Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh:
BINARIA ARITONANG
A14105657
Oleh:
BINARIA ARITONANG
A 14105657
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Binaria Aritonang
A14105657
RIWAYAT HIDUP
Mei 1982. penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan
Siborongborong, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1995. Kemudian penulis
Siborongborong dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat atas diikuti penulis
di SMK Negeri 1 Bogor, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2002, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Manajemen
Pertanian. Penulis lulus program diploma pada tanggal 16 September 2005. Pada
bulan Mei tahun 2006, penulis diterima pada Program Studi Ektensi Manajemen
Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.
di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
Binaria Aritonang
A14105657
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaanNya akhirnya penulisan skripsi ini
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada:
yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral
4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih
atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.
5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih
atas waktu yang diluangkan bagi berjalannya proses sidang dengan lancar.
6. Bapak Sukamto, Bapak Faisal serta pedagang tanaman hias di sepanjang
Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali yang telah bersedia meluangkan waktu
8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian,
9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama
Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan
bagi penulis.
13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan
Memberkati. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 7
1.3. Tujuan .......................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 10
LAMPIRAN ..................................................................................................... 96
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Hortikultura berasal dari bahasa Latin, yaitu Hortus dan Colere. Hortus
kebun atau di sekitar tempat tinggal. Hortikultura dalam terjemahan bebas dapat
yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahan-
devisa negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk
terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto
(PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Berdasarkan Kelompok Komoditi Tahun 2003 –
2006
Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase
Kelompok Komoditi Peningkatan
2003 2004 2005 2006
(%)
Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448 7,23
Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694 5,83
Tanaman Biofarmaka 565 722 2.806 3.762 40,48
Tanaman Hias 4.501 4.609 4.662 4.734 1,67
Hortikultura 53.885 56.845 61.792 68.639 13.80
Sumber: Dirjen Hortikultura, (2003-2006)
Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB tanaman hias pada tahun 2006 paling
tinggi dari periode tiga tahun sebelumnya, dengan nilai Rp 4.734 miliar pada
tahun tersebut atau meningkat dari tahun 2005, 2004, dan 2003 yakni masing-
peningkatan PDB tersebut sekitar 1,67 persen, untuk buah-buahan meningkat 7.23
persen, sayuran 5.83 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar
40,48 persen.
Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari
tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah
1997). Jadi tanaman dapat dikelompokkan sebagai tanaman hias apabila tanaman
itu memiliki keindahan. Secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada
organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Sehingga muncul
tanaman hias maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja.
mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka
tanaman. Selanjutnya, tanaman sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk
kehidupan. Selain itu penataan tanaman dan jenis pada tanaman yang tepat akan
ekspor tanaman hias (tanaman Anggrek, Krisan, dan tanaman hias lainnya) di
ekspor sebesar 681.928 kg, tahun 2004 sebesar 14.065.154 kg dan sampai dengan
tahun 2005 jumlah ekspor menjadi sebesar 18.259.265 kg, atau meningkat rata-
rata 59,06 persen per tahun. Pada tahun 2006 jumlah ekspor mengalami
penurunan sebesar 3.211.916 kg, atau 17,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada
periode yang sama jumlah impor juga meningkat, tahun 2003 sebesar 123.999 kg,
tahun 2004 sebesar 806.647 kg dan tahun 2005 sebesar 1.009.391 kg, serta tahun
2006 jumlah impor sebesar 1.076.953, atau meningkat rata-rata 37,1 persen per
tahun. Namun demikian jumlah ekspor tetap lebih besar dari impor, artinya
Indonesia sampai dengan tahun 2006 masih termasuk negara pengekspor tanaman
hias. Adapun perkembangan volume ekspor impor tanaman hias dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2006
Ekspor Impor
Tahun
Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)
2003 681.928 1.387.337 123.999 376.295
2004 14.065.154 12.914.439 806.647 1.185.705
2005 18.259.265 15.027.410 1.009.391 1.848.998
2006 15.047.349 16.331.671 1.076.953 1.563.464
Sumber : Badan Pusat Statistik (2003-2006)
Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor tanaman hias dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan tahun 2006 volumenya menurun,
namun nilainya tetap meningkat. Hal ini karena nilai tukar mata uang rupiah
meningkat dari Rp 9.640,- per dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp
10.545,- per dolar pada tahun 2006. Tanaman hias merupakan komoditi yang
unik. Semakin unik jenis tanaman hias tersebut, maka harganya akan cenderung
semakin mahal.
dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat.
hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan Imlek atau hari-
hari besar lainnya. Potensi pasar yang cukup bagus, baik itu pasar domestik
jumlah total produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2003-2007, dapat dilihat
pada Tabel 3.
diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang
Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra
produksi tanaman hias. Hal ini disebabkan Jawa Barat mempunyai keadaan alam
yang mendukung dan topografi yang cocok untuk budidaya tanaman hias. Pusat
atau sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat antara lain: Bogor, Garut,
Bandung dan Sukabumi. Jenis tanaman hias yang banyak diproduksi di Kota
Bogor antara lain: Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Heliconia, dan daerah Garut
Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis. Untuk lebih jelasnya
Barat dapat dilihat pada Lampiran 1. Anthurium merupakan salah satu jenis
tanaman hias yang banyak diproduksi di Jawa Barat, karena banyak diminati
disebut juga sebagai Kota Wisata. Hal ini merupakan peluang bagi pedagang
tanaman hias untuk menjual tanaman hias kepada para wisatawan domestik
maupun wisatawan internasional. Kota Bogor, selain sebagai Kota Wisata juga
merupakan sentra produksi tanaman hias, karena didukung dengan iklim dan
topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Hal ini juga salah
satu faktor pendukung dalam usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan para
pedagang tanaman hias yang memanfaatkan jalan di sepanjang jalur hijau di Kota
Bogor. Data jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai
Bogor tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jenis
tanaman yang jumlah produksinya meningkat, adalah jenis Dracaena. Hal ini
merupakan peluang bagi petani tanaman hias di Kota Bogor agar meningkatkan
tanaman hias di Kota Bogor semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya
pedagang tanaman hias di sepanjang jalan yang ada di Jalan Raya Bogor. Jumlah
pedagang tanaman hias yang berada di Kota Bogor pada tahun 2002 adalah 188
orang meningkat menjadi 215 orang pada tahun 2006. Data jumlah pedagang
Tabel 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan 2006
No. Lokasi Jumlah (2002) Jumlah (2006)
1. Jalan Dadali 31 34
2. Jalan Pajajaran 107 118
3. Jalan Semeru 20 20
4. Jalan Baru Cifor 27 33
5. Jalan Ahmad Yani 3 10
Total 188 215
Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, 2002 dan 2006
tanaman hias juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi yaitu biaya
pembelian tanaman hias, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak
(BBM), biaya pemeliharaan tanaman hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak
pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli
untuk mengoleksi tanaman hias hanya sebagai hobbi. Semakin lama jumlah
tanaman hias mereka tersebut bertambah, akhirnya mereka ada yang mengubah
hobbinya menjadi lahan bisnis baru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap
rumah dengan harga yang sama atau bahkan lebih murah. Menurut pedagang
tanaman hias di daerah penelitian, hal ini karena pedagang tersebut membeli
langsung dari petani atau tanaman tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik.
Pelaku bisnis lain juga ada yang melakukan promosi dengan mengadakan
pameran-pameran di mall.
pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Selain itu, keadaan ekonomi Indonesia
untuk mencari pendapatan lain, salah satunya dengan terjun ke dunia bisnis
tanaman hias. Hal ini juga mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman
diluar tanaman hias, yaitu: penjualan pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk
organik, sekam, pakis, penyewaan tanaman, dan pembuatan taman. Usaha yang
hias, sehingga usaha penjualan tanaman hias maupun penjualan produk selain
tanaman hias ini saling mendukung. Rata-rata pendapatan penjualan produk diluar
tanaman hias, dapat membantu kebutuhan rumah tangga pedagang tanaman hias,
bahkan bisa mencapai jumlah yang lebih besar dari penjualan tanaman hias itu
sendiri.
adalah seberapa besar tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor,
pendapatan usaha atau pedagang tanaman hias di Kota Bogor, sehingga pedagang
berikut:
Bogor?
1.3 Tujuan
Bogor.
3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan
2. Bagi pembaca, menjadi sumber informasi dan bahan studi literatur serta
Tingkat biaya yang dianalisis adalah biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Termasuk biaya tunai yaitu: biaya pembelian tanaman hias, biaya pupuk kandang,
biaya pupuk kompos, biaya pupuk NPK, biaya sekam, biaya pakis, biaya obat-
obatan, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), biaya transportasi, biaya pot,
dan biaya lain-lain (sampah dan listrik). Biaya yang termasuk dalam biaya
diperhitungkan, yaitu: biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), dan biaya
bunga modal.
Analisis pendapatan pada penelitian ini adalah analisis terhadap
pendapatan usaha penjualan tanaman hias dan produk selain tanaman hias.
Pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bulanan dengan periode usaha bulan
Agustus 2008. Analisis ini dilakukan dengan menghitung penerimaan usaha dan
Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari
tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah
Memberikan kesejukan dan rasa nyaman serta mampu menurunkan suhu pada saat
udara panas sekaligus dapat mencuci udara karena tanaman merupakan sumber
O2.
pemukiman manusia. Salah satu cara misalnya dengan menanam tanaman hias di
halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung
di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Panen tanaman hias dapat dilakukan
secara fisik dan dapat hanya dengan menikmati keindahannya dengan tidak secara
budidaya tanaman dalam pot, bunga potong dan bunga hias lainnya yang
kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca atau green house.
Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman
golongan yaitu :
Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang
orange, perak, warna kombinasi, warna strip-strip, warna zebra, warna bintik-
teksturnya.
Selain daya tarik karena keindahannya, tanaman hias daun disukai orang
daun misalnya, Suplir keriting dapat bertahan sampai 10 tahun. Contoh lain
tanaman hias daun adalah: Palem kol, Perilepta dyerianus, Palem merah,
Palem kuning, Palem botol, Asoka, Aglaonema, Lantana camara, dan Sikas.
bentuk dan ukurannya beraneka ragam, ada yang kecil mungil, ada yang
raksasa, dan ada yang baunya harum. Tanaman hias bunga menuntut
persyaratan yang lebih berat daripada tanaman hias daun. Pembentukan bunga
memerlukan penyinaran dan suhu malam yang sejuk. Tanaman hias bunga,
sifatnya hanya sementara, mungkin hanya bertahan 1-2 minggu. Bahkan pada
musim hujan bunga akan mampu bertahan dalam tiga hari saja. Contoh
hias dapat digolongkan menjadi tanaman pohon, liana dan herba, perdu, semak,
dan sukulen. Struktur tanaman ini akan mempengaruhi fungsi tanaman pada saat
1. Tanaman Pohon
batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman
berkayu adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem
yang banyak. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai pelindung dan centre
point. Selain itu, ada juga tanaman pohon yang bisa digunakan sebagai tanaman
hias pot, tetapi jenisnya sangat terbatas. Flamboyan dan Dadap merah termasuk
atau tanaman gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan
tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya. Termasuk dalam
atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak
sama sekali. Termasuk dalam jenis ini adalah bunga Kana dan bunga Tapak darah.
3. Tanaman Perdu
dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian
tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu
sedang, dan perdu tinggi. Termasuk jenis tanaman ini adalah bunga Sikat botol,
4. Tanaman Semak
5. Tanaman Sukulen
dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan
terhadap kondisi yang kering. Termasuk dalam jenis ini adalah Kaktus.
satu sama lain. Secara umum, habitat tanaman hias dicirikan dengan
Ketinggian Tempat
masing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu di sini lebih banyak dipengaruhi
tiga, yaitu tanaman hias dataran tinggi, dataran rendah, dan dataran sedang.
Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika berada pada
ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah berada pada
ketinggian < 200 m dpl. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian 200-700 m
Kebutuhan Air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama tanaman. Tanpa air, tanaman
tidak akan dapat mengolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian
mati. Tanaman yang mengalami kelayuan harus segera diberi air agar dapat segar
kembali. Jika tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang
akhirnya akan membuat tanaman mati. Kebutuhan air untuk setiap tanaman sangat
ukuran pot (jika tanaman ditanam dalam pot), kondisi media tanam, kondisi akar,
untuk dapat tumbuh dengan baik, sedangkan jenis tanaman air justru
membutuhkan keadaan jenuh air untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada
umumnya, kebutuhan air pada tanaman hias bunga berada di antara kedua jenis
tanaman tersebut.
Selain jenis, umur dan ukuran tanaman juga sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan air. Tanaman yang lebih tua dan berukuran lebih besar membutuhkan
air lebih banyak daripada tanaman yang masih muda dan kecil. Faktor lingkungan
tumbuh tanaman. Kebutuhan air pada tanaman yang tumbuh di dalam pot jauh
Kebutuhan Cahaya
jenis tanaman yang toleran terhadap sinar matahari langsung atau tanaman yang
tempat-tempat yang terkena sinar matahari secara penuh sehingga dapat tumbuh
diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari, contohnya di
bawah pohon, diberi naungan paranet, atau bisa juga di teras rumah. Jika tidak
terdapat naungan, tanaman jenis ini juga bisa diletakkan di tempat-tempat yang
dan pemasaran tanaman hias di Kota Bogor. Usaha yang dilakukan oleh pedagang
kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan
penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total ebesar
1.23. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah
0.94 untuk Euphorbia, 0.66 untuk tanaman Bougenville, 0.75 untuk tanaman
Aglaonema, dan 0.60 untuk jenis tanaman Palem. Berdasarkan nilai nilai tersebut
kurang dari 1 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah: Lokasi penelitian
Sedangkan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Jalan Pajajaran dan
Jalan Dadali dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Selain itu dalam
lebih mengarah pada aspek pemasaran tanaman hias. Sedangkan analisis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi (regression
meliputi faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan dan faktor yang
terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual
tanaman hias Walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea.
Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias
Euphorbia, harga beli tanaman hias Walisongo, dan harga beli tanaman hias
pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp 5.065.454,- per bulan dan pendapatan
ini. Selain itu, lokasi daerah penelitian juga berbeda dengan penelitian.
petani bawang daun memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini dapat
terlihat dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total
multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih
adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-
Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu
sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah
Sumiyati (2006), selain komoditi yang berbeda, lokasi penelitian juga berbeda.
Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Nilai R/C atas biaya
tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah 1.74 dan nilai R/C atas biaya
total adalah 1.21. Sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah 1.62 untuk biaya
tunai dan 1.11 untuk biaya total. Lebih besarnya pendapatan dan nilai R/C petani
anggota Koptan adalah karena pada saat penelitian harga paprika di pasar sedang
turun, sehingga petani anggota Koptan lebih diuntungkan karena harga paprika
pada koptan stabil. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas
lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) secara bersama-sama
hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi
nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99
persen, dan faktor produksi luas lahan(X1) berpengaruh nyata pada selang
jenis komoditi yang akan diteliti. Nadhwatunnaja (2008), meneliti tentang paprika
hidroponik sedangkan komoditi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
tanaman hias.
petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh
petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C, R/C yang
diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Dari
gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan
menunjukkan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), dosis pupuk (X3)
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat
kepercayaan 95%. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan
variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih
ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95%. Usaha pembenihan ikan ikan gurami
di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil
yang meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penjumlahan koefisien dari
masing-masing faktor produksi. Perbedaan dengan penelitian Nugroho (2008),
selain perbedaan komoditi juga lokasi penelitian yang berbeda. Untuk lebih
waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Ilmu usahatani
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
2002).
Soekartawi et, al (1986), biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua
nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi
usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan.
1. Biaya tunai
dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang
digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang
menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap
(variabel cost).
Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap
atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat
pertanian.
Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai
Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika
ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus
ditambah.
merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula
terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lain-
lain.
nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yaitu jumlah komoditi
a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt): nilai uang yang diterima dari
c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow): selisih antara penerimaan
jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
e. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses): nilai semua masukan
yang diperhitungkan.
Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar
yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang
pengelola.
2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha.
ekonomi perusahaan.
perusahaan akan menjual barang pada berbagai tingkat output (Q). Dari penjualan
Terlihat bahwa besar penerimaan tergantung pada jumlah barang yang terjual.
total dengan biaya inilah yang disebut laba. Lebih jelas lagi, laba yang diterima
Kondisi syarat pertama untuk memilih nilai Q yang memberikan laba yang paling
maksimum adalah apabila derivative, atau turunan pertama dari equasi terhadap Q
dπ dR dC
= π’ (Q) = - =0 (3.2)
dQ dQ dQ
sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi syarat pertama untuk laba maksimum
adalah:
dR dC
= (3.3)
dQ dQ
Secara sederhana ini berarti bahwa untuk memperoleh laba yang paling
maksimum, maka peneriman ekstra, atau marjinal revenue atau (MR) yang
diterima dari penjualan 1 unit barang terakhir harus sama dengan biaya ekstra
Artinya untuk memperoleh laba yang paling maksimum perusahaan akan memilih
tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR)
MC, maka laba yang diterima tidaklah maksimum, sebab dengan menghasilkan 1
unit output tambahan akan menghasilkan MR yang lebih besar dari ongkos yang
harus dikeluarkan. Begitu juga jika MR < MC, ongkos yang harus dikeluarkan
untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari penerimaan yang akan
C.R
C (Q) = TC
R (Q) = TR
0 Q (Output)
Jika kita hanya memproduksi sedikit output, biaya yang mesti dikeluarkan yaitu C
(Q), lebih besar dari penerimaan R (Q). Makin banyak barang diproduksi, jarak
antara biaya dengan penerimaan makin kecil dan kalau terus ditambah, kita akan
memperoleh laba yang positif, sebab R (Q) > C (Q). Laba yang maksimum
Langkah pada penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang
Usaha tanaman hias merupakan usaha yang telah lama digeluti pedagang
tanaman hias di Kota Bogor. Pedagang tanaman hias ini telah menekuninya
sekitar sepuluh tahun bahkan ada yang lebih. Berdasarkan data dari Dinas Tata
Kota dan Pertamanan Kota Bogor, jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor
tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Analisis pendapatan ini
pembelian tanaman hias merupakan biaya yang paling besar diperlukan untuk
usaha tanaman hias. Peningkatan harga beli tanaman hias itu sendiri menyebabkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: luas lahan, tenaga kerja, harga beli
tanaman hias, harga jual tanaman hias, pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk
NPK, pakis, sekam, obat-obatan, transportasi, dan pot. Dengan melakukan analisis
yang berpengaruh dan faktor-faktor yang tidak berpengaruh. Dari hasil analisis
tersebut, pedagang tanaman hias dapat mencapai tujuan akhir usahanya yaitu
untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Dari hasil uraian tersebut kerangka
Biaya-biaya: Penerimaan:
1. Biaya tunai 1. Penjualan tanaman hias
2. Biaya 2. Produk diluar tanaman hias
diperhitungkan
Faktor-faktor yang
Analisis Pendapatan Mempengaruhi Pendapatan
R/C Usaha Tanaman Hias:
1. Luas lahan
2. TKLK
3. Harga beli Puring
4. Harga beli
Aglaonema
5. Harga beli Anggrek
6. Harga beli Krisan
7. Harga jual Puring
8. Harga jual
Aglaonema
9. Harga jual Anggrek
10. Harga jual Krisan
11. Pupuk kandang
12. Pupuk kompos
13. Pupuk NPK
14. Sekam
15. Pakis
Model Fungsi Pendapatan 16. Obat-obatan
Y = f (X1,X2,….Xm) 17. Transportasi
18. Pot
adalah :
1. Luas lahan
semakin luas lahan yang digunakan untuk usaha tanaman hias, maka
2. Tenaga kerja
semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang dipakai, maka biaya yang
digunakan untuk mengupah tenaga kerja akan semakin besar dan ini juga
pendapatan.
pendapatan. Karena semakin tinggi harga jual dari tanaman hias, maka
Biaya pupuk merupakan salah satu komponen dari biaya total. Semakin
besar biaya pupuk yang digunakan, maka pendapatan yang diperoleh akan
pendapatan.
Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pakis dan sekam,
7. Biaya obat-obatan
8. Biaya transportasi
9. Biaya pot
penurunan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini
menggunakan lokasi sepanjang jalur hijau di Kota Bogor sebagai tempat mereka
untuk menjual tanaman hias. Selain itu, Kota Bogor adalah salah satu sentra
produksi tanaman hias di Jawa Barat yang didukung dengan iklim dan topografi
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Tata Kota dan
lembaga lain yang terkait. Data-data yang diperlukan seperti data jumlah
pedagang tanaman hias, data-data jumlah produksi tanaman hias, data
secara acak pedagang yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali,
Kota Bogor. Sampai sekarang teknik ini dipandang sebagai teknik yang paling
baik dalam penelitian bahkan mungkin dianggap satu-satunya teknik yang terbaik.
Tentu saja persyaratan untuk teknik ini harus dipatuhi yaitu diketahuinya populasi
dan sifat homogenitas sifat populasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
random sampling adalah semua individu dalam populasi (anggota populasi) diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Karena itu tidak
ada alasan bahwa sampel yang terpilih secara random sampling adalah sampel
undian, yaitu dengan cara mendaftar semua anggota populasi kemudian dipilih
kertas; kemudian diundi (ditunjuk pada daftar nama) atau anggota populasi satu
persatu ditulis di satu lembar kertas kemudian diundi dan diambil sejumlah yang
orang pedagang. Sehingga dari total 118 pedagang tanaman hias yang ada di Jalan
Pemilihan kedua lokasi ini (Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali), karena
tempat-tempat lainnya. Data yang diambil adalah data ”cross section” atau
variabel untuk masa yang akan datang. Setelah mendapatkan (pedagang tanaman
digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang usaha tanaman hias di Kota
program MINITAB release 13.20 for windows serta alat hitung kalkulator,
melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan
datang.
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu
tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah komoditi total dengan harga
satuan dari komoditi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah
usahatani.
kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis
pendapatan ini adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari
harga faktor komoditi dan harga hasil komoditi, juga dipengaruhi oleh manajemen
(Soekartawi, 2002):
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan dari usaha tanaman hias (Rp)
TR = Penerimaan Total yaitu berapa banyak output yang terjual
dikalikan dengan harga output tersebut (Rp)
TC = Biaya Total (Rp)
tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan
manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisa R/C dibedakan atas jenis
biaya yang dikeluarkan, yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C
atas biaya tunai diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran
tunai usahatani. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari rasio penerimaan
sebagai berikut:
R/C = TR
TC
dimana:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Tabel 8. Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan
Jl. Pajajaran Jl. Dadali
No. Indikator
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
I. ARUS PENERIMAAN
1. Penerimaan penjualan tanaman hias
2. Penerimaan usaha penjualan di luar produk
tanaman hias:
TOTAL PENERIMAAN (1) (1)
II. ARUS PENGELUARAN
A. Biaya Tunai:
Biaya tunai usaha penjualan tanaman hias:
1. Biaya pembelian tanaman hias
2. Biaya perawatan tanaman hias
3. Biaya pot
4. Biaya transportasi
5. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)
6. Biaya lain-lain
Jumlah biaya tunai usaha penjualan tanaman
hias
Biaya tunai produk diluar tanaman hias:
1. Biaya pembelian pupuk kandang
2. Biaya pembelian pupuk kompos
3. Biaya pembelian pupuk organik
4. Biaya pembelian sekam
5. Biaya pembelian pakis
6. Biaya akomodasi pembuatan taman
7. Biaya akomodasi penyewaan
Jumlah biaya produk diluar tanaman hias
Total biaya tunai (2) (2)
B. Biaya Diperhitungkan:
1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)
2. Biaya penyusutan
3. Biaya bunga modal
4. Biaya sewa
Total biaya diperhitungkan (3) (3)
TOTAL SELURUH PENGELUARAN (2+3) = 4 (2+3) = 4
III. PENDAPATAN
1. Pendapatan atas biaya tunai (1-2) = 5 (1-2) = 5
2. Pendapatan atas biaya total (1-4) = 6 (1-4) = 6
IV. PERHITUNGAN EFISIENSI (R/C)
A. R/C Atas Biaya Tunai (1) / (2) (1) / (2)
B. R/C Atas Biaya Total (1) / (4) (1) / (4)
Keterangan:
Y = Pendapatan (Rp/bulan)
b0 = Intersep
bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-i
X1 = Luas Lahan (m2)
X2 = TKLK (HOK)
X3 = Harga beli tanaman hias Puring (Rp)
X4 = Harga beli tanaman hias Aglaonema (Rp)
X5 = Harga beli tanaman hias Anggrek (Rp)
X6 = Harga beli tanaman hias Krisan (Rp)
X7 = Harga jual tanaman hias Puring (Rp)
X8 = Harga jual tanamana hias Aglaonema (Rp)
X9 = Harga jual tanaman hias Anggrek (Rp)
X10 = Harga jual tanaman hias Krisan (Rp)
X11 = Pupuk Kandang (Kg)
X12 = Pupuk Kompos (Kg)
X13 = NPK (Kg)
X14 = Sekam (Kg)
X15 = Pakis (Kg)
X16 = Obat-obatan (ml)
X17 = Transportasi (Rp)
X18 = Pot (Buah)
e = Gangguan stokhastik atau kesalahan
(ordinary least square, OLS), sehingga agar model yang digunakan sesuai dengan
2. Homoskedastisitas
eror yang sama, yaitu nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama baik
untuk nilai X yang tinggi maupun nilai X yang rendah, hal ini dapat dilihat
dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan telah menunjukkan bahwa titik-
3. Multikolinearitas
nilai R2 tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang
4. Autokorelasi
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Untuk mendeteksi ada
2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 terjadi autokorelasi
Masalah autokorelasi ini pada umumnya terjadi pada data time series,
sehingga pada penelitian ini tidak dilakukan. Karena data yang digunakan adalah
sampai sejauh mana keragaman pendapatan (Y) dapat diterangkan oleh model
dugaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai
variabel yang ingin dijelaskan atau tidak. Dalam hal ini, pengujian hipotesa secara
Fhit = JKT/(k-1)
JKG/(n-1)
Keterangan :
JKT = Jumlah kuadrat tengah regresi
JKG = Jumlah kuadrat galah/sisa regresi
n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah variabel bebas
Sedangkan kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut :
Fhit>Ftabel (k-1 :n-k)---------------------Tolak H0
Fhit<Ftabel (k-1 :n-k)---------------------Terima H0
Jika H0 ditolak, maka model dugaan dapat digunakan untuk diramalkan
nyata terhadap besarnya variabel-variabel tak bebas. Dalam hal ini, pengujian
Thit = bi-0
Sbi
Keterangan :
bi = Nilai koefisien regresi dugaan
Sbi = Simpangan baku koefisien dugaan
Adapun kriteria pengujian hipotesis tersebut di atas adalah :
Thit > Ttabel (α/2 : n-k)…………….. tolak H0
Thit < Ttabel (α/2 : n-k)……………… terima H0
secara nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H0 diterima, maka
terdapat beberapa hal yang perlu diberi batasan sesuai dengan tujuan yang
1. Pedagang tanaman hias adalah pedagang yang menjual tanaman hias, tetapi
hias, dalam hal ini adalah untuk meletakkan tanaman hias yang akan dijual,
4. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tanaman
hias baik untuk pemeliharaan atau penjualan tanaman hias. Tenaga kerja ini
dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan Hari Kerja Pria (HKP)
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan dengan satuan rupiah per
bulan.
6. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air
jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang
dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi
2
http://nasih@ugm.ac.id
tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg
per bulan.
tanaman hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg
per bulan.
8. Pupuk NPK adalah pupuk yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: Unsur Nitrogen
(N), Unsur Phospor (P), dan Unsur Kalium (K) yang berfungsi untuk
hias selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per
bulan.
lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua
belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan4. Sekam ini
dapat digunakan sebagai media tanaman hias seperti, Lili paris dan Puring.
Besarnya sekam yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan
10. Pakis haji atau populer juga dengan nama Sikas adalah sekelompok tumbu-
tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakis haji atau
3
http://balitpa.litbang.deptan.go.id;
4
balitpasca2001@hotmail.com
cycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam pakis haji-pakis hajian
(cycadaceae), dan pakis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batang
tanaman pakis yang diolah untuk dijadikan sebagai media tanaman hias
selama satu bulan perawatan tanaman hias, dengan satuan kg per bulan.
13. Pot adalah yang digunakan sebagai wadah tanaman hias, biasanya terbuat
dari plastik atau keramik, dengan ukuran kecil, sedang, dan besar.
Banyaknya pot yang digunakan pedagang tanaman hias selama satu bulan,
Kota Bogor, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota
tengah wilayah Kabupaten Bogor, dengan luas 21,56 km². Bogor dikenal dengan
julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor
terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan. Pada masa
Hari jadi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3
Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi
sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran. Bogor (berarti "enau") telah lama dikenal
lembaga dan balai-balai penelitian pertanian dan biologi berdiri sejak abad ke-19
maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km. Kota Bogor
mempunyai luas wilayah 118,5 km² dan mengalir beberapa sungai yang
demikian menjadikan Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir alami. Kota
Bogor berbatasan dengan kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Bogor sebagai
berikut:
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut.
Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26°C
dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor
adalah 21,8°C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata
angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin
muson barat.
wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih
dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi.
Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya
akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air
masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap
air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di
kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota Hujan". Keunikan iklim
lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan
Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga
sekarang.
Kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, Jakarta, membuatnya
dan Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik. Kedudukan Bogor di
Kondisi Kota Bogor sebagai salah satu kota penyangga Ibu Kota Jakarta,
dan sebagai kota wisata membuat tingkat dinamika masyarakat yang berkunjung
ke kota ini begitu tinggi. Banyaknya masyarakat yang berkunjung ke kota ini
perdagangan. Potensi inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian warga Kota Bogor
untuk menjual tanaman hias di beberapa jalur hijau yang ada di kota ini.
Data terakhir yang ada di Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor
beberapa ruas jalan kota, seperti Jalan Pajajaran, Jalan Ahmad Yani, Jalan Dadali
dan beberapa ruas jalan lainnya. Pemerintah Kota Bogor sendiri merasa
Dukungan yang baik dari pemerintah Kota Bogor membuat kondisi yang kondusif
bagi keberadaan pedagang tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor.
5
(Http://www.kotabogor.go.id)
5.2 Karakteristik Pedagang Tanaman Hias
31 tahun ke atas, dan kelompok umur 20-30 tahun menempati jumlah terkecil
pedagang tanaman hias yang paling tinggi adalah SLTA, dan bahkan ada beberapa
pedagang tanaman hias yang tidak sekolah sama sekali. Berdasarkan data di
lapangan, pedagang tanaman hias yang tidak sekolah sebanyak 10 persen, tamat
SD 36,67 persen, tamat SLTP 36,67 persen dan tamat SLTA hanya 16,66 persen.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan pedagang tanaman hias, dapat
hias akan menunjang dalam pengelolaan usaha yang mereka geluti. Pedagang
tanaman hias dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mempunyai
Biasanya, pedagang tanaman hias dengan pendidikan lebih tinggi akan melakukan
tanaman hias dengan tingkat pendidikan lebih rendah akan lebih mengandalkan
ingatan saja.
tahun yaitu sebanyak 50 persen, sedangkan yang terendah adalah antara 31-40
tahun, yaitu sebesar 16,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang tanaman
hias yang berjualan di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor sudah cukup lama,
yaitu minimal sepuluh tahun. Artinya, pedagang tanaman hias rata-rata sudah
Pengetahuan tentang tanaman hias didapat secara turun temurun dari orangtua
mereka dan ada juga dari penyuluhan-penyuluhan tentang tanaman hias. Untuk
lebih jelasnya mengenai lamanya pedagang tanaman hias menggeluti usaha
Tabel 11. Pengalaman Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008
Pengalaman Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%)
10-20 15 50
21-30 10 33,33
31-40 5 16,67
Jumlah 30 100,00
diperhitungkan. Hal ini menunjukkan besar kecilnya beban yang harus ditanggung
oleh pedagang tanaman hias. Besar kecilnya tanggungan keluarga akan sangat
anggota keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggungan kepala
Tabel 12. Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008
Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%)
Belum Berkeluarga 3 10
1-5 18 60
6-10 8 26,67
>10 1 3,33
Jumlah 30 100,00
yang terbanyak adalah 1-5 orang yaitu sebanyak 60 persen. Sedangkan yang
terkecil adalah yang mempunyai jumlah anggota keluarga yang lebih dari 10
orang, yaitu sebanyak 3,33 persen. Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha yang
dilakukan oleh pedagang tanaman hias juga menggunakan tenaga kerja dari dalam
keluarga. Hal ini dilakukan dalam upaya menghemat biaya tenaga kerja.
Partisipasi keluarga dalam usaha disesuaikan dengan bobot kerja dan
keterampilan kerja yang dimiliki oleh anggota keluarga. Tenaga kerja pria
Dalam hal ini pedagang tanaman hias tidak dikenakan biaya ataupun sewa lahan.
mereka menjual tanaman hias. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang
Tabel 13. Luas Lahan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008
Luas Lahan Pedagang Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%)
50-100 12 40
101-150 13 43,33
151-200 4 13,34
>200 1 3,33
Jumlah 30 100,00
menggunakan luas lahan terkecil atau menggunakan lahan yang lebih besar dari
200 m2 sebanyak 3,33 persen. Di lokasi penelitian, lahan digunakan hanya untuk
meletakkan tanaman hias. Pengaturan tata letak tanaman hias yang baik tidak akan
atau besi. Dengan kerangka ini, dapat membuat tata letak tanaman lebih indah dan
merupakan usaha yang telah dilakukan oleh para pedagang selama bertahun-
tahun. Usaha ini merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-
saudara mereka yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu.
masyarakat di Kota Bogor, bisnis penjulan tanaman hias di sepanjang jalur hijau
menjadi bisnis alternatif yang menjanjikan bagi para pedagang tanaman hias.
jenis tanaman hias ini memberikan jaminan tersendiri bagi pedagang tanaman hias
Jenis tanaman yang dijual para pedagang tanaman hias, secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam tanaman hias berbunga dan tanaman hias daun.
Jenis tanaman hias yang dijual oleh masing-masing pedagang relatif sama,
walaupun ada beberapa pedagang yang menjual jenis tanaman hias lain, seperti
tanaman hias air. Termasuk dalam tanaman hias bunga yang dijual adalah:
Mawar, Anggrek, Bougenville dan Petonia. Sedangkan jenis tanaman hias daun
yang dijual adalah: Aglaonema, Puring, Asoka, Keladi, Lantana camara, Lili
yang membeli tanaman hias untuk dimiliki sendiri atau tidak untuk dijual lagi.
Sehingga biasanya konsumen seperti ini akan cenderung membeli jenis tanaman
yang bervariasi tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Perbedaan selera
Tanaman hias yang dijual oleh pedagang tanaman hias kebanyakan berasal
dari petani tanaman hias, tetapi sebagian pedagang tanaman hias juga
untung yang lebih besar. Tanaman hias yang langsung dibeli dari petani seperti
konsumen. Input tambahan yang digunakan pedagang tanaman hias adalah: pupuk
pengangkutan (transportasi), dan pot untuk tanaman tertentu. Artinya tidak semua
dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan. Tetapi jika penjualan meningkat
atau ada pesanan dari konsumen dalam jumlah yang cukup banyak, maka
pembelian bisa dilakukan lebih dari satu kali per bulan. Dalam kegiatan
pembelian tanaman hias, biasanya petani tanaman hias datang untuk menawarkan
tanaman hias datang sendiri ke lokasi petani. Hal ini dilakukan karena pedagang
tanaman hias ingin lebih puas untuk memilih jenis tanaman yang ingin dibeli.
Tetapi dengan mendatangi petani tanaman hias tentu akan menambah biaya
dari Parung seperti: Aglaonema, Palem kuning, Sikas, Lantana camara, Lili paris,
Puring dan jenis tanaman lainnya. Sedangkan untuk jenis tanaman hias bunga,
kedua wilayah tersebut para pedagang tanaman hias sesekali mencari pasokan ke
Jenis tanaman yang dibeli disesuaikan dengan stok tanaman yang dimiliki
pedagang tanaman hias. Kondisi ini sangat tergantung dari besarnya permintaan
konsumen terhadap suatu jenis tanaman, sehingga jenis dan jumlah tanaman yang
pembelian dalam usaha penjualan tanaman hias. kegiatan ini dilakukan agar
kondisi tanaman hias tetap sehat dan prima mulai dari pembelian hingga tanaman
tersebut dibeli oleh konsumen akhir. Termasuk dalam kegiatan perawatan, yaitu:
penyiraman, penataan dan bersih-bersih, pemupukan, pemberian obat, dan
pemangkasan.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari apabila tidak turun hujan, yaitu pada
pagi dan sore hari, agar tanaman terlihat segar dan tercukupi kebutuhan air.
Penataan dan bersih-bersih dilakukan terutama pada saat terjadi transaksi dalam
jumlah yang besar dengan konsumen. Pemupukan dilakukan hanya untuk menjaga
kondisi tanaman saja, sehingga dosis yang diberikan per tanaman sangat kecil.
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk
NPK dengan pemberian seminggu sekali. Kegiatan pemberian obat juga dilakukan
merangsang agar tanaman dapat tumbuh tidak terlalu tinggi, tetapi tanaman
dilakukan untuk membuang bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit.
tanaman hias dalam menjelaskan tentang tanaman hias yang dijual ke konsumen.
Pembeli atau konsumen yang datang ke lokasi penjualan adalah orang-orang
sebagai serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses
pemasaran untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi
tanaman hias membeli tanaman hias melalui pedagang perantara atau langsung
dari petani tanaman hias. Proses pembayaran dilakukan secara tunai. Penentuan
harga merupakan hasil tawar menawar antara pedagang tanaman hias dengan
pedagang perantara, tetapi biasanya harga terjadi adalah harga yang menjadi
kesepakatan tidak tertulis atau harga yang telah biasa mereka sepakati sejak
beberapa waktu yang lalu, karena harga tanaman hias biasanya relatif stabil,
pedagang perantara atau petani tanaman hias yang menjadi langganan tetap, tetapi
mereka bebas membeli tanaman yang mereka inginkan dari semua pedagang
perantara ataupun petani tanaman hias. Hubungan yang terjalin dengan baik
antara pedagang tanaman hias dengan semua pedagang perantara dan petani
tanaman hias tidak mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi ke dua belah
yang relatif berfluktuasi, tergantung stok tanaman yang masih ada. Dalam setiap
pembelian tanaman hias tidak terlalu jauh, maka pembelian tanaman hias dapat
dilakukan dalam sehari. Tetapi jika lokasi pembelian tanaman hias cukup jauh,
tunai. Harga yang terjadi didasarkan pada harga tawar-menawar. Untuk setiap
pembelian tanaman hias biasanya pedagang tanaman hias ditemani oleh salah satu
tenaga kerja yang membantu dalam proses pembelian tanaman hias dan bongkar
muat tanaman, serta seorang sopir yang disediakan oleh pemilik kendaraan yang
mereka sewa.
BAB VI
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS
bisnis. Tanpa adanya modal, bisnis yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan
dengan lancar. Pedagang tanaman hias mengeluarkan modal untuk usahanya ini
memang tidak terlalu besar, melainkan dimulai dengan usaha kecil-kecilan. Tetapi
sehingga modal yang dikeluarkan bukan modal sendiri melainkan modal orangtua.
Modal awal untuk melakukan usaha tanaman hias bervariasi mulai dari Rp
adalah modal yang berasal dari pedagang sendiri. Komponen modal tersebut
berupa uang tunai atau asset lainnya seperti pompa air. Modal berupa uang tunai
kandang, pupuk kompos, sekam, pakis, dan obat-obatan. Modal berupa uang tunai
tersebut dikeluarkan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Modal lainnya yang tidak dikeluarkan secara tunai adalah tanah yang digunakan
untuk berdagang tanaman hias. Pada saat penelitian dilakukan, para pedagang
tanaman hias tidak dikenakan biaya sewa tetapi diperoleh dari hasil kesepakatan
antara pedagang dengan pihak Pemerintah Kota Bogor. Menurut informasi dari
pedagang tanaman hias, terhitung mulai bulan Desember 2008 kemungkinan besar
mereka akan dikenakan biaya sewa sebesar Rp 400,- per meter oleh Pemerintah
berapa besar biaya yang dikeluarkan. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka
keadaan yang akan datang dari perencanaan suatu usaha penjualan tanaman hias.
Analisis pendapatan usaha ini juga bermanfaat untuk mengukur berhasil atau
tanaman hias yang merupakan pendapatan utama, rata-rata pedagang tanaman hias
tanaman hias yang mereka geluti. Usaha penjualan produk diluar tanaman hias
pedagang tanaman hias banyak digeluti mengingat banyak dari konsumen yang
tidak hanya mencari tanaman hias saja, tetapi mereka juga banyak yang mencari
barang-barang komplemen dari tanaman hias itu sendiri, seperti pupuk, sekam,
pakis dan sebagainya. Pendapatan pedagang tanaman hias dari usaha penjualan
produk diluar tanaman hias ini cukup besar, bahkan hampir sama dengan dari
usaha pokok mereka sendiri, yaitu menjual tanaman hias. Untuk lebih jelasnya
berasal dari penjualan tanaman dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan,
baik biaya tunai, ataupun biaya yang diperhitungkan, termasuk biaya bunga
modal. Bunga modal disertakan karena dianggap bahwa modal itu diperoleh
pedagang dengan cara meminjam atau karena modal itu tersedia untuk beberapa
alternatif penggunaan.
Faktor penentu keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari berapa besar
dikurangi seluruh total biaya. Penerimaan usaha pedagang tanaman hias diperoleh
dari banyaknya tanaman yang terjual, dikalikan dengan harga jual masing-masing
tanaman.
berapa harga beli dari masing-masing tanaman hias dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk merawat tanaman hias tersebut. Ada beberapa tanaman hias
yang memerlukan biaya perawatan yang cukup besar seperti Aglaonema dan
rata-rata dijual Rp 15.000,- per batang, tanaman hias Lili Paris dijual dengan
harga Rp 500,- per batang, tanaman hias Mawar dengan harga Rp 5.000,- per
batang. dan tanaman hias Aglaonema Rp 75.000,- per batang. Harga masing-
dan dari Jalan Dadali sebanyak 7 pedagang tanaman hias. Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah penerimaan pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat dilihat
penjualan tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih besar
Jalan Dadali. Adanya perbedaan penerimaan ini karena lokasi Jalan Pajajaran
lebih strategis daripada Jalan Dadali. Besarnya penerimaan yang diperoleh akan
penjualan tanaman hias, pedagang juga mempunyai penerimaan lain dari usaha
penjualan produk diluar tanaman hias. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah
penerimaan usaha penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias
Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Usaha Penjualan Produk diluar Tanaman Hias Pedagang
Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008
Jl. Pajajaran Jl. Dadali
Jenis Penerimaan
Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Penjualan Pupuk Kandang 265.565,22 775.000,00
Penjualan Pupuk Kompos 420.869,57 685.714,29
Penjualan Pupuk Organik 361.304,35 14.285,71
Penjualan Sekam 131.304,35 764.285,71
Penjualan Pakis 206.739,13 667.857,14
Pembuatan Taman 239.130,43 114.285,71
Dekorasi/Penyewaan 273.913,04 292.857,14
Total Penerimaan 1.898.826,09 3.314.285,71
tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih besar dibandingkan
penerimaan penjualan produk diluar tanaman hias pedagang tanaman hias di Jalan
per bulan.
biaya, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Uraian selengkapnya dari
Biaya tunai yang dikeluarkan pedagang tanaman hias terdiri dari biaya
untuk pembelian tanaman hias, biaya perawatan tanaman hias, biaya pembelian
pot, biaya sewa angkutan, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya lain-lain.
Hal ini biaya lain-lain adalah: biaya pembayaran rekening listrik dan biaya
sampah. Termasuk dalam biaya perawatan tanaman hias; biaya pupuk kandang,
biaya pupuk kompos, biaya pupuk NPK, biaya sekam, biaya pakis, dan biaya
obat-obatan.
oleh pedagang. Biasanya tanaman hias yang didapat berasal dari petani yang
tanaman hias dapat menjual tanaman tersebut dengan keuntungan yang cukup
tanaman Puring biasanya dibeli dengan harga Rp 7.500,- per batang, Lili Paris Rp
350,- per batang, Mawar Rp 2.000,- per batang, Aglaonema ada yang Rp 17.500,-
per batang dan untuk Aglaonema jenis Pride Sumatera Rp 50.000,- per batang.
tanaman hias untuk lokasi di Jalan Dadali mencapai Rp 2.700.178,57 per bulan.
Pembayaran pembelian tanaman hias ini biasanya dilakukan secara tunai atau
cash.
tanaman hias ataupun petani tanaman hias dalam menjalankan usahanya. Hal ini
bagi tanaman. Pupuk kandang ini merupakan pupuk yang digunakan sebagai
media tanam dari tanaman hias, terutama tanaman hias yang besar atau dalam
bentuk pohon.
pupuk kandang ini sebanyak 4,8 karung per bulan (48 kg), dengan harga beli Rp
8.000 per karung, sedangkan di Jalan Dadali sebanyak 3,4 karung per bulan (34
kg) dengan harga yang sama Rp 8.000,- per karung atau Rp 800,- per kg. Jika
dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp 38.608,70,- per bulan untuk lokasi di
Jalan Pajajaran dan Rp 27.428,37 per bulan di lokasi Jalan Dadali. Penggunaan
pupuk kandang tergantung jumlah varietas tanaman dan ukuran polybag tanaman.
kandang untuk menanam tanaman yang baru dipindahkan. Pedagang tanaman hias
memperoleh pupuk kompos ini dengan cara berlangganan. Harga dari pupuk
kompos ini sama dengan pupuk kandang yaitu Rp 8.000,- per karung, dengan isi
10 kg. Pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran menghabiskan pupuk kompos ini
sebanyak 3,9 karung (39 kg) per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan
Dadali menghabiskan pupuk kompos ini sebanyak 3 karung (30 kg) per bulan.
Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp 30.956,52,- per bulan untuk
lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp 24.000,- per bulan di lokasi Jalan Dadali.
batang akar; terutama untuk pertumbuhan daun. Pupuk ini digunakan satu kali
hias di Jalan Dadali menghabiskan NPK ini sebanyak 1 kg per bulan. Jika
dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp 10.260,87,- per bulan untuk lokasi di
mendapatkan dengan cara dikirim. Harga sekam juga hampir sama dengan harga
pupuk kandang dan kompos yaitu Rp 7.500,- per karung dengan isi 10 kg. Sekam
juga tersedia dalam ukuran yang berbeda, yaitu dengan ukuran 3 kg. Penggunaan
sekam masing-masing pedagang berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman yang
mereka jual, karena tidak semua tanaman hias menggunakan sekam sebagai media
sebanyak 4,6 karung (46 kg) per bulan, sedangkan pedagang tanaman hias di Jalan
Dadali menghabiskan sekam sebanyak 2,7 karung (27 kg) per bulan. Jika
dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp 34.891,30,- per bulan untuk lokasi di
Pakis diolah dari batang pakis (cycas) yang direbus kemudian dijemur
selama beberapa menit. Pakis juga digunakan sebagai media tanam untuk tanaman
hias. Penggunaan pakis setiap bulannya tidak terlalu banyak, karena pakis ini
digunakan pada tanaman tertentu seperti Aglaonema dan Anthurium. Harga pakis
adalah Rp 850,- per kilogram. Rata-rata pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran
menghabiskan pakis sebanyak 3,3 karung (33 kg) per bulan, sedangkan pedagang
tanaman hias di Jalan Dadali menghabiskan pakis sebanyak 3 karung (30 kg) per
bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp 27.717,39,- per bulan
untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp 25.500,- per bulan di lokasi Jalan Dadali.
mencegah datangnya serangan hama seperti penyakit kutu daun, penyakit layu
mencegah serangan hama. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pagi atau sore
hari, karena pada waktu itu hama menyerang tanaman. Penyemprotan dilakukan
satu kali dalam seminggu. Pedagang tanaman hias biasanya menggunakan obat
Kurakron dengan harga Rp 84.000.,- per botol atau Decis dengan harga Rp
38.000,- per botol, tetapi karena harga Kurakron lebih mahal pedagang tanaman
hias kebanyakan lebih memilih menggunakan Decis. Penggunaan obat ini harus
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, dengan cara dicampur dengan air
Jalan Pajajaran menghabiskan obat-obatan ini sebanyak 0,28 botol per bulan,
sebanyak 0,27 botol per bulan. Jika dikonversikan dalam nilai rupiah adalah Rp
10.891,30,- per bulan untuk lokasi di Jalan Pajajaran dan Rp 10.285,71,- per bulan
Biaya pembelian pot tanaman hias adalah biaya yang dikeluarkan terkait
dengan fisik tanaman, yaitu biaya untuk pemakaian media sebagai tempat tumbuh
tanaman hias. Biaya untuk pembelian pot bervariasi tergantung dari jenis pot yang
tanaman menggunakan pot yang baru, hanya tanaman tertentu saja. Tanaman yang
menggunakan pot yang baru adalah tanaman yang harganya relatif mahal dan
tanaman kecil seperti Lili paris dan Sutra bombay biasanya hanya menggunakan
polybag yang sudah digunakan sejak pembelian tanaman hias dari petani. Rata-
Dalam menjalankan usaha tanaman hias ini tentu memerlukan biaya untuk
dibebani biaya transportasi karena mereka membeli langsung tanaman hias dari
untuk penyewaan alat angkut dan sopir kendaraan. Besarnya biaya sewa
perjalanan yang bisa mencapai Rp 50.000,- setiap satu kali pembelian. Biasanya
pedagang tanaman hias melakukan pembelian tanaman hias satu kali dalam satu
bulan, tetapi jika ada pesanan yang mendadak tidak menutup kemungkinan
pedagang melakukan pembelian tanaman hias lebih dari satu kali. Rata-rata
tanaman hias yang hanya menunggu tanaman hias diantar langsung oleh petani
5. Biaya TKLK
Biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja yang sifatnya tetap dan harus
dibayar tunai. Dalam hal ini tenaga kerja adalah tenaga kerja dari luar keluarga
(TKLK), yang dibayar berupa gaji. Rata-rata gaji tenaga kerja luar Rp 20.000,-
per hari atau jika dikonversikan dalam sebulan adalah Rp 600.000,-. Cara
pembayaran gaji, tidak dilakukan secara tunai Rp 600.000,- per bulan tetapi setiap
hari dibayar Rp 10.000,- dan sisanya dibayar pada saat hari Lebaran. Untuk lebih
jelasnya rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usaha tanaman
hias di Kota Bogor, periode bulan Agustus 2008 dapat dilihat pada Tabel 15 dan
16.
Tabel 15. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jl. Pajajaran, Periode
Agustus 2008
Upah Nilai Upah
Jumlah TKDK
Jenis Pekerjaan (HKP, HKW) TKLK
(HKP, HKW)
(Rp) (Rp)
Pembelian 3,00 (HKP) 20.000 60.000
Pemupukan 1,00 x 4 (HKW) 15.000 60.000
Penataan dan bersih-bersih 2,50 x 4 (HKW) 15.000 150.000
Penyiraman 0,80 x 30 (HKW) 15.000 360.000
Pemangkasan 2,50 x 4 (HKP) 20.000 200.000
Bongkar Muat 3,00 (HKP) 20.000 60.000
Jumlah TKDK 57,5 HOK 890. 000
Tabel 16. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jl. Dadali, Periode Agustus
2008
Upah Nilai Upah
Jumlah TKDK
Jenis Pekerjaan (HKP, HKW) TKLK
(HKP, HKW)
(Rp) (Rp)
Pembelian 1,00 (HKP) 20.000 20.000
Pemupukan 0,50 x 4 (HKW) 15.000 30.000
Penataan dan bersih-bersih 0,50 x 4 (HKW) 15.000 30.000
Penyiraman 0,50 x 30 (HKW) 15.000 225.000
Pemangkasan 0,50 x 4 (HKP) 20.000 40.000
Bongkar Muat 2,00 (HKP) 20.000 40.000
Jumlah TKDK 28,75 HOK 385.000
Berdasarkan Tabel 15, rata-rata jumlah biaya penggunaan tenaga kerja luar
per bulan. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK oleh pedagang tanaman hias di
Jalan Dadali adalah sebesar Rp 385.000,- per bulan. Total penggunaan TKLK
sebanyak 57,5 HOK di Jalan Pajajaran, yang terdiri dari tenaga kerja laki-laki 15
Hari Kerja Pria (HKP) dan 41,5 hari Kerja Wanita (HKW). Sedangkan
penggunaan TKLK di Jalan Dadali sebanyak 28,75 HOK, yang terdiri dari 5 HKP
dan 23,75 HKW. Hal ini menunjukkan angka yang cukup berbeda, pedagang
tanaman hias di Jalan Pajajaran lebih banyak menggunakan TKLK dibadingkan
6. Biaya Lain-lain
Setiap bulan pedagang tanaman hias juga dipungut biaya sampah, sekitar
adalah untuk penyiraman tanaman hias pada pagi atau sore hari. Biaya listrik
sekitar Rp 20.000,- sampai dengan Rp 200.000,- per bulan. Besarnya biaya listrik
Dadali sebesar Rp 86.428,57,- per bulan. Rincian selengkapnya untuk total biaya
tunai rata-rata yang dikeluarkan pedagang tanaman hias dapat dilihat pada Tabel
17.
Tabel 17. Rata-rata Biaya Tunai Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008
Jl. Pajajaran Jl. Dadali
Keterangan Jumlah Persent Jumlah Persent
(Rp) ase (%) (Rp) ase (%)
1. Biaya Pembelian Tanaman Hias 3.084.476,09 68,35 2.700.178,57 76,30
2. Biaya Perawatan:
Biaya Pupuk Kandang 38.608,70 0,86 27.428,57 0,76
Biaya Pupuk Kompos 30.956,52 0,69 24.000,00 0,68
Biaya Pupuk NPK 10.260,87 0,23 9.500,00 0,27
Biaya Sekam 34.891,30 0,77 20.357,14 0,58
Biaya Pakis 27.717,39 0,61 25.500,00 0,72
Biaya Obat-obatan 10.891,30 0,24 10.285,71 0,29
3. Biaya Pot 147.391,30 19,70 119.285,71 10,90
4. Biaya Transportasi 167.391,30 3,70 128.571,43 3,63
5. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga 890.913,04 3,20 385.714,29 3,37
6. Biaya Lain-lain (Listrik, Sampah) 69.217,39 1,53 86.428,57 2,40
Jumlah Biaya Tunai 4.512.715,22 100 3.537.250,00 100
Berdasarkan Tabel 17, biaya yang paling besar dikeluarkan dalam usaha
tanaman hias ini baik pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran, maupun
pedagang tanaman hias di Jalan Dadali adalah biaya pembelian tanaman hias itu
sendiri yaitu: masing-masing sebesar 68 persen dan 76 persen dari jumlah biaya
tingkat pendapatan yang diterima oleh pedagang tanaman hias. Kondisi seperti ini
akan dijadikan acuan bagi pedagang tanaman hias menentukan berapa harga jual
yang sesuai dengan tanaman hias tersebut. Harga masing-masing jenis tanaman
berbeda satu sama lain. Selain biaya tunai yang digunakan untuk usaha tanaman
hias, pedagang juga mengeluarkan biaya tunai untuk penjualan produk diluar
tanaman hias, yaitu penjualan pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk organik,
sekam, pakis, pembuatan taman dan dekorasi. Biaya tersebut mencapai 20 persen
dari total biaya tunai usaha tanaman hias. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 20.
menghitung berapa besarnya pendapatan kerja pedagang kalau bunga modal dan
nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Nilai biaya yang diperhitungkan
terdiri dari tenaga kerja dalam keluaraga (TKDK), bunga modal yang
pemerintah yang berlaku pada saat tertentu. Berikut ini merupakan komponen-
Biaya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga merupakan salah satu
komponen dari jenis biaya biaya yang diperhitungkan dalam satu usaha. Penilaian
TKDK didasarkan atas upah tenaga kerja yang berlaku pada waktu anggota
keluarga menyumbangkan kerja dan pada tempat mereka bekerja, yaitu sebesar
keluarga di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20.
Tabel 18. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Pajajaran, Periode
Agustus 2008
Upah
Jumlah TKDK Nilai Upah TKDK
Jenis Pekerjaan (HKP, HKW)
(HKP, HKW) (Rp)
(Rp)
Pembelian 3,00 (HKP) 20.000 60.000
Pemupukan 0,70 x 4 (HKW) 15.000 42.000
Penataan dan bersih-bersih 2,50 x 4 (HKW) 15.000 150.000
Penyiraman 1,00 x 30 (HKW) 15.000 450.000
Pemangkasan 2,60 x 4 (HKP) 20.000 208.000
Bongkar Muat 2,00 (HKP) 20.000 40.000
Jumlah TKDK 68,9 HOK 950.000
Tabel 19. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali, Periode
Agustus 2008
Upah
Jumlah TKDK Nilai Upah TKDK
Jenis Pekerjaan (HKP, HKW)
(HKP, HKW) (Rp)
(Rp)
Pembelian 3,00 (HKP) 20.000 60.000
Pemupukan 0,70 x 4 (HKW) 15.000 42.000
Penataan dan bersih-bersih 2,50 x 4 (HKW) 15.000 150.000
Penyiraman 1,40 x 30 (HKW) 15.000 630.000
Pemangkasan 4,00 x 4 (HKP) 20.000 320.000
Bongkar Muat 2,00 (HKP) 20.000 40.000
Jumlah TKDK 89,5 HOK 1.242.000
penggunaan TKLK sebanyak 68,9 HOK di Jalan Pajajaran, yang terdiri dari
tenaga kerja laki-laki 15,4 Hari Kerja Pria (HKP) dan 53,5 Hari Kerja Wanita
yang terdiri dari 21 HKP dan 68,5 HKW. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang
tanaman hias di Jalan Dadali lebih banyak memanfaatkan TKDK sendiri, daripada
2. Biaya Penyusutan
pedagang tanaman hias dalam usahanya. Adapun peralatan yang sering digunakan
dalam usaha ini, yaitu gunting pangkas dan golok. Kedua alat tersebut menurut
pengakuan pedagang tanaman hias relatif awet dan tahan lama, sehingga biaya
yang digunakan relatif kecil, umur ekonomis dari alat yang awet, bisa mencapai 5
tahun lebih.
diperhitungkan. Biaya bunga modal ini dihitung dengan asumsi biaya bunga bank
pada tahun tertentu dikalikan dengan biaya tunai. Asumsi bunga modal untuk
persen/bulan (Bank Mandiri), sehingga besarnya biaya bunga modal atas biaya
sedangkan bunga modal atas biaya tunai di Jalan Dadali sebesar Rp 53.058,75,-
per bulan. Manfaat menghitung biaya bunga modal ini adalah sebagai
pembanding atau biaya korbanan atas sejumlah uang yang dialokasikan pada
cabang usaha pedagang tanaman hias. Sehingga dapat dilihat apakah dengan
menanamkan uang pada usaha tanaman hias di Kota Bogor tersebut akan
4. Biaya Sewa
Komponen lain yang masuk dalam biaya yang diperhitungkan adalah biaya
sewa lahan. Karena lahan yang digunakan oleh para pedagang yaitu di sepanjang
jalan jalur hijau di Kota Bogor merupakan tanah milik pemerintah kota dan pihak
pemerintah kota sendiri tidak menarik biaya sewa, maka biaya sewa ini juga tidak
semuanya dihitung dalam satu bulan. Tingkat pendapatan usaha tanaman hias di
Kota Bogor sangat bervariasi. Hal ini disebabkan perbedaan besar biaya yang
digunakan untuk pembelian tanaman hias dan beberapa harga jual dari masing-
masing tanaman hias tersebut. Pendapatan atas biaya tunai jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya total ini
kisaran nilainya bisa positif dan bisa juga negatif. Data selengkapnya dapat dilihat
atas biaya tunai di Jalan Pajajaran diperoleh Rp 2.293.002,17,- per bulan atau jika
Sedangkan pendapatan pedagang tanaman hias atas biaya total adalah sebesar Rp
angkanya hampir mencapai lima puluh persen dari biaya total. Usaha yang
dilakukan oleh pedagang tanaman hias melibatkan anggota keluarga yang lain,
maka berdasarkan kriteria pendapatan usaha yang paling sesuai digunakan adalah
dengan menambah penghasilan kerja pedagang dengan nilai kerja keluarga. Untuk
penelitian ini maka pendapatan kerja keluarga pedagang tanaman hias di Jalan
per tahunnya. Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata pedagang tanaman hias atas
biaya tunai di Jalan Dadali diperoleh Rp 2.704.892,86,- per bulan atau jika
Sedangkan pendapatan pedagang tanaman hias atas biaya total adalah sebesar Rp
tanaman hias di Jalan Dadali diperoleh sebesar Rp 2.651.834,11,- per bulan, atau
lebih besarnya jumlah pendapatan kerja keluarga pedagang tanaman hias di Jalan
Dari segi pendapatan penjualan tanaman hias, pedagang tanaman hias di Jalan
Pajajaran lebih unggul dibandingkan pedagang tanaman hias di Jalan Dadali. Hal
ini karena lokasi Jalan Pajajaran lebih strategis dibandingkan Jalan Dadali. Tetapi
dari pendapatan total, pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih unggul
dibandingkan Jalan Pajajaran. Hal ini karena pendapatan produk diluar tanaman
hias pedagang tanaman hias di Jalan Dadali lebih besar dibadingkan pendapatan
diperoleh angka R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 dan R/C atas biaya total
sebesar 1,19. Pengertian R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 adalah untuk tiap
sebesar Rp1,40,00. Untuk R/C atas biaya total sebesar 1,19 berarti untuk setiap
analisis R/C usaha pedagang tanaman hias di Jalan Dadali, diperoleh angka R/C
atas biaya tunai sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. Pengertian
R/C atas biaya tunai sebesar 1,46 adalah untuk tiap Rp1,00 yang dikeluarkan oleh
pedagang maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp1,46,00 . Untuk R/C atas
biaya total sebesar 1,19 berarti untuk setiap pengeluaran Rp1,00 akan diperoleh
diidentifikasi bahwa usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan oleh pedagang
tanaman hias di Kota Bogor secara ekonomis masih menguntungkan walaupun
maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha tanaman hias yaitu: Lahan (X1),
Tenaga Kerja (X2), harga beli tanaman hias Puring (X3), harga beli tanaman hias
Aglaonema (X4), harga beli tanaman hias Anggrek (X5), harga beli tanaman hias
Krisan (X6), harga jual tanaman hias Puring (X7), harga jual tanaman hias
Aglaonema (X8), harga jual tanaman hias Anggrek (X9), harga jual tanaman hias
Krisan (X10), pupuk kandang (X11), pupuk kompos (X12), pupuk NPK (X13),
sekam (X14), pakis (X15), Obat (X16), transportasi (X17), pot (X18). Pengujian
(R2), Fhitung, Thitung, maupun Pvalue dari masing-masing parameter (Tabel 22),
0,639 Ln Pot
Tabel 21. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tanaman
Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008
Simpangan
Variabel Koefisien Baku Thitung Pvalue VIF
Regresi Koefisien
Constant 11,79 12,24 0,96 0,355
Ln Lahan (X1) -0,0760 0,1603 -0,47 0,644 5,9
Ln TKLK (X2) -0,19194 0,03443 -5,58 0,000* 2,8
Ln HB. Puring (X3) -0,1418 0,9908 -0,14 0,889 4,1
Ln HB. Aglaonema (X4) -0,4599 0,3765 -1,22 0,245**** 4,6
Ln HB. Anggrek (X5) -0,1710 0,2447 -0,70 0,498 1,7
Ln HB. Krisan (X6) -0,5078 0,3848 -1,32 0,212**** 2,9
Ln HJ. Aglaonema (X8) 0,0567 0,5886 0,10 0,925 3,2
Ln HJ. Anggrek (X9) -0,2846 0,3764 -0,76 0,464 2,2
Ln HJ. Krisan (X10) 1,4872 0,8353 1,78 0,100** 2,3
Ln Pupuk Kandang (X11) 0,2124 0,2254 0,94 0,365 7,4
Ln Pupuk Kompos (X12) 0,1014 0,1326 0,76 0,459 3,2
Ln Pupuk NPK (X13) 0,2473 0,1544 1,60 0,135*** 2,2
Ln Sekam (X14) 0,3492 0,2094 1,67 0,121*** 5,5
Ln Pakis (X15) 0,9073 0,2835 3,20 0,008* 6,3
Ln Obat (X16) -0,2504 0,4327 -0,58 0,574 4,4
Ln Transportasi (X17) -0,00858 0,01144 -0,75 0,468 2,9
Ln Pot (X18) -0,6392 0,3612 -1,77 0,102*** 4,3
S = 0,2219 R-Sq = 87,9% R-Sq(adj) = 70,7%
Keterangan:
* = Nyata pada tingkat kepercayaan 99%
** = Nyata pada tingkat kepercayaan 90%
*** = Nyata pada tingkat kepercayaan 85%
**** = Nyata pada tingkat kepercayaan 75%
determinan (R2) sebesar 87,9 persen dan koefisien determinasi terkoreksi (Radj)
sebesar 70,7 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 87,9 persen
mempunyai arti bahwa 87,9 persen keragaman pendapatan usaha tanaman hias
dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas: Lahan (X1), Tenaga Kerja (X2),
harga beli tanaman hias Puring (X3), harga beli tanaman hias Aglaonema (X4),
harga beli tanaman hias Anggrek (X5), harga beli tanaman hias Krisan (X6), harga
jual tanaman hias Puring (X7), harga jual tanaman hias Aglaonema (X8), harga
jual tanaman hias Anggrek (X9), harga jual tanaman hias Krisan (X10), pupuk
kandang (X11), pupuk kompos (X12), pupuk NPK (X13), sekam (X14), pakis (X15),
Obat (X16), transportasi (X17), pot (X18). Keragaman pendapatan usaha tanaman
hias di Kota Bogor juga masih perlu diterangkan oleh variabel lain di luar model
Dari hasil dugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan
bebas yaitu: Lahan (X1), Tenaga Kerja (X2), harga beli tanaman hias Puring (X3),
harga beli tanaman hias Aglaonema (X4), harga beli tanaman hias Anggrek (X5),
harga beli tanaman hias Krisan (X6), harga jual tanaman hias Puring (X7), harga
jual tanaman hias Aglaonema (X8), harga jual tanaman hias Anggrek (X9), harga
jual tanaman hias Krisan (X10), pupuk kandang (X11), pupuk kompos (X12), pupuk
NPK (X13), sekam (X14), pakis (X15), Obat (X16), transportasi (X17), pot (X18),
bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil ini menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah: Tenaga Kerja (X2), dan pakis
(X15), nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. harga jual tanaman hias Krisan
(X6), nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen. NPK (X13), sekam (X14), dan pot
(X18), nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen. Harga beli tanaman hias
Aglaonema (X4), dan harga beli tanaman hias Krisan (X6) nyata pada tingkat
kepercayaan 75 persen.
jumlah koefisien yang signifikan. Jumlah R2 yang diperoleh adalah sebesar 87,9
sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah
multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar
menyebar membentuk garis lurus. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga
telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola.
adalah variabel: harga jual tanaman hias Krisan (X10), NPK (X13), sekam (X14),
dan pakis (X15). Sedangkan variabel yang bertanda negatif adalah: TKLK (X2),
harga beli tanaman hias Aglaonema (X4), harga beli tanaman hias Krisan (X6), dan
pot (X18). Angka positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang
pendapatan. Faktor tenaga kerja luar keluarga dalam model mempunyai pengaruh
negatif terhadap pendapatan. Nilai elastisitas tenaga kerja luar keluarga dalam
fungsi pendapatan tanaman hias sebesar -0,19194 yang artinya bahwa setiap
(cateris paribus).
Jalan Dadali. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Jalan Pajajaran sudah
tidak efisien karena pada kenyataan usaha penjualan tanaman hias tidak
membutuhkan tenaga kerja luar keluarga yang banyak. Artinya penjualan tanaman
hias pada dasarnya masih bisa dilakukan oleh keluarga pedagang tanaman hias.
pendapatan pedagang tanaman hias. Nilai elastisitas harga beli tanaman hias
Aglaonema dalam fungsi pendapatan usaha tanaman hias sebesar -0,4599. Artinya
bahwa setiap penambahan harga beli tanaman hias Aglaonema sebesar 1 persen,
maka pendapatan usaha tanaman hias akan menurun sebesar -0,4599 dengan
memperhatikan harga dari tanaman hias Aglaonema. Harga beli tanaman hias
tanaman hias. Semakin tinggi harga beli dari tanaman hias tersebut jika tidak
diikuti, dengan semakin tingginya harga jual, maka pendapatan yang dihasilkan
pedagang tanaman hias. Nilai elastisitas harga beli tanaman hias Krisan dalam
fungsi pendapatan usaha tanaman hias sebesar -0,5078. Artinya bahwa setiap
penambahan harga beli tanaman hias Krisan sebesar 1 persen, maka pendapatan
usaha tanaman hias akan menurun sebesar -0,5078 dengan asumsi faktor-faktor
memperhatikan harga beli dari tanaman hias Krisan. Harga beli tanaman hias
hias. Semakin tinggi harga beli dari tanaman hias tersebut jika tidak diikuti,
dengan semakin tingginya harga jual, maka pendapatan yang dihasilkan akan
semakin menurun.
Harga jual tanaman hias dalam hal ini adalah tanaman hias Krisan
harga jual tanaman hias Krisan dalam fungsi pendapatan usaha tanaman hias
sebesar 1,4872, yang mempunyai arti bahwa setiap penambahan harga jual
tanaman hias Krisan sebesar 1 persen, maka pendapatan usaha tanaman hias akan
meningkat sebesar 1,4872 persen dengan asumsi faktor-faktor lain tetap (cateris
paribus).
yang menyukai tanaman hias berbunga. Hal ini karena jenis tanaman hias Krisan
mempunyai warna yang bervariasi. Di samping harga yang tidak terlalu tinggi,
perawatan tanaman hias Krisan juga relatif lebih mudah dibandingkan tanaman
hias bunga lainnya. Oleh karena itu pedagang tanaman hias harus semakin
meningkatkan kualitas dari tanaman hias Krisan, supaya harga jual dari tanaman
hias tersebut semakin meningkat. Apabila harga jual tanaman hias Krisan semakin
tinggi, maka pendapatan usaha tanaman hias juga akan semakin meningkat.
persen. Nilai elastisitas NPK dalam fungsi pendapatan sebesar 0,2473 yang
artinya bahwa setiap penambahan pupuk NPK sebesar 1 persen, maka pendapatan
akan meningkat sebesar 0,2473 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap
(cateris paribus).
pertumbuhan akar dan batang serta daun, sehingga terlihat lebih sehat dan segar.
Dengan penampilan tanaman yang bagus dan sehat, tentu konsumen akan tertarik
hias cenderung menggunakan pupuk NPK hanya untuk tanaman yang sudah mulai
layu saja. Artinya tidak semua tanaman hias diberi pupuk NPK.
dalam fungsi pendapatan tanaman hias mempunyai nilai sebesar 0,3492 yang
artinya bahwa setiap penambahan sekam sebesar 1 persen akan maka pendapatan
akan meningkat sebesar 0,3492 dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap
(cateris paribus. Sekam digunakan untuk menambah sekam yang sudah ada pada
Dengan kondisi seperti ini, konsumen akan lebih tertarik untuk membeli tanaman
hias.
pakis terutama digunakan untuk tanaman hias Aglonema dan Anthurium. Rata-rata
penggunaan pakis dalam 1 bulan adalah sebesar 32 kg. Variabel pakis secara
0,9073 yang artinya bahwa setiap penambahan pakis sebesar 1 persen, maka
lain dianggap tetap (cateris paribus). Pakis mempunyai pengaruh positif terhadap
dan Anthurium. Harga Aglaonema dan Anthurium rata-rata lebih tinggi dari
tanaman hias lainnya. Selain itu juga Aglaonema dan Anthurium adalah tanaman
Variabel pot dalam model mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal
ini karena penggunaan pot terhadap tanaman hias, jika tidak diikuti penambahan
harga tanaman hias, tentu hanya akan menambah biaya dan di sisi lain tidak
tanaman hias. Besarnya pengaruh pot terhadap pendapatan usaha tanaman hias
adalah adalah sebesar -0,6392 yang artinya setiap penambahan penggunaan pot
8.1 Kesimpulan
pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu. Jenis
tanaman yang dijual para pedagang tanaman hias, secara umum dapat
Tanaman hias yang dijual oleh pedagang tanaman hias kebanyakan berasal
yang lebih besar. Daerah pembelian tanaman hias dari Bogor sendiri, yaitu:
jumlah anggota keluarga 1 – 5 orang, dan mempunyai luas lahan 100 – 150
m2.
tergolong sedang. Jika melihat pendapatan bersih dari biaya tunai dan biaya
keuntungan usaha menunjukkan bahwa, R/C atas biaya tunai sebesar 1,40
dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. Sedangkan rata-rata pendapatan bersih
sebesar 1,46 dan R/C atas biaya total sebesar 1,19. sehingga dapat
(R2) sebesar 87,9 persen sedangkan nilai F hitung sebesar 5,12. Nilai
koefisien determinansi (R2) sebesar 87,9 persen mempunyai arti bahwa 87,9
persen keragaman dapat diterangkan oleh variabel dalam model dan masih
perlu diterangkan oleh variabel di luar model yang telah digunakan sebesar
Tenaga Kerja (X2), dan pakis (X15), nyata pada tingkat kepercayaan 99
persen. harga jual tanaman hias Krisan (X6), nyata pada tingkat kepercayaan
90 persen. NPK (X13), sekam (X14), dan pot (X18), nyata pada tingkat
harga beli tanaman hias Krisan (X6) nyata pada tingkat kepercayaan 75
persen.
8.2 Saran
transportasi.
3. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang tanaman hias adalah
Assauri. 1984. Teknik dan Metoda Peramalan, Penerapannya dalam Ekonomi dan
Dunia Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 17 4,28489 0,25205 5,12 0,003
Residual Error 12 0,59080 0,04923
Total 29 4,87569
113
,999
,99
,95
Probability
,80
,50
,20
,05
,01
,001
0,3
0,2
0,1
0,0
Residual
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
Fitted Value
110
Bunga Anggrek
Bunga Krisan
111
Bunga Puring
112
Bunga Mawar