Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
One of the ethnicities most commonly found as a trader, merchant, or other seller at
markets all over Indonesia, starting from Sabang to Merauke, was the Minangkabau
people. Minangkabau people engaged in various activities of commerce or trade all
goods needs. In addition Minangkabau people known for their culinary efforts, in
particularly Padang buffet. An interesting question about it is how the Minangkabau
people can present almost in all markets that exist in the archipelago? How social and
cultural structures of the Minangkabau society form the market? As well as how the
economic behavior of the Minangkabau people in relation to the market? To answer
the above questions done field research with qualitative approach. Research data
obtained from various sources such as in-depth interviews on various market actors
and indigenous experts Minangkabau, observation of reality and literature on socio-
cultural structures of the Minangkabau. The results showed that there is a qualitative
relationship between socio-cultural structures of the Minangkabau, migration out (
merantau ) and markets. The market, culturally, is not separate from space
Minangkabau people, because he was part of the prerequisites of the existence of a
nagari. Migration out of the nagari or merantau is a cultural encouragement to become
a useful person. One of the main roads traveled to become a useful person is to
become entrepreneur, where the market is a place suitable for those options.
Abstrak
Salah satu suku bangsa yang paling sering ditemukan di pasar sebagai pedagang
atau penjual, di seluruh Indonesia dari Sabang sampau Merauke, adalah orang
Minangkabau. Mereka terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau
perdagangan barang dan jasa yang diperlukan. Mereka dikenal dengan dalam usaha
kuliner, khususnya restoran Padang. Pertanyaan menarik terkait fenomena di atas
adalah bagaimana orang Minangkabau bisa hadir pada hampir semua pasar yang
terdapat di Nusantara ini? Bagaimana struktur sosial dan budaya Minangkabau
membentuk pasar? Dan bagaimana perilaku ekonomi orang Minangkabau dalam
hubungannya dengan pasar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan
penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari berbagai
sumber seperti wawancara mendalam terhadap berbagai aktor pasar dan ahli adat
Minangkabau, pengamatan lapangan, dan kepustakaan tentang struktur sosial budaya
Minangkabau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap hubungan kualitatif
antara struktur sosial budaya Minangkabau, merantau dan pasar. Pasar, secara
budaya, tidak terpisah dari ruang kehidupan orng Minangkabau; karena ia menjadi
persyaratan bagi keberadaan suatu nagari. Sedangkan merantau merupakan suatu
mekanisme sosial budaya Minangkabau untuk suatu pengakuan diri dan sosial dalam
nagari melalui menjadi orang berguna. Salah satu jalan untuk menjadi orang berguna
adalah menjadi entrepreneur, di mana pasar sebagai tempat yang cocok untuk
meraihnya.
Kata Kunci: Minangkabau, Migrasi, Kontruksi Sosial Pasar, Wirausaha
1
Penulis adalah Guru besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Andalas
2
Penulis adalah Dosen Sumberdaya Manusia Pascasarjana Universitas Batam
P
asar merupakan salah satu institusi orang Minangkabau dalam kaitannya
terpenting dalam ekonomi. Dinamika dengan pasar?
kehidupan ekonomi digerakkan oleh Untuk menjawab pertanyaan
pasar. Lambat atau cepatnya pergerakan tersebut di atas dilakukan penelitian
ekonomi tergantung pada lambat atau lapangan dengan pendekatan kualitatif.
cepatnya pergerakan pasar. Pergerakan Data penelitian diperoleh dari berbagai
pasar tidak sama pada setiap masyarakat. sumber seperti wawancara mendalam
Ada pasar yang pergerakannya cepat dan terhadap berbagai aktor pasar dan ahli adat
juga ada yang lambat. Lambat atau Minangkabau, pengamatan terhadap
cepatnya pergerakan pasar tergantung realitas dan literatur tentang struktur sosial
salah satunya pada struktur sosial budaya budaya Minangkabau.
masyarakat.
Pasar dalam masyarakat tertentu B. KERANGKA TEORITIS
dikonstruksi sebagai wilayah yang kumuh,
hina, jorok, atau kotor. Konstruksi seperti
D
alam bahasa latin, pasar dapat
itu menyebabkan tidak semua kelompok ditelusuri melalui akar dari kata
atau lapisan masyarakat diperbolehkan “mercatus”, yang bermakna
untuk datang atau beraktivitas di pasar berdagang atau tempat berdagang.
karena akan mencemari marwah status Terdapat tiga makna yang berbeda di dalam
sosial mereka. Masyarakat mengonstruksi pengertian tersebut: satu, pasar dalam
berbagai tuntunan budaya dalam bentuk artian secara fisik; dua, dimaksudkan
pepatah-petitih, mamangan adat, aturan, sebagai tempat mengumpulkan; tiga, hak
dan larangan adat dalam hubungan dengan atau ketentuan yang legal tentang suatu
pasar. Konsekuensi logis dari hal tersebut pertemuan pada suatu market place. Pada
adalah pasar tidak dikunjungi oleh semua abad ke-16, pengertian pasar, menurut
anggota lapisan masyarakat. Sebaliknya Swedberg seperti yang dikutip Zusmelia
hanya anggota kelompok masyarakat (2007: 10), menemukan arti baru, yaitu
tertentu saja datang ke pasar. “membeli dan menjual secara umum” dan
Pada sisi lain, ada masyarakat yang “penjualan (interaksi pertukaran) yang
menjadikan pasar bagian tidak terpisahkan dikontrol oleh demand dan supply”.
dari struktur sosial budaya masyarakat, Kelihatannya definisi yang disebut terakhir
sehingga tidak terjadi eksklusi kelompok inilah yang dirujuk oleh ilmu ekonomi sampai
atau lapisan sosial tertentu terhadap pasar. saat sekarang ini.
Pada masyarakat seperti ini, pasar terbuka Dalam bukunya Penjaja dan Raja,
bagi seluruh lapisan dan kelompok dalam Clifford Geertz (1973: 30-31) mencoba
masyarakat. Tidak ada larangan adat atau menelusuri pengertian pasar sebagai kata
hambatan budaya bagi suatu kelompok bila serapan dari bahasa Parsi, yaitu “bazar”,
ingin masuk atau beraktivitas ke pasar lewat bahasa Arab bermakna suatu pranata
Salah satu etnik yang paling sering ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu
ditemukan sebagai pedagang, saudagar, gaya umum dari kegiatan ekonomi yang
atau penjual pada pasar-pasar di seluruh mencapai segala aspek dari masyarakat,
Indonesia, mulai dari Sabang sampai dan suatu dunia sosial-budaya yang lengkap
Merauke, adalah orang Minangkabau. dalam sendirinya. Jadi dalam pandangan
Orang Minangkabau bergerak dalam Geertz, merupakan gejala gejala alami dan
berbagai kegiatan perniagaan atau gejala kebudayaan, di mana keseluruhan
perdagangan semua barang kebutuhan. dari kehidupan masyarakat pendukungnya
Selain itu orang Minangkabau dikenal dibentuk oleh pasar.
dengan usaha kulinernya, khususnya rumah Dalam ekonomi klasik, seperti
makan Padang. pandangan Adam Smith, melihat pasar
Pertanyaan yang menarik tentang sinonim dengan baik tempat jualan (market-
hal ini adalah bagaimana orang place) maupun sebagai suatu daerah
Minangkabau bisa hadir hampir di semua geografis. Sedangkan ekonom yang datang
pasar yang ada di nusantara ini? kemudian, seperti Alfred Marshal melihat
Bagaimana struktur sosial dan budaya
Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar 30 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 29-38_______________________ ISSN 1410-8356
pasa. Oleh karena itu, pada umumnya 2. Pasar dalam Struktur Sosial Budaya
nagari yang memiliki pasarnya sendiri, tidak Minangkabau
berserikat dengan nagari lain, lokasi di Dalam struktur sosial budaya
mana tempat pasar berada adalah lokasi di Minangkabau, pasar dinyatakan sebagai
mana terdapat balai. salah satu persyaratan terhadap
Bagaimana pemahaman sosiologis keberadaan dari sebuah nagari, yaitu
terhadap ketiga konsep pasar tersebut? babalai bamusajik (mempunyai balai dan
Dalam disertasinya tentang “Ketahanan masjid). Balai, seperti telah dikemukakan di
(persistence) Pasar Nagari Minangkabau“, atas, dapat memiliki dua makna yaitu balai
Zusmelia (2007: 135-145) melihat bahwa sebagai kerapatan adat dan sebagai
balai, pakan dan pasa merupakan suatu (tempat) pasar. Kedua makna tersebut bisa
garis kontinum perkembangan tempat pasar muncul pada waktu yang bersamaan karena
(market place) dan mekanisme transaksi proses permintaan menciptakan penawaran,
antara penjual dan pembeli, di mana balai di mana kehadiran balai sebagai kerapatan
dipandang sebagai bentuk yang sederhana adat memerlukan atau menciptakan
sedangkan pasa sebagai bentuk yang paling kehadiran balai sebagai (tempat) pasar.
komplit. Pasar, oleh sebab itu, merupakan
Fungsi pasar dalam nagari (balai, institusi penting dalam nagari, karena ia
pakan dan pasa) terdiri dari fungsi layanan terkait dengan keberadaan nagari itu sendiri.
kultural (pertukaran sosial), layanan Artinya nagari wajib memiliki pasar. Apabila
ekonomi (pertukaran ekonomi), dan layanan suatu nagari tidak memiliki pasarnya sendiri,
personal (pertukaran barang dan jasa). karena tidak mampu membangun suatu
Fungsi layanan kultural pada balai pasar, maka jalan keluar terhadap
terdiri dari arena sosialisasi sosial-politik, persyaratan keberadaan nagari adalah
kontrol sosial, pertukaran sosial, pembuatan melakukan persekutuan dalam membangun
kontrak tenurial, kontrak perkawinan, dan pasar bersama dengan nagari lain yang
sumber gosip. Sementara pada pakan, berdekatan letaknya. Persekutuan nagari
kesemua fungsi yang terdapat pada balai dalam mendirikan pasar menghasilkan
dimiliki kecuali fungsi pertukaran sosial dan pasar serikat. Pasar Baso di Kabupaten
pembuatan kontrak tenurial dan kontrak Agam, misalnya, merupakan pasar serikat
perkawinan. Fungsi layanan kultural pada dari persekutuan 4 nagari yaitu Nagari
pasa lebih sedikit lagi dibandingkan dengan Tabek Panjang, Padang Tarok, Simarasok,
balai dan pakan, yaitu hanya berfungsi dan Koto Tinggi.
sebagai kontrol sosial dan sumber gosip. Pasar nagari dalam sistem
Fungsi layanan ekonomi pada balai pemerintahan nagari sekarang ini
meliputi pertukaran barang dan jasa dan merupakan suatu hal yang sangat penting.
outlet promosi keterampilan (skill) dan hasil Karena salah satu sumber utama
kerajinan. Sedangkan pada pakan dan pasa pendapatan nagari adalah berasal dari
meliputi semua sub fungsi yang ada, yaitu pengelolaan pasar. Pengelolaan pasar
pertukaran barang dan jasa, memperkuat nagari dilakukan oleh Badan Perwakilan
kelompok (klientisasi) jaringan bisnis, Pemilik Pasar, yang dibentuk oleh
informasi harga dan kualitas, dan outlet Kerapatan Adat Nagari (KAN) di bawah
promosi keterampilan (skill) dan hasil pengaturan pemerintahan nagari.
kerajinan. Pasar nagari merupakan cermin dari
Fungsi layanan personal pada balai kompleksitas sosial. Pasar nagari tidak
terdiri dari pemenuhan kebutuhan amenities hanya mencakup tempat transaksi ekonomi
dan hiburan serta membangun networking antara penjual pembeli tetapi lebih dari itu,
untuk kepentingan sosial ekonomi. Pada meliputi berbagai aspek persoalan
pasa juga memiliki dua fungsi yaitu kehidupan masyarakat nagari seperti tempat
pemenuhan kebutuhan amenities dan mencari jodoh, wisata, silaturahmi dengan
hiburan serta mencari peluang (opportunity) teman atau kerabat yang lama tidak bersua,
dan kesempatan bisnis. Sedangkan pakan menikmati santapan enak, gudang informasi
memiliki kesemua fungsi yang ada. sosial budaya dan poltik lokal, dan
sebagainya.
B
agaimana orang Minangkabau bisa secara historis dapat dibagi atas tiga jenis,
hadir hampir di semua pasar yang yaitu segmentasi kampung, merantau
ada di nusantara ini? Ada tiga sirkuler, dan merantau Cino (Cina).
variabel kunci yang berhubungan dalam Merantau dalam segmentasi kampung
menjawab pertanyaan ini, yaitu merantau, merupakan perpindahan untuk membentuk
kapital social, dan pasar. Merantau suatu pemukiman baru. Merantau jenis ini,
merupakan suatu proses dan pola migrasi pada umumnya, didorong oleh kekurangan
suku bangsa Minangkabau. Merantau, tanah untuk bertani dan tekanan penduduk
menurut Mochtar Naim (1984: 3), adalah yang semakin meningkat jumlahnya.
institusi sosial pada masyarakat Perpindahan ini dilakukan oleh satu
Minangkabau yang build in dalam budaya kelompok nasab ibu (matrilineal) atau
mereka. Merantau merupakan proses sebagian kelompok keturunan, yang
meninggalkan kampung halaman dengan dipimpin oleh ketua kelompok keturunan.
kemauan sendiri untuk jangka waktu lama Perpindahan ini bersifat permanen. Adapun
atau tidak, dengan tujuan mencari tipe pekerjaan yang dilakukan adalah
penghidupan menuntut ilmu atau mencari kegiatan yang berhubungan dengan tanah
pengetahuan, biasanya dengan maksud dan pertanian.
kembali pulang. Merantau sirkuler, dikenal juga
Sosialisasi merantau telah terjadi dengan merantau pipit, merupakan proses
pada saat seorang anak berusia sekitar 7 migrasi ulang-alik yang dilakukan oleh pria,
tahun. Pada usia tersebut seorang anak baik yang masih bujang maupun yang
didorong untuk tidak tidur di rumah. Ia sudah kawin. Merantau jenis ini disebabkan
dituntun pergi tidur ke surau. Apabila ia tidak oleh kekurangan tanah sebagai faktor
tidur di surau, ia akan diperolok oleh teman- pendorong dan terdapatnya beragam
teman sebayanya (St. Iskandar, 1960; kesempatan yang ada di luar sebagai
Radjab, 1950). Perpindahan tempat tidur faktor penarik serta adanya ambisi pribadi.
sang anak dari rumah gadangnya ke surau, Adapun pekerjaan yang dilakukan adalah
secara simbolik, dilihat sebagai proses pekerjaan yang tidak terikat dengan tanah
perantauan pertama seorang anak ke dunia dan pertanian seperti pedagang, tukang,
luar (surau). Para pemuda yang tidur di dan guru. Walaupun seorang pria telah
surau bukan sekedar tidur, tetapi lebih jauh menikah, namun istri dan anak-anaknya
dari itu, mereka dipersiapkan untuk ditinggalkan di kampung. Oleh karena itu,
menghadapi dunia luar yang lebih luas lagi, migrasi ulang-alik rantau - kampung
yaitu rantau. halaman dilakukan seiring dengan dengan
Di suraulah mereka diperkenalkan kepulangan ke kampung halaman untuk
gambaran tentang rantau oleh para senior melihat sanak saudara nasab ibunya serta
mereka yang telah pernah merantau atau anak-anak dan istrinya kemudian kembali ke
perantau yang sedang pulang kampung. rantau. Mobilitas geografis jenis ini, oleh
Gambaran tentang rantau yang dipaparkan sebab itu, tidak bersifat permanen.
melalui penuturan para senior atau perantau Selanjutnya merantau Cino
yang sedang pulang kampung semuanya merupakan migrasi geografis permanen
menarik hati dan memotivasi untuk segera yang dilakukan oleh pada umumnya
pergi merantau (Radjab, 1950). Kesemua keluarga inti. Keluarga inti sebagai suatu
proses tersebut memperkuat ajaran adat unit pergi bersama merantau. Ketika
bahwa. “karatau madang di hulu, babuah seorang suami merantau, misalnya, setelah
babungo balun, marantau bujang dahulu, di ia merasa bisa bertahan hidup di
rumah baguno balun” (Karatau madang di perantauan, hal yang pertama dilakukan
hulu, berbuah berbunga belum, merantau adalah menjemput atau meminta istri dan
bujang dahulu, di rumah berguna belum). anak-anaknya datang ke tempat dia
Adapun makna fatwa adat tersebut adalah merantau.
para pemuda diharapkan pergi merantau Bila ia adalah seorang bujang,
untuk menuntut ilmu atau mecari ketika ia telah dipandang berhasil, hal
33 | P a g e Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 29-38_______________________ ISSN 1410-8356
3
2
Catatan (1) semande (2) seperut (3) senenek (4) seninik (5) sekaum (6) sesuku
B
jarang para perantau (pemula) menemukan agaimana perilaku ekonomi orang
kenyataan bahwa daerah yang mereka Minangkabau dalam kaitannya
datangi tidak ada orang Minangkabau, dengan pasar? Berikut beberapa
sehingga mereka harus menemukan atau perilaku ekonomi yang ditemukan pada
membuat jaringan hubungan selain jaringan orang Minangkabau dalam kaitannya
etnisitas Minangkabau. Mereka memetakan dengan pasar.
berbagai kemungkinan jaringan hubungan
yang potensial untuk digunakan, yaitu 1. Etos Kerja Minang
antara lain jaringan hubungan sealmamater Apa yang menjadi penggerak orang
(satu sekolah atau kampus), seagama, untuk melakukan sesuatu ? Pertanyaan ini
sesumatera, atau sesama perantau. Bila menyangkut dua hal yaitu berkait dengan
mereka merantau ke daerah pedalaman konsep penggerak dan konsep sesuatu.
Kalimantan atau Papua, misalnya, di mana Konsep penggerak dalam sosiologi bisa
mereka tidak menemukan orang dilihat dengan beragam sudut pandang,
Minangkabau, maka bisa saja mereka misalnya dari Marxian dan Weberian.
mencoba mendekatkan diri dalam Sedangkan sesuatu di sini, dimaksud
membangun jaringan hubungan berbasiskan sebagai wirausaha. Dalam perspektif
agama, almamater, kewilayahan Marxian, keberhasilan dalam wirausaha
(Sumatera), atau psikologi sosial (senasib- digerakkan oleh kemampuan seseorang
35 | P a g e Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 29-38_______________________ ISSN 1410-8356
tatanan proporsional dengan memper Menimbang sama berat”). Prinsip profit and
hatikan beban jangan melebihi dari lost sharing diakui oleh fatwa adat di atas.
kemampuan. Kesederhanaan dalam tatanan Bagaimana prinsip tersebut dilaksanakan ?
proporsional menempatkan perencanaan Menurut mamang adat dikatakan : “Gadang
dan hidup tidak konsumtif sebagai arahan kayu gadang bahannyo, Ketek kayu ketek
dalam berperilaku. bahannyo” (“Besar kayu besar bahannya,
Nilai berhemat (parsimony) diakui kecil kayu kecil bahannya”). Makna
dalam falsafah adat Minangkabau, yang mamangan adat ini adalah besar kecil suatu
dipetik dalam pepatah-petitih adat berikut : untung rugi didasarkan atas besar kecilnya
“Bahimat sabalum habih, Sadiokan payuang sumbangan yang diberikan pada suatu
sabalun hujan” (“Berhemat sebelum habis, usaha. Dengan kata lain, semakin besar
Sediakan payung sebelum hujan”). Makna kontribusi dalam perkongsian maka makin
sikap hidup hemat dilakukan untuk besar pula kemungkinan porsi meraih laba
menghindari “ketiadaan” atau kemelaratan atau sebaliknya menuai kerugian.
di masa tua atau akan datang. Nilai tersebut Nilai keadilan distribusi pendapatan
juga menempatkan perencanaan masa mendapat tempat dalam falsafah adat
depan sebagai tuntunan berperilaku. Minangkabau. Nilai tersebut terkandung
Selanjutnya nilai menjauhi pembo dalam fatwa adat berikut : “Nan lamah
rosan (extravagance), juga dikenal dalam makanan tueh, Nan condong makanan
falsafah adat Minangkabau berikut ini : tungkek” (“Yang lemah perlu ditunjang,
“Waktu ado jan dimakan, Lah abiah baru Yang miring perlu ditopang”). Arti fatwa ini
dimakan” (“Ketika ada jangan dimakan, adalah orang yang lemah (ekonomi) perlu
sudah bhabis baru dimakan”). Maksud fatwa ditolong. Siapa yang menolong ?
ini adalah ketika tenaga masih kuat dan usia Mamangan adat mengingatkan: “Adat
masih muda bekerjalah sekuat tenaga dan badunsanak, dunsanak patahankan; Adat
kumpulkan harta sebanyak mungkin, bakampuang, kampuang dipatahankan;
sedangkan pada waktu tua menikmati apa Adat banagari, nagari patahankan; Adat
yang diperoleh ketika muda. babangso, bangso dipatahankan” (“Adat
Prinsip keadilan (justice) terdiri dari bersaudara, saudara dipertahankan; Adat
nilai keadilan sosial, keadilan ekonomi dan berkampung, kampuang dipertahankan;
keadilan distribusi pendapatan. Nilai Adat bernagari, nagari dipertahankan; Adat
keadilan sosial dikandung dalam fatwa adat berbangsa, bangsa dipertahankan”). Jadi
berikut ini : “Gadang jan malendo, Panjang setiap orang Minangkabau yang memiliki
jan malindih, Cadiak jan manjua kawan, Nan kemampuan mempunyai kewajiban moral
tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo untuk membela sanak-saudara, kampung,
gadang baok bakawan” (“Besar jangan nagari dan bangsa yang mengalami
melindas, Panjang jangan menindas, Cerdik “kelemahan”.
jangan menjual kawan, Yang tua dihormati, Kesemua nilai tersebut di atas
Yang kecil disayangi, Sama besar bawa menunjuk bagaimana adat Minangkabau
berkawan”). Ini dimaksudkan agar kita saling memberikan tuntunan bagaimana berpe
menghormati dan saling tenggang rasa di rilaku dalam aktivitas ekonomi. Tuntunan
antara sesama. Perbedaan kemampuan, tersebut dapat pula menjadi identitas diri
diingatkan, agar jangan menjadi penyebab dari seorang Minangkabau.
seseorang menjadi penindas atau
melakukan eksploitasi terhadap yang lain. 2. Kewirausahaan
Nilai keadilan ekonomi dikenal Berbicara tentang perdagangan
dalam falsafah adat Minangkabau. Nilai maka orang tidak akan melupakan
tersebut termuat dalam fatwa berikut ini : pembahasan kewirausahaan (entrepreneur
“Mandapek samo balabo, Kahilangan samo ship). Seperti penelusuran Berger (1991: 13-
marugi, Maukue samo panjang, Mambilai 14) ekonom memandang kewirausahaan
samo laweh, Baragieh samo banyak, sebagai suatu akibat dari suatu konstelasi
Manimbang samo barek” (“Mendapat sama pada kondisi ekonomi tertentu, daripada
berlaba, Kehilangan sama merugi, sebagai suatu penyebab bagi pertumbuhan
Mengukur sama panjang, Menyambung ekonomi. Berger melanjutkan bahwa para
sama lebar, Berbagi sama banyak, ekonom seperti Albert Hirschman dan
37 | P a g e Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 29-38_______________________ ISSN 1410-8356
P
kekuatan eksternal. asar merupakan bagian yang tidak
Berbeda dengan para ekonom, terlepas (build in) dan melekat
sosiolog melihat kewirausahaan sebagai (embedded) dalam struktur sosial
suatu variabel yang melekat erat dalam Minangkabau, karena pasar adalah salah
sumber-sumber sosial budaya seperti pola satu prasyarat dari keberadaan dari nagari
tindakan yang diorientasikan secara sosial, itu sendiri. Pasar, oleh sebab itu, merupakan
jaringan sosial dan modal sosial (Ligh dan lokus ekspresif dan implementatif bukan
Rosenstein, 1995: 166). Oleh sebab itu hanya untuk aktivitas ekonomi tetapi juga
ketika membicarakan pola tindakan ekonomi bagi kegiatan adat masyarakat
yang diorientasikan secara sosial misalnya, Minangkabau. Keberadaan orang Minang
saat itu perbincangan kewirausahaan telah kabau di banyak pasar nusantara tidak
dimulai. Aktifitas ekonomi yang dimotivasi terlepas dari budaya merantau yang muara
oleh orientasi nilai baik bersumber dari utama dari aktivitasnya adalah pasar.
agama maupun dari adat seperti amanah Keberadaan perantau di pasar dirajut oleh
(accountability), tabligh (memberikan kemampuan membangunan jejaring sosial
informasi yang benar), sidik (jujur), fathonah dari berbagai basis seperti etnisitas, agama,
(cerdik dalam melihat sesuatu), keseder almamater, kewilayahan, dan psikologis
hanaan (moderation), berhemat (parsimony) serta dorongan etos kerja dan semangat
dan menjauhi pemborosan (extravagance) kewirausahaan yang berbasis adat dan
merupakan panduan bagi orang Minang agama. Pasar, oleh karena itu pula,
kabau dalam berbisnis. merupakan tempat saluran etos kerja dan
Orientasi nilai yang demikian akan semangat kewirausahaan orang Minang
menghasilkan kepercayaan (trust) dalam kabau.
Daftar Pustaka
Berger, B. ed. (1991). The Culture of Entrepreneurship. San Fransisco: ICS Press
Berger, P. L. dan T. Luckmann (1990) Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan (terj.). Jakarta: LP3ES.
Mai, U. dan H. Buchholt (1987) Peasant Pedlars and Professional Traders. Singapore:
ISEAS
Geertz, C. (1977) Penjaja dan Raja, Perubahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi di Dua
Kota Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Kato, T (1989) Nasab Ibu dan Merantau. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka
Light, I dan C. Rosenstein (1995)”Expanding the Interaction Theory of Entreprenuership”
dalam A. Portes (eds.), The Economic Sociology of Immigration. New York:
Russel Sage Foundation
Naim, M. (1984) Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Portes, A. eds. (1995) The Economic of Immigration. New York: Russel Sage Foundation
St. Iskandar, N. (1960) Pengalaman Masa Kecil. Jakarta: Balai Pustaka.
Zusmelia (2005) Ketahanan (Persistence) Pasar Nagari di Minangkabau dalam Ekonomi
Dunia: Kasus Pasar Kayu Manis (Cassiavera) di Minangkabau Provinsi
Sumatera Barat. Proposal Disertasi Program Studi Sosiologi Pedesaan,
Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.