Sie sind auf Seite 1von 3

REFERENSI AHLUSSUNNAH DALAM BERAQIDAH

1. Referensi aqidah yang benar adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’ para salaf
(Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in). Dan inilah sumber
hukum dalam agama Islam.
Allah ta'ala berfirman:

‫ٰت َأ ﱠن َﻟ ُﻬﻢۡ َأجۡرً۬ا َﻛِﺒﯿﺮً۬ا‬


ِ ‫ِٰﻟ َﺤـ‬
‫ٱﻟﺼـ‬
‫ﱠ‬ َ ُ‫ﯾﻦ َﯾﻊۡﻣَﻠ‬
‫ﻮن‬ َ ‫ﯿﻦ ٱﻟﱠ ِﺬ‬
َ ‫َﺸ ُﺮ ٱلۡ ُﻣﺆۡ ِﻣِﻨ‬ َ ‫ان َيﮦۡ ِدى ِﻟﻠﱠِﺘﻰ ِﻫ َﻰ َأق‬
‫ۡو ُم َوﯾُﺒ ﱢ‬ َ ‫ٰذا ٱلۡﻗُﺮ‬
َ ‫ۡء‬ َ ‫إ ﱠن َﻫـ‬
ِ

"Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar."
(QS.Al-Isra’ : 9)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ﷲ َو ُﺳﻨﱠِﺘ ْﻲ‬ ُ ‫ ِﻛَﺘ‬: ‫ﻀﻠﱡ ْﻮا َﺑ ْﻌ َﺪ ُﻫﻤَﺎ‬


ِ ‫ﺎب ا‬ ِ ‫ْﻦ َﻟ ْﻦ َﺗ‬ َ ُ ُْ
ِ ‫َﺗ َﺮﻛﺖ ِﻓﯿْﻜ ْﻢ ﺷ ْﯿَﺌﯿ‬

"Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian yang (jika kalian berpegang teguh dengannya)
kalian tidak tersesat selama-lamanya: Al-Qur’an dan Sunnahku."
(HSR.Malik dan Al-Hakim)

‫ﺧﯿﺮ اﻟﻨﺎس ﻗﺮﻧﻲ ﺛﻢ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻠﻮﻧﻬﻢ ﺛﻢ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻠﻮﻧﻬﻢ‬

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang datang setelah
mereka (para tabi’in) dan yang setelah mereka (para tabi’ut tabi’in)."
(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Apabila manusia berselisih dalam memahami dalil-dalil agama maka pemahaman salaf
sebagai hujjah dan pemutus dalam masalah aqidah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:

‫ْﻜ ْﻢ ِﺑ ُﺴﻨﱠِﺘﻲ‬ ُ ‫َﻠﯿ‬


َ‫ َﻓﻌ‬،‫ْﺮا‬ ً ‫اﺧِﺘ َﻼ ًﻓﺎ َﻛِﺜﯿ‬
ْ ‫ﺶ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻓ َﺴﯿَﺮى‬ ْ ‫َﻦ َﯾ ِﻌ‬
ْ ‫ َﻓِﺈﻧﱠ ُﻪ ﻣ‬،‫َﺸ ٌﻲ‬ َ ‫ﺎﻋ ِﺔ َوِإ ْن َﺗَﺄﻣ‬
ُ ‫ﱠﺮ َﻋَﻠﯿ‬
ِ ‫ْﻜ ْﻢ َﻋ ْﺒ ٌﺪ َﺣﺒ‬ ‫اﻟﺴﻤْﻊ َو ﱠ‬
َ ‫اﻟﻄ‬ ِ َ ‫ﷲ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ َو‬ ِ ‫ْﻜ ْﻢ ِﺑَﺘ ْﻘ َﻮى ا‬ ِ ‫أُ ْو‬
ُ ‫ﺻﯿ‬
‫ َو ُﻛ ﱠﻞ ِﺑ ْﺪ َﻋ ٍﺔ‬، ‫ُﺤ َﺪَﺛ ٍﺔ ِﺑ ْﺪ َﻋ ٌﺔ‬ ْ ‫ﺎت اﻷُﻣ‬
ْ ‫ َﻓِﺈ ﱠن ُﻛ ﱠﻞ ﻣ‬، ‫ُﻮ ِر‬ ِ ‫ُﺤ َﺪَﺛ‬
ْ ‫ﱠﺎﻛ ْﻢ َوﻣ‬ُ ‫ َوإﯾ‬،‫ﻀ ْﻮا َﻋَﻠ ْﯿﻬَﺎ ﺑﺎﻟَﻨ َﻮاﺟ ِﺬ‬
ِ ِ ِ ‫َﺴ ُﻜﻮا ِﺑﻬَﺎ َو َﻋ ﱡ‬ َ ‫ْﻦ اﻟﻤ ْﻬ ِﺪِﯾﯿ‬
‫ْﻦ ﺗﻤ ﱠ‬ َ ‫اﺷ ِﺪﯾ‬
ِ ‫اﻟﺮ‬ ِ ‫اﻟﺨَﻠ َﻔ‬
َ ‫ﺎء‬ ُ ‫َو ُﺳﻨﱠ ِﺔ‬
‫ )رواه اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ واﻟﺘﺮﻣﺬي وﻗﺎل ﺣﺪﯾﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﯿﺢ‬.") ‫ﺿ َﻼَﻟ ٍﺔ ِﻓﻲ اﻟﻨﱠﺎر‬ َ ‫(و ُﻛ ﱠﻞ‬
َ ،‫)ﺿ َﻼَﻟ ٌﺔ‬ َ

"Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendengar serta taat
(kepada pemimpin kaum muslimin) meskipun dia dari budak Ethiopia. Sesungguhnya
barangsiapa yang hidup setelahku nanti dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka
wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’
Rasyidin. Berpegang teguhlah dengannya dan gigit erat dengan gigi geraham kalian. Dan
jauhkanlah diri kalian dari perkara-perkara yang baru (dalam urusan agama) karena setiap
perkara yang baru (dalam urusan agama) adalah bid’ah (dan setiap yang bid’ah) itu sesat
(dan setiap yang sesat itu di neraka)."
(HSR.An-Nasa’i dan Tirmidzi)
Dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

ْ َ ‫ َوإ ﱠن َﻫ ِﺬ ِه اﻟ ِﻤﻠﱠ َﺔ َﺳَﺘ ْﻔَﺘﺮ ُق َﻋَﻠﻰ َﺛ َﻼ ٍث َو َﺳ ْﺒ ِﻌﯿ‬,‫ْﻦ ِﻣﻠﱠ ًﺔ‬ ْ َ ُ ْ ِ ‫َﻦ َﻗﺒَْﻠ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َأ ْﻫ ِﻞ اﻟ ِﻜَﺘ‬
ْ ‫َأ َﻻ َوِإ ﱠن ﻣ‬
‫ُﻮ َن ِﻓﻲ‬ ْ ‫ﺎن َو َﺳ ْﺒﻌ‬ِ ‫ ِﺛﻨَﺘ‬: ‫ْﻦ‬ ِ ِ ِ ‫ﺎب ِاﻓَﺘ َﺮﻗ ْﻮا َﻋﻠﻰ ِﺛﻨَﺘﯿ‬
َ ‫ْﻦ َو َﺳ ْﺒ ِﻌﯿ‬
ُ‫اﻟﺤﺎ ِﻓﻆ‬
َ ‫ْﺮ ُه َو َﺣ ﱠﺴَﻨ ُﻪ‬ َ
ُ ‫)ر َوا ُه أ ْﺣ َﻤ ُﺪ َو َﻏﯿ‬ ُ
َ ."‫َﺎﻋﺔ‬َ ‫اﻟﺠﻤ‬ َ ‫ َو ِﻫ َﻲ‬،‫اﻟﺠﻨﱠ ِﺔ‬
َ ‫اﺣ َﺪ ٌة ِﻓﻲ‬ ِ ‫ َو َو‬، ‫ﺎر‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫)اﻟﻨ‬
‫ َر َوا ُه اﻟِﺘ ْﺮ ِﻣ ِﺬ ْي‬."‫ﺻ َﺤ ِﺎﺑﻲ‬ َ َ َ
ْ ‫ ﻣَﺎ أَﻧﺎ َﻋﻠ ْﯿ ِﻪ َوأ‬: ‫اﺣ َﺪ ٌة‬ ٌ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﺎر ِإﻻ ِﻣﻠﺔ َو‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱡ‬ ُ
ِ ‫ "ﻛﻠ ُﻬ ْﻢ ِﻓﻲ اﻟﻨ‬: ‫َو ِﻓ ْﻲ ِر َواَﯾ ٍﺔ‬

"Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah terpecah belah
menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan,
72 di neraka dan satu di surga, yaitu al jama’ah. (HR.Ahmad dan selainnya). Di dalam
riwayat lain: Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yaitu yang mengikuti aku dan
para sahabatku."
(HR.Tirmidzi)

3. Manhaj salaf dalam aqidah itu lebih pintar, lebih selamat, dan lebih bijaksana. Manhaj
mereka tertuang dalam atsar mereka di dalam kitab-kitab karya mereka serta di dalam
kitab-kitab hadits dan atsar. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Barangsiapa
yang ingin mencari suri tauladan maka jadikanlah para sahabat sebagai suri tauladan.
Karena mereka adalah orang yang paling baik hatinya, yang paling mendalam ilmu
agamanya, yang tidak berlebih-lebihan dalam beragama dan yang paling lurus petunjuknya
serta yang paling baik keadaannya. Mereka adalah manusia yang Allah pilih untuk
menemani nabi-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah jasa-jasa mereka
dan ikuti petunjuk mereka karena mereka berada di atas sirathal mustaqim.”

4. Aqidah itu tauqifiyyah, tidak boleh diambil kecuali dari wahyu.

5. Perincian masalah aqidah merupakan permasalahan gaib, maka tidak bisa diketahui
dengan akal semata dan tidak bisa digapai dengan prasangka.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: "Seandainya agama itu
dengan akal maka bagian bawah sepatu lebih layak dibasuh daripada bagian atasnya."
(HR.Abu Daud)

6. Setiap orang yang berusaha untuk menetapkan masalah aqidah tanpa referensi yang
syar’i maka dia telah berdusta atas nama Allah dan berkata tentang Allah tanpa ilmu.

Allah berfirman:

ِ‫ﻮا ِﺑ ﱠ‬
‫ٱﷲ ﻣَﺎ َﻟﻢۡ ﯾَُﻨ ﱢﺰلۡ ِﺑ ِﻪۦ‬ ْ ‫ۡﺣ ﱢﻖ َوَأن ﺗُﺶۡر ُﻛ‬
ِ َ ‫ۡر ٱل‬ َ ‫ۡإثۡ َم َوٱلَۡﺑﻎ‬
ِ ‫ۡى ِﺑ َﻐﻲ‬
َ
ِ‫ﻦﮦَا َوﻣَﺎ ﺑَﻄ َﻦ َوٱل‬ َ ‫ﺶ ﻣَﺎ َﻇﻬ‬
ۡ ‫َﺮ ِﻣ‬ َ ‫ٲﺣ‬ َ ‫ﻗُﻞۡ ِإﻧﱠﻤَﺎ َﺣ ﱠﺮ َم َرﺑ‬
ِ ‫ﱢﻰ ٱلۡ َﻓ َﻮ‬
َ ‫ۡﻟﻤ‬
‫ُﻮن‬ َ‫ٱﷲ ﻣَﺎ َﻻ َﺗﻊ‬ ِ‫ﻮا َﻋَﻠﻰ ﱠ‬ ْ ُ‫ٰن۬ا َوَأن َﺗﻘُﻮﻟ‬ َ ‫ُﺳﻞ‬
ً ‫ۡﻃـ‬

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui."
(QS.Al-A’raaf : 33)
7. Landasan aqidah adalah taslim dan ittiba’. Taslim (menyerahkan diri) kepada Allah dan
ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah ta'ala berfirman:

ْ ‫ُﺴﻠﱢﻤ‬
‫ُﻮا َﺗﺲِۡﻟﯿ ًﻢ۬ا‬ َ ‫ﮦمۡ َﺣ َﺮجً۬ا ﱢﻣﻤﱠﺎ َﻗ‬
َ ‫ﻀﻲ‬ ُ َ ْ ‫ُﻮك ِﻓﯿﻤَﺎ َﺷ َﺠ َﺮ َﺑﻲَۡﻧ ُﻬﻢۡ ﺛُ ﱠﻢ َﻻ ﯾ‬
َ ‫ُﺤ ﱢﻜﻤ‬ ‫ﻮن َﺣﺘﱠﻰ‬ َ ‫َﻓ َﻼ َو َرﺑ‬
َ ُ‫ﱢﻚ َﻻ ﯾُﺆۡ ِﻣﻨ‬
َ ‫ۡت َوﯾ‬ ِ‫ﺲ‬ِ ‫َﺠ ُﺪوا ِﻓﻰٓ أﻧﻔ‬
ِ َ‫ٰ ﯾ‬

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya."
(QS.An-Nisa’ : 65)

Imam Az-Zuhri berkata:


"Agama ini berasal dari Allah, tugas Rasul adalah menyampaikan dan kewajiban kita adalah
menyerahkan diri/tunduk."

8. Tidak boleh mendalami ilmu kalam dan filsafat.


Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata:
"Sanksi yang aku berikan kepada yang belajar ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah
kurma dan terompah. Kemudian orang itu dikarak dikampung-kampung seraya diumumkan:
Inilah balasan bagi yang meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta belajar ilmu kalam."

Maraji’ :
1. An-Nubadz ‘Ala Syarh As-Sunnah Li Al-Barbahari oleh Syaikh Abdullah bin Shaleh
Al-‘Ubailan.
2. Dirasaat Fii Al-Ahwa’ wa Al-Firaq wa Al-Bida’ wa Mauqif As-Salaf Minha oleh Syaikh
DR.Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql
3. Ushulussunnah oleh Imam Ahmad dengan syarah dan tahqiq syaikh Walid bin
Muhammad Nabiih bin Saif An-Nashr

------------------------------------

[1] Ushulussunnah hal. 26 oleh Imam Ahmad dengan syarah dan tahqiq syaikh Walid bin
Muhammad Nabiih bin Saif An-Nashr.

[2] Shahih Bukhari Kitab Tauhid bab 46.

[3] Syarhu As-Sunnah 1/218 oleh Imam Al-Baghawi.

—---------------

Das könnte Ihnen auch gefallen