Sie sind auf Seite 1von 33

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rabb semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik di Universitas Tadulako, Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi.

Kami sangat berterima kasih dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik di Universitas
Tadulako, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi.
2. Teman-Teman Kelompok 10 yang turut berpartisipasi dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam membahas serta mengkaji


topik yang ada, namun penulis menyadari bahwa hasil karya ini jauh dari sempurna
dan masih banyak sekali kekurangan didalamnya, hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimliki oleh penulis.

Palu, 11 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
BAB II STADAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK ......... 5
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik .................. 5
2.2 Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik .... 6
2.3 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor
Publik di Indonesia ........................................................................... 6
2.4 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ...................... 7
2.5 Pelaporan Keuangan Pemerintahan .................................................. 7
2.6 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan ................................................. 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 31
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 31
3.2 Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang direvisi


dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 25
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, adalah 2 (dua) undang-undang yang
berupaya mewujudkan otonomi daerah yang lebih luas. Sebagai Penjabaran dari
otonomi tersebut di bidang administrasi keuangan daerah, berbagai peraturan
operasional juga telah dikeluarkan. Beberapa peraturan yang relevan itu adalah
sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.


2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan
Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan
Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
DPRD.

Partisipasi masyarakat yang lebih besar merupakan perwujudan dari tuntutan


Akuntabilitas Publik dan Otonomi Daerah. Akuntabilitas adalah
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan

3
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik (Kawedar, 2011:11)

Arti penting akuntabilitas dalam tata pemerintahan yang baik sudah disadari
dan sudah direflesikan dalam berbagai peraturan pemerintah diatas. Akan tetapi,
rincian penyajian Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah yang antara lain
berisikan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas masih harus
ditingkatkan kualitasnya.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?
2. Apa Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?
3. Bagimana Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik di
Indonesia ?
4. Apa Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulis melakukan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
2. Untuk mengetahui Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor
Publik
3. Untuk mengetahui Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
di Indonesia
4. Untuk mengetahui Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

BAB II

4
STADAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Standar Akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur


perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan
kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan
praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Standar
akuntansi sangat diperlukan untuk untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan
keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan
implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang
disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam
pengauditan (Mardiasmo, 2009:148-149).

Standar akuntansi keuangan merupakan salah satu standar akuntansi. Standar


Akuntansi Keuangan (SAK) adalah aturan-aturan yang harus digunakan di dalam
pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal.
Sektor Publik adalah suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan hak publik.

Sehingga standar akuntansi keuangan sektor publik dapat didefinisikan sebagai


aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan
keuangan untuk kepentingan pihak eksternal oleh suatu entitas yang akitvitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

2.2 Tujuan Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

5
Tujuan penyusunan standar akuntansi keuangan sektor publik adalah sebagai
berikut:

a. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang diharapkan


dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan pemerintah daerah yang
berlaku saat ini, terutama dengan pemberlakuan otonomi daerah yang baru.
b. Menyediakan pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi
dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang
telah disesuai dengan siklus kegiatan pemerintah daerah yang mencakup
penganggaran, perbendaharaan, dan pelaporan (Bastian, 2005:130).

2.3 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik


di Indonesia

Pada tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntansi Sektor


Publik (IAI-KASP) telah mengembangkan serangkaian standar-standar akuntansi
yang direkomendasikan untuk digunakan pada entitas-entitas sektor publik yang
dinamakan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Dalam standar
ini, IAI-KASP telah berusaha melakukan harmonisasi terhadap akuntansi, laporan
keuangan dan auditing antara yurisdiksi dan mana yang paling tepat, antara sektor
publik dengan sektor swasta, dan untuk mengharmonisasikan laporan keuangan
antara accounting basis dan economic basis.

SAKSP dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku ditingkat


internasional dengan harapan tencapainya informasi keuangan yang konsisten dan
dapat dibandingkan untuk semua yurisdiksi. Walaupun dalam praktek dan aplikasi
prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen keuangan pada entitas sektor publik dapat
terjadi baik pada entitas dengan level yurisdiksi yang sama maupun yang berbeda.
Semuanya tergantung pada kebijakan dan praktik yang ada.
Selama ini aktivitas sektor publik dikelola dengan kualitas informasi keuangan
yang belum baik. Tidak terdapat informasi atas asset dan liabilities dan hanya

6
memperlihatkan item revenue seperti penjualan atas unit bisnis atau aset
pemerintah. Sehingga informasi yang tersedia acap kali tidak andal, tidak diaudit
dan hanya dapat dipakai sebagai pertimbangan keputusan untuk periode setelah
periode pelaporan tersebut.

Penerapan SAKSP akan mengarahkan sistem akuntansi dan manajemen


keuangan pemerintah yang lebih baik. Jadi laporan keuangan yang dihasilkan
mempunyai informasi yang lebih baik dan forecasting serta budgeting yang lebih
realiabel sama seperti manajemen terhadap sumber daya ekonomis (Bastian,
2005:130-131).

2.4 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) :


a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan
pemerintah.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan.
c. Meningakatkan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama (Bastian, 2005:131).

2.5 Pelaporan Keuangan Pemerintah

1. Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum


pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus
pemakainya. Penggunaan istilah “laporan keuangan” semua laporan dan
berbagai penjelasannya yang mengikuti laporan tersebut.
Tujuan Umum pelaporan keuangan adalah menyajikan informasi keuangan
perusahaan. Tujuan khusus yang dimaksud adalah kebutuhan pihak tertentu yang

7
format laporannya tidak sesuai dengan format SAP. Misalnya saja pelaporan
keuangan dengan format Permendagri.
2. Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas pelaporan
dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun untuk
kebutuhan khusus. KSAP mendorong penggunaan SAP dalam penyusunan
laporan keuangan bertujuan khusus apabila diperlukan.
Yang dimaksud dengan entitas pelaporan adalah unit pemerintah yang teridiri
dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban.
(Kawedar:2011:11)

2.6 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan

Isi Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari yang tertera dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual adalah 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
sebagai berikut:
1) PSAP 01- Penyajian Laporan Keuangan
2) PSAP 02- Laporan Realisasi Anggaran
3) PSAP 03- Laporan Arus Kas
4) PSAP 04- Catatan atas Laporan Keuangan
5) PSAP 05- Akuntansi Persediaan
6) PSAP 06- Akuntansi Investasi
7) PSAP 07- Akuntansi Aset Tetap
8) PSAP 08- Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9) PSAP 09- Akuntansi Kewajiban
10) PSAP 10- Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan Mendasar, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
11) PSAP 11- Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi
12) PSAP 12- Laporan Operasional.

8
PSAP No.01-Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements ) dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar
ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan,
pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual.
Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan
peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan
lainnya.
Ruang Lingkup PSAP 01, Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud
dengan pengguna adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif,
pemeriksa/pengawas, fihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan
keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan
dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan. Pernyataan Standar ini
berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak
termasuk perusahaan negara/daerah.

Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu


basis akrual. Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan dengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan
beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Entitas pelaporan yang
menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual, menyajikan Laporan Realisasi

9
Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
tentang anggaran.

Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi


keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan:

a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan


ekuitas pemerintah;

b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,


kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber


daya ekonomi;

d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya


dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai


penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas


pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif


dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya

10
sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumberdaya yang
dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang
terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:

Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi tujuan


sebagaimana terdapat dalam paragraf namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi
tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan nonkeuangan, dapat
dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran
yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu
periode.

Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada pada


pimpinan entitas.

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan


terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial,
sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:

a) Laporan Realisasi Anggaran;

b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

c) Neraca;

d) Laporan Operasional;

e) Laporan Arus Kas;

f) Laporan Perubahan Ekuitas;

g) Catatan atas Laporan Keuangan.

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas


pelaporan, kecuali:

a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum;

11
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.

Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang


ditetapkan sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa
bendahara umum negara/daerah. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan
anggaran dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan
digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi
Anggaran memuat anggaran dan realisasi.

Entitas pelaporan pemerintah pusat juga menyajikan Saldo Anggaran Lebih


pemerintah yang mencakup Saldo Anggaran Lebih tahun sebelumnya, penggunaan
Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
tahun berjalan, dan penyesuaian lain yang diperkenankan.

Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi


dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya
ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk
melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan dalam
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang.

Entitas pelaporan menyajikan informasi untuk membantu para pengguna


dalam memperkirakan hasil operasi entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya
dalam pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi.
Entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

Entitas pelaporan menyajikan kekayaan bersih pemerintah yang mencakup


ekuitas awal, surplus/defisit periode bersangkutan, dan dampak kumulatif akibat
perubahan kebijakan dan kesalahan mendasar. Untuk menghindari kesalahpahaman
dalam membaca laporankeuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan semua

12
informasi penting baik yang telah tersaji maupun yang tidak tersaji dalam lembar
muka laporan keuangan. Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang
ketaatan terhadap anggaran.

PSAP No.02-Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan-
LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-
dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan
realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati
antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tetang Standar
Akuntansi Pemerintahan, basis akutansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan realisasi anggaran disesuaikan dengan basis akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran. Jika anggaran disusun dan
dilaksanakan berdasar basis kas, maka laporan realisasi anggaran disusun
berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh
entitas pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada
saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian,
bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka
laporan realisasi anggaran disusun berdasarkan basis akrual. Entitas pelaporan yang
menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual, menyajikan laporan realisasi
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
tentang anggaran. Hal ini menyatakan bahwa laporan realisasi anggaran harus

13
disusun berdasarkan basis akuntansi yang tertera dalam peraturan perundang-
undangan tentang anggaran.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tetang Standar


Akuntansi Pemerintahan, basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Pemerintahan 02, Laporan Realisasi


Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya
mencangkup pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.

b) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.

c) Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil.
d) Surplus/defisit LRA

14
Surplus/defisit-LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode pelaporan.
e) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit.
f) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan adalah setiap pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
memanfaatkan surplus anggaran.
g) Pembiayaan Neto
Pembiayaan Neto adalah hasil pengurangan antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan.
h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan.

PSAP No.03-Laporan Arus Kas


Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur
penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan
arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris selama
satu periode akuntansi.

15
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi
serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

PSAP No.04-Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus
Kas.
Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah
mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk
meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan pen penyediaan pemahaman
yang lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.

PSAP No.05-Akuntansi Persediaan


Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
akuntansi persediaan yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan
yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat
tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas. Dalam hal pemerintah memproduksi
sendiri, persediaan juga meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Barang hasil proses produksi
yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat pertanian
setengah jadi Persediaan dapat terdiri dari:

16
a. Barang konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f. Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti
cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan
pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan.
Persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud, misalnya sapi, kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman.
Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

PSAP No.06-Akuntansi Investasi


Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang
tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan
masyarakat tertentu.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus
disajikan dalam laporan keuangan.
Metode Penilaian Investasi Penilaian investasi pemerintah dilakukan
dengan tiga metode yaitu:

17
a) Metode biaya;
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan
tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang
terkait.
b) Metode ekuitas;
Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi awal
sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau
rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam
bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi
pemerintah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan
yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c) Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
Penggunaan metode pada paragraf didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;
b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% 28 tetapi
memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode 29 ekuitas;
c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang
direalisasikan.

PSAP No.07-Akuntansi Aset Tetap


Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan

18
perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying
value ) aset tetap.
Klasifikasi Aset Tetap Aset tetap berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai
berikut:
a) Tanah;
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
b) Peralatan dan Mesin;
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan
masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c) Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.

e) Aset Tetap Lainnya; dan


Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Konstruksi
dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional

19
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
f) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pengakuan Aset Tetap terjadi pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset
tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :
(a) Berwujud;
(b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
(d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
(e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai
tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.
Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis
sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat
menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang
akan mengalir ke pemerintah. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus
ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
(a) Metode garis lurus (straight line method); atau
(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
(c) Metode unit produksi (unit of production method).
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Penilaian Kembali Aset Tetap atau revaluasi aset tetap pada umumnya
tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian
aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari
ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku

20
secara nasional. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta
pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas.
Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam akun
ekuitas.

PSAP No.08-Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan


Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya
yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada
umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan
tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Perolehan aset dapat
dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan
kontrak konstruksi.
Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset yang
berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam rancangan, teknologi,
fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak seperti ini misalnya konstruksi
jaringan irigasi. Kontrak konstruksi dapat meliputi:
a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan perencanaan
konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan
konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;
d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur
perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan. Pernyataan Standar ini
memberikan panduan untuk:
a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan;

21
b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca; (c)
penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
Pengakuan Konstruksi dalam Pengerjaan, suatu benda berwujud harus diakui
sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:
a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh;
b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan
digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. Konstruksi
Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika kriteria
berikut ini terpenuhi:
(a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
(b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;
Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan
(tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; aset
tetap lainnya) setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap
digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya. Pengukuran
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.

PSAP No.09-Akuntansi Kewajiban


Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi
kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya
pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang

22
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam
tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban
yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan,
misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Pengakuan Kewajiban dilakukan jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Keberadaan peristiwa masa lalu
(dalam hal ini meliputi transaksi) sangat penting dalam pengakuan kewajiban.
Suatu peristiwa adalah terjadinya suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu
entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat berupa suatu kejadian internal dalam suatu
entitas seperti perubahan bahan baku menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa
kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan
lingkungannya seperti transaksi dengan entitas lain, bencana alam, pencurian,
perusakan, kerusakan karena ketidaksengajaan.
Pengukuran Kewajiban, Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera
pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Penggunaan nilai nominal dalam
menilai kewajiban mengikuti karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf
berikut menguraikan penerapan nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban
pada laporan keuangan.

23
PSAP No.10-Akuntansi Untuk Koreksi Kesalahan Mendasar,
Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas
koreksi kesalahan akuntansi dan pelaporan laporan keuangan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan.
Kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan
yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau
periode sebelumnya. Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar
akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang
seharusnya.
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa
periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna
anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan
kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.
Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu
atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi. Dalam mengoreksi suatu kesalahan
akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus
dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo
ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus
diungkapkan 33 pada catatan atas laporan keuangan. Kesalahan ditinjau dari sifat
kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
a) Kesalahan tidak berulang;
b) Kesalahan berulang dan sistemik.
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
(a) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;
(b) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara

24
berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib
pajak.
Setiap kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui. Koreksi
kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang
mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA
atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban. Koreksi
kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut belum
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada
akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun
beban. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan
penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–
LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan
pada akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh koreksi kesalahan belanja:
a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai tahun lalu
karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan pendapatan lain-lain-LRA.
b) yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset, yaitu
belanja modal yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan
belanja tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.
c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun lalu
yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih dan mengurangi saldo kas.
d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset,
yaitu belanja modal tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.

25
Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan. Contoh koreksi
kesalahan untuk perolehan aset selain kas:
a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai
aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap tahun lalu belum dilaporkan, dikoreksi dengan menambah akun
terkait dalam pos aset tetap dan mengurangi saldo kas.
Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan keuangan
dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui kecenderungan
arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.
Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai
akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan
estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi. Suatu perubahan
kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu kebijakan
akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar
akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan
tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan
keuangan entitas. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara
substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan
b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.

26
Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah dihapuskan oleh
peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait pada
tugas pokok tersebut dihentikan. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian
apabila ada-- harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Agar
Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu
harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun
berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan
Keuangan. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun
berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu
berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat
rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi
masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain. Bukan merupakan
penghentian operasi apabila :
a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara
evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan
publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
b) Fungsi tersebut tetap ada.
c) Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah
lain.
d) Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,
menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

PSAP No.11-Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan Keuangan


Konsolidasi
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan
laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka

27
menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan
dimaksud. Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk
tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.
Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau entitas
akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal. Laporan keuangan
konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan konsolidasi disajikan oleh
entitas pelaporan, kecuali:
a) Laporan keuangan konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
b) Laporan keuangan konsolidasian perubahan saldo anggaran lebih yang hanya
disusun dan disajikan oleh Pemerintah Pusat.
Yang dimaksud Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi
dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Yang berperan sebagai entitas akuntansi salah satunya adalah Badan
Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ialah instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Laporan Keuangan BLUD juga merupakan
salah satu laporan keuangan yang akan dikonslolidasi jika menyusun laporan
keuangan entitas pelaporan

28
PSAP No.12-Laporan Operasional
Tujuan pernyataan standar Laporan Operasional adalah menetapkan dasar-
dasar penyajian Laporan Operasional untuk pemerintah dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan
informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.
Manfaat Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Pengguna laporan
membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga
Laporan Operasional menyediakan informasi:
a) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
b) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;
c) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;
d) mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas
(bila surplus operasional). Laporan Operasional disusun untuk melengkapi
pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle)
sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO

29
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak
perlu dibayar kembali.
b) Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
c) Surplus/Defisit dari operasi
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan-operasional dan beban selama satu periode pelaporan.
d) Kegiatan non operasional
e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f) Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak
diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan.
g) Surplus/Defisit-LO
Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu
periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional dan pos luar biasa.

30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab II, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Standar akuntansi keuangan sektor publik dapat didefinisikan sebagai aturan-


aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan
untuk kepentingan pihak eksternal oleh suatu entitas yang akitvitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
2. Tujuan SAKSP adalah menyediakan pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan dan dilengkapi dengan klasifikasi
rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuai dengan
siklus kegiatan pemerintah daerah yang mencakup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporan.
3. Perkembangan SAKSP dimulai dengan Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntansi Sektor Publik (IAI-KASP) pada tahun 2012
mengembangkan serangkaian standar-standar akuntansi yang direkomendasikan
untuk digunakan pada entitas-entitas sektor publik yang dinamakan Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP).
4. Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah
Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan, Meningkatkan kinerja keuangan
dan perekonomian, Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan
ekonomis dan keuangan, Meningakatkan harmonisasi antar yurisdiksi dengan
menggunakan dasar akuntansi yang sama.
5. Pertimbangan pemilihan dasar akrual adalah karena karakteristik kualitas
laporan keuangan akrual dapat diukur, dapat dipercaya, relevan pada kebutuhan

31
pemakai, mudah dipahami, jelas dan akurat, disajikan menurut periodisasi,
konsisten, komparabilitas diantara entitas yang sama, dan materialitas.
6. Dengan menerapkan SAP berbasis akrual hal ini menunjukan bahwa pemerintah
telah menerapkan akuntanbilitas hal ini merupakan salah satu keunggulan dasar
akrual.
7. Peraturan yang mengatur SAP adalah PP No 71 Tahun 2010. SAP adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. SAP memiliki 12 PSAP.
8. International Public Sector Accounting Standars (IPSAS) dikeluarkan oleh
International Federation of Accountants (IFAC). IPSAS terdiri dari 8 IPSAS.
9. Terdapat kontrovesi Kepres 84 Tahun 2005/No.2 Tahun 2005 tentang KSAP,
karena menurut UU No 17 Tahun 2003 terdapat kejanggalan, contohnya pasal-
pasal yang menunjukan KSAP tidak independen.

3.2 Saran

Berdasarkan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari Bab II, maka saran
yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku harus dijadikan pedoman bagi
pemerintah pusat/daerah untuk melakukan sistem dan prosedur akuntansi.
2. SAP akrual yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan harus dimengerti
oleh semua pelaku ankuntansi, agar tersaji laporan keuangan yang relevan dan
andal.

32
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga

Kawedar, Warsito dkk. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Semarang:Universitas

Diponogoro.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu

33

Das könnte Ihnen auch gefallen