Sie sind auf Seite 1von 17

GANGGUAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Wilantika Ida Wardani1, Yuyun Setyorini2, Akhmad Rifai3


1,2,3,
Politeknik Kemenkes Surakarta, Jurusan Keperawatan
Diterima : 27 Oktober 2018 , Disetujui : 4 November 2018
e-mail: wikeperawatan@gmail.com

Abstract
Background: Congestive Heart Failure (CHF) is the heart failure in pumping blood so
that the blood supply containing oxygen and nutrients to the entire body tissues is
inhibited and causes shortness of breath. Problems that arise that the breath pattern is
not effective and can be arranged intervention one of them assess the frequency of
breath depth. Acquire a real picture and experience in patients with Congestive Heart
Failure (CHF). Methods: The type of research used in the preparation of scientific
papers is the type of descriptive research and case study design with the approach of
nursing care. The number of patients who became the study respondents amounted to
two people. Result: Based on observation result, it is concluded that with the same
nursing diagnosis and done the same implementation there is difference of result and
response between group of intervention with control group. Suggestion. Suggestions
put forward in this study is the need to pay attention to the accuracy of the assessment
to determine the priority problems that occur in patients and the principle of ONEC
(Observation, Nursing Treatment, Education, Collaboration) on the intervention.

Keywords. Congestive Heart Failure (CHF), Ineffective Breathing Patterns, Nursing


Care

PENDAHULUAN metabolisme sel tubuh, mempertahankan


Pada zaman sekarang banyak hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel
penyakit yang disebabkan oleh pola tubuh (Andarmoyo, 2012). Terapi oksigen
makan yang tidak baik maupun karena adalah pemberian oksigen pada
aktivitas yang kurang. Salah satunya konsentrasi yang lebih tinggi dari udara
Congestive Heart Failure (CHF) atau bebas untuk mencegah terjadinya
sering dikenal sebagai gagal jantung yang hipoksemia dan hipoksia yang akan
dapat terjadi di negara maju maupun mengakibatkan kematian sel (Patria &
negara berkembang termasuk di Fairuz, 2012). Pemberian oksigen pada
Indonesia. Gagal jantung adalah sindrom pasien dapat dilakukan melalui : nasal
yang ditandai dengan sesak napas, kanul, masker (simple face mask,
dispnea saat aktifitas fisik, dispnea rebreathing mask dan non rebreathing
nokturnal paroksimal, ortopnea, dan mask).
edema perifer atau edema paru (Morton, 1. Asuhan Keperawatan pada masalah
2011). yang diambil melalui Pengkajian
Oksigenasi merupakan kebutuhan Primer melalui Airway menurut
dasar manusia yang paling mendasar Sudiharto & Sartono (2011), prioritas
yang digunakan untuk kelangsungan penilaian airway (jalan napas), yaitu

98
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 99

kelancaran jalan napas, Breathing e. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan


menurut Sudiharto & Sartono (2011), seperti pola hidup, misalnya minum
mengungkapkan pertukaran oksigen alkohol atau obat tertentu, merokok dan
dan karbondioksida bisa terjadi bila situasi kerja.
udara bisa masuk dan keluar jalan f. Pengkajian Psikososial misalnya
napas tanpa hambatan, tidak ada persepsi klien terhadap masalah atau
cairan atau darah di dalam paru, tidak penyakitnya, kebiasaan-kebiasaan klien
ada infeksi di dalam paru, tidak ada dan keluarganya.
tumor di dalam paru atau jaringan g. Pemeriksaan fisik
parut serta dinding torak dan a) Inspeksi : ada tidaknya sekret,
diafragma dalam keadaan normal, perdarahan, bengkak, frekuensi
Circulation menurut Sudiharto & pernapasan.
Sartono (2011), circulation adalah b) Palpasi : nyeri tekan
pengkajian yang dilakukan pada c) Perkusi : pengkajian ini bertujuan
tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, untuk menilai normal atau tidaknya
tekanan darah dan kontrol perdarahan. suara paru suara perkusi normal
Pengkajian Sekunder dengan adalah suara perkusi sonor, yang
menggunakan S: Sign and symptom, bunyinya seperti suara “dug-dug”.
tanda gejala yang dialami, A: Allergy, d) Auskultasi : Potter & Perry (2010),
adakah riwayat atau tanda-tanda mengungkapkan auskultasi
alergi, M: Medication, riwayat membantu mengidentifikasi bunyi
penggunaan obat atau pengobatan jantung serta paru yang normal dan
yang sedang dialami, P: Past medical abnormal
history, riwayat medis sebelumnya, E: 3. Diagnosa
Event, apa yang sedang dilakukan tadi, a. Bersihan jalan napas tidak efektif
L : Last meal, makan terakhir b. Pola napas tidak efektif
(Panacea, 2013). c. Gangguan pertukaran gas
2. Pengkajian Umum 4. Perencanaan
a. Biodata pasien (nama, umur, jenis Menurut Andarmoyo (2012),
kelamin, pekerjaan, pendidikan) perencanaan dari ketiga diagnosa tersebut
b. Keluhan utama yang biasa muncul yaitu :
pada klien gangguan kebutuhan a. Bersihan jalan napas tidak efektif
oksigenasi antara lain; batuk, b. Tujuan : Mempertahankan jalan napas
peningkatan produksi sputum, agar efektif
dispnea, hemoptisis, mengi, dan chest c. Kriteria hasil :
pain (Andarmoyo, 2012). a) Tidak terdapat suara napas abnormal
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu b) Saturasi dalam batas normal (95-100%)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga perlu di c) Frekuensi dalam batas normal (16-20 x
cari riwayat keluarga yang per menit)
memberikan predisposisi keluhan d) Tidak terdapat dispnea dan sianosis
seperti adanya riwayat sesak napas, Rencana :
batuk lama, batuk darah dari generasi a) Kaji bunyi napas, kecepatan, irama,
terdahulu. dan kedalaman.
100 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

b) Rasional : penurunan bunyi napas Tujuan: mempertahankan pola napas


indikasi atelaksis, ronki indikasi kembali efektif dengan Kriteria hasil :
akumulasi sekret atau a) Tidak terdapat dispnea
ketidakmampuan membersihkan jalan b) Frekuensi napas normal (16-20 x per
napas sehingga otot aksesori menit)
digunakan dan kerja pernapasan Rencana :
meningkat. a) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan
c) Catat kemampuan untuk dan ekspansi dada.
mengeluarkan sekret atau batuk b) Rasional : kecepatan biasanya
efektif, catat karakter, jumlah sputum, mencapai kedalam pernapasan
adanya hemoptisis. bervariasi tergantung derajat gagal
d) Rasional : pengeluaran sulit bila sekret napas. Ekspansi dada terbatas yang
tebal, sputum berdarah akibat berhubungan dengan atelaksis dan atau
kerusakan paru atau luka bronkhial nyeri dada.
yang memerlukan evaluasi/intervensi c) Auskultasi bunyi napas dan catat
lanjut. adanya bunyi napas tambahan.
e) Berikan posisi semi atau fowler. d) Rasional : ronkhi dan wheezing
f) Rasional : meningkankan ekspansi menyertai obstruksi jalan
paru dan memudahkan pernapasan. napas/kegagalan pernapasan.
g) Bantu atau ajarkan batuk efektif dan e) Tinggikan kepala dan bantu dan
latihan napas dalam. mengubah posisi fowler atau semi
h) Rasional : ventilasi maksimal fowler.
membuka area atelaksis dan f) Rasional : duduk tinggi memungkinkan
peningkatan gerakan sekret agar ekspansi paru dan mempermudah
mudah dikeluarkan. pernapasan.
i) Lakukan fisioterapi dada (postural g) Ajarkan latihan napas dalam.
drainage, clapping, perkusi, dan h) Rasional : meningkatkan kemampuan
vibrasi) otot-otot pernapasan.
j) Rasional : meminimalkan dan i) Berikan oksigen tambahan, misalnya :
mencegah sumbatan/obstruksi saluran nebulizer, pemberian O2.
pernapasan. j) Rasional : memaksimalkan bernapas
k) Bersihkan mulut dari sekret dan dan menurunkan kerja napas,
suction bila perlu. memberikan kelembaban pada
l) Rasional : mencegah membrane mukosa, dan membantu
obstruksi/aspirasi, suction dilakukan pengenceran sekret. Gangguan
bila pasien tidak mampu pertukaran gas dengan tujuan:
mengeluarkan sekret. mempertahankan pertukaran gas dan
m) Berikan obat : agen mukolitik, Kriteria hasil :
bronkodilator, kortikosteroid sesuai a) Tidak terdapat sianosis dan dispnea
indikasi. b) Ventilasi adekuat
Rasional : menurunkan kekentalan sekret, c) AGD dalam rentang normal
lingkaran ukuran lumen trakeabronkial Rencana :
berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas a) Kaji dispnea, takipnea, bunyi
yang luas. Pola napas tidak efektif. pernapasan abnormal, peningkatan
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 101

upaya respirasi, keterbatasan ekspansi n) Rasional : sputum mengganggu proses


dan kelemahan. pertukaran gas serta penghisapan
b) Rasional : pada beberapa penyakit dilakukan bila batuk tidak efektif.
saluran pernapasan (misalnya : o) Berikan oksigenasi tambahan sesuai
tuberkulosis paru) dapat menyebabkan indikasi dan pertahankan ventilasi
luasnya jangkauan dalam paru-paru mekanik dan bantu intubasi.
yang berasal dari bronkopneumonia Rasional : dapat memperbaiki atau
yang meluas menjadi inflamasi, mencegah terjadinya hipoksia dan
nekrosis, efusi pleura, dan meluasnya kegagalan napas serta tindakan untuk
fibrosis dengan gejala-gejala respirasi penyelamatan hidup.
distress. 5. Evaluasi
c) Monitor gas darah. Evaluasi masalah kebutuhan
d) Rasional : menurunnya saturasi oksigen secara umum dapat dinilai dari
oksigen (PaO2) atau meningkatnya adanya kemampuan untuk (Andarmoyo,
PCO2 menunjukkan perlunya 2012) :
penanganan yang lebih adekuat atau a. Mempertahankan jalan napas secara
perubahan terapi. efektif ditunjukan dengan kemampuan
e) Awasi tanda vital dan status jantung. untuk bernapas, jalan napas bersih,
f) Rasional : perubahan tekanan darah tidak ada sumbatan, frekuensi, irama,
menunjukan efek hipoksia sistemik dan kedalaman napas normal, serta
pada fungsi jantung. tidak ditemukan tanda hipoksia.
g) Awasi dan pantau tingkat b. Mempertahankan pola napas secara
kesadaran/status mental. efektif ditunjukan dengan adanya
h) Rasional : penurunan kesadaran kemampuan untuk bernapas, frekuensi,
merupakan manifestasi umum irama, dan kedalaman napas normal,
hipoksia. tidak ditemukan tanda hipoksia, serta
i) Tinggikan kepala tempat tidur dan kemampuan paru berkembang dengan
bantu untuk memilih posisi yang baik.
mudah untuk bernapas (misalnya : c. Mempertahankan pertukaran gas secara
fowler atau semi fowler). efektif ditunjukan dengan adanya
j) Rasional : suplai oksigen dapat kemampuan untuk bernapas, jalan
diperbaiki dengan posisi duduk tinggi napas bersih, tidak ditemukan dispnea
dan latihan napas untuk menurunkan pada usaha napas, inspirasi dan
kolaps jalan napas, tindakan ini juga ekspirasi dalam batas normal, serta
bisa meningkatkan ekspansi paru saturasi dan PCO2 dalam keadaan
secara maksimal. normal.
k) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan Congestive Heart Failure (CHF)
bantu aktivitas sesuai kebutuhan. adalah keadaan patofisiologis yaitu
l) Rasional : mengurangi konsumsi jantung tidak stabil untuk menghasilkan
oksigen pada periode aspirasi. curah jantung yang adekuat sehingga
m) Dorong untuk pengeluaran perfusi jaringan tidak adekuat dan
sputum/penghisapan bila ada indikasi. meningkatkan tekanan diastolik pada
ventrikel kiri, sehingga tekanan kapiler
paru meningkat (Hudak & Gallo, 2012).
102 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

1. Klasifikasi ventrikel kiri), serta penurunan pada


Menurut New York Heart konsumsi oksigen miokard.
Association (NYHA) dalam Muttaqin c. Diuretik
(2009), klasifikasi gagal jantung dibagi Selain tirah baring, pembatasan
manjadi 4 yaitu : garam dan air serta diuretik, baik oral
maupun parenteral, akan menurunkan
Tabel 1. Klasifikasi Gagal Jantung preload dan kerja jantung. Diuretik
Menurut NYHA memiliki efek antihipertensi dengan
Kelas Definisi Istilah meningkatkan pelepasan air dan garam
I Klien dengan kelainan Disfungsi
jantung tetapi tanpa ventrikel kiri yang natrium sehingga menyebabkan
pembatasan aktivitas fisik asimtomatik penurunan volume cairan dan
II Klien dengan kelainan Gagal jantung
jantung yang menyebabkan ringan merendahkan tekanan darah.
sedikit pembatasan aktivitas d. Digitalis
fisik
III Klien dengan kelainan Gagal jantung Digitalis adalah obat utama untuk
jantung yang menyebabkan sedang meningkatkan kontraktilitas. Pada
banyak pembatasan aktivitas
fisik kegagalan awal pada infark
IV Klien dengan kelainan Gagal jantung miokardium akut, digitalis dapat
jantung yang segala bentuk berat
aktivitas fisiknya akan meningkatkan jumlah potensial
menyebabkan kelelahan kerusakan miokardium dengan
Sumber : Muttaqin (2009) menyebabkan kontraktilitas. Dengan
2. Penatalaksanaan demikian, kebutuhan oksigen
Muttaqin (2009), menjelaskan miokardium akan meningkat.
sasaran penatalaksanaan dari gagal e. Inotropik positif
jantung kongestif adalah untuk Dopamin meningkatkan curah
menurunkan kerja jantung, meningkatkan jantung melalui peningkatan
curah jantung dan kontraktilitas miokard, kontraktilitas jantung (efek beta) dan
serta untuk menurunkan retensi garam meningkatkan tekanan darah melalui
dan air. vasokontriksi (efek alfa-adregenik).
a. Pemberian oksigen Dobutamin (dobutrex) adalah suatu
Pemenuhan oksigen akan mengurangi obat simpatomimetik dengan kerja beta
kebutuhan miokardium dan membantu 1 adregenik. Efek beta 1 adregenik
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. termasuk meningkatkan kekuatan
b. Terapi nitrat dan vasodilator kontraksi miokardium (efek inotropik
Penggunaan nitrat, baik secara akut positif) dan meningkatkan denyut
maupun kronis, telah didukung dalam jantung (efek kronotropik positif).
penatalaksanaan gagal jantung. Dobutamin merupakan indikasi pada
Dengan menyebabkan vasodilatasi keadaan syok apabila ingin didapatkan
perifer, jantung di unloaded perbaikan curah jantung dan
(penurunan afterload), pada kemampuan kerja jantung secara
peningkatan curah jantung lanjut, menyeluruh.
penurunan pulmonary artery wedge f. Sedatif
pressure (pengukuran yang Pada keadaan gagal jantung
menunjukkan derajat kongesti berat, pemberian sedatif untuk
vaskular pulmonal dan beratnya gagal mengurangi kegelisahan dapat
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 103

diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 Memperoleh gambaran dan


mg 4x sehari dengan tujuan pengalaman secara nyata pada pasien
mengistirahatkan klien dan memberi dengan Congestive Heart Failure (CHF).
relaksasi pada klien.
g. Diet METODE PENELITIAN
Rasional dukungan diet adalah Jenis penelitian yang digunakan
mengatur diet sehingga kerja dan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
ketegangan otot jantung minimal, dan deskriptif dimaksudkan untuk
status nutrisi terpelihara sesuai dengan mendiskripsikan secara sistematis dan
selera dan pola makan klien. akurat suatu situasi atau area populasi
h. Pembatasan natrium tertentu yang bersifat faktual. Penelitian
Pembatasan natrium digunakan deskriptif bertujuan untuk memaparkan
untuk mencegah, mengatur, atau peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
mengurangi edema seperti pada pada masa kini. Hasil penelitian deskriptif
hipertensi atau gagal jantung. Dalam sering digunakan atau dilanjutkan dengan
menentukan aturan, sumber natrium penelitian analitik (Nursalam, 2013).
harus spesifik dan jumlahnya perlu Rancangan penelitian yang
diukur dalam miligram. digunakan adalah rancangan penelitian
Sedangkan terapi menurut Kasron studi kasus. Penelitian studi kasus
(2012), penatalaksanaan terapi gagal merupakan rancangan penelitian yang
jantung yaitu : mencakup pengkajian satu unit penelitian
a. First line drugs : diuretik secara intensif misalnya satu klien,
Tujuan : mengurangi afterload pada keluarga, kelompok, komunitas, atau
disfungsi sistolik dan mengurangi institusi. Meskipun jumlah subjek
kongesti pulmonal pada disfungsi cenderung sedikit, namun jumlah variabel
diastolik. yang diteliti sangatlah luas (Nursalam,
b. Second line drugs : Angiostensin- 2013).
Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) Jenis penelitian yang digunakan
Tujuan : membantu meningkatkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
COP dan menurunkan kerja jantung. adalah jenis penelitian deskriptif dan
Obatnya adalah digoxin, hidralazin, rancangan studi kasus dengan pendekatan
isobarbide dinitrat, calsium channel asuhan keperawatan yang meliputi :
blocker, beta blocker. pengkajian, diagnosa keperawatan,
Angka kejadian gagal jantung intervensi keperawatan, implementasi
kongestif di RSUP dr. Soeradji keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Tirtonegoro Klaten di poliklinik jantung Subjek yang akan di observasi
pada bulan Januari sampai Mei 2016 dalam studi kasus ini adalah 2 orang
terdapat 5.288 kasus. Data angka dengan gangguan pola napas tidak efektif
kematian pasien jantung di RSUP dr. pada Congestive Heart Failure (CHF) di
Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan ruang ICCU RSUP dr. Soeradji
Januari sampai September 2016 sebanyak Tirtonegoro Klaten.
85 kasus (Triarso, 2017). Peneliti melakukan analisis data
dengan membandingkan kriteria hasil
tidak terdapat dispnea dan sianosis serta
104 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

frekuensi napas normal (16-20 x per Soeradji Tirtonegoro Klaten pada pukul
menit) antara 2 subyek studi kasus 10.00. Kemudian pada pukul 13.00 WIB
mengenai pola napas tidak efektif pada pasien di pindah ke bangsal ICCU dengan
Congestive Heart Failure (CHF) dengan keadaan umum lemah, kesadaran
jurnal studi kasus ataupun sumber- composmentis, tekanan darah 145/83
sumber lain (jurnal, buku, dll). mmHg, nadi 122 x/menit, respirasi
26x/menit, suhu 36,40C, tidak terdapat
HASIL PENELITIAN sianosis, CRT <2 detik, pasien mampu
Peneliti akan mendeskripsikan batuk dan mengeluarkan sekret. Keluarga
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien mengatakan pasien pernah di rawat
dua pasien kelolaan dengan Congestive di rumah sakit dengan penyakit yang sama
Heart Failure (CHF) di bangsal ICCU 3x dan di keluarga pasien terdapat
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. penyakit keturunan diabetes mellitus dan
Hasil penelitian ini meliputi pengkajian, hipertensi. Keluarga pasien mengatakan
diagnosa keperawatan, intervensi, pasien sering mengeluh cemas dan sering
implementasi dan evaluasi. memikirkan tentang penyakit yang
1. Pengkajian dideritanya saat ini.
a. Pengkajian pasien Ny. T Pengkajian primer didapatkan bahwa
Pengkajian dilakukan pada hari Senin airway : pasien tidak mengalami sumbatan
tanggal 12 Maret 2018 pukul 15.00 WIB. jalan napas. Breathing : frekuensi napas
Data diperoleh melalui observasi, 26x/menit, terjadi retraksi dada,
autoanamnesa, alloanamnesa, catatan menggunakan otot bantu pernapasan,
medis, dan data penunjang lainnya. Dari SpO2 96%, serta terpasang nasal kanul 4
pengkajian diperoleh data berupa liter per menit. Circulation : tekanan darah
identitas pasien adalah Ny. T, umur 61 120/87 mmHg, nadi 98 x/menit, suhu
tahun, alamat Klaten, Jawa Tengah, 36.20C, tidak terjadi perdarahan pada
agama yang dianut Islam, tanggal masuk pasien, CRT <2 detik, akral hangat.
rumah sakit 11 Maret 2018, diagnosa Disabillity : kesadaran dari Ny. T
medis Congestive Heart Failure (CHF). composmentis dengan keadaan umum
Identitas penanggung jawab, bernama Tn. lemah, pupil isokor. Exposure :
M, jenis kelamin laki – laki, umur 64 ekstermitas pasien tidak mengalami
tahun, pekerjaan PNS, alamat Klaten, kelemahan, tidak mengalami kelumpuhan
Jawa Tengah, hubungan dengan pasien dan tidak terdapat luka namun di tangan
adalah suami. kanan terpasang infus RL 20 tetes per
Pada pengkajian di dapatkan data menit.
bahwa alasan masuk pasien dibawa ke Pengkajian sekunder meliputi
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten SAMPEL, Sign and symtomp : pasien
yaitu pasien mengalami sesak napas. mengatakan sesak napas. Allergy :
Pasien mengeluh sesak napas sejak 1 hari keluarga pasien mengatakan pasien tidak
sebelum masuk rumah sakit keluarga mempunyai riwayat alergi makanan
pasien mengatakan sudah digunakan ataupun obat. Medication : keluarga
untuk istirahat namun tidak segera pasien mengatakan pasien sebulan terakhir
membaik kemudian oleh keluarga di mengkonsumsi obat untuk penyakit
bawa ke IGD rumah sakit RSUP dr. jantungnya. Past medical history :
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 105

keluarga pasien mengatakan pasien Tabel 2. Hasil laboraturium tanggal 11


pernah di rawat dengan penyakit yang Maret 2018
sama dan masih melakukan kontrol setiap Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
bulan. Event : keluarga pasien APTT 40.7 H detik 23.5 - 36.2
mengatakan sebelumnya pasien hanya PTT
PTT 22.4 H detik 10.8 - 14.4
tiduran namun tiba-tiba pasien RATIO (PTT) 1.78 H
mengatakan sesak napas. Last meal : INR (PTT) 2.09 H detik
DARAH RUTIN
keluarga pasien mengatakan pasien Hemoglobin 10.8 L g/dL 12.0 - 16.0
makan nasi dan lauk telur serta sayur dan Eritrosit 3.90 L 10^6/uL 4.20 - 5.50
Lekosit 11.6 H 10^3/ul 4.8 - 10.8
mampu menghabiskan 1 porsi. Trombosit 337 10^3/ul 150 - 450
Pengkajian sekunder B1–B6, B1 Hematokrit 33.5 L % 37.0 - 52.0
MCV 86.0 fL 80.0 - 99.0
(brain) kesadaran composmentis, MCH 27.7 fL 27 - 31
keadaan lemah, GCS E4 V5 M6, pupil MCHC 32.2 L g/dL 33.0 - 37.0
RDW 18.2 H % 10.0 - 15.0
isokor. B2 (breathing) frekuensi napas Diff count
26x/menit, terjadi retraksi dada, Basofil 0.43 % 0-1
Neutrofil 77.6 H % 50 - 70
menggunakan otot bantu pernapasan, Eosinofil 0.40 L % 1-3
SpO2 96%, serta terpasang nasal kanul 4 Limfosit 14.1 L % 20 - 40
Monosit 7.52 % 2–8
liter per menit. B3 (blood) : tekanan MPV 8.6 fL
darah 120/87 mmHg, nadi 98 x/menit, Kimia klinik
Ureum 26.7 mg/dL 15.0 – 40.0
suhu 36.20C, tidak terjadi perdarahan Creatinin 0.51 L mg/dL 0.60 – 0.9
pada pasien, CRT <2 detik, akral hangat, Bun 12.5 mg/dL 7.0 – 18.0
Paket elektrolit
tidak terdapat sianosis. B4 (bladder) Natrium 131.9 L mmol/L 136.0 –
terpasang kateter, urine 900 cc/24 jam, Kalium 4.70 mmol/L 145.0
Chlorida 101.5 mmol/L 3.50 – 5.10
warna kuning jernih, minum ± 500 cc. B5 98.0 –
(bowel) mukosa bibir lembab, lidah 107.0

bersih, peristaltik usus 14x/menit, tidak b. Pengkajian pasien Ny. A


terpasang NGT, makan tidak mampu Pengkajian dilakukan pada hari
menghabisakan 1 porsi makan hanya 2-5 Kamis tanggal 29 Maret 2018 pukul 19.00
sendok. B6 (bone) turgor kulit baik, tidak WIB. Data diperoleh melalui observasi,
terdapat luka, tidak terdapat oedema, wawancara, alloanamnesa, catatan medis,
kekuatan otot 4,4,4,4, terpasang infus RL dan data penunjang lainnya. Dari
20 tetes per menit di tangan kanan. pengkajian diperoleh data berupa identitas
Ny. T mendapatkan terapi infus RL pasien adalah Ny. A, umur 67 tahun,
500cc/24 jam, injeksi furosemid 20 mg/8 alamat Klaten, Jawa Tengah, agama yang
jam, candesartan 1x4 mg, digoxin 1x0,25 dianut Islam, tanggal masuk rumah sakit
mg, simarc 2x2mg, nitrocaf 2x2,5 mg, 29 Maret 2018, diagnosa medis
spironolacton 1x25 mg. Dengan hasil Congestive Heart Failure (CHF). Identitas
pemeriksaan laboraturium tanggal 11 penanggung jawab, bernama Tn. D, jenis
Maret 2018 yang terdapat dihalaman kelamin laki – laki, umur 34 tahun,
berikutnya. pekerjaan swasta, alamat Klaten, Jawa
Tengah, hubungan dengan pasien adalah
anak.
Pada pengkajian di dapatkan data
bahwa alasan masuk pasien dibawa ke
106 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Pengkajian sekunder meliputi


pasien mengeluh sesak napas kemudian SAMPEL, Sign and symtomp : pasien
oleh keluarga dianjurkan untuk mengatakan sesak napas. Allergy :
beristirahat namun tidak segera membaik keluarga pasien mengatakan pasien tidak
kemudian oleh keluarga di bawa ke IGD mempunyai riwayat alergi makanan
rumah sakit RSUP dr. Soeradji ataupun obat. Medication : Keluarga
Tirtonegoro Klaten pada pukul 10.00. pasien mengatakan pasien sebulan terakhir
Kemudian pada pukul 13.40 WIB pasien mengkonsumsi obat untuk penyakit
di pindah ke bangsal ICCU dengan jantungnya. Past medical history :
keadaan umum lemah, kesadaran keluarga pasien mengatakan pasien pernah
composmentis, tekanan darah 81/48 di rawat dengan penyakit yang sama dan
mmHg, nadi 81 x/menit, respirasi masih melakukan kontrol setiap bulan.
26x/menit, suhu 36,60C, tidak terdapat Event : keluarga pasien mengatakan
sianosis, CRT <2 detik, pasien mampu sebelumnya pasien habis jalan dari
batuk dan mengeluarkan sekret. Keluarga warung yang jaraknya ±100m. Last meal :
pasien mengatakan pasien pernah di keluarga pasien mengatakan pasien makan
rawat di rumah sakit dengan penyakit nasi, lauk, dan sayur serta pasien mampu
yang sama lebih dari 5x dan di keluarga mampu menghabiskan 1 porsi.
pasien terdapat penyakit keturunan Pengkajian sekunder B1-B6, B1
hipertensi dan jantung. Keluarga pasien (brain) kesadaran composmentis, keadaan
mengatakan pasien sudah pasrah dengan lemah, GCS E4 V5 M6, pupil isokor. B2
penyakit yang dideritanya saat ini (breathing) frekuensi napas 24x/menit,
dikarenakan seringnya pasien masuk ke terjadi retraksi dada, menggunakan otot
rumah sakit dengan penyakit yang sama. bantu pernapasan, SpO2 97%, serta
Pengkajian primer didapatkan terpasang nasal kanul 5 liter per menit. B3
bahwa airway : pasien tidak mengalami (blood) : tekanan darah 98/48 mmHg, nadi
sumbatan jalan napas, breathing : 74 x/menit, suhu 36.50C, tidak terjadi
frekuensi napas 24x/menit, terjadi perdarahan pada pasien, CRT <2 detik,
retraksi dada, menggunakan otot bantu akral hangat, tidak terdapat sianosis. B4
pernapasan, SpO2 97%, serta terpasang (bladder) terpasang kateter, urine 850
nasal kanul 5 liter per menit. Circulation cc/24 jam, warna kuning jernih, minum ±
: tekanan darah 98/48 mmHg, nadi 74 400 cc. B5 (bowel) mukosa bibir lembab,
x/menit, suhu 36.50C, tidak terjadi lidah bersih, peristaltik usus 12x/menit,
perdarahan pada pasien, CRT <2 detik, tidak terpasang NGT, makan tidak mampu
akral hangat, tidak terdapat sianosis. menghabiskan 1 porsi makan hanya ¼ - ½
Disabillity : kesadaran dari Ny. A porsi. B6 (bone) turgor kulit sedang, tidak
composmentis dengan keadaan umum terdapat luka, tidak terdapat oedema,
lemah, pupil isokor. Exposure kekuatan otot 4,4,4,4, terpasang infus
ekstermitas pasien tidak mengalami NaCl 20 tpm di tangan kanan.
kelemahan, tidak mengalami kelumpuhan Ny. A mendapatkan terapi infus
dan tidak terdapat luka namun di tangan NaCl 20 tetes per menit, injeksi arixtra 2,5
kanan terpasang infus NaCl 20 tetes per mg/24 jam, aspilet 1x80 mg, clopidogrel
menit. 1x75 mg, atorvastatin 1x40 mg.
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 107

Tabel 3. Hasil laboraturium tanggal 29 sianosis, pasien mampu batuk dan


Maret 2018 mengeluarkan secret.
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Berdasarkan pengkajian yang
HEMATOLOGI
PTT dilakukan pada hari Kamis tanggal 29
PTT 14.0 detik 10.8 - 14.4 Maret 2018 pukul 19.00 WIB dapat
RATIO (PTT) 1.11
INR (PTT) 1.14 detik 23.5 – 36.2 ditegakkan diagnosa keperawatan pada
APTT 29.8 detik Ny. A dengan Congestive Heart Failure
DARAH 12.0 - 16.0
RUTIN 11.6 L g/dL 4.20 - 5.50 (CHF) yaitu: Pola napas tidak efektif
Hemoglobin 3.74 L 10^6/uL 4.8 - 10.8 Hasil pengkajian yang dilakukan
Eritrosit 14.2 H 10^3/ul 150 - 450
Lekosit 465 H 10^3/ul 37.0 - 52.0 diperoleh data fokus yang menunjang
Trombosit 35.6 L % 80.0 - 99.0 diagnosa tersebut yaitu data subjektif
Hematokrit 95.1 fL 27 - 31
MCV 31.0 fL 33.0 - 37.0 pasien mengatakan sesak napas. Data
MCH 32.5 L g/dL 10.0 - 15.0 obyektif meliputi pasien tampak sesak
MCHC 14.9 %
RDW 0-1 napas, terdapat retraksi dada,
Diff count 0.13 % 50 - 70 menggunakan otot bantu pernapasan, RR
Basofil 76.8 H % 1-3
Neutrofil 1.54 % 20 - 40 24x/menit, SpO2 97% terpasang O2 5 liter
Eosinofil 11.7 L % 2–8 per menit, CRT <2 detik, tidak terdapat
Limfosit 9.90 H %
Monosit 8.7 fL sianosis, pasien mampu batuk dan
MPV 15.0 – 40.0 mengeluarkan secret.
Kimia klinik 68.5 H mg/dL 0.60 – 0.9
Ureum 1.68 H mg/dL 7.0 – 18.0 3. Intervensi
Creatinin 32.0 H mg/dL 7.0 – 31.0 Berdasarkan diagnosa keperawatan
Bun 29.8 U/L 7.0 – 31.0
AST (GOT) 14.9 U/L yang ditegakkan pada hari Senin tanggal
ALT (GPT) 136.0 – 145.0 12 Maret 2018 dan Kamis tanggal 29
Paket elektrolit 141.9 mmol/L 3.50 – 5.10
Natrium 4.01 mmol/L 98.0 – 107.0 Maret 2018 dapat direncanakan intervensi
Kalium 109.2 H mmol/L keperawatan pada Ny. T dan Ny. A
Chlorida
dengan Congestive Heart Failure yaitu:
Tujuan yang ingin dicapai setelah
2. Analisa Data dan Diagnosa asuhan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
Berdasarkan pengkajian yang pola napas pasien efektif dengan kriteria
dilakukan pada hari Senin tanggal 12 hasil sebagai berikut: pasien mengatakan
Maret 2018 pukul 15.00 WIB dapat tidak sesak napas/sesak napas berkurang,
ditegakkan diagnosa keperawatan pada RR dalam rentang normal 16-20x/menit,
Ny. T dengan Congestive Heart Failure tidak terdapat retraksi dada, tidak terdapat
(CHF) yaitu: Pola napas tidak efektif penggunaan otot bantu napas. Intervensi
Hasil pengkajian yang dilakukan yang disusun yaitu kaji frekuensi
diperoleh data fokus yang menunjang kedalaman pernapasan dan ekspansi dada,
diagnosa tersebut yaitu data subjektif auskultasi bunyi napas dan catat adanya
pasien mengatakan sesak napas. Data bunyi napas tambahan, tinggikan kepala
obyektif meliputi pasien tampak sesak dan bantu mengubah posisi fowler atau
napas, RR 26x/menit, SpO2 96%, terdapat semi fowler, ajarkan napas dalam, berikan
retraksi dada, menggunakan otot bantu oksigen tambahan.
pernapasan, terpasang nasal kanul 4 liter
permenit, CRT <2 detik, tidak terdapat
108 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

4. Implementasi ditemukan sianosis di kulit, kuku dan


a. Implementasi Pasien Ny. T membrane mukosa, CRT <2 detik, nadi
Berdasarkan intervensi keperawatan kuat, akral hangat.
yang telah disusun pada hari Senin Implementasi hari kedua pada Ny. T
tanggal 12 Maret 2018 dapat dilakukan dengan Congestive Heart Failure (CHF).
tindakan keperawatan pada Ny. T dengan Pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu: pukul 19.30 WIB mempertahankan posisi
Implementasi hari pertama pada Ny. semi fowler dengan data subyektif pasien
T dengan Congestive Heart Failure mengatakan sesak napas berkurang dari
(CHF). Pada hari Senin tanggal 12 Maret pada kemarin yang terasa berat saat
2018 pukul 15.00 WIB mengkaji bernapas, data obyektif RR 24x/menit,
frekuensi kedalaman pernapasan dan pasien tampak nyaman. Pukul 19.45 WIB
ekspansi dada dengan respon subyektif mengauskultasi bunyi napas dengan data
pasien mengatakan sesak napas, data subyektif pasien mengatakan iya, data
obyektif pasien tampak sesak napas, RR obyektif suara napas vesikuler di semua
26x/menit, SpO2 96%, terdapat retraksi lobus paru. Pukul 20.00 WIB mengkaji
dada, terdapat penggunaan otot bantu frekuensi kedalaman pernapasan dan
pernapasan, terpasang nasal kanul 4 liter ekspansi dada dengan respon subyektif
per menit. Lalu pada pukul 15.15 WIB pasien mengatakan sesak napas berkurang,
meninggikan kepala dan membantu data obyektif pasien tampak tidak sesak
mengubah posisi semi fowler dengan napas, RR 24x/menit, SpO2 95%, terdapat
data subyektif pasien mengatakan lebih retraksi dada, terdapat penggunaan otot
enak dengan posisi seperti ini daripada bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 4
posisi tidur telentang, data obyektif liter per menit. Pukul 20.15 WIB
pasien tampak nyaman dan mampu mengajarkan pasien napas dalam dengan
mengatur napas. Pada pukul 15.30 WIB data subyektif pasien mengatakan sudah
mengajarkan pasien latihan napas dalam bisa sedikit-sedikit, data obyektif pasien
dengan data subyektif pasien mengatakan tampak mampu melakukan napas dalam 3
susah karena dadanya terasa berat, data siklus inspirasi dan ekspirasi, terdapat
obyektif pasien tampak kesulitan, retraksi dada, terdapat penggunaan otot
terdapat retraksi dada, terdapat bantu pernapasan.
penggunaan otot bantu pernapasan. Pukul Implementasi hari ketiga pada Ny. T
15.50 WIB mengauskultasi suara napas dengan Congestive Heart Failure (CHF).
dengan data subyektif pasien mengatakan Pada hari Rabu tanggal 14 Maret 2018
mengizinkan saat akan dilakukan pukul 14.00 WIB mengajarkan latihan
auskultasi napas data obyektif suara napas dalam dengan data subyektif pasien
napas vesikuler di semua lobus paru. mengatakan sudah bisa sedikit-sedikit,
Pukul 16.00 mengkaji atau mengawasi data obyektif pasien tampak mampu
secara rutin warna kulit, kuku, dan melakukan dengan baik, pasien mampu
perubahan yang terjadi pada membrane melakukan latihan selama 5 siklus
mukosa bibir dengan data subyektif inspirasi dan ekspirasi. Pukul. 14.15
pasien mengatakan tidak terjadi mengkaji atau mengawasi secara rutin
perubahan warna pada kulit dan kuku warna kulit, kuku, dan perubahan yang
setelah masuk RS, data obyektif tidak terjadi pada membrane mukosa bibir
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 109

dengan data obyektif tidak terdapat mengatakan iya, data obyektif suara napas
sianosis di kulit, kuku dan membrane vesikuler di semua lobus paru. Pada pukul
mukosa, CRT <2 detik, nadi kuat, akral 19.45 mengkaji atau mengawasi secara
hangat. Pukul 14.20 WIB mengauskultasi rutin warna kulit, kuku, dan perubahan
bunyi napas dengan data subyektif pasien yang terjadi pada membrane mukosa bibir
mengatakan iya, data obyektif suara dengan data subyektif keluarga pasien
napas vesikuler di semua lobus paru. mengatakan warna kulit pasien sama
Pukul 14.30 WIB mengkaji frekuensi dengan sebelum pasien masuk RS, data
kedalaman pernapasan dan ekspansi dada obyektif tidak ditemukan perubahan warna
dengan respon subyektif pasien atau sianosis di kulit, kuku, dan membrane
mengatakan napasnya masih berat, data mukosa, CRT <2 detik, akral hangat, nadi
obyektif pasien tampak sesak napas, RR kuat. Pukul 20.00 WIB mengkaji
24x/menit, SpO2 98%, terdapat retraksi frekuensi kedalaman pernapasan dan
dada, terdapat penggunaan otot bantu ekspansi dada dengan respon subyektif
pernapasan, terpasang nasal kanul 4 liter pasien mengatakan sesak napas, data
per menit. Pukul 14.45 WIB obyektif pasien tampak sesak napas RR :
mempertahankan posisi semi fowler data 24x/menit, SpO2 98%, terdapat retraksi
subyektif pasien mengatakan sesak dada, terdapat penggunaan otot bantu
napasnya dapat berkurang dengan posisi pernapasan, terpasang nasal kanul 5 liter
sekarang dan membuat nyaman, data per menit.
obyektif pasien tampak nyaman. Implementasi hari kedua pada Ny. A
b. Implementasi Ny. A dengan Congestive Heart Failure (CHF).
Berdasarkan intervensi keperawatan Pada hari Jum’at tanggal 30 Maret 2018
yang telah disusun pada hari Kamis pukul 19.30 WIB mengajarkan latihan
tanggal 29 Maret 2018 dapat dilakukan napas dalam dengan data subyektif pasien
tindakan keperawatan pada Ny. A dengan mengatakan sudah bisa, data obyektif
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu: pasien tampak mampu melakukan tanpa
Implementasi hari pertama pada Ny. bimbingan, pasien mampu melakukan
A dengan Congestive Heart Failure latihan selama 5 siklus inspirasi dan
(CHF). Pada hari Kamis tanggal 29 ekspirasi. Pukul 19.50 WIB
Maret 2018 pukul 19.15 WIB mengauskultasi bunyi napas dengan data
meninggikan kepala dan membantu subyektif pasien mengatakan iya, data
mengubah posisi semi fowler dengan obyektif suara napas vesikuler di semua
data subyektif pasien mengatakan lobus paru. Pukul 20.00 WIB mengkaji
nyaman, data obyektif pasien tampak frekuensi kedalaman pernapasan dan
nyaman. Lalu pada pukul 19.20 WIB ekspansi dada dengan respon subyektif
mengajarkan pasien napas dalam dengan pasien mengatakan napasnya masih berat,
data subyektif pasien mengatakan data obyektif pasien tampak sesak napas,
bersedia namun pelan-pelan, data RR 24x/menit, SpO2 100%, terdapat
obyektif pasien tampak mengikuti arahan retraksi dada, terdapat penggunaan otot
dengan baik dan mampu melakukan bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 5
selama 3 siklus inspirasi dan ekspirasi. liter per menit. Pukul 20.15 WIB
Pukul 19.30 WIB mengauskultasi suara mempertahankan posisi semi fowler data
napas dengan data subyektif pasien subyektif pasien mengatakan enak dengan
110 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

posisi seperti ini, data obyektif pasien menjadi 98%, penurunan respirasi dari
tampak nyaman. 26x/menit menjadi 24x/menit, penurunan
Implementasi hari ketiga pada Ny. retraksi dada dan terdapat penurunan
A dengan Congestive Heart Failure penggunaan otot bantu napas, tidak
(CHF). Pada hari Sabtu tanggal 31 Maret terdapat sianosis, CRT <2 detik, akral
2018 pukul 08.15 WIB mengkaji hangat, hasil assesment masalah pola
frekuensi kedalaman pernapasan dan napas tidak efektif teratasi sebagian dan
ekspansi dada dengan respon subyektif untuk planning dilanjutkan intervensinya
pasien mengatakan sudah tidak merasa mencakup kaji frekuensi kedalaman
sesak napas, data obyektif pasien tampak pernapasan dan ekspansi dada, auskultasi
rileks, RR 20x/menit, SpO2 100%, tidak bunyi napas dan catat adanya bunyi napas
terdapat retraksi dada, tidak terdapat tambahan, tinggikan kepala dan bantu
penggunaan otot bantu napas, terpasang mengubah posisi fowler atau semi fowler,
nasal kanul 3 liter per menit. Pukul 08.25 ajarkan napas dalam, berikan oksigen
WIB mempertahankan posisi semi fowler tambahan.
data subyektif pasien mengatakan Evaluasi Ny. A dilakukan pada hari
nyaman dengan posisi yang saat ini data Sabtu tanggal 31 Maret 2018 pukul 09.00
obyektif pasien tampak nyaman. Pukul WIB didapatkan data subyektif pasien
08.30 WIB mengauskultasi bunyi napas mengatakan sudah tidak sesak napas, data
dengan data subyektif pasien mengatakan obyektif terjadi peningkatan SpO2 dari
bersedia data obyektif suara napas 98% menjadi 100%, penurunan RR dari
vesikuler di semua lobus paru. Pukul 24x/menit menjadi 20x/menit, penurunan
08.45 WIB mengajarkan latihan napas retraksi dada, dan tidak menggunakan otot
dalam dengan data subyektif pasien bantu napas, tidak terdapat sianosis, CRT
mengatakan sudah bisa dan sering <2 detik, akral hangat. Hasil assesment
melakukannya, data obyektif pasien masalah pola napas tidak efektif teratasi
tampak mampu melakukan tanpa dan untuk planning intervensi dihentikan
bimbingan, pasien mampu melakukan dengan discharge planning anjurkan
latihan selama 5 siklus inspirasi dan pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
ekspirasi. Pukul 09.00 mengkaji atau yang menyebabkan sesak napas dan
mengawasi secara rutin warna kulit, menguranginya, anjurkan pasien untuk
kuku, dan perubahan yang terjadi pada kontrol rutin setelah pulang dari rumah
membrane mukosa bibir dengan data sakit serta di monitor untuk intake dan
obyektif tidak terdapat sianosis di kulit, output cairannya.
kuku dan membrane mukosa, CRT <2
detik, akral hangat, nadi kuat. PEMBAHASAN
5. Evaluasi Mengenai persamaan dan perbedaan
Evaluasi Ny. T dilakukan pada hari hasil temuan pada pasien kasus pertama
Rabu tanggal 14 Maret 2018 pukul 15.00 dan kasus kedua yang dikelola mulai dari
WIB didapatkan data subyektif pasien pengkajian, diagnosa keperawatan,
mengatakan masih sedikit sesak napas intervensi keperawatan, implementasi
namun sudah sedikit lebih baik keperawatan, evaluasi keperawatan. Pada
dibandingkan hari kemarin, data obyektif pengkajian ditemukan perbedaan umur
ditemukan peningkatan SpO2 dari 96% antara pasien Ny. T dan Ny. A adalah 6
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 111

tahun. Dengan frekuensi, SpO2 dan terapi respirasi dari 26x/menit menjadi
O2 yang berbeda untuk Ny. T frekuensi 24x/menit, penurunan retraksi dada, dan
napas 26x/menit, SpO2 96%, dan terapi terdapat penurunan penggunanan otot
O2 4 liter per menit. Pada Ny. A frekuensi bantu napas, tidak terdapat sianosis, CRT
napas 24x/menit, SpO2 97%, dan terapi <2 detik, akral hangat, hasil assesment
O2 5 liter per menit. Serta pada masalah pola napas tidak efektif teratasi
pemeriksaan laboraturium ditemukan sebagian dan untuk planning dilanjutkan
juga data yang berbeda. Di segi intervensinya mencakup kaji frekuensi
psikologis pasien Ny. T masih dalam fase kedalaman pernapasan dan ekspansi dada,
denial dan untuk pasien Ny. A dalam fase auskultasi bunyi napas dan catat adanya
acceptence. bunyi napas tambahan, tinggikan kepala
Untuk diagnosa ditemukan data yang dan bantu mengubah posisi fowler atau
sama yaitu pola napas tidak efektif, semi fowler, berikan oksigen tambahan.
intervensi yang disusun untuk Ny. T Pada Ny. A didapatkan data subyektif
dengan Ny. A adalah sama dengan pasien mengatakan sudah tidak sesak
tambahan intervensi dan dilakukan napas, data obyektif terjadi peningkatan
implementasi kaji atau awasi secara rutin SpO2 dari 97% menjadi 100%, penurunan
warna kulit, kuku, dan perubahan yang RR dari 24x/menit menjadi 20x/menit,
terjadi pada membrane mukosa bibir penurunan retraksi dada, dan tidak
untuk mengetahui oksigen yang terdapat menggunakan otot bantu napas, tidak
di perifer mengalami gangguan atau tidak terdapat sianosis, CRT <2 detik, akral
dengan hasil pada kedua pasien Ny. T hangat. Hasil assesment masalah pola
dan Ny. A tidak mengalami sianosis pada napas tidak efektif teratasi dan untuk
kulit, kuku dan mukosa bibir serta planning intervensi dihentikan dengan
dilakukan implementasi yang sama sesuai discharge planning anjurkan pasien untuk
dengan intervensi namun dengan respon mengidentifikasi kegiatan yang
yang berbeda. Misalnya pada pasien menyebabkan sesak napas dan
pertama Ny. T dengan RR 26x/menit menguranginya, anjurkan pasien untuk
dengan SpO2 96% diberikan terapi O2 4 kontrol rutin setelah pulang dari rumah
liter per menit pasien masih mengalami sakit serta di monitor untuk intake dan
perubahan yang tidak begitu signifikan output cairannya.
sedangkan pasien kedua Ny. A dengan Data yang didapatkan sesuai dengan
RR 24x/menit SpO2 97% mendapatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
terapi O2 5 liter per menit pasien oleh Novita Nirmalasari (2017), bahwa
mengalami perubahan yang signifikan. latihan pernapasan akan meningkatkan
Evaluasi keperawatan pada Ny. T relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
dengan Ny. A dengan dilakukannya menyingkirkan pola aktivitas otot-otot
tindakan yang sama mendapatkan hasil pernapasan yang tidak berguna dan tidak
yang berbeda, untuk Ny. T dengan data terkoordinasi, melambatkan frekuensi
subyektif pasien mengatakan masih pernapasan dan mengurangi kerja
sedikit sesak napas namun sudah sedikit pernapasan. Penelitian ini didukung oleh
lebih baik dibandingkan hari kemarin, penelitian oleh Sepdianto (2013), yang
data obyektif ditemukan peningkatan menunjukkan breathing exercise pada
SpO2 dari 96% menjadi 98%, penurunan pasien dengan gagal jantung didapatkan
112 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

hasil sangat efektif dalam menurunkan 2. Keadaan Ny. A sebelum dilakukan


derajat dyspnea 2,14 poin (p=0,000) dan asuhan keperawatan yaitu mengalami
meningkatkan saturasi oksigen pada sesak napas, terdapat retraksi dada,
pasien gagal jantung sebesar 0,8% menggunakan otot bantu pernapasan,
(p=0,000). Hasil penelitian yang RR 24x/menit, SpO2 97%, dapat
dilakukan oleh Bosnak yang dilakukan ditegakkan diagnosa pola napas tidak
pada pasien dengan gagal jantung juga efektif kemudian dilakukan tindakan
mendukung penelitian ini. Hasil selama 3x24 jam diperoleh hasil
menunjukkan bahwa latihan pernapasan gangguan pola napas tidak efektif
menurunkan dyspnea (Bosnak, 2011). teratasi.
Penelitian yang dilakukan pada Ny. T 3. Setelah dilakukan tindakan
dengan Ny. A memiliki kesamaan dengan keperawatan gangguan pola napas tidak
penelitian sebelumnya yang dilakukan efektif pada Ny. T teratasi sebagian dan
oleh Novita Nirmalasari (2017), dengan pada Ny. A teratasi.
hasil kedua pasien Ny. T dan Ny. A 4. Terdapat perbedaan pada Ny. T dan
mengalami kenaikan saturasi pada Ny. T Ny. A setelah dilakukan tindakan
sebesar 2% dan Ny. A sebesar 3%. Kedua keperawatan dengan gangguan pola
pasien Ny. T dan Ny. A juga mengalami napas tidak efektif.
penurunan frekuensi napas pada Ny. T Berdasarkan studi kasus yang telah
dari 26x/menit menjadi 24x/menit dan dilakukan pada Ny. T dan Ny. A dengan
pada Ny. A dari 24x/menit menjadi Congestive Heart Failure (CHF) di ICCU
20x/menit. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
peneliti memberi saran sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pada saat menentukan intervensi
Berdasarkan hasil penelitian asuhan perawat hendaknya selalu mengacu
keperawatan pada pasien Congestive pada teori dan menggunakan prinsip
Heart Failure (CHF) dengan gangguan ONEC (Observation, Nursing
pola napas tidak efektif pada pasien kasus treatment, Education, Collaboration).
pertama yaitu pada Ny. T dan pasien 2. Pada saat melaksanakan tindakan
kasus kedua yaitu pada Ny. A di RSUP keperawatan tetap menjalin hubungan
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, peneliti dan komunikasi yang baik dengan
dapat mengambil kesimpulan sebagai pasien dan keluarga. Selain itu, setiap
berikut: tindakan keperawatan yang akan dan
1. Keadaan Ny. T sebelum dilakukan telah dilakukan dibuat informed
asuhan keperawatan yaitu mengalami concent dan didokumentasikan untuk
sesak napas, terdapat retraksi dada, menghindari hal-hal yang tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, diinginkan.
RR 26x/menit, SpO2 96%, dapat 3. Pada saat evaluasi, perlu dilakukan
ditegakkan diagnosa pola napas tidak pengkajian ulang terhadap kondisi
efektif kemudian dilakukan tindakan pasien baik secara subjektif maupun
selama 3x24 jam diperoleh hasil objektif, kemudian didukung dengan
gangguan pola napas tidak efektif pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
teratasi sebagian. penunjang agar kita mengetahui
tingkat keberhasilan dari tindakan
Wilantika Ida Wardani, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi 113

keperawatan yang telah dilakukan dan Hematologi. Jakarta: Salemba


serta menentukan rencana tindakan Medika.
keperawatan selanjutnya. Morton, Patricia Gonce. et al. (2011).
Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
DAFTAR RUJUKAN Nirmalasari, Novita. (2017). NurseLine
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan Journal Vol. 2 No. 2 Nopember
Dasar Manusia (Oksigenasi). 2017 Deep Breathing Exercise dan
Yogyakarta: Graha Ilmu. Active Range of Motion Efektif
Badan Penelitian dan Pengembangan Menurunkan Dyspnea pada Pasien
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Congestive Heart Failure.
Dasar. Jakarta: Kementerian Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Kesehatan Republik Indonesia. Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Medika.
Hawks. (2009). Keperawatan Panacea, Tim Bantuan Medis. (2013).
Medikal Bedah. Singapura: Basic Life Support: Buku Panduan,
Elsevier. Ed 13. Jakarta: EGC.
Bosnak-guclu M, Arikan H, Savci S, Patria & Fairuz. (2012). Terapi Oksigen
Inal-ince D. (2011). Effects of Aplikasi Klinis. Jakarta: EGC.
inspiratory muscle training in Potter, Patricia A. & Anne G. Perry.
patients with heart failure. (2010). Fundamental Keperawatan.
Respiratory Medicine. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Sepdianto, Tri Cahyo dan Maria Diah
Pengantar Kebutuhan Dasar Ciptaning Tyas. (2013).
Manusia – Aplikasi Konsep dan Peningkatan Saturasi Oksigen
Proses Keperawatan. Jakarta: Melalui Latihan Deep
Salemba Medika. Diaphragmatic Breathing pada
. (2014). Metode Pasien Gagal Jantung. Jurnal
Penelitian Keperawatan dan Teknik Keperawatan dan Kebidanan.
Analisa Data. Jakarta: Salemba Sudiharto & Sartono. (2011). Basic
Medika. Trauma Cardiac Life Support.
Hudak & Gallo. (2012). Keperawatan Jakarta: Sagung Seto.
Kritis : Pendekatan Asuhan Triarso. (2017). Gambaran Aktivitas Fisik
Holistic Vol 1. Jakarta: EGC. Pasien Congestive Heart Failure
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit (CHF) di Poliklinik Jantung RSUP
Jantung: Pencegahan dan dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Didapat dari
Medika. http://eprints.ums.ac.id/55462/3/BA
Krisanty, Paula. (2009). Asuhan B%201.pdf.
Keperawatan Gawat Darurat. Udjianti, Wajan Juni. (2013).
Jakarta: Trans Info Medika. Keperawatan Kardiovaskular.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar: Jakarta: Salemba Medika.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Yancy, CW. dkk. (2013). Guideline for
Gangguan Sistem Kardiovaskular The Management of Heart Failure.
American Heart Association.
114 Jurnal Keperawatan Global, Volume 3, No 2, Desember 2018 hlm 58-131

Yudha, Egi Komara. (2011). Pedoman


Perawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Yulianti, Devi & Amelia Kimin. (2013).
Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen