Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
net/publication/298071893
CITATIONS READS
0 2,505
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
IbM Kelompok Tani Budidaya Tanaman Sayuran Organik Mendukung Biosecurity di Dusun Telaga Kodok View project
PENGEMBANGAN KINERJA WIRAUSAHA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK PANGAN LOKAL SAGU DAN UBI KAYU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN
AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI PROVINSI MALUKU View project
All content following this page was uploaded by Febby J Polnaya on 14 March 2016.
ABSTRACT
I n this study, moisture, ash, amylose content, crude fiber, swelling power, solubility and color of
starches properties isolated from cassava (Manihot esculenta Crantz) storage organs were
evaluated.
The result showed that moisture, ash and crude fiber of cassava starch was range between 11.69-13.52%, 0.09-
0.10% and 0.015-0.024%, respectively and amylosa content was 22.37-30.16%. Swelling power and solubility of
cassava starch was 31.87-40.19 g/g dan 16.77-20.49%, respectively. Color of starch according to L value was 67.46-
69.30. Swelling power of starch influenced by amylosa content. The highest of amylosa content made decreased of
starch swelling power.
Key words : cassava starch, starch properties, moisture, ash, crude fiber, amylosa, swelling power and
solubility, color.
35
Buletian Penelitian BIAM, Vol. III, No. 51, Desember 2007 : 35 - 39 .............................
sebanyak 3 kali. Hasil ekstraksi dibiarkan selama 1 merupakan banyaknya air dalam bahan. Kadar abu
jam sampai pati mengendap. Setelah endapan pati ditentukan dengan mengabukan sampel pada tanur
dihasilkan, selanjutnya dilakukan pencucian dengan selama 12 jam pada suhu 550oC sampai pengabuan
air dan filtrasi untuk mendapatkan pati yang bersih sempurna. Persentasi kadar abu dihitung
dari kotoran. Pencucian dan filtrasi diulang sebanyak berdasarkan berat sampel.
3 kali. Tahap terakhir adalah pengeringan pati basah
Analisis Amilosa
dengan membiarkan pada suhu kamar selama 5 jam,
Kadar amilosa ditentukan dengan metode
selanjutnya dikeringkan pada pengering kabinet pada
AOAC (1984). Ditimbang dengan teliti 0,1 g pati
suhu sekiktar 40-45C sampai kadar air mencapai dalam labu takar 100 mL, ditambahkan 1 mL etanol
±12%. Pati yang berbentuk bongkah dan tidak 95% dan 9 mL larutan 1 N NaOH. Dipanaskan
seragam sebagai hasil pengeringan dapat segera selama 10 menit dalam penangas air mendidih untuk
digiling untuk mendapatkan ukuran pati yang gelatinisasi pati. Didinginkan dan diencerkan sampai
seragam. Selanjutnya dilakukan pengayakan dengan tanda dengan akuadest. Dipipet 5 mL larutan pati
menggunakan ayak berukuran 100 mesh. tersebut dan dipindahkan dalam labu takar 100 mL.
Ubi Kayu Ditambahkan 1 mL asam asetat 1 N untuk
mengasamkan larutan, kemudian ditambahkan 2 mL
larutan iodin 0,2% dan selanjutnya diencerkan
Pengupasan
sampai tanda dengan akuadest. Digojog dan
dibiarkan selama 10 menit. Ditentukan besar
Pencucian absorbansi larutan pada panjang gelombang 620 nm
dengan spektrofotometer (Shimadzu, Kyoto, Japan).
Perendaman Kadar amilosa ditentukan dengan menggunakan
bantuan kurva standar (berat kering).
Pemarutan
Air Kemampuan Menggelembung dan Daya Larut
Ampas Kemampuan menggelembung dan daya larut
Ekstraksi ditentukan berdasarkan metode seperti dikemukakan
oleh Adebowale et al (2002). Pati didispersikan
Susu Pati dengan aquades (1 % b/v) dalam tabung reaksi yang
telah diketahui beratnya (b1). Kemudian panaskan
Pengendapan Air pada penangas air (Memmert) suhu 950 C selama 30
3 kali menit, lalu didinginkan hingga suhu kamar.
Filtrasi Selanjutnya disentrifugasi (IEC UV centrifuge,
Damon/IEC Division) pada 5000 rpm selama 15
menit, sehingga terpisah residu dan supernatan.
Pengendapan
Supernatan (10 mL) dikeringkan hingga berat konstan
Pati Ubi Kayu Basah pada suhu 1100 C menggunakan hot air oven
(Memmert). Residu yang terdapat setelah
Pengeringan 40oC dikeringkannya supernatan, menunjukkan jumlah pati
yang terlarut dalam air (%). Residu dan air yang
Pati Ubi Kayu Kering ditahan setelah sentrifugasi kemudian ditimbang (b2).
Kemampuan menggelembung pati (berdasarkan
Penggilingan berat kering) ditentukan sebagai berikut:
Kemampuan menggelembung (g/g) = (b2 – b1) / berat
pati
Pengayakan (100 mesh)
Warna Pati
Pati Ubi Kayu Pengukuran kalorimetri menggunakan
Gambar 1. Bagan alir ekstraksi pati ubi kayu Chromameter Minolta CR-300 untuk mengevaluasi
warna visual. Warna ditunjukkan sebagai L
Analisis Proksimat (luminosity) pada skala Hunter.
Analisis proksimat meliputi kadar air, kadar
abu dan serat kasar mengikuti metode AACC (1995).
Kadar air ditentukan secara gravimetri. Pengeringan
menggunakan oven (Memmert) pada suhu 105oC
sampai mencapai berat konstan. Pengurangan berat
36
Karakterisasi Beberapa Sifat Pati Ubi Kayu ....................................... Augustyn, dkk
0.096
Kadar Air (%)
37
Buletian Penelitian BIAM, Vol. III, No. 51, Desember 2007 : 35 - 39 .............................
67
0,0024). Rata-rata kemampuan menggelembung 0 66.5
ketiga jenis pati ubi kayu ini bervariasi antara 31,87 – Putih Kuning
Jenis Pati Ubi Kayu
Sangkola Putih Kuning Sangkola
Jenis Pati Ubi Kayu
40,19 g/g. Moorthy (2001) mengemukakan bahwa Gambar 4 : a) Daya larut pati (%) dan b) warna pati
kemampuan menggelembung pati ubi kayu ubi kayu skala L
ditemukan bervariasi antara 42 – 71 g/g tergantung
dari varietasnya. Warna Pati Ubi Kayu
Pada peristiwa gelatinisasi terjadi pemutusan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
ikatan hidrogen sehingga terjadi penyerapan air oleh perlakuan jenis pati ubi kayu tidak berpengaruh nyata
granula pati mengakibatkan penggelembungan terhadap warna pati (Fhit. = 69,075; p < 0,0000).
granula pati (Smith, 1982). Kekompakan granula- Berdasarkan dimensi L, menunjukkan bahwa
granula pati berpengaruh terhadap kesulitan granula pati ubi kayu kuning mempunyai warna lebih putih
untuk menggelembung. Penggelembungan dimulai (69,3) dibandingkan pati ubi kayu lainnya.
dari daerah yang amorf, sedangkan daerah kristalin
yang kompak sulit mengalami proses tersebut. KESIMPULAN
Kekompakan granula pati tergantung perbandingan
berat kandungan amilosa amilopektin dan sumber Komposisi proksimat menunjukkan bahwa
tumbuhannya. kadar air pati ubi kayu bervariasi antara 11,69-
Wu dan Seib (1990) mengemukakan bahwa 13,52%, kadar abu 0,09-0,10% dan serat kasar
terdapat kandungan amilosa tinggi dapat 0,015-0,024%. Kadar air dan kadar abu pati ubi kayu
menghambat penggelembungan pati. Hasil yang adalah relatif sama dengan kadar air yang secara
sejalan juga ditunjukkan oleh ketiga jenis pati ubi umum diterima penyimpanan dalam kondisi aman.
kayu. Pati ubi kayu dengan kadar amilosa terendah Kadar amilosa berkisar antara 22,37-30,16%.
mempunyai kemampuan menggelembung tertinggi. Kemampuan menggelembung pati ubi kayu dan daya
BNJ0,05 = 0,3002
35 13,52 a 12,19 b 42
larut berturut-turut berkisar antara 31,87-40,19 g/g
Kemampuan Menggelembung
11,69 b
25 38
20 adalah 67,46-69,30. Kadar amilosa pati ubi kayu
(g/g)
36
15
34
memberikan pengaruh terhadap kemampuan
menggelembung pati. Semakin tinggi kadar amilosa
10
5 32
0
Putih Kuning Sangkola
30 mengakibatkan kemampuan menggelembung pati
semakin menurun. Sedangkan semakin tinggi
20 25 30 35
Jenis Pati Ubi Kayu Kadar Amilosa (%)
38
Karakterisasi Beberapa Sifat Pati Ubi Kayu ....................................... Augustyn, dkk
starch on heat moisture treatments. Food Péreza, E., F. S. Schultz & E. P. de Delahaye. 2005.
Hydrocolloids 17:265-272. Characterization of some properties of
starches isolated from Xanthosoma
Adebowale, K.O., T.A. Afolabi & O.S. Lawal, 2002.
sagittifolium (tannia) and Colocassia esculenta
Isolation, Chemical Modification and
(taro). Carbohydrate Polymer 60: 139-145.
Physicohemical Characterisation of Bambarra
Groundnut (Voandzeia subterranean) Starch Rickard, J.E., M. Asaoka & J.M.V. Blanshard. 1991.
and Flour. Food Chem. 78:305-311. The physicochemical properties of cassava
starch. Trop. Sci. 31:189-207.
Aiyeleye, F.B., J.O. Akingbala & G.B. Oguntimein.
1993. Chemical factors affecting acetylation of Shieldneck, P. & C.E. Smith. 1971. Production and
cassava starch. Starch 45:443-445. Uses of Acid Modified Starch. In: R.L. Whistler
and E.F. Paschal (Eds.), Starch: Chemistry
Asaoka, M., J.M.V. Blanshard & J.E. Rickard. 1992.
and Technology (pp. 173-215). New York:
Effect of cultivar and growth season on the
Academic Press.
gelatinisation properties of cassava (Manihot
esculenta) starch. J. Sci. Food Agric. 59:53-58. Smith, P.S. 1982. Starch Derivatives and Their Use in
Foods. In: Lineback, D.R. and G.E. Paschall,
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist.
1982. Food Carbohydrates. (eds) Avi
1984. Official Methods of Analysis of the
Publishing Company, Inc., Westport,
Association of Official Analytical Chemist. 14th
Connecticut.
ed. AOAC Inc. Arlington. Virginia.
Soebito, S. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada
Greenwood, C.T. 1970. Starch and Glycogen. In:
University Press. Yogyakarta.
Pigmen, W. and D. Horton (eds). The
Carbohydrate Chemistry and Biochemistry. Wu, Y. & P.A. Seib. 1990. Acetylated and
Academic Press. London. Hydroxypropylated Distarch Phosphates from
Waxy Barley: Paste Properties and Freeze-
Kay, D.E. 1987. TDRI Crop and Product Digest No.2,
Thaw Stability. Cereal Chem. 67:202-208.
TDRI, London, p. 166-173.
Woolfe, J.A. 1992. Sweet potato: an untapped food
Moorthy, S.N. 2001. Tuber crop starches, Tech. Bull.
resource. Cambridge University Press,
No 18, CTCRI, Trivandrum, p. 52.
Cambridge, p 643.
Moorthy, S.N. 2002. Physicochemical and functional
properties of tropical tuber starches: a review.
Starch/Stärke 54(12), 559–592.
39