Sie sind auf Seite 1von 12

KOMPETENSI LINTAS BUDAYA DALAM PELAYANAN

KONSELING

Beny Dwi Pratama


Arsene_ben@yahoo.co.id
IKIP PGRI MADIUN

ABSTRACT
Culture is creativity, taste and human initiative in meeting their needs
complex which includes knowledge, belief, art, morality, common law and any
skills, and habits. Cultural diversity is an asset and the wealth of Indonesia
deserves to be preserved. Cultural diversity, it is also requires an understanding
of its own for other people coming from outside that culture. Cultural differences
make also the understanding and its own way of communicating, including the
provision of guidance and counseling services.
Counselling is a process to help individuals overcome barriers
perkembangn himself, and to achieve optimal development of its personal
abilities, the process can happen every waktu.Konseling tersebuat covers and the
individual's relationship to express the needs, motivations and potentials unique
from individual to appreciate all three.
Cross-cultural counseling involves counselors and clients who come from
different cultural backgrounds, and therefore the counseling process is very prone
to the occurrence of cultural biases on the part of the counselor that resulted
counseling is not effective. To be effective, the counselor is required to have
cultural sensitivity and escape from cultural biases, understanding and
appreciation of cultural diversity, and have skills that are culturally responsive.
Thus, counseling is seen as an "encounter culture" (cultural encounter) between
counselor and client.
In a cross-cultural counseling involved the relationship between the
counselor and counselee However relations that occur in counseling is the
relations in the humanitarian situation, which means that both counselor and
client is a human being with its own characteristics, the characteristics of his
personality and the characteristics of the values, morals and culture that brought
each respectively.
Thus the counseling relationship is not simple. The counselor must have
awareness of differences in characteristics (personal, values, morals, culture)
between himself and his client, and appreciate the uniqueness of its clients. These
differences, however, will affect the counseling process. This is where the vision
of cross-cultural counseling, the counseling mangakomodasi their cultural
differences between counselor and client. Insightful cross-cultural counseling is
effective for eliminating the possibility of the emergence of behavioral counselor
who uses his own culture (counselor encaptulation) as a reference in the
counseling process.

Keywords: Counseling and Cross-Cultural

294
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 295

Pendahuluan (umum) dan budaya yang khas


Budaya berarti buah budi (unik). Budaya universal
manusia, adalah hasil perjuangan mengandung pengertian bahwa nilai
manusia terhadap dua pengaruh yang nilai yang dimiliki oleh semua
kuat, yakni alam dan jaman (kodrat lapisan masyarakat. Nilai nilai ini
dan masyarakat), dalam mana dijunjung tinggi oleh segenap
terbukti kejayaan hidup manusia manusia. Dengan demikian, secara
untuk mengatasi berbagai bagai umum umat manusia yang ada dunia
rintangan dan kesukaran didalam ini memiliki kesamaan nilai nilai
hidup penghidupannya, guna tersebut. Contoh nilai universal ini
mencapai keselamatan dan antara lain manusia berhak
kebahagiaan, yang pada lahirnya menentukan hidupnya sendiri,
bersifat tertib dan damai. manusia anti dengan peperangan,
Pendapat Ki Hajar Dewantara manusia mementingkan perdamaian,
diperkuat oleh Soekanto (1997) dan manusia mempunyai kebabasan dan
Ahmadi (1996) yang mengarahkan lain lain.
budaya dari bahasa sanskerta yaitu Nilai budaya yang khas
buddhayah yang merupakan suatu (unik) adalah suatu nilai yang
bentuk jamak kata "buddhi" yang dimiliki oleh bangsa tertentu. Lebih
berarti budi atau akal. Kebudayaan dari itu, nilai- nilai ini hanya dimiliki
diartikan sebagai hal hal yang oleh masyarakat atau suku/ etnis
bersangkutan dengan budi atau akal". tertentu dimana keunikan ini berbeda
Lebih ringkas, Selo Soemardjan dan dencan kelompok atau bangsa lain.
Soelaiman Soemardi, mendefinisikan Keunikan nilai ini dapat meniadi
kebudayaan adalah sarana hasil barometer untuk mengenal bangsa
karya, rasa, dan cipta masyarakat atau kelompok tertentu. Nilai budaya
Dari definisi di atas, tampak bahwa yang dianut oleh masyarakat tertentu
suatu budaya tertentu akan pada umumnya dianggap mutlak
mempengaruhi kehidupan kebenarannya. Hal ini tampak pada
masyarakat tertentu (walau perilaku yang ditampakkan oleh
bagaimanapun kecilnya). Dalam anggota masyarakat itu. Mereka
pengertian budaya, ada tiga elemen mempunyai keyakinan bahwa apa
yaitu: yang dianggap benar itu dapat
1. Merupakan produk budidaya dijadikan panutan dalam menjalani
manusia, hidup sehari hari. Selain itu, nilai
2. Menentukan ciri seseorang, budaya yang diyakini kebe¬narannya
3. Manusia tidak akan bisa tersebut dapat dipergunakan untuk
dipisahkan dari budayanya. membantu menyelesaikan masalah
Sifat budaya ada dua, yaitu yang timbul. Dengan kata lainbahwa
budaya yang bersifat universal nilai budaya tertentu yang ada dalam
296  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

suatu masyarakat mempunyai suatu seperti : multi-kultural, antar budaya,


cara tersendiri untuk memecahkan inter-kultural, silang budaya,cross-
permasa¬lahan yang timbul dalam cultural, trans-kultural, counseling
anggota masyarakat tersebut (Lee & across-cultural (Dedi, S. 2001).
Sirch, 1994). Menurut Von-Tress (1988, dalam
Bangsa Indonesia merupakan Dayakisni. 2003) konseling
bangsa yang besar, yang multi etnis. berwawasan lintas budaya adalah
Dengan demikian sangat banyak konseling di mana penasihat
nilai-nilai unik yang ada di dalam (konselor) dan kliennya adalah
etnis bangsa Indonesia. Tiap daerah berbeda secara budaya (kultural) oleh
mempunyai nilai nilai. karena secara sosialisasi berbeda
Pengertian Konseling dalam memperoleh budayanya,
Konseling merupakan suatu subkulturnya, racial etnic, atau
proses untuk membantu individu lingkungan social ekonominya.
mengatasi hambatan-hambatan Sedangkan Dedi, S. (2001)
perkembangn dirinya,dan untuk menyatakan, konseling lintas budaya
mencapai perkembangan yang adalah konseling yang melibatkan
optimal kemampuan pribadi yang konselor dan klien yang berasal dari
dimilikinya ,proses tersebuat dapat latar belakang budaya yang berbeda,
terjadi setiap waktu. (Division of dan karena itu proses konseling
Conseling Psychologi). Konseling sangat rawan terjadi bias–bias
meliputi pemahaman dan hubungan budaya (cultural biases) pada pihak
individu untuk mengungkapkan konselor, sehingga konseling
kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan berjalan tidak efektif.
potensi-potensi yang yang unik dari Isu-isu tentang antar atau
individu dan membantu individu lintas budaya yang disebut juga
yang bersangkutan untuk multibudaya meningkat dalam
mengapresiasikan ketiga hal tersebut. dekade 1960-an, yang selanjutnya
(Berdnard & Fullmer ,1969) Dalam melatari kesadaran bangsa Amerika
pengertian konseling terdapat empat pada dekade 1980-an. Namun,
elemen pokok yaitu: rupanya kesadaran itu disertai
1. Adanya hubungan, dengan kemunculan kembali sikap-
2. Adanya dua individu atau lebih, sikap rasialis yang memecahbelah
3. Adanya proses, secara meningkat pula (Hansen, L.
4. Membantu individu dalam S., 1997). Hal ini menjelaskan
memecahkan masalah dan pandangan, bahwa dibutuhkan
membuat keputusan. pendekatan baru untuk kehidupan
Konsep Konseling Lintas Budaya pada abad-21, baik yang melingkup
Istilah berwawasan lintas pendidikan bagi orang biasa
budaya dapat digunakan secara maupun profesional dalam bidang
simultan dengan istilah – istilah lain, lintas serta keragaman budaya.
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 297

Pendidikan yang dimaksud bahasa, orientasi seksual, dan usia


hendaknya menegaskan dimensi- (Trickett, Watts, dan Birman, 1994).
dimensi keragaman dan perbedaan. Konseling lintas budaya
Dengan kata lain, melibatkan konselor dan klien yang
kecenderungan pendidikan yang berasal dari latar belakang budaya
berwawasan lintas budaya sangat yang berbeda, dan karena itu proses
dibutuhkan dalam kehidupan konseling sangat rawan oleh
manusia abad-21. Dalam bidang terjadinya bias-bias budaya pada
konseling dan psikologi, pendekatan pihak konselor yang mengakibatkan
lintas budaya dipandang sebagai konseling tidak berjalan efektif. Agar
kekuatan keempat setelah berjalan efektif, maka konselor
pendekatan psikodinamik, behavioral dituntut untuk memiliki kepekaan
dan humanistik (Pedersen, 1991). budaya dan melepaskan diri dari
Suatu masalah yang berkaitan bias-bias budaya, mengerti dan dapat
dengan lintas budaya adalah bahwa mengapresiasi diversitas budaya, dan
orang mengartikannya secara memiliki keterampilan-keterampilan
berlain-lainan atau berbeda, yang yang responsif secara kultural.
mempersulit untuk mengetahui Dengan demikian, maka konseling
maknanya secara pasti atau benar. dipandang sebagai “perjumpaan
Dapat dinyatakan, bahwa konseling budaya” (cultural encounter) antara
lintas budaya telah diartikan secara konselor dan klien (Dedi, 2001).
beragam dan berbeda-beda, Maka konseling lintas budaya akan
sebagaimana keragaman dan dapat terjadi jika antara konselor dan
perbedaan budaya yang memberi klien mempunyai perbedaan. Kita
artinya. tahu bahwa antara konselor dan klien
Definisi-definisi awal tentang pasti mempunyai perbedaan budaya
lintas budaya cenderung untuk yang sangat mendasar. Perbedaan
menekankan pada ras, etnisitas, dan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai,
sebagainya; sedangkan para teoretisi keyakinan, perilaku dan lain
mutakhir cenderung untuk sebagainya. Perbedaan ini muncul
mendefinisikan lintas budaya karena antara konselor dan klien
terbatas pada variabel-variabelnya berasal dari budaya yang berbeda.
(Sue dan Sue, 1990). Namun, Konseling lintas budaya akan dapat
argumen-argumen yang lain terjadi jika konselor kulit putih
menyatakan, bahwa lintas budaya memberikan layanan konseling
harus melingkupi pula seluruh kepada klien kulit hitam atau
bidang dari kelompok-kelompok konselor orang Batak memberikan
yang tertindas, bukan hanya orang layanan konseling pada klien yang
kulit berwarna, dikarenakan yang berasal dari Ambon.
tertindas itu dapat berupa gender, Layanan konseling lintas
kelas, agama, keterbelakangan, budaya tidak saja terjadi, pada
298  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

mereka yang berasal dari dua suku Selama proses konseling


bangsa yang berbeda. Tetapi layanan lintas budaya berlangsung konselor
konseling lintas dapat pula muncul dan klien masing-masing akan
pada suatu suku bangsa yang sama. menjadikan budaya yang dimiliki
Sebagai contoh, konselor yang sebagai investasi awal untuk
berasal dari jawa Timur memberikan pemecahan masalah. Selanjutnya
layanan konseling pada klien yang konselor dan klien akan
berasal dari jawa tengah, mereka membesarkan investasi itu melalui
sama sama berasal dari suku atau perolehan pengalaman dalam proses
etnis jawa. Tetapi perlu kita ingat, kelompok, pematangan diri masing–
ada perbedaan mendasar antara orang masing dengan saling tukar
jawa Timur dengan orang Jawa kesadaran budaya, yang semuanya
Tengah. Mungkin orang Jawa Timur bertujuan untuk pemecahan masalah
lebih terlihat "kasar", sedangkan dan pengembangan potensi anggota
orang jawa Tengah lebih "halus". kelompok.
Konselor perlu menyadari Bantuan atau intervensi lintas
akan nilai-nilai yang berlaku secara budaya dalam konseling adalah
umum. Kesadaran akan nilai-nilai bantuan yang didasarkan atas
yang berlaku bagi dirinya dan nilai/keyakinan, moral, sikap dan
masyarakat pada umumnya akan perilaku individu sebagai refleksi
membuat konselor mempunyai masyarakatnya, dan tidak semata-
pandangan yang sama tentang mata mendasarkan teori belaka
sesuatu hal. Persamaan pandangan dengan anggapan bahwa pendekatan
atau persepsi ini merupakan langkah terapi yang sama bisa secara efektif
awal bagi konselor untuk diterapkan pada semua klien dari
melaksanakan konseling. berbagai budaya (Corey, 1997)
Kompetensi konselor lintas budaya Kebanyakan teori konseling yang
adalah konselor yang memiliki diterapkan pada banyak negara
kepekaan budaya dan mampu umumnya berdasar pada teori Barat
melepaskan diri dari bias-bias yang menekankan kepada budaya
budaya, mengerti dan dapat individualistik. Sementara banyak
mengapresiasi diversitas budaya, dan negara yang mengaplikasikan teori
memiliki keterampilan yang Barat sebenarnya adalah negara
responsif secara kultural. Dari segi dengan budaya kolektif, yang oleh
ini, maka konseling berwawasan Triandis (1986) sebagai salah
lintas budaya pada dasarnya seorang pelopor psikologi lintas
merupakan sebuah "pejumpaan budaya membedakan lebih spesifik
budaya" (cultural encounter) antara bahwa masyarakat Barat bercirikan
konselor dengan budayanya sendiri budaya individualistik yang
dengan klien dari budaya berbeda mengutamakan perilaku
atau sama dengan yang melayaninya. “individualistik” dan “kebebasan”
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 299

sementara masyarakat Timur Pengetahuan, konselor lintas


bercirikan budaya kolektif yang budaya sebaiknya terus
menekankan kepada “keanggotaan mengembangkan pengetahuannya
kelompok “, “harmoni” dan mengenai budaya yang ada di
“kebersamaan”. Indonesia. Pengetahuan yang perlu
dimiliki oleh konselor lintas budaya
Kompetensi Lintas Budaya adalah sisi sosio politik dan susio
Untuk menunjang budaya dari kelompok etnis tertentu.
pelaksanaan konseling lintas budaya Semakin banyak latar belakang etnis
dibutuhkan konselor yang yang dipelajari oleh konselor, maka
mempunyai spesifikasi. tertentu. semakin baragam pula masalah klien
Pedersen (dalam Mcrae & jhonson) yang dapat ditangani. Pengetahuan
menyatakan bahwa konselor lintas konselor terhadap nilai nilai budaya
budaya harus mempunyai yang ada di masyarakat
kompetensi kesadaran, pengetahuan tidak saja melalui membaca buku
dan keterampilan. atau hasil penelitian saja, tetapi dapat
Kesadaran, konselor lintas pula dilakukan dengan cara
budaya harus benar benar melakukan penelitian itu sendiri. Hal
mengetahui adanya perbedaan yang ini akan semakin mempermudah
mendasar antara konselor dengan konselar untuk menambah
klien yang akan dibantunya. Selain pengetahuan mengenai suatu budaya
itu, konselor harus menyadari benar tertentu.
akan timbulnya konflik jika konselor Keterampilan, konselor lintas
memberikan layanan konseling budaya harus selalu mengembangkan
kepada klien yang berbeda latar keterampilan untuk berhubungan
belakang sosial budayanya. Hal ini dengan individu yang berasal dari
menimbulkan konsekuensi bahwa latar belakang etnis yang berbeda.
konselor lintas budaya harus Dengan banyaknya berlatih untuk
mengerti dan memahami budaya di berhubungan dengan masyarakat
Indonesia, terutama nilai nilai luas, maka konselor akan
budaya yang dimilikinya. Sebab mendapatkan keterampilan (perilaku)
bukan tidak mungkin macetnya yang sesuai dengan kebutuhan.
proses konseling hanya karena Misalnya, konselor banyak
konselor tidak mengetahui dengan berhubungan dengan orang jawa,
pasti nilai nilai apa yang dianutnya. maka konselor akan belaiar
Dengan demikian, kesadaran akan bagaimana berperilaku sebagaimana
nilai nilai yang dimiliki oleh orang Jawa. jika konselor sering
konselor dan nilai nilai yang dimiliki berhubungan dengan orang
oleh klien, akan dapat dijadikan Minangkabau, maka konselor akan
landasan untuk melaksanakan belajar bagaimana orang
konseling. Minangkabau berperilaku.
300  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Tiga kompetensi di atas wajib klien pada kelompok ras atau


dimiliki oleh konselor lintas budaya. budaya masing-masing
Sebab dengan dimilikinya ketiga b. Pengetahuan konselor yang efektif
kamampuan itu, akan semakin secara multikultural:
mempermudah konselor untuk bisa 1. Mereka mengerti tentang
berhubungan dengan klien yang dampak konsep penindasan
berbeda latar belakang budaya dan rasial pada profesi
Sue (Dalam Corey, G. 1997) kesehatan mental dan pada
dan kawan-kawan mengusulkan kehidupan pribadi dan
sejumlah kompetensi minimum yang kehidupan profesional
harus dimiliki konselor yang mereka
memiliki wawasan lintas budaya, 2. Mereka sadar akan hambatan
yaitu institutional yang tidak
a. Keyakinan dan sikap konselor memberi peluang kepada
yang efektif secara kultural: kelompok minoritas untuk
1. Mereka sadar akan sistim memanfaatkan pelayanan
nilai, sikap dan bias yang psikologi secara penuh di
mereka miliki dan masyarakat
sadar batapa ini semua 3. Meraka tahu betapa asumsi
mungkin mempengaruhi klien nilai dari teori utama
dari kelompok minoritas konseling mungkin
2. Mereka mau menghargai berinteraksi dengan nilai dari
kebinekaan budaya, mereka kelompok budaya yang
merasa tidak terganggu kalau berbeda
klien mereka adalah berbeda 4. Mereka sadar akan ciri dasar
ras dan menganut keyakinan dari konseling lintas
yang berbeda dengan mereka kelas/budaya/ berwawasan
3. Mereka percaya bahwa budaya dan yang
integrasi berbagai sistem nilai mempengaruhi proses
dapat memberi sumbangan konseling
baik terhadap pertumbuhan 5. Mereka sadar akan metoda
terapis maupun klien pemberian bantuan yang khas
4. Mereka ada kapasitas untuk budaya (indegenous)
berbagai pandangan dengan 6. Mereka memilki pengetahuan
kliennya tentang dunia tanpa yang khas tentang latar
menilai pandangan itu sendiri belakang sejarah, tradisi, dan
secara kritis nilai dari kelompok yang
5. Mereka peka terhadap ditanganinya.
keadaan (seperti bias personal c. Keterampilan konselor yang
dan keadaan identitas etnik) efektif secara cultural
yang menuntut adanya acuan
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 301

1. Mereka mampu dalam konseling merupakan proses


menggunakan gaya konseling yang aktif dan resiprokal.
yang luas yang sesuai
2. dengan sistem nilai dari Metode Dalam Konseling Lintas
kelompok minoritas yang Budaya
berbeda Ada beberapa model
3. Mereka dapat memodifikasi konseling lintas budaya (Palmer
dan mengadaptasi pendekatan dalam supriyatna, 2011) yaitu:
4. konvensional pada konseling a. Model berpusat pada budaya
dan psikoterapi untuk Model berpusat pada
bisamengakomodasi budaya didasarkan pada suatu
perbedaan-perbedaan kultural kerangka pikir koresponndensi
5. Mereka mampu budaya konselor dan konseli.
menyampaikan dan menerima Diyakini, seringkali terjadi
pesan baik verbal maupun ketidakjelasan antara asumsi
non-verbal secara akurat dan konselor dengan kelompok-
sesuai kelompok konseli tentang budaya,
6. Mereka mampu melakukan bahkan dalam budayanya sendiri.
intervensi “di luar dinas” Konseli tidak mengerti keyakinan-
apabila perlu dengan keyakinan budaya yang
berasumsi pada peranan fundamental konselornya
sebagai konsultan dan agen demikian pula konselor tidak
pembaharuan memahami keyakinan-keyakinan
Menurut (Supriyatna, 2011) budaya konselinya. Atau bahkan
Sedikitnya ada tiga pendekatan keduannya tidak memahami dan
dalam konseling lintas budaya, tidak mau berbagi keyakinan-
pertama, pendekatan universal atau keyakinan budaya mereka. Oleh
etik yang menekankan inklusivitas, sebab itu, pada model ini budaya
komonalitas atau keuniversalan menjadi pusat perhatian. Artinya,
kelompok-kelompok. Kedua, fokus utama model ini adalah
pendekatan emik (Kekhususan- pemahaman yang tepat atau nilai-
budaya) yang menyoroti nilai budaya yang telah menjadi
karakteristik khas dari populasi- keyakinan dan menjadi pola
populasi spesifik dan kebutuhan- prilaku individu. Dalam konseling
kebutuhan konseling khususmereka. ini penemuan dan pemahaman
Ketiga, pendekatan inklusif atau konselor dan konseli terhadap
transcultural. Mereka mengunakan akar budaya menjadi sangat
istilah trans sebagai lawan dari inter penting. Dengan cara ini mereka
atau cross cultural counseling untuk dapat mengevaluasi diri masing-
menekankan bahwa keterlibatan masing sehingga terjadi
pemahaman terhadap identitas dan
302  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

keunikan cara pandang masing- berorientasi pada paradigma


masing. memfasilitasi dialog terapuetik
b. Model Integratif dan peningkatan sensitivitas
Ada beberapa variabel transcultural.
sebagai suatu panduan konseptual Konseling berwawasan lintas
dalam konseling model budaya sekarang menjadi begitu
integrative, yaitu: penting, ketika perjumpaan budaya
1. Reaksi terhadap tekanan- dalam masyarakat global menjadi
tekanan rasial semakin terbuka dan hampir tanpa
2. Pengaruh budaya mayoritas batas. Ketika konseling yang lebih
3. Pengaruh budaya tradisional mementingkan individu dalam proses
4. Pengalaman dan anugerah konseling, tanpa peduli atmosfir
individu dan keluarga yang melingkupi proses konseling,
Pada kenyataannya memang baik dalam konseling individual
sulit untuk memisahkan pengaruh maupun konseling kelompok, atau
semua kelas variabel tersebut atmosfir baru yang muncul dalam
karena yang justru yang menjadi proses konseling, maka proses
kunci keberhadil konseling adalah konseling akan berupa semacam
asesmen yang tepat terhadap khotbah indoktrinasi, atau
pengalaman-pengalaman budaya pengajaran.
tradisional sebagai suatu sumber Di samping itu pula,
perkembangan pribadi. Budaya konseling berwawasan lintas budaya
tradisional yang dimaksud adalah meliputi isu tentang penerapan dan
segala pengalaman yang implikasi teori-teori, pendekatan-
memfasilitasi individu pendekatan dan prinsip-prinsip
berkembangnya baik secara konseling yang berasal dari suatu
disadari atapun tidak. Yang tidak konteks budaya tertentu ke dalam
disadari termasuk apa yang konteks budaya lain yang berbeda.
diungkapkan oleh jung dengan Misalnya, penerapan pendekatan
istilah “Ketidaksadaran Kolektif”, Direktif, Non-Direktif, Psikoanalitik,
yakni nilai-nilai budaya yang Eksistensialisme, Kognivistik,
diturunkan dari generasi ke Developmental, Rasional-Emotif,
generasi. Oleh sebab itu, kekuatan dan Behavioristik yang berasal dari
model konseling ini terletak pada Barat ke dalam konteks budaya
kemampuan mengakses nilai-nilai Indonesia.
budaya tradisonal yang dimiliki Supriyatna (2011)
individu dari berbagai variabel menjelaskan untuk memasukkan
diatas unsur keberwawasan budaya dalam
c. Model Etnomedikal merancang dan
Model ini merupakan alat mengimplementasikan program
konseling transcultural yang bimbingan dan konseling disekolah,
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 303

terlebih dahulu dilakukan pengkajian besar strategis intervensi melalui


dalam rangka menjawab tantangan layanan bimbingan dan konseling.
utama bagi seseorang konselor Dalam
sekolah. Pengkajian dapat dilakukan pengimplementasiannya, konselor
baik dalam bentuk studi litaratur, sekolah yang responsif secara budaya
pengamatan intensif, maupun secara harus berupaya menggunakan
partisipasi dalam pergaulan dengan kesadaran, pengetahuan dan
khalayak konselital. Pengkajian yang ketrampilan ketrampilan
dimaksud terutama difokuskan atau mulltibudaya di dalam konteks
untuk menjawab tantangan, bahka pertemuan yang terfokus pada
konselor sekolah yang bekerja perkembangan akademik, karier,
dengan individu yang berbeda pribadi ataupun sosial serta
dengan latar belakang budayanya, kebutuhan para siswa dari
hendaknya mampu dan sanggup lingkungan yang secara budaya
mendemostrasikan pemahaman dan berbeda. Penerapan konseling
apresiasinya terhadap perbedaan berwawasan lintas budaya
budaya. mengharuskan konselor peka dan
Kemampuan dan tanggap terhadap budaya, keragaman
kesanggupan tersebut pada budaya dan adanya perbedaan
gilirannya diformulasikan ke dalam budaya antar kelompok klien yang
sebagian pernyataan tujuan yang satu dengan kelompok klien yang
akan dicapai melalui program lainnya, dan antara konselor sendiri
bimbingan dan konseling yang dengan kliennya.
dirancang, dan ketrampilan-
ketrampilan yang bersifat responsif Simpulan
untuk kepentingan layanan konseling Proses Konseling merupakan
terhadap konseli. Langkah suatu proses interaksi dan
berikutnya adalah merefleksikan komunikasi yang berlangsung secara
kondisi lingkungan budaya intensif antara konselor dan klien.
persekolahan. Baik yang menyangkut Dipandang dari perspektif budaya,
keragaman asal-usul personel situasi konseling adalah sebuah
sekolah dan pola interaksi di antara perjumpaan kultural antara konselor
mereka, berbagai variabel latar dengan klien. Oleh karena itu,
belakang yang memungkinkan bias konselor perlu memiliki kepekaan
budaya, maupun budaya organisasi budaya agar dapat memahami dan
dan kepemimpinan yang berkembang membantu klien sesuai dengan
di sekolah. Refleksi ini penting, konteks budayanya. Konselor yang
terutama untuk merancang demikian adalah konselor yang
perangkat-perangkat menyadari benar bahwa secara
pengindentifikasi dan garis-garis kultural, individu memiliki
karakteristik yang unik dan dalam
304  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

proses konseling akan membawa konselor untuk membantu


karakteristik tersebut. mengentaskan masalah konseli, yang
Konseling lintas-budaya notabene merupakan salah satu
merupakan layanan bantuan kepada penciri profesionalitas profesi
konseli dengan memperhatikan latar konseling juga merupakan produk
budayanya. Hubungan konselor- suatu budaya tertentu yang
konseli pada dasarnya merupakan karenanya dalam penerapannya juga
hubungan dua orang yang memiliki belum tentu sesuai dengan budaya
keberbedaan budaya. Perhatian konseli.
terhadap latar budaya konseli penting Dengan demikian untuk
untuk dilakukan mengingat faktor menunjang pelaksanaan konseling
budaya memiliki kontribusi terhadap lintas budaya dibutuhkan konselor
pelaksanaan konseling. Latar budaya yang mempunyai spesifikasi tertentu.
yang mempribadi dalam diri konseli Konselor lintas budaya harus
merefleksikan cara pandang konseli mempunyai kompetensi kesadaran,
terhadap masalah dan tingkah laku pengetahuan dan keterampilan.
aktual dalam menghadapi masalah. Sehingga tercipta akan nilai nilai
Pelaksanaan konseling dipangaruhi yang dimiliki oleh konselor dan nilai
oleh beragam entitas. Salah satu nilai yang dimiliki oleh klien, akan
entitas di maksud adalah faktor dapat dijadikan landasan untuk
budaya. melaksanakan konseling. Serta
Faktor budaya tersebut semakin mempermudah konselar
merupakan gambar dalam hubungan untuk menambah pengetahuan
konselor-klien. Keberbedaan dan mengenai suatu budaya tertentu.
keberagaman budaya yang menjadi Disamping itu juga konselor lintas
latar pribadi konselor dan konseli budaya bisa mengembangkan
cenderung dapat menghambat keterampilan untuk berhubungan
pelaksanaan konseling. Aktualisasi dengan individu yang berasal dari
dari budaya seperti bahasa, nilai, latar belakang etnis yang berbeda.
stereotip, kelas sosial dan semisalnya Dengan banyaknya berlatih untuk
dalam kondisi tertentu dapat menjadi berhubungan dengan masyarakat
sumber penghambat proses luas, maka konselor akan
pencapaian tujuan konseling. mendapatkan keterampilan (perilaku)
Disamping itu, model pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan.
konseling yang dipergunakan
Beny Dwi Pratama. Kompetensi Lintas Budaya dalam Pelayanan... 305

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1986. Antropologi Budaya: mengenal kebudayaan dan suku-suku


bangsa di Indonesia. Surabaya: Pelangi.
Corey, G. 1991. Theory and Practice of Group Counseling. California.
Brooks/Cole Publishing Company.
________. 1991. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (Edisi
Terjemahan Oleh Mulyarto. 1995). Semarang. IKIP Press
Dayakisni, Tri & Salis Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM
Press.
Dedi Supriadi. 2001. Konseling Lintas Budaya: Isu – isu dan relevansinya di
Indonesia. Bandung. UPI
Pedersen.P 1991. Counseling Across Cultures. East- West Center Book:
University Press of Hawai
Supriyatna, M. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.

Das könnte Ihnen auch gefallen