Sie sind auf Seite 1von 16

MANAJEMEN KELAS DALAM MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG

KONDUSIF; UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA


Abdul Hamid Wahid, Chusnul Muali, Mutmainnah
Karanganyar, Paiton, Dusun Tj. Lor, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur 67291
e-mail: abdhamidwahid@unuja.ac.id, yayahdaddy@gmail.com, inaqolby23@gmail.com

Abstract: This paper contributes a lot to the establishment of education in student learning, especially in
improving students' active thinking ability. This is due to the lack of qualified sources of educators and
hali is focused on educators, because the ability to manage the class become one of the characteristics of a
professional teacher. Professional teachers not only have the ability to manage the class well but also skilled
in organizing learners to always play an active role and able to improve achievement in learning. The main
task of the teacher is to create an atmosphere in the classroom so that the interaction of teaching and learning
can motivate the students to learn well and earnestly. For this reason the teacher should have the ability to
do good teaching and learning interactions. One capability that is very important is the ability to manage
classes. Teachers with all their abilities, students with all backgrounds and individual traits, curriculum with
all its components, and materials and learning resources with all its subjects meet and chime and interact
in the classroom. In fact, activities that occur in the classroom determine the outcome of an education and
learning. Therefore, good classroom management is needed, effective and efficient for teaching and learning
activities to run well and educational objectives can be achieved.
Keywords: Classroom Management and Learning Achievement

PENDAHULUAN internalisasi pendidikan budi pekerti dan


pola perkembangan kognisi peserta didik.
Negara yang maju, kuat, makmur dan
Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan,
sejahtera memiliki sumber daya manusia
karena merupakan bagian dalam rangka
yang berkualitas. Upaya peningkatan
pencapaian tujuan pendidikan nasional
sumberdaya manusia tersebut tentu tidak
secara utuh serta pembangunan sumberdaya
bisa lepas dari kondisi pendidikan suatu
manusia yang lebih baik.
bangsa. Pendidikan merupakan persoalan
penting bagi perkembangan kemajuan Pembelajaran merupakan proses interaksi
suatu generasi (Baharun, 2012: 246). antara guru dengan peserta didik. Hakikat
Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu; pembelajaran adalah menghantarkan
peserta didik menemukan makna baru
ilmu pengetahuan. Pembelajaran tidak Sebuah proses pembelajaran akan bermakna
hanya diartikan sebagai sesuatu yang statis, ketika di awali dengan berpikir cara peserta
melainkan suatu konsep yang berkembang didik belajar dan cara guru mengajar
sesuai dengan tuntutan kebutuhan hasil serta mengabaikan segala sesuatu di luar
pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan itu (Brooks, J.G & Brooks, M.G.1993).
ilmu dan teknologi yang melekat pada Untuk itulah, peserta didik harus memiliki
wujud pengembangan kualitas sumber daya kesempatan belajar yang lebih luas agar
manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut, efektifitas pengelolaan kelas tetap terjaga
diperlukan manajemen kelas yang baik dan (Evertson & Emmer, 2009).
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga Mengelola ruang kelas, mengeksplorasi
diharapkan pembelajaran yang efektif, manajemen keterampilan, dipilih yang
efisien dan menyenangkan dapat terwujud. mengarah pada seni dalam pengajaran
Sistem manajemen kelas yang baik sangat dan kesenangan dalam belajar, namun
diperlukan guna terciptanya harmonisasi keterampilan belum dikembangkan secara
dan pola interaksi guru dan peserta didik, memadai (Charles, 1995). Sebuah fakta yang
sedangkan ketersediaan sarana dan prasaranamengingatkan bahwa kualitas pengajaran
mutlak diperlukan, untuk menciptakan tidak dapat dinilai semata-mata atas dasar
iklim belajar yang kondusif. penampilan ruangan, lingkungan fisik dapat
Pengelolaan kelas melibatkan tidak diatur dalam program intruksional, hal yang
hanya mengelola perilaku siswa tetapi juga harus dipahami bahwa apa yang dimasukkan
mengelola pembelajaran (Jones & Jones, ke dalam kelas harus memiliki tujuan
2010; Savage & Savage, 2009). Idealnya, intruksional (Novelli, 1990) (Charles,
keduanya berjalan beriringan, siswa yang 1995).
terlibat dalam tugas belajar lebih kecil Pengelolaan kelas melibatkan tidak
kemungkinannya untuk mengembangkan hanya mengelola perilaku siswa tetapi juga
masalah perilaku. mengelola pembelajaran (Jones & Jones,
Metode untuk mengelola kegiatan dalam 2010; Savage & Savage, 2009). Idealnya,
lingkungan pembelajaran, melaksanakan keduanya berjalan beriringan, siswa yang
aktifitas pembelajaran maupun konsep terlibat dalam tugas belajar lebih kecil
pembelajaran lainnya, dengan upaya kemungkinannya untuk mengembangkan
optimalisasi waktu sedemikian rupa sehingga masalah perilaku. Baru-baru ini sistem
terciptanya lingkungan yang produktif, tanggap kelas telah digunakan sebagai bagian
guna menekan problematika perilaku dari pengelolaan kelas. Sistem ini biasanya
maupun gangguan lainnya merupakan terdiri dari masing-masing berikut: satu set
konsep pengelolan kelas (Slavin, 2009). jaringan, biaya rendah perangkat genggam

180 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


(yang dapat yang sederhana seperti tombol), gur u bahwa kehadiran siswa akan
komputer yang digunakan sebagai pusat memberikan kesempatan pada guru untuk
untuk mengumpulkan tanggapan siswa bekerja keras memotivasi siswa untuk belajar
dan tampilan kelas yang menunjukkan yang menarik dan menyenangkan.
pertanyaan yang diajukan dan kumpulan Menurut Huang, et.all, (2013) bahwa
tanggapan siswa (Baharun, 2017: 08). diantara masalah sekarang dalam dunia
Masing-masing komponen ini memiliki pendidikan adalah lingkungan kelas dimana
peran seiring dengan guru yang mengajukan siswa diajar, beberapa jenis kelas membuatnya
pertanyaan kepada siswa. Semua jawaban terlalu mudah untuk diajar dengan
tersaji di layar seluruh kelas dalam bentuk pengetahuan intruksional dari guru ke siswa
tanggapan, biasanya sebagai histogram. yang membuatnya canggung dalam proses
Banyak studi menunjukkan bahwa pembelajaran. Senada dengan Walters &
sistem ini relatif sederhana dapat menjadi Frei, (2007) bahwa ruang kelas telah disebut
alat manajemen kelas efektif (Swan & lain, sebagai laboratorium eksperiment bagi anak
2007; Vahey, Roschell, & Tatar, 2006). Hasil karena disana mereka menghabiskan waktu
yang umum termasuk peningkatan dalam bertahun-tahun di sekolah sehingga penting
keterlibatan siswa, kesadaran guru akan untuk diperhatikan peran manajemen kelas
pengetahuan siswa, dan siswa memahami dan disiplin sebagai dinamika penting dalam
masalah konten. pengalaman dan kesuksesan siswa.
Pentingnya manajemen kelas ini dalam
pandangan (Seifert & Sutton, 2009) ESENSIALITAS KONSEPTUAL MANAJEMEN
didasarkan pada berbagai hal; Pertama, KELAS
berbagai hal akan berlanjut di ruang kelas
Secara historis pada pengelolaan kelas,
secara bersamaan ketika siswa tampak
guru dianggap sebagai Direktur. Penciptaan
melaksanakan tugas sehingga setiap siswa
lingkungan pembelajaran yang efektif
membutuhkan informasi, petunjuk,
melibatkan pengorganisasian kegiatan
dorongan yang berbeda. Kedua, guru
diruang kelas, pengajaran dan ruang kelas
tidak dapat memprediksi segala apa yang
fisik untuk waktu yang efektif, menciptakan
terjadi di kelas sehingga pembelajaran
lingkungan pembelajaran yang bahagia dan
yang tidak terencana dapat menyebabkan
produktif dan meminimalkan gangguan.
waktu pembelajaran efisien. Ketiga, siswa
Pemikiran saat ini menekankan manajemen
membentuk opini dan persepsi tentang
kelas sebagai keseluruhan dengan cara
pembelajaran, dengan berbagai persepsi
membuat masing-masing orang yang
menyebabkan respon siswa meningkat.
berperilaku buruk menjadi semakin jarang
Keempat, secara lebih luas akan menantang
(Evertson & Haris, 1993). Guru yang

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 181
menyajikan pelajaran yang menarik dan Wong & Wong, (1998) menilai bahwa
tertata dengan baik, yang menggunakan alasan ini sering digunakan secara sinonim
waktu belajar efektif, serta menyesuaikan bahwa guru yang pertama harus mengatur
pengajaran mereka terhadap tingkat fungsi kelas agar siswa dapat berprilaku,
persiapan siswa dan yang merencanakan dan secara efektif guru mengelolah ruang kelas
mengelola waktu mereka secara efektif dalam dengan prosedur dan rutinitas, proses ini juga
mengatasi masalah kedisiplinan. Disiplin menangani seputar disiplin kelas. Sebaliknya
merujuk pada metode yang digunakan guru yang tidak efektif hanya berusaha
untuk mencegah masalah perilaku terjadi bagaimana disiplin kelas diberlakukan
atau menangggapi masalah perilaku dengan dengan ancaman dan hukuman dalam
maksud mengurangi kejadiannya pada masa lingkungan belajar Walters & Frei, (2007).
mendatang. (Slavin 2009). Manajemen kelas dan disiplin kelas
Dalam mengelola kelas, penting adanya merupakan dua konsep pokok yang secara
konsultasi dan kerjasama dengan anggota bersamaan dapat diterapkan dengan cara
staff lain tentang masalah manajemen. yang efektif dari guru. Secara asumtif disiplin
(Shindler, 2010) Diakui kelas merupakan kelas telah banyak menyita perhatian guru
bagian dari konteks budaya sekolah yang sehingga pertimbangannya tanpa dilakukan
lebih luas dan dalam berbagai bidang seperti disiplin kelas maka efektifitas pembelajaran
disiplin dan manajemen konflik. akan sulit bagi guru.
Wa l t e r s & Fr e i , ( 2 0 0 7 ) t e l a h Dalam proses pembelajaran pada satuan
membedakan antara manajemen kelas pendidikan, guru memiliki peran penting
dengan disiplin kelas, hal ini disebabkan bahkan sangat dominan di bandingkan
karena keduanya kerap digunakan secara dengan komponen pendidikan lainnya.
bergantian namun memiliki tipikal yang Guru adalah pendidik professional
berbeda. Manajemen kelas mengacu pada dengan tugas utama mendidik, mengajar,
hal-hal yang biasanya dilakukan di kelas membimbing, mengarahkan, melatih,
sedangkan disiplin kelas adalah manajemen menilai, dan mengevaluasi peserta didik
prilaku siswa yang secara spesifik. Pandangan (Baharun, 2017: 32).
ini menunjukkan bahwa manajemen kelas Pembelajaran akan terlaksana dengan
sangat berkaitan dengan pengelolaan secara efektif dan lancar jika ditentukan oleh
terstruktur dengan prosedur yang berkaitan aturan dan prosedur yang jelas serta
dengan kegiatan pembelajaran di kelas. mengakomodasi kepentingan belajar. Oleh
Sedangkan disiplin lebih pada manajemen karena itu guru penting menyampaikan cara-
pengendalian diri siswa yang terlibat dalam cara spesifik serta aturan yang diterapkan
kegiatan pembelajaran. guru sehingga siswa dapat mengetahui dan

182 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


berprilaku. Hal ini dapat pula melibatkan hubungan positif, mengajak siswa berbagi
siswa berkontribusi terhadap aturan serta dan memikul tanggung jawab, dan
bertanggung jawab terhadap aturan yang menghargai prilaku yang sesuai Santrock,
ada. Tanpa adanya aturan dan prosedur (2014).
maka awal proses pembelajaran akan sulit 1) Mengembangkan hubungan positif,
berjalan secara efektif. di antaranya dilakukan dengan cara
Aturan dan prosedur adalah harapan guru harus peka terhadap kebutuhan
tentang prilaku, Everston & Emmer (2009). dan kecemasan siswa, berkomunikasi
Aturan menekankan pada ekspektasi umum, dan mendengarkan secara baik,
khusus atau standar prilaku. Contoh aturan mengungkapkan perasaan kepada siswa,
umum adalah “hormati orang lain”, contoh dengan fokus pada pekerjaan akademik
aturan khusus, “Ponsel harus dimatikan guru memberikan waktu istrahat yang
saat berada dalam kelas”. Menetapkan memadai.
prosedur misalnya prosedur duduk di kelas, 2) Mengajak siswa berbagi dan memikul
prosedur tentang kegiatan sekolah seperti tanggung jawab, diantaranya dapat
meninggalkan ruangan, makan siang, dilakukan dengan membagi tugas
membersihkan meja dan pulang tepat waktu tertentu antara guru dan siswa serta
Santrock, (2014). membuat perjanjian waktu penyelesaian.
Menurut Weinstein (2007), Santrock,
(2014) dalam hubungannya dengan Menghargai prilaku yang sesuai.
mengajar terdapat prinsip yang perlu Pembelajaran prilaku atau model prilaku
diperhatikan dalam menciptakan aturan Joyce& Weil (2003), (2016) yang diilhami
dan prosedur kelas yaitu; (1). Aturan Pavlov, (1927), Thorndike, (1913), Skiner,
dan prosedur harus wajar dan perlu, (2). (1953) merupakan pendekatan prilaku dan
Aturan dan prosedur harus jelas dan mudah kognitif sosial akan mendorong berpikir
dipahami, (3). Mengevaluasi apakah akan dengan cara penghargaan yang dapat
membiarkan siswa berpartisipasi dalam digunakan secara efektif dalam mengelolah
membuat peraturan kelas atau tidak, (4). kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan (a).
Aturan dan prosedur harus konsisten dengan Pilih penguat yang efektif, yang paling berhasil
tujuan instruksional dan pembelajaran, dan biasanya adalah “pujian”, (b). Gunakan
(5). Aturan kelas harus konsisten dengan waktu untuk pembentukan secara efektif,
peraturan sekolah. menggunakan petunjuk dan membantuk
siswa dengan menghargai peningkatan
Terdapat tiga strategi utama yang dapat
seperti “meningat aturan mengantri”, (c).
dilakukan dalam membangun kerja sama
Memberi informasi mengenai penguasaan
dengan siswa yaitu; mengembangkan
dan bukan mengendalikan prilaku siswa,

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 183
misalnya “siswa yang produktif dalam profesionalismenya. Untuk itu penting
kegiatan akan menjadi siswa yang meningkat bagi guru mengelola kelas dengan
namun tidak mendapat keuntungan jika prnsip manajemen yang efektif untuk
hanya duduk diam”. mendukung pembelajaran berikutnya
Walter Doyle (1986, 2006) enam ciri-ciri
Manajemen Kelas adalah penyediaan
yang mencerminkan kelas kompleksitas dan
lingkungan pembelajaran yang efektif
potensi untuk masalah
meliputi strategi yang digunakan guru
a. Kelas Multidimensi, tejadinya KBM untuk menciptakan pengalaman ruang kelas
dengan segalah kegiatan membaca, yang positif dan produktif. Strategi guna
menulis, dan lain-lain. Guru harus menyediakan lingkungan pembelajaran yang
menyimpan catatan dan menjaga siswa efektif tidak hanya mencegah dan menanggapi
tetap pada jadwal. perilaku buruk tetapi menggunakan waktu
b. Kegiatan terjadi bersamaan, dalam kelas kelas yang baik, menciptakan atsmofer yang
dapat terjadi secara bersama, ada siswa kondusif, dan membebaskan kegiatan yang
yang serius dengan gurunya, ada yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa.
ngobrol sendiri, ada yang menyelesaikan (Slavin, 2009).
tugas lain, dan seterusnya Manajemen yang efektif memiliki dua
c. Hal terjadi dengan cepat, peristiwa yang tujuan utama (Santrock, 2014):
terjadi cepat dan segera direspon seperti a. Membantu siswa menghabiskan lebih
tiba-tiba muncul perdebatan kepemilikan banyak waktu di belajar dan mengarahkan
buku, siswa lain ribut diganggu temannya, kegiatan yang tidak sesuai tujuan
lainnya sedang membuly temannya, dan pembelajaran.
seterusnya
Manajemen kelas efektif akan membantu
d. Peristiwa sering tidak bisa diprediksi, ketika Anda memaksimalkan waktu pembelajaran
guru sudah merencanakan pembelajaran Anda pembelajaran dan waktu belajar
kemudian AC mati, LCD rusak, adanya siswa Anda. Carol Weinstein (2007)
pertengkaran siswa, dan sebagainya menggambarkan jumlah waktu yang
e. Kurang privasi, Guru sesungguhnya tersedia untuk berbagai kegiatan kelas
juga selalu diamati siswa sepert cara guru dalam kelas sekolah menengah 42 menit
selesaikan masalah disiplin dan lain lain. khas selama tahun sekolah. Sebenarnya
Selanjutnya guru dianggap tidak adil dan tahunan waktu belajar adalah hanya
lain-lain. sekitar 62 jam, yang kira-kira setengah
f. Kelas memiliki sejarah, siswa memiliki dari waktu perintah sekolah untuk kelas
kenangan terhadap kelas sebelumnya khas. Meskipun angka-angka waktu dia
apalagi tentang cara guru membangun hanya perkiraan, mereka menunjukkan

184 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


bahwa waktu yang tersedia untuk belajar memantau siswa secara jelas baik lokasi
jauh kurang dari yang ada. pembelajaran, meja maupun pekerjaan
b. Mencegah siswa mengembangkan siswa. (c). Membuat materi pelajaran yang
masalah akademik dan emosional siswa. mudah digunakan dan mudah diakses siswa.
Ruang kelas dikelola dengan baik tidak (d). Memastikan siswa dapat mengamati
hanya mendorong pembelajaran bermakna presentasi seluruh kelas dengan mudah.
tetapi juga membantu mencegah masalah Menetapkan posisi guru dan siswa saat
akademis dan emosional yang berkembang presentasi berlansung. Untuk mengetahui
(Bloom, 2009; Martinez, 2009). Ruang efektifitas siswa, guru dapat melihat dari
kelas dikelola dengan baik siswa tetap lokasi kursi atau meja siswa diberbagai
sibuk dengan tugas-tugas aktif, tepat dan bagian ruangan (Baharun, 2006).
menantang, kegiatan siswa membuat Gaya pengaturan (kelas) didasarkan
termotivasi untuk belajar, dan menetapkan pada jenis aktivitas pembelajaran yang
aturan-aturan yang jelas dan pelajar harus akan dilakukan oleh guru dikelas seperti
mematuhi peraturan. Di kelas tersebut, penugasan, eksperimen dan sebagainya
siswa lebih kecil kemungkinannya untuk serta pertimbangan jumlah siswa baik
mengembangkan masalah akademis individu maupun kelompok sehingga
dan emosional. Sebaliknya, di ruang dapat mendukung tercapainya tujuan
kelas dikelola dengan buruk, masalah pembelajaran. Selanjuntnya Louisell &
siswa akademis dan emosional lebih Descamps,(1992),Coetzee, Niekerk &
cenderung menjadi berkembang. Siswa Wydeman, (2008) menyarankan bahwa saat
tidak punya motivasi akademis menjadi mengatur tata letak fisik kelas, pendidik harus
kurang termotivasi dan siswa pemalu tetap memiliki pertimbangan visibilitas,
menjadi tertutup bahkan terjadi pem- ksesibilitas, fleksibilitas, kenyamanan
buly-an. maupun estetika.

Prinsip dasar dalam mengatur kelas PEMAKNAAN LEARNING COMMUNITY


diuraikan Everston & Emmer, (2009), DALAM LINGKUNGAN KELAS
(Santrock, 2014) yakni: (a). Mengurangi
kepadatan di daerah yang ramai. Daerah Menciptakan kelas sebagai komunitas
kerja kelompok siswa, meja, rak buku yang belajar tentu melibatkan peran guru secara
dapat menyebabkan terjadinya gangguan cermat dan bertanggung jawab dalam
sehingga sebisa mungkin untuk dipisahkan mendesain suasana pembelajaran kelas
satu sama lain dan mudah diakses. (b). yang menyenangkan. Komunitas kelas
Memastikan untuk mudah melihat semua merupakan sekelompok individu yang
siswa. Dalam manajemen kelas penting memiliki perbedaan dan kemampuan

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 185
dalam belajar, selain itu kelas juga memiliki atau keadaaan yang mempengaruhi suatu
sekat keterbatasan yang akan membatasi makluk hidup baik secara alamiah maupun
jangkauan eksplorasi dan ruang gerak buatan. Adapun definisi“belajar”dengan
anggota komunitas belajar sehingga peran merujuk pada pandangan Gagne (1977)
guru dalam merekonstruksi iklim belajar adalah perubahan tingkah laku yang terlihat
sangat dibutuhkan. karena dipengaruhi oleh pengalaman,
Arends (1998), Niekerk & Wydeman, latihan dan lingkungan dimana keadaan
(2008) menggambarkan lingkungan kelas suatu individu berbeda dari sebelum belajar.
dengan menggunakan klasifikasi dimensi Dengan demikian “lingkungan belajar”
kelas yakni; Properti kelas, Proses kelas, merupakan tempat dimana seseorang
dan Struktur kelas. Kelas dan komunitas atau kelompok berinteraksi dalam proses
belajar akan terbentuk apabila; (1). Properti pembelajaran yang didukung oleh iklim
Kelas yang mencakup multidimensionalitas belajar baik secara alamiah maupun melalui
(berbagai kemungkinan pendukung desain sehingga dapat meningkatkan rasa
pembelajaran terlaksana secara optimal), nyaman bagi sipebelajar. Dari hal tersebut
simultanitas, immediasi, tidak dapat akan memberikan efek yang berbeda, baik
diprediksi, kesadaran. (2). Proses kelas, pengetahuan, emosi maupun tingkah laku.
harus melibatkan harapan, kepemimpinan, Dalam reformasi pendidikan selama
antraksi, norma, komunikasi dan kohesi. ini paradigma lingkungan pembelajaran
dan (3). Struktur kelas menunjukkan (learning environment) telah mengacu pada
adanya struktur tugas, struktur tujuan dan beragam lingkungan yang digunakan dalam
penghargaan, maupun struktur partisipasi pembelajaran baik lokasi fisik, konteks
kelas. Sebagaimana diagram berikut ini: maupun budaya. Lingkungan belajar yang
luas dapat meliputi; (1). Lingkungan fisik
seperti ruang kelas, laboratorium, situs
budaya, museum, alam lingkungan (2).
Lingkungan belajar online atau virtual dan,
(3). Lingkungan belajar campuran.
Paradigma lingkungan belajar sangat
berkaitan dengan landasan inti Open
Learning Environtment (OLEs) yang digagas
Hannafin & Land (1999), Reigheluth,
Lingkungan belajar kelas yang dirancang
(1999) yakni psikologi, pedagogis, teknologi,
dengan penciptaan iklim belajar di kelas.
budaya maupun pragmatis. Pendekatan
Merujuk pada kalimat “lingkungan belajar”,
OLEs ini memiliki paradigma bahwa peserta
kata “lingkungan” dapat berarti tempat

186 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


didik memutuskan apa, dimana, kapan selain itu lingkungan inovatif diperkuat
dan mengapa belajar, dengan demikian dengan teknologi pendukung pedagogi
pembelajaran tersebut bersifat mandiri. akan turut mempengaruhi kreatifitas dan
Karakteristik lain menekankan bahwa tidak keterlibatan dalam proses belajar dan
semua peserta didik memiliki kemampuan meningkatkan prestasinya.
belajar yang baik dengan kata lain terdapat Dalam pembelajaran formal pengelolaan
peserta didik berkemampuan rendah lingkungan belajar kelas dilakukan dengan
sehingga memerlukan lingkungan belajar. prosedur dan aturan-aturan secara seksama
Huang, et.all, (2013) mengemukakan yang dinilai akan mendukung proses
bahwa; (a). Lingkungan belajar penting pembelajaran dengan mempertimbangkan
menjadi perhatian pada masyarakat variasi tampilan kelas, materi pembelajaran
informasi, hal ini didasarkan bahwa maupun media dan sumber belajar sehingga
kegiatan ekonomi, politik dan budaya sangat guru berperan penting mengakomodasi
signifikan dalam masyarakat informasi. kebutuhan pembelajaran. Setiap guru
Penulis seperti Strauss (2000), Palfrey dan tentu memiliki gagasan dan perancangan
Gasser (2008), Tapscott (2009), Prensky berbeda baik gagasan pribadi, pengalaman
(2010) berpendapat bahwa generasi muda interaksi dengan siswa maupun gagasan
generasi sekarang berperilaku berbeda dari guru lainnya. Manajemen lingkungan
dari generasi sebelumnya terutama karena belajar dilakukan secara bertahap dan saling
mereka telah tenggelam dalam dunia yang berkaitan antara manajemen perencanaan
diresmikan dengan jaringan dan digital (dilakukan sebelum pembelajaran),
teknologi. (b). Pentingnya lingkungan manajemen pelaksanaan (saat kegiatan
belajar dalam setting pendidikan formal. pembelajaran) dan manajemen evaluasi
Nissim, et.all, (2016) menunjukkan (dilakukan setelah kegiatan pembelajaran).
bahwa abad 21 mengharuskan desain Keragaman dalam kelas merupakan
l i n g k u n g a n b e l a j a r k h u s u s y a n g suatu keniscayaan bagi guru untuk peka dan
memudahkan perolehan keterampilan yang mengidentifikasi keadaan suatu kelas, setiap
ingin dikembangkan sistem pendidikan individu anak memiliki kemajemukan,
diantara peserta didiknya sebagai bagian sosiokultural dan latarbelakang berbeda-
dari persiapan mereka untuk hidup secara beda seperti kecerdasan individu anak,
nyata dalam lingkungan yang dinamis, cepat tingkat penghasilan ekonomi keluarga,
berubah dan tidak pasti. Sehingga penting agama, bahasa, bahkan suku maupun
didasarkan pada lingkungan belajar yang etnis sehingga manajemen kelas dalam
inovatif sebab memiliki pengaruh yang keberagaman dianggap penting dan
signifikan terhadap motivasi belajar siswa, menantang untuk dilakukan oleh guru.

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 187
Menurut Milner, (2006), Santrock, (2014) belajar. Selain kebebasan yang dimunculkan
kesalahan komunikasi antara guru dan siswa dalam pembelajaran adalah realness, sikap
serta kurangnnya kepekaan guru terhadap dan persepsi yang positif terhadap belajar
variasi budaya dan sosial ekonomi siswa (Degeng, 1998). Dengan dimunculkan ke
berkontribusi untuk jumlah rujukan yang empat unsur ini akan dapat membangkitkan
tidak proporsional. motivasi dan kreativitas anak dalam
Kurangnya manajemen dalam melakukan suatu.
kelas keberagaman akan memberikan Dennison dan Kirk dalam Carnell E &
efek terhadap lemahnya perkembangan Lodge C (2002) menggambarkan empat
potensi diri siswa, lemahnya komunikasi elemen dalam proses pembelajaran.
positif antar individu yang dapat berakibat Gambar 1. Model proses pembelajaran (Carnell E & Lodge
C, 2002)
terjadinya sentimen antar siswa serta
pembelajaran akan membosankan hal
dapat memunculkan tindakan disiplin kelas
sehingga guru memiliki otoritas yang layak
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan melihat keberagaman kelas yang
harus dioptimalkan dengan pembelajaran
responsif secara budaya. Menurut Santrock,
(2014) ketegangan ini dapat diminimalkan
dengan mengetahui gaya budaya satu sama
Siklus ini menyoroti aktivitas dalam
lain berkomunikasi, menilai belajar dan
belajar (Do), kebutuhan untuk refleksi dan
berhubungan dengan para guru dan siswa.
evaluasi (Review), memaknai (Learn), dan
P e m b e l a j a r a n a d a l a h u p a y a rencana penggunaan pembelajaran dalam
membelajarkan siswa (Degeng, 2013). tindakan di masa mendatang (Apply). Model
Membelajarkan siswa berarti memposisikan tersebut dapat menggambarkan proses untuk
siswa sebagai subjek belajar bukan objek. pembelajar pada dirinya sendiri yang secara
Siswa adalah yang menggali pengetahuannya aktif memahami suatu kesempatan belajar,
sendiri dengan bantuan guru. Oleh karena atau untuk sekelompok peserta yang terlibat
itu guru perlu membentuk lingkungan bersama. Apa pun skala waktu keseluruhan,
belajar yang efektif untuk belajar. waktu diperlukan bagi individu untuk
Menurut degeng (1998) unsur penting merefleksi, memaknai, dan bergerak maju.
dalam lingkungan belajar adalah kebebasan. Elemen lain, seperti pengalaman sebelumnya
Kebebasan merupakan salah satu aspek dari pembelajar, konteks pembelajaran, dan
dalam menumbuhkan prakarsa anak dalam efeknya, termasuk dalam model di bawah ini.

188 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


Gambar 2. Model kontekstual untuk pembelajaran
diinginkan tercapai dengan maksimal.
disekolah, pengembangan dari Biggs dan Moore(Carnell E
& Lodge C, 2002) Belajar yang efektif adalah belajar yang
dilakukan secara menyenangkan (Peter Kline
dalam Dryden (1999). Pembelajaran yang
dimaksudkan pembelajaran memperhatikan
siswa sebagai subjek belajar. Yang
memiliki berbagai karakteristik yang perlu
dipertimbangakan dalam pembelajaran.
Gambar tersebut menggambarkan Oleh karena itu, perlu desain pembelajaran
model mekanis linear, panah menunjukkan untuk mendukung proses pembelajaran
pengaruh di kedua arah, misalnya hasil tersebut
mempengaruhi karakteristik pembelajaran, Salah satu desain pembelajaran
hasil untuk pembelajaran akan menonjolkan yang memperhatikan karakteristik siswa
karakteristik pembelajar tertentu, dan adalah orkestra pembelajaran. Orkestra
kualitas konteks kelas dan sekolah Pembelajaran adalah pembelajaran yang
mempengaruhi proses pembelajaran. Oleh diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
karena itu, perlu seorang pembelajar untuk menyenangkan, menantang, memotivasi
menata lingkungan belajar yang mendukung pebelajar untuk berpartisipasi aktif, serta
hubungan-hubungan tersebut. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
Berdasarkan kutipan degeng (2013) kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan
Lingkungan belajar, bagaimanapun perkembangan fisik serta psikologis pebelajar
penataannya, haruslah dimaksudkan agar (Degeng, 2006a).
anak mudah, nikmat, dan nyaman belajar Asas utama orkestra pembelajaran adalah
(Wilson, 1996; Gagne, 1985; Lebow 1993. “Masukilah dunia siswa anda! Bawalah
Salah satu karakteristik dari penataan dunia siswa ke dunia kita dan antarkan
lingkungan ini adalah adanya keterlibatan dunia kita ke dunia siswa. Semakin jauh
anak sebagai subjek yang belajar. (Edelson, anda memasuki dunia siswa, semakin jauh
Pea dan Gomez, 1996; Duffy danJonassen, pengaruh yang dapat anda berikan kepada
1992; Johanassen, Myers, dan McKillop, mereka.” Dengan demikian, pembelajaran
1996). Guru dalam menata lingkungan merupakan kegiatan full-contact yang
belajar sangat perlu memperhatikan kondisi melibatkan semua aspek kepribadian
siswa. Agar proses pembelajaran akan efektif pebelajar (pikiran, perasaan, dan bahasa
(Muali, 2016). tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan
Pembelajaran efektif merupakan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa
pembelajaran yang proses dan hasil yang depan (DePorter dkk, 2000).

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 189
Lima prinsip utama orkestra • Memberi siswa kesempatan maksimal
pembelajaran: untuk belajar
• Segalanya bicara. Segala sesuatu yang • Mempertahankan fokus akademik
ada dalam lingkungan belajar termasuk • Memiliki harapan yang tinggi, bukannya
gerak gerik memiliki pesan tentang rendah, dari apa yang dapat dicapai siswa
belajar. • Bersifat bisnis dan berorientasi kerja
• Segalanya bertujuan. Segala sesuatu yang • Menunjukkan antusiasme
dimodifikasi oleh guru memiliki tujuan
• Menggunakan strategi untuk membuat
pembelajaran.
siswa tetap memiliki tugas, termotivasi,
• Berangkat dari pengalaman. Setiap dan produktif
pengalaman belajar anak merupakan
• Menerapkan struktur pada konten yang
jembatan menuju pemahaman belajar
akan dibahas
selanjutnya.
• Menyajikan materi baru dengan cara
• Akui setiap usaha. Belajar mengandung
selangkah demi selangkah
resiko. Setiap usaha belajar yang telah
anak lakukan patut mendapat pengakuan. • Menggunakan prosedur pengajaran
langsung (eksplisit)
• Rayakan setiap keberhasilan. Keberhasilan
belajar anak sebagai buah dari setiap • Gunakan pembelajaraan dan penjelasan
usaha belajar layak untuk dirayakan yang jelas
(DePorter dkk, 2000). • Menggunakan berbagai gaya dan sumber
pengajaran
Jadi dapat disimpulkan bahwa orkestra • Sering menunjukkan strategi pendekatan
pembelajaran merupakan salah satu model tugas yang tepat
pembelajaran yang efektif. Artinya secara aktif
• Memantau terus apa yang sedang
melibatkan siswa dalam proses meta-kognitif,
dilakukan siswa
perencanaan, pemantauan, dan refleksi.
• Menyesuaikan pembelajaran dengan
Penelitian tentang pengajaran yang
kebutuhan individu, dan mengajarkan
efektif secara umum menunjukkan bahwa
kembali bila perlu
para guru yang sangat efektif menunjukkan
karakteristik berikut (Jacobsen, Eggen & • Memberikan umpan balik yang sering
Kauchak, 2002; Kauchak & Eggen, 1998; kepada siswa
Killen, 1998; McBer, 2000). Guru yang • Menggunakan tingkat pertanyaan tinggi
efektif cenderung: untuk melibatkan siswa dan untuk
• Memiliki ruang kelas yang dikelola memeriksa pemahaman
dengan baik

190 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


• Menghabiskan banyak waktu dalam untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
pengajaran interaktif di seluruh kelas, optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan
tetapi juga menggunakan kerja kelompok dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar
dan kegiatan mitra bila perlu. (Westwood, dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan
2004). mengajar pada hakikatnya adalah proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada di sekitar siswa. Semua komponen
guru yang efektif sebenarnya hangat, prihatin pengajaran yang meliputi tujuan, bahan
dan fleksibel dalam pendekatan umum pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
mereka kepada siswa (Wilen et al, 2000). metode, alat dan sumber, serta evaluasi
Ini juga tercermin dalam komentar yang diperankan secara optimal guna mencapai
dibuat oleh siswa itu sendiri, (Westwood, tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
2004). Menurut Batten, Marland dan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Khamis (1993) dan Morgan dan Morris
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak
(1999) sebagaiman dikutip oleh Westwood
cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan
(2004) siswa menggambarkan guru yang
tentang kurikulum, metode mengajar, media
“baik”sebagai berikut:
pengajaran, dan wawasan tentang materi
• Membantu pebelajar dengan pekerjaannya yang akan disampaikan kepada anak didik.
• Menjelaskan dengan baik sehingga Di samping itu guru harus menguasai kiat
pebelajar bisa mengerti manajemen kelas. Guru hendaknya dapat
• Tahu apa yang dia bicarakan menciptakan dan mempertahankan kondisi
• Membuat pelajaran menjadi menyenangkan kelas yang menguntungkan bagi anak didik
• Ramah dan mudah diajak bergaul supaya tumbuh iklim pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
• Adil dan lugas
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa
• Peduli tentang pebelajar; selalu siap untuk
pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
mendengarkan; pengertian
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan
• Memiliki rasa humor untuk menciptakan dan mempertahankan
• Mengontrol kelas dengan baik suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara
PENUTUP efektif dan efisien.
Guru memiliki andil yang sangat besar Agar proses pembelajaran dapat berjalan
terhadap keberhasilan pembelajaran di lancar, maka kelas perlu punya aturan dan
sekolah. Guru sangat berperan dalam prosedur yang jelas. Tanpa aturan dan
membantu perkembangan peserta didik prosedur yang jelas, bisa memunculkan

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 191
kesalahpahaman yang bisa melahirkan tepat. Untuk pemberian imbalan dalam
kekacauan. Aturan dan prosedur adalah mengelola kelas, guru harus dapat memilih
pernyataan ekspektasi tentang perilaku. penguat yang efektif, menggunakan prompt
Aturan fokus pada ekspektasi umum atau dan shapping secara efektif. Menggunakan
spesifik atau standar perilaku, cenderung imbalan yang mengandung informasi tentang
tidak berubah karena mengatur dasar- kemampuan siswa yang bisa meningkatkan
dasar tindakan terhadap orang lain, diri motivasi intrinsik dan rasa tanggung jawab
sendiri dan tugas, seperti menghargai orang siswa, bukan untuk mengontrol perilaku.
lain, tidak mengunyah permen karet di Aspek penting yang perlu dikembangkan
kelas. Sedangkan prosedur berisi tentang oleh seorang guru sehingga mampu
ekspektasi tentang perilaku namun biasanya menciptakan pembelajaran yang kondusif
diterapkan untuk aktivitas spesifik dan bagi siswa, yaitu pribadi guru dan suasana
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, pembelajaran. Perpaduan kedua aspek
bukan untuk melarang suatu perilaku. tersebut akan menjadikan dimensi inspiratif
Prosedur dimungkinkan untuk bisa berubah semakin menemukan momentum untuk
karena rutinitas atau aktivitas kelas bisa mengkristal dan membangun energi
berubah, misalnya prosedur suatu kelas perubahan positif dalam diri siswa.
menyatakan bahwa setelah masuk kelas siswa Kepribadian guru sebagai orang dewasa
harus mengerjakan suatu soal, akan tetapi dapat menjadi model sekaligus pengarah dan
suatu hari guru bisa mengubahnya dengan fasilitator belajar yang tercermin dari suasana
membolehkan siswa menyelesaikan tugas atau iklim pembelajaran yang diciptakan di
yang belum selesai. dalam kelas. Kedua aspek ini, pada gilirannya
Pembuatan aturan dan prosedur dapat akan mampu mengakumulasi potensi diri
dirumuskan oleh guru dan dijelaskan ke para siswa untuk semakin meningkatkan
siswa, namun guru dapat pula melibatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
siswa dalam merumuskan aturan dan
prosedur kelas untuk menanamkan rasa KEPUSTAKAAN ACUAN
tanggung jawab siswa terhadap aturan dan
prosedur. Proses ini dapat menjadi sarana Baharun, H. (2006). Manajemen Strategi
untuk menjalin hubungan yang positif Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok
dengan siswa dan melatih mereka untuk Pesantren (Studi di Pondok Pesantren
berbagi dan mengemban tanggung jawab. Nurul Jadid Paiton Probolinggo). Tesis,
Upaya menciptakan lingkungan positif konsentrasi Manajemen Pendidikan
bagi siswa dapat pula dilakukan dengan Islam, Program Pascasarjana, Universitas
memberikan hadiah terhadap perlaku yang Islam Negeri.

192 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017


Baharun, H. (2012). Desentralisasi Dan Teachers’ Motivation and 21st Century
Implikasinya Terhadap Pengembangan Skills,Canadian Center of Science and
Sistem Pendidikan Islam. Jurnal At- Education,Journal of Education and
Tajdid, 1(2). Learning; Vol. 5, No. 3; 2016
Baharun, H. (2017). Pengembangan Carnell E & Lodge C (2002), Supporting
Kurikulum : Teori dan Praktik (Konsep, Effective Learning, London: Paul Chapman.
Prinsip, Model, Pendekatan dan Langkah-
Degeng, INS. 1998. Mencari Paradigma
langkah Pengembangan Kurikulum PAI).
Baru Masalah Belajar dari Keteraturan
Yogyakarta: Cantrik Pustaka.
Kesemerautan. Pidato pengukuhan Guru
Baharun, H. (2017). Peningkatan Kompetensi Besar IKIP Malang.
Guru melalui Sistem Kepemimpinan
Degeng, N. S. 2006a. Teori Pembelajaran
Kepala Madrasah. At-Tajdid: Jurnal Ilmu
2: Terapan. Malang: Universitas Terbuka.
Tarbiyah, 6 (1), 1–25.
Charles, C.M. & Senter, W. Gail. (1995).
Slavin, Robert E. (2009). Psikologi
Elementary Classroom Management,
Pendidikan. Teori dan Praktek. Edisi
Second
Kedelapan. Pearson., Jakarta: Indeks.
Huang, Ronghuai. Yang, Junfeng. Zheng,
Brooks, J. G., & Brooks, M. G. (1993).
Lanqin, 2013.The Components and
In search of understanding: The case for
Functions of Smart Learning Environments
constructivist classrooms. Alexandria,
forEasy, Engaged and Effective Learning.
VA: Association of Supervision and
International Journal for Educational
Curriculum Development.
Media and Technology,. Vol.7, No. 1,
Seifert, Kelvin & Sutton, Rosemary, (2009). pp. 4-14,ISSN 1882–1693.
Global Text, Educational Psychology
Walters, Jim & Frei, Shelly. Edt. Kessler.
Second Edition,Jacobs Foundation,
(2007). Managing Classroom Behavior and
Zurich, Switzerland.
Discipline, USA: Corrine Burton, MAEd.
Santrock, John .W. (2014). Psikologi
Muali, C. (2016). Konstruksi Strategi
Pendidikan, Educational Psycology. Edisi
Pe m b e l a j a ra n Be r b a s i s Mu l t i p l e
5-Buku 2, McGraw-Hill Education,
Intelligenecs Sebagai Upaya Pemecahan
Jakarta: Salemba Humanika.
Masalah Belajar. Pedagogik; Jurnal
Nissim Yonit, Weissblueth Eyal, Scott- Pendidikan, 3 (2), 1–11.
Webber , Lennie & Amar Shimon.
Peter Salim. (2002). The Contemporary
2016.The Effect of a Stimulating
English-Indonesia Dictonary. Jakarta:
Learning Environment on Pre-Service
Modern English Press.

Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif; Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 193
Charles, C.M. & Senter, W. Gail. (1995). Degeng, INS (2013). Ilmu Pembelajaran:
Elementary Classroom Management, Klasifikasi Variabel Untuk Pengembangan
Second Edition. New York; Longman Teori dan Penelitian, Bandung: Aras
Publisher USA. Media.

194 Jurnal al-Fikrah, Vol. V, No. 2 Juli-Desember 2017

Das könnte Ihnen auch gefallen