Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
Background: Congestive Heart Failure (CHF) is the heart failure in pumping blood so
that the blood supply containing oxygen and nutrients to the entire body tissues is
inhibited and causes shortness of breath. Problems that arise that the breath pattern is
not effective and can be arranged intervention one of them assess the frequency of
breath depth. Acquire a real picture and experience in patients with Congestive Heart
Failure (CHF). Methods: The type of research used in the preparation of scientific
papers is the type of descriptive research and case study design with the approach of
nursing care. The number of patients who became the study respondents amounted to
two people. Result: Based on observation result, it is concluded that with the same
nursing diagnosis and done the same implementation there is difference of result and
response between group of intervention with control group. Suggestion. Suggestions
put forward in this study is the need to pay attention to the accuracy of the assessment
to determine the priority problems that occur in patients and the principle of ONEC
(Observation, Nursing Treatment, Education, Collaboration) on the intervention.
98
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 99
frekuensi napas normal (16-20 x per Soeradji Tirtonegoro Klaten pada pukul
menit) antara 2 subyek studi kasus 10.00. Kemudian pada pukul 13.00 WIB
mengenai pola napas tidak efektif pada pasien di pindah ke bangsal ICCU dengan
Congestive Heart Failure (CHF) dengan keadaan umum lemah, kesadaran
jurnal studi kasus ataupun sumber- composmentis, tekanan darah 145/83
sumber lain (jurnal, buku, dll). mmHg, nadi 122 x/menit, respirasi
26x/menit, suhu 36,40C, tidak terdapat
HASIL PENELITIAN sianosis, CRT <2 detik, pasien mampu
Peneliti akan mendeskripsikan batuk dan mengeluarkan sekret. Keluarga
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien mengatakan pasien pernah di rawat
dua pasien kelolaan dengan Congestive di rumah sakit dengan penyakit yang sama
Heart Failure (CHF) di bangsal ICCU 3x dan di keluarga pasien terdapat
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. penyakit keturunan diabetes mellitus dan
Hasil penelitian ini meliputi pengkajian, hipertensi. Keluarga pasien mengatakan
diagnosa keperawatan, intervensi, pasien sering mengeluh cemas dan sering
implementasi dan evaluasi. memikirkan tentang penyakit yang
1. Pengkajian dideritanya saat ini.
a. Pengkajian pasien Ny. T Pengkajian primer didapatkan bahwa
Pengkajian dilakukan pada hari Senin airway : pasien tidak mengalami sumbatan
tanggal 12 Maret 2018 pukul 15.00 WIB. jalan napas. Breathing : frekuensi napas
Data diperoleh melalui observasi, 26x/menit, terjadi retraksi dada,
autoanamnesa, alloanamnesa, catatan menggunakan otot bantu pernapasan,
medis, dan data penunjang lainnya. Dari SpO2 96%, serta terpasang nasal kanul 4
pengkajian diperoleh data berupa liter per menit. Circulation : tekanan darah
identitas pasien adalah Ny. T, umur 61 120/87 mmHg, nadi 98 x/menit, suhu
tahun, alamat Klaten, Jawa Tengah, 36.20C, tidak terjadi perdarahan pada
agama yang dianut Islam, tanggal masuk pasien, CRT <2 detik, akral hangat.
rumah sakit 11 Maret 2018, diagnosa Disabillity : kesadaran dari Ny. T
medis Congestive Heart Failure (CHF). composmentis dengan keadaan umum
Identitas penanggung jawab, bernama Tn. lemah, pupil isokor. Exposure :
M, jenis kelamin laki – laki, umur 64 ekstermitas pasien tidak mengalami
tahun, pekerjaan PNS, alamat Klaten, kelemahan, tidak mengalami kelumpuhan
Jawa Tengah, hubungan dengan pasien dan tidak terdapat luka namun di tangan
adalah suami. kanan terpasang infus RL 20 tetes per
Pada pengkajian di dapatkan data menit.
bahwa alasan masuk pasien dibawa ke Pengkajian sekunder meliputi
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten SAMPEL, Sign and symtomp : pasien
yaitu pasien mengalami sesak napas. mengatakan sesak napas. Allergy :
Pasien mengeluh sesak napas sejak 1 hari keluarga pasien mengatakan pasien tidak
sebelum masuk rumah sakit keluarga mempunyai riwayat alergi makanan
pasien mengatakan sudah digunakan ataupun obat. Medication : keluarga
untuk istirahat namun tidak segera pasien mengatakan pasien sebulan terakhir
membaik kemudian oleh keluarga di mengkonsumsi obat untuk penyakit
bawa ke IGD rumah sakit RSUP dr. jantungnya. Past medical history :
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 105
dengan data obyektif tidak terdapat mengatakan iya, data obyektif suara napas
sianosis di kulit, kuku dan membrane vesikuler di semua lobus paru. Pada pukul
mukosa, CRT <2 detik, nadi kuat, akral 19.45 mengkaji atau mengawasi secara
hangat. Pukul 14.20 WIB mengauskultasi rutin warna kulit, kuku, dan perubahan
bunyi napas dengan data subyektif pasien yang terjadi pada membrane mukosa bibir
mengatakan iya, data obyektif suara dengan data subyektif keluarga pasien
napas vesikuler di semua lobus paru. mengatakan warna kulit pasien sama
Pukul 14.30 WIB mengkaji frekuensi dengan sebelum pasien masuk RS, data
kedalaman pernapasan dan ekspansi dada obyektif tidak ditemukan perubahan warna
dengan respon subyektif pasien atau sianosis di kulit, kuku, dan membrane
mengatakan napasnya masih berat, data mukosa, CRT <2 detik, akral hangat, nadi
obyektif pasien tampak sesak napas, RR kuat. Pukul 20.00 WIB mengkaji
24x/menit, SpO2 98%, terdapat retraksi frekuensi kedalaman pernapasan dan
dada, terdapat penggunaan otot bantu ekspansi dada dengan respon subyektif
pernapasan, terpasang nasal kanul 4 liter pasien mengatakan sesak napas, data
per menit. Pukul 14.45 WIB obyektif pasien tampak sesak napas RR :
mempertahankan posisi semi fowler data 24x/menit, SpO2 98%, terdapat retraksi
subyektif pasien mengatakan sesak dada, terdapat penggunaan otot bantu
napasnya dapat berkurang dengan posisi pernapasan, terpasang nasal kanul 5 liter
sekarang dan membuat nyaman, data per menit.
obyektif pasien tampak nyaman. Implementasi hari kedua pada Ny. A
b. Implementasi Ny. A dengan Congestive Heart Failure (CHF).
Berdasarkan intervensi keperawatan Pada hari Jum’at tanggal 30 Maret 2018
yang telah disusun pada hari Kamis pukul 19.30 WIB mengajarkan latihan
tanggal 29 Maret 2018 dapat dilakukan napas dalam dengan data subyektif pasien
tindakan keperawatan pada Ny. A dengan mengatakan sudah bisa, data obyektif
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu: pasien tampak mampu melakukan tanpa
Implementasi hari pertama pada Ny. bimbingan, pasien mampu melakukan
A dengan Congestive Heart Failure latihan selama 5 siklus inspirasi dan
(CHF). Pada hari Kamis tanggal 29 ekspirasi. Pukul 19.50 WIB
Maret 2018 pukul 19.15 WIB mengauskultasi bunyi napas dengan data
meninggikan kepala dan membantu subyektif pasien mengatakan iya, data
mengubah posisi semi fowler dengan obyektif suara napas vesikuler di semua
data subyektif pasien mengatakan lobus paru. Pukul 20.00 WIB mengkaji
nyaman, data obyektif pasien tampak frekuensi kedalaman pernapasan dan
nyaman. Lalu pada pukul 19.20 WIB ekspansi dada dengan respon subyektif
mengajarkan pasien napas dalam dengan pasien mengatakan napasnya masih berat,
data subyektif pasien mengatakan data obyektif pasien tampak sesak napas,
bersedia namun pelan-pelan, data RR 24x/menit, SpO2 100%, terdapat
obyektif pasien tampak mengikuti arahan retraksi dada, terdapat penggunaan otot
dengan baik dan mampu melakukan bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 5
selama 3 siklus inspirasi dan ekspirasi. liter per menit. Pukul 20.15 WIB
Pukul 19.30 WIB mengauskultasi suara mempertahankan posisi semi fowler data
napas dengan data subyektif pasien subyektif pasien mengatakan enak dengan
110 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131
posisi seperti ini, data obyektif pasien menjadi 98%, penurunan respirasi dari
tampak nyaman. 26x/menit menjadi 24x/menit, penurunan
Implementasi hari ketiga pada Ny. retraksi dada dan terdapat penurunan
A dengan Congestive Heart Failure penggunaan otot bantu napas, tidak
(CHF). Pada hari Sabtu tanggal 31 Maret terdapat sianosis, CRT <2 detik, akral
2018 pukul 08.15 WIB mengkaji hangat, hasil assesment masalah pola
frekuensi kedalaman pernapasan dan napas tidak efektif teratasi sebagian dan
ekspansi dada dengan respon subyektif untuk planning dilanjutkan intervensinya
pasien mengatakan sudah tidak merasa mencakup kaji frekuensi kedalaman
sesak napas, data obyektif pasien tampak pernapasan dan ekspansi dada, auskultasi
rileks, RR 20x/menit, SpO2 100%, tidak bunyi napas dan catat adanya bunyi napas
terdapat retraksi dada, tidak terdapat tambahan, tinggikan kepala dan bantu
penggunaan otot bantu napas, terpasang mengubah posisi fowler atau semi fowler,
nasal kanul 3 liter per menit. Pukul 08.25 ajarkan napas dalam, berikan oksigen
WIB mempertahankan posisi semi fowler tambahan.
data subyektif pasien mengatakan Evaluasi Ny. A dilakukan pada hari
nyaman dengan posisi yang saat ini data Sabtu tanggal 31 Maret 2018 pukul 09.00
obyektif pasien tampak nyaman. Pukul WIB didapatkan data subyektif pasien
08.30 WIB mengauskultasi bunyi napas mengatakan sudah tidak sesak napas, data
dengan data subyektif pasien mengatakan obyektif terjadi peningkatan SpO2 dari
bersedia data obyektif suara napas 98% menjadi 100%, penurunan RR dari
vesikuler di semua lobus paru. Pukul 24x/menit menjadi 20x/menit, penurunan
08.45 WIB mengajarkan latihan napas retraksi dada, dan tidak menggunakan otot
dalam dengan data subyektif pasien bantu napas, tidak terdapat sianosis, CRT
mengatakan sudah bisa dan sering <2 detik, akral hangat. Hasil assesment
melakukannya, data obyektif pasien masalah pola napas tidak efektif teratasi
tampak mampu melakukan tanpa dan untuk planning intervensi dihentikan
bimbingan, pasien mampu melakukan dengan discharge planning anjurkan
latihan selama 5 siklus inspirasi dan pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
ekspirasi. Pukul 09.00 mengkaji atau yang menyebabkan sesak napas dan
mengawasi secara rutin warna kulit, menguranginya, anjurkan pasien untuk
kuku, dan perubahan yang terjadi pada kontrol rutin setelah pulang dari rumah
membrane mukosa bibir dengan data sakit serta di monitor untuk intake dan
obyektif tidak terdapat sianosis di kulit, output cairannya.
kuku dan membrane mukosa, CRT <2
detik, akral hangat, nadi kuat. PEMBAHASAN
5. Evaluasi Mengenai persamaan dan perbedaan
Evaluasi Ny. T dilakukan pada hari hasil temuan pada pasien kasus pertama
Rabu tanggal 14 Maret 2018 pukul 15.00 dan kasus kedua yang dikelola mulai dari
WIB didapatkan data subyektif pasien pengkajian, diagnosa keperawatan,
mengatakan masih sedikit sesak napas intervensi keperawatan, implementasi
namun sudah sedikit lebih baik keperawatan, evaluasi keperawatan. Pada
dibandingkan hari kemarin, data obyektif pengkajian ditemukan perbedaan umur
ditemukan peningkatan SpO2 dari 96% antara pasien Ny. T dan Ny. A adalah 6
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 111
tahun. Dengan frekuensi, SpO2 dan terapi respirasi dari 26x/menit menjadi
O2 yang berbeda untuk Ny. T frekuensi 24x/menit, penurunan retraksi dada, dan
napas 26x/menit, SpO2 96%, dan terapi terdapat penurunan penggunanan otot
O2 4 liter per menit. Pada Ny. A frekuensi bantu napas, tidak terdapat sianosis, CRT
napas 24x/menit, SpO2 97%, dan terapi <2 detik, akral hangat, hasil assesment
O2 5 liter per menit. Serta pada masalah pola napas tidak efektif teratasi
pemeriksaan laboraturium ditemukan sebagian dan untuk planning dilanjutkan
juga data yang berbeda. Di segi intervensinya mencakup kaji frekuensi
psikologis pasien Ny. T masih dalam fase kedalaman pernapasan dan ekspansi dada,
denial dan untuk pasien Ny. A dalam fase auskultasi bunyi napas dan catat adanya
acceptence. bunyi napas tambahan, tinggikan kepala
Untuk diagnosa ditemukan data yang dan bantu mengubah posisi fowler atau
sama yaitu pola napas tidak efektif, semi fowler, berikan oksigen tambahan.
intervensi yang disusun untuk Ny. T Pada Ny. A didapatkan data subyektif
dengan Ny. A adalah sama dengan pasien mengatakan sudah tidak sesak
tambahan intervensi dan dilakukan napas, data obyektif terjadi peningkatan
implementasi kaji atau awasi secara rutin SpO2 dari 97% menjadi 100%, penurunan
warna kulit, kuku, dan perubahan yang RR dari 24x/menit menjadi 20x/menit,
terjadi pada membrane mukosa bibir penurunan retraksi dada, dan tidak
untuk mengetahui oksigen yang terdapat menggunakan otot bantu napas, tidak
di perifer mengalami gangguan atau tidak terdapat sianosis, CRT <2 detik, akral
dengan hasil pada kedua pasien Ny. T hangat. Hasil assesment masalah pola
dan Ny. A tidak mengalami sianosis pada napas tidak efektif teratasi dan untuk
kulit, kuku dan mukosa bibir serta planning intervensi dihentikan dengan
dilakukan implementasi yang sama sesuai discharge planning anjurkan pasien untuk
dengan intervensi namun dengan respon mengidentifikasi kegiatan yang
yang berbeda. Misalnya pada pasien menyebabkan sesak napas dan
pertama Ny. T dengan RR 26x/menit menguranginya, anjurkan pasien untuk
dengan SpO2 96% diberikan terapi O2 4 kontrol rutin setelah pulang dari rumah
liter per menit pasien masih mengalami sakit serta di monitor untuk intake dan
perubahan yang tidak begitu signifikan output cairannya.
sedangkan pasien kedua Ny. A dengan Data yang didapatkan sesuai dengan
RR 24x/menit SpO2 97% mendapatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
terapi O2 5 liter per menit pasien oleh Novita Nirmalasari (2017), bahwa
mengalami perubahan yang signifikan. latihan pernapasan akan meningkatkan
Evaluasi keperawatan pada Ny. T relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
dengan Ny. A dengan dilakukannya menyingkirkan pola aktivitas otot-otot
tindakan yang sama mendapatkan hasil pernapasan yang tidak berguna dan tidak
yang berbeda, untuk Ny. T dengan data terkoordinasi, melambatkan frekuensi
subyektif pasien mengatakan masih pernapasan dan mengurangi kerja
sedikit sesak napas namun sudah sedikit pernapasan. Penelitian ini didukung oleh
lebih baik dibandingkan hari kemarin, penelitian oleh Sepdianto (2013), yang
data obyektif ditemukan peningkatan menunjukkan breathing exercise pada
SpO2 dari 96% menjadi 98%, penurunan pasien dengan gagal jantung didapatkan
112 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131