Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
, Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
Abstract: Open space is one of a supporting lives the city. Its presence has an important role
for the people living surrounding it. Along with development process, the quality and quantity
of open space can be degraded especially when its located in kampong. It happens because of
an uncontrollable spatial layout. Yogyakarta is a city that also has a kampong, one of them is
kampong Bangunrejo which crossed by Winongo River. The character and local potentials of this
riverbank kampong makes the government of Yogyakarta and Forum Komunikasi Winongo Asri
(FKWA) to plan a open space revitalization. It aims to improve the image a kampong through open
space that located on riverbank. The aim of this research is to get a spatial layout of open spaces
in kampong Bangunrejo. This spatial layout is expected to give an idea of how the open space
works. The results are expected to guide open space design recommendations, corresponds to its
performance. The analysis process utilised a quantitative technique using Depthmap program. By
using this method, which focused on spatial layout of open spaces, would strengthen its qualitative
analysis to be more real. Public open spaces were selected to represents different typologies of
open space, Bangunrejo. The result of the discussion found that in general there is a relationship
between the active space used as a public open space and a performance space. Performance
space is influenced by aspects of connectivity (global and local integration), visual quality (visual
integration), and movement patterns of people. Moreover, in a system of kampong, diversity of
open space variations also affect the performance of the space.
Abstrak: Ruang terbuka merupakan salah satu pendukung kehidupan dalam kawasan. Keberadaan
ruang terbuka memiliki peran dan fungsi penting bagi masyarakat di sekitarnya. Seiring dengan
perkembangan kota, kualitas dan kuantitas ruang terbuka dapat menurun, khususnya pada
kawasan kampung kota. Hal ini terjadi karena pola tata ruang yang tidak terkontrol. Di Yogyakarta
juga terdapat kawasan kampung kota salah satunya kampung Bangunrejo yang dilalui oleh Sungai
Winongo. Karakter kampung kota dan potensi lokal yang dimiliki kampung Bangunrejo membuat
pemerintah kota Yogyakarta bersama Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) melakukan
revitalisasi ruang terbuka tepian sungai. Program ini bertujuan untuk meningkatkan citra sebuah
kampung kota melalui ruang terbuka tepian sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
pola tata ruang terbuka di kampung Bangunrejo yang dapat memberi gambaran bagaimana ruang
terbuka tersebut bekerja. Hasilnya diharapkan dapat menjadi arahan rekomendasi desain ruang
terbuka yang sesuai. Proses analisis dibantu dengan teknik kuantitatif menggunakan program
Depthmap. Dengan metode deskriptif kuantitatif yang memfokuskan pada pola tata ruang terbuka
akan memperkuat analisis kualitatif secara lebih nyata. Dalam proses analisis dipilih beberapa
ruang terbuka publik yang dapat mewakili tipologi yang berbeda pada lokus terpilih di kampung
Bangunrejo. Hasil pembahasan, secara umum menjelaskan bahwa ada hubungan antara ruang
yang aktif dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik dengan kinerja ruang. Kinerja ruang
tersebut dipengaruhi oleh aspek konektivitas (integrasiglobal danlokal), kualitas visual (integrasi
visual), dan pola pergerakan. Selain itu, dalam sebuah sistem ruang kampung variasi keragaman
bentuk ruang terbuka mempengaruhi kinerja ruang tersebut.
Kata kunci: pola tata ruang, ruang terbuka publik, kinerja ruang
Sidhi Pramudito adalah staf pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
1
239
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
240
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
241
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
terbuka publik dianjurkan berada di samping fasilitas yang mendukung aktivitas pengguna;
sebuah jalur yang penting dalam sebuah area dan [5] Memberi rasa aman dan nyaman bagi
beberapa rumah. pengguna.
242
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
243
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
244
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
245
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
246
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
Peta Bidang (convex map) Bidang yang terintegrasi terlhat pada bidang yang berwarna
merah, gradasi merah, kuning, dan kuning kehijauan (bagian
yang terlingkari garis putus-putus). Bidang-bidang ini
diantaranya berupa jalan utama perkotaan, jalan kampung
yang merupakan akses utama keluar masuk kampung, Bidang
yang terpisah terlihat pada bidang yang berwarna hijau,
biru tua dan muda. Bidang tersebut diantaranya ruang jalan
rukunan, ruang jalan yang buntu/terputus, dan ruang-ruang
di kampung yang terjepit.
Temuan: Dari kedua peta garis tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang saling terkait. Pada beberapa garis/
ruang luar, cukup terlihat jelas ada yang memiliki nilai integrasi yang sama (garis 0 dan 1). Namun di sisi lain ditemukan
bahwa garis yang kurang terintegrasi secara global tetapi terintegrasi secara lokal. Hal ini menunjukkan bahwa secara lokal
garis ini memiliki banyak pilihan untuk akses, namun secara global letaknya kurang terintegrasi.
247
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
Rekomendasi
Kondisi dan Berdasar Hubungan
Kinerja Ruang
Pola Ruang Terbuka Kondisi Fisik dan
Kinerja Ruang
Ruang Terbuka A
a. Konektivitas; 1. Integrasi global (axial map) 1. o p t i m a s i d e n g a n
kedekatan Ruang terbuka A pemberian alternatif
Kondisi: pola didukung jalan kampung akses secara global
ruang organik, yang memiliki hubungan (meningkatkan
ruang terbuka yang banyak dengan pilihan orang untuk
terjepit, terdapat 1 jalan kampung lainnya, menuju ruang ini)
akses yang cukup membuat jalan ini 2. dibutuhkan pengarah
ramai digunakan memiliki nilai integrasi jalan (way finding)
menuju ke luar dan yang sedang (gradasi untuk mempermudah
dalam kampung. warna kuning ke hijau) pencapaian karena
lokasi yang terjepit.
248
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
Ruang Terbuka D
a. Konektivitas; 1. Integrasi global (axial map) 1. sebagai ruang
kedekatan Ruang ini memiliki sirkulasi, fungsi
Kondisi: ruang terbuka hubungan yang utama ruang
“street” dan berupa banyak sehingga nilai jalan harus tetap
junction, titik pergerakan integrasinya cukup diutamakan
warga menghubungkan tinggi (ditunjukkan apalagi ruang
sisi utara-selatan-barat- dengan warna orang- jalan ini sebagai
timur kampung menuju kuning). Ruang persimpangan
akses utama keluar- ini juga terhubung memperjelas alur/
masuk kampung dengan akses global, sehingga secara global rute agar semakin
memiliki nilai yang baik. mempermudah
untuk mengakses
2. Integrasi lokal (convex map) ruang-ruang lain di
Ruang ini memiliki nilai sedang kampung
ke tinggi (ditunjukkan dengan
warna merah-kuning-hijau).
Terutama bagian selatan yang
berwarna merah, karena secara
tidak langsung ruang ini terhubung
dengan akses utama kampung
menuju lingkungan global.
b. Kualitas visual 1. o p t i m a s i d e n g a n
Kondisi: dilingkupi 1. Integrasi visual memberi pengarah
bangunan, bentuk ruang R u a n g visual pada semua
jelas (linear-menerus), cenderung sisi agar ruang lebih
pandangan berupa terakses terintegrasi secara
dinding bangunan secara visual visual pemberian
(elemen hardscape) dari arah focal point sebagai
utara-selatan penanda node
(bernilai kawasan dan juga
s e d a n g sebagai ruang
k a r e n a orientasi
memiliki
hubungan
langsung).
Dari arah
barat-timur, ruang terhalang bangunan, sehingga
secara visual kurang terintegrasi.
Bersambung ke halaman 250
249
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
c. adanya ragam kegiatan Karena letaknya yang cukup terintegrasi, pergerakan 1. ruang yang memiliki
Kondisi : didominasi terjadi merata, namun cenderung didominasi dari dominasi aktifitas
aktivitas sirkulasi, arah utara-selatan. Nilai convex yang sedang dan berupa sirkulasi
ada beberapa fungsi nilai integrasi visual yang sedang membuat ruang ini perlu disinergikan
komersial warga berupa tidak hanya dimanfaatkan secara lokal, namun secara perannya agar
sebagai activity support global. fungsi utama ruang
dan titik temu warga jalan dan aktifitas
pendukungnya dapat
saling mendukung.
sebagai ruang
orientasi
2. integrasikan ruang
dengan ruang-ruang
terbuka lain di
kampung
Ruang Terbuka H
a. Konektivitas; 1. Integrasi global (axial map) 1. ruang jalan atau
kedekatan Ruang terbuka “street” ini ruang terbuka E
Kondisi : ruang terbuka memiliki nilai integrasi sedang kondisinya sudah
sebagai ruang jalan karena terhubung langsung ke cukup optimal dilihat
penghubung antar 2 akses global (ditunjukkan oleh dari keterhubungan
kampung, dan juga warna kuning ke hijau). lokal maupun
sebagai akses dominan Pola ruang yang menerus, global.
keluar-masuk kampung membuat ruang ini menjadi
satu kesatuan bagian.
250
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
2. Isovist
Baik dari arah yang berlawanan, sudut pandang
yang dihasilkan sama, hal ini disebabkan ruang
yang terdefinisi dengan baik, dan tidak ada
penghalang pandangan.
c. adanya ragam kegiatan Kecenderungan dan kemungkinan pergerakan terjadi 1. ruang sirkulasi dan
Kondisi : utamanya merata, pola jalan yang jelas membuat pola pergerakan ruang interaksi
sebagai ruang jalan/ yang jelas dan merata pula. perlu diintegrasikan
sirkulasi, namun sering f u n g s i n y a
digunakan pula sebagai agar keduanya
ruang interaksi karena memperoleh porsi
memiliki ruang (square) yang seimbang
di dekatnya 2. p e n y e d i a a n a r e a
berkumpul yang
sekaligus bisa
digunakan sebagai
penanda kawasan
251
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
252
Pramudito, S., Analisis Pola Tata Ruang Terbuka Tepian Sungai Winongo di Kampung Budaya Bangunrejo
Melihat dari temuan analisis kondisi dan dan lokal), kualitas visual (integrasi visual), dan
pola ruang terbuka dan kinerja ruang melalui pola pergerakan; [3]Dalam sistem kawasan
simulasi, maka ditemukan alternatif cara untuk kampung, keberadaan ruang khususnya ruang
mengoptimalkan kondisi livabilitas ruang terbuka saling tergantung satu sama lain,
terbuka, yaitu: [1] Meningkatkan nilai integrasi sehingga diperlukan integrasi satu sama lain.
ruang Integrasi ruang terbuka ditingkatkan
dengan cara menambah konektivitas khususnya Tabel 6. Temuan Karakter Ruang Terbuka
menuju ruang terbuka yang terjepit. Akses baru
Bentuk Karakter Ruang (berdasar pola dan
ditambahkan dengan menghubungkan jalan Ruang kinerja ruang)
potensial yang kondisinya buntu. Selain itu Ruang Kondisi ruang yang luas, cenderung
penambahan akses dilakukan pada area bantaran terbuka memiliki nilai performa ruang lokal
sungai untuk mengintegrasikan ruang terbuka square/ yang tinggi, sehingga ruang terbuka
yang berada di tepian sungai; [2] Meningkatkan plaza (ruang ini dapat dijadikan ruang berkumpul
nilai visibilitas. Nilai visibilitas ditingkatkan terbuka A) warga.
dengan cara memberi way finding pada ruang Ruang Bentuk yang linear cenderung
kampung, namun tetap menyesuaikan kondisi terbuka memiliki nilai performa ruang
eksisting kampung karena ruang yang terbatas. street global yang tinggi, khususnya pada
Tujuannya agar ruang yang kondisinya terjepit (ruang komponen akses dan sirkulasi,
terbuka H) sehingga cenderung optimal jika
dapat terakses secara tidak langsung, ruang
dijadikan sebagai ruang pengarah
memiliki kemampuan mengarahkan perjalanan
Ruang Bentuk ruang yang khas berupa
penggunanya untuk mencapai tujuannya. terbuka perempatan ruang cenderung
“titik” memiliki nilai performa ruang global
Setelah dilakukan alternatif cara untuk (ruang dan lokal yang tinggi. Keterbatasan
mengoptimalkan ruang terbuka, dapat dilihat terbuka D) ruang dapat dioptimalkan dengan
perubahan yang terjadi pada ruang di sekitar mengarahkan ruang ini menjadi
ruang terbuka tersebut. Ruang-ruang yang ruang orientasi warga atau node
tadinya memiliki nilai rendah (ditunjukkan pada sistem kawasan kampung
dengan warna gradasi hijau ke biru) meningkat Sumber: Analisis Penulis, 2013
nilainya ke arah lebih tinggi (ditunjukkan
dengan warna gradasi hijau ke kuning maupun SARAN
merah).
Untuk semakin memperkuat dan
Begitu pula dengan nilai visibilitas ruang. mengembangkan hasil penelitian ke depan
Alternatif struktur ruang baik dari pola jalan dengan topik yang sama, maka dapat ditambahkan
yang diintegrasikan dan penjarangan tatanan beberapa aspek, yaitu: [1]Studi tentang perilaku
massa membuat nilai integrasi visibilitas warga perlu ditambahkan dengan metode
meningkat, khususnya pada ruang terbuka kuisioner agar dasar rekomendasi ruang terbuka
yang terjepit. Perubahan ini ditunjukkan publik semakin kuat, karena metode space syntax
dengan perubahan warna ke arah nilai yang hanya mampu membaca aspek fisik saja. Perlu
lebih tinggi. keseimbangan aspek fisik dan non fisik; [2]Kajian
mengenai aspek ekologi yang didukung dengan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI studi lingkungan perlu ditambahkan agar kinerja
ruang semakin lengkap.
Kesimpulan dari penelitian ini merupakan
hasil temuan dan analisis terhadap ruang DAFTAR RUJUKAN
terbuka yang berada di tepian Sungai Winongo
khususnya pada kampung Bangunrejo yang Bappeda Kota Yogyakarta. 2009. Laporan
menjadi objek penelitian, yaitu: [1] Variasi Antara Pekerjaan Penyusunan
keragaman bentuk ruang terbuka mempengaruhi Revitalisasi Sungai Winongo Kota
kinerja ruang terbuka tersebut; [2] Nilai kinerja Yogyakarta.
ruang ruang dari hasil simulasi cenderung Copper-Marcus, C. & Francis, C. 1998. People
dipengaruhi aspek konektivitas (integrasi global Places: Design for Urban Open Space
253
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 4, Oktober 2013
(second edition). John Wiley & Sons Kawasan Binaan. Universitas Gadjah
Inc, Toronto. Mada Yogyakarta.
Darjosanjoto, E. 2005. “Kembang Jepun” : Serdoura, F. dan Almeida, H., 2010. Small
Jalan Dominan Kota Surabaya. Jurusan Open Space Liveable Spaces. Pluris The
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Department of Planning
dan Perencanaan Universitas Kristen Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process.
Petra, Surabaya. Van Nostrand Reinhold Company, New
Darjosanjoto, E. 2005. Penelitian Arsitektur Di York.
bidang Perumahan Dan Permukiman. Wibisono, B. H., 1997. Social Function
ITSpress, Surabaya of Streets in Urban Kampungs in
Davies and Llewelyn. 2005. Urban Design Yogyakarta, Indonesia, The Second
Compendium 1. English Partnership. International Symposium on Asia Pacific
Hatmoko, A. U. 1999. Handout Mata Kuliah Architecture, Honolulu.
Perancangan Kawasan Perkotaan Yuniarman, A. Karakteristik Ruang Terbuka
(Urban Design). Jurusan Teknik Publik Kawasan Sungai Jongkok Kota
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lama Ampenan. Tesis Program Studi
Gadjah Mada. S-2 Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Hakim, R. 1987. Unsur Perancangan Dalam Konsentrasi Desain Kawasan Binaan.
Arsitektur Lansekap. Bina Angkasa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Jakarta. Yanuranda Krismani, A. 2011. Strategi
Hillier, B. & Hanson. 1984. The Social Logic of Konsolidasi Pemanfaatan Ruang
Space. Press Syndicate of the University Terbuka Tepian Air Sungai Winongo
of Cambridge. Yogyakarta. Tesis Program Studi S-2
Hillier, B. 1996. Space is The Machine. Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Cambridge University Press, Konsentrasi Desain Kawasan Binaan.
Cambridge. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Lang, J. 2005. Urban Design: A Typology of Yudhanta, W. C. 2011. Hubungan Konfigurasi
Procedures and Products. Architectural Ruang dan Aksesibilitas Jalan Kampung
Press, Burlington. Sebagai Ruang Publik di Kawasan
Pramudito, S. 2013. Optimasi Livabilitas Ruang Kampung Jogoyudan, Kali Code
Terbuka Publik Pada Bantaran Sungai Menggunakan Space Syntax. Tesis
Winongo Di Kampung Bangunrejo Program Studi S-2 Teknik Arsitektur
Kelurahan Kricak Yogyakarta. Tesis dan Perencanaan Konsentrasi Desain
Program Studi S-2 Teknik Arsitektur Kawasan Binaan. Universitas Gadjah
dan Perencanaan Konsentrasi Desain Mada Yogyakarta
254