Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
id
Penulisan Hukum
( Skripsi )
Oleh :
SANDHI PRAKOSO
NIM. E 0006220
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
P
ERNYATAAN
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SANDHI PRAKOSO
NIM. E 0006220
ABSTRAK
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Untuk Orang tua penulis yang tak kenal lelah mendidik, membimbing dan
memberikan pendidikan yang terbaik serta do’a yang tak pernah terputus
bagi penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Bapak Suranto,S.H.,M.H, Ibu Aminah, S.H, M.H Ibu M. Madalina, S.H, M.H
selaku penguji penulis dalam ujian skripsi yang telah penulis laksanakan
7. Segenap Pimpinan Fakultas hukum, Dosen dan seluruh Staff Administrasi
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Untuk kedua orang tua penulis, Bapak Soehartono, S.H., M.Hum dan Ibu Sri
Sumardiyanti. S.Pd. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan kasih sayang, mendoakan, mendidik, dan mencurahkan segalanya demi
terwujudnya segala hal yang terbaik bagi diri penulis dan juga seluruh kelurga
penulis yang senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan kepada
penulis.
9. Teman-teman di Fakultas hukum (Eko, Agung, Ari, Harris, Mahendra, Ega
Pratami, Reza dan teman-teman yang lain) yang membantu penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan
saran yang membangun. Semoga Penulisan Hukum (Skripsi) ini bermanfaat bagi
diri pribadi penulis maupun para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
SANDHI PRAKOSO
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Metode Penelitian .................................................................... 8
1. Jenis Penelitian ................................................................... 9
2. Sifat Penelitian ..................................................................... 9
3. Pendekatan Penelitian .......................................................... 10
4. Konsep Perundang-Undangan ............................................. 11
5. Jenis Data ............................................................................. 12
6. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 13
7. Teknik Analisis Data ........................................................... 13
F. Sistematika Penulisan Hukum..................................................... 14
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 16
A. Kerangka Teori ......................................................................... 16
1. Tinjauan umum mengenai Kekuasaan ................................. 16
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
No X oleh wakil presiden yang ditetapkan pada tanggal 16 Oktober 1945. Inti dari
maklumat tersebut, presiden bersama-sama dengan komite nasional menjalankan
kekuasaan legislatif dan berhak ikut serta dalam menetapkan garis-garis besar
daripada haluan negara.
Pada 2 September 1945, presiden membentuk kabinet pertama berdasarkan
usul Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kabinet ini tercatat dalam
sejarah sebagai kabinet presidensial pertama. Dalam susunan kabinet presidensial,
presiden memegang kekuasaan eksekutif. Namun, fungsi presiden selaku
pemegang kekuasaan eksekutif tersebut menjadi goyah ketika ada usul Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang menghendaki adanya
perubahan sistem pertanggungjawaban kepada parlemen. Usul tersebut diterima
oleh pemerintah dengan keluarnya maklumat pemerintah pada 14 November
1945, yang berisikan perubahan sistem dari presidensial menjadi parlementer.
Dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, presiden tidak lagi berkedudukan
sebagai kepala pemerintahan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 4 Ayat (1)
UUD 1945, melainkan hanya berkedudukan sebagai kepala negara (presiden
konstitusional), hal ini berarti untuk kedua kalinya terjadi pengurangan kekuasaan
presiden. Kekuasaan menjadi presiden menjadi besar kembali setelah mengambil
alih kekuasaan eksekutif, pengambilalihan ini terjadi karena sehubungan dengan
dinyatakannya negara dalam keadaan bahaya oleh Menteri Pertahanan Amir
Syarifuddin dan penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir.
Pada masa berlakunya konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun
1949 dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950, sistem pemerintahan yang
dianut adalah sistem parlementer, sehingga menempatkan presiden hanya sebagai
kepala negara, hal ini berarti kekuasaan presiden berkurang kembali. Kemudian
ketika Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali, presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan berfungsi kembali sehingga memberikan peluang
yang besar bagi presiden untuk menjalankan kekuasaannya. Kekuasaan presiden
RI menurut UUD 1945 lebih besar daripada kekuasaan presiden Amerika Serikat.
Sebagai contoh, presiden AS tidak mempunyai kekuasaan untuk membentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
pemerintahan daerah yang terdapat pada pasal 18, dalam pasal ini ada penegasan
yang kuat melalui konstitusi bahwa negara Indonesia menjamin dilaksanakannya
pemberian otonomi yang luas kepada daerah. Kedua, mengenai HAM yang diatur
dalam pasal 28, pasal ini mengalami penambahan jika dilihat dari jumlah ayatnya
dan sekaligus juga mengalami penegasan.
Pada November 2001, tepatnya tanggal 9 November 2001 MPR melakukan
perubahan UUD 1945 tahap ketiga, dalam perubahan tahap ketiga ini terjadi
perubahan yang sangat mendasar terhadap UUD 1945 yaitu yang berkaitan
dengan kedaulatan, perombakan parlemen, pemilihan presiden secara langsung,
membentuk lembaga baru yang bernama Mahkamah Konstitusi (MK) dan
mengatur prosedur perubahan UUD 1945.
Pada Agustus 2002, tepatnya tanggal 10 Agustus 2002 MPR kembali
melakukan perubahan tahap keempat. perubahan tersebut memfokuskan pada
persoalan susunan MPR, cara pemilihan presiden, penyelesaian jika presiden
mangkat, berhenti atau diberhentikan atau tidak bisa menjalankan kewajibannya,
pemberian hak kepada presiden untuk membentuk suatu Dewan Pertimbangan
Presiden, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, serta ketentuan mengenai
independensi Bank Indonesia. Selain itu, pada perubahan tersebut juga
menetapkan batas minimal untuk anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN,
serta adanya ketentuan yang mengharamkan perubahan pada bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Perubahan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah mengikuti
sistem amandemen, sungguhpun secara material jumlah muatan materi lebih besar
daripada naskah aslinya, akan tetapi dalam sistem amandemen yang utama adalah
berlakunya konstitusi yang telah diubah itu tetap didasarkan pada saat berlakunya
konstitusi asli (Taufiqurrahman Syahuri.2004:157).
Hasil dari perubahan tersebut kalau dicermati telah terjadi pengurangan
kekuasaan presiden. Namun sebaliknya, kekuasaan legislatif DPR semakin besar
dan kita bisa melihat perihal kekuasaan legislatif yang dimiliki presiden sebelum
perubahan, pasal 5 ayat (1) UUD 1945, sebelum perubahan tegas menyatakan
bahwa presiden mempunyai kekuasaan membentuk undang-undang dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
persetujuan DPR. Selanjutnya pasal 20 ayat (1) juga menegaskan bahwa DPR
memegang kekuasaan membentuk undang-undang, sehingga berdasarkan
perubahan tahap pertama dan kedua UUD 1945, kekuasaan membentuk undang-
undang itu dialihkan dari Presiden kepada DPR. Selain itu, beberapa hak mutlak
(prerogatif) presiden yang tercantum dalam UUD 1945 setelah perubahan telah
terjadi sedikit pengurangan. Pengurangan tersebut bisa dilihat dari adanya
pelibatan DPR, baik harus mendapatkan persetujuan DPR atau sekedar minta
pertimbangan saja.
Dari uraian diatas, jelas sekali terjadi pasang surut kekuasaan presiden yang
terjadi di Indonesia, mulai zaman kemerdekaan sampai sekarang. Meskipun
kekuasaan presiden Indonesia sekarang dinilai banyak kalangan kekuasaanya
lebih kecil daripada sebelum perubahan UUD 1945 tahun 1999-2002, namun tidak
menutup kemungkinan di lain waktu, akan dilakukan perubahan lagi yang
menambah kekuasaan presiden, atau bahkan akan kembali kepada UUD 1945
sebelum perubahan, sebagaimana yang dituntut oleh banyak kalangan beberapa
tahun terakhir ini. Untuk itu, perlu dikaji secara mendalam sebagaimana
kekuasaan presiden sebelum dan sesudah perubahan, apakah memang telah terjadi
pengurangan atau tidak. Jika dibandingkan dengan negara Amerika Serikat,
apakah kekuasaan Presiden Indonesia lebih kecil atau masih lebih besar. Untuk
itu, diperlukan kajian mendalam dengan cara membandingkan kekuasaan Presiden
Indonesia dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat agar diperoleh
pengetahuan yang mendalam.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
”PERBANDINGAN KEKUASAAN PRESIDEN INDONESIA SETELAH
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN KEKUASAAN PRESIDEN
AMERIKA SERIKAT”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi dan dirumuskan berkenaan dengan masalah pokok yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif :
a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan sejarah ketatanegaraan dan
kekuasaan Presiden Indonesia sebelum dan sesudah perubahan UUD
1945.
b. Untuk memperoleh jawaban atas permasalahan mengenai perbandingan
kekuasaan Presiden Republik Indonesia dengan kekuasaan Presiden
Amerika Serikat.
2. Tujuan Subyektif:
a. Untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuan penulis di
bidang Hukum Tata Negara khususnya terkait dengan perbandingan
kekuasaan presiden yaitu kekuasaan Presiden Republik Indonesia setelah
amandemen UUD 1945 dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat
sebagai negara yang disebut sebagai negara pertama kali menggunakan
sistem pemerintahan kepresidenan.
b. Guna memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar akademik
sarjana strata satu dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian ini diharapkan adanya manfaat dan kegunaan, karena
nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang diperoleh dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
penelitian tersebut. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan penulis
serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
hukum yang diperoleh penulis dalam bangku perkuliahan;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta pengetahuan
semua pihak yang bersedia menerima dan bagi para pihak yang terkait
dengan masalah yang diteliti serta bermanfaat bagi para pihak yang
berminat bagi permasalahan yang sama.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di ilmu hukum pada umumnya dan
hukum tata negara pada khususnya;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur
kepustakaan hukum tata negara berkaitan dengan kajian mengenai
perbandingan kekuasaan Presiden Indonesia setelah perubahan UUD 1945
dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat;
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian
sejenis untuk tahap berikutnya.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa
dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; Sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem; Konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu
dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto, 1986: 42-43). Dalam arti yang
lain, penelitian (research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari
pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu. Dengan kata
lain, penelitian merupakan upaya pencarian yang amat bernilai edukatif, karena
melatih kita untuk selalu sadar bahwa di dunia ini banyak yang kita tidak ketahui
dari apa yang coba kita cari, temukan dan ketahui itu tetaplah bukan kebenaran
mutlak, oleh karena itu, masih perlu diuji kembali. Dengan demikian, pengertian
metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik
dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, maupun guna menguji kebenaran maupun ketidak benaran dari
suatu pengetahuan, gejala atau hipotesis. Metode yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah: .
1. Jenis Penelitian
Sebelum saya hendak membandingkan kekuasaan presiden Indonesia
dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat, maka perlu diketahui jenis
penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (penelitian
hukum kepustakaan) atau doktrinal. Menurut Soerjono Soekanto penelitian
hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan kepustakaan (data sekunder) yang terdiri dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam hal ini bahan-bahan
tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan
dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 1985
:15).
Menurut Hutchinson sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki
mendefinisikan penelitian hukum doktrinal sebagai berikut, “Doctrinal
Research: Research wich provides a systematic exposition of rules governing a
particular legal category, analyses the relationship between rules, explain
areas of difficulty and perhaps, predict future development” (Peter Mahmud
Marzuki, 2008:32).
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini adalah perbandingan (comparative). Pentingnya
perbandingan (comparative) dalam ilmu hukum karena dalam bidang hukum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai tinjauan mengenai
kekuasaan, kepresidenan, sistem ketatanegaraan Indonesia,
demokrasi konstitusional Amerika Serikat, perbandingan
kekuasaan Presiden Indonesia dengan Presiden Amerika Serikat.
BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan
hasil yang diperoleh dari proses meneliti. Berdasarkan rumusan
masalah yang diteliti, terdapat hal pokok permasalahan yang
dibahas dalam bab ini yaitu perbandingan kekuasaan Presiden
Indonesia dengan kekuasaan Presden Amerika Serikat.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan yang
dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan hasil
penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, serta
saran –saran yang dapat penulis kemukakan terhadap beberapa
kekurangan yang ditemukan dan sekiranya perlu diperbaiki
dalam penelitian.
Daftar Pustaka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Mengenai Kekuasaan
a. Teori sumber kekuasaan
Banyak teori yang mencoba menjelaskan darimana kekuasaan berasal.
Menurut teori teokrasi, asal atau sumber kekuasaan adalah dari Tuhan.
Teori ini berkembang pada zaman abad pertengahan, yaitu dari sejak abad
V sampai pada abad XV. Penganut teori ini adalah Augustinus, Aquinas,
dan Marsilius.
Sementara itu menurut teori hukum alam, kekuasaan itu berasal dari
rakyat. Pendapat seperti itu dimulai dari aliran monarkomaken yang
dipelopori oleh Johannes Althusius yang mengatakan kekuasaan itu
berasal dari rakyat dan asal kekuasaan yang ada pada rakyat tersebut tidak
lagi dianggap dari Tuhan, melainkan dari alam kodrat, kemudian
kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan kepada seseorang yang
disebut raja, untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat. Berkaitan
dengan penyerahan tersebut dalam teori hukum alam ada perbedaan
pendapat, menurut J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa kekuasaan
tersebut ada pada masyarakat, kemudian melalui perjanjian kekuasaan
tersebut diserahkan kepada raja, mekanisme penyerahan kekuasaan
tersebut dimulai dari penyerahan masing-masing orang kepada masyarakat
sebagai suatu kesatuan, kemudian melalui perjanjian masyarakat
kekuasaan tersebut diserahkan kepada raja, penyerahan kekuasaan disini
sifatnya bertingkat. Sedangkan menurut Thomas Hobbes, penyerahan
kekuasaan tersebut dilakukan langsung dari masing-masing orang
langsung diserahkan kepada raja dengan melalui perjanjian masyarakat.
b. Teori Pemisahan Kekuasaan
Teori pemisahan kekuasaan, yang oleh Immanuel Kant disebut sebagai
doktrin ”Trias Politika, ” dikemukakan oleh Montesquieu dalam bukunya
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
”L’esprit des Loi”. Dasar pemikiran doktrin Trias Politika sudah pernah
dikemukakan oleh Aristoteles dan kemudian juga pernah dikembangkan
oleh Jhon Locke. Dengan demikian ajaran ini bukan ajaran yang baru bagi
Montesquieu. Secara garis besar ajaran Montesquieu sebagai berikut:
Pertama, terciptanya masyarakat yang bebas, keinginan seperti ini muncul
karena Montesquieu hidup dalam kondisi sosial dan politik yang tertekan
di bawah kekuasaan Raja Lodewijk XIV yang memerintah secara absolut.
Kedua, jalan untuk mencapai masyarakat yang bebas adalah pemisahan
antara kekuasaan legislatif dengan kekuasaan eksekutif, Montesquieu tidak
membenarkan jika kedua fungsi berada di satu orang atau badan karena
dikhawatirkan akan melaksanakan pemerintahan tirani. Ketiga, kekuasaan
yudisial harus dipisahkan dengan fungsi legislatif, hal ini dimaksudkan
agar hakim dapat bertindak secara bebas dalam memeriksa dan
memutuskan perkara. Ketiga kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu,
harus terpisah satu sama lain, mulai dari fungsi maupun mengenai alat
perlengkapannya. Montesquieu memandang kekuasaan yudikatif harus
berdiri sendiri karena kekuasaan tersebut dianggapnya sangat penting.
Sebaliknya oleh Montesquieu kekuasaan hubungan luar negeri
dimasukkannya ke dalam kekuasaan eksekutif.
c. Teori Kekuasaan Negara
Mengapa negara membutuhkan kekuasaan? Apa alasannya sehingga
negara berhak memperoleh kekuasaannya? Pertanyaan-pertanyaan seperti
itu sudah muncul sejak zaman Yunani. Sampai sekarang, pertanyaan atas
persoalan tersebut masih menjadi pembahasan. Munculnya rezim otoriter
di negara-negara ”Dunia Ketiga” membuat mereka mencari alasan yang
kuat untuk dijadikan dasar bagi kekuasaannya. Inilah yang menyebabkan
teori kekuasaan negara tidak pernah mati. Teori kekuasaan negara sudah
diperbincangkan sejak zaman Yunani kuno, misalnya Plato dan Aristoteles
dua pemikir besar di zaman itu menyatakan bahwa negara memerlukan
kekuasaan yang mutlak, kekuasaan ini diperlukan untuk mendidik
warganya dengan nilai-nilai moral yang rasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Kusnardi dan Bintan Siragih, 2000:24). Lembaga negara atau bisa disebut
sebagai alat-alat kelengkapan negara menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan keberadaan negara. Keberadaan alat kelengkapan
negara menjadi keniscayaan untuk mengisi dan menjalankan negara.
Lembaga negara sendiri merupakan manifestasi dari mekanisme
perwakilan rakyat dalam menyelenggarakan pemerintahan, tapi kemudian
secara umum berkembang menjadi istilah untuk seseorang yang memiliki
kekuasaan eksekutif. Lebih spesifiknya istilah ”Presiden” terutama untuk
kepala negara bagi negara yang berbentuk republik, baik dipilih secara
langsung, ataupun tidak langsung.
Sejarah mencatat, untuk pertama kalinya di dunia, jabatan presiden di
Eropa berasal dari negara Perancis yang di bentuk pada era Republik
Kedua Perancis (1848-1851), ketika itu yang menjabat sebagai presiden
adalah Louis Napoleon Bonaparte, tetapi masa jabatan ini hanya bertahan
setahun kemudian diubah statusnya menjadi Kaisar Napoleon III (1852),
jabatan presiden baru kembali muncul pada era Republik Ketiga Perancis.
Namun, presiden pertama yang diakui oleh masyarakat internasional
adalah Presiden Amerika Serikat sewaktu revolusi Amerika yaitu George
Washington yang menjabat pada 30 April 1789 sampai 3 Maret 1797.
Sementara di Asia, jabatan ”ditularkan” oleh Amerika Serikat ketika
memberikan kemerdekaan yang terbatas kepada Filipina pada 1935.
Sedangkan di Afrika, Presiden Liberia yang hadir pada 1848 adalah
presiden pertama yang diakui dunia internasional.
Menurut A. Hamid S. Attamimi, kata ”Presiden” di Indonesia adalah
gelar bagi kepala negara. Selain itu, presiden juga sebagai kepala
pemerintahan. Posisi presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan secara otomatis didapatkan oleh seorang presiden di negara
yang menganut sistem pemerintahan presidensial seperti Indonesia dan
Amerika Serikat (A. Hamid. S. Attamimi, 1990 : 139-140).
Kepala negara adalah sebuah jabatan individual atau kolektif yang
mempunyai peranan sebagai wakil tertinggi daripada sebuah negara seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
(2) UUD 1945 dapat dilihat bahwa presiden dan wakil presiden
merupakan institusi penyelenggara kekuasaan eksekutif negara yang
tertinggi di bawah UUD 1945, karena apabila presiden berhalangan,
baik berhalangan tetap maupun sementara, maka kekuasaan presiden
dijalankan oleh wakil presiden;
b. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh rakyat secara langsung,
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dalam pemilu
oleh rakyat ini menurut Jimly Asshiddiqie sesuai dengan prinsip
presidensial, karena itu secara politik presiden dan wakil presiden yang
dipilih langsung oleh rakyat tidak bertanggung jawab kepada
parlemen, melainkan bertanggung jawab langsung kepada pemilihnya;
c. Presiden dan/atau wakil presiden tidak dapat diberhentikan dalam
masa jabatannya.Presiden dan/atau wakil presiden hanya dapat diminta
pertanggung jawabannya secara hukum dalam masa jabatannya apabila
melakukan pelanggaran hukum berat, perbuatan tercela dan mengalami
perubahan sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat sebagai presiden
dan/atau wakil presiden;
d. Para menteri merupakan pembantu presiden, menteri diangkat dan
diberhentkan oleh presiden, oleh karena itu menteri bertanggung jawab
kepada presiden bukan bertanggung jawab kepada parlemen;
e. Ditentukannya masa jabatan presiden selama lima tahun, dan tidak
boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua masa jabatan.
Dengan demikian, sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945
hasil amandemen dapat disebut dengan sistem pemerintahan
presidensial.
Selanjutnya kalau kita teliti hasil sidang panitia Ad Hod MPR dan
risalah sidang tahunan MPR, maka kita tidak akan menemukan mengapa
MPR lebih cenderung memilih memperkuat sistem pemerintahan
presidensial hal ini menurut penulis sudah tepat dan benar karena:
Pertama, Masyarakat Indonesia menganut paham politik aliran sehingga
terbentuk multi partai berdasarkan aliran yang ada dalam masyarakat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
UUD 1945 dan sekarang sudah empat kali dilaksanakan amandemen UUD
1945 yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002.
3. Tinjauan Umum Mengenai Sejarah Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia sekarang ini adalah Undang-Undang Dasar yang dibuat
pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Oleh
karena itu, Undang-Undang Dasar 1945 dalam gerak pelaksanaannya juga
mengalami pasang surut.
Secara garis besar gerak pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 di
Indonesia dapat dibagi ke dalam dua kurun waktu, yaitu:
a. Kurun waktu antara tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27
Desember 1948;
b. Kurun waktu antara tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang. Kurun waktu
yang kedua ini dibagi menjadi dua sub kurun waktu, yakni masa 5 Juli
1959-11 Maret 1966 dan masa 11 Maret 1966 sampai sekarang.
Dari dua kurun waktu tersebut ada kurun waktu dimana UUD 1945 tidak
berlaku, yaitu antara tanggal 27 Desember 1949 sampai 5 Juli 1959. Dalam
kurun waktu tersebut, UUD 1945 secara resmi dinyatakan tidak berlaku di
Negara Kesatuan RI, hal ini dikarenakan terjadi pergantian bentuk negara
serta UUD negara. Dalam kurun waktu itu berlaku dua macam UUD sebagai
pengganti UUD 1945, masing-masing berlaku pada kurun waktu yang
berbeda, yaitu:
a. Tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950
Negara Kesatuan RI berubah bentuk menjadi Negara Serikat, sehingga
Indonesia terpecah-pecah menjadi beberapa negara bagian. UUD yang
berlaku sebagai UUD Republik Indonesia Serikat adalah KRIS 1949
sedangkan UUD 1945 hanya berlaku di negara bagian RI;
b. Tanggal 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959 diberlakukan
UUDS 1950, perubahan ini ádalah akibat logis dari perubahan bentuk
Negara Serikat menjadi Negara Kesatuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
yang sama. Seseorang tidak dapat dipaksa untuk menjadi saksi untuk
dirinya sendiri yang berhubungan dengan kejahatan yang diduga telah
dilakukannya. Seseorang tidak bisa digrogoti kehidupan, kemerdekaan
atau kepemilikan tanpa suatu proses hukum yang adil (due process of
law). Hak milik pribadi seseorang tidak boleh diambil untuk
kepentingan umum tanpa ganti rugi yang layak (just compensation).
(Amandemen ke-5, tahun 1791);
6) Hak-hak tersangka yang harus dipenuhi oleh pengadilan dalam proses
acara pidana yaitu Pertama, seorang tersangka harus dipenuhi haknya
untuk menjalani proses peradilan yang cepat dan terbuka untuk umum.
Kedua, seorang tersangka harus dipenuhi haknya untuk diperiksa oleh
jury di tempat kejahatan yang disangka telah dilakukan. Ketiga,
seorang tersangka harus dipenuhi haknya untuk diinformasikan tentang
hakekat dari kejahatan yang disangka kepadanya. Keempat, seorang
tersangka harus dipenuhi haknya untuk dapat dikonfrontir dengan saksi
yang memberatkannya. Kelima, seorang tersangka harus dipenuhi
haknya untuk memperoleh suatu upaya paksa untuk membawa saksi
yang meringankannya. Keenam, seorang tersangka harus dipenuhi
haknya untuk mendapatkan pembelaan dari advokat dalam rangka
membela diri (self defense). (Amandemen ke-6, tahun 1791);
7) Hak tersangka untuk diperiksa oleh sistem peradilan jury untuk kasus-
kasus yang melibatkan uang lebih dari 20 $ US. Pemeriksaan oleh jury
ini tidak dapat diperiksa ulang lagi oleh pengadilan yang lain
(Amandemen ke-7, tahun 1791);
8) Besarnya uang denda dan besarnya uang jaminan untuk melepaskan
seorang tersangka tidak boleh berlebih-lebihan. Demikian juga
diberlakukan hukuman yang lazim. (Amandemen ke-8, tahun 1791);
9) Jaminan hak-hak tertentu bagi seorang warga tidak boleh melanggar
hak-hak masyarakat lainnya. (Amandemen ke-9, tahun 1791);
10) Kewenangan yang oleh konstitusi tidak diberikan kepada pemerintah
federal dan tidak dilarang untuk diberikan kepada negara bagian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
B. Kerangka Pemikiran
Perbandingan Kekuasaan
Presiden
Kekuasaan
Persamaan/perbedaan
Kelebihan/kelemahan
Adopsi
Keterangan:
Perbandingan hukum sebagai suatu metode mengandung berarti bahwa ia
merupakan suatu cara pendekatan untuk lebih memahami suatu obyek atau
masalah yang outentik ( Barda Nawawi 2002; 4). Dalam hal ini penulis tidak
secara langsung membandingkan hukum kedua negara yang menjadi obyek
penulisan yaitu negara Indonesia dan Amerika Serikat, tetapi penulis
membandingkan kekuasaan presiden dalam hal-hal yang penulis tetapkan sebagai
kriteria untuk membandingkan kekuasaan presiden kedua negara tersebut.
Amerika serikat sebagai negara yang pertama kali memperkenalkan jabatan
presiden kepada dunia, yaitu sewaktu revolusi Amerika yaitu George Washington
yang menjabat pada tanggal 30 April 1789 s/d 3 maret 1797. Menurut A. Hamid
S. Attamimi kata ”presiden” di Indonesia adalah gelar diganti kepala negara dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
kekakuan temporal, hal ini terlihat dari masa jabatan presiden yang pasti
menguraikan periode-periode yang di batasi secara kaku dan tidak berkelanjutan
(Abdul Ghoffar, 2009: 51-53).
Melihat hal–hal yang telah diuraikan mengenai sistem presidensial di atas maka
dapat dilihat bahwa sistem presidensial yang dilaksanakan di Indonesia secara
garis besar menganut sistem presidensial yang ada di Amerika Serikat, karena
jabatan presiden pertama kali yang diakui oleh masyarakat Internasional adalah
Presiden Amerika Serikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Akan tetapi diluar tugas resminya ini, presiden sebagai ketua partai
politik dan kepala pemerintahan di Amerika Serikat mempunyai
posisi untuk mempengaruhi opini publik dan oleh karena itu dapat
mempengaruhi jalannya proses perundangan di kongres.
c. Kekuasaan di Bidang Yudisial
Konstitusi Amerika Serikat dengan jelas memberikan
kekuasaan kepada presiden untuk melakukan penunjukan para
pejabat publik yang penting, termasuk hakim federal dan anggota
Mahkamah Agung dan untuk melakukan penunjukan tersebut harus
mendapat persetujuan dari senat. Selain itu, presiden juga dapat
memberikan ampunan penuh atau bersyarat kepada siapa pun yang
melanggar hukum federal, kecuali dalam kasus impeachment. Kuasa
pengampunan ini termasuk juga mengurangi masa tahanan dan
mengurangi denda (pasal 2 bagian 2 angka 1).
Setelah melihat kedua sub bab diatas, penulis akan sajikan secara
singkat sub bab tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Persamaan Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dengan
Kekuasaan Presiden Amerika Serikat.
Persamaan kekuasaan Presiden Republik Indonesia dengan
kekuasaan Presiden Amerika Serikat dalam beberapa bidang antara lain:
a. Kekuasaan di Bidang Eksekutif
Kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk menyelenggarakan atau
menjalankan roda pemerintahan. Di Indonesia, kekuasaan tersebut
dipegang oleh Presiden, sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (1)
UUD 1945 yaitu Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut UUD 1945. Sementara itu di Amerika
Serikat, kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan juga dipegang
oleh presiden, hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 2 angka 1
konstitusi Amerika Serikat yaitu kekuasaan eksekutif harus tunduk
kepada Presiden Amerika Serikat, kekuasaan tersebut
diselenggarakan tugasnya oleh presiden dan wakil presiden selama 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
bagian 7 angka 2)
3 Kekuasaan di Bidang Presiden mempunyai Presiden mempunyai
Yudisial kekuasaan untuk kekuasaan untuk
memberikan grasi memberikan grasi
(pasal 14 UUD 1945 ) (pasal 2 bagian 2 angka
1 Konstitusi Amerika
Serikat)
Sumber: Abdul Ghoffar, S.Pd., S.H., M.H
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis uraikan pada
bab III, maka dalam penelitian dan penulisan hukum ini yang berjudul
”Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang
Dasar 1945 dengan Kekuasaan Presiden Amerika Serikat” penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Setelah melihat tiga kekuasaan presiden yang dijadikan perbandingan
kekuasaan antara Presiden Republik Indonesia dengan Presiden Amerika
Serikat yaitu kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan di bidang
legislatif, dan kekuasaan di bidang yudisial. Walaupun Presiden Amerika
Serikat mempunyai kekuasaan yang hampir sama dengan kekuasaan Presiden
Indonesia, akan tetapi kekuasaan yang dimiliki Presiden Amerika Serikat itu
tidak semuanya diatur didalam konstitusi. Hal ini tentu saja berbeda dengan
kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden Indonesia, dimana seluruh kekuasaan
presiden Indonesia tercantum didalam UUD 1945.
b. Presiden Amerika Serikat hanya memiliki kekuasaan grasi dan pengesahan
penangguhan penahanan. Sementara itu Presiden Indonesia selain mempunyai
kekuasaan untuk memberikan grasi juga mempunyai kekuasaan memberikan
amnesti, abolisi dan rehabilitasi. Namun kekuasaan untuk memberikan
penagguhan penahanan secara konstitusional tidak dimiliki, karena kekuasaan
tersebut sesuai dengan KUHAP yang diberikan kepada penyidik, penuntut
dan hakim yang menyidangkan perkara tersebut.
B. Saran
Kepala negara dan/atau kepala pemerintahan dalam sebuah negara memegang
peranan yang sangat penting, untuk itu diperlukan posisi yang kuat dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Akan tetapi, jika kekuasaan tersebut tidak diimbangi
dengan mekanisme checks and balances , akan berubah menjadi petaka. Sejarah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdul Ghoffar. 2009. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia setelah
Perubahan UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju. Jakarta: Predana
Media Group.
Abraham Amos. 2005. Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Bagir Manan. 2006. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: UII Press
__________dan Kuntana Magnar. 1993. Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
Indonesia. Bandung: Alumni.
Bisri Mustofa. 2009. Pedoman Menulis Proposal Skripsi dan Tesis. Yogyakarta:
Panji Pustaka.
Chairul Anwar. 2001. Konstitusi dan Kelembagaan Negara. Jakarta: CV.
Novindo Pustaka Mandiri.
Cholid Nurbuko dan Abu Achmadi. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT
Bumi Aksara.
Dahlan Thaib. 1988. Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945.
Yogyakarta: Liberty.
Henny Saida Flora Taringan.1996. Perbandingan Sistem pemerintahan
Presidensial di Indonesia dan Amerika Serikat. Medan: Medika Unika
Santo Thomas.
HB. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press.
Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata negara (Jilid I). Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
Mahmuzar. 2010. Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum
dan Sesudah Amandemen. Bandung: Nusa Media.
Marid. S.W. Sumardjono. 2001. Pedoman Pembuatan Usulan penelitian (Sebuah
Panduan dasar). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Masri Maris. 2004. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Jakarta: Biro
Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri.
Maswadi Rauf dkk. 2009. Sistem Presidensial dan sosok presidensial ideal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moh. Mahmud MD. 2000. Dasar dan Struktur ketatanegaraan Indonesia (Edisi
Revisi). Jakarta: Renika Cipta.
Mohammad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhammad Ridwan Indra. 1987. Kedudukan lembaga-lembaga negara dan hak
menguji menurut UUD 1945. Jakarta: Sinar grafika.
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ni’matul Huda. 2003. Politik Ketatanegaraan Indonesia Kajian Terhadap
Dinamika Perybahan UUD 1945. Yogyakarta: FH UII Press.
Saldi Isra. 2010. Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer
dalam Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sjahran Basah. 1994. Hukum Tata Negara Perbandingan. Bandung: Alumni.
Tatang M. Amirin. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
Makalah :
Harris Fadillah Wildan. 2010. Analisis Konstitusional Pengaturan Impeachment
Presiden dan Wakil Presiden antara Republik Indonesia dengan Amerika
Serikat dalam mewujudkan demokrasi”. Makalah disampaikan pada
seminar profesi, pada bulan April di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta (Makalah).
Jurnal:
Jimly Asshiddiqie .2006. Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Perspektif
Perubahan UUD 1945. Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Hukum dan HAM.
Taufiqurrahman Syahuri. 2004. Hukum Konstitusi, Proses dan Prosedur
Perubahan UUD 1945. Bogor. Ghalia Indonesia.
http://id.wikipedia.org /Kepala Negara. diakses 6 April 2011.
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
Konstitusi Amerika Serikat
Internet :
http://wikisource.org/wiki/konstitusi amerika serikat. diakses 13 Oktober 2010
commit to user