Sie sind auf Seite 1von 17

MAKALAH AUDIT 1

TEORI, KONSEP DASAR DAN STANDAR AUDIT

Dosen:

1. Dr. Fadli Moh. Saleh, SE., MABM., Ak.


2. Tenripada, SE., M.Sc., Ak.

Disusun Oleh :

Muh. Kasrul C30117034

Fadhilla Septiani Taswin Limu C30117055

Anastasya Paramitha C30117058

Anggie Arinie Dimietrie C30117214

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Profesi Akuntan Publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan
auditor yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang
audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Profesi akuntan publik
bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan,
sehingga masyarakat memperoleh informasi laporan keuangan yang andal sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri
telah memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan publik. Dan yang menjadi pertanyaan besar dalam masyarakat adalah
mengapa justru semua kasus tersebut melibatkan profesi akuntan publik yang
seharusnya mereka sebagai pihak ketiga yang independen yang memberikan jaminan
atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan. Mardisar dan Sari (2007)
mengatakan bahwa kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa
kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan audit. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting
sebagai etika yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaanya.

B.Tujuan Makalah
1. Untuk memahami Teori Dasar Auditing
2. Untuk memahami Konsep Dasar Auditing
3. Untuk memahami Standar Auditing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Dasar Auditing


Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak orang yang berbicara
tentang teori auditing sebagai lawan kata praktik auditing. Pada umumnya, orang
menganggap auditing hanya suatu rangkaian prosedur, metode dan teknik. Auditing
tidak lebih dari pada sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit
penjelasan, uraian, rekonsiliasi, dan argumentasi. Teori dapat di klasifikasikan
berdasarkan sifat menjadi dua, yaitu teori normatif, dan teori deskriptif. Teori
normatif merupakan teori yang seharusnya di laksanakan. Teori deskriptif merupakan
teori yang sesungguhnya di laksanakan.
Professor R. K. Mautz dan H. A. Sharaf dengan bukunya “ The Philosophy of
Auditing “, merupakan tokoh pertama yang melakukan usaha memberikan teori
normatif Auditing. Profesor C. W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan
pemikiran dari Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori auditing
yaitu :.

a. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian.

b. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.

c. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen


tersebut.

d. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.

e. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.

Teori-teori yang berkaitang dengan auditing yaitu : Teori Keagenan (Agency


Theory) , Teori Legitimasi, Teori GON, Teori Kecurangan (Fraud Theory).
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu
antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen sebagai agent. Teori
keagenan lahir sekitar tahun 1970an, berawal dari adanya bentuk korporasi
yang memisahkan dengan tegas antara kepemilikan perusahaan dengan
kontrol atau dengan kata lain ada pemisahan yang jelas antara pemilik
perusahaan dengan pihak manajemen. Secara garis besar teori agensi
dikelompokkan menjadi dua yaitu positive agency research dan principal
agent research
2. Teori Legitimasi
Teori legitimasi (Legitimacy theory) berfokus pada interaksi antara
perusahaan dengan masyarakat . Teori ini menyatakan bahwa organisasi
adalah bagian dari masyarakat sehingga harus memperhatikan norma-norma
sosial masyarakat. Deegandan Tobin (2002) menyatakan bahwa legitimasi
perusahaan akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang
diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntuntan
dari masyarakat
3. Teori GONE
Teori GONE menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan adanya
korupsi . Faktor-faktor yang menyebabkan korupsi:
a. Greeds (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang
secara potensial ada didalam diri setiap orang.
b. Opportunities (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau
instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa,sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
c. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor faktor yang dibutuhkan oleh
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
d. Exposures (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan
melakukan kecurangan
4. Teori Kecurangan (Fraud Theory)
Kecurangan (Fraud) merupakan suatu tindakan yang umumnya
dilakukan secara sengaja oleh seseorang dengan tujuan untuk menguntungkan
dirinya sendiri. Ada beberapa teori mengenai kecurangan diantaranya:
a. Triangle Fraud
b. Scale Fraud
c. Diamond Fraud
d. Fraud Crowe Pentagon
e. Fraud Tree

B. Konsep Dasar Auditing

Konsepsi dapat didefinisikan sebagai ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak


yang membantu dalam mensistematiskan fungsi atau tindakan untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Konsepsi dasar pemeriksaan akuntan menyediakan dasar konseptual
bagi penetapan tujuan-tujuan pemeriksaan tersebut, pada gilirannya, akan
menyediakan dasar konseptual untuk menentukan sifat dan luas dari prosedur-
prosedur pemeriksaan akuntan yang diperlukan untuk memenuhi Norma Pemeriksaan
Akuntan.

Dalam teori auditing ada lima konsep dasar yang dikemukakan oleh Mautz
dan Sharaf, yaitu:

1. Bukti (evidence)

Tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian, sebagai dasar untuk


memberikan kesimpulan, yang dituangkan dalam pendapat auditor. Bukti harus
diperoleh dengan cara-cara tertentu agar dapat mencapai hasil yang maksimal
sesuai yang diinginkan. Bukti dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

a. Authoritarianisme, yaitu bukti yang diperoleh berdasarkan informasi dari


pihak lain
b. Mistikisme, yaitu bukti dihasilkan dari intuisi.
c. Rasionalisasi, yaitu pemikiran asumsi yang diterima,
d. Empidikisme, yaitu pengalaman yang sering terjadi,
e. Pragmatisme, yaitu merupakan hasil praktik,
2. Kehati-Hatian Dalam Pemeriksaan

Konsep ini berdasarkan adanya issue pokok tingkat kehati-hatian yang


diharapkan pada auditor yang bertanggung jawab (prudent auditor). Dalam hal ini
yang dimaksud dengan tanggung jawab yaitu tanggungjawab seorang profesional
dalam melaksanakan tugasnya. dengan konsep konservatif. Auditor juga seorang
manusia, oleh karenanya meskipun seseorang sudah disebut sebagai auditor yang
berpengalaman dan memiliki profesionalisme yang tinggi pasti juga tak luput dari
kesalahan, namun sebagai seorang yang profesional ia dituntut untuk dpt
melaksanakan pekerjaannya dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.

3. Penyajian Atau Pengungkapan Yang Wajar

Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas


(tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi,
dan aliran kas perusahaan yang wajar.

Konsep ini dijabarkan lagi dalam tiga sub konsep, yaitu:

a) Accounting propriety yang berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi


tertentu, dalam kondisi tertentu.
b) Adequate Disclosure yang berkaitan dengan jumlah dan luasnya
pengungkapan.
c) Audit obligation yang berkaitan dengan kewajiban auditor untuk bersikap
independen dalam memberikan pendapat.
4. Independensi

Yaitu suatu sikap yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam
melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor
akan independen terhadap laporan keuangan yang diperiksannya, dari pembuat
dan pemakai laporan-laporan keuangan. Konsep independensi berkaitan dengan
independensi pada diri pribadi auditor secara individual (practitioner-
independence), dan independen pada seluruh auditor secara bersama-sama dalam
profesi (profession-independence).

a. Practioner- Independence

Merupakan pikiran, sikap tidak memihak, dan percaya diri yang


mempengaruhi pendekatan auditor dalam pemeriksaan. Harus independen dalam
memilih aktivitas, berhubungan secara profesional, dan kebijakan mabajemen yg
akan diperiksannya (investigation –independence), dan harus independen dalam
mengemukakan fakta hasil pemeriksaannya yang tercermin dalam pemerian
pendapat dan rekomendasi yg diberikan (reporting- independence)

b. Profession Independence

Merupakan persepsi yang timbul dari anggota masyarakat keuangan /


bisnis dan masyarakat umum tentang profesi akuntan sebagai kelompok.

Ada tiga aspek Independensi auditor yaitu :

a. Independensi dalam kenyataan (independence in fact), dlm diri auditor,


yg berupa kejujuran dlm mempertimbangkan fakta yg ditemui dalam
auditnya;
b. Independensi dalam penampilan (independence in appearance), ditinjau
dari sudut pandang pihak lain yg mengetahui ingformasi yg bersangkutan
dengan diri auditor. mis,. pengacara klien, pemilik, milik saudara dll;
c. Independensi sari sudut keahliannya (kompetensi), pengetahuan luas dan
keahlian yg matang.
5. Etika Perilaku

Etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep perilaku yang ideal dari
seorang auditor profesional yang independen dalam melaksanakan audit.
Keyakinan yang disediakan oleh auditPengguna laporan keuangan yg diaudit
mengharapkan auditor untuk:

a. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi,


dan objektivitas;
b. Mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja;
c. Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan.

C. Standar Auditing

Standar auditing adalah standar/aturan/kriteria yang ditetapkan dan disahkan


oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi 3 bagian yaitu standar umum,
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta interpretasinya.

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.


Standar auditing terdiri dari 10 standar yang dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). PSA memberikan penjelasan lebih lanjut masing-masing standar
yang tercantum dalam standar auditing. Standar Umum mengatur syarat-syarat diri
auditor; standar pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanan auditing, dan Stadar
pelaporan memberikan panduan bagi audiitor dalam mengkomunikasikan hasil
auditnya elalui laporan audit kepada pemaki informasi keuangan Standar auditing
yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik dalam Pernyatan
Standar Auditing (PSA) No.01 (SA Seksi 150).

Di negara lain contohnya Amerika Serikat standar ini dikeluarkan oleh the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan standar auditnya
bernama Generally Acceptef Auditing Standards (GAAS).

Pernyataan Standar Auditing (PSA)

Standar auditing dijelaskan di dalam PSA adalah ketentuan-ketentuan dan


pedoman utama yang harus diterapkan oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan
audit nantinya. Kepatuhan terhadap PSA yang disahkan oleh IAPI bersifat wajib bagi
seluruh anggota IAPI. Di dalam PSA terdapat interpretas Pernyataan Standar
Auditing (IPSA) yang merupakan interpretasi yang resmi dikeluarkan oleh IAPI
terhadapap ketentuan yang ada dalam PSA. IPSA dapat memberikan jawaban atas
pernyataan atau keraguan dari penafsiran ketentuan-ketentuan yang termuat dalam
PSA yang artinya interpretasi ini lebih dan luas dari berbagai ketentuan-ketentuan di
dalam PSA.

1. Standar Umum
a) Audit harus dilaksankan oleh seorang atau lebih yang memilki keahlian
dan pelatihan teknis cukup dalam auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus dipeoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai deangan prinsif akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika aa,
ketidakkonsistenan penerapan prinsif akuntansi dalam penyusunan laporan
keungan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatak lain dalam laporan auditor.
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan/ Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yanng jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada , dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat


normatifyang terbagi atas beberapa teori seperti teori keagenan (agency theory),
teori legitimasi, teori GON, teori kecurangan (fraud theory).

Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan


observasi, dan dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu
subyek, dan perbedaan-perbedaannya dengan subyek yang lain. Adapun konsep
tersebut yaitu bukti (evidence), Kehati-Hatian Dalam Pemeriksaan, Penyajian Atau
Pengungkapan Yang Wajar, Independensi, Etika Perilaku,

Standar Auditing adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang


berubah. Standar auditing terdiri dari 10 standar yang dirinci menjadi 3 pokok yaitu
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat agar dapat menjadi tambahan


pengetahuan bagi kita semua untuk lebih memahami Kode Etik Profesi Akuntan.
Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum
sesuai apa yang di harapkan, untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak
lagi dari guru pembimbing dan teman-teman semua.
KASUS

A. Audit PT Telekomunikasi Indonesia

Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka


pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002,
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto. Pada audit ini disusun oleh PT
TELKOM selaku induk perusahaan yang di dalamnya berisi laporan keuangan
masing-masing anak perusahaannya. Salah satu anak perusahaan yang laporan
keuangannya tahun 2002-nya dimasukan adalah PT. Telekomunikasi Seluler
(TELKOMSEL). Bahwa audit TELKOMSEL dilakukan oleh KAP Hadi Sutanto dan
Rekan, bahwa kaitannya KAP Hadi Sutanto melanggar undang-undang nomor 5
tahun 1999. Dimana dengan sengaja memberi interpretasi yang salah terhadap PT
Telkom, PT Telkomsel dan United States Securities and Exchange Commission
mengenai ketentuan standar audit Amerika.

Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan
meminta kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga
auditor kedua tesebut mengalami kesulitan. Karena banyak hal-hal yang harus dikaji
ulang, dimana KAP Eddy Pianto dapat meneruskan hasil audit yang sebelumnya telah
dilakukan oleh KAP Hadi Sutanto. Hal tersebut menyebabkan KAP Eddy Pianto
terhalangi untuk bersaing di lantai bursa.

Karena audit PT Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika maka harus
mengikuti aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange,
dengan demikian aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya
yang harus dijalani adalah filling 20-F yaitu form laporan keuangan dan laporan
manajemen dengan KAP yang terpercaya.
Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa, PT Telkom mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh auditor
independen secara berkala tiap tahunnya. Sedangkan syarat-syarat auditor untuk
mengaudit PT. Telkomsel haruslah KAP yang mempunyai kriteria sebagai berikut :

a) Kualitas audit yang optimal


b) Ketepatan waktu penyelesaian audit
c) Harga jasa yang wajar
d) Merupakan akuntan publik Indonesia yang mempunyai afiliasi dengan
Kantor Akuntan
e) Publik Internasional yang termasuk 5 (lima) besar dunia
f) Mempunyai rencana untuk peningkatan internal control dari perseroan
guna mendukung
g) kualitas laporan keuangan perseroan tanpa mengurangi kualitas dan
independensi audit.

B. Sanksi Terhadap KAP Eddy Pianto

Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto Nomor : S-


1381/PM/2003 tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban untuk Tidak Melakukan
Kegiatan Usaha di Bidang Pasar Modal, Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon,
partner KAP Eddy Pianto, untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal
terhitung sejak tanggal surat ini sampai diputuskan lebih lanjut oleh Bapepam.
Keputusan tersebut didasarkan pada penolakan Laporan Keuangan Konsolidasi PT.
Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang menyebabkan perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange dalam bentuk IDR dihentikan
sementara dan diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom di Bursa Efek Jakarta
turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya, serta memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan Indeks Harga Saham Gabungan.
Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas
pada persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk
menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik yang independen dan merosotnya
kepercayaan pada auditor lokal. KAP Hadi Sutanto dan rekan menimbulkan
ketidakpastian usaha bagi auditor karena kewenangan mereka untuk melakukan
kegiatan jasa audit dapat dipermasalahkan oleh sesama auditor yang seharusnya
saling bekerjasama dan menghormati satu sama lain.

C. Pelanggaran Pasal 107 Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Hadi
Sutanto Dan Rekan

Dalam Pasal 107,“Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau
merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan,
menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan
catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk
Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk
merugikan atau menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Hadi Sutanto
dan rekan mencoba untuk menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang
saham dari perseroan induk maupun anak perusahaannya yakni TELKOM dan
TELKOMSEL. Karena hasil auditnya tidak diberikan izin maka KAP Eddy Pianto
dan rekan mengalami kesulitan dalam mengacu auditnya.

Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan


form 20-F yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu
merupakan alasan mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak
berdasar hukum sama sekali. Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan
kemudahan bagi KAP selanjutnya yang akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar
modal yang dikeluarkan oleh Bapepam tidak memperbolehkan persaingan yang tidak
sehat. Sebagai sesama auditor seharusnya saling menghormati dan tidak saling
menjatuhkan reputasi.

“Mengaburkan” dan “menyembunyikan” dalam pasal tersebut juga dapat


diterapkan pada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak
mengizinkan acuan sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu
dokumen-dokumen apa saja yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit
beserta opininya sehingga PT Telkom melakukan inpermission atas hasil kerja KAP
HS yang saat itu waktunya sangat terbatas.

Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada kasus yang menimpa
Kantor Audit Publik (KAP) Hadi Sutanto dan rekan yang telah merugikan PT
Telekomunikasi Indonesia. Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel),
Kantor Audit Publik (KAP) Eddy Pianto dan rekan, Bapepam, dan SEC. Karena
kecerobohannya tersebut indeks harga saham gabungan Telkom anjlok dan
mengalami kerugian karena adanya isu tidak transparansi keuangannya.

D. Ketertarikan Terhadap Kasus Audit PT Telkom

Masalah audit yang dialami PT Telkom menjadi menarik karena terdapat dua
KAP yang saling tidak harmonis yaitu KAP Hadi Sutanto partner PwC dan KAP
Eddy Pianto partner Grant Thornton. KAP HS dalam perjalanannya mengundurkan
diri dalam mengaudit PT Telkomsel dikarenakan untuk menghindari kerugian jika
berafiliasi dengan KAP EP. Alasan pengunduran diri KAP HS diantaranya adalah :

 KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP


 KAP HS meragukan hak praktek KAP EP di hadapan BAPEPAM AS.
 KAP HS mengetahui bahwa SEC (Security Exchange Commision) tidak
mengakui keberadaan KAP EP berkaitan dengan keraguannya atas
kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditornya.

Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu
pernah dilakukan oleh KAP HS, tetapi KAP HS menolak untuk memberitahu hasil
audit yang pernah dilakukannya. Penolakan izin tehadap hasil audit sebelumnya
dikarenakan KAP HS tidak diperbolehkan untuk melihat 20-F milik Telkom.

E. Solusi dari Kasus Audit PT Telkom

KAP HS dan KAP EP dikenakan sanksi yang berbeda. Sanksi yang diberikan
kepada KAP HS yaitu KAP HS harus membayar denda sebesar Rp20 Milyar ke Kas
Negara dengan uang paksa sebesar Rp10 juta per hari. Denda itu harus dibayar
maksimal 30 hari setelah pemberitahuan keputusan dari KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha). Sanksi ini dikenakan karena KAP HS dan Rekan terbukti bersalah
dan mengakibatkan rusaknya kualitas audit KAP EP atas laporan keuangan
konsolidasi PT. Telkom tahun buku 2002. KAP HS juga melanggar kode Etik
Akuntan Indonesia.

Dengan kejadian seperti ini seharusnya sesama KAP perlu kerja sama dan
saling mendukung dalam menjalankan tugasnya serta patuh terhadap kode Etik
Akuntan Indonesia agar terhindar dari persaingan usaha dan konflik kepentingan.
Perusahaan dan KAP juga harus menjalankan tugas sesuai peraturan yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://memoryofokta.blogspot.com/2010/06/teori-konsep-dasar-dan-standar-
auditing.html

http://prima-yulivani28211028.blogspot.com/2013/12/teori-auditing.html

https://www.slideshare.net/risdaskieran/konsep-dasar-dan-standar-audit

http://tersandungduniamaya.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-auditing.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-standar-auditing-10-point-
penjelasan/

https://ritongadawani.wordpress.com/standar-auditing/

https://marieffauzi.wordpress.com/2016/04/03/kasus-audit-pt-telkom/

Das könnte Ihnen auch gefallen