Sie sind auf Seite 1von 5

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Nama Dokter Muda : Satrio Budi Wicaksono NIM : 14711160


Stase : Ilmu Bedah
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny.B
Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Tumor mamae
Pengambilan kasus pada minggu ke-8
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain : Psikologi

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).
Seorang perempuan datang ke poli bedah RSUD Wonosari. Pasien datang
dengan keluhan terdapat benjolan di payudara sebelah kiri. Benjolan di payudara
sebelah kiri muncul 3 bulan yang lalu. Benjolan semakin lama semakin membesar.
Benjolan nyeri saat di pegang atau di tekan. Dari puting susu tidak ada keluar cairan
seperti susu atau nanah.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Berdasarkan data WHO penyakit kanker merupakan penyebab kematian
terbanyak di dunia, dimana kanker sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar
13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita
kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pada 2030 kejadian
tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat
kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.

0
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas
yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada
wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi sekitar 1%.
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta
upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan
secara optimal.
Beberapa cara penyembuhan kanker payudara adalah radioterapi, kemoterapi,
dan mastektomi. Mastektomi adalah tindakan operasi pengangkatan payudara yang
terkena kanker. Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III. Ada
beberapa alternatif cara dan reaksi yang dapat ditimbulkan dari masing-masing cara
penyembuhan. Mastektomi dapat menghambat proses perkembangan sel kanker
dan umumnya mempunyai taraf kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun
penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit,
kelumpuhan (jika tidak ditangani secara seksama). Reaksi psikis negatif yang dapat
muncul adalah menurunnya self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena
kehilangan payudara, stress, atau depresi (Wagman, 1996).

3. Refleksi dari aspek psikologis


Shelley (1999), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan dokter memutuskan
pengangkatan payudara (mastektomi) sebagai cara penyembuhan, seringkali
hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun sebenarnya, operasi ini tidak
sekadar operasi pengangkatan organ tubuh manusia saja. Operasi ini akan
memunculkan simtom psikologis tertentu, seperti depresi, stres, kecemasan, dan
masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam sejarah ilmu kedokteran modern,
terdapat beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi. Gejala

1
depresi muncul setelah mastektomi.
Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan mengubah
body image perempuan. Mastektomi tak hanya meninggalkan bekas luka secara
fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan bangga dan
harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan pasca mastektomi dapat
muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan), menurunnya self
esteem, anoreksia dan insomnia (Zamralita, 1999).
Greist (1987), mendefinisikan depresi adalah suatu gangguan fungsi fisik
dan psikis yang disertai dengan mood yang tertekan dan gejala-gejala yang
berhubungan seperti gangguan tidur, gangguan nafsu makan, gangguan
konsentrasi, perasaan lelah, putus asa, tidak berdaya, dan pikiran bunuh diri. Nolen
(2004), mengatakan bahwa individu yang mengalami depresi pada awalnya akan
mengalami beberapa gejala yang tergolong ke dalam empat aspek depresi yaitu
fisik vegetatif, emosional (afektif), kognitif, dan tingkah laku (behavioral).
Pertama, aspek fisik vegetatif, individu mengemukakan satu atau lebih keluhan fisik
seperti kelelahan atau kenyerian. Kemudian individu tersebut menunjukkan
kehilangan minat akan hal- hal yang menjadi kebiasaannya, cepat marah dan
iritable (cepat tersinggung). Hal ini termasuk ke dalam aspek afektif. Individu
juga akan merasa pesimis dan cenderung menyalahkan dirinya, hal ini termasuk
dalam aspek kognitif. Depresi dapat berupa gangguan gejala tingkah laku yaitu
menarik diri. Hal ini termasuk dalam aspek behavioral.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk
upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syari’at islam
ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
، ‫ فتداووا‬، ‫ وجعل لكل داء دواء‬، ‫إن الله أنزل الداء والدواء‬
‫ول تتداووا بالحرام‬
‘’Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram.’’ (HR.AbuDawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa
Dha’if al-Jami’ 2643)

2
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫ فإن الله لم يضع‬، ‫ ) تداووا‬: ‫يا رسول الله أل نتداوى ؟ قال‬
‫ يا رسول الله وما‬: ‫داء إل وضع له شفاء إل داء واحد ( قالوا‬
( ‫ ) الهرم‬: ‫هو ؟ قال‬
‘’Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,’’berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya),’’ mereka bertanya,’’apa itu’’ ? Nabi
bersabda,’’penyakit tua.’’

Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:


 Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka
menyelamatkan jiwa adalah wajib.
 Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib
padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh,
berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
 Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular
adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
 Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau
memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu
mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat
tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain
dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan
diri dan orang lain.

Daftar Pustaka

Al Qur’an Al Karim

Depkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi

3
Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara : Kementerian

Kesehatan RI

Greist, J. H, “Depresi dan penyembuhannya”, (C. Subrata: penerj.), BPK Gunung Mulia,

Jakarta, 1997.
rd
Nolen, S. E, “Abnormal psychology”, (3 ed.), McGraw-Hill, Singapore, 2004.

th
Shelley, E. J, “Health psychology”, (4 ed.), McGraw-Hill, Singapore, 1999.

Wagman, R. J, “Medical and health encyclopedia”, J. G. 1,2 Ferguson Publishing Company,

New York, 1996.

Zamralita, ”Self esteem dan strategi penanggulangan stress pada perempuan pasca mastektomi”,

Phronesis, I (1). 6-14, 1999.

Das könnte Ihnen auch gefallen