Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Juni 2013
Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT
ABSTRAK
Nematoda entomopatogen (NEP) sebagai agens hayati, terdiri atas dua genus yaitu
Steinernema dan Heterorhabditis. Nematoda famili Steinernematidae dan
Heterorhabditidae bersimbiosis dengan bakteri genus Xenorabdus dan
Photorabdus (Smart, 1995). Kemampuan NEP untuk menyebar, mempertahankan
diri, menemukan inang dan reproduksi di dalam tanah dipengaruhi oleh tipe tanah,
Liza et al, Uji Virulensi Nematoda Entomopatogen pada Larva Spodoptera litura 2
kelembaban, suhu dan inang. Untuk mendapatkan NEP isolat lokal diperlukan
kegiatan eksplorasi pada lahan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi genus NEP dan kepadatan populasi dari lahan jagung, kedelai
dan kubis di Malang serta virulensinya terhadap larva Spodoptera litura.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan (unit
nematologi), Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya Malang, mulai April sampai September 2012. Isolat NEP
didapatkan dari Desa Ngijo pada tanaman jagung, Desa Kendalpayak pada
tanaman kedelai dan Desa Bumiaji pada tanaman kubis. NEP diperoleh dengan
cara mengisolasi dari tanah menggunakan larva Tenebrio molitor, larva T. molitor
yang mati diekstraksi menggunakan metode white trap dan selanjutnya NEP yang
diperoleh dihitung populasinya. NEP yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan
perubahan warna pada kutikula dan bentuk morfologinya. Selanjutnya, NEP diuji
tingkat virulensinya pada larva S. litura. Hasil isolasi NEP didapatkan kepadatan
populasi NEP tertinggi pada lahan kubis sebesar 23.264 NEP/0,25 ml, selanjutnya
lahan jagung sebesar 16.976 NEP/0,25 ml dan kepadatan populasi terendah pada
lahan kedelai sebesar 15.664 NEP/0,25 ml. Hasil identifikasi NEP dari lahan
kubis didapatkan NEP genus Steinernema dan Heterorhabditis. Di Lahan jagung
dan kedelai didapatkan NEP genus Steinernema. Hasil uji virulensi NEP pada
larva S. litura menunjukkan ada perbedaan antara isolate jagung dan yang lain
khususnya untuk 24 jam setelah aplikasi (jsa).
Stock, daerah sebarannya terbatas Larva diberi pakan daun jarak kepyar
(Hazir, Kaya, Stock dan Keskin, 2003). yang diperoleh dari pekarangan di Jalan
Untuk mendapatkan NEP isolat lokal Sukarno Hatta Malang.
diperlukan kegiatan eksplorasi yang
dilanjutkan dengan isolasi dan Pengambilan Contoh Tanah
identifikasi. Untuk mengetahui tingkat Contoh tanah diambil di daerah
virulensi NEP yang didapatkan dari Malang dari lahan jagung Desa Ngijo,
hasil eksplorasi maka diperlukan lahan Kedelai di Balai Penelitian
kegiatan uji virulensi. Serangga yang Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
digunakan sebagai serangga uji yaitu umbian Desa Kendalpayak dan lahan
larva S. litura Fabricius (Lepidoptera: kubis Desa Bumiaji.
Noctuidae). Tanah diambil dari sekitar
Mengingat NEP cukup potensial perakaran tanaman (rhizosfer). Setiap
sebagai agens pengendali hayati hama lahan ditetapkan 5 lokasi yang
dari ordo Lepidoptera, maka perlu berukuran 2-4 m2 yang ditetapkan
dilakukan kegiatan eksplorasi untuk secara diagonal. Setiap lokasi
mengetahui keragaman NEP dan ditetapkan 3 tempat secara acak dengan
virulensinya dari lahan tanaman jagung, luas permukaan 100 cm2. Pengambilan
kedelai dan kubis. contoh tanah dilakukan sampai
Penelitian ini bertujuan untuk kedalaman 20 cm. Contoh tanah
mengetahui genus NEP dan kepadatan diambil menggunakan sekop. Sebelum
populasinya dari lahan jagung, kedelai digunakan sekop disterilkan dengan
dan kubis di daerah Malang serta alkohol 70%. Kemudian contoh tanah
virulensinya terhadap larva S. litura. dicampur dan disimpan dalam kantung
plastik yang berlubang-lubang untuk
METODOLOGI ventilasi (Baliadi, 2011). Contoh tanah
dianalisis jenis tanah, tekstur,
Penelitian ini dilaksanakan di kandungan bahan organik, kelembaban
Laboratorium Hama, Sub. dan pHnya di Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Nematologi, Jurusan Fisika Jurusan Tanah Fakultas
Hama dan Penyakit Tumbuhan Pertanian Universitas Brawijaya,
Fakultas Pertanian Universitas Malang.
Brawijaya Malang, mulai April 2012
sampai September 2012. Larva Teknik Isolasi Nematoda
Tenebrio molitor yang diguankan Entomopatogen.
sebagai umpan untuk mendapatkan NEP diisolasi menggunakan larva
NEP diperbanyak di Laboratorium T. molitor. Contoh tanah lebih kurang
Hama, Sub. Laboratorium Nematologi 150 g dimasukkan ke dalam stoples
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan kaca. Selanjutnya diinfestasikan 10
Fakultas Pertanian Universitas larva T. molitor. Setelah 7 hari, larva
Brawijaya Malang, dengan pakan polar yang mati kemudian dikeluarkan dan
dan umbi ubi kayu. Larva S. litura dibilas dengan aquades.
berfungsi sebagai serangga uji untuk Pemerangkapan NEP kemudian
pengujian virulensi NEP. Larva dilanjutkan dengan menggunakan
didapatkan dari perbanyakan yang metode ekstraksi White trap yaitu
dilakukan di Balai Penelitian Tanaman dengan cara larva yang mati diletakkan
Pemanis dan Serat (Balitas). Larva di cawan petri kecil yang telah dilapisi
yang digunakan yaitu larva instar 3. kertas saring lembab. Kemudian cawan
Liza et al, Uji Virulensi Nematoda Entomopatogen pada Larva Spodoptera litura 4
petri kecil diletakkan ke dalam cawan dapat bertahan dalam jangka waktu
petri besar. Kemudian dituangi yang cukup lama (Nadiah, 2008).
aquades ke dalam cawan petri besar Identifikasi nematoda dilakukan
hingga setengah dari cawan petri kecil. dengan mengamati gejala pada larva T.
Kemudian cawan petri besar ditutup molitor yang terserang nematoda dan
dengan penutup cawan petri. pengamatan morfologi nematoda.
Diharapkan setelah 1-2 minggu Pengamatan gejala pada larva yaitu
nematoda bermigrasi ke dalam aquades. dengan mengamati perubahan warna
NEP yang didapat dari masing- kutikula larva. Pengamatan morfologi
masing komoditas dihitung nematoda dilakukan menggunakan
kepadatannya menggunakan mikroskop mikroskop Olympus BX41 untuk
binokuler, cawan hitung dan alat diidentifikasi sampai tingkat genus.
penghitung. Populasi NEP dihitung
menggunakan rumus berikut Uji Virulensi Nematoda
(Anonymous, 1997). Entomopatogen pada Larva
Spodoptera litura.
⋯ Isolat nematoda dari lahan
P= xX
jagung, kedelai dan kubis
(
) diinokulasikan dengan metode kertas
X =
(,
)
saring. Isolat nematoda dengan
yang P adalah populasi NEP per 0,25 konsentrasi 200 JI/1,5 ml akuades
ml, P1-Pn adalah sub contoh diinokulasikan ke dalam cawan petri
pengambilan NEP dengan n ulangan tertutup yang dilapisi dua lapis kertas
dan n adalah banyaknya ulangan saring (Wagiman, Triman dan Astuti,
pengambilan sub contoh NEP. 2003). Sebanyak 20 ekor larva S. litura
dimasukkan ke dalam cawan tersebut,
Pembuatan Preparat dan Identifikasi diberi pakan daun jarak dan dipelihara
Nematoda Entomopatogen selama 4 hari. Percobaan disusun
Nematoda yang telah selesai dalam rancangan acak lengkap dengan
dihitung kemudian diidentifikasi. tiga perlakuan yakni asal isolat dan
Sebelum diidentifikasi dilakukan menggunakan delapan ulangan,
pembuatan preparat. Pembuatan sehingga didapatkan satuan percobaan.
preparat dilakukan dengan cara Pada perlakuan kontrol, larva S. litura
nematoda yang telah mati, diambil diaplikasi dengan air steril. Parameter
dengan cara dipancing menggunakan yang diamati adalah jumlah S. litura
jarum pancing atau tusuk gigi yang yang mati, waktu dan perubahan
telah diruncingkan ujungnya. tampilan pada S. litura. Pengamatan
Nematoda diatur letak posisinya di atas dilakukan setiap 24 jam selama 4 hari.
gelas objek yang telah ditetesi sedikit Persentase mortalitas dihitung dengan
gliserol dan dicampur dengan metilen rumus sebagai berikut :
blue kemudian diaduk merata
!"
menggunakan kuas gambar atau alat Mortalitas = x 100 %
#
pancing. Kemudian dengan cepat
ditutup dengan gelas penutup dan di
sekeliling ujungnya diolesi dengan cat
kuku agar udara tidak dapat masuk,
dengan demikian preparat nematoda
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 5
kepadatan NEP
dari lahan yang di tanaman kubis, 20000
(NEP/ml)
jagung dan kedelai didapatkan NEP 10000
dengan ciri-ciri larva T. molitor yang
0
terparasit NEP mengalami penurunan
aktivitas pergerakan, cenderung diam kubis jagung kedelai
pada akhirnya larva akan mati dengan asal isolat NEP
kulit berwarna coklat kehitaman
(Gambar 1). Gejala tersebut sesuai Gambar 2. Rata-rata kepadatan
dengan hasil penelitian Nugrohorini populasi nematoda
(2007) bahwa larva S. litura yang entomopatogen setiap 0,25
terinfeksi NEP Steinernema sp. ml.
tubuhnya tidak bergerak dan kaku serta
terjadi perubahan warna pada kutikula. Kepadatan rata-rata populasi NEP
Gejala lain yang bisa diamati ialah dipengaruhi oleh tekstir tanah,
larva T. molitor yang semula berwarna kelembaban tanah, bahan organik tanah
coklat muda kemudian berubah dan kemasaman tanah (pH). Tanah
menjadi coklat karamel, struktur pada tanaman kubis bertekstur lempung
jaringan tubuh larva yang terinfeksi berdebu sehingga kondisi tanahnya
menjadi lunak, meskipun bentuk tubuh remah. Tanah yang remah
larva tetap utuh dan tidak berbau busuk. memudahkan NEP untuk bergerak di
dalam tanah dan kandungan oksigen
yang tinggi mendukung untuk
pernapasan NEP. Kepadatan rata-rata
populasi NEP terendah terdapat pada
lahan tanaman kedelai. Tanah pada
tanaman kedelai bertekstur liat
sehingga kondisi tanahnya padat. Tanah
yang bertekstur liat mempunyai pori-
pori tanah yang berukuran kecil dan
mempunyai kandungan oksigen yang
Gambar 1. Larva Tenebrio molitor rendah sehingga membatasi
yang terinfeksi nematoda pergerakan, perkembangan dan
entomopatogen. reproduksi NEP di dalam tanah.
Pengaruh tekstur tanah terhadap
Kepadatan Populasi Nematoda keberadaan NEP dilaporkan oleh
Entomopatogen. Nugrohorini (2010) bahwa nematoda
Dari hasil perhitungan didapatkan tidak dapat hidup pada jenis tanah
kepadatan populasi rata-rata NEP pada lempung berliat, karena pada jenis
tiap lahan yaitu pada lahan kubis tanah ini tidak terdapat rongga sehingga
23.264 NEP/0,25ml, pada lahan jagung oksigen tidak dapat masuk ke dalam
16.976 NEP/0,25ml dan pada lahan tanah secara maksimal. Hasil analisis
kedelai 15.664 NEP/0,25ml. Kepadatan bahan organik pada lahan jagung
populasi rata-rata tertinggi terdapat
Liza et al, Uji Virulensi Nematoda Entomopatogen pada Larva Spodoptera litura 6
adalah 1,11%, lahan kedelai 3,10% dan dan tidak memiliki stilet (Gambar 3).
lahan kubis 6,10%. Bahan organik Nematoda mempunyai sistem syaraf,
berperan sebagai sumber makanan dari sistem pencernaan dan sistem
nematoda di dalam tanah. Penelitian reproduksi. Ciri-ciri tersebut sesuai
ekologi menunjukkan bahwa nematoda dengan Tanada dan Kaya (1993) bahwa
pemakan bakteri populasinya pada umumnya tubuh nematoda
meningkat dengan kandungan bahan berbentuk seperti cacing, transparan,
organik. Nematoda hidup dengan cara panjang dan agak silindris, dan
memanfaatkan bahan organik atau diselubungi oleh kutikula.
memakan serangga-serangga atau Hasil identifikasi pada larva T.
organisme lain di dalam tanah molitor menunjukkan terdapat variasi
(Imanadi, 2012). gejala pada kutikula larva yaitu warna
Selain itu faktor yang coklat kehitaman dan warna merah.
berpengaruh pada kepadatan populasi Pada tanaman kubis larva yang
NEP adalah derajat keasaman (pH) terinfeksi NEP berwarna coklat yang
tanah. Pada lahan kubis dan jagung pH lama-kelamaan akan menjadi hitam dan
tanah 6,3. Pada lahan kedelai pH tanah berwarna merah. Pada tanaman jagung
6,6. Pada penelitian ini besarnya pH dan kedelai seluruh larva yang
ketiga lahan tidak berbeda jauh. Kung, terinfeksi NEP berwarna coklat
Gaugler dan Kaya (1990) menyatakan kehitaman. Adanya perbedaan warna
bahwa kelangsungan hidup dan pada kutikula larva menunjukkan
patogenesitas steinernema sedikit bahwa larva terserang nematoda genus
menurun ketika pH tanah diturunkan tertentu (Tabel 1).
dari 8 menjadi 4, tetapi kelangsungan
hidup dan patogenesitas menurun
drastis pada pH 10.
Hasil analisis laboratorium
kelembaban tanah pada lahan kedelai
50%, lahan jagung 48% dan lahan
kubis 51%. Kelembaban tanah adalah
salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap aktivitas NEP. NEP
memerlukan kelembaban tanah yang (a) (b)
cukup untuk kelangsungan hidup dan
pergerakannya. Kelembaban Gambar 3. Nematoda entomopatogen
merupakan faktor pembatas terhadap (a: morfologi dan b: bagian
NEP heterorhabditis jadi semakin anterior, perbesaran 400x)
rendah tingkat kelembaban maka
mortalitasnya semakin tinggi. Hasil pengamatan morfologi
anterior NEP, didapatkan dua ciri-ciri
yaitu kepala halus tidak bertanduk atau
Identifikasi Nematoda tidak berkait dan kepala memiliki kait.
Entomopatogen NEP yang memiliki kepala halus dan
Dari hasil identifikasi NEP secara tidak berkait adalah nematoda genus
morfologi, menunjukkan tubuh Steinernema. Nematoda yang memiliki
nematoda berbentuk seperti cacing, kait pada bagian anterior adalah
transparan, tubuh diselubungi oleh nematoda genus Heterorhabditis.
kutikula, mempunyai ekor yang runcing
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 7