Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DISUSUN OLEH :
NANDANG SUHERMAN
Dosen Gerontik
Assalamuallaikum.wr.wb
kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahNya maka dengan ini kami
Terselesainya makalah ini berkat kerja sama dari berbagai pihak untuk itu
kesalahan baik dari sisi tulisan maupun sistem penulisan, maka dari itu saya
mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat
Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Penulisan............................................................ 2
D. Metode Penulisan......................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................;;;;;;;;;........ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Atropi………………………………….......................... 3
B. Macam – macam Atropi………………………..…………….... ,4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PPOM
A. Pemeriksaan fungsi motorik...................................................... …6
B. Pemeriksaan tonus otot..................................................................7
C. Pemeriksaan luas garak sendi........................................................8
D. Pemeriksaan postur.................................................................... 9
BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat
memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul
antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi menurun,
sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat.
Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebih meninggi dan jumlah
anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak (Mangunegoro, 1992. Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan
yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal
perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul
homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel
(Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan
anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem
pernafasan.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul
pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit
yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang
diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita
sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu
(misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-
penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang
diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian
tersebut (Mangunegoro, I992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi
Martono. 1999)
LANDASAN TEORITIS
A.DEFINISI ATROPI
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran
normal. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-
sel parenchym yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil.
Pada ekstrem yang lain, jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan
miosinnya akan berkurang, serat-seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan
demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi lebih lemah.
Atrofi dapat terjadi melalui dua cara; Disuse atrophy dan Atrofi denervasi.
Disuse atrophy
Terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama
walaupun persarafannya utuh, seperti ketika seseorang harus menggunakan gips
atau berbaring untuk jangka waktu lama.
Atrofi denervasi
1. Atrofi fisiologis : alat tubuh yang dapat mengecil atau menghilang sama sekali
selama masa perkembangan atau kehidupan . mis: pengecilan kelenjar
thymus, ductus omphalomesentricus , ductus thyroglossus.
2. Atrofi Senilis : mengecilnya alat tubuh pada orang yang sudah berusia lanjut
(aging process).
3. Atrofi setempat (local atrophy) : atrofi setempat akibat keadaan-keadaan
tertentu.
4. Atrofi inaktifitas (Disuse atrophy) : atropi yang terjadi akibat in aktifitas otot-
otot yang mengakibatkan otot-otot tersebut mengecil. Mis. pada kelumpuhan
otot akibat hilangnya persarafan seperti pada poliomyelitis (atrophy
neurotrofik).
5. Atrofi Desakan (pressure atrophy) : yang terjadi karena desakan yang terus-
menerus atau desakan untuk wakru yang lama dan mengenai suatu alat tubuh
atau jaringan missal
a) Atrofi desakan fisiologis : pada gusi akibat desakan gigi yang mau tumbuh
(pada anak-anak).
b) Atrofi desakan patologis : pada sternum akibat aneurisma aorta. Pelebaran
aorta di daerah substernal akibat syphilis. Akibat desakan yang tinggi dan
terus menerus mengakibatkan sternum menipis.
6. Atrofi Endrokin : terjadi pada alat tubuh yang aktifitasnya bergantung pada
rangsang hormon.
Pada sumber lain dikatakan bahwa berdasarkan penyebabnya, atrofi dibagi atas :
Atrofi Neurogen : akibat dari kelumpuhan saraf mis. pada orang yang lumpuh.
Atrofi Vaskuler : akibat dari gangguan sirkulasi darah, mis. pengecilan otak
karena arteriosklerosis, pada usia lanjut.
Disuse Atrofi : akibat dari tidak dipergunakan dalam waktu yang lama, mis.
pada orangsakit yang harus berbaring lama di tempat tidur.
Atrofi Endokrin : akibat dari pengaruh hormon, mis. pengecilan payudara pada
wanita lanjut karena produksi hormon yang berkurang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Luas gerak sendi (LGS) merupakan luas gerak sendi yang dapat dilakukan
oleh suatu sendi. Tujuan pemeriksaan LGS adalah untuk mengetahui besarnya
LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS sendi yang normal,
membantu diagnosis dan menentukan fungsi sendi.
a) Posisi awal posisi anatomi, yaitu tubuh tegak, lengan lurus di samping
tubuh, lengan
bawah dan tangan menghadap bawah.
Pemeriksaan postur di lakukan dengan cara inspeksi pada posisi berdiri. Pada
posisi tersebut postur yang baik/ normal dapat terlihat dengan jelas. Dari
samping, tampak telinga, akromium, trunk, trokanter mayor, patela bagian
posterior dan maleolus lateralis aada dalam satu garis lurus.
b) Indeks Katz
d) Indeks ADL
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat dan dapat menjadi pelajaran
pengalaman khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Penulis berharap akademik dapat lebih menyediakan lagi sumber buku dengan
tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan
terutama dengan pembuatan asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori