
menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. kinerja perekonomian di Kota Batam.
Sedangkan Badan Pengelola Batam
mendesarkan kewenangannya pada Keputusan KAJIAN TEORI
Presisden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Kewenangan dan Kedaulatan
Industri Pulau Batam yang terkait hak Esensi dari otonomi daerah sesungguhnya
penggunaan tanah serta Undang-undang 36 adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada
Tahun 2000 yang terkait kewenangan masyarakat. Guna mewujudkan pelayanan yang
menerbitkan izin usaha yang didirikan di atas berkualitas lebih baik maka perlu pemberdayaan
tanah. Dengan demikian Badan Pengelola kepada daerah dengan memberi kewenangan
Batam ‘juga’ memiliki kewenangan ‘yang sama’ kepada daerah untuk mengambil langkah –
dengan Pemko Batam di bidang pertanahan. langkah yang cepat dan tepat sesuai dengan
Benturan kewenangan antara Badan kebutuhan daerah. Sehingga masyarakat
Pengusahaan dengan Pemerintah Kota Batam semakin merasakan adanya signifikansi dari
juga terjadi pada bidang lainnya antara lain perbaikan/peningkatan kualitas pelayanan.
pengelolaan kepelabuhan dan kebandarudaraan
76
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

Mencermati literatur asing bahwa secara menjadi pemberian urusan dalam rancangan
konsepsional Pemerintah Indonesia telah revisi UU 22/1999 tersebut.
mengambil bentuk sendiri dalam format Undang – Undang Otonomi Daerah
pengertian desentralisasi yang mana tampak menjadi dasar untuk berbeda pandangan
desentralisasi di Indonesia tampak disamakan antara daerah. Anehnya otonomi daerah tampak
dengan devolusi, yang pada literatur tentang menjadi alat bagi pemerintah daerah untuk
desentralisasi (Cohen dan Peterson 1999; meweujudkan kedaulatannya (sovereignty)
Hoessein, 2001). Cohen dan Peterson dibandingkan mengemban misi utama dari
menyebutkan bahwa sebagian besar dari otonomi itu sendiri yaitu bagaimana lebih
literatur tentang desentralisasi difokuskan pada memberdayakan rakyat.
hanya satu dari empat bentuk desentralisasi
(political, spatial, market and administrative) Konsepsi Kewenangan Daerah
yaitu pada administrative desentralization. Secara empirik banyak terjadi ketegangan
Tiga tipe dari desentralisasi administrasi dan friksi antar tingkatan pemerintahan
adalah deconsentration, devolution, dan berkaitan dengan konsepsi kewenangan tersebut.
delegation (1999: 24) sementara itu Hoessein Ada tiga jenis friksi, yaitu friksi antara pusat dan
menemukan dari berbagai sumber bahwa konsep daerah; friksi antara daerah provinsi dan
inilah yang menghiasai berbagai Laporan Bank kabupaten/kota; dan friksi antar kabupaten/kota
Dunia dan organisasi internasional (2001). sendiri.
Defenisi dari administrative Made Suwandi, dalam tulisan Pokok –
desentralization menurut Rondinelli and Nellis, Pokok Pikiran Konsepsi Dasar Otonomi Daerah
adalah: di Indonesia (2002) memetakan friksi antara
“...the transfer of responsibility for pemerintah pusat dan daerah, diantaranya: 1)
planning, management, and the raising and masalah kewenangan pertanahan antara
allocation of resources from the central pemerintah pusat dan pemerintah
government and its agencies to field unit of kabupaten/kota yang ditandai dengan adanya
government and its agencies, subordinate, semi Dinas Pertanahan milik daerah dan Kantor
autonomous publics authorities or corporation, Pertanahan yang masih menginduk ke pusat; 2)
area-wide regional or functional authorities, or masalah kewenangan pelabuhan laut, udara,
non governmental private or voluntary otorita (kasus Batam), kehutanan, perkebunan
organization” (Cohen and Peterson, 1999;24). (kasus PTPN), dan kewenangan pemberdayaan
Pengertian di atas tampak menunjukkan sumber daya nasional yang ada di daerah
secara jelas bahwa administrative bersangkutan; dan 3) masalah kewenangan
decentralization hanyalah suatu penyerahan Tenaga Kerja Asing.
sejumlah (beberapa) dari pemerintah pusat Friksi pada dasarnya berpangkal dari
kepada organ – organ pemerintah dibawahnya siapa yang mempunyai kewenangan secara
atau level pemerintah di bawahnya. Pengertian hukum atas hal yang disengketakan tersebut.
ini secara jelas menunjukkan administrative Motif utama yang mendorong adalah bukanlah
deventralization adalah suatu konsepsi yang persoalan untuk memberikan pelayanan
berada dan dijalankan dalam bingkai negara masyarakat pada hal yang disengketakan
sehingga tidak mengherankan bahwa untuk tersebut, namun lebih pada bagaimana
kasus Indonesia terjadai permasalahan yang menguasai sumber – sumber pendapatan yang
serius dalam implementasi otonomi daerah, dihasilkan dari kewenangan yang disengketakan
khususnya munculnya perkembangan dalam tersebut.
pola pemikiran seakan otonomi itu adalah suatu Daerah menganggap dengan adanya
kedaulatan (sovereignty). otonomi luas maka kebutuhan uang mereka
Pertimbangan konsepsional seperti ini menjadi tidak terbatas. Sedangkan PAD dan
selain munculnya fenomena perilaku beberapa DAU terbatas sehingga hal tersebut menarik
daerah yang kurang responsif terhadap mereka untuk menambah sumber – sumber
penegakan negara kesatuan, yang tampak penerimaan dari penguasaan objek – objek yang
mendasari rencana penggantian kata pemberian dapat menghasilkan tambahan penerimaan
“kewenangan” dalam UU No. 22 tahun 1999 daeah.
77
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

Sedangkan pusat berpendapat objek kebijakan pengelolaan Batam tidak harmonis.


tersebut adalah menyangkut kepentingan Menurut hasil penelitian lapangan dan juga
nasional sehingga menganggap perlu berdasarkan kajian dari Kemenkumham tentang
penguasaan pusat atas objek tersebut. Daerah Batam (2016), terdapat beberapa hubungan
berpegang pada pasal 7 (1), pasal 11, dan pasal tumpang tindih yang tergambar dalam beberapa
19 UU 22 tahun 1999, sedangkan pusat juga urusan berikut.
berpegang pada pasal 7 (2) sebagai kewenangan a. Hak Pengelolaan Lahan di Batam
atas sumber – sumber perekonomian nasional. Diantara sekian banyak kewenangan yang
Dari analisis di atas terdapat kontradiksi sudah dilimpahkan kepada Pemkot Batam sesuai
dalam tataran normatif terutama kewenangan UU 32/2004, maka kewenangan dalam
dalam perekonomian negara. Pasal 7 (2) pengelolaan lahan adalah hal yang paling krusial
menyatakan kewenangan dalam perekonomian dan sangat disorot oleh para pemangku
negara menjadi domain kewenangan bidang lain kepentingan di kota ini. Kondisi ini semakin
yang menjadi kewenangan pusat. Sedangkan diperparah oleh perbedaan konsepsi Otonomi
pasal 119 (1) menyatakan bahwa kewenangan Daerah oleh Pemkot Batam yang menganut
kabupaten/kota berlaku juga di kawasan otorita, faham penguasaan wilayah melalui kewenangan
kawasan pelabuhan, kawasan bandar udara, pengelolaan lahan.
kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan Pemko mendasarkan kewenangannya
perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan pada ketentuan pasal 9 ayat (4) jo Pasal 12 ayat
kehutanan, kawasan pariwisata, kawasan jalan (2) huruf d Undang-undang Nomor 23 Tahun
bebas hambatan, dan kawasan lain yang sejenis. 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang pada
Departemen sektoral berpegang pada pasal 7(2) hakikatnya telah menyatakan bahwa bidang
ditambah dengan UU yang mengatur sektor itu ‘pertanahan’ merupakan Urusan Pemerintahan
sendiri, sedangkan daerah berpegang pada pasal kongkuren yang diserahkan ke daerah yang
119 (1) UU 22/1999. menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
Pertanahan sebagai urusan pemerintahan
METODOLOGI PENELITIAN konkruen dimaksud ditegaskan lagi sebagai
Penelitian ini bersifat explanatory yakni Urusan Pemerintahan Wajib. Dengan demikian,
mengumpulkan data kuantitatif terlebih dahulu berdasarkan norma hokum dalam Undang-
dan dilanjutkan dengan data kualitatif. Hasil undang Nomor 23 tahun 2014 ini maka Pemko
analisis dan interpretasi dari data kuantitatif Batam memiliki kewenangan di bidang
tersebut akan melengkapi data kualitatif, pertanahan.
sehingga diperoleh analisis deskriptif yang Sedangkan Badan Pengelola Batam
akurat dan komprehensif. Data yang digunakan mendesarkan kewenangannya pada ketentuan :
adalah data sekunder yakni berupa laporan (i) pasal 6 ayat (2) huruf b Keputusan Presisden
ekonomi tahunan dari Pemerintah Kota Batam Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri
tahun 2001-2011, dan data primer berupa Pulau Batam yang terkait hak penggunaan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait tanah; (ii) Keputusan Menteri Dalam Negeri
antara lain Pemerintah Kota Batam, Badan Nomor 43 Tahun 1977 tentang Pengelolaan dan
Pengusahaan Kawasan FTZ Batam, tokoh Penggunaan Tanah di Daerah Industri Pulau
masyarakat, DPRD Kota Batam, dan pelaku Batam yang memberikan kewenangan
usaha/industri di Batam. menerbitkan izin usaha di atas lahan Pulau
Batam; (iii) Pasal 10 Undang-undang 36 Tahun
2000 yang terkait kewenangan menerbitkan izin
HASIL DAN PEMBAHASAN usaha yang didirikan di atas tanah. Dengan
Tumpang Tindih Kewenangan antara demikian Badan Pengelola Batam ‘juga’
Pemerintah Kota dan Badan Pengusahaan memiliki kewenangan ‘yang sama’ dengan
Batam Pemko Batam di bidang pertanahan.
Hadirnya daerah otonom yaitu Kota b. Tumpang Tindih dalam Hal
Batam menimbulkan tumpang tindih Perizinan
kewenangan antara Pemko Batam dengan Badan Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) Undang-
Pengusahaan. Eksistensi kedua kelembagaan Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
tersebut yang didukung oleh substansi hukum Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
dan struktur yang berbeda membuat pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
78
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan jenis perizinan yang hampir sama namun
Bebas menjadi Undang-Undang sebagimana dilakukan oleh kedua badan tersebut antara lain:
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor Tabel 1. Perizinan yang memiliki
44 Tahun 2007, pemasukan dan pengeluaran kesamaan namun dilakukan oleh dua badan
barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas Perizinan
Perizinan
dan Pelabuhan Bebas hanya dapat dilakukan yang
yang dimiliki
oleh pengusaha yang telah mendapatkan izin N dimiliki
Bidang oleh Badan
dari Badan Pengusahaan (BP Batam). Hal ini No oleh
Pengusahaan
memberikan kewenangan kepada BP Batam Pemerintah
Batam
Kota Batam
memberikan izin usaha kepada orang
Penggunaan
1 Izin Fatwa
perseorangan atau badan hokum untuk 1 lahan dan Mendirikan Planologi dan
melakukan kegiatan pemasukan barang (impor) bangunan Bangunan pematangan
dan pengeluaran barang (ekspor). lahan
Sementara ketentuan Pasal 24 ayat (1) dan Dilakukan Dilakukan
ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Oleh Dinas oleh
tentang Perdagangan menyatakan bahwa Pelaku Tata Kota Direktorat
Usaha yang melakukan kegiatan usaha Batam Pengolahan
Perdagangan wajib memiliki perizinan di bidang Lahan Badan
perdagangan (termasuk ekspor dan impor) yang Pengusahaan
Batam
diberikan oleh Menteri Perdagangan. Menteri
Reklame
2 Perizinan Izin Titik
dapat melimpahkan atau mendelegasikan
2 pendirian Konstruksi
pemberian izin kepada Pemerintah Daerah atau dan Reklame
instansi teknis tertentu. Hal ini sangat jelas Pemasangan
bahwa kewenangan pemberian izin usaha dalah Reklame
milik Menteri Perdagangan. Dari ketentuan ini Dilakukan Dilakukan
maka terdapat dualism pengaturan terkait oleh Dinas oleh
otoritas yang mempunyai kewenangan untuk Pendapatan Direktorat
mengeluarkan izin usaha pemasukan (impor) Daerah investasi &
dan pengeluaran (impor) di Kawasan marketing BP
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
Batam. Atas kondisi ini para pelaku usaha
Perdagangan
3 Izin Usaha Registrasi
dirugikan akibat adanya dualisme perizinan dan
3 Perusahaan
kewenangan antara BP Batam dan Pemko dan Pemberian
Batam. Akibat kondisi ini maka Batam dinilai Izin Usaha
Investor kurang kelas yang berakibat biaya Badan Direktorat
produksi tinggi. Penanaman Investasi &
Adanya dualisme kewenangan antara Modal Kota marketing
Pemerintah Kota Batam dan Badan Batam Batam BP
Pengusahaan Batam juga terjadi benturan
regulasi dalam hal pelayanan administrasi Perdagangan
4 Surat Izin Surat Izin
penanaman modal yang terjadi di Kota Batam. 4 Usaha Usaha
Dari kedua kewenangan yang dimiliki baik dari Perdagangan Perdagangan
Dinas Direktorat
Pemerintah Kota Batam dan Badan
Perindustria Investasi &
Pengusahaan Batam memperlihatkan bahwa n, marketing
memang terjadi dualisme kewenangan dalam Perdagangan Batam BP
pelayanan administrasi penanaman modal di , Energi dan
Kota Batam, hal ini karena dalam pembagian Sumber
kewenangan yang berkaitan dengan penanaman Daya Kota
modal di Kota Batam ada kewenangan berupa Batam
perizinan yang hampir sama namun dilakukan Perdagangan
5 Tanda Tanda Daftar
oleh dua badan yang berbeda ini. Adapun jenis- 5 Daftar Perusahaan
Perusahaan
Dinas Direktorat
79
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

Perindustria Investasi & ayat (2)nya menyatakan fungsi sebagaimana


n, marketing dimaksud dalam ayat 91) meliputi : a. kegiatan
Perdagangan Batam BP manufaktur, rancang bangun, perekayasaan,
, Energi dan penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan
Sumber akhir, pengepakan, dan pengepakan ulang atas
Daya Kota
Batam
barang dan bahan baku dari dalam dan luar
Perdagangan
6 Tanda Tanda Daftar negeri, pelayanan perbaikan atau rekondisi
6 Daftar Gudang permesinan, dan peningkatan mutu; b.
Gudang penyediaan dan pengembangan prasarana dan
Dinas Direktorat sarana air dan sumber air, prasarana dan sarana
Perindustria Investasi & perhubungan termasuk pelabuhan laut dan
n, marketing Bandar udara, bangunan dan jaringan listrik, pos
Perdagangan Batam BP dan telekomunikasi, serta prasarana dan sarana
, Energi dan lainnya.
Sumber Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (2)
Daya Kota
Undang-undang Nomor 36 tahun 2000 diatur
Batam
bahwa : “Kepala Badan Pengusahaan
Sumber: Diolah penulis
mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
Dari tabel diatas terlihat bahwa ada
pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan
perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Batam dan ada perizinan yang dilakukan oleh
Bebas”. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
Badan Pengusahaan Batam dalam pelayanan
Kepala Badan Pengusahaan Batam memiliki
administrasi penanaman modal di Kota Batam.
kewenangan untuk melaksanakan pengelolaan,
Dari perizinan tersebut terdapat perizinan yang
pengembangan, dan pembangunan, dalam
hampir memiliki kesamaan antara keduanya.
prasarana dan sarana air dan sumber air,
Padahal semestinya izin tersebut cukup
prasarana dan sarana perhubungan termasuk
dilakukan oleh salah satu pihak saja. Hal ini
pelabuhan laut sesuai dengan Pasal 9 Undang-
semakin memperjelas adanya dualisme
undang Nomor 36 Tahun 2000.
kewenangan yang terjadi di Kota Batam.
Kewenangan tersebut dipertegas dalam
c. Tumpang Tindih Kewenangan dalam
Pasal 6 Keppres Nomor 41 tahun 1973 yang
Pengelolaan Pelabuhanan
menetapkan bahwa peruntukan dan penggunaan
Benturan kewenangan di bidang
tanah di daerah industri di Pulau Batam untuk
kepelabuhan antara Badan Pengusahaan dengan
keperluan bangunan-bangunan, usaha-usaha dan
Pemerintah Kota Batam didasarkan pada konflik
fasilitas-fasilitas lainnya, yang bersangkutan
norma antara Undang-undang Nomor 36 Tahun
dengan pelaksanaan pembangunan Pulau Batam,
2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
didasarkan atas suatu rencana tata-guna tanah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
dalam rangka pengembangan Pulau Batam
2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
menjadi Daerah Industri. Hal-hal yang
Pelabuhan Bebas Batam dengan Undang-undang
bersangkutan dengan pengurusan tanah di dalam
Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dan
wilayah Daerah Industri Pulau Batam dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
rangka pengembangan Pulau Batam menjadi
Pemerintah Daerah sebagaimana telah dicabut
Daerah Industri diatur lebih lanjut oleh Menteri
dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
Dalam Negeri sesuai dengan peraturan
tentang Pemerintah Daerah.
perundang-undangan yang berlaku di bidang
Konflik norma tersebut yaitu Pasal 9 ayat
agrarian, dengan ketentuan sebagai berikut : a.
(1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2000 yang
Seluruh arela tanah yang terletak di Pulau
berbunyi : Kawasan Perdagangan Bebas dan
Batam diserahkan, dengan hak pengelolaan,
Pelabuhan Bebas mempunyai fungsi sebagai
kepada Ketua Otorita Pengembangan Daerah
tempat untuk mengembangkan usaha-usaha di
Industri Pulau Batam; b. Hak pengelolaan
bidang perdagangan, jasa, industry,
tersebut pada sub a ayat ini memberi wewenang
pertambangan dan energy, transportasi,
kepada Ketua Otorita Pengembangan Daerah
maritime, dan perikanan, pos, dan
Industri Pulau Batam untuk : 1. Merencanakan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata,
peruntukan dan penggunaan tanah tersebut; 2.
dan bidang-bidang lainnya. Selanjutnya Pasal 9
Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan
80
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

pelaksanaan tugasnya; 3. Menyerahkan bagian- keterpaduan intra- dan antar moda trasportasi.
bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga Ayat (3) Pelabuhan sungai dan danau hanya
dengan hak-pakai sesuai dengan ketentuan- dapat dioperasikan setelah selesaidibangun dan
ketentuan Pasal 41 sampai Pasal 43 UUPA. memenuhi persyaratan opearsional serta
Namun ketentuan yang mengatur Badan memperoleh izin. Ayat 94) : izin
pengusahaan Batam tersebut mengalami konflik mengoperasikan pelabuhan sungai dan danau
dengan hadirnya pasal 82 ayat (1) Undang- diberikan oleh bupati/walikota.
undang Nomor 17 Tahun 2008 yang Di lampiran Undang-undang Nomor 23
menyatakan Otoritas pelabuhan sebagaimana Tahun 2014 Bagian Urusan Pemerintahan
dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) huruf a Bidang Perhubungan ditetapkan bahwa
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Kab/Kota memiliki kewenanangan :
Menteri. Juga bertentangan dengan Pasal 82 a. Penerbitan izin usaha angkutan laut bagi
ayat (2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 badan usaha yang berdomisili dalam
yang menyatakan : Unit Penyelenggara Daerah kabupaten/kota dan beroperasi
pelabuhan sebagaimana dimaksdu dalam Pasal pada lintas pelabuhan di Daerah
81 ayat 91) huruf b dibentuk dan bertanggung kabupaten/kota.
jawab kepada : a. Menteri untuk Unit b. Penerbitan izin usaha angkutan laut
Penyelenggara pelabuhan Pemerintah; dan b. pelayaran rakyat bagi orang perorangan
gubernur atau bupate/walikota untuk Unit atau badan usaha yang berdomisili dan
Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah Daerah. yang beroperasi pada lintas pelabuhan
Berdasarkan ketentuan Pasal 82 ayat (1) dalam Daerah kabupaten/kota.
dan ayat (20 Undang-undang Nomor 17 tahun c. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan
2008 maka otoritas pelabuhan di Kota Batam. angkutan sungai dan Pembangunan dan
Faktanya, seluruh pelabuhan di Pulau batam penerbitan izin pembangunan dan
yang dibangun oleh badan Pengusahaan pengopersian pelabuhan sungai dan
sebelum terbentuknya Undang-undang Nomor danau.
17 tahun 2008 dibentuk dan bertanggung jawab d. Penerbitan izin usaha badan usaha
kepada kepala Badan Pengusahaan. pelabuhan di pelabuhan pengumpul
Benturan kewenangan di bidang local
kepelabuhan antara Badan Pengusahaan dengan e. Penerbitan izin pengembangan
Pemerintah Kota Batam juga disebabkan pelabuhan pelabuhan lokal.
beberapa norma lain dalam Undang-undang f. Penerbitan/pengoperasian pelabuhan
Nomor 17 tahun 2008 dan Undang-undang untuk pengumpan izin.
pemerintah Daerah yaitu Pasal 97 Undang- g. Penerbitan izin pekerjaan pengerukan di
undang Nomor 17 Tahun 2008 ayat (1) dan ayat wilayah perairan pelabuhan pengumpan
(2). Pasal 97 ayat (1) : Pelabuhan laut hanya lokal
dapat dioperasikan setelah dibangun dan h. Penerbitan izin reklamasi di wilayah
memenuhi persyaratan operasional serta pelabuhan pengumpan lokal
memperoleh izin. Pasal 97 ayat (2) : izin Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas,
mengeoperasikan pelabuhan laut diberikan oleh maka jelas terjadi konflik norma peraturan
: a. Menteri untuk pelabuhan utama dan perundang-undangan di bidang kepelabuhanan
pelabuhan pengumpul; dan b. gubernur atau yang berakibat benturan kewenangan antara
bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan. Badan Pengusahaan dan Pemerintah Kota
Pasal 98 Undang-undang Nomor 17 Batam.
Tahun 2008 tentang Pelayaran juga mengatur, d. Tumpang Tindih Pengelolaan
ayat (1) : Pembangunan pelabuhan sungai dan Bandar Udara
danau wajib memperoleh izin dari Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun
bupati/walikota. Ayat (2) : Pembangunan 2009 tentang penerbangan bertujuan
pelabuhan sungai dan danau sebagaimana mewujudkan penerbangan yang tertib, teratur,
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan kepastian hokum tanpa mengorbankan
berdasarkan persyaratan teknis kepelabuhanan, kelangsungan hidup penyedia jasa transportasi.
kelestarian lingkungan, dengan memperhatikan Dalam Pasal 226 Undang-undang Nomor 1
81
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

Tahun 2009 mengatur mengenai memperoleh izin dari Menteri. Selain itu dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
Bandar udara yang meliputi pembinaan, 2014 mengatur bahwa Badan Pengusahaan
kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan. Batam membentuk Badan Usaha Bandar Udara
Pembinaan dilakukan oleh Otoritas Bandar Kawasan Batam untuk melakukan kegiatan
Udara. Sedangkan kepabeanan, keimigrasian, pengusahaan di Bandar Udara Hang Nadim. BP
dan kekarantinaan dilaksanakan sesuai dengan Batam inilah yang menjadi Badan Usaha Bandar
ketentuan PUU. Adapun dalam ketentuan PUU Udara.
tidak ada yang menyerahkan urusan ketiganya Sedangkan dalam Pasal 1 angka 43
kepada Pemerintah Daerah, apalagi kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009
Badan Pengusahaan. memberikan batasan pengertian mengenai
Dalam Pasal 227 Undang-undang Nomor Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha
1 Tahun 2009 mengatur bahwa Otoritas Bandar milik Negara, badan usaha milik Negara, atau
Udara ditetapkan oleh dan bertanggung jawab badan hokum Indonesia berbentuk perseroan
kepada Menteri Perhubungan. Otoritas tersebut Terbatas atau koperasi. Permasalahannya
dalam melaksanakan tugasnya harus apakah BP Batam berbentuk salah satu badan
berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang telah dibatasi pengertainnya dalam Pasal 1
setempat, yang dalam hal ini Pemko Batam. angka 43 tersebut. Dengan demikian bisa
Sedangkan Otoritas inilah yang mempunyai dikatakan PP Nomor 65/2014 tidak selaras
kewenangan terbesar dalam penyelenggaraan dengan ketentuan Undang-undang Nomor 1
kegiatan di Bandar udara. tahun 2009 tentang Penerbangan.
Selain kegiatan pemerintahan, dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 ini juga Perbandingan Kondisi Pembangunan Kota
mengatur mengenai kegiatan pengusahaan Batam Sebelum dan Sesudah Penerapan
Bandar udara yang meliputi pelayanan jasa Otonomi Daerah
kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait Selama berlangsungnya penyelenggaraan
Bandar udara.Pasal 233 Undang-undang Nomor otonomi daerah, terdapat dua sisi implikasi dari
1 Tahun 2009 mengatur bahwa Pelayanan jasa implementasi otonomi daerah selama ini, yakni
kebandarudaraan dapat diselenggarakan p;eh : a. keberhasilan-keberhasilan dan sekaligus
Badan usaha Bandar udara untuk Bandar udara problem-problem yang dihadapi. Pembangunan
yang diusahakan secara komersial setelah Kota Batam tidak bisa dilihat dari satu sisi
memperoleh izin dari Menteri Perhubungan; b. Otonomi Daerah saja, sebab jauh sebelum Otda
unit penyelenggara Bandar udara untuk Bandar diterapkan di kota ini, Badan Pengusahaan
udara yang belum diusahakan secara komersial Kawasan Batam (dulu Otorita Batam) telah
yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab lebih dulu hadir dan menjadi pionir
kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah. pembangunan pulau ini hingga menjadi sebuah
Terkait dengan Bandar Udara Hang destinasi investasi asing di Indonesia. Tentu kita
Nadim, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah bisa melihat bagaimana tren pertumbuhan dan
Nomor 65 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan pembangunan ekonomi kota ini pada masa
Kegiatan di Bandar Udara Hang Nadim Batam sebelum dan sesudah diimplementasikannya
oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Otonomi Daerah yaitu ketika Pemkot Batam
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, merupakan hadir menjadi pelaksana desentralisasi
satu-satunya Bandar udara yang tanggung jawab pemerintahan di daerah.
dan kewenangan penyelenggaraannya tidak a. Pertumbuhan Ekonomi
berada di tangan Menteri dan pengusahaannya Pertumbuhan Ekonomi di Batam Sebelum
tidak melalui PT Angkasa Pura Pelaksanaan Otonomi Daerah
(Persero),melainkan oleh BP Batam. Menurut kajian ISEI Batam (2012) masa
Penyelenggaraan Bandar Udara Hang keemasan Batam bisa dikatakan terjadi pada era
Nadim belum memenuhi ketentuan Undang- 1990 – 1997, di mana pada saat itu arus masuk
undang Nomor 1 Tahun 2009 karena BP Batam investasi asing, tenaga kerja, dan pertumbuhan
membentuk Badan Usaha Bandar Udara, yang ekonomi melesat sangat tinggi. Walaupun
dalam Pasal 233 ayat (1) huruf a undang-undang trennya menunjukkan penurunan, namun secara
Nomor 1 Tahun2 009 mengatur bahwa nilai masih lebih tinggi dibandingkan provinsi
pembentukan Badan Usaha Bandar Udara harus induk saat itu yakni Riau dan juga Indonesia.
82
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

Data BPS Batam menyebutkan selama periode Pada Gambar di atas menunjukkan tren
1995-1997 ekonomi Batam melesat dengan pertumbuhan ekonomi Batam selama periode
angka pertumbuhan berturut turut 17,41%, 2000 – 2011 masih meningkat kendati sempat
18,09%, dan 13,55%, jauh di atas pertumbuhan anjlok pada 2009 menjadi 4,6% akibat tekanan
daerah lainnya di Propinsi Riau yang hanya krisis global yang memaksa industri manufaktur
berada pada kisaran angka dibawah 10%, di Batam mengurangi lini produksi.
maupun pertumbuhan rata-rata ekonomi Riau
serta pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional b. Investasi
pada periode yang sama. Sementara pada 1998, Pertumbuhan Investasi di Batam Sebelum
pada saat sebagian besar daerah tingkat II di Pelaksanaan Otonomi Daerah
Riau mengalami laju pertumbuhan negatif, Arus masuk investasi baik investasi
Batam masih mampu tumbuh sebesar 3,08%, pemerintah, domestik dan asing ke Pulau Batam
jauh diatas pertumbuhan ekonomi nonmigas selama era 1990 – 1999 juga menunjukkan tren
Riau yang merosot tajam menjadi negatif 1,93% yang meningkat dari sisi jumlah proyek dan
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang negatif nilai investasinya.
14,78%. Pada 1999, sementara ekonomi
Indonesia hanya mampu tumbuh 0,35% Grafik 3. Investasi Swasta (Asing +
ekonomi Batam terus melesat ke angka 5,49%. Domestik) di Pulau Batam Periode 1990 –
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Batam 1999
1991 – 1999 4,448
4,704
5,061 5,166 5,215

4,169
3,782
3,121
40 2,199
2,652

20
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

0 Sumber: Batam Development Update June


199119921993199419951996199719981999
Eco… 1999, diterbitkan oleh Otorita Batam tahun
1999.
Pertumbuhan Ekonomi di Batam Setelah Pertumbuhan investasi di Pulau Batam
Pelaksanaan Otonomi Daerah menunjukkan angka yang tinggi, yaitu sebesar
Sejak itu, laju pertumbuhan ekonomi 184% dari tahun 1990 sampai dengan tahun
Batam tidak pernah lagi mencapai level 10% 1999. Pada tahun 1990 modal investasi yang
hingga memasuki tahun 2000 hingga 2011 lalu. ditanamkan oleh pemerintah adalah sebesar
Bahkan, ketika Otonomi Daerah diberlakukan US$573 juta dan naik di tahun 1999 menjadi
dengan hadirnya Pemkot Batam, ekonomi US$1,626 miliar. Investasi pemerintah tersebut
Batam seolah terhenti pada level 7-8%. mampu memicu investasi swasta untuk masuk
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Batam ke Batam US$2,199 miliar pada 1990
2000 – 2011 meningkat menjadi US$5,215 miliar pada 1999.
Dilihat dari jenis investasi yang masuk ke
12 Batam selama periode tersebut, sebanyak
50,83% bergerak di sektor industri meliputi
8 manufaktur perakitan elektronik, perkapalan,
dan off-shore, kemudian 20,26% bergerak di
4 sektor perdagangan dan jasa, sebanyak 15,16%
bergerak di sektor properti dan real estate, dan
0 12,82% bergerak di sektor pariwisata.
20002001200220032004200520062007200820092010
2011** Tingginya investasi swasta asing dan
domestik yang masuk ke Pulau Batam selama
periode tersebut, telah memicu arus urbanisasi
Sumber: BPS Kota Batam pekerja yang berasal dari berbagai wilayah di
Indonesia menuju ke Batam. Pada masa itu,
83
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

kebutuhan akan tenaga kerja sangat tinggi lain, kawasan ekonomi khusus Shenzhen di
karena permintaan di sektor industri manufaktur China yang menyumbang 75 persen dari
yang didominasi oleh perakitan elektronik dan pendapatan wilayah Shenzen sebesar US$114,5
perkapalan. miliar dan memiliki pendapatan per kapita
US$13.200.
Pertumbuhan Investasi di Batam Setelah Adapun secara internal, penurunan daya
Pelaksanaan Otonomi Daerah saing disebabkan beberapa hal, mulai dari
Memasuki era Otonomi Daerah pada 1999 dualisme pengelolaan wilayah antara Pemkot
dan mulai diresmikannya Pemkot Batam pada dan BP Batam, dualisme tanggungjawab vertikal
tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, total BP Batam ke Dewan Kawasan dan Menteri
investasi yang masuk di Batam mencapai Keuangan, ledakan penduduk, sampai dengan
US$14,41 miliar yang terdiri dari investasi maraknya penyelundupan. Dualisme
pemerintah sebesar US$2,7 miliar dan investasi pengelolaan wilayah ini menyebabkan Batam
swasta (asing dan domestik) sebesar US$11,64 tidak kompetitif karena perizinan menjadi
miliar dengan total perusahaan asing yang lamban, tumpang tindih pengelolaan tanah,
beroperasi di daerah ini sebanyak 1.247 ketidakpastian hukum bagi investor, hingga
perusahaan. Dari data terlihat bahwa Selama penyediaan infrastruktur yang belum memenuhi
periode 2000 – 2010, investasi swasta di Batam standar internasional.
tumbuh hampir 90%, namun menurun Penurunan daya saing internal tersebut
dibandingkan pada periode sebelum pelaksanaan memberikan dampak yaitu sebanyak 30 persen
otonomi daerah 1990 – 1999 yang tumbuh dari ratusan perusahaan di Batam berencana
184%. memindahkan pabriknya ke negara lain. Negara
Grafik 4. Investasi Swasta (Asing + tujuan kepindahan perusahaan tersebut antara
Domestik) di Pulau Batam Periode 2000 - lain Malaysia dan Vietnam karena kedua negara
2010 tersebut memberikan dukungan investasi yang
lebih baik dan kondusif. Hal yang tidak
mungkin dihindari dari dampak tersebut adalah
banyak pekerja yang akan mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Terdapat
kurang lebih 2.000 orang karyawan yang akan
kehilangan pekerjaan. Ini akan menambah
jumlah pengangguran di Batam. Padahal, saat
ini pencari kerja di Batam selalu bertambah

Sumber : Pengembangan Daerah Industri Pulau


Batam, 2006.

Daya Saing Batam Menurun SIMPULAN DAN SARAN


Daya saing Batam kian merosot, bahkan 1. Kesimpulan
di tingkat ASEAN, Batam dinilai telah kalah Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
bersaing dengan Malaysia, Vietnam, dan yang telah dikemukakan dalam bab terdahulu
Singapura. Malaysia telah berhasil serta dikaitkan dengan tujuan penelitian ini,
mengembangkan kawasan sejenis seperti maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
Kawasan Iskandar Johor. Sedangkan Vietnam, berikut ini :
ekonominya terus mengalami peningkatan yang a. Hasil penelitian menunjukan fakta bahwa
signifikan. Sementara Indonesia dan Batam permasalahan utama dalam pengelolaan
masih banyak bergantung dengan Singapura. pemerintahan di Kota Batam adalah
(batamtoday.com, 09/02/2012). Negara-negara terjadinya dualisme kewenangan antara
lain yang dulu pernah belajar dari Batam saat ini Pemerintah Kota dan Badan Pengusahaan
justru tumbuh lebih baik, contohnya Iskandar Batam. Lahirnya Kota Batam menimbulkan
Regional Development Authority (IRDA) di tumpang tindih kewenangan antara
Malaysia yang didirikan akhir tahun 2006, Pemerintah Kota Batam dengan Badan
sudah jauh meninggalkan Batam yang sudah Pengusahaan atau Otorita Batam. Eksistensi
didirikan sejak lebih dari 40 tahun lalu. Contoh kedua lembaga yang didukung oleh struktur
84
Journal of Business Administration Volume 1, Nomor 2, September 2017, hlm. 73-85

dan substansi hukum yang berbeda peningkatan Sinergi dalam Pembangunan


menyebabkan kebijakan pengelolaan Pulau Ekonomi khususnya hubungan antara
Batam tidak harmonis. Keberadaan Badan Pemerintah Kota dan Badan Pengusahaan
Pengusahaan yang didahului oleh Otorita Batam. Sedangkan rekomendasi Jangka Panjang
Batam berdasarkan Keputusan Presiden dalam rangka penyelesaian permasalahan jangka
Nomor 41 Tahun 1973 dan memiliki Panjang, dalam penelitian ini mengusulkan
kewenangan untuk melakukan pengelolaan untuk membentuk sebuah pemerintahan khusus/
Pulau Batam dan semakin diperkuat dengan otonomi khusus melalui Undang – Undang
lahirnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun Khusus Batam. Namun, urgensi terhadap
2000 sebagaimana telah diubah dengan dibentuknya sebuah pemerintahan
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2007, khusus/otonomi khusus di Pulau Batam
serta Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun sebaiknya dikaji lebih mendalam melalui
2007 sebagaimana telah diubah dengan penelitian berikutnya.
Peraturan Pemerintah Nomorr 5 Tahun 2011
secara vis a vis dengan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah DAFTAR PUSTAKA
diubah dengan Undang- Undang Nomor 32 [1] Audrey G., Konflik dalam Pengelolaan Kota
Tahun 2004 serta Undang- Undang Nomor Batam, Jakarta : Tesis Magister Sains
53 Tahun 1999. Perkotaan Universitas Indonesia, 2007.
b. Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa
[2] BPMPD Pemerintah Provinsi Kepri, Quo
terjadi tumpang tindih kewenangan antara
Pemerintah Kota dan Badan Pengusahaan Vadis, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Batam terjadi dalam beberapa sektor antara Tanjung Pinang : Penerbit RajaGrafindo
lain dalam hal: hak pengelolaan lahan atau Persada, 2010.
tanah di Batam, tumpang tindih dalam hal [3] BP Batam, Laporan BP Batam, Badan
perizinan di Batam, benturan kewenangan Pengusahaan Batam, 2011
pengelolaan kepelabuhanan, benturan
[4] Cohen, J.M. & Peterson, S. B.,
kewenangan pengelolaan kebandarudaraan,
Administrative Decentralization :
dan benturan kewenangan pengelolaan
Strategies for Developing Countries
fungsi kawasan pariwisata.
Connecticut: Kumahan Press, 1999.
c. Hasil penelitian membuktikan bahwa
permasalahan yang muncul setelah
penerapan otonomi daerah di Batam, antara
[5] Creswell, John W & Vicki L. Plano
lain : terajadinya perlambatan ekonomi
Clark. Designing and Conducting: Mixed
Batam terutama terlihat bahwa pertumbuhan
Methods Research. London: Sage
ekonomi dan investasi menurun drastis,
Publications, 2007.
munculnya beberapa masalah sosial di
Batam, lemahnya sinergi antar institusi, [6] Hoessein, B., “Pergeseran paradigma
ketidakpastian hukum, serat merosotnya otonomi daerah dalam rangka reformasi
daya saing ekonomi Batam. administrasi publik di Indonesia”.
2. Saran Makalah dalam Seminar Reformasi
Setelah memperhatikan berbagai persoalan Hubungan Pusat-Daerah Menuju
faktual yang terjadi di lapangan dan prospek Indonesia Baru : Beberapa Masukan
Batam pada masa mendatang, maka penelitian Kritis untuk Pembahasan, 1999.
ini menawarkan beberapa rekomendasi yang [7] Heri Muliono, Merajut Batam Masa Depan,
bisa dipertimbangkan untuk diimplementasikan Menyongsong Status Free-Trade Zone,
dalam mengatasi berbagai hambatan yang Jakarta : Penerbit LP3ES, 2011.
terjadi di lapangan. Dalam rekomendasi jangka
pendek, diusulkan adanya kelanjutan [8] Hidayat, Syarif, Desentralisasi dan Otonomi
pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah Daerah dalam Perspektif State-Society
tentang Hubungan Kerja Pemkot Batam dan Relation, Jurnal Politik Vol. 1 No. 1 2008
Badan Pengusahaan Batam, perlu adanya Undang-Undang Otonomi Daerah dan
85
Muhammad, Wahyudi, Samsubar, & Agus, Dualisme Kelembagaan antara Pemerintah…

Proses Transisi Implementasinya yang [17] UU No. 32/2004 jo. UU No. 22/1999
diselenggarakan ASPRODIA-UI. Jakarta: tentang Pemerintahan Daerah
27 Maret, 2008.
[18] UU No. 53/1999 tentang Pembentukan
[9] Investment Opportunities and Prospect in Kota Batam
the Batam Free Trade Zone, Indonesia,
[19] UU No 44 Tahun 2007 jo. Perppu No. 1
Batam Indonesia Free Zone Authority,
/2007 jo. UU No. 36/2000 jo. Perppu No.
2010
1/2000 tentang Kawasan Perdagangan
Iskandar Development Region (IDR) Annual Bebas dan Pelabuhan Bebas
Report 2011
[20] PP No. 46 tahun 2007 tentang Kawasan
[10] Krismiyati Tasrin dkk,, Kajian Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Pengembangan Desentralisasi Asimetris Batam.
di Indonesia, Pusat Kajian dan Pendidikan
dan pelatihan Aparatur I, Lembaga
Administrasi Negara, Bandung, 2012
[11] Muhammad Sapta Murti , The Importance
of Special Autonomy of Batam According
to Implementation of ASEAN Economic
Community 2015. Jurnal Rechts Vinding
Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015.
[12] Panjaitan, Rudi TH, Analisis Alternatif
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Berikat
Batam dalam Mewujudkan Batam sebagai
Obyek Pertumbuhan Segitiga Emas,
Yogyakarta : Tesis MAP UGM, 2003.
[13] Putra, Bayu , Dampak Dualisme
Kewenangan dalam Pelayanan
Administrasi Penananaman Modal : Studi
Kasus Implementasi Desentralisasi di
Kota Batam, Yogyakarta : Tesis MAP
UGM, 2014
[14] Rondinelli, Dennis A., John R. Nellis & G.
Shabbir Cheema, Decentralization in
Developing Countries: A Review of
Recent Experience, Washington, D.C:
The World Bank, 1983
[15] Suwandi, Made. Pokok-Pokok Pikiran
Konsepsi Otonomi Daerah Indonesia
dalam Upaya Mewujudkan Pemerintah
Daerah yang Demokratis dan Efesien.
Jakarta: tidak diterbitkan, 2002
[16] Tim Small Research Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Batam,
Kajian Hubungan Kerja Pemerintah Kota
Batam dan Badan Pengusahaan Kawasan
FTZ terhadap Percepatan Pembangunan
Ekonomi dan Investasi dalam Era
Otonomi Daerah di Kota Batam, Agustus
2012.

Das könnte Ihnen auch gefallen