Sie sind auf Seite 1von 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik
Farmakologifakultas kedokteran Universitas Mulawarman
Penulis menyadari bahwa Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Ika Fikriah atas waktu dan ilmu yang telah
diberikan kepada penulis selama penulis menjalani kepaniteraan klinik di bagian
farmakologi
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan Laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi banyak pihak.

Penulis
2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................1


Daftar Isi ......................................................................................2

1
Tinjauan Pustaka.........................................................................3
Kasus ...........................................................................................9
Daftar Pustaka ............................................................................22

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 HIV-AIDS
1.1.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi.Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae.Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung
pada enzim reverse transcriptase untuk dapat manusia, dan menimbulkan kelainan
patologi secara lambat.Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2 (Zein,
2006).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
atau penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili Retroviridae.
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV (Djoerban & Djauzi, 2009).

1.1.2 Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus (HIV) termasuk dalam retrovirus anggota


subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya
nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur.
Setelah virus hivmasuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit
CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus
ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari
RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase.
Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang
penting.Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang
progresif (Borucki, 1997).Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara
infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12

3
minggu.Selama masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ
limfoid.Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4.

Gambar 2.1.Struktur anatomi HIV (TeenAIDS, 2008).

Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah


infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun
tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa
berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus yang
meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan
dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam,
dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki
waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan
reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida
dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian (Brooks, 2005).
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit
klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. (Brooks,
2005).Infeksi oportunistik dapat terjadi karena pada pengidap HIV terjadi
penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga
beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu.

4
Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan
menimbulkan penyakit (Zein, 2006).

1.1.3 Transmisi
Penularan HIV/AIDS melalui cairan tubuh yang mengandung virus
HIV dengan cara melakukan hubungan seksual, jarum suntik pada pengguna
narkoba, transfusi darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang
dilahirkannya. Sehingga kelompok yang memiliki resiko tinggi terinfeksi
HIV ini adalah pengguna narkoba, pekerja seks komersil dan pelanggannya,
serta narapidana (Djoerban & Djauzi, 2009).

1.1.4 Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis infeksi HIV, terdapat beberapa
pemeriksaan yang dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologi untuk
mendeteksi antibodi terhadap HIV yang biasanya menggunakan teknik
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau dot-blot
immunobinding assay dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus
HIV. Pemeriksaan untuk mendeteksi HIV ini dapat dilakukan dengan cara isolasi
dan biakan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi genetik dalam darah
pasien (Djoerban & Djauzi, 2009).

1.1.5. Gejala Klinis


Stadium Klinis HIV/AIDS Untuk Dewasa dan Remaja adalah sebagai berikut :
1.Infeksi primer HIV
a) Asimptomatik
b) Sindroma retroviral akut

2.Stadium Klinis 1
a) Asimptomatik
b) Limfadenopati meluas persisten

3.Stadium Klinis 2

5
a) Berat badan menurun yang sebabnya tidak dapat dijelaskan
b) Infeksi saluran napas berulang (sinusitis, tonsilitis, bronkitis, otitis media,
faringitis)
c) Herpes zoster
d) Cheilits angularis
e) Ulkus mulut berulang
f) Pruritic papular eruption (PPE)
g) Dermatitis seboroika
h) Infeksi jamur kuku
4.Stadium Klinis 3
a) Berat badan menurun yang tidak dapat dijelaskan sebabnya ( > 10%)
b) Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan sebabnya lebih dari 1 bulan
c) Demam yang tidak diketahui sebabnya (intermiten maupun tetap selama lebih
dari 1 bulan)
d) Kandidiasis oral persisten
e) Oral hairy leukoplakia
f) Tuberkulosis (TB) paru
g) Infeksi bakteri yang berat (empiema, piomiositis, infeksi tulang atau sendi,
meningitis, bakteriemi selain pneumonia)
h) Stomatitis, gingivitis atau periodontitis ulseratif nekrotikans yang akut
i) Anemia (Hb < 8 g/dL), netropeni (< 500/mm3), dan/atau trombositopeni kronis
(< 50.000/mm3) yang tak dapat diterangkan sebabnya

5.Stadium Klinis 4
a) HIV wasting syndrome (berat badan berkurang >10% dari BB semula, disertai
salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (>1 bulan) atau
kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas).
b) Pneumonia pneumocystis
c) Pneumonia bakteri berat yang berulang
d) Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, anorektal atau genital lebih dari
sebulan atau viseral dimanapun)
e) Kandidiasis esofagus (atau di trakea, bronkus atau paru)

6
f) Tuberkulosis ekstra paru
g) Sarkoma Kaposi
h) Infeksi Cytomegalovirus (retinistis atau infeksi organ lain)
i) Toksoplasmosis susunan saraf pusat
j) Ensefalopati HIV
k) Kriptokokus ekstra paru termasuk meningitis
l) Infeksi mikobakterium non-tuberkulosis yang luas (diseminata)
m) Progressive multifocal leucoencephalopathy
n) Kriptosporidiosis kronis

7
1.1.6. Pengobatan
Ada tiga golongan utama ARV yaitu
A. Penghambat masuknya virus Bekerja dengan cara berikatan dengan subunit
GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel dihambat.
Satu-satunya obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid.
B. Penghambat reverse transcriptase enzyme
I. Analog nukleosida (NRTI)
NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat) dan

8
selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga
perubahan RNA menjadi DNA terhambat. Selain itu NRTI juga menghentikan
pemanjangan DNA.
 analog thymin:zidovudin (ZDV/AZT)dan stavudin (d4T)
 analog cytosin : lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ddC)
 analog adenin : didanosine (ddI)
 analog guanin : abacavir(ABC)
II. Analog nukleotida (NtRTI)
Mekanisme kerja NtRTI pada penghambatan replikasi HIV sama dengan
NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi.
 analog adenosin monofosfat: tenofovir
III. Nonnukleosida (NNRTI)
Bekerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi berikatan
langsung dengan reseptor pada RT dan tidak berkompetisi dengan nukleotida
natural. Aktivitas antiviral terhadap HIV-2 tidak kuat.
 nevirapin (NVP)
 efavirenz (EFV)
A. Penghambat enzim protease (PI) ritonavir (RTV)
Protease Inhibitor berikatan secara reversible dengan enzim protease yang
mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan untuk proses akhir
pematangan virus. Akibatnya virus yang terbentuk tidak masuk dan tidak
mampu menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang potensial.
 saquinavir (SQV)
 indinavir (IDV) dan nelfinavir (NFV)

1.2 KASUS
Seorang pasien wanita (33 tahun) yang sedang hamil 10 minggu datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama benjolan di leher sebelah kiri.
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di leher kiri
Riwayat Penyakit Sekarang `:
 2 bulan sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh benjolan dileher
sebelah kiri
 Awalnya benjolan tersebut sebesar telur ayam , makin lama makin besar
 Demam (+) , sejak 1 bulan, hilang timbul
 batuk (-) , sesak nafas (-), nyeri menelan (-)

9
 penurunan berat badan (+) , turun 5 kg dalam 1 bulan ( 60 kg→ 55 kg)
 sering mengalami sariawan (+)
 Bak (+), volume cukup, warna kuning, bak berdarah(-)
 Bab (+) 4x/hari, warna kuning, riwayat mencret lama (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
 Tattoo (-)
 Riwayat minum alcohol (-)
 Riwayat seks berganti ganti pasangan sejenis(-)
Riwayat Penyakit Keluarga
 Batuk lama (-),Sakit ginjal (-), kencing manis (-), darah tinggi (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai penata rias, sudah bekeluarga, suami bekerja di
tempat hiburan malam.Kesan social ekonomi kurang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :tampak lemas,tampak benjolan di leher sebelah
kiri,Kesadaran : compos mentis, GCS15
TandaVital :
T : 110/80 mmhg
RR : 20 x/menit
N : 104 x/menit,regular
t : 38,2 o
Kepala : dalam batas normal
Leher : terdapat Benjolan 1 buah, ukuran 8x4x2 cm, warna lebih merah
dibandingkankulit sekitar,teraba hangat, kenyal, permukaan rata, nyeri tekan
(+)
Pulmo: dalam batas normal
Cor: dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal ( uterus setinggi simfisis pubis)

10
 Test HIV (+) reaktif , CD4 : 340 Sel/Mm3

1) Menentukan Problem Pasien

Problem : Limfadenopati colli sinistra dan Anemia normositik


normokromiket causa HIV AIDS.

2) Menentukan Tujuan Terapi

 Menurunkan replikasi virus HIV secara bertahap sehingga


menurunkan jumlah virus dalam darah

 Pencegahan penularan virus ke janin

 Mencegah terjadinya infeksi opurtinistik

 Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis (stabilisasi/


peningkatan sel (CD4)

 Memperbaiki kualitas hidup ODHA

3) Merencanakan pengobatan

 Terapi non farmakologis

1. Peningkatan konsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi


yang lebih baik.

11
2. Mediasi dukungan psikososial dan dukungan agama

3. Meningkatkan higenis dan sanitasi diri, istirahat yang cukup dan


relaksasi.

4. Rutin pemeriksaan antenatal care

 Terapi farmakologis

Golongan obat-obatan yang dipilih untuk mengobati HIV

 Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor ( NtRTI)

 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)

 Non nukleosidaReverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)

 Protease inhibitor (PI)

12
( NtRTI) (NRTI) (NNRTI) PI
Mekanisme kerja
Efikasi NtRTI pada NRTI diubah secara Bekerjanya tidak melalui Protease Inhibitor berikatan secara

penghambatan replikasi intraseluler dalam 3 tahap tahapan fosforilasi intraseluler reversible dengan enzim protease

HIV sama dengan penambahan 3 gugus tetapi berikatan langsung yang mengkatalisa pembentukan

NRTI tetapi hanya fosfat) dan selanjutnya dengan reseptor pada RT dan protein yang dibutuhkan untuk

memerlukan 2 tahapan berkompetisi dengan tidak berkompetisi dengan proses akhir pematangan virus.

proses fosforilasi. natural nukleotida nukleotida natural.Aktivitas Akibatnya virus yang terbentuk

-bekerja lebih cepat dan menghambat RT sehingga antiviral terhadap HIV-2 tidak masuk dan tidak mampu

konversinya menjadi perubahan RNA menjadi tidakkuat. menginfeksi sel lain.

bentuk alktif lebih DNA terhambat.Selain itu

sempurna NRTI juga menghentikan


pemanjangan DNA.

Safety Mual,muntah, Laktat asidosis dan Ruam, demam,fatique, sakit Mual,muntah, diare,
flatulens,diare, hepatotoksik, neuropati kepala, penigkatan enzim hati parastesia,intoleransi
toksisitas ginjal ferifer, mual, sakit glukosa,diabetes,
kepala , pancreatitis hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia

Suitability Kontraindikasi pada Kontraindikasi pada Kontraindikasi : Kontraindikasi : hipersensitivitas


Hipersensitivitas, jangan
hipersensitivitas :Jumlah neutrofil rendah (toxic epidermal necrolysis dan
diberikan bersama

13
Penggunaan bersama abnormal (<0,75x109) ketokonazole dan kontrasepsi Steven- Johnson Syndrom),
oral
dengan didanosin Atau hb rendah abnormal menyusui, dan tidak boleh
meningkatkan ( <7,5 mg) Interaksi obat : meningkatkan digunakan bersama ergot,dan
terjadinya efek samping toksisitas cimetidine, midazolam, tidak dianjurkan
ketokonazole, dan makrolide
sebagai lini pertama

Cost RP. 435.000- 501.412

Kesimpulan :

( NtRTI) (NRTI) (NNRTI) PI


+++
Efikasi +++ +++ +++

Safety + +++ +++ ++

Suitability + + + +

Cost + + + +

Regimen pengobatan HIV yangdianjurkan WHO merupakan Terapi kombinasi 3 obat ART dari 2 golongan obat , sehingga
dipilih : golongan NRTI dan NNRTI.

14
EFIKASI SAFETY SUITABILITY COST

NRTI : Menghambat enzim efek samping: mual/muntah, sakit kepala, KI: Jumlah neutrofil rendah Rp. 501.412,00
Zidovudine reverse trankriptase kembung, anemia, neutropenia, mialgia, abnormal (<0,75x109) Atau
dengan 3 tahap miopati, artralgia, peningkatan hb rendah abnormal ( <7,5
fosforilasi .spectrum transaminase. Pemberian bersama makanan mg)
aktivitas HIV 1 dan 2 mengurangi mual.
IO: penggunan parasetamol
jangka lama, obat yang
bersifat nefrotoksik dan
emndepresi sumsum tulang,
probensid, fenitoin, snalog
nukleosida, ribavirin.
zidovudin dan stavudin
difosforilasi oleh enzim
kinase yang sama, sehingga
terjadi antagonisme baik
secara in vitro maupun in
vivo sehingga kombinasi
kedua ART tersebut
dihindari. Konsentrasi
Zidovudin ditingkatkan oleh
flukonazol, interferon-B,

15
metadon, valproat, simetidin,
imipramin dan trimetoprim.
Zidovudin karena
berinteraksi secara
farmakokinetik, pemberian
bersama zidovudin dengan
gansiklovir menimbulkan
interaksi farmakodinamik
yang menyebabkan
neutropenia
Didanosin Bekerja pada HIV RT Efek samping : diare, neuropati perifer, Obat diberikan tidak bersama
dengan cara pankreatitis, enzim transaminase dan makanan.monitor fungsi hati,
menghentikan neuropati perifer. amilase/lipase, Hati-hati
pembentukan rantai pemberian bersama dengan
DNA virus obat yang menyebabkan
pankreatitis.

Lamivudin Bekerja pada HIV RT Asidosis lakatat, hepatomagali dengan KI: hipersensitivitas Rp. 480.00,000
IO: kotrimoksazole
dan HBV RT dengan steatosis, skit kepala dan mual , malaise,
menyebabkan peningkatan
cara menghentikan demam, nyeri abdomen bagian atas, ruam kadar lamivudine dalam
plasma, zalcitabin
pembentukan rantai kulit.atraalgia, alopesia, gangguan otot
DNA virus Obat ini

16
merupakan obat yang
sangat dapat
ditoleransi, tapi mudah
terjadi resistensi.
Stavudin Bekerja pada HIV RT Efek samping : neuropati perifer, Tidak aman digunakan
dengan cara peningkatan enzim transaminase, laktat dengan didanosin.
menghentikan asidosis, gejala saluran cerna, dan
pembentukan rantai lipoatrophy.
DNA virus
Abakavir Bekerja pada HIV RT Efek samping: mual, muntah, diare, nyeri Perhatikan tanda-tanda
dengan cara perut, dan reaksi hipersensitivitas (5%) alergi: demam, mual atau
menghentikan lelah, dengan atau tanpa
pembentukan rantai ruam.
DNA virus
NNRTI : Bekerja pada situs Efek samping: ruam yang berat, demam,
Nepiravine alosterik tempat ikatan gangguan saluran cerna, peningkatan
non substrat HIV 1 RT transaminase
1
Efavirenz Bekerja pada situs Efek samping: (SSP): mimpi buruk , susah Perhatian :Jangan diberikan
alosterik tempat ikatan konsentrasi, pusing, insomnia, ruam. pada wanita hamil trimester
non substrat HIV 1 RT 1, karena menimbulkan
1 teratogenik.

Kesimpulan : berdasarkan data diatas obat yang diberikan adalah zidovudine, lamivudine dan nevirafine

17
Efikasi Safety Suitability Cost
NRTI : Zidovudine +++
++ +++ +
Didanosin
+++ + +++ +
Lamivudin
+++ + + +
Stavudin
+++ + + +
Abakavir
+++ + + +
NNRTI : Nepiravine
+++ ++ ++ +
Efavirenz
+++ + - +

18
4) Memulai Pengobatan

RESEP :

Dr. Jafar Gazali Rustina


Jl. M.Yamin 1 no 36 Samarinda
SIP:DU/Kodya/XII/2015
Jam praktek : 17.00 – 21.00

Samarinda 13 Nov 2015


R/Zidovudin 300 mg Tab No. CX
S 2dd 1 tablet

R/Lamivudin 150 mg Tab No.CX


S 2dd 1 tablet

R/Nevirapine tab 200 mg NO.CX


S 1 dd 1 tablet

Pro.Ny.X(34 thn)

5) Komunikasi Terapi

 Informasi Penyakit

Penyakit yang diderita ibu adalah AIDS yaitu suatu kondisi medis
berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan menurunnya
atau hilangnya kekebalan tubuh karena terinfeksi virus HIV, sering
berwujud infeksi yang bersifat ikutan (Oportunistik) dan belum
ditemukan vaksin serta obat penyembuhnya

 Informasi Terapi

19
- Rutin melakukan antenatal care
- Minum obat secara teratur

 Informasi Obat

- Obat diminum satu hari dua tablet tiap obatnya.


- Apabila habis , datang kembali ke dokter untuk mengambil obat
6) Monitoring Dan Evaluasi
1. Evaluasi klinis
Frekuensi Evaluasi klinis tergantung dari respon terapi ARV.
Sebagai batasan minimal, Evaluasi klinis dilakukan pada minggu
2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan
kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai keadaan stabil.
Pada setiap kunjungan dilakukan penilaian klinis termasuk tanda
dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekuensi
infeksi (infeksi bakterial, kandidiasis dan atau infeksi oportunirtik
lainnya) ditambah konseling untuk membantu pasien memahami
terapi ARV dan dukungan kepatuhan.
2. Evaluasi laboratoris
Melakukan evaluasi CD4 secara rutin setiap 6 bulan.
3. Evaluasi pemulihan jumlah sel CD4 .

20
Monitoring Terapi
Monitoring terapi dilakukan secara periodik setelah mulai pemberian
terapi antiretroviral. Monitoring terapi yang dilakukan meliputi :
 Monitoring Kepatuhan
Monitoring kepatuhan dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana
pasien patuh menjalani terapi. Monitoring kepatuhan terapi dapat
dilakukan dengan :
a) Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pasien mengambil
obat kembali.
b) Melakukan wawancara kepada pasien atau keluarganya, berapa kali
dalam sebulan pasien tidak minum obat. Sebagai contoh jika
diperlukan tingkat kepatuhan sebesar 95 % dan pasien harus minum
obat rata-rata sebanyak 60 kali dalam sebulan maka pasien diharapkan
tidak lebih dari 3 kali lupa minum obat.
c) Membuat kartu monitoring penggunaan obat.
d) Memberi perhatian khusus kepada pasien yang sedang hamil yang
harus menjalani terapi antiretroviral karena pada umumnya tingkat

21
kepatuhan rendah. Hal ini disebabkan karena adanya sensasi mual &
muntah pada saat kehamilan dan menjadi lebih berat karena efek
samping obat pada umumnya dapat menimbulkan mual dan muntah.
 Monitoring Keberhasilan Terapi
Monitoring ini dilakukan untuk melihat apakah obat antiretroviral yang
diberikan memberikan respon pada penekanan jumlah virus dan dapat
menaikkan fungsi kekebalan tubuh.
 Monitoring Efek Samping Obat
Monitoring efek samping obat yang diberikan dilakukan untuk
memantau apakah timbul efek samping pada penggunaan obat
antiretroviral, baik yang bersifat simtomatik maupun gejala toksisitas
yang mungkin terjadi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesahatan RI. (2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian Utuk


Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi
HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan .
MIMS. (2010). MIMS Petunjuk Konsultasi. Indonesia: Ben Yeo.

23

Das könnte Ihnen auch gefallen