Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2, 2015
ABSTRACT
Purple sweet potato (Ipomoea batatas) is one of the agricultural commodities as source of carbohydrates
and energy which is included in the family of Convolvulaceae. It is also a good source of vitamins and minerals
which is good for nutrition and health. One of the compounds contained in purple sweet potato is beta-carotene.
Beta-carotene is a precursor of vitamin A. It is useful as an antioxidant, boosts the immune system and treats other
diseases. Beta-carotene is unstable, especially at high temperature. This study aims at answering the question as to
how the processing of purple sweet potato can effect to beta-carotene level by using Visible spectrophotometry
method. This study is conducted by performing three treatments to purple sweet potato i.e. raw, fried and boiled
sample. Weight of raw sample is 10 grams, fried and boiled sample is 15 grams. The sample were extracted by
liquid-liquid extraction and it is measured by Visibel spectrophotometer at maximum wavelength of 452.5 nm.
The results obtained show that the average level of beta-carotene is 75.91 ±1.92 ppm for raw samples, 63.05 ±
3.45 ppm for fried, and 45.66 ± 0.82 ppm for boiled. The result is statistically calculated by one-way ANOVA
statistical analysis. It shows that sig 0.000 (P < 0.05), and it indicates that there is an effect of processing to the
average level of beta-carotene contained in purple sweet potato.
ABSTRAK
Ubi jalar varietas ungu (Ipomoea batatas) adalah salah satu komoditas pertanian yang merupakan sumber
karbohidrat dan energi yang termasuk dalam famili Convolvulaceae. Ubi jalar varietas ungu juga merupakan
sumber vitamin dan mineral yang juga baik untuk nutrisi dan kesehatan. Salah satu senyawa yang terkandung
dalam ubi jalar varietas ungu adalah beta karoten. Beta karoten meupakan prekusor vitamin A. Ini sangat berguna
sebagai antioksidan, meningkatkan sistem imun dan mengobati berbagai penyakit. Beta karoten bersifat tidak
stabil, terutama pada suhu tinggi. Penilitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses
pengolahan ubi jalar varietas ungu dapat mempengaruhi kadar beta karoten dengan metode spektrofotometri
Visibel. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 jenis perlakuan yaitu sampel mentah, digoreng, dan direbus. Berat
untuk sampel mentah yaitu 10 gram, berat untuk sampel goreng dan rebus masing-masing yaitu 15 gram. Sampel
diekstraksi dengan ekstraksi cair-cair dan diukur dengan spektrofotometer Visibel pada panjang gelombang
maksimum 452,5 nm. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kadar beta karoten adalah 75,91 ± 1,92 ppm untuk
sampel mentah, 63,05 ± 3,45 ppm untuk sampel yang digoreng dan 45,66 ± 0,82 ppm untuk sampel yang direbus.
Hasil dihitung secara statistik dengan analisis statistik ANOVA satu arah. Analisis menunjukkan bahwa sig. 0,000
(P < 0,05), dan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh proses pengolahan terhadap kadar beta karoten terhadap
kadar rata-rata beta karoten pada ubi jalar ungu.
besi (Fe), kalsium (Ca), kalium (K), fosfor Satriyanto, dkk (2012) dalam sebuah
(P) dan natrium (Na) (Aywa, et al., 2013). penelitiannya tentang minyak buah merah
Kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam menyatakan bahwa beta karoten tidak stabil
ubi jalar adalah protein dan lemak (Gardjito, pada suhu yang tinggi, sehingga minyak
et al., 2013). buah merah dapat menurun kualitasnya jika
Keistimewaan ubi jalar dalam hal suhu dan lama pemanasan yang digunakan
kandungan gizi terletak pada kandungan beta tidak tepat.
karoten yang cukup tinggi dibanding dengan Berdasarkan uraian diatas, peneliti
jenis tanaman pangan lainnya. Beta karoten ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari
merupakan salah satu antioksidan proses pengolahan ubi jalar varietas ungu
pembentuk vitamin A. Antioksidan adalah (Ipomoea batatas (L.) Lam) yang terdiri dari
senyawa yang dapat melindungi tubuh dari mentah, direbus, dan digoreng terhadap
radikal bebas (Madhavi, et al., 1995). kadar beta karoten yang terkandung di
Ubi jalar ungu memiliki pigmen dalamnya.
antosianin dan beta karoten. Warna ungu
yang kuat pada ubi jalar ungu menunjukkan METODE PENELITIAN
tingginya kadar antioksidan dan antosianin
di dalamnya (Teow, et al., 2006). Antosianin Alat dan Bahan
merupakan kelompok terbesar dari flavonoid Peralatan yang digunakan pada
yang larut dalam air dan sering digunakan penelitian ini meliputi spektrofotometer
sebagai pewarna makanan (Ghosh & UV-Visibel (Shimadzu UVmini-1240),
Konishi, 2007; Wu, et al., 2006). Beta timbangan analitik (Ohaus), plat KLT Silika
karoten merupakan salah satu produk dari gel 60 F254 (Merck), vortex mixer (Gammy
karotenoid yang mempunyai aktivitas Industrial Corp VM-300), pipet tetes, beaker
vitamin A yang paling tinggi. glass (Pyrex), pipet tetes, kertas saring, labu
Karotenoid merupakan suatu zat alami ukur, spatel, batang pengaduk, kaca arloji,
yang sangat penting dan mempunyai sifat pipet ukur (Pyrex), gelas ukur (Pyrex),
larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi corong, corong pisah (Pyrex).
tidak larut dalam air yang merupakan suatu Bahan yang digunakan dalam
kelompok pigmen berwarna orange, merah penelitian ini adalah ubi jalar yang diambil
atau kuning. Senyawa ini ditemukan tersebar dari kebun di daerah Limau Manis Kota
luas dalam tanaman dan buah-buahan dan Padang dengan varietas ubi jalar yang
tidak diproduksi oleh tubuh manusia. berwarna ungu, beta karoten (Merck),
Kandungan beta karoten bermanfaat sebagai aquadestilata, aseton (Novalindo), benzen
antioksidan pencegah kanker, beragam (Merck), Butil Hidroksi Toluen (Brataco),
penyakit kardiovaskuler, dan katarak Petroleum Eter (Brataco), Natrium Klorida
(Badarinath, et al., 2010; Mayne, 1996; (Merck), dan Natrium Sulfat Anhidrat
Oliver & Palou, 2000; Omenn, et al., 1996; (Brataco).
Rahayu, et al., 2012).
Dari penelitian Sabuluntika (2013) Perlakuan Sampel dan Ekstraksi
menyebutkan bahwa ubi jalar ungu memiliki a. Perlakuan sampel meliputi :
kadar beta karoten yang paling tinggi dari ubi 1. Ubi jalar varietas ungu yang mentah
jalar yang lainnya. Dalam sebuah jurnal Ubi jalar varietas ungu mentah
pangan dan gizi dari Amerika mengatakan dikupas dan dicuci terlebih dahulu.
bahwa jumlah beta karoten pada ubi jalar
kuning dan ungu dalam kisaran 0,1 - 0,6 mg 2. Ubi jalar varietas ungu yang digoreng
dalam 100 g (Rose & Vasanthakaalam, Sejumlah ubi jalar varietas ungu
2011). digoreng dengan minyak goreng
dengan merek Bimoli selama ± 5
153
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
155
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
Pengola Pla
No Nilai Rf Sampel (cm) Nilai Rf Pembanding (cm)
han t
1 Mentah 1 0,47 0,47
2 0,49 0,49
3 0,46 0,47
∑ 1,41 1,43
Rata-rata 0,47 0,48
2 Goreng 1 0,46 0,47
2 0,44 0,46
3 0,49 0,49
∑ 1,39 1,41
Rata-rata 0,46 0,47
3 Rebus 1 0,49 0,50
2 0,46 0,46
3 0,44 0,46
∑ 1,39 1,41
Rata-rata 0,46 0,47
Tabel 2. Data Kadar Beta Karoten pada Ubi Jalar Varietas Ungu
Ubi jalar yang digunakan dalam pendukung dalam pembuatan ekstrak selain
penelitian ini diambil dari kebun Limau dari umbi ubi jalar itu sendiri yaitu, PE
Manis yang kemudian diidentifikasi di (Petroleum Eter), Aseton, BHT (Butil
herbarium Universitas Andalas dengan hasil Hidroksi Toluen), NaCl (Natrium Klorida)
identifikasi yaitu ubi jalar varietas ungu jenuh, aquadestilata, dan natrium sulfat
(Ipomoea batatas(L.) Lam). Ubi jalar yang anhidrat. Untuk ubi jalar mentah, ubi yang
telah diambil, dicuci, dan dibersihkan. digunakan hanya melalui proses pengupasan
Penetapan kadar beta karoten untuk dan pencucian. Untuk ubi jalar yang
masing-masing sampel tersebut diawali digoreng setelah dikupas, dicuci, dan
dengan mempersiapkan komponen dipotong, lalu dilakukan penggorengan
156
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
hingga masak (± 5 menit) yang ditandai PE digunakan untuk menarik senyawa yang
dengan warna ungu yang sedikit kehitaman nonpolar yaitu karoten. Aseton mudah larut
dan ubi terasa lembut. Untuk ubi jalar yang dalam air dan PE tidak larut dalam air
direbus hanya dicuci saja, lalu direbus (Rowe, et al., 2009), sehingga dengan
langsung dengan kulitnya hingga masak (± perbedaan ini dapat meningkatkan
20 menit) yang ditandai dengan lembutnya pemisahan antar fase organik dan fase air itu
umbi ubi jalar itu ketika ditusuk dengan sendiri.
menggunakan garpu. Semua filtrat yang tersaring
Tiap sampel diambil daging umbinya, dicukupkan volumenya dengan aseton
dipotong dan dihaluskan kemudian diambil hingga 200 mL didalam wadah yang telah
yang mewakili keseluruhan sampel dan ditara. Kemudian dimasukkan ke dalam
masing-masing ditimbang sebanyak 10,0040 corong pisah, kemudian ditambahkan
g; 10,0045 g; dan 10,0023 g ubi jalar varietas aquadestilata sebanyak 300 mL secara
ungu yang mentah, 15,0033 g; 15,0041 g; perlahan melalui dinding corong pisah. Yang
dan 15,0022 g ubi jalar varietas ungu yang terakhir tambahkan 2 mL NaCl jenuh untuk
digoreng, dan ubi jalar varietas ungu untuk mengindari terjadinya emulsi karena emulsi
yang direbus, 15,0057 g; 15,0016 g; dan dapat dipecahkan dengan adanya elektrolit.
15,0027g. Tujuan lain dari penambahan larutan NaCl
BHT 0,01 % dilarutkan terlebih dahulu jenuh adalah untuk menambah tingkat
ke dalam aseton karen BHT mudah larut ionisasi dari air menjadi lebih polar sehingga
dalam aseton (Rowe, et al., 2009). BHT tingkat tidak bercampurnya air dengan PE
digunakan sebagai antioksidan untuk cairan akan bertambah yang bermanfaat dalam
berbentuk minyak dimana beta karoten ini pemisahan fase (Sumarauw, et al., 2013).
bersifat lipid yang larut dalam lemak. Kemudian dikocok selama ± 30 menit lalu
Teroksidasinya minyak-minyak tersebut didiamkan hingga terbentuk dua fase, yaitu
ditandai dengan bau tengik yang dihasilkan fase PE dan fase air. Dilakukannya
(Budhikarjono, 2007). Sampel yang penggojokan selama 30 menit yaitu untuk
ditimbang, dilarutkan ke dalam petroleum memaksimalkan penarikan beta karoten yang
eter : aseton yang berisi BHT 0,01 % ada pada filtrat ubi jalar tersebut. Pisahkan
sebanyak 75 mL dengan perbandingan 1 : 4, fase PE dari campuran aseton dan
kemudian disaring. Sebelum disaring, aquadestilata. Bilas corong pisah sebanyak 3
campuran tersebut diaduk selama ± 10 menit kali menggunakan aquadestilata 200 mL
dengan menggunakan batang pengaduk ke untuk menghilangkan sisa dari aseton yang
dalam beaker glass 250 mL sambil ditutup menempal di dinding corong pisah, lalu
dengan plastik untuk menghindari terjadinya diamkan.
oksidasi. Pengadukan dapat menurunkan Ambil fase PE, masukkan fase PE ke
tebal stagnan layer yang membuat pelarutan dalam labu ukur 50 mL. Bilas corong pisah
lebih cepat (Shargel & Andrew, 2005). dengan PE dan cukupkan volumenya hingga
Ampas dicuci dengan pelarut yang 50 mL. Saring fase PE dengan kertas saring
sama dengan perbandingan yang sama pula, yang di atasnya terdapat natrium sulfat
kemudian disaring. Untuk pencucian yang anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang
terakhir pelarut yang digunakan sebanyak 60 ada pada ekstrak tersebut (Amaya dan
mL dengan perbandingan yang sama. Pada Kimura, 2004). Bilas corong pisah dengan
proses pengekstrakan terakhir diperoleh pelarut PE, lalu saring lagi dengan
residu tidak berwarna yang menunjukkan menggunakan natrium sulfat anhidrat dan
sampel tersebut tersari secara sempurna. cukupkan volume ekstrak hingga 50 mL.
Aseton digunakan dengan tujuan untuk Setelah diperoleh ekstrak beta karoten,
menarik semua senyawa organik yang ada kemudian dilakukan uji kualitatif dengan
pada umbi ubi jalar varietas ungu, sedangkan cara KLT. Pengujian ini bertujuan untuk
157
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
ubi jalar segar mencapai 68,5 % dan kadar Institute (IFPRI) and International
ubi jalar yang telah menjadi tepung Center for Tropical Agriculture (CIAT).
mencapai 7 % (Hardoko, et al., 2010),
sehingga dapat mempengaruhi penimbangan Aywa, A.K., Nawiri, M.P., Nyambaka, H.N.
pada awal pembuatan ekstrak beta karoten (2013). Nutritient Variation in Colored
pada ubi jalar varietas ungu. Varietas of Ipomoea batatas grown in
Dari data analisa statistik untuk Vihiga Country, Western Kenya. IFRJ.
penetapan kadar beta karoten pada uji 20(2): 819-825.
homogenitas variansi dengan nilai Levene
Statistics 3,580 dan Sig. 0,095 (> 0,05), yang Badarinath, A.V., Mallikarjuna, A., Chetty,
berarti bahwa Ho diterima atau variansi dari C.M.S., Ramkanth, S., Rajan, T.V.S.,
kandungan beta karoten pada tiga perlakuan Gnanaprakash, K. (2010). A Review on
(mentah, goreng, dan rebus) adalah sama In-vitro Antioxidant Methode
sehingga uji ANOVA bisa dilakukan. Comparisions, Correlations and
Berdasarkan uji ANOVA untuk penetapan Consideration. Int. J. PharmTech Res.
kadar beta karoten dengan nilai F = 127,23 2(2): 1276-1285.
dan Sig. 0,000 (< 0,05) yang berarti Ho
ditolak atau proses pengolahan yakni Budhikarjono, K. (2007). Perbaikan Kualitas
mentah, goreng dan rebus mempengaruhi Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan
kadar rata-rata beta karoten dalam sampel Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan
ubi jalar varietas ungu dan analisis bisa dengan Oksidasi. Jurnal Teknik Kimia.
dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. 1(2): 54-59.
Berdasarkan uji Duncan, proses
pengolahan yakni mentah, goreng dan rebus Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
berada pada subset yang berbeda ini (2008). Farmakope Herbal Indonesia.
menunjukkan proses pengolahan tersebut (Edisi I). Jakarta: Departemen
mempengaruhi kadar beta karoten dalam ubi Kesehatan Republik Indonesia.
jalar varietas ungu.
Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E.
KESIMPULAN (2013). Pangan Nusantara Karkteristik
Adapun yang dapat disimpulkan dalam dan Prospek untuk Percepatan
penelitian ini adalah Diversifikasi Pangan (Edisi Pertama).
1. Dari uji kualitatif yang telah dilakukan Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
yakni uji KLT, menunjukkan adanya
beta karoten dalam ubi jalar varietas Ghosh, D dan Konishi, T. (2007).
ungu. Anthocyanins and Anthocyanin-Rich
2. Hasil uji ANOVA dengan nilai sig. Extracts: Role in Diabetes and Eye
0,000 (P < 0,05) menunjukkan bahwa Ho Function. Asia Pac. J. Clin. Nutr. 16(2):
ditolak atau proses pengolahan 200-208.
mempengaruhi kadar rata-rata beta Hardoko, Hendarto, L., Siregar, T.M. (2010).
karoten pada ubi jalar varietas ungu. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L. Poir) Sebagai pengganti
Sebagian Tepung Terigu dan Sumber
DAFTAR PUSTAKA Antioksidan pada Roti Tawar. J.Teknol.
dan Industri Pangan. 21(1): 25-32.
Amaya D.B.G dan Kimura, M. (2004).
Harvest Plus Handbook or Carotenoid Jones, D.S. (2002). Statistik Farmasi.
Analysis (2rd ed). Washington DC and Diterjemahkan oleh Hesty Utami
Cali: International Food Policy Research
159
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
Ramadaniati dan Harrizul Rivai. Jakarta Rose, I.M. dan Vasanthakalam, H. (2011).
: EGC. Comparison of the Nutrient
Composition of Four Sweet Potato
Madhavi, D. L., dkk. (1995). Food Varieties Cultivated in Rwanda. Am. J.
Antioxidant, Technological, Food. Nutr. 1(1): 34-38.
Toxicological, and Health Perspectives.
New york – Bassel – Hongkong: Marcel Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C.
Dekker, inc. (2006). Handbook of Pharmaceutical
Excipients (Ed. 6th). London:
Mayne, S.T (1996). Beta-carotene, Pharmaceutical Press.
Carotenoids, and Disease Prevention in
Humans. The FASEB Journal. 10: Sabuluntika, N. (2013). Kadar β-Karoten,
690-701. Antosianin, Isoflavon, dan aktivitas
antioksidan pada Snack Bar Ubi Jalar
Naid, T., Muflihunna, A., Madi, M.I.O. Kedelai Hitam sebagai Alternatif
(2012). Analisis Kadar β-Karoten Pada Makanan Selingan Penderita Diabetes
Buah Pare (Momordica charantia L.) Militus Tipe 2. (Skripsi). Semarang:
Asal Ternate Secara Spektrofotometri Universitas Diponogoro.
UV-Vis. Majalah Farmasi dan
Farmakologi. 16(3): 127-130. Satriyanto, B., Widjanarko, S.B., Yunianta.
(2012). Stabilitas Warna Ekstrak Buah
Oliver, J. dan Palou, A. (2000). Merah (Pandanus conoideus) Terhadap
Chromatographic Determination of Pemanasan Sebagai Sumber Potensial
Carotenoids in Foods. J. Chromatogr. A. Pigmen Alami. JTP. 13(3): 157-168.
881: 543-555.
Shargel, L. dan Andrew, B.C.Yu. (2005).
Omenn, G.S., Goodman, G.E., Thornquist, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
M.D., Balmes, J., Cullen, M.R., Glass, Terapan (Edisi ke-2). Surabaya:
A., Keogh, J.P., Meyskens, F.L., Airlangga University Press.
Valanis, B., Williams, J.H., Barnhart, S.,
Cherniack, M.G., Brodkin, C.A., Sumarna, D. (2006). Proses degumming
Hammar, S., (1996). Risk Factors for CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan
Lung Cancer and for Intervention Membran Ultrafiltrasi. JTP. 2(1): 24-30.
Effects in CARET, the Beta-Carotene
and Retinol Efficacy Trial. JNCI. 88: Sumarauw, W., Fatimawali., Yudistira, A.
1550-1559. (2013). Identifikasi dan Penetapan
Kadar Asam Benzoat pada Kecap Asin
Parwata, M.O.A., Ratnayani, K., Listya, A. yang Beredar di Kota Manado.
(2010). Aktifitas Antiradikal Bebas Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi.
Serta Kadar Beta Karoten pada madu 2(1): 12-18.
Randu (Ceiba pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium longata L.). Susilowati. (2008). Isolasi dan Identifikasi
Jurnal Kimia. 4(1): 54-62. senyawa Karotenoid dari Cabe Merah
(Capsicum annuum Linn.). (Skripsi).
Rahayu, P., Fathonah, S., Meddiati, F. Malang: Universitas Islam Negeri
(2012). Daya Terima dan Kandungan Malang.
Gizi Makanan Berbahan Dasar Ubi Jalar
Ungu. FSCE. 1(1): 2252-6587. Teow, C.C., Truong,V-D., Mcfeeters, R.F.,
Thompson, R.L., Pecota, K.V., Yencho,
160
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
161
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2, 2015
95