Sie sind auf Seite 1von 10

SUPERBLOK BISNIS DENGAN PENDEKATAN GREEN METROPOLIS DI JAKARTA

UTARA, PENEKANAN PADA AREA BISNIS DAN KOMERSIAL


Galih Ajie Nugraha, B.Heru Santosa, Amin Sumadyo
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : galih.graha@yahoo.com

Abstract: Business Superblock in North Jakarta motivated by the potential and high economic
attractiveness of Jakarta but not matched with good urban planning so that Jakarta is not
ready to accept urbanization and has residential and transportation issues. The objective of
this scheme is to get the design of superblock area is able to accommodate business and
commercial activities, supported by residential facilities and access to public transportation.
The method used is a method of planning and architectural design through an approach that is
taken from the book of David Owen: Green Metropolis : Why Living Smaller, Living Closer,
and Driving Less are the keys to sustainability. Design issues to be resolved are: the selection
and processing footprint suitable for the needs of a superblock, and can support both business
and commercial activity as main activity, as well as residential and recreational activities as
secondary activities. The results are a design of superblock area is able to accommodate
business activities and commercial (work), residential, and recreation with the support of
public transportation access with the Green Metropolis approach.

Keywords: Business Superblock, Green Metropolis, Business and Commercial, Mix-Used.

1. PENDAHULUAN dibiarkan terus menerus, Jakarta akan menjadi


DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang kota yang stress, tidak memiliki lahan terbuka
memiliki magnet untuk menjadi daerah tujuan hijau dan sistem transportasi yang jelas untuk
kedatangan karena Jakarta memiliki fungsi pusat meningkatkan taraf kualitas hidup
pemerintahan dan pusat bisnis tanah air masyarakatnya (Badan Pusat Statistik Provinsi
sehingga menjadi kota yang sangat prospektif. DKI Jakarta).
Namun dibalik potensinya, Jakarta juga
mempunyai segudang problematika seperti
angka urbanisasi yang tinggi.
Semakin tingginya populasi manusia di
suatu daerah maka kebutuhan akan tempat
tinggal pun semakin meningkat. Banyak lahan
terbuka hijau terkonversi menjadi rumah-
rumah penduduk dan jalan raya. Padahal
idealnya suatu kota harus memilik sekurang-
kurangnya 30% lahan terbuka hijau dan area
peresapan air hujan. Terjadi perubahan drastis
guna lahan DKI Jakarta antara tahun 1970 dan Gambar 1. Peta Perubahan Guna Lahan DKI
2000 (lihat Gambar 1), dimana pada tahun Jakarta Tahun 1970 dan 2000
1970 lahan terbangun terkonsentrasi di Jakarta Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
Pusat, namun saat ini wilayah Jakarta lainnya
(utara, timur, selatan dan barat) dipenuhi oleh Dari fenomena tersebut, sehingga
lahan terbangun. Idealisme masyarakat Jakarta diperlukan sebuah pemecahan masalah urban
sangatlah tinggi, namun apabila hal ini dengan membangun kompleks superblok.
Superblok merupakan suatu kawasan di
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015
konteks urban yang dirancang secara 2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
terpadu dan terintegrasi (integrated Studi Literatur :
developement), berdensitas cukup tinggi a. Preseden superblok didapat dari
dalam konsep tata guna lahan yang bersifat referensi buku/e-book yang berkaitan
campuran (mixed- use). dan representatif dan referensi kasus
Superblok dapat menjadi idiom baru konsep perancangan yang sudah ada
dalam bisnis properti di Indonesia karena b. Konsep green metropolis didapat
digadang-gadang dapat mengubah pola langsung dari buku karya David Owen
hidup masyarakat urban yang selama ini (2009) Green Metropolis: Why Living
tinggal berjauhan dengan tempat kerja Smaller, Living Closer, and Driving
semisal masyarakat yang tinggal di wilayah Less are the keys to sustainability
suburban, menjadi one stop living. Dalam c. Konsep green building didapat dari
satu lokasi, masyarakat bisa tinggal, bekerja, mata kuliah tentang arsitektur hijau
dan berekreasi (Tardiyana, 2010). serta beberapa buku referensi.
Pendekatan yang diambil adalah d. Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah
konsep Green Metropolis dari buku karya DKI Jakarta didapat melalui data
David Owen (2009) Green Metropolis: Why instansional pemprov dan pemkot
Living Smaller, Living Closer, and Driving serta melalui situs dan artikel terkait.
Less are the keys to sustainability. David 3. Metode Mengolah Data
Owen menekankan tentang konsep “hidup Terdapat beberapa langkah dalam
lebih dekat” sehingga integrasi antara wadah mengolah data yang didapat baik data
bertempat tinggal, bekerja dan berekreasi primer maupun data sekunder, di antaranya
hubungannya semakin erat dan merubah :
pola hidup menjadi vertikalisme. Konsep ini a. Penyortiran Data
sangat diperlukan bagi kota-kota besar yang Menyortir data yang diperlukan,
sudah padat penduduknya karena dari sini penyortiran dilakukan sesuai dengan
dapat mengurangi intensitas frekuensi aspek penekanan superblok yang ingin
transportasi. Konsep ini juga menekankan dirancang.
sisi ekologis hubungan antara manusia, b. Korelasi Data
bangunan dan alam. Mengkorelasikan/menghubungkan
antara data yang satu dengan data
2. METODE yang lainnya, data primer dan data
Metode yang akan dilakukan guna sekunder.
mendapatkan data yang akan digunakan untuk c. Pemaparan Data
proses dasar penyusunan sebuah konsep. Memaparkan hasil data yang didapat
Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang dan disajikan ke dalam beberapa
dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari bentuk, di antaranya deskripsi data,
metode pengumpulan data primer dan gambar, dokumentasi, tabel dan grafik.
sekunder. d. Analisis Data
1. Metode Pengumpulan Data Primer 1) Analisa data yang didapat di
a. Melalui survey terhadap superblok lapangan (data primer) dengan
yang telah ada, survey yang dilakukan data yang didapat melalui
guna mendapatkan data pendukung referensi (data sekunder)
berupa data statistik fakta-fakta 2) Menganalisa data, guna
tentang perkembangan superblok yang mendapatkan aspek-aspek yang
terdapat di Jakarta dan kota lain yang sesuai dengan dasar-dasar konsep
ada di Indonesia. green metropolis
b. Kondisi tapak, data sosial dan 3) Membagi tiap-tiap data yang
lingkungan didapat dengan observasi didapat kedalam pokok-pokok
secara langsung dan dokumentasi serta pembahasan dan dijadikan sebagai
wawancara secara langsung kepada data pendukung
masyarakat setempat dan instansional
terkait.
Galih Ajie Nugraha, B. Heru Santosa, Amin Sumadyo, Superblok Bisnis dengan Pendekatan Green …

4)Mencari benang merah antara menggunakan kendaraan umum sebagai


superblok dengan konsep green upaya mengurangi polusi kendaraan
metropolis berdasarkan data yang dalam skala makro.
sudah didapat. 2. Pengguna yang berdomisili di
e. Penarikan Kesimpulan luar Jakarta
Pengguna yang berdomisili di luar
3. ANALISIS Jakarta akan diberikan fasilitas apartemen
3.1 Analisis Pengguna dan Kegiatan sewa ataupun rumah susun sewa. Hal ini
Analisis pertama yang dilakukan adalah sangat penting mengingat kapasitas
mengetahui siapa saja pengguna yang superblok.
akan menggunakan superblock beserta 3.Tamu/pengunjung
kegiatannya Tamu dan pengunjung sifatnya
a. Tujuan merupakan pengguna dengan masa huni
Mengetahui kegiatan setiap pengguna paling singkat sekitar hanya beberapa
yang akan menjadi pengguna hari bahkan beberapa jam, dan bukan
superblok. termasuk penghuni superblok. Tamu
b. Dasar pertimbangan yang butuh bermalam dan menginap
Objek rancangan dapat menampung akan disediakan hotel.
kegiatan seluruh pengguna yang
direncanakan 3.2 Analisis Peruangan
c. Proses analisis Mencari kebutuhan peruangan dengan
Penentuan pengguna nanti akan mempertimbangkan kegiatan yang ada
digunakan untuk menentukan didalam superblok.
kebutuhan ruang.
DOMISILI
Tabel 1.Kebutuhan Ruang Makro
TRANSPORTASI BANGUNAN UTAMA
JAKARTA
KEGIATAN PERUANGAN
RENTAL OFFICE

INTERMODAL
Bisnis Gedung Kantor Sewa
BANGUNAN PENUNJANG
MICE Komersial Gedung Shopping Center
Pertemuan Gedung MICE
APARTEMEN PASAR MODERN
DOMISILI
LUAR JAKARTA RUSUNAWA Hunian Apartemen (middle-high)
TAMU/
SOCIAL PARK Rumah Susun (middle-
HOTEL
PENGUNJUNG
low)
BANGUNAN
PENUNJANG Hotel (tamu/pengunjung)
Gambar 2. Model Konsep Kegiatan Makro Rekreasi dan Green-Social Park
Olahraga
Ada beberapa pengguna yang Parkir Gedung Parkir Terpadu
digolongkan menjadi pengguna Transportasi Intermodal (Commuter
superblok ini antara lain (lihat Gambar Umum Line dan Busway Transit)
2) : Pusat Central Office
1. Pengguna yang berdomisili di Jakarta Kepengelolaan
Pengguna yang berdomisili asli Jakarta Pada Tabel 1. terlihat kebutuhan
akan diarahkan menggunakan peruangan yang dibutuhkan dalam
transportasi umum seperti commuterline pemenuhan wadah keseluruhan kegiatan
dan busway sehingga superblok harus di dalam area superblok.
mampu menyediakan intermodal
sebagai sarana transit dan naik turun 3.3 Analisis Lokasi
kendaraan umum tersebut. Superblok Menentukan lokasi yang strategis dan
ini akan merubah perilaku masyarakat memilih tapak dengan kondisi yang
Jakarta yang tadinya terbiasa mendukung keberadaan superblok ini
menggunakan kendaraan pribadi sangat menentukan prospek bangunan
menjadi tersebut.
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

a. Tujuan line. Jalur ini menghubungkan


Mendapatkan lokasi yang sesuai Stasiun Tanjung Priok – Stasiun
dengan kebutuhan superblok Pasar Senen atau Stasiun Tanjung
b. Dasar pertimbangan: Priok – Stasiun Jakarta Kota. Di
Posisi tapak strategis untuk ekspose utaranya lagi adalah Jl.RE
tampilan fisik bangunan, luasan Martadinata dan Jl. Tol Pelabuhan.
tapak dapat menampung seluruh 2. Arah timur, bersebelahan langsung
kebutuhan ruang yang dengan tapak merupakan jalan
direncanakan. lingkungan yaitu Jl.Muara Bahari
c. Proses analisis Raya. Tersebar dengan luas
Dengan cara mengetahui luasan perumahan warga dan terdapat
tapak, batas tapak dan kondisi Pondok Pesantren Al-Mutaqqien.
lingkungan. 3. Arah selatan tapak adalah
Jl.Pademangan Timur 15 dan Jl.
Muara Bahari Barat Raya. Jalan ini
merupakan jalan lingkungan. Di
sebelah selatannya lagi adalah
Padang Golf Kemayoran, namun
untuk akses masuk ke dalam
lapangan golf ini tidak melalui titik
ini.
4. Arah barat site adalah jalan arteri
yaitu Jl. Benyamin Suaeb dan
terdapat Pintu Gerbang Tol
Pelabuhan (Jakarta Inner Ring
Gambar 3. Luas Tapak Road).

Luas keseluruhan lahan yang akan


diolah menjadi superblok adalah
169201.92 meter persegi atau 16.9
hektar dengan rincian (lihat Gambar
3) :
1. Lahan bagian barat :
90498.75 m2 (9.0 hektare)
Gambar 5. Kondisi Lingkungan
2. Lahan bagian timur laut :
55571.74 m2 (5.5 hektare) Kondisi lingkungan di Pademangan
Timur khususnya tapak yang akan
3. Lahan bagian tenggara : diolah didominasi oleh pemukiman
23131.43 m2 (2.3 hektare) kumuh dan liar (lihat Gambar 5),
banyak rumah semi permanen dan
bangunan yang melanggar garis
sempadan bangunan maupun sungai.
Rumah-rumah yang berdiri di atas
tapak merupakan rumah- rumah yang
tidak memiliki IMB (Izin Membangan
Bangunan) dari pemertintah yang sah,
Gambar 4. Batas-batas tapak karena memang tanah ini adalah tanah
milik pemerintah daerah.
Batas-batas tapak antara lain (lihat
Gambar 4):
1. Arah utara tapak terdapat jalur
kereta api yang biasa dilalui kereta
jarak jauh maupun kereta commuter
Galih Ajie Nugraha, B. Heru Santosa, Amin Sumadyo, Superblok Bisnis dengan Pendekatan Green …

3.4 Analisis Pemintakatan (Zoning) semipublik akan digunakan sebagai


Pemintakatan berdasarkan sifat kegiatan area taman sosial sebagai fasilitas
dan keadaan dalam tapak dilakukan tambahan pengguna superblok.
sebagai acuan dalam penataan c. Privat
peruangan
1. Tujuan Area privat adalah area yang
Menentukan mintakat (zoning) sangat terbatas dengan tingkat
berdasarkan sifat kegiatan dan privasi tertinggi. Di area ini, akan
keadaan pada tapak dibangun high rise residence
2. Dasar pertimbangan seperti hotel, apartemen dan rumah
Analisis peruangan dan analisis susun sewa.
pengolahan tapak
3. Proses analisis 3.5 Analisis Tata Massa dan Hubungan
Persyaratan ruang, berdasarkan Ruang
kelompok kegiatan dan analisis Dalam menganalisa pola tata
pengolahan tapak massa, penulis mempertimbangkan
kembali analisis pemintakatan yang
telah dilakukan sebelumnnya.

Gambar 6. Analisa Pemintakatan


Pengorganisasian ruang (gedung) akan
dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan
tingkat privasinya (lihat Gambar 6), antara
lain :
a. Publik Gambar 7. Pola Tata Massa
Area publik adalah area dengan privasi
yang rendah karena sifat area ini yang Pertimbangan dalam menata massa
dipergunakan untuk fasilitas umum gedung di dalam superblok antara lain
seperti rental office, pasar modern, dan
MICE (meeting, intencive, a. Meminimalisir jumlah dan luasan massa
convenience, dan exhibition). Area ini bangunan untuk memaksimalkan green
akan digunakan oleh pengguna space
superblok setiap harinya dengan b. Mengatur jarak antar massa untuk
intensitas pengunjung yang tinggi. memaksimalkan potensi alami : udara,
Area publik dipilih di area dengan matahari
orientasi yang tinggi, dekat dengan c. Mengatur ketinggian bangunan agar
jalan tol dan jalan arteri yang mampu potensi alami dapat dimanfaatkna di
menjadi daya tarik superblok. semua massa bangunan
b. Semipublik
d. Orientasi massa bangunan mampu
merespon kondisi iklim mikro dan
Area sempublik adalah area yang makro di sekitar bangunan
terbatas penggunaannya oleh
pengguna superblok. Ruang
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

Setiap bangunan akan dihubungkan


dengan koridor/konektor agar konsep
fungsi mix-used yang terintegrasi
dapat tercapai. Ada empat koridor
yang menghubungkan empat masssa
bangunan utama di dalam superblok
(lihat Gambar 10).

Gambar 8. Hasil Akhir Analisa Tata Massa

Gambar di atas menjelaskan konsep


yang digunakan dalam penataan massa
superblok, bangunan berwarna merah
adalah area bisnis dan komersial,
bangunan berwarna biru adalah area
residensial, dan area berwarna kuning
adalah parkir terpadu yang
menghubungkan area bisnis dan
komersial dengan area hunian atau Gambar 10. Konektivitas antar Gedung
residensial.

Gambar 11. Model Konektor antar Fungsi


Gedung
Gambar 9. Analisa Hubungan Ruang
secara Makro 3.6 Analisis Bentuk dan Tampilan
Dalam proses penataan hubungan Bangunan
ruang (dalam hal ini fungsi gedung) Pengolahan dinding dalam komplek
dibagi menjadi tiga kategori yaitu superblok menjadi hal yang penting
(lihat Gambar 9): untuk mendukung pengaplikasian teori
green metropolis dimana bangunan
1. Primary building yang menjadi
sebagai objek harus mampu
ujung tombak dalam kegiatan bisnis
mengurangi ketergantungan terhadap
dengan bangunan rental office dan
energi tak terbarukan, sehingga
MICE didukung sarana hiburan
pengaplikasian penghawaan dan
mall, pasar modern, dan social park
pencahayaan alami mampu menjadi
2. Secondary building (bangunan alternatif untuk mengurangi
residential) penggunaan energi yang berlebihan.
3. Bangunan fasilitas transportasi
yaitu intermodal dan parkir terpadu
Galih Ajie Nugraha, B. Heru Santosa, Amin Sumadyo, Superblok Bisnis dengan Pendekatan Green …

3.7 Analisis Lansekap


Skenario pengaturan kontur pada
superblock juga menjadi poin yang harus
dipertimbangkan secara matang. Walaupun
sungai yang membelah tapak tidak
menimbulkan dampak banjir selama 10
tahun terakhir, namun dimasa yang akan
datang sebagai pencegahan terhadap
potensi banjir, maka pengaturan kontur
pada bangunan mutlak diperlukan, area
Gambar 12. Konsep Tampilan Gedung Kantor Sewa yang diduduki secara langsung oleh
bangunan gedung akan dinaikan untuk
Sisi dinding pada bangunan komersial akan mencegah air yang disebabkan oleh luapan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu green banjir (lihat Gambar 14).
layer dan blue layer (lihat Gambar 12).
Green layer merupakan sisi yang berada di
posisi menghadap timur dan barat, karena
garis edar matahari adalah dari timur ke
barat, sehingga cahaya yang masuk dari sisi
ini memiliki intensitas yang tinggi dan akan
diminimalkan dengan penggunaan dinding Gambar 14. Konsep Pengaturan Ketinggian
masif Kontur
dan green balcony yang didesain
berselingan. Elemen lansekap dalam superblok ini akan
dibagi menjadi dua bagian yaitu lansekap
Sedangkan blue layer merupakan sisi bagain depan dan tengah. Taman di bagian
bangunan yang mengarah ke utara- selatan, depan tidak sebesar taman yang berada di
fasadnya akan didominasi dengan bagian tengah superblok karena taman
penggunaan dinding kaca karena di area ini depan hanya difungsikan sebagai garis
tidak dilalui garis edar matahari. Penggunaan sempadan bangunan dan elemen
kaca akan ditambah dengan sistem dinding pendukung fasade bangunan. Sedangkan
tirai yang berada pada ruang-ruang rental taman di bagian tengah adalah taman yang
office, dinding tirai ini merupakan dinding mengakomodir kegiatan sosial di dalam
fleksibel yang dapat digunakan untuk superblok.
mengatur besar kecilnya cahaya yang
dibutuhkan untuk masuk ke dalam ruangan.

Gambar 13. Konsep Fasad sebagai Pencahayaan


Alami
Gambar 15. Konsep Lansekap sebagai Fasilitas
Kegiatan Superblok
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

. Gambar 17. Siteplan


Gambar 16. Proses Pengolahan Grey Water
dalam Superblok

Air hujan dan grey water (air bekas


wastafel dan air bekas cucian) akan
disalurkan menuju kolam penjernihan
yang berada di area taman utama. Jadi
selain menjadi pengendali banjir, kolam
ini juga berfungsi sebagai kolam
penjernihan . Setelah proses penjernihan
selesai dengan bantuan tanaman air Gambar 18. Gambar Eksterior
untuk membunuh bakteri yang
terkandung di dalam grey water, air
olahan ini diangkat menuju water tank
untuk kemudian selanjutnya di
distribusikan ke tiap-tiap unit lavatory
untuk flushing toilet ataupun untuk air
sprinkler tanaman (lihat Gambar 16).

IV. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)


Dari hasil analisa serta hasil korelasi
dari beberapa data di atas, maka diperoleh Gambar 19. Gambar Aerial View
hasil berupa desain Superblok Bisnis
dengan
Pendekatan Green Metropolis di
Jakarta Utara sebagai berikut.
Nama Objek : Superblok Bisnis Jakarta
Utara
Lokasi : Jl.Benyamin Suaeb,
Pademangan Timur, Jakarta
Utara
Luas Lahan : 169201 m2 (16.9 Ha)
Kegiatan : Bisnis, Komersial,
Gambar 20. Gambar Eksterior
Rekreasi, dan Hunian
Galih Ajie Nugraha, B. Heru Santosa, Amin Sumadyo, Superblok Bisnis dengan Pendekatan Green …

Gambar 21. Gambar Interior

REFERENSI
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta.
Owen David. Green Metropolis. Why Living
Smaller, Living Closer, and Driving
Less are the keys to sustainability.
2009.
Tardiyana, Achmad. Skala Plus On
Contemporary Design. Ekspresi dan
Gaya Hidup Metropolis.201
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

Das könnte Ihnen auch gefallen