Sie sind auf Seite 1von 18

Karakterisasi Endapan Maar Ranu Segaran, Ranu Agung, dan Ranu

Katak Serta Evolusi Magma Pembentuk Maar Di Kecamatan Tiris,


Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK


PROGRAM STUDI S-2 TEKNIK GEOLOGI

DiajukanOleh:

Brilian Budi Prakosa


11/342889/PTK/08719

Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
Characterization of Maar Deposits From Ranu Segaran, Ranu Agung,
and Ranu Katak, As Well Magmatic Evolution That Form Maar
Eruption In Tiris District, Probolinggo Regency, East Java

Brilian Budi Prakosa1, Agung Harijoko2, I Wayan Warmada2


1) Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada;
email: biyyant_2428@yahoo.co.id
2) Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl.
Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Abstract
Maar-diatrem is a volcanic feature that is sought-after and advantageous in
mineral and geothermal exploration, as it gives a clear evidence of the presence of
hydrothermal system which potentially yields mineralization and geothermal energy.
Mount Lamongan has been defined as the area where numerous maar volcanoes exist.
The objectives of this study are: to interprete geological condition of research area; to
recognize the physical, mineral, and chemical characteristics of maar eruption deposits
in Ranu Segaran, Ranu Katak, and Ranu Agung; to understand the magma evolution
that is a heat source of maar eruption, as well as understanding the type of eruption and
sediment transport mecanism.
The methods used in this study are: Geological mapping of research area,
petrographic and SEM-EDX analysis to determine the mineralogical composition, X-
Ray Fluorescense Spectrometry (XRF) analysis to obtain rock geochemical data, and
granulometri analysis to know the characteristics of grain size distribution exist in
study area, and also the type of eruption and transport mecanism.
The result of this study states that the geological conditions in Tiris Area,
Probolinggo Regency, East Java located on mountainous and steep-slope hill
morphology. The lithology is dominated by volcanic deposit from Lamongan Volcano
that is classified as basaltic trachy andesite and basalt, and also sediment that is a
product of maar eruption with local distribution surrounding maar lake / crater. Maar
eruption deposits are divided into three types: pyroclastic fall, pyroclastic flow, and
(base surge)pyroclastic surge. The mineralogical content is dominated by andesine
plagioclase, hypersthene and augite clinopyroxene as phenocryst; and also microlith
plagioclase, opaque mineral (magnetite) and volcanic glass as groundmass. Moreover,
the chemical characteristics of maar deposit has SiO2 content range from 46,38 to
57,77 wt %, and rate of magma alkalinity classified in High-K calc alkaline to calc
alkaline. Magma from Lamongan volcanic complex had been differentiated by
fractionation crystallization proccess. Phreatomagmatic is the type of maar eruption in
research area, with transport mecanism involved gravity force, high density current and
also low density current.

Keywords: maar, characteristic, magmatic evolution


1. Pendahuluan
Maar-diatrem adalah fenomena gunungapi yang banyak dicari dan
menguntungkan dalam eksplorasi mineral maupun panasbumi, karena merupakan bukti
nyata hadirnya suatu sistem hidrotermal, yang potensial menghasilkan endapan mineral
dan energi panasbumi. Gunung Lamongan, seperti dinyatakan oleh Kemmerling (1922)
dan Noll (1967) dalam Carn (1999) , telah ditetapkan sebagai daerah tempat
berkembangnya gunungapi maar atau gunungapi dengan topografi negatif. Adanya
manifestasi panasbumi berupa mataair di daerah Tiris, atau terletak di sekitar maar Ranu
Segaran dan Ranu Agung, memunculkan suatu pertanyaan apakah magma yang menjadi
sumber panas dari mataair tersebut sama dengan sumber panas yang mengakibatkan
terbentuknya banyak maar di kompleks Gunungapi Lamongan, selain itu proses evolusi
magma yang ada di Kompleks Gunungapi Lamongan juga cukup menarik untuk
diketahui dan diteliti lebih lanjut. Belum adanya peneliti yang melakukan penelitian
terhadap masalah tersebut, membuat penelitian ini dirasa penting untuk dilakukan.
Lokasi penelitian terletak di Desa Segaran, Kecamatan Tiris, Probolinggo,
Jawa Timur, tepatnya di sisi lereng timur Gunung Lamongan dengan ketinggian
berkisar 1651 m.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik endapan maar di
Ranu Segaran,dan Ranu-ranu disekitarnya yang terdapat di daerah Tiris, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk
menginterpretasi kondisi geologi daerah Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur,
melalui pemetaan geologi. b) Mengetahui karakteristik fisik, mineral, dan kimiawi
endapan hasil erupsi maar di Ranu Segaran, Ranu Agung dan Ranu Katak. c) Untuk
mengetahui evolusi magma yang menjadi sumber panas penghasil erupsi yang
membentuk maar. d) Mengetahui jenis erupsi pembentuk maar dan mekanisme transport
endapan hasil erupsi tersebut.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemetaan geologi


daerah penelitian, kemudian melakukan analisis petrografi, dan SEM EDX untuk
mengetahui komposisi mineraloginya, analisis X-Ray Fluorescence Spectometry (XRF)
guna mendapatkan data geokimia batuan, dan analisis granulometri untuk mengetahui
karakteristik distribusi ukuran butir yang ada di daerah penelitian, sekaligus untuk
mengetahui tipe erupsi maupun mekanisme pengendapannya.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pemetaan geologi (skala 1 : 25.000)


Menurut geologi regional, daerah penelitian ini termasuk dalam produk
Gunungapi Lamongan dan Gunungapi Argopuro yang berumur kuarter dimana
litologinya terdiri dari: tuf halus-lapili, lahar, lava, breksi gunungapi, kemudian lava
Lamongan yang bersifat andesit-basaltik, dan endapan vulkanik Argopuro (Qva) disisi
kaki gunung bagian timur, yang terdiri dari: tuf, breksi gunungapi, lava dan lahar hasil
erupsi Gunung Argopuro.
Namun litologi yang menyusun daerah penelitian ini oleh peneliti dibedakan
menjadi beberapa satuan yang didasarkan atas genesanya, yaitu satuan lava andesit,
satuan piroklastik fall (piroklastik jatuhan), satuan piroklastik flow (aliran piroklastik),
satuan piroklastik surge (seruakan piroklastik), dan satuan breksi lahar. (lihat lampiran
peta)

3.2. Analisis Petrografi

Jumlah sayatan tipis yang diamati adalah sebanyak 16 sampel yang berasal dari
empat maar di kompleks Gunungapi Lamongan, yang terdiri dari bom, blok lava,
fragmen batuan dinding dan lava masif. Sampel-sampel tersebut memperlihatkan tekstur
hipidiomorfik granular yaitu bentuk mineral didominasi bentuk subhedra, ukuran
butirnya tidak seragam (inekuigranular), tesktur khusus terdiri dari intergranular,
porfiritik, poikilitik, dan plagioklas yang memiliki kembaran zoning. Secara umum,
komposisi mineral pada sayatan tipis terdiri dari fenokris berupa plagioklas,
ortopiroksen, klinopiroksen dan mineral opak yang tertanam di dalam massa dasar
berupa mikrolit plagioklas, mineral opak, dan mineral lempung.

3.3. Analisis XRF (X-Ray Fluorescence)


Analisis geokimia yang dilakukan pada sampel batuan menggunakan metode
XRF (X-Ray Fluorescence) pada 23 sampel batuan yang didapat dari empat maar di
daerah penelitian. Data XRF akan menghasilkan persentase berat oksida utama yang
terdiri dari SiO2, TiO2, CaO, Al2O3, FeO, K2O, MgO, MnO, Na2O, P2O5, serta LOI,
yaitu kandungan volatil pada batuan yang hilang setelah dibakar. (lihat lampiran hasil
analisis XRF). Berdasarkan diagram klasifikasi menggunakan TAS diagram, sampel
batuan dari daeah penelitian mayoritas termasuk kedalam basalt, dengan sedikit varian
tergolong basaltik andesit dan basaltik trachy-andesit.

Gambar 1. Klasifikasi menggunakan TAS diagram after Le Bas et.al (1986)

Selanjutnya untuk mengetahui seri atau afinitas magma yang terbagi menjadi
dua jenis alkali dan sub-alkali digunakan diagram SiO2 (% berat) versus alkali K2O (%
berat) meurut Middlemost (1975). Dari hasil pengeplotan pada diagram tersebut
diketahui bahwa magma yang menghasilkan basalt di daerah penelitian mayoritas
tergolong dalam seri magma sub-alkali, yaitu magma yang mempunyai kandungan
silika sedang dengan konsentrasi alkali yang rendah. Magma dengan afinitas sub-alkali
terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu calc-alkaline series dan tholeitic series.

Gambar 2. Hasil pengeplotan sampel menggunakan diagram SiO2 (wt%) vs K2O (wt%)
menurut Peccerillo & Taylor (1976) untuk mengetahui afinitas magma.

Pengeplotan selanjutnya dilakukan pada diagram SiO2 vs K2O menurut


Peccerillo & Taylor (1976) (lihat Gambar 4.4) didapatkan batuan pada daerah penelitian
mayoritas berada pada seri magma Calc-alkaline dan sedikit pada high K-calc alkaline.
Kandungan Ni dan Cr magma kompleks Gunungapi Lamongan jauh lebih
rendah daripada kandungan kedua unsur tersebut pada karakteristik magma primer.
Rendahnya kadar MgO, Ni, dan Cr pada magma Gunung Lamongan dan magma pemicu
erupsi maar kemungkinan disebabkan oleh proses diferensiasi setelah magma
meninggalkan sumber magma. Berdasarkan data geokimia magma kompleks
Gunungapi lamongan maka dapat disimpulkan bahwa magma tersebut telah mengalami
diferensiasi sehingga tidak lagi mencerminkan komposisi magma primernya.
Mineralogi penyusun pada batuan produk magmatisme kompleks Gunungapi
Lamongan dicerminkan pula oleh komposisi geokimianya. Pola yang ditunjukkan pada
diagram Harker untuk kandungan oksida magnesium menunjukkan nilai yang relatif
rendah untuk sampel yang berasal dari Ranu Katak dan Ranu Segaran, hal ini
mengindikasikan terjadinya pengurangan klinopiroksen dan olivin dalam magma dan
pengkayaan plagioklas dalam magma, berbeda dengan hasil yang ditunjukkan dari
sampel yang diambil dari Ranu Agung, magma masih kaya akan kandungan Mg dan
proses kristalisasi mineral ferromagnesian masih intensif berlangsung (lihat Gambar
3). Pola yang ditunjukkan pada diagram Harker untuk kandungan oksida Aluminium,
pada sampel yang diambil dari Ranu Katak terlihat mempunyai nilai yang lebih besar
jika dibandingkan dengan sampel yang diambil dari tempat lain, ini menunjukkan
pengkayaan plagioklas pada magma yang lebih lanjut, sekaligus magma yang lebih
asam. Pola yang ditunjukkan oleh diagram Harker untuk CaO dan FeO memperlihatkan
hasil yang mirip dengan tren garis negatif, dimana semakin tinggi kandungan SiO2,
maka kandungan FeO dan CaO akan semakin rendah. Sampel yang diambil dari Ranu
Agung menunjukkan kandungan oksida besi dan kalsium paling tinggi dibanding yang
lain, dan hal ini berarti belum terjadi pengkayaan SiO2 lebih lanjut, serta masih banyak
ditemukan dan masih terjadi kristalisasi mineral-mineral mafik seperti Plagioklas-Ca
dan klinopiroksen.
Pola yang ditunjukkan pada diagram Harker untuk kandungan oksida titanium
menunjukkan tren negatif seiring bertambahnya kadar SiO2, sedangkan nilainya
cenderung cukup tinggi untuk untuk magma andesitik pada zona tepi benua aktif, ini
mengindikasikan terjadi pengkayaan titanomagnetit pada magma, dan hal ini juga
diperkuat dari hasil analisis SEM-EDX yang dilakukan pada sampel untuk mengetahui
mineral logam yang ada, dan hasilnya pun juga menunjukkan terdapat konsentrasi tinggi
kation Ti pada magnetit. Pola yang ditunjukkan oleh diagram Harker untuk kandungan
P2O5 memberikan nilai yang rendah, fakta ini mengindikasikan ketidakhadiran apatit
pada kompleks vulkanik Lamongan (lihat Gambar 3) .
Pola kandungan oksida natrium dan oksida Kalium juga menunjukkan
kemiripan, keduannya mempunyai tren positif, yaitu semakin bertambah konsentrasi
SiO2 maka semakin bertambah pula nilai K2O dan Na2O dalam magma. Dari hasil yang
didapat, terlihat sampel yang berasal dari Ranu Segaran mempunyai nilai paling tinggi
dibandingkan dengan sampel yang diambil dari tempat lain, hal ini mengindikasikan
adanya pengkayaan mineral-mineral asam seperti plagioklas-Na, sedangkan sampel dari
Ranu Agung mempunyai nilai paling kecil, yang berarti masih banyak terdapat ion-ion
K dan Na yang terdapat didalam magma.
Komposisi mineral penyusun Kompleks Gunungapi Lamongan berdasarkan
hasil analisis sedikit mengalami perubahan antara maar satu dengan maar yang lain,
yang terlihat jelas adalah pada maar Segaran dimana fenokris piroksen yang dominan
adalah jenis klinopiroksen augit, sedangkan pada sampel dari maar lain dan sampel dari
lereng sebelah barat Gunungapi Lamongan yang notabene adalah lava paling muda
didominasi oleh fenokris piroksen jenis ortopiroksen Hipersten. Hal ini diperkuat oleh
komposisi geokimia dimana terjadi sedikit perbedaan yang bisa diamati, yaitu sampel
yang diambil dari Ranu Agung, dengan sampel yang berasal dari Ranu Segaran. Selain
itu kemiripan karakter geokimia antara Ranu Segaran dengan Ranu Kembar sangat
mungkin dipengaruhi oleh pola kelurusan struktur geologi, yang juga mengontrol
keluarnya magma menuju permukaan, hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh
Carn (1999) yang menyebutkan bahwa tren kelurusan dominan di Kompleks Gunungapi
Lamongan adalah NE-SW.
Anomali ditunjukkan oleh sampel dengan nomor BBP 12 yang diambil dari
lokasi sebelah timur Ranu Katak, dengan kandungan SiO2 mencapai 57,77 %, dan K2O
2,03 %, jauh lebih tinggi dari sampel-sampel batuan yang lain. Sampel ini merupakan
lava tua dari Gunung Lamongan berdasarkan klasifikasi Le Bas et.al (1986) masuk
kedalam jenis batuan andesit, kemudian hal ini juga menunjukkan bahwa magma
terdahulu dari Gunung Lamongan mempunyai afinitas seri high-K calc-Alkaline.
Gambar 3. Hasil pengeplotan oksida utama sampel menggunakan diagram
Harker
3.4. Analisis SEM-EDX

Analisis SEM-EDX dilakukan pada sayatan poles dari contoh batuan segar
untuk mengetahui kandungan mineral logam dan silikatnya.

Tabel 1. Hasil analisis SEM-EDX untuk mengetahui komposisi kimia mineral logam
maupun silikatnya.

Nomor Sampel Mineral


Fe3O4 (Magnetite),
BBP 09
Ca0,80 (Mg0,70,Al0,39)Si2O6 (Augite)
Plagioclase Ab29An71 (Bytownite)
BBP 16
Olivine Fo57 Fa43 (Forsterite)
Fe3O4 (Magnetite)
BBP 23
Olivine Fo78 Fa22 (Forsterite)
Ca0,57 (Mg0,55 Fe0,63)Si2O6 (Augite)
BBP 13
Olivine Fo59 Fa41 (Forsterite)
Fe3O4 (Magnetite)
BBP 14
Olivine Fo79 Fa21 (Forsterite)

3.5. Analisis Granulometri

Tabel 2. Hasil perhitungan parameter ukuran butir


No. Sampel Mean Sortasi Skewness Kurtosis
Sampel RK 1,32 (poorly 2,76 (very
0,9 0,61
(BBP 51) sorted) leptocurtic)
Sampel RS 1,69 (poorly 2,43 (very
0,25 0,66
(BBP 54) sorted) leptocurtic)
Sampel RKB/1A 1,6 (poorly 3,02 (extremely
-0,01 0,94
(BBP 53A) sorted) leptocurtic)
Sampel RKB/1B 1,11 (poorly 10,49 (extremely
-0,91 2,55
(BBP 53B) sorted) leptocurtic)
Sampel RKB/2A 1,17 (poorly 7 (extremely
-0,79 1,95
(BBP 52A) sorted) leptocurtic)
Sampel RKB/2B 1,57 (poorly 2,76 (extremely
0,02 0,82
(BBP 52B) sorted) leptocurtic)

3.6. Pembahasan
Data geokimia menunjukkan korelasi negatif antara MgO dan CaO dengan
SiO2, yang mengindikasikan terjadinya penggantian ortopiroksen oleh klinopiroksen
pada magma yang terdiferensiasi, serta perubahan tipe plagioklas yang kaya Ca menjadi
plagioklas yang lebih kaya Na. Sedangkan korelasi positif antara SiO2 dengan k2O dan
Na2O menunjukkan bahwa semakin lanjut diferensiasi magma terjadi maka kadar
Natrium dan Kalium akan meningkat, dan menghasilkan produk batuan yang kaya akan
mineral-mineral felsik / non-Ferromagnesian. Selain itu hubungan positif antara SiO2
unsur Zr juga menunjukkan adanya kristalisasi fraksional yang terjadi.
Secara umum alkalinitas magma pada kompleks Gunungapi Lamongan
mengalami perubahan, atau dengan kata lain karena tidak adanya data umur batuan dan
umur erupsi yang tersedia, hanya bisa membedakan seri alkalinitas magma menjadi dua
yaitu high-K calc-alkaline series dan calc-alkaline series.
Material hasil erupsi maar di kompleks Gunungapi Lamongan yang dijumpai di
berbagai lokasi pengamatan di lapangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: endapan
jatuhan piroklastik (pyroclastic fall), endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow), dan
yang ketiga adalah endapan seruakan piroklastik (pyroclastic surge). Ketiga jenis
endapan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari kenampakannya di
lapangan maupun dari hasil analisis di laboratorium. Perbedaan karakteristik dari ketiga
jenis endapan piroklastik menandakan bahwa mekanisme pembentukan (genesa) ketiga
jenis endapan piroklastik tersebut juga berbeda-beda, tetapi saling berkaitan satu sama
lain.
Piroclastic surge diinterpretasikan sebagai aliran piroklastik yang memiliki
konsentrasi partikel yang rendah. Rendahnya konsentrasi partikel menyebabkan
seruakan piroklastik hanya mampu membawa butiran yang berukuran abu-lapili saja.
Selain itu rendahnya konsentrasi partikel juga menyebabkan seruakan piroklastik
mampu membentuk struktur-struktur sedimen saat tubuh seruakan piroklastik tersebut
diendapkan. Sedangkan pyroclastic flow sendiri diinterpretasikan sebagai aliran block
and ash yang memiliki konsentrasi tinggi / sangat pekat. Tipe erupsi maar di daerah
penelitian adalah freatomagmatik, diidentifikasi dari bukti-bukti dilapangan seperti
accretionally lapili dan diperkuat oleh hasil analisis granulometri.

4. Kesimpulan

1. Kondisi geologi di daerah Kecamatan Tiris, Kabupaten probolinggo terletak


pada morfologi pegunungan dan perbukitan vulkanik berlereng terjal, litologinya
didominasi oleh endapan vulkanik hasil erupsi Gunungapi Lamongan dengan
jenis litologi basaltic trachy andesit dan basalt, serta endapan hasil letusan
maar, dengan sebaran lokal disekeliling danau maar.
2. Endapan material hasil erupsi maar Ranu Segaran, Ranu Katak, Ranu Kembar
dan Ranu Agung yang dijumpai di lapangan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
endapan jatuhan piroklastik, endapan aliran piroklastik, dan endapan seruakan
piroklastik.
Komposisi mineralogi batuan penyusunnya bersdasarkan analisis petrografis dan
SEM-EDX didominasi oleh plagioklas tipe andesin, ortopiroksen hipersten, dan
klinopiroksen augit sebagai fenokris, serta untuk massadasarnya tersusun oleh
mikrolit plagioklas, mineral opak (magnetit), dan gelas vulkanik.
Sedangkan karakteristik komposisi kimia dari material hasil erupsi maar-maar
tersebut memiliki kandungan SiO2 berkisar antara 46,38 – 57,77 % dan tingkat
alkalinitas magma High-K calc-alkaline hingga calc-alkaline.
3. Magma kompleks Gunungapi Lamongan telah mengalami proses diferensiasi dari
magma primernya, proses diferensiasi yang berlangsung adalah kristalisasi
fraksional.
4. Jenis erupsi pembentuk Maar Ranu Segaran dan sekitarnya adalah jenis
freatomagmatik, dibuktikan dari adanya pengaruh air yang signifikan
berdasarkan kenampakan accretionary lapili dan struktur silangsiur pada
endapan seruakan piroklastik.
Mekanisme pengendapan pada endapan jatuhan piroklastik, adalah
pengendapan langsung melalui media udara oleh gaya gravitasi. Mekanisme
pengendapan endapan aliran piroklastik (block & ash flow) adalah melalui arus
dengan konsentrasi partikel tinggi. Sedangkan mekanisme pengendapan endapan
seruakan piroklastik yang memiliki ukuran butir rata-rata 0,5 - 2 mm, dan poorly
sorted adalah melalui arus dengan konsentrasi partikel rendah.

Daftar Pustaka
Carn, S.A. 1999. The Lamongan Volcanic Field, East Java, Indonesia: Physical
Volcanology, Historic Activity and Hazard. Journal of volcanology and geothermal
research, vol.95, 81-108 p.
Carn, S.A., Pyle, D.M., 2001. Petrology and Geochemistry of the Lamongan Volcanic
Field, East Java, Indonesia: Primitive Sunda Arc Magmas in an Extensional
Tectonic Setting?. Journal of Petrology, vol.42, 9, 1643-1683 p.
Lorenz, V., 2006. Syn – and post posteruptive hazard of maar-diatreme volcanoes.
Journal Volcanology and Geothermal Research, 159, p285-312
MacKenzie, W.S., Donaldson, C.H dan Guilford, C., 1982, Atlas of Igneous Rock and
Their Textures, Longman, England
Middlemost, E.A.K., 1985, Magmas and Magmatic Rocks, An Introduction To Igneous
Petrology, Longman, New York.
LAMPIRAN

1. Peta

12
13
2. Hasil Analisis X-Ray Fluorescense

Nomor sampel BBP01/RK001 BBP02/RK003 BBP03/RK004 BBP05/RK005 BBP6/RK007 BBP07/RK008 BBP10/RS001

Lokasi Ranu Katak Ranu Katak Ranu Katak Ranu Katak Ranu Katak Ranu Katak Ranu Segaran
Tipe batuan massive lava lava bomb lava block lava boulder lava bomb massive lava lava boulder
Series old lava Primary ejecta of wall rock wall rock Primary ejecta old lava wall rock
maar eruption fragmen fragmen of maar eruption fragmen
SiO2 47,88 47,92 48,20 49,22 47,58 48,41 51,12
TiO2 1,34 1,41 1,27 1,11 1,39 1,17 1,03
Al2O3 20,47 20,12 20,64 21,20 20,60 20,61 18,78
FeO 10,58 11,19 10,33 9,90 10,88 11,23 9,56
MnO 0,2 0,21 0,19 0,18 0,20 0,20 0,17
MgO 3,88 4,02 3,84 3,07 3,94 4,18 3,72
CaO 11,38 11,07 11,20 10,83 11,59 10,65 10,16
Na2O 3,19 2,84 3,24 2,99 2,85 2,72 2,48
K2O 0,86 0,83 0,87 0,63 0,76 0,53 1,06
P2O5 0,08 0,07 0,09 0,17 0,06 0,13 0,26
LOI 0 0,17 0 0,54 0 0 1,48
Total (wt%) 99,86 99,85 99,87 99,84 99,85 99,83 99,82
V 420 371 378 315 391 398 278
Cr 2 0 6 0 0 0 14
Co 17 14 11 4 21 15 13
Ni 0 0 0 0 0 0 15
Cu 78 85 75 143 88 109 196
Zn 25 47 35 44 34 39 62
Pb 0 0 0 0 0 0 0
As 5 7 5 4 3 4 8
Mo 0 0 0 0 0 0 1
Rb 10 10 9 8 9 7 31
Sr 366 398 357 493 410 453 592
Ba 401 412 340 438 411 411 390
Y 19 19 19 18 19 16 19
Zr 42 47 41 52 44 43 71
Nb 3 3 4 3 3 3 7

14
Nomor sampel BBP13/RS002 BBP14/RS003 BBP15/RS005 BBP17/RK007 BBP08/RA002 BBP09/RA004 BBP18/RA005

Lokasi Ranu Segaran Ranu Segaran Ranu Segaran Ranu Segaran Ranu Agung Ranu Agung Ranu Agung
Tipe batuan Lava block lava boulder Massive lava lava boulder Massive lava massive lava lava boulder
Wall rock Wall rock wall rock wall rock
Series old lava Old lava old lava
fragment fragment fragment fragment
SiO2 53,23 50,01 51,77 52,33 47,20 47,33 48,49
TiO2 1,04 0,92 1,17 0,98 1,02 0,99 1,11
Al2O3 19,81 18,38 16,25 18,48 18,21 18,49 20,12
FeO 8,10 10,23 10,54 9,89 10,57 10,50 10,76
MnO 0,16 0,26 0,33 0,27 0,19 0,19 0,25
MgO 2,14 4,48 4,43 3,57 7,91 7,42 3,88
CaO 8,73 9,76 7,53 9,28 12,17 12,23 11,09
Na2O 3,05 3,13 3,76 3,81 2,13 2,25 3,32
K2O 2,27 1,79 2,39 1,01 0,37 0,37 0,69
P2O5 0,39 0,41 0,47 0,18 0,10 0,10 0,10
LOI 0,27 0,39 1,10 0 0 0 0
Total (wt%) 99,19 99,76 99,74 99,80 99,87 99,87 99,81
V 206 277 304 280 375 358 431
Cr 0 27 0 8 146 133 6
Co 4 36 33 27 11 39 39
Ni 4 21 6 5 38 39 4
Cu 235 78 122 0 64 91 0
Zn 40 12 21 14 54 57 6
Pb 0 15 1 54 0 0 63
As 5 0 0 0 3 4 0
Mo 0 0 1 0 0 0 0
Rb 55 46 60 18 4 4 12
Sr 654 643 615 417 307 306 389
Ba 827 733 933 480 228 227 305
Y 21 23 31 27 14 14 21
Zr 119 78 110 84 27 31 51
Nb 10 6 8 3 3 3 2

15
Nomor sampel BBP12/RK003 BBP22/RA007 BBP26/RA010 BBP25/RKM006 BBP04/RKM001 BBP16/RKM003 BBP24/RKM04

Lokasi Ranu Katak Ranu Agung Ranu Agung Ranu Kembar Ranu Kembar Ranu Kembar Ranu Kembar
Tipe batuan lava block lava boulder lava boulder massive lava lava block Lava block lava boulder
Series old lava Wall rock wall rock old lava old lava old lava wall rock
fragment fragment fragment
SiO2 57,77 47,72 46,38 51,72 51,67 49,59 49,69
TiO2 1,33 1,32 1,43 0,95 0,97 0,97 0,99
Al2O3 16,32 18,85 18,78 18,66 20,84 18,63 18,71
FeO 9,05 11,82 12,34 9,94 9,47 10,36 10,48
MnO 0,17 0,29 0,27 0,26 0,20 0,25 0,25
MgO 2,19 4,34 4,72 3,99 2,99 4,90 4,65
CaO 6,95 11,03 11,74 9,54 9,91 9,84 9,97
Na2O 3,21 3,25 3,13 3,65 3,00 3,16 3,18
K2O 2,03 0,90 0,81 0,93 0,63 1,43 1,44
P2O5 0,27 0,09 0,08 0,17 0,18 0,37 0,38
LOI 0,53 0,21 0,13 0 0 0,31 0,05
Total (wt%) 99,82 99,82 99,81 99,81 99,86 99,81 99,79
V 235 387 498 282 246 304 313
Cr 0 0 8 20 0 24 28
Co 15 37 44 33 7 38 36
Ni 8 2 5 12 0 28 22
Cu 125 0 0 0 97 34 25
Zn 66 2 0 14 49 16 16
Pb 8 71 71 55 0 30 31
As 12 0 0 0 10 0 0
Mo 2 0 0 0 0 0 0
Rb 56 14 12 17 8 36 36
Sr 343 451 404 408 500 552 556
Ba 869 421 385 48 562 448 471
Y 37 24 23 25 19 24 24
Zr 161 53 47 75 65 73 74
Nb 9 2 2 3 4 4 5

16
Nomor sampel BBP21/RA006 BBP23/RK008
Lereng barat Lereng barat Gn.
Lokasi Gn. Lamongan Lamongan
Tipe batuan Lava block lava block
Series Fresh lava Fresh lava
SiO2 48,70 48,50
TiO2 1,01 1,08
Al2O3 18,52 20,50
FeO 10,89 10,50
MnO 0,26 0,24
MgO 5,83 3,60
CaO 10,92 11,21
Na2O 2,95 3,36
K2O 0,61 0,69
P2O5 1,45 0,10
LOI 0 0,05
Total (wt%) 101,14 99,83
V 351 413
Cr 29 6
Co 46 37
Ni 23 5
Cu 0 0
Zn 8 4
Pb 66 63
As 0 0
Mo 0 0
Rb 10 12
Sr 410 387
Ba 293 337
Y 20 21
Zr 52 49
Nb 2 2

17
18

Das könnte Ihnen auch gefallen