Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh:
Kelompok 2
2019
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan ....................................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur'an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini
dinilai karena konteksnya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar
yang lain. Mengingat al-Qur'an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada
keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas.. Nilai-nilai yang
ditawarkan oleh al-Qur'an sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan baik dan
buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan.
Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur'an yang membutuhkan penafsiran.
Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada al-Hadits (
sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu (penalaran akal).
Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan Ilmu
Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin
disimpaikan oleh al-Qur'an. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergaul
dengan manusia yang lain. Karena manusia mempunyai fitrah sebagai makhluk
sosial. Dalam pergaulannya itulah, manusia dituntut untuk senantiasa menjalankan
interaksi dengan sesamanya dengan penuh keharmonisan dan tentunya semua itu
harus dilandasi dengan akhlak dan etika terpuji.
a. Pengertian akhlak
b. Apa saja sumber sumber ajaran akhlak
c. Apa yang dimaksud dengan etika dan moral
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari Bahasa Arab “khuluq” yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, ataupun tabiat. Sedangkan secara istilah
menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yang dapat melahirkan sesuatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Maka jika sifat tersebut melahirkan
suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan
akhlak yang baik. Tetapi apabila melahirkan tindakan yang jahat maka dinamakan
akhlak yang buruk.1
1
Syawaluddin Nasution, Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2017) hal. 19
4
3. Hati nurani, yaitu dorongan nyata terpengaruh oleh faktor intuisi
(wijdaan). Alat kejiwaan ini dapat menilai sesuatu yang bersifat abstrak
(bersifat batin). Dorongan ini disebut juga dengan al bashirah karena
dorongan ini mendapatkan keterangan ilham dari Allah. Penilaian hati
nurani adalah sesuatu kekuatan (batin) dalam hati yang mendapatkan nur
ilahi, sehingga manusia dapat melihat hakikat sesuatu dan kenyataannya
dengan pusat pandangan batin dalam dirinya.2
Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam. Sumber
akhlak adalah Al Qur’an dan Al Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.3 Secara umum, norma
akhlak itu terbagi dua, yaitu norma akhlak yang berasal dari ajaran keagamaan
dan norma akhlak yang berasal dari pemikiran sekuler.
Akhlak berasal dari ajaran agama bersumber pada nash al-Qur'an dan al-
Sunnah, sedangkan norma akhlak sekuler bersumber dari dua sumber yaitu instink
dan pengalaman, dimana etika hanya didasarkan pada kemampuan manusia
seperti logika. Atau yang lebih jelasnya budi pekerti yang bersifat duniawi atau
akhlak yang bersumber dari hasil cipta kebudayaan manusia.
Sebagai sumber norma akhlak, al-Qur'an mengungkapkan berbagai norma
perilaku baik dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan orang tua dan keluarga,
maupun dengan lingkungan masyarakat. Baik atau buruknya suatu perbuatan
dapat dilihat dari segi kesesuaiannya dengan norma-norma yang di ungkapkan
oleh al-Qur'an tersebut. Sesuai dengan itu, dalam surat al-Maidah ayat ke 15 dan
16 Allah berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang
menerangkan kebenaran. Dengan kitab itulah Allah menunjukan orang-orang
yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan dengan kitab itu pula
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang
2
Ibid., hal. 20
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengajian dan Pengalaman
Islam/LPPI, 2004) hal. 4
5
terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjukkan mereka ke jalan yang
lurus."
Sumber kedua dari ajaran akhlak, sebagaimana dikemukakan di atas
adalah al-Sunnah. Ekstensi al-Sunnah sebagai sumber ajaran ini dinyatakan oleh
al-Qur'an dalam surat al-Hasyr ayat ke 7 yang artinya:
"Dan terimalah apa-apa yang disampaikan rasul kepadamu serta
tinggalkanlah apa-apa yang dilarang olehnya".
a. Aliran Naturalisme.
Yaitu, ukuran baik atau buruk adalah kesesuaian dengan keadaan alam,
apabila alami maka dipandang baik, apabila tidak maka dipandang buruk.
b. Aliran Hedonisme.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau
kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
c. Aliran Utilitarianisme.
6
Utilitis diartikan sebagai hal yang berguna/bermanfaat. ukuran baik atau
buruk didasarkan kepada apakah perbuatan tersebut bermanfaat atau
berguna.
d. Aliran Idealisme
Istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata “idea” yang secara etimologis berarti: akal,
pikiran, atau sesuatu yang hadir dalam pikiran, atau dapat
juga disebut sesuatu bentuk yang masih ada dalam alam
pikiran manusia. Aliran ini berpendapat bahwa segala
yang ada hanyalah tiada, sebab yang ada itu hanya
gambaran dari alam pikiran (bersifat tiruan), sebaik apa
pun suatu tiruan tentunya tidak akan seindah aslinya
(ide). Dengan demikian, yang baik itu hanya apa yang ada
di dalam ide itu sendiri.
e. Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu
mengalami perubahan yakni berkembang menuju ke arah kesempurnaan.
Filsuf Herbert Spencer (1820-1903) mengemukakan bahwa perbuatan
akhlak itu tumbuh secara sederhana kemudian dengan berlakunya
(evolusi) akan menuju ke arah cita–cita, dan cita–cita inilah yang
dianggap sebagai tujuan. Yang menjadi tujuan dari cita–cita manusia
adalah kebahagiaan dan kesenangan, sehingga suatu kesenangan atau
kebahagiaan itu akan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi
sosial.
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam
ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik
dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik,
tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya,
seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya
7
baik. Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya,
kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan
hadis-hadis yang tidak benar (dha'if/palsu).4
Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak
menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan
memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan
adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan
buruknya akhlak manusia.5
Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan
buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam
adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain.
Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia
dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah
memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:
4
Ibn Al-Atsir, An-Nihayah fi Gharib Al-Atsar, Beirut: Al-Maktabah Al-‘Ilmiyyah, 1979, Jilid
II, hal. 144.
5
Ibnu Al-Jauzi, Zad Al-Masir, Beirut: Al-Maktab Al-Islamy, 1404, Jilid VIII,hal. 328.
8
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"." (QS. al-A'raf:
72).6
Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap
orang tuanya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita,
akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka
bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua,
ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan
oleh remaja dan anak zaman sekarang. Dalam Islam ajaran tentang
akhlaq merupakan bagian integral dalam setiap sendi kehidupan umat Islam,
bahkan Nabi Muhammad SAW diturunkan kebumi menjadi Rasul. Salah satu
tujuannya adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal itu ditegaskan dalam
sebuah hadis. Artinya: "Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul ke
dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq" (al-Hadits)."8
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih,Akhlak yang
baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki
bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
6
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: 1985, hal. 25.
7
M. Syatori, Ilmu Akhlak, Bandung: Lisan, 1987, hal. 1
8
Ibid
9
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab
seseorang untuk dapat masuk Surga.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS. An-Nur: 27)
Ayat ini menerangkan tentang etika kunjung mengunjungi yang merupakan
bagian dari tuntunan ilahi yang berkaitan dengan pergaulan dengan sesama
manusia. Karena dalam ayat ini mengandung sekian banyak ketetapan, hukum-
hukum dan tuntunan-tuntunan yang sesuai bagi kehidupan, antara pergaulan antar
sesama manusia, pria dan wanita. Dalam ayat diatas sebenarnya merupakan
tuntunan kepada umat Islam agar ketika bertamu dan berkunjung ke rumah orang
lain, harus mengucap salam serta meminta izin kepada pemilik atau penghuni
rumah.10
9
Syatori, op. cit., hal. 1
10
Syatori, op.cit.,hlm 1; Hamzah Ya’qub, Etika islam, Bandung: Diponegoro, 1993, hal. 12
10
Kata moral berasal kata latin ''mos'' yaitu kebiasaan. Moral berasal dari
Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia selalu berhubungan
dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan
layak atau tidak layaknya sesuatu.
11
Ibid., hal. 15
11
mengangkat derajatnya. Dan barang siapa yang berbicara dengan perkataan yang
dimurkai allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali akan jatuh ke neraka
jahannam.12
12
Ibid
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa kata akhlak berasal dari Bahasa Arab “khuluq” yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, ataupun tabiat. Sedangkan secara istilah
menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yang dapat melahirkan sesuatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Maka jika sifat tersebut melahirkan
suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan
akhlak yang baik. Tetapi apabila melahirkan tindakan yang jahat maka dinamakan
akhlak yang buruk.
Secara umum, norma akhlak itu terbagi dua, yaitu norma akhlak yang
berasal dari ajaran keagamaan dan norma akhlak yang berasal dari pemikiran
sekuler. Akhlak berasal dari ajaran agama bersumber pada nash al-Qur'an dan al-
Sunnah, sedangkan norma akhlak sekuler bersumber dari dua sumber yaitu instink
dan pengalaman, dimana etika hanya didasarkan pada kemampuan manusia
seperti logika.
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam
ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik
dan buruk itu bisa berbeda-beda.
13
Daftar Pustaka
14