Sie sind auf Seite 1von 8

Gambaran Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi TNI

Angkatan Laut

Fajar Adi Nugroho


Seger Handoyo
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.
Military doctrine is very thick with cultivation of values​​, good characters, and virtues for
its personnel. This study aims to describe the character strengths of Indonesian Naval
Academy (INA) cadets in Surabaya. Character Strengths are the positive traits that reflected
in the individual thoughts, feelings, and behaviors, which can be directed to achieve personal
wellbeing and to contribute to the workplace and the environment around them. This research is
quantitative descriptive research with the subjects of 176 cadets who are undergoing education
in INA Surabaya. Primary data collection tools used is a questionnaire form adapted from the
character strengths measurement instruments, the Values in Action Inventory of Strengths (VIA-
IS) by Peterson and Seligman (2004), which consists of 24 dimensions of character strengths
and numbered to 240 statements. The reliability score test generated from this research is 0,986.
Data analysis was performed using descriptive statistics with the aid of SPPS18.0 software
for Windows. In general, the results showed that INA cadets has a high appreciation to the
character strength dimensions. Character strengths that highly valued by the AAL cadets are
citizenship, hope, spirituality, integrity, vitality and fairness. Something needs to get attention
are that the cadet at level IV as the most senior cadet instead has the lowest score of character
strengths. Moreover, bravery as one of the important character to the military, placed on the
three lowest order by the cadets.

Key words: Good characters; Virtues; Character strengths; Well-being; INA cadet.

Abstrak.
Doktrin militer sangat kental dengan penumbuhan nilai-nilai, karakter baik, dan kebajikan
bagi personelnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kekuatan karakter
pada kadet Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) Surabaya. Kekuatan karakter merupakan sifat-
sifat positif pada individu yang direfleksikan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku, yang dapat
diarahkan untuk mencapai kesejahteraan pribadi serta berkontribusi terhadap tempat kerja
dan lingkungan di sekitar mereka. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif dengan subjek
penelitian berjumlah 176 kadet AAL yang sedang mengikuti pendidikan di AAL Surabaya. Alat
pengumpul data primer berupa kuesioner kekuatan karakter yang diadaptasi dari alat ukur The
Values in Action Inventory of Strengths (VIA-IS) oleh Peterson dan Seligman (2004) yang terdiri
dari 24 dimensi kekuatan karakter dan berjumlah 240 soal pernyataan. Reliabilitas uji terpakai
alat ukur kekuatan karakter ini sebesar 0,986. Analisis data dilakukan menggunakan statistik

Korespondensi:
Fajar Adi Nugroho, email: zerlinda10@yahoo.com
Seger Handoyo, email: seger.handoyo@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286,Telp. (031) 5032770, (031)
5014460, Fax (031) 5025910.

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 71


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Gambaran Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut

deskriptif dengan bantuan program SPPS 18.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum kadet AAL memiliki penghargaan yang tinggi terhadap dimensi-dimensi
kekuatan karakter. Dimensi kekuatan karakter yang dihargai paling tinggi oleh kadet AAL
adalah kewarganegaraan, harapan, spiritualitas, integritas, vitalitas dan keadilan. Hal yang
perlu mendapatkan perhatian adalah kadet tingkat IV sebagai kadet paling senior justru
memiliki skor kekuatan karakter terendah. Selain itu, keberanian sebagai salah satu kekuatan
karakter yang penting bagi militer, justru ditempatkan pada tiga urutan terendah oleh para
kadet.

Kata Kunci: Karakter baik; Kebajikan; Kekuatan karakter; Kesejahteraan; Kadet AAL

PENDAHULUAN dan nilai bersifat kritis bagi pemimpin militer


Suatu organisasi, baik yang bergerak yang sukses (Matthews, dkk., 2006:58). Namun
dalam bidang bisnis maupun nonbisnis kenyataannya, doktrin ataupun kode etik TNI
memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk yang ada tidak serta merta membuat semua
memperoleh hasil sesuai yang direncanakan. personil TNI mampu menunjukkan karakter
Fokus psikologi pada individu dalam lingkungan yang baik. Fakta di lapangan menunjukkan masih
organisasi yang perlu digarisbawahi adalah adanya oknum-oknum TNI yang melanggar
adanya asumsi bahwa organisasi dan individu nilai-nilai dan kebajikan moral di masyarakat.
akan sangat bermanfaat saat terdapat kecocokan Pada tahun 2011 pelanggaran oleh anggota TNI
yang baik antara tujuan, harapan, dan kondisi di bidang operasi penegakan hukum setara 3517
organisasi, dengan karakteristik orang-orang di perkara (Pengguna narkoba, 2012, 26 Januari).
dalamnya (Borman, dkk., 2003:2). Organisasi Di wilayah Garnisun Tetap (Gartap) III Surabaya
yang sukses mengandalkan pada atribut-atribut selama tahun 2011 terjadi 146 kasus pelanggaran
dan perilaku-perilaku dari karakter mendasar TNI. Kasus tersebut dilakukan oleh mereka yang
yang melampaui batas-batas ideologi dan budaya. berdinas di TNI AL sebanyak 105 anggota, TNI AD
Kekuatan karakter merupakan suatu 38 anggota dan 3 dari TNI AU (Gartap III, 2012,
hal yang dianggap penting bagi kesuksesan 2 Februari). Meskipun jumlah tersebut dikatakan
seseorang dalam mencapai kesejahteraan pribadi menurun dari tahun sebelumnya, jumlah tersebut
serta berkontribusi terhadap tempat kerja dinilai masih sangat tinggi, mengingat posisi
dan lingkungan di sekitar mereka (Peterson anggota TNI sebagai ujung tombak penegakan
& Seligman, 2004, dalam Litman-Ovadia & hukum di negara ini seharusnya dapat menjadi
Davidovitch, 2010:138). Orang-orang yang teladan yang baik dengan menampilkan karakter-
berkarakter dapat memberikan keuntungan yang karakter baik di masyarakat.
kompetitif bagi sebuah organisasi (Sarros, dkk., Banyaknya kasus yang dilakukan oleh
2005:2). Karakter menjadi penting karena hal anggota TNI di atas menunjukkan pengembangan
itu menyebabkan orang untuk melakukan hal kekuatan karakter yang masih lemah di lingkungan
yang benar, yang nantinya dapat membuat jadi TNI. Hal ini mungkin juga disebabkan lemahnya
produktif dan menguntungkan (Peterson & Park, kekuatan karakter yang bisa diteladani dari para
2006:1149). perwira TNI sebagai pemimpin/atasan. Oleh
Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena itu, pembentukan karakter dalam proses
yang merupakan suatu organisasi militer, tentu pendidikan maupun dalam pengembangannya di
juga mengharapkan para anggotanya mampu kesatuan merupakan hal yang mutlak. Seorang
berkontribusi bagi kesuksesan organisasi. Untuk pemimpin yang berkarakter tentu akan mampu
itulah diperlukan adanya para pemimpin yang menjadi teladan dan panutan bagi bawahan
mampu mengawaki TNI dengan baik. Doktrin atau masyarakat yang dipimpinnya (Syahnakri,
militer telah lama menyatakan bahwa karakter 2009:23-24). Karakter teladan dapat membangun

72 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Fajar Adi Nugroho, Seger Handoyo

kepercayaan para pengikut (bawahan) pada saat sukarela; seseorang memperoleh kebajikan
pemimpin mempromosikan visi dan programnya dengan mempraktikkannya secara berulang-
(Bass & Steidlmeier, 1999; Conger & Kanungo, ulang, dari pendidikan dan pembelajaran diri,
1994, dalam Smith, 2010:12). hingga kebajikan-kebajikan tersebut berkembang
Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) menjadi kebiasaan; dan kebajikan-kebajikan
sebagai lembaga pendidikan yang khusus tersebut didefinisikan secara kontekstual, yaitu
mendidik para kadet TNI AL tentu bertanggung berkenaan dengan situasi tertentu.
jawab penuh dalam mencetak para perwira TNI Kekuatan karakter merupakan unsur-
AL yang mempunyai kekuatan karakter. Perlu unsur psikologis, yaitu proses-proses dan
adanya sifat-sifat positif atau karakter yang baik mekanisme-mekanisme, yang memberi definisi
pada diri seorang kadet untuk bisa menyesuaikan terhadap kebajikan (Peterson & Seligman,
diri dalam pendidikan di AAL. Pembentukan dan 2004:13). Kekuatan karakter merupakan sifat-sifat
pengembangan kekuatan karakter ini tidak akan positif, namun tidak setiap sifat positif termasuk
berjalan tanpa mengetahui gambaran kekuatan dalam kekuatan karakter.
karakter itu sendiri pada diri Kadet AAL. Oleh Tema situasional merupakan kebiasaan-
karena itu sangat diperlukan penelitian yang bisa kebiasaan tertentu yang mengarahkan seseorang
memberikan gambaran akan hal tersebut. untuk menunjukkan kekuatan karakter yang
dimiliki dalam situasi tertentu. Dengan kata lain,
Character Strengths (Kekuatan Karakter) tema situasional ini mirip sekali dengan value
Pendekatan untuk menjelaskan makna (nilai). Sebuah tema/nilai mungkin masuk akal
karakter cukuplah banyak. Ada yang menjelaskan hanya ketika menggambarkan perilaku dalam
karakter dalam konteks proses-proses yang kondisi tertentu. Bahkan seringkali tema/nilai
mendasari, seperti otonomi atau orientasi realitas. dibedakan antara berbagai kebudayaan, kohor,
Ada juga yang menjelaskan karakter hanya sebagai jenis kelamin, dan perbedaan sosial lainnya
sebuah konstruksi sosial, mengungkapkan nilai (Wright & Goodstein, 2007:940-941). Berlawanan
dari seorang pengobservasi bukan pada siapa dengan kekuatan karakter, tema situasional
atau apa yang diobservasi (Peterson & Seligman, benar-benar berada dalam situasi tertentu,
2004:10). misalnya tema kerja berbeda dengan tema
Peterson dan Seligman (2004:10) keluarga. Lebih penting lagi, kekuatan karakter
memberikan cara pendekatan lain terhadap dikonseptualisasikan secara asal sebagai suatu
karakter. Mereka menjelaskan karakter dalam kebaikan, sedangkan tema dikonseptualisasikan
semangat psikologi kepribadian, khususnya tidak semata-mata baik ataupun buruk.
pada teori sifat (trait). Mereka mendasarkannya Ketiga level tersebut diurutkan dari
pada teori psikologi baru tentang sifat, yang konsep abstrak (moral kebajikan) ke konsep
berbeda dari para pendahulunya. Kategorisasi nyata (tema), dengan kekuatan karakter
karakter oleh Peterson dan Seligman (2004) sebagai level pertengahan. Level pertengahan
merupakan salah satu yang paling komprehensif ini mengombinasikan dan menyeimbangkan
dan mudah dipahami. Peterson dan Seligman komponen-komponen abstrak dan nyata (Engel
(2004:13) mengklasifikasikan karakter-karakter dkk., 2011:5). Penelitian ini menitikberatkan
positif ke dalam 3 konseptual level, yaitu terdiri pembahasannya pada kekuatan karakter.
dari virtues (kebajikan), character strengths Peterson dan Seligman (2004:19-20) telah
(kekuatan karakter), and situational themes mencurahkan pemikiran yang cukup besar untuk
(tema situasional). membedakan antara kekuatan dan kebajikan di
Kebajikan menunjukkan karakteristik- satu sisi dengan bakat dan kemampuan di sisi lain.
karakteristik utama yang dinilai oleh para filsuf Bakat dan kemampuan kelihatan lebih bersifat
moral dan para pemikir agama. Kebajikan bersifat bawaan, lebih menetap, dan kurang bersifat
universal, bahkan mungkin didasarkan pada ilmu sukarela dibandingkan dengan kekuatan dan
biologi melalui sebuah proses evolusi. Hackett kebajikan. Peterson dan Seligman memberikan
dan Wang (2012:870-872) menyatakan bahwa 2 perbedaan yang yang jelas antara kekuatan
kebajikan dipahami sebagai suatu karakter sifat karakter dengan dimensi-dimensi keahlian teknis
yang diekspresikan melalui tindakan-tindakan lainnya. Pertama, peran yang dimainkan oleh

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 73


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Gambaran Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut

usaha dan kehendak dalam pengunaan karakter- & Seligman, 2004, dalam Litman-Ovadia &
karakter tersebut. Terkadang bakat dan kekuatan Davidovitch, 2010 :138).
karakter terpadu dalam suatu performa, namun Peterson dan Seligman (2004, dalam
kekuatan karakter lebih dinilai secara moral. Thun & Kelloway, 2011:271) mengadakan suatu
Semua orang bisa bercita-cita untuk memiliki asesmen yang menyeluruh terhadap kekuatan-
karakter yang kuat, namun cara mendapatkannya kekuatan karakter dan mendefinisikannya sebagai
tentu berbeda dengan keinginan untuk menjadi tindakan-tindakan berdasarkan kebiasaan
tampan atau tangguh secara fisik. Kedua, bahwa yang bersifat stabil namun lunak (bisa diubah)
bakat nampaknya lebih dinilai berdasarkan dan menunjukkan konsekuensi-konsekuensi
konsekuensi nyata yang dihasilkan, seperti tepuk nyata. Kekuatan-kekuatan karakter dianggap
tangan, kemakmuran. Seseorang yang tidak sebagai sesuatu yang berdasarkan hasil, mampu
melakukan apa-apa terhadap bakatnya (tidak dimahirkan, dapat dikontekstualisasikan, dan
mengasahnya), maka lama kelamaan bakat dan dapat diukur. Kerangka akhir dari kekuatan
kemampuan tersebut akan habis dengan sia-sia, karakter ini memperinci 24 kekuatan karakter
namun kekuatan karakter dan kebajikan tidak yang secara spesifik dimasukkan ke dalam 6
demikian. Kekuatan karakter yang ada dalam diri kebajikan utama.
seseorang akan ditampilkan dengan sendirinya Berikut ini 6 kebajikan utama dan
pada situasi tertentu jika orang tersebut memang 24 kekuatan karakter menurut Peterson dan
memilikinya. Seligman (2004):
Kekuatan karakter merupakan unsur- 1. Kebijaksanaan dan Pengetahuan: kekuatan-
unsur psikologis, yaitu proses-proses dan kekuatan kognitif yang memerlukan
mekanisme-mekanisme, yang memberi definisi kemahiran dan penggunaan pengetahuan.
terhadap kebajikan (Peterson & Seligman, a. Kreativitas [keorisinalan, kecerdikan]:
2004:13). Kekuatan karakter dapat didefinisikan memikirkan cara-cara yang baru dan
sebagai sifat-sifat positif yang direfleksikan produktif untuk mengonseptualisasi
dalam pikiran, perasaan, dan perilaku (Park dkk., dan melakukan sesuatu; termasuk
2004:603). Kekuatan karakter merupakan suatu pencapaian artistik tapi tidak terbatas
kecenderungan untuk bertindak, berhasrat, kepada hal itu.
dan merasakan, yang melibatkan penggunaan b. Keingintahuan [ketertarikan, pencarian
keputusan dan mengarahkan kepada suatu hal baru, keterbukaan kepada
pengenalan keunggulan manusia atau contoh pengalaman]: mengambil ketertarikan
perkembangan manusia (Yearly, 1990, dalam dalam pengalaman yang sedang
Park dkk., 2004:604). Kekuatan karakter juga berlangsung demi ketertarikan itu
didefinisikan sebagai proses-proses mental sendiri; menemukan subjek dan topik
yang membantu seseorang untuk berpikir yang sangat menarik; mengeksplorasi
dan berperilaku dalam cara-cara yang dapat dan menemukan.
meningkatkan kualitas pekerjaan dan pengalaman c. Berpikiran terbuka [keputusan, pemikiran
hidup mereka, serta meningkatkan ketertarikan kritis]: memikirkan banyak hal berulang-
terhadap lingkungan mereka (McCullough & ulang dan memeriksa hal-hal tersebut
Snyder, 2000, dalam Litman & Davidovitch, 2010 dari semua sisi; tidak langsung melompat
:138 ). kepada kesimpulan; mampu merubah
Kekuatan karakter merujuk pada kualitas pemikirannya berdasarkan fakta-fakta
atau mekanisme psikologis yang terwujud dalam yang terang; mempertimbangkan semua
pikiran, perasaan dan motivasi, yang akhirnya fakta secara adil.
ditunjukkan oleh perilaku yang terlihat. Kekuatan d. Cinta pengetahuan/belajar: menguasai
karakter dianggap menyoroti apa yang terbaik dengan baik keahlian-keahlian baru,
dari kualitas-kualitas tersebut pada seseorang. topik-topik, dan kumpulan pengetahuan,
Kekuatan karakter juga dianggap merefleksikan apakah pada dirinya sendiri atau secara
potensi seseorang untuk mencapai kesejahteraan formal; dengan jelas berhubungan
pribadi dan berkontribusi terhadap tempat kerja dengan kekuatan dari keingintahuan tapi
dan lingkungan di sekitar mereka (Peterson melampauinya untuk menggambarkan

74 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Fajar Adi Nugroho, Seger Handoyo

kecenderungan yang menambahkan ikhlas, kebaikan]: melakukan perbuatan


secara sistematis apa yang diketahui oleh bermurah hati dan baik kepada orang
seseorang. lain; menolong mereka; menjaga mereka.
e. Cara pandang [kebijaksanaan]: mampu c. Kecerdasan sosial [kecerdasan emosional,
untuk menyediakan nasehat yang kecerdasan pribadi]: menyadari akan
bijaksana kepada orang lain; mempunyai pikiran dan perasaan orang lain dan
cara-cara melihat dunia yang masuk akal diri sendiri; mengetahui apa yang harus
bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. dilakukan untuk menyesuaikan diri
2. Keteguhan Hati: kekuatan-kekuatan ke dalam situasi sosial yang berbeda;
emosional yang melibatkan pelatihanan mengetahui apa yang membuat orang
kehendak untuk menyelesaikan tujuan- lain tersinggung.
tujuan dalam menghadapi lawan, eksternal 4. Keadilan: kekuatan-kekuatan
maupun internal. kewarganegaraan yang mendasari kehidupan
a. Keberanian [gagah perkasa]: tidak masyarakat yang sehat.
bersembunyi/mundur dari ancaman, a. Kewarganegaraan [tanggung jawab
tantangan, kesulitan, atau rasa sakit; sosial, kesetiaan, kerja sama tim]: bekerja
mengatakan apa yang benar meskipun dengan baik sebagai seorang anggota
jika terdapat pertentangan; bertindak suatu kelompok atau tim; menjadi
sesuai keyakinan meskipun jika tidak setia kepada kelompok; mengerjakan
popular; termasuk keberanian fisik tapi bagiannya.
tidak terbatas pada hal ini. b. Keadilan: memperlakukan semua orang
b. Kegigihan [ketekunan, kerajinan]: sama berdasarkan kepada gagasan
menyelesaikan apa yang telah dimulai; tentang kewajaran dan keadilan;
tetap melakukan serangkaian tindakan tidak membiarkan perasaan pribadi
untuk menyelesaikan tujuan meskipun membiaskan keputusan tentang orang
menghadapi rintangan; mengambil lain; memberikan setiap orang suatu
kesenangan dalam menyelesaikan tugas. kesempatan yang adil.
c. Integritas [keautentikan, kejujuran]: c. Kepemimpinan: mendorong suatu
mengatakan kejujuran tapi lebih luas kelompok tempat dirinya merupakan
lagi adalah menampilkan dirinya sendiri seorang anggota yang harus
dalam sebuah cara tulen dan bertindak menyelesaikan sesuatu dan pada saat
dalam suatu cara yang tulus; menjadi yang sama mengatur waktu hubungan
tanpa berpura-berpura; mengambil yang baik di dalam kelompok;
tanggung jawab terhadap perasaan dan mengorganisasikan aktivitas kelompok
tindakannya. dan melihat hal tersebut terlaksana
d. Vitalitas [semangat, kegairahan, dengan baik.
giat, energik]: mendekatkan hidup 5. Kesederhanaan: kekuatan-kekuatan yang
dengan kegembiraan dan energi; tidak menjaga dari perbuatan berlebihan.
mengerjakan sesuatu dengan setengah a. Pengampunan: memaafkan mereka yang
jalan atau setengah hati; menjalani hidup telah melakukan kesalahan; menerima
seperti petualangan; merasa hidup dan kekurangan orang lain; memberikan
teraktivasi. orang-orang suatu kesempatan kedua;
3. Kemanusiaan: kekuatan-kekuatan tidak menaruh rasa dendam.
interpersonal yang melibatkan merawat dan b. Kerendahan Hati: membiarkan
melindungi yang lain. pencapaian/prestasi seseorang berbicara
a. Cinta: menghargai hubungan dekat untuk diri mereka sendiri; tidak
dengan yang lain, khususnya dimana memandang dirinya sendiri lebih spesial
berbagi dan peduli saling berbalas; dari apa adanya dia.
menjadi dekat kepada orang-orang. c. Kehati-hatian: berhati-hati tentang
b. Kebaikan [kemurahan hati, pemeliharaan, pilihannya; tidak mengambil risiko yang
kepedulian, belas kasihan, cinta yang tidak semestinya; tidak mengatakan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 75


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Gambaran Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut

atau melakukan sesuatu yang mungkin kuesioner kekuatan karakter yang diadaptasi
nantinya akan disesali. dari alat ukur The Values in Action Inventory of
d. Pengaturan Diri [kontrol diri]: mengatur Strengths (VIA-IS) oleh Peterson dan Seligman
apa yang dirasakan dan dikerjakannya; (2004) yang terdiri dari 24 dimensi kekuatan
menjadi disiplin; mengontrol nafsu dan karakter dan berjumlah 240 soal pernyataan.
emosinya. Reliabilitas uji terpakai alat ukur kekuatan
6. Transenden: kekuatan-kekuatan yang karakter ini menunjukkan alfa cronbach sebesar
membina hubungan-hubungan kepada 0,986, menunjukkan bahwa kuesioner tersebut
semesta yang lebih luas dan memberikan reliabel. Analisis data dilakukan menggunakan
makna. statistik deskriptif dengan bantuan program SPPS
a. Apresiasi terhadap Keindahan dan 18.0 for Windows.
Keunggulan [kekaguman, takjub,
penaikan]: memperhatikan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menghargai keindahan, keunggulan, Penelitian ini bertujuan untuk
dan/atau kinerja terampil dalam berbagai memberikan gambaran tentang kekuatan karakter
ranah kehidupan, dari alam ke seni ke pada kadet AAL Surabaya. Hasil yang diperoleh
matematika ke ilmu pengetahuan ke merupakan respon para kadet AAL terhadap skala
pengalaman sehari-hari. kekuatan karakter beserta dimensi-dimensinya.
b. Rasa Syukur: menyadari dan bersyukur Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
untuk sesuatu yang baik yang telah besar kadet AAL memiliki nilai dengan kategori
terjadi; mengambil waktu untuk tinggi, yaitu 118 orang (67 persen) dari total subjek
mengungkapkan rasa terima kasih. 176 orang, sedangkan kategori sangat rendah
c. Harapan [optimisme, berpikir masa tidak ditemukan. Sebagian besar kadet AAL juga
depan, berorientasi ke masa depan]: merespon masing-masing dimensi kekuatan
mengharapkan yang terbaik di masa karakter pada kategori tinggi dan sangat tinggi.
depan dan bekerja untuk mencapainya; Hal ini menunjukkan bahwa kadet AAL memiliki
mempercayai bahwa sebuah masa depan penghargaan yang tinggi terhadap kekuatan
yang baik adalah sesuatu yang dapat karakter beserta dimensi-dimensinya. Dengan
diraih. penghargaan yang tinggi terhadap kekuatan
d. Humor [berjiwa bermain]: menyukai karakter tersebut, diharapkan kadet AAL
tertawa dan menggoda; membawa memiliki potensi untuk mencapai kesejahteraan
senyuman kepada orang lain; melihat pribadi dan berkontribusi terhadap tempat kerja
sisi yang ringan; membuat lelucon (cerita dan lingkungan di sekitar mereka (Peterson &
tidak penting). Seligman, 2004, dalam Litman & Davidovitch,
e. Spiritualitas [keyakinan/iman, tujuan]: 2010 :138).
mempunyai keyakinan yang utuh tentang Temuan lain dalam penelitian ini adalah
tujuan dan makna semesta; mengetahui ketika dimensi-dimensi kekuatan karakter
di mana posisi seseorang sesuai dengan ditinjau dari aspek tingkatan kadet dan korps
skema yang lebih besar; mempunyai kadet. Secara umum semua dimensi kekuatan
keyakinan tentang makna hidup yang karakter dihargai hampir sama oleh ketiga
membentuk perilaku dan memberikan tingkatan kadet. Dilihat dari rata-rata hitungnya,
kenyamanan. kadet tingkat II memiliki nilai paling tinggi,
diikuti oleh kadet tingkat III lalu kadet tingkat
METODE PENELITIAN IV. Sedangkan ditinjau dari korps kadet, dimensi
Penelitian ini bersifat kuantitatif kekuatan karakter dihargai lebih bervariasi oleh
deskriptif dengan subjek penelitian berjumlah 176 kelima korps kadet. Kadet korps marinir memiliki
kadet AAL yang sedang mengikuti pendidikan di nilai rata-rata tertinggi, diikuti oleh kadet korps
AAL Surabaya, yaitu kadet tingkat II berjumlah 58 pelaut, teknik, elektronika, dan yang terendah
orang, kadet tingkat III berjumlah 59 orang, dan adalah kadet korps suplai.
kadet tingkat IV berjumlah 59 orang. Hal yang perlu diberikan perhatian khusus
Alat pengumpul data primer berupa adalah kadet tingkat IV sebagai kadet tingkat

76 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Fajar Adi Nugroho, Seger Handoyo

akhir yang bertanggung jawab memberikan kebebasan untuk bertindak. Keberanian dapat
pembinaan dan pengasuhan kepada kadet junior, ditingkatkan melalui praktik (yaitu kebiasaan
ternyata justru memiliki penghargaan terendah moral), melalui teladan (yaitu model peran yang
terhadap dimensi-dimensi kekuatan karakter. Hal sesuai), dan melalui pengembangan atribut
ini mungkin senada dengan yang disampaikan tertentu, baik pada individu (yaitu kepercayaan
oleh Gold (2000:150) bahwa pada tingkatan kadet diri) maupun pada kelompok (yaitu kerja sama
yang lebih tinggi mengalami lebih banyak jenis tim). Studi pada personel militer menyatakan
penyebab stres, sementara kadet di tingkat bawah bahwa sifat-sifat sosial, seperti kesosialan dan rasa
hanya dibebani oleh kegiatan yang terus mengalir memiliki, berkontribusi terhadap perilaku berani.
apa adanya. Kadet di tingkat paling bawah hanya Penutup dari pembahasan ini adalah
menjalankan perintah tanpa harus merencanakan bahwa kekuatan karakter merupakan perbedaan
kegiatan yang akan dilakukan, sehingga bebannya individu yang merupakan tindakan-tindakan
hanya rasa lelah fisik. Sedangkan kadet yang paling berdasarkan kebiasaan yang bersifat stabil
senior selain harus mengikuti jadwal yang telah namun lunak (bisa diubah) dan menunjukkan
ditetapkan, juga dibebani untuk merencanakan konsekuensi-konsekuensi nyata (Peterson &
kegiatan bagi kadet junior. Hal tersebut membuat Seligman, 2004). Oleh karena itu, pengembangan
kadet senior mempunyai rasa hati-hati atau kekuatan-kekuatan karakter yang diperlukan oleh
khawatir terhadap performa mereka, termasuk individu maupun organisasi menjadi penting
dalam menilai karakter mereka sendiri. untuk dilakukan agar bisa mencapai kesejahteraan
Penelitian ini memperinci hasil dari 24 yang diharapkan.
dimensi kekuatan karakter pada kadet AAL yang
secara spesifik dimasukkan ke dalam 6 kebajikan SIMPULAN DAN SARAN
utama. Kebajikan utama yang dihargai paling Berdasarkan hasil penelitian yang
tinggi oleh para kadet AAL adalah kabajikan diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa kadet
keadilan. Kebajikan keadilan ini merupakan AAL memiliki penghargaan yang tinggi terhadap
kekuatan-kekuatan yang berhubungan dengan kekuatan karakter beserta dimensi-dimensinya,
warga negara yang mendasari kehidupan sehingga diharapkan bahwa kadet AAL memiliki
bermasyarakat yang sehat. Kebajikan keadilan potensi untuk mencapai kesejahteraan pribadi
ini meliputi dimensi-dimensi kekuatan karakter dan berkontribusi terhadap tempat kerja dan
kewarganegaraan, keadilan dan kepemimpinan lingkungan di sekitar mereka.
(Peterson & Seligman, 2004:30). Hal tersebut Hal-hal yang perlu mendapatkan
sesuai dengan hasil respon kadet AAL terhadap perhatian khusus adalah rendahnya penghargaan
dimensi-dimensi kekuatan karakter dengan 5 kadet tingkat IV terhadap dimensi-dimensi
urutan tertingginya adalah kewarganegaraan, kekuatan karakter dibandingkan penghargaan
harapan, spiritualitas, integritas, vitalitas dan yang diberikan oleh kadet tingkat II dan tingkat
keadilan. Sedangkan 5 urutan terendahnya adalah III sebagai juniornya. Selain itu, keberanian
kreativitas, kerendahan hati, keberanian, cinta sebagai salah satu kekuatan karakter yang penting
belajar dan apresiasi terhadap keindahan. bagi militer, justru ditempatkan pada tiga urutan
Kekuatan keberanian secara umum terendah oleh para kadet.
dihargai tinggi oleh para kadet, namun berada
pada posisi ke-3 terbawah. Hal ini seharusnya
juga menjadi perhatian khusus bagi AAL sebagai
lembaga yang mendidik para kadet. Lemahnya
kekuatan keberanian ini mungkin disebabkan
kurangnya kebebasan untuk bertindak atau
berinisiatif yang diberikan oleh para perwira
pengasuh kepada para kadet. Peterson dan
Seligman (2004:221) menyatakan bahwa orang-
orang yang berada pada tingkatan organisasi
lebih rendah, kurang memperlihatkan tindakan
yang berani disebabkan mereka kurang memiliki

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 77


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013
Gambaran Kekuatan Karakter pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut

PUSTAKA ACUAN
Borman, W.C., Klimoski, R.J., & Ilgen, D.R. (2003). Stability and Change in Industrial and Organizational
Psychology. Dalam I.B. Weiner (Series Ed.) & W.C. Borman, R.J. Klimoski, D.R. Ilgen (Vol.Ed.),
Handbook of psychology; Vol.12. Industrial and Organizational Psychology (hal. 1-649). New
Jersey: John Wiley & Sons.
Engel, H.R., Westman, M., & Heller, D. (2011). Character strengths, employee well-being, and performance:
A field experiment (Working Paper No.8). Israel; Henry Crown Institute Of Business Research.
Gartap III gelar operasi penertiban anggota TNI. (2012, 2 Februari). Suarakawan [on-line]. Diakses tanggal
5 Maret 2013 dari http://suarakawan.com/02/ 02/2012/gartap-iii-gelar-operasi-penertiban-
anggota-tni.
Gold, M.A. (2000). Cadet basic training: An ethnographic study of stress and coping. Military Medicine,
165 (2), 147-152
Hackett, R.D., & Wang, G. (2012). Virtues and leadership: An integrating conceptual framework founded
in Aristotelian and Confucian perspectives on virtues. Management Decision, 50 (5), 868 – 899.
Litman-Ovadia & Davidovitch, N. (2010). Effects of congruence and character-strength deployment on
work adjustment and well-being. International Journal of Business and Social Science, 1 (3), 137-
145.
Matthews, M.D., Eid, J., Kelly, D., Bailey, J.K.S., & Peterson, C. (2006). Character strengths and virtues
of developing military leaders: An international comparison. Military Psychology, 18 (Suppl.),
S57–S68.
Peterson, C., & Seligman, M.E.P. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification.
New York: Oxford University Press.
Sarros, J.C., Cooper, B., & Santora, J.C. (2005, ). Building character: A leadership essential. Monash
Business Review (Vol.1, Issue 1). Melbourne, Australia; Monash University, Department of
Management.
Smith, J.M. (2010). Character development at The United States Air Force Academy: A phenomenological
case study of graduates reflection. Disertasi Doktor pada School of Business & Technology,
Capella University, Minneapolis Minnesota, USA: UMI Dissertation Publishing.

Syahnakri, K. (2009). Jati diri bangsa dan pengabdian TNI AD. Yudhagama Jurnal. 29 (85), 14-24.
Thun, B., & Kelloway, E.K. (2011). Virtuous leaders: Assessing character strengths in the workplace.
Canadian Journal of Administrative Sciences, 28, 270-283.
Wright, T.A., & Goodstein, J. (2007). Character is not “dead” in management research: A review of
individual character and organizational-level virtue. Journal of Management, 33 (6), 928-958.

78 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 3, Agustus 2013

Das könnte Ihnen auch gefallen