Sie sind auf Seite 1von 15

Jurnal Psikologi Vol. 17 No.

2 Oktober 2018, 189-203

STRATEGI COPING ORANGTUA YANG MEMPUNYAI ANAK


DENGAN DISORDERS OF SEX DEVELOPMENT KROMOSOM SEKS
MOSAIK
Iit Fitrianingrum1,2, Annastasia Ediati3, Sultana MH Faradz 4
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
Jl. Prof. DR. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
2
Program Magister Ilmu Biomedik, Konsentrasi Konseling Genetika, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
3
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
4
Center for Biomedical Research (CEBIOR) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

sultanafaradz@gmail.com

Abstract

This study aims to explore coping strategies used by parents’ of children with mosaic sex chromosome Disorders
of Sex Development (DSD). The study applied the sequential explanatory mixed-methods approach that collected
quantitative data prior to qualitative data. Participants were parents of the affected patients diagnosed with DSD
with the following karyotype XX/XY, X/XY, XYY, or XXY variants. In total, 14 mothers and 12 fathers of 14
patients with a mosaic sex chromosome DSD participated in this study. We used the Indonesian version of BRIEF
COPE to collect quantitative data on coping strategies. Furthermore, an invidual interview was conducted to all
participants to elaborate the coping strategies applied by parents in raising their children. The data analysis
identified the four most preferred parental coping strategies: religion, positive reframing, acceptance, and active
coping whereas the least preferred coping strategies were humor, substance use, and behavior disengagement.
Mothers and fathers in the study did not significantly differ in applying their coping strategies (p>.05). The study
suggests health practitioners working with parents of patients affected with mosaic sex chromosome DSD to
promote the religion, positive reframing, acceptance, and active coping strategies to facilitate a better acceptance
of the affected children.

Keywords: mosaic sex chromosome; disorders of sex development; coping strategy; mixed methods

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang mempunyai
anak dengan Disorders of Sex Development (DSD) kromosom seks mosaik. Penelitian ini menggunakan metode
gabungan (mixed-methods) dengan pendekatan eksplanasi sekuensial, yakni pengumpulan data kuantitatif yang
kemudian diikuti dengan pengumpulan data kualitatif. Responden penelitian merupakan orangtua dari pasien yang
didiagnosis DSD yang memiliki variasi kariotip XX/XY, X/XY, XYY atau XXY. Total responden penelitian ini
sebanyak 14 orang ibu dan 12 orang bapak dari 14 pasien dengan DSD kromosom seks mosaik. Pengumpulan
data kuantitatif menggunakan kuesioner Brief COPE versi Bahasa Indonesia. Semua responden yang telah
mengisi kuesioner kemudian diwawancara untuk menggali strategi coping yang mereka gunakan dalam merawat
anak dengan DSD. Hasil analisis data menunjukkan empat strategi coping yang paling banyak digunakan, yaitu
religion coping, positive reframing, acceptance, dan active coping, sedangkan strategi coping humor, substance
use, dan behavior disengagement paling sedikit digunakan oleh responden. Strategi coping yang digunakan oleh
ibu dan bapak dalam merawat anak dengan DSD kromosom seks mosaik relatif tidak berbeda (p>0,05). Praktisi
kesehatan yang menangani pasien dengan DSD kromosom seks mosaic dapat menyarankan penggunaan strategi
coping religi, positive reframing, acceptance, atau active coping kepada orangtua yang memiliki anak dengan
DSD kromosom seks mosaik agar orangtua dapat menerima kondisi anaknya dengan lebih baik.

Kata kunci: kromosom seks mosaik; disorders of sex development; strategi coping; mixed-methods

189
190 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

PENDAHULUAN anaknya terlahir tanpa “kelamin yang jelas”


atau lahir dengan “dua alat kelamin”
Disorders of sex development (DSD) (Oliveira, De Paiva-E-Silva, Guerra &
merupakan suatu kelainan kongenital yang Maciel-Guerra, 2015). Kondisi ini tentunya
ditandai dengan perkembangan alat kelamin akan sangat sulit untuk bisa diterima oleh
di tingkat kromosom, gonad atau anatomi orangtua, apalagi ketika kurangnya informasi
yang terjadi secara atipikal (Risso dkk., mengenai kelainan anak, sehingga orangtua
2015). Insidensi DSD diperkirakan terjadi 1 seringkali menunjukkan ekspresi yang
dalam 4.500-5.500 kelahiran. Klasifikasi berbeda seperti terkejut, marah, sedih, malu
DSD yang digunakan saat ini adalah dan terutama bagi ibu, adanya perasaan
berdasarkan pada hasil kromosom. DSD yang bersalah (Sanders, Carter & Goodacre, 2011).
berhubungan dengan abormalitas kromosom
seks dan DSD yang berhubungan dengan Mendiagnosis anak dengan suatu kelainan
kariotip 46,XY atau 46,XX. Kromosom seks langka seperti DSD kromosom seks mosaik,
mosaik termasuk dalam klasifikasi seringkali menyebabkan orangtua dan
abnormalitas kromosom seks. Umumnya, keluarga tertekan (stress). Tingkatan stres dan
kromosom seks mosaik terjadi ketika satu strategi coping yang digunakan oleh orangtua
atau lebih populasi dari sel mengalami dipengaruhi oleh waktu diagnosis, tipe
kelebihan atau pengurangan dari kromosom penyakit, tingkat keparahan dan penyebab,
seks, baik penambahan atau pengurangan adanya tindakan non-invasif, invansif atau
kromosom X atau Y, yang akan berpengaruh pembedahan, perubahan mental dan perilaku
pada perkembangan seksual individu dan serta penanganan atau terapi (McCauley,
(Demaliaj, Cerekja, & Piazze, 2012). 2017). Orangtua melewati banyak fase dalam
menghadapi kondisi anak dengan DSD
Insidensi kromosom seks mosaik sangat sebelum akhirnya berhasil menerima kondisi
jarang terjadi, hanya sekitar 1,5/10.000- anak. Proses identifikasi DSD merupakan
1,7/10.000 jumlah kelahiran tergantung jenis suatu pengalaman yang traumatik bagi pasien
variannya. Kariotip kromosom seks mosaik maupun orangtua. Diagnosis anak dengan
yang banyak dijumpai antara lain DSD akan memberikan dampak psikologis
45,X/46,XY, 45,X/46,XX, 46,XX/47,XXX yang berat bagi anak maupun orangtua,
atau 46,XY/47,XXY dan banyak kombinasi sehingga menimbulkan reaksi emosional
lainnya yang mungkin bisa terjadi (Rosa et seperti munculnya gejala depresi, cemas,
al., 2014). Penyebab dari kromosom seks post-traumatic stress, dan ketidakpastian
mosaik diakibatkan karena terjadinya kesembuhan penyakit (Cools dkk., 2017).
kegagalan berpisah (non-disjunction) pada
tahap mitosis (Pappas, & Migeon, 2017). Masalah lain yang dihadapi oleh orangtua
Individu yang didiagnosis dengan DSD yang mempunyai anak dengan DSD yaitu
kromosom seks mosaik akan memiliki variasi pengobatan anak dalam jangka waktu yang
fenotip, seperti perempuan dengan ciri fisik lama. Kondisi ini diperberat lagi karena masih
Sindrom Turner, anak dengan ambigous tabunya kultur di masyarakat untuk
genetalia, dan laki-laki atipikal yang membicarakan atau mendiskusikan tentang
didiagnosis dengan infertilitas (Cools, kelainan yang berkaitan dengan seks,
Claahsen-van der Grinten, De Baere, & seksualitas dan genetalia ini, sehingga
Callens, 2017). orangtua seringkali menjaga kerahasiaan
kondisi anak dan tidak memiliki keberanian
Kelahiran anak dengan DSD kromosom seks untuk mengungkapkannya kepada orang lain
mosaik dengan ambiguous genitalia termasuk juga pada keluarga (Sanders, Carter
seringkali menimbulkan kebingungan pada & Goodacre, 2012). Crissman dkk. (2011)
orangtua karena mereka harus bisa mengungkapkan bahwa orangtua dengan
dihadapkan dengan kenyataan bahwa anak DSD seringkali mengisolasi diri dari

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 191
disorders of sex development kromosom seks mosaik

lingkungan luar, berusaha untuk melindungi dengan situasi tertentu, dan adanya indikasi
anak-anak dan menjaga kerahasiaan tentang bahwa beberapa strategi coping lebih berhasil
diagnosis anak sebagai bentuk melindungi dalam beberapa situasi dibandingkan strategi
mereka dari kemungkinan stigma negatif dan coping yang lain. Penelitian mengenai aspek
reaksi emosi yang muncul akibat hal tersebut. psikologis orangtua yang mempunyai anak
dengan DSD kromosom seks mosaik masih
Studi yang dilakukan oleh Duguid dkk. sangat jarang. Di Indonesia, penelitian
(2007) melaporkan bahwa hampir 60% mengenai strategi coping yang digunakan
orangtua yang mempunyai anak dengan DSD oleh orangtua yang mempunyai anak dengan
mengalami kesulitan dalam mendiskusikan DSD kromosom seks mosaik belum pernah
kondisi anak mereka dengan saudara dan dilakukan sebelumnya, sehingga diharapkan
teman dan 68% orangtua memiliki dengan mengidentifikasi strategi coping
kekhawatiran bahwa DSD akan banyak yang digunakan oleh orangtua dapat
mengakibatkan anak mereka mengalami tenaga kesehatan untuk melakukan
stigmatisasi. Penelitian Ediati dkk. (2017) pendekatan kepada orangtua agar orangtua
tentang stigmatisasi pasien DSD di Indonesia dapat menerima dan memahami kondisi anak
menemukan bahwa hampir semua pasien dengan DSD kromosom seks mosaik.
dengan DSD pernah mengalami stigmatisasi
karena kelainannya, semakin sering METODE
mengalami stigmatisasi maka semakin
meningkat level stresnya terutama pada anak Penelitian ini menggunakan metode
perempuan dengan DSD yang tinggal di gabungan kuantitatif dan kualitatif (mixed
daerah pedesaan. method) dengan pendekatan sekuensial
eksplanasi, yaitu tahap pertama dilakukan
Perawatan anak dengan DSD kromosom seks pengumpulan dan analisis data kuantitatif
mosaik memiliki tantangan yang besar bagi diikuti dengan pengumpulan dan analisis data
orangtua, yang dimungkinkan akan kualitatif (tahap kedua) yang dilakukan
berdampak pada coping yang digunakan oleh berdasarkan hasil analisis data kuantitatif
orangtua. Secara empiris, coping adalah suatu (Cresswell, 2003). Data kuantitatif
proses ketika seorang individu mampu mendapatkan bobot lebih besar daripada data
mengelola suatu masalah melalui perilaku kuanlitatif. Data kuantitatif berupa hasil
yang dapat diterima secara emosional. Coping pengukuran strategi coping orangtua,
juga dapat diartikan sebagai penerimaan sedangkan data kualitatif didapat dari
individu terhadap demand, kemampuan diri wawancara individual yang dilakukan
untuk mengurangi tekanan atau mentolerir terhadap orangtua.
tekanan, dan mengatur untuk mengendalikan
dan menenangkan emosi untuk mengurangi Alur rekrutmen responden selengkapnya
situasi stres (Tahir dkk., 2017). Dukungan dapat dilihat pada Gambar 1. Dari database
psikologis bagi orangtua harus diberikan pasien DSD yang melakukan pemeriksaan di
secara terus menerus, dan terus meluas ke Center of Biomedical Research (CEBIOR),
seluruh keluarga, agar dapat menerima Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
kondisi anak dan menggunakan coping yang Semarang dalam rentang waktu tahun 2004-
tepat untuk dapat mengatasi kondisinya 2015 diketahui terdapat 617 kasus DSD, yang
(Santos & de Araujo, 2008). dikelompokkan berdasarkan etiologinya
sebagai berikut: 426 kasus dengan 46,XY
Beberapa orangtua mungkin memiliki strategi DSD; 117 kasus dengan 46,XX DSD; dan 74
coping tertentu saat berhadapan dengan kasus dengan DSD kromosom seks mosaik
situasi stres yang berbeda. Isa dkk. (2017) (Listyasari, Santosa, Juniarto, & Faradz,
mengatakan bahwa caregiver menggunakan 2017). Dari 74 kasus DSD kromosom seks
berbagai strategi coping ketika berhadapan mosaik, terdapat 22 kasus yang memenuhi

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


192 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

kriteria inklusi dan 14 kasus diantaranya caregiver (pengasuh) yang telah merawat
bersedia terlibat dalam penelitian ini. anak lebih dari 6 bulan dengan minimal 6
Orangtua yang memenuhi kriteria inklusi jam/hari bersama anak (2) anak memiliki
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ayah kromosom seks mosaik dengan material
dan ibu kandung; apabila salah satu orangtua kromosom Y.
telah meninggal dapat digantikan oleh
anggota keluarga lain yang berperan sebagai

Gambar 1. Alur Pemilihan Responden

Penelitian ini dilaksanakan setelah terlebih Pengumpulan data kuantitatif dilakukan


dahulu mendapatkan ijin dari Komisi Etik dengan kuesioner Brief COPE yang disusun
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran oleh Carver & Scheier (1989). Instrumen ini
Universitas Diponegoro/RS.UP. Dr. Kariadi. terdiri dari 28 item pertanyaan yang
Responden yang bersedia berpartisipasi mengukur 14 subskala yang merefleksikan
dalam penelitian ini dipersilahkan untuk strategi coping: active coping, planning,
menandatangani lembar informed consent. positive reframing, acceptance, humor,
religion, using emotional support, using
instrumental support, self distraction, denial,

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 193
disorders of sex development kromosom seks mosaik

venting, substance use, behavioral Seluruh responden yang mengisi kuesioner


disengagement, and self blame. Beberapa BRIEF COPE selanjutnya diwawancara
penelitian telah dilakukan oleh Carver & untuk menggali data kualitatif dengan
Cornor-smith (2010) terhadap instrumen ini, menggunakan metode wawancara mendalam
sehingga instrumen Brief COPE yang telah (in-depth interview) dalam bentuk semi
direvisi dapat digunakan untuk semua situasi terstruktur dengan menggunakan panduan
sesuai dengan kebutuhan dan imajinasi wawancara (interview guide). Penggunaan
(gambaran) dari peneliti. Alat ukur ini telah panduan wawancara ini sebaiknya tidak
diadaptasi serta diuji validitas dan dipandang sebagai suatu “instrumen” dalam
reliabilitasnya dalam penelitian arti kuesioner kuantitatif yang terstruktur,
menggunakan Brief COPE versi bahasa tetapi lebih sebagai pedoman, sehingga
Indonesia yang dilakukan oleh Setyorini diharapkan setiap peristiwa narasi yang bebas
(2012) dan Rosyani (2012). Uji koefisien dan alami akan terjadi selama proses
alpha (Cronbach’s alpha) menunjukkan hasil wawancara. “Truthworthiness” atau unsur
koefisien reliabilitas sebesar 0,821. kepercayaan menjadi hal yang tepat untuk
Sementara itu pada uji validitas yang diterapkan dalam penelitian ini. Untuk
dilakukan oleh Setyorini (2012) ditemukan mengukur tingkat kepercayaan maka
beberapa item dengan nilai validitas yang dilakukan pengkajian melalui expert
kurang baik yakni di bawah 0,2 yaitu item judgement, yang telah memiliki banyak
nomor 3 dan 8 (subskala denial), dan 4 dan 11 penelitian dengan topik DSD (SMHF dan
(subskala substance use), dan 6 dan 16 AE). Hal ini bertujuan untuk mengurangi
(subskala behavioral disengagement), serta ambiguitas pertanyaan, pertanyaan yang
item 13 dan 26 (subskala self-blame). Rosyani bersifat emosi, pertanyaan yang menimbulkan
(2012) kemudian melakukan uji coba alat stres dan lain-lain.
ukur dan menemukan koefisien reliabilitas
yang baik yakni sebesar 0,843. Sementara itu, Seluruh jawaban dari responden diolah
uji validias alat ukur dilakukan dengan dengan statistik deskriptif dan inferensial.
menggunakan metode internal consistency. Statistika deskriptif memaparkan mean,
Berdasarkan teknik tersebut, ditemukan standar deviasi, median, nilai maksimum dan
beberapa item yang memiliki skor di bawah minimum dari aspek yang diteliti. Sedangkan
batas minimal pada indeks validitas untuk statistika inferensial dilakukan dengan uji
item nomor 3 dan 8 (subskala denial), 4 dan Mann Whitney-U untuk mengetahui
11 (subskala substance use), 6 dan 16 perbedaan strategi coping yang digunakan
(subskala behavioral disengagement) serta oleh bapak dan ibu yang mempunyai anak
item 13 dan 26 (subskala self-blame). dengan DSD kromosom seks mosaik. Seluruh
Validitas masing-masing subskala penghitungan statistik dalam penelitian ini
menunjukkan koefisien validitas yang baik, dilakukan dengan SPSS versi 23.0.
sehingga dilakukan revisi pada pemilihan kata
yang digunakan dalam ketujuh item tersebut. Dalam proses analisis data kualitatif, langkah
Skala yang digunakan dalam alat ukur coping awal yang dilakukan adalah membaca hasil
ini terbentang dari satu sampai empat yakni wawancara yang telah dituliskan dalam
sesuai dengan empat pilihan jawaban yang bentuk verbatim. Setelah itu, penulis mencoba
ada. Adapun pilihan jawaban tersebut terdiri untuk menganalisis hasil tersebut denngan
dari ”tidak pernah” (skor 1), “jarang” (skor 2), melakukan pengkodean terhadap transkrip
“kadang-kadang” (skor 3), dan “sering” (skor wawancara dan menentukan tema-tema atau
4). Kategorisasi strategi coping dilakukan makna-makna di balik kalimat-kalimat
dengan menghitung nilai rata-rata dari skor responden. Pengelompokkan makna-makna
coping dari responden. tersebut dalam kategori-kategori yang
berkaitan dengan strategi coping responden.
Kemudian tahap paling akhir dari metode

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


194 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

gabungan adalah interpretasi dari keseluruhan tersebar di daerah Kabupaten Semarang,


analisis, meliputi korelasi data dan Pemalang, Klaten, Karanganyar, Banyumas,
konsolidasi data. Wonogiri, Pati, Jepara, Grobogan,
Pekalongan dan Kudus. Gambaran umum
HASIL DAN PEMBAHASAN responden penelitian berdasarkan data
demografik dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
Dari 14 pasien DSD kromosom seks mosaik Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas
diperoleh data kuantitatif dan kualitatif dari responden berusia 31-40 tahun,
14 ibu dan 12 bapak. Pengambilan data berpendidikan minimal SMA, beragama
dilakukan dengan kunjungan (home visit) ke Islam, bekerja sebagai buruh (bapak) dan ibu
rumah masing-masing responden yang rumah tangga/tidak bekerja (64,3%).

Tabel 1.
Data Sosio-Demografik Responden
Aspek Demografis Frekuensi
Ibu (n=14) Bapak (n=12)
Usia saat 31-40 8 (57,1%) 6 (50%)
pengambilan 41-50 4 (28,6%) 4 (33,3%)
data 51-60 2 (14,3%) 1 (8,3%)
61-70 - 1 (8,3%)
Pendidikan Tidak Sekolah 1 (7,1%) 1 (8,3%)
SD 3 (21,4%) 3 (25%)
SMP 4 (28,6%) 1 (8,3%)
SMA 4 (28,6%) 4 (33,3%)
D3 1 (7,1%) 1 (8,3%)
Sarjana 1 (7,1%) 2 (16,7%)
Pekerjaan IRT/tidak bekerja 9 (64,3%) 1 (8,3%)
Swasta 2 (14,3%) 3 (25%)
Petani 2 (14,3%) 2 (16,7%)
Buruh 1 (7,1%) 3 (25%)
Wiraswasta - 2 (16,7%)
PNS - 1 (8,3%)
Agama Islam 14 (100%) 12 (100%)
Protestan - -
Katolik - -
Hindu - -
Budha - -
Catatan: Data disajikan dalam n (%)

Gambar 2 menunjukkan variasi kromosom pemeriksaan lengkap oleh Tim Penyesuaian


seks mosaik dengan material kromosom Y, Kelamin RSUP. Dr. Kariadi-Fakultas
yang terdiri dari variasi X/XY, XX/XY, XYY Kedokteran Universitas Diponegoro
dan XXY dari 14 pasien DSD yang terlibat Semarang. Dari 14 pasien dengan DSD
dalam penelitian ini. Diantara 14 pasien ini, kromosom seks mosaik ini, satu orang pasien
terdapat satu orang pasien yang mengalami dibesarkan sebagai perempuan, sedangkan 13
perubahan gender pada usia 6 bulan dan tiga orang lainnya dibesarkan sebagai laki-laki.
orang yang saat lahir belum diputuskan jenis
kelaminnya (undecided). Penentuan gender Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui
mereka dilakukan setelah melalui bahwa mean usia pasien saat penegakan

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 195
disorders of sex development kromosom seks mosaik

diagnosis adalah 5,09±5,49 tahun, yakni 12 2-3 tahun, dua pasien didiagnosis pada usia 4-
pasien datang dengan keluhan hipospadia dan 5 tahun, satu pasien didiagnosis pada usia 6-7
dua pasien dengan ambiguous genitalia. tahun, dua pasien didiagnosis pada usia 12-13
Sebanyak empat pasien didiagnosis pada usia tahun, dan satu pasien didiagnosis pada usia
0-1 tahun, empat pasien didiagnosis pada usia 16-18 tahun.

1 46XY/45X
2 47,XYY/ 46,XY/45,X
46,XY / 46 XX / 45 X
1 46,XY,r (Y)/ 45, X
8
1 47,XXY /46 XX
46,XX/46, XY
1

Gambar 2. Distribusi Hasil Kariotipe Anak dengan Kromosom Seks Mosaik

Tabel 2.
Gambaran Strategi Coping yang Digunakan oleh Responden (N=26)
Jenis Subskala Nilai Nilai M ± SD
Coping Minimum Maksimum
Problem- Active coping 3 8 7,00±1,35
focused Use of instrumental support 3 8 6,84±1,40
coping Behavioral Disengagement 2 6 3,00±1,49
Planning 3 8 6,46±1,74
Self distraction 2 8 5,65±1,83

Emotion- Positive reframing 5 8 7,30±0,83


focused Emotional Support 3 8 6,61±1,38
coping Humor 2 3 2,03±0,19
Acceptance 5 8 7,30±1,01
Venting 2 7 4,88±1,86
Religion 7 8 7,96±0,19
Substance Use 2 7 2,34±1,12
Denial 1 8 4,38±2,07

Tabel 2 menyajikan data mengenai gambaran banyak digunakan oleh orangtua adalah religi
strategi coping yang digunakan oleh (7,96±0,19), positive reframing (7,39±0,83),
responden (bapak dan Ibu). Dari data pada acceptance (7,30±1,01) dan active coping
Tabel 2 diketahui bahwa strategi coping yang (7±1,35). Sedangkan strategi coping yang

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


196 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

jarang dipergunakan adalah humor pula. Coping religi yang ditunjukkan oleh
(2,03±0,19) dan substance use (2,34±1,12). orangtua dalam penelitian ini merupakan
coping religi yang bersifat adaptif yang
Dari penelitian ini ditemukan bahwa strategi menimbulkan suatu efek yang positif, yang
coping yang terbanyak digunakan oleh dinyatakan sebagai bentuk keikhlasan dan
orangtua adalah coping religi atau agama. kepasrahan dalam menerima anak sebagai
Indonesia merupakan negara berpenduduk takdir dari Tuhan. Dengan keyakinan bahwa
Muslim terbesar di dunia dan memiliki semua yang terjadi pada anak adalah
kepercayaan agama yang tinggi. Islam kehendak Tuhan, orangtua merasa mampu
memberi pengaruh yang dominan dalam beradaptasi dengan kondisi anak dan berusaha
kehidupan sosial dan kultur. Dan seluruh memberikan penanganan yang terbaik bagi
responden yang ikut dalam penelitian ini anak. Bentuk-bentuk coping religi yang
beragama Islam. Hasil penelitian ini juga dilakukan orang tua antara lain dengan
sejalan dengan penelitian oleh Geni & meningkatkan aktivitas beribadah seperti
Rahmania (2013) yang menyatakan bahwa sholat malam, berusaha untuk mengambil
strategi coping yang paling banyak digunakan hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi pada
di Indonesia adalah coping religi. Pendekatan anak, dan memiliki keyakinan bahwa Tuhan
agama pada kasus-kasus DSD di negara- akan selalu memberikan petunjuk dan
negara Barat sangat jarang dibahas. Kultur penyelesaian dari setiap masalah yang
dan agama memegang peranan penting dalam mungkin terjadi pada anak. Perasaaan penuh
aturan penentuan gender pada pasien dengan keikhlasan dan kepasrahan mampu
perkembangan somatik seks yang atipikal, memberikan ketenangan pada orangtua dalam
kultur mempengaruhi kontribusi pada pasien pengambilan keputusan terkait dengan
dengan DSD dan keluarga untuk dapat kelainan pada anak.
menerima atau menilai keputusan atas gender,
perkembangan psikoseksual dan penanganan Hal ini sejalan dengan penelitian Adam &
medis (Zainuddin & Mahdy, 2017). Ward (2016) yang menyatakan bahwa coping
Penelitian Al Jurayyan (2011) tentang religi mungkin mempengaruhi kemampuan
penanganan DSD di Malaysia menyatakan kognitif seseorang, yang sejalan dengan
bahwa dalam penanganan pasien DSD yang prinsip dalam Islam yang mengajarkan
beragama muslim sangat penting untuk tentang Qodar atau kehendak Tuhan. Orang
memperhatikan berbagai aspek, tidak hanya Muslim dianjurkan untuk mencari keridhaan
dari aspek medis dan psikologis saja, tetapi Tuhan sesuai dengan Qodar yang telah
perlu untuk mempertimbangkan aspek religi ditetapkan, serta selalu mensyukuri nikmat
dalam komunitas dimana agama memegang yang telah Tuhan berikan (Adam & Ward,
peranan yang penting dalam kehidupan 2016). Hasil dari penelitian ini mendukung
individu dan keluarga sehari-hari. Konsep Pargamen tentang coping religi yang
menunjukkan bahwa agama sebagai orientasi
Coping religi merupakan strategi coping yang filosofis yang penting sehingga dapat
penting karena dapat digunakan untuk mempengaruhi pemahaman tentang dunia dan
mengatasi situasi yang menimbulkan stress. membuat realitas dan penderitaan dapat
Coping melibatkan kemampuan kognitif dan dimengerti dan dihadapi (Aflakseir &
perilaku seseorang, sehingga dapat membantu Mahdiyar, 2016). Namun di sisi lain, faktor
dalam mengatasi atau beradaptasi dengan budaya/agama juga menjadi batasan dalam
kehidupan yang sulit atau masalah-masalah penatalaksanaan DSD di Indonesia, banyak
yang memicu stres (Medeiros & Santos, suku bangsa di Indonesia dengan berbagai
2008). Pemilihan coping religi dalam budaya dan agama yang cenderung memiliki
menghadapi masalah lazim ditemukan karena pandangan yang tabu dalam mendiskusikan
individu mennggunakan pendekatan perihal seksualitas/gender (Faradz, Listyasari,
agamanya dengan cara yang berbeda-beda & Juniarto, 2017).

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 197
disorders of sex development kromosom seks mosaik

Selain religi, strategi positive reframing orangtua sehingga orangtua dapat mengambil
coping saat menghadapi masalah juga banyak keputusan yang tepat mengenai penanganan
digunakan orangtua sebagai usaha untuk pada anak, berusaha untuk memahami kondisi
melihat sesuatu masalah dari sudut pandang anak, dan setiap peristiwa yang terjadi pasti
yang positif, mencari hikmah dari setiap ada hikmahnya. Penelitian Sarriá & Pozo
peristiwa. Orangtua melihat kelainan pada (2015) pada orangtua yang memiliki anak
anak dari sudut pandang yang positif, persepsi dengan kelainan autis menemukan adanya
yang positif terhadap kelainan anak bahwa korelasi yang positif antara persepsi positif
ada anak lain dengan DSD yang ternyata dengan ketenangan psikis yang didapatkan
memiliki kelainan yang lebih berat orangtua sehingga dapat mengasuh dan
dibandingkan dengan anak. Persepsi yang menerima anak dengan baik.
positif ini memberikan perasaan tenang pada

Tabel 3.
Perbedaan Gender dalam Penggunaan Strategi Coping
Jenis Median (Min-Maks)
Subskala U Z p
Coping Ibu (n=14) Bapak (n=12)
Problem- Active coping 7,5 (3-8) 7,5 (4-8) 76,500 -0,416 0,677
focused Use of instrumental support 8,0 (3-8) 6,5 (5-8) 60,500 -1,300 0,193
Behavioral disengagement 2,0 (2-6) 2,0 (2-6) 78,000 -0,353 0,724
Planning 7,5 (3-8) 6,5 (4-8) 73,000 -0,592 0,554
Self-distraction 5,5 (3-8) 5,5 (2-8) 72,000 -0,627 0,531
Emotion- Positive reframing 8,0 (5-8) 7,0 (6-8) 51,000 -1,860 0,063
focused Emotional Support 7,0 (3-8) 6,0 (4-8) 79,000 -0,271 0,786
Humor Konstan 2,0 (2-3) 77,000 -1,080 0,280
Acceptance 8,0 (5-8) 7,5 (5-8) 65,000 -1,121 0,262
Venting 6,0 (2-7) 3,5 (2-7) 51,000 -1,729 0,084
Religion Konstan 8,0 (7-8) 77,000 -1,080 0,280
Substance Use Konstan 2,0 (2-7) 63,000 -1,946 0,052
Denial 5,5 (1-8) 3,5 (2-7) 62,500 -1,123 0,262
Self-Blame 5,0 (2-7) 5,0 (2-6) 61,500 -1,182 0,237
Keterangan: Analisis dilakukan dengan uji Mann Whitney dengan nilai signifikansi p<0,05. Data disajikan
sebagai Median (Min-Maks).

Dari data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa hal penggunaan strategi coping yang berfokus
pada semua jenis coping tidak terdapat pada masalah (problem-focused coping)
perbedaan yang bermakna antara ibu dan dengan strategi coping yang berfokus pada
bapak dalam hal pemilihan strategi coping emosi (emotion-focused coping). Masing-
dalam menghadapi masalah yang berkaitan masing ibu dan bapak menggunakan kedua
dengan kelainan pada anak dengan DSD coping tersebut dalam menghadapi masalah
kromosom seks mosaik (p > 0,05). Hal lain yang menyangkut diagnosis DSD pada anak.
yang menarik pada tabel 3 bahwa pada Penelitian dengan menggunakan instrumen
strategi coping religi, humor, dan substance Brief COPE oleh Gemmel dkk. (2016) pada
use pada ibu didapatkan nilai yang konstan, pasien dengan gagal ginjal kronik
yang mengindikasikan bahwa seluruh ibu menemukan bahwa dimana perempuan
memiliki skor yang sama pada ketiga jenis cenderung menggunakan coping yang
strategi coping tersebut. berfokus pada emosi dan laki-laki cenderung
lebih banyak menggunakan coping yang
Lebih lanjut lagi tidak terdapat perbedaan berfokus pada masalah sebagai respon
yang bermakna antara ibu dan bapak dalam terhadap situasi yang menimbulkan stres. Bila

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


198 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

dilihat dari sisi perbedaan gender, hal yang meningkatkan intensitas ibadah kepada
berbeda pada penelitian ini mungkin Tuhan Yang Maha Esa. Hampir semua
disebabkan karena adanya keinginan masing- orangtua berusaha untuk mencari informasi
masing orangtua untuk melindungi anak dari tentang kelainan yang terjadi pada anak dan
stigma negatif tentang DSD sehingga menerima anak sebagai takdir dari Tuhan.
kemudian kedua orangtua berusaha untuk Pendekatan kepada Tuhan ketika menghadapi
bersama-sama mencari penanganan yang masalah terkait dengan anak, setiap orangtua
terbaik bagi anak. Yang pada intinya kedua memiliki cara yang berbeda-beda.
orangtua menginginkan bahwa anak Pengalaman menggunakan coping religiusitas
mempunyai status gender yang jelas. untuk bisa menerima kelainan anak dan
mengambil hikmah dari semua yang terjadi
Penggunaan obat-obatan atau minuman pada anak diungkapkan oleh Ibu M sebagai
beralkohol merupakan strategi coping yang berikut:
jarang dipilih oleh orangtua dalam penelitian “Saya selalu menenangkan hati saya
ini. Hal ini sesuai dengan budaya di bahwa selalu ada hikmah dari yang
masyarakat Indonesia dan aturan dalam terjadi pada anak saya, bahwa anak
agama Islam yang melarang konsumsi itu adalah “hadiah” dari Tuhan baik
minuman beralkohol. Selain itu, strategi “sempurna” maupun “kurang
coping humor juga paling jarang digunakan sempurna”, tetap harus disyukuri,
oleh responden karena mereka tidak pernah dirawat dengan sebaik-baiknya. Saya
menjadikan kelainan pada anak mereka juga memberikan pemahaman kepada
sebagai bahan candaan atau ledekan. kakak-kakaknya untuk selalu saling
Orangtua sangat menjaga anak mereka dari menyayangi, jadi tidak ada perbedaan
bahan tertawaan atau candaan dari teman perlakuan saya kepada anak saya ini”
maupun lingkungan di sekitarnya. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, orangtua sangat Pendekatan keagamaan juga digunakan oleh
menjaga kerahasiaan kelainan pada anak ibu M ketika menjelaskan kelainan kepada
dengan tujuan menghindari diskriminasi dan anak agar anak dapat menerima kelainannya:
stigmatisasi negatif yang dapat melekat pada “Anak saya sampai saat ini belum
anak. disunat, suatu hari pernah dia
bertanya apakah dia sudah disunat
Pada tahap kedua penelitian, responden yang (karena bentuk penisnya seperti sudah
telah mengisi kuesioner merefleksikan disunat), kemudian saya sampaikan
bagaimana mekanisme coping yang mereka bahwa dia anak yang “spesial” yang
gunakan dalam mengatasi masalah terkait menyunat langsung oleh Allah,
diagnosis anak. Berdasarkan hasil coding dengan penjelasan seperti ini anak
yang transkrip wawancara, peneliti bisa menerima dan tidak merasa
menemukan empat tema yang minder dengan kondisinya.”
menggambarkan strategi coping orangtua,
yaitu 1) usaha orangtua untuk mendekatkan Pengalaman lain diungkapkan oleh Bapak N
diri kepada Tuhan, 2) dukungan sosial, 3) yang meningkatkan intensitas beribadah
proteksi anak, dan 4) pengambilan keputusan ketika mengalami kebingungan ketika
mengenai pembedahan. dihadapkan pada keputusan bahwa anak harus
melalui proses pembedahan pada organ
Tema 1. Mendekatkan diri kepada Tuhan genital:
Semua responden memandang kelainan pada “Saat saya bingung tentang operasi
anak sebagai takdir Tuhan yang harus bisa yang disarankan oleh dokter,
diterima dengan ikhlas dalam menghadapi kemudian saya setiap malam
berbagai masalah terkait dengan kondisi anak. menjalankan solat malam bersama
Usaha yang dilakukan adalah dengan istri saya, sampai suatu malam saya

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 199
disorders of sex development kromosom seks mosaik

bermimpi, dan saya meyakini mimpi kelainan pada genital anak, anak menjadi
itu adalah jawaban atas doa-doa saya, pergunjingan di antara tetangga, anak sering
setelah itu saya memutuskan untuk dikatakan “anak banci”. Bahkan karena
menyetujui tindakan operasi yang ketidaknyaman ini Ibu E memutuskan untuk
disarankan oleh dokter.” pindah ke desa yang lain karena ibu takut saat
anak tumbuh dewasa menjadi bahan ejekan
Tema 2. Dukungan sosial jika tetap tinggal di lingkungan yang sama.
Dukungan dari keluarga, tetangga, Pengalaman yang tidak menyenangkan ini
lingkungan kerja dan lingkungan di sekitar diungkapkan oleh Ibu E dan Ibu I:
rumah bahkan dari orangtua lain yang “…karena kelainan pada kelamin
memiliki anak dengan DSD merupakan faktor anak saya, orang-orang di kampung
penting bagi orangtua yang mempunyai anak seringkali mengejek dan
DSD kromosom seks mosaik. Bentuk membicarakan tentang anak saya”
dukungan yang diterima oleh orangtua (Ibu E)
tentunya berbeda-beda, beberapa pengalaman “…tetangga di kampung ada yang
diungkapkan oleh orangtua. mengatakan anak saya “banci”, anak
laki-laki bukan perempuan bukan”
Ibu J membagikan pengalamannya ketika (Ibu I)
keluarga besar secara bergantian menemani
selama proses medis yang dijalani oleh anak: Dukungan tidak hanya dari keluarga, tapi juga
“Orangtua saya bergantian ikut lingkungan kerja, jarak fasilitas kesehatan
menemani selama pemeriksaan anak yang jauh dan prosedur medis yang harus
saya, dan selalu memberikan dilakukan secara bertahap sehingga orangtua
semangat kepada kami, bahwa kami yang bekerja merasa perlu untuk mengajukan
tidak sendirian, banyak orangtua lain cuti dari pekerjaan. Hal ini diungkapkan oleh
yang juga memiliki anak dengan Bapak J yang mendapatkan dukungan penuh
kondisi yang sama, jadi tidak perlu dari lingkungan kerja:
merasa minder. Menurut orangtua “Teman-teman di kantor cukup
saya, yang terpenting anak dirawat mengerti kesulitan yang saya hadapi,
dengan baik, dan pengobatan dijalani karena selama perawatan anak saya
sampai selesai.” sering meminta ijin cuti kerja dari
kantor, alhamdulillah partner kerja,
Bapak A mengaku menceritakan secara pimpinan dan manajemen juga
terbuka kondisi anak untuk mendapatkan memahami, karena saya menceritakan
dukungan moril maupun finansial: ke bagian manajemen kantor, fasilitas
“Saya selalu terbuka dengan keluarga kesehatan yang jauh membuat saya
besar kedua belah pihak baik dari harus bolak balik ke ibukota provinsi,
saya maupun istri, karena dengan konsekuensinya saya harus
demikian kami dapat sama-sama meninggalkan beberapa kerjaan yang
mencari solusi yang terbaik bagi anak, mestinya diselesaikan. Alhamdulillah
berupa saran, semangat maupun diberikan ijin cuti dan juga
bantuan finansial. Ini penting bagi mendapatkan bantuan biaya untuk
kami, karena proses yang panjang dan pengobatan anak.”
memerlukan biaya yang tidak sedikit.“
Dukungan lain didapatkan juga dari orangtua
Walaupun demikian, dukungan tidak selalu yang mempunyai anak dengan kelainan yang
positif, adanya komentar yang sifatnya sama dengan berbagi cerita pengalaman
negatif mengenai kelainan anak dirasakan dengan sesama orangtua, dirasakan orangtua
oleh Ibu E dan I, dimana mereka tinggal di mampu mengurangi kecemasan akan kondisi
daerah pedesaan, ketika mengetahui adanya

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


200 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

anak, dan merasa bahwa kelainan ini tidak Pengalaman diungkapkan oleh Bapak F yang
hanya dialami oleh anak. memutuskan untuk menyelesaikan tindakan
“Kebetulan saya sempat bertemu pembedahan saat anak usia balita:
dengan orangtua yang mempunyai “Operasi anak saya sudah
kelainan yang sama dengan anak diselesaikan sebelum dia masuk
saya, jadi saya lebih sering berbagi sekolah dasar, dengan harapan agar
informasi mengenai anak kepada anak tidak merasa minder dengan
beliau.”(Ibu J) teman-temannya, hingga saat ini anak
saya sudah berusia 15 tahun, dia tidak
Tema 3. Memproteksi anak sebagai usaha lagi ingat tentang operasi yang
untuk menghindari diskriminasi terhadap dijalaninya.”
anak
Salah satu bentuk proteksi orangtua terhadap Alasan lainnya bahwa dengan menyelesaikan
anak adalah dengan mengajarkan anak untuk tindakan pembedahan anak sebelum
tidak buang air kecil atau melepaskan pakaian memasuki usia sekolah dasar diungkapkan
lengkap di area umum atau saat bermain oleh Bapak N karena perlunya kejelasan
bersama teman di sekitar lingkungan rumah. status gender anak:
Pengalaman bentuk proteksi orangtua “Kondisi seperti anak saya kalau
terhadap anak pada lingkungan permainan di ditunggu lama juga tidak akan
sekitar rumah diungkapkan oleh Ibu K: sempurna, jadi saya memutuskan
“Saya selalu mengingatkan anak saya untuk segera dilakukan tindakan
bila bermain di luar rumah, kalau pembedahan bagian genitalianya
ingin buang air untuk segera pulang sebelum dia bersekolah, supaya juga
ke rumah, jadi dia sekarang sudah jelas gendernya sebagai anak laki-
paham kalau ingin buang air langsung laki.”
pulang ke rumah, tidak di sembarang
tempat.” Orangtua memerlukan dukungan yang
mampu menggugah perasaan menerima dan
Orangtua juga bekerjasama dengan pihak mengurangi perasaan terisolasi karena
sekolah terutama guru wali kelas anak terkait kondisi anak dan orangtua mendapatkan
dengan bagaimana anak menghadapi situasi dukungan tersebut dari tenaga medis dan
tertentu yang mungkin dapat memprovokasi orangtua lain yang memiliki anak dengan
komentar negatif ataupun menjadi bahan kondisi yang sama (Chivers, Burns, &
ledekan teman-temannya di sekolah. Hal ini Collado, 2017). Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Ibu B: diungkapkan oleh responden dalam penelitian
“Saya menceritakan kondisi anak ini, bahwa mereka merasa lebih nyaman
saya ke guru kelasnya, terutama jika ketika menceritakan kondisi anak kepada
ada kegiatan di luar sekolah, seperti tenaga profesional yang lebih memahami
outbond, saat akan berganti pakaian informasi tentang diagnosis DSD dan
harus di kamar mandi sendirian tidak orangtua-orangtua lain yang memiliki
bersama teman. Karena saya takut pengalaman yang sama dalam merawat anak
ada temannya yang mengejek, kenapa dengan DSD. Hal ini salah satu bentuk coping
kelaminnya seperti anak perempuan” yang digunakan oleh orangtua yaitu
emotional coping, yang berupa dukungan
Tema 4. Pengambilan keputusan mengenai emosi dari tenaga kesehatan, keluarga, teman
tindakan pembedahan bahkan oleh orangtua lain yang mempunyai
Hampir semua orangtua menyatakan bahwa nasib yang sama. Pentingnya membangun
pengambilan keputusan terkait dengan jejaring dalam bentuk peer group yang
tindakan pembedahan genitalia anak mempunyai anak dengan DSD dengan tujuan
merupakan situasi yang sangat sulit. untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 201
disorders of sex development kromosom seks mosaik

bagi populasi yang terdiagnosis DSD,


menyediakan dukungan emosional, informasi DAFTAR PUSTAKA
dan pembimbingan dalam bentuk berbagi
pengalaman, mengurangi pengalaman akan Adam, Z., & Ward, C. (2016). Stress,
stres dan isolasi dengan tujuan meningkatkan religious coping and wellbeing in
kehidupan sosial yang lebih baik (Baratz, acculturating Muslims. Journal of
Sharp & Sandberg, 2014). Muslim Mental Health, 10(2), 3-20.

SIMPULAN Aflakseir, A., & Mahdiyar, M. (2016). The


role of religious coping strategies in
Penelitian ini mengidentifikasi empat strategi predicting depression among a sample
coping yang paling banyak digunakan of women with fertility problems in
orangtua yang memiliki anak dengan DSD Shiraz. Journal of Reproduction &
kromosom seks mosaik, yaitu religi, Infertility, 17(2), 117-122.
pemaknaan positif (positive reframing),
penerimaan (acceptance), dan koping secara Al Jurayyan, N. (2011). Disorders of sex
aktif (active coping). Disamping itu juga development: Diagnostic approaches
disimpulkan strategi coping yang jarang and management options-an Islamic
digunakan responden yakni strategi coping perspective. The Malaysian Journal of
humor, penggunaan narkoba (substance use), Medical Science, 18(3), 4-12.
dan perilaku menjauh (behavior
disengagement). Strategi coping yang Baratz, A. B., Sharp, K., & Sandberg, D.
digunakan oleh ibu dan bapak dalam merawat (2014). Disorders of sex development
anak dengan DSD kromosom seks mosaik peer support. Endocrine Develpoment,
tidak berbeda secara signifikan. Para praktisi 27, 99-112. doi:10.1159/000363634.
kesehatan dapat menyarankan penggunaan
strategi coping religi, pemaknaan positif, Carver, C. S., & Connor-Smith, J. (2010).
aktif, dan penerimaan terutama kepada Personality and coping. Annual Review
orangtua yang baru mendapati diagnosis of Psychology, 61, 679-704.
kromosom seks mosaik DSD pada anaknya. doi:10.1146/annurev.psych.093008.10
Hal ini dapat membantu orangtua untuk 0352.
segera beradaptasi dengan kondisi sakit anak
dan membentuk sikap positif terhadap proses Carver, C. S., & Scheier, M. F. (1989).
pemeriksaan dan pengobatan medis yang Assessing coping strategies: A
umumnya memerlukan jangka waktu theoretically based approach. Journal of
panjang. Personality and Social Psychology,
56(2), 267-283.
UCAPAN TERIMAKASIH
Chivers, C., Burns, J., & Collado, M. D.
Terimakasih kepada Beasiswa Unggulan (2017). Disorders of sex development:
Dosen Indonesia Dalam Negeri (BUDI-DN) Mothers’ experiences of support.
dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Clinical Child Psychology and
(LPDP) yang telah mendukung penuh selama Psychiatry.
saya menyelesaikan pendidikan di Magister doi:10.1177/1359104517719114.
Ilmu Biomedik Konsentrasi Konseling
Genetika, Fakultas Kedokteran Universitas Cools, M., Claahsen-van der Grinten, H. L.,
Diponegoro. De Baere, E., Callens, N., Dessens, A.
B. (2017). Genetic defects of female
sexual differentiation. In Pfaff, D. M.,
& Joëls, M. (Eds), Hormones, brain and

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


202 Fitrianingrum, Ediati, & Faradz

behavior (Third Edition) (pp. 105-134). Gemmel, L. A., Terhorst, L., Jhamb, M.,
Oxford: Academic Press. Unruh, M., Myaskovsky, L., Kester, L.,
& Steel, J. L. (2016). Gender and racial
Cresswell, J. W. (2003). Research design differences in stress, coping, and health-
qualitative, quantitative, and mixed related quality of life in chronic kidney
methods approaches. Second Edition. disease. Journal of Pain & Symptom
Thousand Oaks: Sage Publications. Management, 52(6), 806-812.

Crissman, H. P., Warner, L., Gardner, M., Geni, P. L., & Rahmania, Q. (2013).
Carr, M., Schast, A., Quittner, A. L., … Hubungan coping style dan
Sandberg, D. E. (2011). Children with anticipatory grief pada orangtua anak
disorders of sex development: A yang didiagnosis kanker. Humaniora,
qualitative study of early parental 4(1), 241-247.
experience. International Journal of
Pediatric Endocrinology, 2011(1), 10. Isa, S. N. I., Ishak, I., Ab Rahman, A., Mohd
doi:10.1186/1687-9856-2011-10. Saat, N. Z., Che Din, N., Lubis, S.H., &
Ismail, M. F. M. (2017). Perceived
Demaliaj, E., Cerekja, A., & Piazze, J. (2012). stress and coping styles among Malay
Sex chromosome aneuploidies. In caregivers of children with learning
Storchova, Z. (Ed), Aneuploidy in disabilities in Kelantan. The Malaysian
health and disease (pp.123-140). Journal of Medical Science, 24(1), 81-
Rijeka: InTech Europe. Retrieved from 93.
http://www.intechopen.com/books/ane
uploidy-in-health-and-disease/sex- Listyasari, N. A., Santosa, A., Juniarto, A. Z.,
chromosome aneuploidies. & Faradz, S. M. (2017).
Multidiscpilnary management of
Duguid, A., Morrison, S., Robertson, A., disorders of sex development in
Chalmers, J., Youngson, G., Ahmed, S. Indonesia: A prototype for developing
F., & the Scottish Genital Anomaly country. Journal of Biomedicine and
Network. (2007). The psychological Translational Research, 1(2015), 17-
impact of genital anomalies on the 22.
parents of affected children. Acta
Paediatrica, 96(3):348-352. McCauley, E. (2017). Challenges in
educating patients and parents about
Ediati, A., Juniarto, A. Z., Birnie, E., Okkerse, differences in sex development.
J., Wisniewski, A., Drop, S., ... Dessens, American Journal of Medical Genetics.
A. (2017). Social stigmatisation in late Part C, Seminars in Medical Genetics,
identified patients with disorders of sex 9999, 1-7. doi:10.1002/ajmg.c.31563.
development in Indonesia. BMJ
Paediatrics Open. doi:10.1136/bmjpo- Oliveira, M. de S., De Paiva-E-Silva, R. B.,
2017-000130. Guerra, G., & Maciel-Guerra, A. T.
(2015). Parents’ experiences of having
Faradz, S. M. H., Listyasari, N. A., & a baby with ambiguous genitalia.
Juniarto, A. Z. (2017). Genetic Journal of Pediatric Endocrinology &
diagnosis and experiences in Metabolism, 28(7-8), 833-838.
management of disorders of sex doi:10.1515/jpem-2014-0457.
development in Indonesia. Annals of
Translational Medicine, 5(Suppl 2): Pappas, K. B., & Migeon, C. J. (2017). Sex
AB004. doi:10.21037/atm.2017.s004. chromosome abnormalities. eLS John
Wiley & Sons, Ltd Chichester.

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203


Strategi coping orangtua yang mempunyai anak dengan 203
disorders of sex development kromosom seks mosaik

doi:10.1002/9780470015902.a0005943 2230. doi:10.1111/j.1365-


.pub2. 2648.2011.05617.x.

Risso, R., Einaudi, S., Crespi, C., Caldarera, Santos, M. de M., & de Araujo, T. C. (2008).
A., Verna, F., Merlini, E., & Lala, R. Family perceptions and coping
(2015). Sex attribution, gender identity strategies in cases of intersexuality:
and quality of life in disorders of sex Understanding their significance. The
development due to 45,X/46,XY Spanish Journal of Psychology, 11(2),
mosaicism: Methods for clinical and 573-580.
psychosocial assessment. AIMS
Genetics, 2(2), 127-147. Sarriá, E., & Pozo, P. (2015). Coping
doi:10.3934/genet.2015.2.127. strategies and parents’ positive
perceptions of raising a child with
Rosa, R. F., D’Ecclesiis, W. F., Dibbi, R. P., autism spectrum disorders. In
Rosa, R. C., Trevisan, P., Grazidio, C., Fitzgerald, M. (Ed.), Autism Spectrum
... Zen, P. R. (2014). 45,X/46,XY Disorder (pp. 51-80). Rijeka:
mosaicism: Report on 14 patients from InTechOpen. doi:10.5772/58966.
a Brazilian hospital, A retrospective
study. Sao Paulo Medical Journal, Setyorini, S. A. (2012). Hubungan antara
132(6), 328-334. doi:10.1590/1516- individual coping, dyadic coping , dan
3180.2014.1326729. kepuasan pernikahan pada penderita
penyakit kronis (Skripsi tidak
Rosyani, C. R. (2012). Hubungan antara dipublikasikan). Fakultas Psikologi
resiliensi dan coping pada pasien Universitas Indonesia.
kanker dewasa (Skripsi tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi Tahir, L. M., Khan, A., Musah, M. B.,
Universitas Indonesia. Ahmad, R., Daud, K., Alhudawi, S. H.
V., … Talib, R. (2017). Administrative
Sanders, C., Carter, B., & Goodacre, L. stressors and Islamic coping strategies
(2012). Parents need to protect: among Muslim primary principals in
Influences, risks, and tensions for Malaysia : A mixed method study.
parents of prepubertal children born Community Mental Health Journal,
with ambiguous genitalia. Journal of 54(5), 649-663. doi:10.1007/s10597-
Clinical Nursing, 1-9. 017-0206-8.
doi:10.1111/j.1365-
2702.2012.04109.x. Zainuddin, A. A., & Mahdy, Z. A. (2017).
The Islamic perspectives of gender-
Sanders, C., Carter, B., & Goodacre, related issues in the management of
L.(2011). Searching for harmony: patients with disorders of sex
Parents’ narratives about their child’s development. Archives of Sexual
genital ambiguity and reconstructive Behavior, 46(2), 353-360.
genital surgeries in childhood. Journal doi:10.1007/s10508-016-0754-y.
of Advance Nursing, 67(10), 2220-

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 189-203

Das könnte Ihnen auch gefallen