Sie sind auf Seite 1von 49

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. S DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG WALET RSJD SUNGAI BANGKONG KOTA PONTIANAK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK GELOMBANG II

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN 6

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

PRODI D-IV KEPERAWATAN PONTIANAK

TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG WALET RSJD SUNGAI BANGKONG KOTA PONTIANAK

Telah mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik


pada:

Hari / Tanggal :

Pontianak, 2 April 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ns. Rara Anggraini, M. Kep, Sp. Kep J


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan kasus
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Resiko Perilaku Kekerasan” ini.

Dalam menyusun laporan ini, kami banyak sekali menemukan kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., Msi selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Pontianak.
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku ketua Prodi D-IV Keperawatan
Pontianak.
3. Bapak Ns. Mather, S.Kep, M.Sos selaku koordinator praktik klinik keperawatan
jiwa.
4. Bapak Sudarto, S.Kp, MPH selaku pembimbing akademik.
5. Ibu Ns. Rara Anggraini, M.Kep, Sp.Kep J selaku pembimbing lapangan.
6. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian kami mengharapkan laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat
menghasilkan laporan yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat berguna bagi
mahasiswa dan pembaca lainnya.

Pontianak, 2 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 5

2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan ......................................................... 5

2.2 Etiologi ..................................................................................................... 6

2.3 Manifestasi Klinis..................................................................................... 7

2.4 Akibat ....................................................................................................... 8

2.5 Penatalaksanaan ........................................................................................ 8

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 10

3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 10

3.2 Analisa Data ........................................................................................... 23

3.3 Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 25

3.4 Implementasi dan Evaluasi ..................................................................... 33

3.5 Jadwal Kegiatan Harian Pasien .............................................................. 40

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 41

4.1 Pembahasan Kasus ................................................................................. 41

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 44

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44

5.2 Saran ....................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor


di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa
adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal
yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011).

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah


ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang
tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA)


adalah sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara
klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya
distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau
disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA, 1994 dalam Prabowo,
2014).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60


juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah
236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan

1
2

0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.


Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan
jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9
dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah
skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa
yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita
(Riskesdas, 2013).

Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara


berkembang adalah Skizofrenia. Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang
menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012).
Skizofrenia adalah Suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan
terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif
atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran,
bicara dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar,
seperti afek datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat
atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) di Indonesia


prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau
sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
schizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi gangguan jiwa di


Kalimantan Barat sebanyak 0,8 % dari jumlah penduduk 5.406.553 orang,
berarti sekitar 432.524 orang di provinsi Kalimantan Barat mengalami ART
dengan gangguan jiwa.

Karena dirasa cukup banyaknya klien yang mengalami gangguan jiwa


dan tingginya rasa keingintahuan penulis serta berdasarkan data tersebut
3

penulis memilih untuk mengkaji lebih lanjut asuhan keperawatan jiwa di RSJ
Sungai Bangkong Pontianak.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan jiwa Resiko Perilaku Kekerasan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian, merumuskan masalah, dan
menegakkan diagnosa pada Tn. S dengan perilaku kekerasan.
b. Mampu menentukan rencana tindakan keperawatan pada Tn. S
dengan perilaku kekerasan.
c. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada
Tn. S dengan perilaku kekerasan.
d. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan perilaku kekerasan.
e. Mampu membandingkan antara teori dengan praktik.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Rumah Sakit


Asuhan keperawatan ini dapat dipakai sebagai bahan masukan
yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan
jiwa khususnya perilaku kekerasan.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


a. Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan
asuhan keperawatan.
4

b. Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar


tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan.

1.3.3 Bagi Mahasiswa Keperawatan


Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan atau
pengalaman nyata dan pendalaman tentang asuhan keperawatan pada
klien perilaku kekerasan.

1.3.4 Bagi Pasien dan Keluarga


Dapat memaksimalkan kemampuan klien untuk dapat
mengendalikan dirinya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwa
perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk


melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada


diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan
(Dermawan dan Rusdi, 2013).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).

Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan


untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat,
2005).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk


melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

5
6

2.2 Etiologi

2.2.1 Faktor Predisposisi


a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya :
pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung
saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan.
b. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka
kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal
tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
c. Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
kekerasan adalah hal yang wajar.
d. Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

2.2.2 Faktor Presipitasi


Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering
kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
7

d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan


ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

2.3 Manifestasi Klinis

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku


kekerasan adalah sebagai berikut:

1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d. Tidak berdaya
e. Bermusuhan
8

5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.4 Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi


mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Farmakologi
a. Obat Anti Psikosis : Phenotizin
b. Obat Anti Depresi : Amitriptyline
c. Obat Anti Ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat Anti Insomnia : Phneobarbital

2.5.2 Terapi Modalitas


a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
1) BHSP.
2) Jangan memancing emosi klien.
9

3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan


keluarga.
4) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat.
5) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialami.

b. Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.

c. Terapi Musik
Dengan musik klien terhibur, rilek dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. S (L/P)
2. Umur : 35 Tahun
3. Nomor CM : 017834
4. Ruang Rawat : Ruang Elang
5. Tanggal MRS : 26 Maret 2019
6. Diagnosa Medis : F23.0 Psikosa Akut

B. Alasan Masuk
Klien berkelahi dengan ayahnya di rumah dan hampir menikam ayahnya dengan pisau
sehingga terjadi perkelahian dan klien di tombak oleh kakaknya dan kemudian klien
dianggap gila atau stress oleh keluarganya.

C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2. Pengobatan sebelumnya:
Belum pernah melakukan pengobatan terkait kejiwaan sebelumnya.
3. Trauma:
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik 35 √
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal
Lain-lain

10
11

Jelaskan No. 1,2,3:


Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan belum pernah
melakukan pengobatan terkait masalah kejiwaan, pada saat dirumah, pasien
berkelahi dengan bapaknya, pasien melakukan hal tersebut dengan alasan hanya
membela diri karena dipukul oleh bapaknya pakai besi.
Data yang didapatkan dari keluarga bahwa pasien hendak melakukan percobaan
pembunuhan kepada bapaknya menggunakan senjata tajam

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada √ Tidak Ada


Bila ada : Hubungan keluarga : -
Gejala :-
Riw. Pengobatan :-
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?


Pasien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
meninggalnya sosok seorang ibu, sejak saat itu pasein merasa sudah tidak lagi
diperhatikan oleh bapaknya sehingga pasien lebih memilih untuk menyendiri.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital : TD: 100/70 mm/Hg N: 84 x/mnt S: 37,1 °C P: 20 x/mnt
2. Ukur : BB: 41 kg TB: 156 cm

Jelaskan: Klien mengatakan sedikit ada rasa sakit pada lukanya dan terlihat ada luka
pada leher dan tangannya.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


12

E. Psikososial
Genogram: (minimal 3 generasi)

Keterangan:
: Laki-laki : Laki-laki Meninggal : Klien

: Perempuan : Perempuan Meninggal : Tinggal Serumah

Jelaskan:
Ayah klien merupakan anak kedua dari 2 besaudara. Kemudian ayah klien
menikah dengan ibu klien dan mempunyai 3 anak yang pertama laki laki kemudian
yang kedua perempuan dan yang terakhir adalah klien sendiri. 2 tahun lalu ibu klien
meninggal dan kemudian ayah klien menikah lagi sejak itu kehidupan klien di
rumah sudahh mulai berubah.
Saudara yang paling tua sudah kawin dan mempunyai 4 anak 1
perempuan dan 3 laki laki sedangkan saudara perempuannya juga sudah menikah
dan mempunyai 3 anak perempuan dan masih tinggal serumah dengan orang lain.

Masalah: Koping Keluarga Inefektif

1. Konsep Diri
a. Citra Tubuh:
Klien mengatakan menyukai bagian tubuh yaitu rambut dan kelamin yang
senantiasa di pelihara.
b. Identitas Diri:
Klien mengatakan dirinya kurang puas dengan statusnya sebagai laki-laki
karena dirinya belum menikah. Klien mengatakan dirinya kurang puas sebagai
13

anak dirumahnya karena tidak pernah dihargai oleh keluarganya setelah ibunya
meninggal.
c. Peran:
Klien tidak mempunyai kenyataan apa-apa dirumah hanya menurung diri
dikamar, perannya sebagai anak tidak dihargai oleh keluarganya.
d. Ideal Diri:
Setelah klien keluar dari dari RSJ ini ingin bekerja dan tidak ingin tinggal
bersama keluarga lagi.
e. Harga Diri:
Klien mengatakan tidak pernah brmasalah dengan orang lain baik tetangga
maupu teman, namun dirinya sering meras malu dengan orang disekutar
lingkungan nya dan lebih suka menarik diri dari lingkungannya.

Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti:
Klien mengatakan orang yang sangat berarti bagi hidupnya adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien mengatakan pernah ikut klub motor beat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan jarang berhubungan dengan orang lain karena menutup diri
di kamarnya.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

3. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan:
Klien mengatakan beragama konghucu tapi selanjutnya beliau masuk agama
islam dan belajar ilmu tauhid.
b. Kegiatan Ibadah:
Klien cukup rajin pergi ke masjid.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


14

F. Status Mental
1. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi, toileting dan
pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien:

√ Tidak rapi

- Penggunaan pakaian tidak sesuai

- Cara berpakaian tidak seperti biasa

- Lain-lain

Jelaskan: Klien mengatakan 2-3 hari tidak mandi cuma di lap saja. Rambut klien
tampak panjang dan tidak rapi serta kuku klien terlihat panjang dan kotor. Klien
menolak saat diminta untuk mandi.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan:
√ Cepat √ Keras Gagap Inkoherensi Apatis Lambat
Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain
Jelaskan: Klien berbicara cepat dan agak sedikit keras dank lien selalu minta uang
saat diajak berbicara.
Masalah Keperawatan: Kerusakan Komunikasi Verbal

3. Aktivitas Motorik:
Lesu √ Tegang √ Gelisah Agitasi TIK Grimasen
Tremor Kompulsif Lain-lain
Jelaskan: Klien tampak tegang dan agak gelisah saat diwawancarai.
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

4. Afek dan Emosi:


a. Afek: Datar Tumpul Labil Tidak sesuai √ Lain-
lain, Normal
15

Jelaskan: Saat berbicara dengan klien dia menatap wajah kita yang berbicara
dengannya.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
b. Alam Perasaan (emosi): √ Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebih Lain-lain
Jelaskan: Klien mengatakan sedih saat jauh dari keluarganya. Klien tampak
sedih saat diajak berbicara.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

5. Interaksi Selama Wawancara:


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga √ Lain-lain
Jelaskan: Klien kooperatif saat diajak berbicara.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

6. Persepsi & Sensorik:


Apakah ada gangguan: Ada √ Tidak ada
Halusinasi: Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Ilusi: Ada √ Tidak ada Lain-lain
Jelaskan: Klien mengatakan tidak pernah melihat bayangan ataupun bisikan yang
tidak nyata.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan.

7. Proses Pikir:
a. Proses Pikir (arus dan bentuk piker):
Sirkumtansial Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi
Flight of idea Pengulangan pembicaraan √ Lain-lain
Jelaskan: Dalam melakukan pembicaraan, klien selalu menyelesaikan apa yang
dirasakan dengan menggunakan kata yang baik dan benar.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.


16

b. Isi Pikir
Obsesi Phobia Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham : Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir √ Lain-lain
Jelaskan: Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

8. Tingkat Kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor √ Lain-lain, jelaskan...
Adakah gangguan orientasi (disorientasi): Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Klien mengatakan dia sadar jelas dengan apa yang dialami. Klien juga
tidak mengalami disorentasi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

9. Memori:
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi √ Lain-lain, jelaskan..
Jelaskan: Klien mampu mengingat kejadian lampau.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana √ Lain-lain, jelaskan..
Jelaskan: Klien mampu berkonsentrasi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

11. Kemampuan Penilaian:


Gangguan ringan Gangguan bermakna √ Lain-lain, jelaskan:
Normal
17

Jelaskan: Klien dapat melakukan penilaian sederhana.


Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

12. Daya Tilik Diri:


√ Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Lain-lain, jelaskan:
Jelaskan: Klien merasa tidak sakit jiwa tetapi kelurganya menganggap dia gila.
Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir

G. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan:
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain √

Jelaskan: Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL):


a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
18

Buang air kecil / BAK √


Buang air besar / BAB √
Ganti pakaian √
Jelaskan: Klien mandi hanya saat diminta untuk mandi.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri.

b. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda? √ Puas Tidak Puas
Bila tidak puas, ..
Jelaskan: Klien makan 3x sehari.
2) Apakah anda makan memisahkan diri? Ya √ Tidak
Bila ya, …
Jelaskan: Klien tampak makan bersama dengan pasien lain.
3) Frekuensi makan sehari: 3 x (kali) dan frekuensi kudapan: 1 x (kali).
4) Nafsu makan: √ Meningkat Menurun
Berlebihan Sedikit-sedikit
5) Berat badan: Meningkat Menurun
Berat badan saat ini: … kg BB terendah: … kg
BB tertinggi: … kg
Jelaskan:

c. Tidur:
1) Apakah ada masalah tidur? Tidak Ada
Jelaskan:
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Jelaskan:
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Ya, lamanya … jam Tidak
4) Apakah ada yang menolong anda mempermudah tidur?
Ada Tidak ada
Bila ada,
Jelaskan:
19

5) Tidur malam jam: 20.00 Bangun jam: 05.30 Rata-rata tidur malam: 7-8
jam.
6) Apakah ada gangguan tidur? Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi Somnambulisme
Terbangun saat tidur Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur Lain-lain
Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:


a. Mengantisipasi kebutuhan sendiri: Ya Tidak
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri: Ya Tidak
c. Mengatur penggunaan obat: Ya Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan: Ya Tidak

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

4. Klien memiliki sistem pendukung:


a. Keluarga Ya Tidak
b. Terapis Ya Tidak
c. Teman sejawat Ya Tidak
d. Kelompok sosial Ya Tidak

Jelaskan:

Masalah Keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?


Ya/menikmati Tidak menikmati,
Jelaskan..

H. Mekanisme Koping
20

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain

Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

I. Masalah Psikososial & Lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya…

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya…

Masalah dengan pendidikan, spesifiknya…

Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya..

Masalah dengan perumahan, spesifiknya…

Masalah dengan ekonomi, spesifiknya…

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya…

Masalah lainnya, spesifiknya…

Masalah Keperawatan:

J. Pengetahuan Kurang Tentang:


21

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal:
Penyakit/gangguan jiwa Lain-lain, jelaskan….
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

K. Aspek Medis
Diagnosa Medis : F23.0 Psikosa Akut
Terapi Medis :
1. Risperidon 2 x 2 mg
2. THP 2 x 2 mg
3. HLP 2 x 1,5 mg

L. Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Defisit Perawatan Diri
3. Koping Keluarga Inefektif
4. Isolasi Sosial
5. Gangguan Proses Pikir
6. Kerusakan Komunikasi Verbal

Perawat,
22

POHON MASALAH

DPD ISOLASI SOSIAL GANGGUAN PRESEPSI SENSORI : HALUSINASI

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF


23

3.2 Analisa Data

No Tanggal Data Masalah


1 23 Maret 2019 DS
- Klien mengatakan bahwa klien berkelahi Perilaku Kekerasan
dengan bapaknya
- Klien mengatakan hanya membela diri
karena dipukul bapaknya pakai besi
- Keluarga mengatakan pasien ingin
melakukan percobaan bunuh diri kepada
bapaknya dengan menggunakan senjata
tajam
DO
- Klien mengalami cidera atau luka pada
leher, tangan dan kaki
- Klien tampak tenang
- Tatapan kadang tajam
- Ekspresi kadang tegang
2 23 Maret 2019 DS
- Klien mengatakan sejak ibunya meninggal Isolasi Sosial
dunia klien sudah tidak lagi diperhatikan
bapaknya dan dia lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan sudah hampir jarang
keluar rumah selama hampir 2 tahun.
- Klien mengatakan sudah jarang
berinteraksi dengan teman temannya
semenjak ibunya meninggal.

DO
- Klien banyak diam dan lebih senang
menyendiri.
- Klien tampak sedih.
24

- Klien tampak menarik diri dan tidak mau


bergaul dengan teman teman yang ada di
ruangan.
3 23 Maret 2019 DS
- Klien mengatakan 2-3 hari tidak mandi Defisit perawatan diri :
Cuma di lap saja personal hygiene dan
DO berhias
- Rambut klien tampak panjang dan tidak
rapi
- Klien tampak menolak mandi
Kuku klien panjang dan kotor
25

3.3 Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Rencana Tindakan Paraf


1 Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari,
diharapkan masalah resiko perilaku kekerasan dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Tujuan SP 1
- Klien dapat menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan
- Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala perilaku
kekerasan
- Klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang
dilakukan
- Klien dapat menyebutkan akibat perilaku
kekerasan
- Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan
- Klien dapat mempraktikkan latihan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1
( tarik nafas dalam )
- Klien dapat memasukkan cara fisik 1 kedalam
jadwal kegiatan harian

Rencana Tindakan SP 1
- Indentifikasi penyebab perilaku kekerasan klien
- Indentifikasi tanda dan gejala kekerasan klien
- Indentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
klien
- Identifikasi akibat perilaku kekerasan yang telah
dilakukan klien
- Dorong klien untuk menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
26

- Dorong klien untuk mempraktikkan latihan cara


mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1
( tarik nafas dalam )
- Anjurkan klien untuk memasukkan latihan cara
fisik 1 dalam jadwal kegiatan harian

Tujuan SP 2
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik 2 ( memukul bantal, kasur dan benda
lainnya yang empuk )
- Klien dapat memasukkan latihan perilaku
kekerasan dengan cara fisik 2 dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindakan SP 2
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
- Latih klien untuk mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 2 (memukul kasur, bantal dan
benda lain yang empuk)
- Dorong klien untuk memasukkan latihan perilaku
kekerasan cara fisik 2 dalam jadwal kegiatan harian

Tujuan SP 3:
- Klien dapat mengontrol perilaki kekerasan dengan
cara verbal
- Klien dapat memasukan latihan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbl kedalam
jadwal kegiatan hariannya

Rencana Tindakan SP 3 :
- Dorong klien untuk mengevaluasi latiha
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II
kedalam jadwal kegiatan hariannya.
27

- Latih klien untuk mengontrol perilaku kekerasan


dengan cara verbal
- Dorong klin untuk memasukan latihan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal kedalam
jadwal kegiatan harian pasien

Tujuan SP 4 :
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara spiritual
- Klien dapat mengevaluasi latihan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara spiritual kedalam
jadwal kegiatan hariannya

Rencana Tindakan SP 4 :
- Dorong klien untuk mengevaluasi latihan
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
kedalam jadwal kegiatan hariannya
- Latih klien untuk mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
- Dorong klien untuk mengevaluasi latihan
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual kedalam jadwal kegiatan hariannya

Tujuan SP 5 :
- Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara meminum obat
- Klien dapat memasukan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum obat kedalam jadwal
kegiatan hariannya.

Rencana Tindakan SP 5 :
28

- Dorong klien untuk mengevaluasi latihan


mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual kedalam jadwal kegiatan harian pasien
- Latih klien untuk mengontol perlaku kekerasan
dengan cara minum obat
- Dorong klien untuk memasukan latihan mengntrol
perilaku kekerasan dengan cara minum obat
kedalam jadwal kegiatan hariannya

2 Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari,


diharapkan masalah isolasi sosial pada pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Tujuan SP 1
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial
- Klien mampu menyebutkan keuntung dan kerugian
berteman
- Klien mampu berinteraksi dengan orang lain

Rencana Tindakan SP 1
- Bina hubungan saling percaya
- Identifikasi penyebab isolasi sosial
- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
beinteraksi dengan orang lain.
- Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian jia tidak
berinteraksi
29

- Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan 1


orang
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang bincang kedalam jadwal
kegiatan harian

Tujuan SP 2
- Klien dapat berkenalan dengan teman 1 ruangan
nya dan mau berbincang bincang dengan teman
diruangannya
- Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan
dengan orang.

Rencana Tindakan SP 2
- Evaluasi SP 1
- Memberikan kesempatan kepaa pasien untuk
mempraktekkan cara berkenalan dengan 1 orang
- Mengajurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian

Tujuan SP 3:
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
- Klien dapat berkenalan dengan teman 1 ruangan
nya dan mau berbincang bincang dengan teman
diruangannya.

Rencana Tindakan SP 3 :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
- Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mempraktekkan cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
30

- Mengajurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal


kegiatan harian

3 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari,


diharapkan masalah defisit perawatan diri pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Tujuan SP 1
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan
diri
- Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan
diri
- Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan
bantuan

Rencana Tindakan SP 1
- Jelaskan tentang pentingnya kebersihan diri
- Jelaskan tentang cara menjaga kebersihan diri
- Bantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
- Anjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian.

Tujuan SP 2
- Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri
- Pasien dapat mengetahui cara cara melakukan
perawatan diri
- Pasien dapat melaksanakan perawatan diri dengan
bantuan perawat
- Pasien dapat melaksanakan perawatan diri

Rencana Tindakan SP 2
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
31

- Jelaskan cara berpakaian


- Bantu pasien mepraktekkan memakai baju yang
benar
- Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian

Tujuan SP 3:
- Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan
untuk makan
- Pasien dapat mengetahui cara cara makan dan
minum yang baik dan benar
- Pasien dapat melaksanakan makan dan minum
yang baik dan benar dengan bantuan perawat
- Pasien dapat melaksanakan cara makan dan minum
yang baik secara mandiri

Rencana Tindakan SP 3 :
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
- Jelaskan cara makan dan minum yang baik
- Bantu pasien mempraktekkan cara makan yang
baik
- Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian

Tujuan SP 4:
- Pasien dapat mengetahui cara cara BAB dan BAK
yang baik dan benar
- Pasien dapat melaksanakan cara BAB dan BAK
yang baik secara mandir

Rencana Tindakan SP 4 :
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
- Jelaskan cara eliminasi yang baik
32

- Bantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang


benar
- Anjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian
33

3.4 Implementasi dan Evaluasi

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


1 12.30 Perilaku Kekerasan SP 1 Klien: S: - Klien mengatakan perasaannya
27-3-19 - Mengidentifikasi tanda-tanda senang setelah berbincang-
perilaku kekerasan bincang dengan perawat,
- Mengidentifikasi perilaku emosinya mulai berkurang setelah
kekerasan yang dilakukan berlatih nafas dalam.
- Menganjurkan, mengontrol O: - Klien tampak gelisah
perilaku kekerasan dengan cara - Klien mempraktekkan cara
fisik 1 (tarik nafas dalam) menarik nafas dalam
- Menganjurkan klien memasukkan - Emosi tampak berkurang
kedalam jadwal kegiatan harian A: Perilaku Kekerasan (+)
pasien
P: PP - Lanjut SP2
- Evaluasi SP 1
- Latih kontrol fisik dan (pukul
kasur dan bantal)
PK - Motivasi klien untuk berlatih
tarik nafas dalam saat emosi
muncul (jam 09.00 sampai
dengan 15.00)
34

CATATAN KEPERAWATAN

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


2 13.30 Perilaku Kekerasan SP 2 Klien: S: - Klien mengatakan perasaannya
28-3-19 - Mengevaluasi jadwal kegiatan senang
harian pasien (tarik nafas dalam). - Klien mengatakan sudah bisa
- Melatih klien kontrol perilaku kontrol emosi dengan tarik
kekerasan dengan cara fisik 2 nafas dalam dn pukul bantal dan
(pukul kasur dan bantal). kasur
- Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian O: - Klien tampak tenang
pasien. - Klien bisa mempraktekkan cara
tepuk kasur dan bantal
- Emosi tampak berkurang

A: Perilaku Kekerasan (-)

P: PP - Lanjut SP 3
- Evaluasi SP 2
- Latih kontrol emosi dengan
cara verbal
- Anjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
35

PK - Motivasi klien untuk berlatih


memukul kasur dan bantal
saat emosi muncul (jam 09.00
sampai dengan 15.00)
36

CATATAN KEPERAWATAN

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


3 12.30 Perilaku Kekerasan SP 3 Klien: S: - Klien mengatakan perasaannya
29-3-19 - Mengevaluasi jadwal kegiatan senang setelah berbincang-
harian klien (tarik nafas dalam, bincang dengan perawat,
pukul kasur dan bantal) emosinya mulai berkurang setelah
- Melatih klien mengontrol perilaku berlatih melampiaskan marah
kekerasan dengan cara verbal dengan cara verbal
- Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian O: - Klien tampak tenang
klien - Klien mempraktekkan cara
mengurangi emosi dengan cara verbal
- Emosi tampak berkurang

A: Perilaku Kekerasan (-)

P: PP - Lanjut SP4
- Evaluasi SP 3
- Latih kontrol perilaku
kekerasan dengan cara
spiritual.
37

PK - Motivasi klien untuk berlatih


melampiaskan marah secara
verbal saat emosi muncul (jam
09.00 sampai dengan 15.00)
38

CATATAN KEPERAWATAN

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


4 13.30 Perilaku Kekerasan SP 4 Klien: S: - Klien mengatakan perasaannya
30-3-19 - Mengevaluasi jadwal kegiatan senang setelah berbincang-
harian klien (tarik nafas dalam, bincang dengan perawat,
pukul kasur dan bantal, dan secara emosinya mulai berkurang setelah
verbal) sholat dan berdoa.
- Melatih klien mengontrol perilaku O: - Klien tampak sholat dan berdoa
kekerasan dengan cara spiritual. - Emosi tampak berkurang
- Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian A: Perilaku Kekerasan (-)
klien
P: PP - Lanjut SP 5
- Evaluasi SP 4
- Latih kontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum
obat secara teratur
PK - Motivasi klien untuk berlatih
kontrol emosi dengan cara
spiritual saat emosi muncul
(jam 09.00 sampai dengan
15.00)
39

CATATAN KEPERAWATAN

No. Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


5 13.30 Perilaku Kekerasan SP 5 Klien: S: - Klien mengatakan perasaannya
31-3-19 - Mengevaluasi jadwal kegiatan senang setelah berbincang-
harian klien (sholat dan berdoa) bincang dengan perawat,
- Melatih klien mengontrol perilaku emosinya mulai berkurang setelah
kekerasan dengan cara minum obat minum obat secara teratur
secara teratur
- Menganjurkan klien memasukan O: - Klien tampak tenang
kedalam jadwal kegiatan harian - Klien minum obat secara teratur
klien - Emosi tampak berkurang

A: Perilaku Kekerasan (-)

P: PP - Evaluasi SP 5
- Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien
PK - Motivasi klien untuk berlatih
kontrol emosi dengan cara
minum obat secara teratur
3.5 Jadwal Kegiatan Harian Pasien

Nama : Tn. S Ruang Rawat : Elang

HARI/TANGGAL
PUKUL KEGIATAN KET
27 28 29 30 31

06.00 Mandi M M M M M
Merapikan
07.00 M M M M M
tempat tidur
Latihan
08.00 B B B B B
Senam
Latih nafas
09.00 B M M M M
dalam
Pukul kasur
10.00 B M M M
bantal
11.00 Makan siang
12.00 Minum Obat B B B B B
13.00
Latihan cara
14.00 B M M
verbal
Latih nafas
15.00 M M M M M
dalam
Pukul kasur
16.00 M M M M
bantal
17.00 Mandi M M M M M
18.00
Latihan cara
19.00 M M M
verbal
20.00
21.00
KET :
T : tidak melakukan
B : melakukan jika diingatkan
M : melakukan secara mandiri

40
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Kasus

Individu yang sehat jiwa menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya. Mampu


menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang
lain (Keliat, dkk. 2012). Apabila seseorang didalam jiwanya terdapat hal seperti itu
maka dapat dikatakan dengan sehat jiwa, sedangkan apabila seseorang merasa
dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang ada pada dirinya, tidak mampu
bekerja produktif, dan tidak mamenuhi kebutuhan hidupnya maka individu
dikatakan dengan jiwa yang tidak sehat atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan


gangguan fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan
dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, dkk. 2012). Gangguan jiwa dapat
menimbulkan berbagai macam masalah keperawatan, salah satunya adalah perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk. 2012).

Pada tanggal 26 Maret 2019, Tn. S datang diantar oleh kakak kandungnya,
karena pada saat dirumah, pasien berkelahi dengan bapaknya menggunakan senjata
tajam yang menyebabkan luka bagian perut dan tangan bapaknya, keluarga
mengatakan pasien sering mondar-mandir sambil membawa senjata tajam, pasien
juga suka bicara sendiri, bahkan sering mengancam hendak membunuh sehingga
hal tersebut membuat keluarga terganggu dan merasa resah dengan kelakuannya.

41
42

Pada saat pengkajian tanggal 27 Maret 2019 Tn. S mau bicara, menjawab
seperlunya, kontak mata ada dan kooperatif saat di ajak bicara. Tn. S menunjukkan
gejala-gejala seperti merasa tidak aman berada bersama orang lain, menjawab
pertanyaan dengan sadar, dan tidak merawat diri. Klien masuk dikarenakan hampir
melakukan percobaan pembunuhan kepada ayahnya disebabkan karena adanya
masalah keluarga. Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya perilaku kekerasan
yang dialami Tn. S. Faktor predisposisi berupa kehilangan orang yang dicintai
yaitu ibunya 2 tahun lalu, karena sejak ibunya meninggal kehidupan Tn. S berubah,
Tn lebih cenderung menutup diri dan lebih sering menyendiri. Selain itu terdapat
faktor presipitasi eksternal berupa perilaku kekerasan pada Tn. S salah satunya
disebabkan oleh stressor psikologi berupa kekesalan dan kemaran pada ayah dan
ibu tirinya. Saat itu pasien emosi karena di pukul oleh ayahnya, ingin membunuh
ayahnya dengan pisau yang ada di kamarnya.

Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif


dalam respon emosional seseorang, karena perilaku kekerasan dapat
membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional/sexualitas
(NANDA, 2009). Pada pasien dengan masalah perilaku kekerasan dapat muncul
beberapa masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah. Pada kasus Tn. S memiliki riwayat masalah
keperawatan yaitu Berduka Antisipatif karena di tinggal oleh ibunya semenjak 2
Tahun lalu. Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Tn. S
adalah perilaku kekerasan, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan
bertujuan untuk dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Rencana intervensi yang sudah diimplementasikan pada Tn. S dengan masalah
keperawatan perilaku kekerasan antara lain SP1, membina hubungan saling percaya
dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan kedatangan perawat, dengan adanya
kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien merasa nyaman. kemudian
mengidentifikasi perilaku kekerasan dan tanda-tanda perilaku kekerasan.
43

Pada SP2 mengajarkan klien untuk mengontrol perilaku kekerasan secara


fisik dengan latihan napas dalam dan memukul bantal. Pada saat evaluasi, klien
dapat mempraktekkan teknik nafas dalam dan memukul bantal dengan benar dan
kemudian menganjurkan supaya hal ini dimasukkan ke dalam buku harian. Pada
saat SP3 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual,
yaitu dengan menganjurkan klien untuk beribadah atau shalat. Yang terakhir adalah
SP4 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
secara teratur dan mengevaluasi jadwal kegiatan pasien untuk menilai keberhasilan
dalam strategi pelaksanaan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif
verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku
yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)


2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan, tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

5.2 Saran

Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan


masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya. Perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang kegawatdaruratan psikiatrik pada perilaku kekerasan,
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien
dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.
Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika.

Ma’rifatul, Lilik. 2011. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu Kusumawati.

Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

45

Das könnte Ihnen auch gefallen