Sie sind auf Seite 1von 64

ABSTRACT

Piping system is a construction that made as a way for air to flow, where compressed air are resulted
by compressor work. Purpose of this practical work is to make an understanding about the influence
of cooling and losses of air flow. Those characteristics are representated by value of pressure (P),
flow rate (Q), and friction coefficient. In addition, the influence of air flow cooling and losses inside
tubular pipe will be studied too. The equipment to be used such compressor to compressing air, air
pipe as flow line, flow meter to measure the capacity, valve to control the capacity, pressure gauge
to measure the pressure, thermometer to measure the temperature and so on. In this practical work
in the way to study the flow characteristic, we will variate the pressure as control variabel and will
cause alteration of capacity and temperature. Later, the variabel control are pipe dimensions
(diameter, length, and angle). We will variating those values to calculating air flow characteristics.
And in the end of this practical work, we shall understand that losses will increase depend on how
many fittings, elbows, etc. For exmaple, by variating two value of valve opening where the small
one shall give higher pressure value and lower flow rate of the air flow. Lower air flow means lower
velocity, where low velocity shall give lower value of friction losses. From the first experiment,
where the value of pressure variated from 0,1 kg/cm2 to 0,5 kg/cm2, and pressure value of 0,1
kg/cm2 resulting 11 SCFH of flow rate. At this value of flow rate the highest value of friction losses
occured, as the formula of head friction. The conclution is, losses depend on many factors, include
the influence of cooling of pipe. Example of application in marine such starting engine process,
navigator alarm, the use of compressors in air starting system, cleanse turbocharged and sea cest.

ABSTRAK
Sistem pipa udara adalah jalur yang dibuat untuk mengalirkan udara, dimana udara bertekanan
dihasilkan oleh kompresor. Tujuan praktikum pipa udara adalah agar praktikan mengerti tentang
pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Karakteristik-karakteristik aliran tersebut
direpresentasikan dalam bentuk nilai tekanan (P), nilai debit (Q), dan nilai koefisien gesek. Selain
itu, dikaji pula bagaimana pengaruh pedinginan terhadap aliran dan rugi-rugi yang terjadi pada
berbagai macam jalur aliran pipa udara. Peralatan yang digunakan antara lain: kompresor untuk
memampatkan udara, pipa udara sebagai tempat mengalirnya udara, flow meter untuk mengukur
kapasitas aliran udara, katup untuk mengatur aliran udara, pressure gauge untuk mengukur tekanan
udara, thermometer untuk mengukur suhu pada saat percobaan pendinginan, busur derajat untuk
mengukur sudut bukaan katup, dan meteran untuk mengukur panjang pipa, dimana yang divariasikan
adalah tekanan sebagai variabel manipulasi dan akan menyebabkan perubahan pada bukan katup,
kapasitas dan suhu (variabel respon). Sedangkan untuk variabel kontrolnya adalah ukuran pipa
(diameter dan panjang). Pada percobaan satu, dimana tekanan divariasikan 0,1 kg/cm2 sampai 0,5
kg/cm2, pada tekanan 0,1 kg/cm2 dihasilkan debit aliran 11 SCFH. Dari hasil perhitungan, diketahui
losses karena gesekan terbesar terjadi pada nilai debit 11 SCFH, sebagaimana rumus head friction
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Kesimpulannya, losses bergantung daripada banyak
parameter, termasuk pedinginan pada pipa.. Contoh aplikasi pada bidang perkapalan misalnya pada
saat menyalakan motor induk kapal, tangki bahan bakar, penggunaan kompresor pada starting air
system, membersihkan turbocharge dan sea cest.

Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Mesin Fluida merupakan konsentrasi ilmu yang mempelajari aliran fluida di dalam instalasi
pipa dan mesin fluida melalui percobaan di laboratorium. Aplikasi-aplikasi mesin fluida ini nanti
akan sangat berguna penerapannya pada sistem permesinan di Kapal. Beberapa materi-materi yang
dipelajari dalam mata kuliah ini yaitu diantaranya sistem pnemumatis, instalasi pipa udara,
instalasi pipa air, pompa sentrifugal, dan turbin pelton. Salah satu materi yang sangat menunjang
pembelajaran Mesin Fluida yaitu instalasi pipa udara.
Materi instalasi pipa udara merupakan suatu sistem perpipaan yang mengalirkan fluida gas
dari satu tempat ke tempat yang lain. Pembelajaran praktikum sangatlah dibutuhkan guna
menunjang skill mahasiswa mengenai instalasi pipa udara ini. Melalui serangkaian praktikum
instalasi pipa udara, mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan diharapkan mampu mengetahui
cara kerja pipa udara, mengetahui kerugian/losses pada instalasi pipa udara, dan mengetahui
pengaruh temperatur pada saluran pipa udara.
Praktikum instalasi pipa udara merupakan salah satu latihan dasar bagi mahasiswa dalam
menempuh pembelajaran mata kuliah Mesin Fluida. Diharapkan kedepannya para mahasiswa dapat
mengaplikasikan materi ini dengan baik pada bidang perkapalan ataupun dalam dunia kerja nanti.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa saja kerugian/loses pada instalasi pipa udara?
b. Bagaimana pengaruh temperature pada saluran pipa udara ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui kerugian/losses pada instalasi pipa udara
b. Mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara
Bab II
Dasar Teori

2.1. Teori Kompresi


2.1.1. Hubungan antara Tekanan dan Volume (Hukum Boyle)
Jika selama kompresi, temperatur gas dijaga tetap (tidak bertambah panas) maka
pengecilan volume menjadi 1⁄2 kali, maka akan menaikkan tekanan menjadi 2 kali.

Demikian pula jika volume menjadi 1⁄3 kali, maka tekanan akan menjadi 3 kali lipat, dst.
“ Jika gas dikompresikan (atau diekspansikan) pada temperature tetap, maka
tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya ”.
Pernyataan ini disebut dengan hukum Boyle dan dapat dirumuskan :

P1.V1 = P2. V2 = tetap

Dimana :
P1 = tekanan pada kondisi awal (Pa) atau (kgf/cm2)
P2 = tekanan pada kondisi akhir (Pa) atau (kgf/cm2)
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)

2.1.2. Hubungan antara Temperatur dan Volume (Hukum Charles)


“ Semua macam gas apabila dinaikkan temperaturnya sebesar 10 0C pada tekanan yang
tetap, akan mengalami pertambahan volume sebesar 1⁄273 dari volumenya pada 0 0C. Sebaliknya
apabila temperature diturunkan sebesar 1 0C, akan mengalami pengurangan volume dengan
proporsi yang sama.”
Pernyataan ini disebut dengan hukum Charles dan dapat dirumuskan :

𝑽𝟏 𝑻 𝟏
=
𝑽𝟐 𝑻 𝟐
Dimana :
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)
T1 = Temperatur pada kondisi awal (°K)
T2 = Temperatur pada kondisi akhir (°K)
2.1.3. Persamaan Keadaan (Hukum Boyle - Charles)
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabungkan menjadi hukum Boyle-Charles
yang dapat dinyatakan sebagai :

P. V = G. R. T
Dimana :
P = tekanan mutlak (kgf/m2) atau (Pa)
V = Volume (m3)
G = Berat gas (kgf) atau (N)
T = Temperatur mutlak (ºK)
R = Konstanta gas (m/ºK)

2.2. Jenis-Jenis Kompresi


2.2.1. Kompresi Isothermal
Bila suatu gas dikompresikan, ini berarti ada energi mekanik yang diberikan dari
luar kepada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga temperatur gas akan naik
jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses kompresi ini diikuti dengan pendinginan
untuk mengeluarkan panas yang terjadi, temperatur dijaga tetap.
𝑃𝑉 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000, hal 181)

Gambar 2.1. Diagram PV


(hyperphysics.phy-astr.gsu.edu)
dimana : 𝑃1 , 𝑃2 : Tekanan (kgf/m2)
𝑉1 , 𝑉2 : Volume (m3)

2.2.2. Kompresi Adiabatik


Jika silinder diisolasi secara sempurna terhadap panas, maka kompresi akan
berlangsung tanpa ada panas yang keluar dari gas atau masuk kedalam gas. Dalam
prakteknya, proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna karena isolasi terhadap
silinder tidak pernah sempurna.

P.v k = tetap
P1v1k = P2 v 2k = tetap

(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000,hal 184)

Dimana k : c p / cv
P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
k : Indeks adiabatic

Gambar 2.2. Diagram PV Adiabatik


(www.fisikaasyik.com).

2.2.3. Kompresi Politropik


Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses isotermal,
karena ada kenaikan temperatur. Namun juga bukan proses adiabatik karena ada panas
yang dipancarkan keluar. Jadi proses kompresi yang sesungguhnya ada diantara keduanya.

𝑷. 𝒗𝒏 = 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑
𝑃1 𝑣1𝑛 = 𝑃2 𝑣2𝑛
(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000,hal 184)
Dimana : P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
n : Indeks politropik (n = 1.25 – 1.35)

Gambar 2.3. Diagram PV Politropik


(faculty.wwu.edu)

2.3. Jenis-Jenis Kompresor


2.3.1 Kompresor Dinamis
Kompresor dinamis dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kompresor sentrifugal dan
kompresor aksial
1. Kompresor Sentrifugal
Kompresor sentrifugal merupakan kompresor yang memanfaatkan gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh impeller untuk mempercepat aliran fluida udara (gaya
kinetik), yang kemudian diubah menjadi peningkatan potensi tekanan (menjadi gaya
tekan) dengan memperlambat aliran melalui diffuser.
Gambar 2.4. Kompresor Sentrifugal
(www.indotara.co.id)

2. Kompresor Aksial
Kompresor aksial adalah kompresor yang berputar dinamis yang menggunakan
serangkaian kipas airfoil untuk semakin menekan aliran fluida. Aliran udara yang
masuk akan mengalir keluar dengan cepat tanpa perlu dilemparkan ke samping seperti
yang dilakukan kompresor sentrifugal. Kompresor aksial secara luas digunakan dalam
turbin gas/udara seperti mesin jet, mesin kapal kecepatan tinggi, dan pembangkit
listrik skala kecil.

Gambar 2.5. Kompresor Aksial


(www.indotara.co.id)

2.3.2 Kompresor Perpindahan Positif


Kompresor perpindahan positif dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kompresor piston
(reciprocating compressor) dan kompresor putar (rotary).
1. Kompresor piston/torak (Reciprocating)
- Kompresor piston kerja tunggal
Kompresor piston kerja tunggal adalah kompresor yang memanfaatkan
perpindahan piston, kompresor jenis ini menggunakan piston yang didorong oleh
poros engkol (crankshaft) untuk memampatkan udara/ gas. Udara akan masuk ke
silinder kompresi ketika piston bergerak pada posisi awal dan udara akan keluar
saat piston/torak bergerak pada posisi akhir/depan.

Gambar 2.6. Kompresor Pison Kerja Tunggal


(www.indotara.co.id)

- Kompresor piston kerja ganda


Kompresor piston kerja ganda beroperasi sama persis dengan kerja tunggal,
hanya saja yang menjadi perbedaan adalah pada kompresor kerja ganda, silinder
kompresi memiliki port inlet dan outlet pada kedua sisinya. Sehingga
meningkatkan kinerja kompresor dan menghasilkan udara bertekanan yang lebih
tinggi dari pada kerja tunggal.
Gambar 2.7. Kompresor Pison Kerja Ganda
(www.indotara.co.id)

- Kompresor diafragma
Kompresor diafragma adalah jenis klasik dari kompresor piston, dan
mempunyai kesamaan dengan kompresor piston, hanya yang membedakan adalah,
jika pada kompresor piston menggunakan piston untuk memampatkan udara, pada
kompresor diafragma menggunakan membran fleksible atau difragma

.
Gambar 2.8. Kompresor diafragma
(www.indotara.co.id)

2. Kompresor putar (Rotary)


- Kompresor screw (Rotary screw compressor)
Kompresor screw merupakan jenis kompresor dengan mekanisme putar
perpindahan positif, yang umumnya digunakan untuk mengganti kompresor
piston, bila diperlukan udara bertekanan tinggi dengan volume yang lebih besar.

-
Gambar 2.9. Kompresor putar
(www.indotara.co.id)

- Lobe
- Vane
- Liquid Ring
- Scrool

2.4. Klasifikasi Rugi-Rugi (Losses)


Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan instalasi
pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Pada kompresor juga terdapat kerugian –
kerugian berupa rugi tekan dan aliran yang penting diketahui besarnya. rugi – rugi tersebut :

a. Kerugian pada saluran akibat panjang pipa

𝝀. 𝒍. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐𝒅
(www.engineering toolbox)
Dimana :
λ = Koefisien gesekan dalam pipa = 0.0561/Qx0.148
l = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = Densitas udara (1.293 kg/m3)
d = Diameter pipa dalam (m)

b. Kerugian pada saluran akibat belokan dan aksesoris

(𝜷⁄𝟗𝟎). 𝝃. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung pada sudut belokan)
β = sudut lengkung (900)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )

Type of Componentor Fitting Minor Loss Coefficient, k

Flanged Tees, Line Flow 0.2


Threaded Tees, Line Flow 0.9
Flanged Tees, Branched Flow 1
Threaded Tees, Branch Flow 2
Threaded Union 0.08
Flanged Regular 90o Elbows 0.3
Threaded Regular 90o Elbows 1.5
Threaded Regular 45o Elbows 0.4
Flanged Long Radius 90o Elbows 0.2
Threaded Long Radius 90o Elbows 0.7
Flanged Long Radius 45o Elbows 0.2
Flanged 180o Return Bends 0.2
Threaded 180o Return Bends 1.5
Fully Open Globe Valve 10
Fully Open Angle Valve 2
Fully Open Gate Valve 0.15
¼ Closed Gate Valve 0.26
½ Closed Gate Valve 2.1
¾ Closed Gate Valve 17
Forward Flow Swing Check Valve 2
Fully Open Ball Valve 0.05
1/3 Closed Ball Valve 5.5
2/3 Closed Ball Valve 200
Tabel 2.1. Minor Loss (Fluid Piping Systems)

c. Kerugian pada saluran akibat katup

𝝃. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung pada sudut putar bukaan katup)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )

Sudut putar 

13 0.6
15 0.8
19 1.5
20 1.5
21 1.55
22 1.7
24 2
25 2.2
26 2.5
27 2.8
29 3.7
30 4
31 3.85
32 3.9
34 5.5
35 6
36 6.5
37 8
38 9
39 10
42 11.5
43 12
46 17
47 18.81
49 14.72
50 12.25
53 13.25
54 13.5
55 13.75
Tabel 2.2. Koefisien Hambatan pada Sudut Putar akibat belokan
(www.engineeringtoolbox.com)

2.5. Aplikasi di Bidang Marine dan non-Marine


2.5.1. Starting System
Pada mesin induk/utama diatas kapal, baik diesel 4-tak maupun 2-
tak, digunakan udara bertekanan untuk menghidupkannya, udara ini dihasilkan dari
kompressor udara yang kemudian ditampung di tabung/bejana udara (air reservoir).
Tekanan kerja untuk udara start ini dimulai dari tekanan 25 – 30 bar. Menurut
peraturan SOLAS, bahwa untuk mesin yang digerakkan langsung tanpa reduction gear
(gear box) harus dapat distart minimal 12 kali tanpa mengisi lagi, sedangkan untuk mesin
-mesin dengan gear box dapat distart 6 kali. Kompresor bisa di jalankan secara auto atau
manual, dan pada kompressor maupun tabung udara ini dilengkapi juga dengan katup
pengaman(safety Valve) untuk mencegah terjadinya kelebihan tekanan berlebihan akibat
human error maupun salah satu sistemnya yang error.
Prinsip kerjanya, untuk start engine baik pada saat kapal berangkat ataupun
saat olah gerak, dilaksanakan sebagai berikut, saat Udara bertekanan dialirkan dari
tabung udara, selanjut nya distributor valve menggerakan plunyer untuk bekerja maka
udara ini langsung menekan piston melalui air starting valve di cylinder head. Jadi udara
tersebut melaksanakan kerja parallel, disamping mengatur ke distributor valve sekaligus
untuk udara start mendorong piston kebawah pada tekanan minimal 7 bar sesuai tekanan
dalam botol angin. Udara dari bejana udara minimal 17 kg/cm2 (17 bar) karena bila
tekanan udara dibawahnya, maka udara tersebut tidak mampu menekan piston kebawah.
Katup tekan di bejana udara dibuka penuh, maka udara akan keluar ke main starting
valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya hingga ±9- 10 bar.
Kesimpulannya untuk membuka air starting valve menggunakan udara reduksi
yang mengatur distributor valve. Setelah air starting valve terbuka, maka udara start
dengan tekanan sesuai pada tekanan kerja dibotol angina masuk silinder motor melalui
air starting valve yang terbuka untuk mendorong piston kebawah (TMB), sehingga mesin
dapat dijalankan. (ON).
Gambar 2.10. Instalasi sistem starter
(lokerpelaut.com)

2.5.2. Tangki Bahan Bakar


Instalasi pipa Udara pada tangki berfungsi agar udara yang berada pada bagian
atas tangki dapat bergerak bebas mengikuti naik dan turunnya permukaan cairan didalam
tangki seiring dengan berkurangnya cairan saat pemakaian dan bertambahnya cairan saat
pengisian cairan tersebut kedalam tangki. Jika tangki tidak dilengkapi dengan Instalasi
Pipa Udara maka aliran cairan yang keluar dari dalam tangki atau cairan yang masuk
kedalam tangki akan tersendat atau terhenti karena "terperangkapnya" udara didalam
tangki, bila terjadi pada Tangki Harian bahan bakar maka pasokan atau supply bahan
bakar dari Tangki Harian menuju Mesin Induk / Main Engine atau Mesin Bantu / Auxilary
Engine (Genset) akan terganggu dan mengakibatkan mesin terhenti karena tidak adanya
pasokan bahan bakar.
Selain itu Pipa Udara berfungsi untuk mengurangi tekanan udara didalam tangki
yang naik karena pengaruh panas ( dari sinar matahari, panas mesin dan api ), ini sangat
berguna untuk tangki bahan bakar.
Secara ringkas prinsip kerja Pipa Udara yaitu, plunyer bertugas menekan bahan
bakar menuju pengabut melalui katup pelepas dan pipa tekanan tinggi. Plunyer
merupakan sebuah batang yang terdapat pada alur, pada dinding silindernya terdapat
lubang hisap, sedangkan pada kepala silinder terdapat katup yang akan terbuka apabila
tekanan mencapai nilai tertentu, lubang hisap akan terbuka dan tertutup oleh batang
plunyer. Bahan bakar ini ditekan oleh plunyer dengan tekanan tinggi. Pada saat plunyer
berada dititik mati bawah bahan bakar mengalir ke dalam silinder melalui lubang pintu
pemasukkan ke ruangan penyalur pada bagian atas plunyer. Pada saat plunyer bergerak
ke atas, apabila permukaan dari plunyer bagian atas bertemu dengan bibir atas pintu
pemasukkan, bahan bakar mulai mengalir dengan suatu tekanan. Pada saat plunyer
bergerak ke atas lagi, bahan bakar di dalam ruang pengantar mendorong katup pelepas
dan keluar melalui pipa tekanan tinggi ke pengabut.

Gambar 2.11. Instalasi pipa udara pada tangki bahan bakar


(www.bppp-tegal.com)

2.5.3. Kulkas
Pada dasarnya, kulkas menggunakan prinsip kerja hukum fisika Termodinamika
II, yaitu teori tentang perpindahan kalor. Dikatakan, kalor akan berpindah sendirinya dari
lingkungan bersuhu tinggi menuju lingkungan bersuhu rendah, dan begitulah evaporator
pada kulkas bekerja. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah urutan kerja siklus pendinginan
pada kulkas :
1. Kompresor mengisap bahan pendingin (refrigerant) dari evaporator.
2. Kompresor memampatkan bahan pendingin tersebut menjadi gas bertekanan tinggi,
kemudian mendorong gas refrigerant bertekanan tinggi tersebut menuju kondensor
yang berada di luar kulkas.
3. Di dalam kondensor, gas refrigerant berkondensasi karena aliran udara dari luar kulkas
membuatnya menjadi dingin (menggunakan Hukum Termodinamika II). Suhu yang
dingin mengubah refrigerant menjadi titik-titik air bertekanan tinggi.
4. Refrigerant cair bertekanan tinggi tersebut dialirkan melewati filter untuk menyaring
kotoran yang terbawa di dalam proses.
5. Refrigerant cair masuk ke pipa kapiler yang tipis dan panjang, sehingga tekanannya
pun berubah rendah.
6. Refrigerant cair masuk ke dalam evaporator dan berubah menjadi gas kembali. Pada
proses ini pula refrigerant berfungsi untuk menyerap udara panas dari dalam kulkas,
sehingga bagian dalam kulkas menjadi dingin.
7. Berulang ke langkah 1
Proses di atas menjelaskan mengapa bagian belakang kulkas terasa lebih panas,
hal itu dikarenakan aliran gas refrigerant bertekanan tinggi yang menyerap udara dingin
di sekitar kulkas, sehingga udara di sekitarnya menjadi lebih panas dari biasanya.

Gambar 2.12. Komponen Kulkas Dilihat dari samping


(www.kliktukang.com)

2.5.4. Air Conditioner (AC)


Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini
refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent
fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di
dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan
dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser relatif
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada pipi-pipa
evaporator. Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase
uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi
ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke
fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigent akan
berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena
tekanan refrigent dibuat sedemikian sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi
dan melalui evaporator tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada
dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada
kondenser. Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka
untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan energi
yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang berada
di dalam substansi yang akan didinginkan. Dengan diambilnya energi yang diambil dalam
substansi yang akan didinginkan maka enthalpi substansi yang akan didinginkan akan
menjadi turun, dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan
didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi
pendinginan yang sesuai dengan keinginan. Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka
untuk mendinginkan atau menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah
dilakukan.
Perlu diketahui Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah
fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat
dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling
coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa),
condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari
ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin,
sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan.
Pada kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara
pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan,
yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.
Gambar 2.13. Rangkaian sistem pada AC
(cvastro.com)
Bab III
Tahapan Praktikum

3.1 PERALATAN PRAKTIKUM

No Nama Gambar Fungsi


3.1 Kompresor sebagai alat untuk memampatkan
udara (fluida kerja)

3.2 Tempat penampung untuk menampung es pada


es percobaan pipa 2 dengan es.

3.3 Pressure gauge sebagai alat untuk mengukur


tekanan fluida.

3.4 Flow meter untuk mengukur kapasitas fluida

3.5 Pengatur aliran untuk mengatur aliran fluida yang di


(katup) amati

3.6 Busur Derajat alat untuk mengatur sudut putar


katup.
3.7 Termometer digunakan mengukur suhu pada
percobaan dengan es batu.

3.8 Pipa udara digunakan untuk tempat atau jalur


mengalirnya fluida gas

3.9 Untuk mengukur panjang pipa

Meteran

3.2 GAMBAR RANGKAIAN PRAKTIKUM

Gambar 3.10. Rangkaian Pipa Udara


3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM

3.3.1 Percobaan pipa 1 (pipa panjang dengan belokan)

1. Katup inlet pada pipa 1 dibuka dan katup inlet pada pipa 2 dan 3 ditutup
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.2 Percobaan pipa 2 (pipa lurus tanpa pedingin)

1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup
2. Langkah urutan kedua sampai keenam diulangi pada percobaan 1
3. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
4. Kompresor dinyalakan
5. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
6. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
7. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
8. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.3 Percobaan pipa 2 (pipa lurus dengan pendingin)

1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup.
2. Temperatur pipa didinginkan sampai konstan ( temperatur ditentukan pada waktu praktikum)
3. Kompresor dinyalakan
4. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
5. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
6. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
7. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.

3.3.4 Percobaan pipa 3 (pipa lurus dengan belokan halus)

1. Katup inlet pada pipa 3 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 2 ditutup.
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
3.4. DATA HASIL PRAKTIKUM

3.4.1. Tabel untuk Pipa 1

Panjang pipa = 2.23 m

Kapasitasawal (Q) = 12 SCFH

No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)


1 0.1 30 11
2 0.2 35 10.5
3 0.3 40 10
4 0.4 45 10
5 0.5 50 9.5

3.4.2. Tabel untuk Pipa 2 (Tanpa es)

Panjang pipa = 1.07 m

Kapasitas awal (Q) = 12 SCFH

No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)


1 0.1 20 11.5
2 0.2 30 11
3 0.3 35 10.5
4 0.4 40 10.5
5 0.5 45 10

3.4.3. Tabel untuk Pipa 2 (Dengan es)

Temperatur = 26 C

Panjang pipa = 1.07 m

Kapasitas awal (Q) = 12 SCFH


No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)
1 0.1 30 11.5
2 0.2 35 11
3 0.3 35 10.5
4 0.4 40 10
5 0.5 40 10

3.4.4. Tabel untuk Pipa 3

Panjang pipa = 1.15 m

Kapasitas awal (Q) = 12 SCFH

No. Tekanan( Kg /cm2) Sudut Putar Q(SCFH)


1 0.1 20 11.5
2 0.2 25 11
3 0.3 30 10.5
4 0.4 35 10
5 0.5 35 10

Bab IV
Analisis Data
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan daripada praktikum pipa udara
adalah mengetahui pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Hasil akhir analisa data
praktikum serta perhitungannya akan direpresentasikan dalam bentuk grafik, dan nantinya akan
ditarik kesimpulan daripada karakteristik aliran yang berbeda-beda.

4.1. PERHITUNGAN
Berdasarkan dari hasil data percobaan yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.
4.1.1 Perhitungan Percobaan Pipa 1
Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 30°
Q = 11 SFCH
L = 2,33 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 11 x 7.866*10-6 m3/s

= 8.652 *10-5 m3/s

• Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
• Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu 1,44
x10-4
𝐷𝑥𝑉𝑥ρ
Re =
𝜇𝑒
0.005 𝑥 4,407 𝑥 1,293
Re =
1,5x10−5

Re = 1,899*103
64
𝑓= =3,37*10-2
𝑅𝑒

• Menghitung luas penampang sebagai berikut.


A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2


Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0,19

• Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Q 8.652 x 10-5
V = = = 4,407 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.

f  l V 2  
1 =
2 D

0,0337 2.23  (4,407)  1,293


2
= = 188,659 N/m2
2  5  10−3

• Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( / 90)    V 2  
2 = 2

=
(90 / 90)  1,5  (4,407)2  1,293 = 18,834 N/m2
2

• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.

 V 2  
3 = 2
Karena sudut putar 30º , maka ξ = 4

4  (4,407)  1,293
2
= = 50,224 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 207,200 + 18,834 + 50,224

= 257,7125 N/m2

Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan
no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s

1 0.1 9.800 11 8,6526 x 10-5 0,0337 0,1924 4,4078

2 0.2 19.600 10.5 8,2593 x 10-5 0,0353 0,3847 4,2075

3 0.3 29.400 10 7,866 x 10-5 0,0371 0,5771 4,0071

4 0.4 39.200 10 7,866 x 10-5 0,0371 0,7695 4,0071

5 0.5 49.000 9,5 7,4727 x 10-5 0,0390 0,9619 3,8068

koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)

1 30 4 188,7263 18,8414 50,2436 257,8113

2 35 6 180,1478 17,1674 45,7799 243,0951

3 40 10 171,5694 15,5714 41,5237 228,6644

4 45 13,5 171,5694 15,5714 41,5237 228,6644

5 50 12,25 162,9909 14,0532 37,4751 214,5192

Tabel 4.1. Pipa 1: Hasil perhitungan percobaan satu

4.1.2. Pada pipa 2 (pipa lurus tanpa pendingin)

Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 20°
Q = 11.5 SFCH
L = 1.07 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 11,5 x 7.866*10-6 m3/s

= 9,045*10-5 m3/s

• Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
• Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu 1,44
x10-4
𝐷𝑥𝑉𝑥ρ
Re =
𝜇𝑒
0.005 𝑥 4,607 𝑥 1,293
Re =
1,5x10−5

Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2


Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0,19

• Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.

f  l V 2  
1 =
2 D

0,0322 1.07  (4,607)  1,293


2
= = 94,6709 N/m2
2  5  10−3
• Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( / 90)    V 2  
2 = 2

=
(90 / 90)  1,5  (4,607)2  1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
 V 2  
3 = 2
Karena sudut putar 20º , maka ξ = 1,5

1.5  (4,607)  1,293


2
= = 20,593 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 94,6709 + 20,5931 + 20,593

= 135,857 N/m2

Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut:

Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan


no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s

1 0,1 9.800 11,5 9,0459 x 10-5 0,0322 0,1924 4,6082

2 0,2 19.600 11 8,6526 x 10-5 0,0337 0,3847 4,4078

3 0,3 29.400 10,5 8,2593 x 10-5 0,0353 0,5771 4,2075

4 0,4 39.200 10,5 8,2593 x 10-5 0,0353 0,7695 4,2075

5 0,5 49.000 10 7,866 x 10-5 0,0371 0,9619 4,0071

koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)

1 20 1,5 94,6709 20,5931 20,5931 135,8572

2 30 4 90,5548 18,8414 50,2436 159,6398

3 35 6 86,4386 17,1674 68,6698 172,2759

4 40 10 86,4386 17,1674 114,4496 218,0557

5 45 13,5 82,3225 15,5714 140,1424 238,0363

Tabel 4.2. Pipa 2: Hasil perhitungan percobaan dua tanpa es

4.1.3. Pada pipa 2 (pipa lurus dengan pendingin)


Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 30°
Q = 11.5 SFCH
L = 1.07 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 11,5 x 7.866*10-6 m3/s

= 9,045*10-5 m3/s

• Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
• Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas air 26°C yaitu 1,39 x10-4
𝐷𝑥𝑉𝑥ρ
Re =
𝜇𝑒
0.005 𝑥 4,607 𝑥 1,293
Re =
1,5x10−5

Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2


Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0,19

• Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
f  l V 2  
1 =
2 D

0,0322 1.07  (4,607)  1,293


2
= −3
= 94,6709 N/m2
2  5  10
• Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( / 90)    V 2  
2 = 2

=
(90 / 90)  1,5  (4,607)2  1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.

 V 2  
3 = 2
Karena sudut putar 30º , maka ξ = 4

4  (4,607)  1,293
2
= = 54,9151 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 94,6709 + 20,5931 + 54,9151

= 170,1791 N/m2

Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :

Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan


no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s

1 0,1 9.800 11,5 9,0459 0,0322 0,1924 4,6082

2 0,2 19.600 11 8,6526 0,0337 0,3847 4,4078

3 0,3 29.400 10,5 8,2593 0,0353 0,5771 4,2075

4 0,4 39.200 10 7,866 0,0371 0,7695 4,0071

5 0,5 49.000 10 7,866 0,0371 0,9619 4,0071


koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)

1 30 4 94,6709 20,5931 54,9151 170,1791

2 35 6 90,5548 18,8414 75,3655 184,7616

3 35 6 86,4386 17,1674 68,6698 172,2759

4 40 10 82,3225 15,5714 103,8092 201,7031

5 40 10 82,3225 15,5714 103,8092 201,7031

Tabel 4.3. Pipa 2: Hasil perhitungan percobaan tiga dengan es

4.1.4. Pada pipa 3 (pipa lurus dengan belokan halus)

Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 20°
Q = 11.5 SFCH
L = 1.15 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 11,5 x 7.866*10-6 m3/s

= 9,045*10-5 m3/s

• Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
• Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu 1,44
x10-4
𝐷𝑥𝑉𝑥ρ
Re =
𝜇𝑒
0.005 𝑥 4,607 𝑥 1,293
Re =
1,5x10−5

Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2


Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0,19

• Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.

f  l V 2  
1 =
2 D

0,0322 1.15  (4,607)  1,293


2
= −3
= 101,749 N/m2
2  5  10
• Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( / 90)    V 2  
2 = 2

=
(90 / 90)  1,5  (4,607)2  1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.

 V 2  
3 = 2
Karena sudut putar 20º , maka ξ = 1,5

1.5  (4,607)  1,293


2
= = 20,593 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 101,749 + 20,5931 + 20,593

= 142,935 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :

Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan


no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s

1 0,1 9.800 11,5 9,0459 x 10-5 0,0322 0,1924 4,6082

2 0,2 19.600 11 8,6526 x 10-5 0,0337 0,3847 4,4078

3 0,3 29.400 10,5 8,2593 x 10-5 0,0353 0,5771 4,2075

4 0,4 39.200 10 7,866 x 10-5 0,0371 0,7695 4,0071

5 0,5 49.000 10 7,866 x 10-5 0,0371 0,9619 4,0071

koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)

1 20 1,5 101,7491 20,5931 20,5931 142,9354

2 25 2,2 97,3252 18,8414 27,6340 143,8006

3 30 4 92,9013 17,1674 45,7799 155,8486

4 35 6 88,4775 15,5714 62,2855 166,3344

5 35 6 88,4775 15,5714 62,2855 166,3344


Tabel 4.4. Pipa 3: Hasil perhitungan percobaan empat
4.2 ANALISA GRAFIK
4.2.1 Grafik Tekanan (P) vs Gaya (F)

1.2000

1.0000

0.8000
Gaya (N)

pipa 1
0.6000
pipa 2 tanpa es
pipa 2 dengan es
0.4000
Pipa 3

0.2000

0.0000
0 20,000 40,000 60,000

Tekanan (N/m2)

Grafik 4.1. Tekanan vs Gaya

Grafik 4.1 di atas menggambarkan pengaruh tekanan terhadap besarnya gaya yang
terjadi. Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin besar tekanan maka semakin besar
gaya, begitu juga sebaliknya, semakin kecil tekanan maka semakin kecil pula gayanya.
Hal ini dikarenakan semakin besar tekanan pada pipa, maka semakin besar pula gaya
yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida. Hal ini sesuai dengan persamaan :

F=PxA

Dimana besarnya gaya (F) berbanding lurus dengan tekanan (P) untuk luasan yang konstan
(luasan pada praktikum tersebut kontstan karena diameter pipa termasuk konstanta).

4.2.2 Grafik Tekanan (P) dengan Kapasitas (Q)


9.5

Kapasitas (m3/s) 9

8.5 pipa 1
pipa 2
8 Pipa 2 dengan es
Pipa 3

7.5

7
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)

Grafik 4.2. Tekanan vs Kapasitas

Dari grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa kapasitas (Q) berbanding terbalik dengan tekanan
(P), semakin besar nilai kapasitas (Q), maka nilai tekanan (P) akan semakin kecil. Hal ini
dikarenakan ketika tekanan besar berarti diameter pipa mengecil, sehingga debit air yang
dihasilkan juga mengecil. Ini sesuai dengan persamaan berikut :

Q=VxA Q = V x (F/P)

Dari persamaan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai tekanan (P) kecil, maka nilai
kapasitas (Q) semakin besar. Hal ini dikarenakan nilai kapasitas (Q) berbanding terbalik dengan
tekanan (P)

4.2.3 Grafik Tekanan (P) dengan Sudut Putar (θ)


60

50

Sudut Putar (0) 40


Pipa 1
30
Pipa 2

20 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
10

0
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)

Grafik 4.3. Tekanan vs Sudut

Dari grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai sudut putar (θ) semakin besar, maka nilai
tekanan (P) semakin besar pula dan nilai kapasitas (Q) semakin kecil. Hal ini dikarenakan
ketika sudut putar semakin besar maka besar diameter pipa semakin mengecil, hal ini
berakibat pada meningkatnya tekanan, dan menurutnya debit air yang dihasilkan. Sesuai
dengan persamaan berikut :

x(Q.P ) 2 x
 V  
2
 =
2 2 F .d
Dimana nilai koefisien hambatan (  ) itu bergantung pada seberapa besar sudut
putar katup (θ). Semakin besar sudut putar (θ) katup, maka semakin besar pula nilai
koefisien hambatan (  ) (sudut putar katup berbanding lurus dengan niai koefisien

hambatan). Dan ketika nilai koefisien hambatan semakin besar maka nilai
tekanan (P) juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena nilai tekanan (P)
berbanding lurus dengan nilai koefisien hambatan (  ).

4.2.4 Grafik Tekanan (P) dengan 1, 2, 3


200.0000
180.0000
160.0000
140.0000
120.0000
P1 (N / m2)

Pipa 1
100.0000
Pipa 2
80.0000
Pipa 2 dengan es
60.0000
40.0000 Pipa 3

20.0000
0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)

Grafik 4.4. Tekanan vs 1

Dari grafik 4.4 dapat diketahui hubungan tekanan dengan loses yang diakibatkan oleh
panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang terjadi. Semakin
kecil tekanan yang dibuat, maka semakin besar loses yang terjadi. Hal ini dikarenakan
ketika pipa semakin panjang, maka semakin banyak pula gesekan yang terjadi antara
fluida dengan material pipa, dimana gesekan ini yang mengakibatkan losses dan
mengurangi nilai tekanan yang ada. Didalam rangkaian instalasi pipa udara, terdapat
beberapa loses yang harus diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang pipa (∆P1),
belokan dan aksesoris (∆P2), serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan
mengenai hubungan antara tekanan dengan loses yang terjadi.
25.0000

20.0000

P2 (N / m2) 15.0000
Pipa 1
Pipa 2
10.0000
Pipa 2 dengan es
Pipa 3
5.0000

0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N / m2)

Grafik 4.5. Tekanan vs 2

Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka gambar
diatas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya (∆P2). Pada
grafik 4.5 membuktikan bahwa semakin banyak belokan dan aksesoris pada pipa
menyebabkan tekanan semakin menurun, hal ini dikarenakan ketika semakin banyak
belokan dan akesoris lainnya, maka semakin banyak pula gesekan fluida dengan material
pipa, sehingga menimbulkan losses, dan mengurangi tekanan yang ada. Mengenai nilai
loses yang terjadi akibat belokan, dapat dilihat pada tabel due banding. Penjelasan
mengenai grafik hubungan tekanan dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan
sebelumnya diakibatkan oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil tekanan yang dibuat,
maka semakin besar loses yang terjadi.
160.0000

140.0000

120.0000

100.0000
P3 (N / m2)

Pipa 1
80.0000 Pipa 2

60.0000 Pipa 2 dengan es


Pipa 3
40.0000

20.0000

0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N / m2)

Grafik 4.6. Tekanan vs 3

Yang terakhir ialah loses yang diakibatkan pada bukaan katup. Bukaan katup sangat
berpengaruh pada tekanan yang terjadi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
apabila semakin besar sudut yang digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil
luas penampang yang dilalui oleh udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Hal ini
juga dapat dibuktikan dengan melihat grafik 4.6. Tekanan sebenarnya terjadi karena
akibat terjadi back flow sebelumnya. Besar nilai loses yang diakibatkan karena bukaan
katup, dapat dilihat pada table due valve opening.

Dapat dilihat dari grafik bahwa, ΔP1(rugi akibat gesekan)akan semakin kecil seiring
bertambahnya tekanan, maka kecepatannya akan semakin menurun, dimana rugi gesek
ini sebanding dengan kecepatan, berdasarkan persamaan :

ΔP1=   l  V   ,
2

2 D

2 =
( / 90)    V 2  
2

 V 2  
3 =
2

Sehingga semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula rugi geseknya. Begitu juga dengan
ΔP2 (rugi akibat belokan) akan semakin meningkat seiring bertambahnya tekanan.
Sedangkan untuk ΔP3(rugi akibat katup) bertambah seiring bertambahnya koefisien
hambatannya, walaupun kecepatannya menurun, namun kenaikan koefisien hambatan
menyebabkan rugi akibat belokan dan akibat katup juga mengalami peningkatan.

4.2.5 Grafik Kapasitas (Q) dengan Gaya (F)

1.2000

1.0000

0.8000
Gaya (N)

Pipa 1
0.6000
Pipa 2
0.4000 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
0.2000

0.0000
7 7.5 8 8.5 9 9.5
Kapasitas (m3 / s)

Grafik 4.7. Kapasitas vs Gaya

Dari grafik 4.5 di atas hubungan antara kapasitas aliran fluida (Q) dan besarnya gaya (F)
yang terjadi adalah berbanding terbalik. Jika nilai kapasitas (Q) semakin besar, maka
nilai gaya (F) akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika kapasitas air meningkat maka
gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida semakin kecil karena sudah ada gaya
yang dihasilkan oleh pompa, selain itu ketika kapasitas air besar, maka diameter pipa
juga besar, sehingga tekanannnya mengecil. Berdasarkan persamaan yang ada dapat di
ketahui bahwa Q = V x A, sedangkan untuk mendapatkan nilai F dapat dicari dari
persamaan F = P x A. Sehingga didapatkan persamaan baru Q = V x (F/P), dari persamaan
ini dapat kita simpulkan bahwa besarnya kapasitas aliran fluida berbanding terbalik
dengan gayanya. Sehingga pernyataan ini telah sesuai dengan grafik yang diperoleh dari
percobaan ini.

4.2.6 Grafik Kapasitas dengan Sudut Putar (θ)


55

50

45
Sudut Putar ( 0 )
40
Pipa 1
35
Pipa 2
30 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
25

20

15
6 7 8 9 10
Kapasitas (m3/s)

Grafik 4.8. Kapasitas vs Sudut Putar (θ)

Hubungan antara kapasitas (Q) dengan sudut putar (θ) dapat dilihat pada gambar grafik
4.8 diatas. Apabila nilai dari sudut putar katup bernilai kecil, maka kapasitas udara yang
mengalir mempunyai nilai yang besar, tetapi apabila sudut putar dari katup bernilai
besar, maka kapasitas udara yang mengalir mempunyai nilai yang kecil. Hal tersebut
diakibatkan karena sudut putar dari katup mempengaruhi besar kecilnya luasan
penampang pipa yang dialiri udara, sehingga berdampak pula pada kapasitas yang
dihasilkan. Formula dibawah ini akan membuktikan hal tersebut.

Q=vxA

Apabila kecepatan aliran udara (v) dianggap konstan, maka apabila sudut putar bernilai
besar, maka luas penampang (A) akan bernilai kecil yang mengakibatkan kapasitas
aliran udara pun kan menjadi kecil juga.

4.2.7 Grafik Kapasitas dengan 1, 2, 3


200.0000

180.0000

160.0000

140.0000

P1 (N/m2) 120.0000
Pipa 1
100.0000
Pipa 2
80.0000
Pipa 2 dengan es
60.0000 Pipa 3
40.0000

20.0000

0.0000
7 8 9 10
Kapasitas (m3/s)

Grafik 4.9. Kapasitas vs 1

Dari gambar grafik 4.9 diatas, dapat diketahui hubungan kapasitas dengan loses yang
diakibatkan oleh panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang
terjadi. Semakin besar loses yang terjadi, maka semakin besar pula kapasitas udara yang
mengalir. Hal ini dikarenakan ketika losses akibat panjang pipa semakin besar
mengakibatkan tekanan mengecil, dari tekanan yang kecil inilah kapasitas semakin besar
Didalam rangkaian instalasi pipa udara, terdapat beberapa loses yang harus
diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2),
serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan mengenai hubungan antara
kapasitas dengan loses yang terjadi.
25.0000

20.0000

15.0000
P2 (N/m2) Pipa 1
Pipa 2
10.0000
Pipa 2 dengan es
Pipa 3
5.0000

0.0000
6.5 7.5 8.5 9.5
Kapasitas (m3/s)

Grafik 4.10. Kapasitas vs 2

Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka grafik
4.10 di atas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya (∆P2).
Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan. Penjelasan mengenai grafik hubungan
kapasitas dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan sebelumnya yang diakibatkan
oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil loses yang terjadi, maka semakin kecil juga
kapasitas udara yang mengalir dalam instalasi pipa. Hal ini dikarenakan ketika losses
akibat panjang pipa semakin besar mengakibatkan tekanan mengecil, dari tekanan yang
kecil inilah kapasitas semakin besar
160.0000

140.0000

120.0000

100.0000
P3 (N / m2)

Pipa 1
80.0000 Pipa 2
60.0000 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
40.0000

20.0000

0.0000
7 7.5 8 8.5 9 9.5
Kapasitas (m3/s)

Grafik 4.11. Kapasitas vs 3

Dalam grafik 4.11 di atas menunjukkan hubungan antara kapasitas dengan loses yang
diakibatkan oleh katup (ΔP3), memang sedikit membingungkan. Gambar grafik diatas
menunjukkan dalam kondisi tertentu ketika nilai kapasitas rendah, maka loses yang
terjadi tinggi, tetapi ada beberapa titik dimana malah sebaliknya, semakin rendah nilai
kapasitas, maka semakin rendah pula loses yang terjadi. Dalam data yang didapatkan
dari hasil praktikum menunjukkan, bahwa sebagian besar hubungan antara kapasitas
dengan loses akibat dari katup menunjukkan bahwa, semakin rendah nilai kapsitas, maka
semakin tinggi nilai loses yang terjadi, tetapi semakin tingggi nilai kapasitas, maka
semakin rendah loses yang timbul. Hal ini dikarenakan apabila semakin besar sudut yang
digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil luas penampang yang dilalui oleh
udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Sehingga kapasitas menurun.
NUR IRWAN SETIAWAN
4215100065

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
instalasi pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Terdapat beberapa
kerugian / losses yang dapat menghambat laju aliran fluida sebagai berikut.
• Kerugian akibat panjang pipa
• Kerugian pada saluran akibat belokan
• Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
Dari hasil percobaan 2 dan 3 disimpulkan bahwa temperatur memiliki pengaruh terhadap
kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas udara semakin
rendah pula karena losesnya yang semakin besar akibat meningkatnya fiskositas fluida karena
penurunan suhu dan sebaliknya.
5.2 Saran

Sebenarnya dalam praktikum kali ini praktikan sudah memahami langkah langkah
percobaan dengan urut tanpa mengabaikan aturan. Namun dari hasil praktikum dapat
disimpulkam bahwa seharusnya para praktikan lebih memahami terlebih dahulu teori yang
diterapkan dalam praktikum. Sehingga para praktikan tidak mengalami kesulitan melakukan
perhitungan dalam analisis data.

5.3 Jawaban Pertanyaan

1. Sistem instalasi pipa udara adalah suatu instalasi sebagai tempat mengalirnya fluida gas
dengan karakteristik pipa yang mempengaruhi aliran fluidanya.

2. Kompresi yang mungkin terjadi antara lain:

• Kompresi isotermal, terjadi pada percobaan pipa 1, pipa 2 (tanpa es), dan pipa 3 dalam
artian tidak ada perubahan suhu pada pipa
• Kompresi adiabatik, terjadi pada saat katup tertutup dalam artian tidak ada energi
yang masuk ataupun keluar dari sistem
• Kompresi politropik, terjadi pada saat percobaan pipa 2 (dengan es) karena ada
perubahan suhu atau kalor pada pipa

3. Terdapat pengaruh temperatur pada instalasi pipa udara yaitu pada losses. Dimana semakin
rendah temperatur maka semakin tinggi nilai losses. Hal ini dikarenan pada saat temperatur
rendah udara yang terdapat di dalam pipa akan menyusut sehingga nilai kapasitas mengecil.
4. Pengaruh losses pada pipa udara yaitu semakin tinggi losses maka membuat nilai kapasitas
fluida akan semakin kecil dan tekanan semakin besar. Tekanan semakin besar maka diikuti
kecepatan yang mengecil, dimana kecepatan berpengaruh pada nilai losses dibuktikan pada
rumus losses akibat panjang pipa Δ𝑷=𝝀.𝒍.𝒗𝟐.𝝆𝟐𝒅

5. Losses pada pipa terdiri dari 3 jenis, antara lain :

• Nilai losses akibat panjang pipa dapat dicari dengan menggunakan rumus :

f  l V 2  
1 =
2 D
• Nilai losses akibat belokan dan fitting dapat dicari dengan menggunakan rumus :

( / 90)    V 2  
• 2 = 2

• Nilai losses diakibatkan oleh katup dapat dicari dengan menggunakan rumus :

 V 2  
3 =
2

Serta nilai friction dapat dicari dengan menggunakan diagram modody

6. Hubungan – hubungan grafik :

• Hubungan tekanan dengan gaya ialah semakin tinggi tekanan maka gaya yang
dibutuhkan fluida semakin besar (berbanding lurus)
• Hubungan tekanan dengan kapasitas adalah berbanding terbalik. Semakin besar
tekanan maka semakin kecil kapasitasnya
• Hubungan tekanan dengan bukaan katup adalah berbanding lurus. Semakin
besar bukaan katup maka semakin besar tekanannya
• Hubungan tekanan dengan rugi-rugi berbanding lurus, semakin besar tekanan
diikuti dengan besar kecepatan sehingga membuat rugi-rugi semakin besar

7. Hubungan kapasitas dengan gaya adalah berbanding terbalik begitu juga dengan kapasitas
berbanding lurus dengan rugi-rugi

8. SCFH singkatan dari Standart Cubic Feet per Hour, yaitu satuan kapasitas dalam british 1
SCFH = 0,028 m3/jam

9. Aplikasi pipa udara berhubungan dengan udara bertekanan, dimana contoh aplikasi instalasi
udara bertekanan antara lain alat suntik, semprotan pestisida, kompressor, selang LPG
10. Aplikasi pipa udara :

• Aplikasi pada first starting engine menggunakan prinsip udara bertekanan untuk
menggerakkan piston hingga mesin dapat melakukan self-ignition.
• Aplikasi pada saluran gas turbin pada engine kapal
• Pipa pembuangan gas,untuk pembuangan hasil bakar main engine (mesin induk)
Muhammad Adhitya Muslim
4215100015

Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
• Losses pada pipa udara terbagi menjadi losses akibat panjang pipa,
belokkan dan fitting, dan katup. Pada panjang pipa, semakin panjang
pipa maka semakin banyak loss yang terjadi. Pada belokan dan fitting,
semakin banyak belokan dan fitting maka semakin banyak pula loss
yang terjadi. Dan pada katup, semakin banyak putaran katup maka loss
semakin besar karena saluran pipa semakin sempit
• Pengaruh suhu yang diujikan pada praktikum adalah saat praktikum
suhu diturunkan menjadi 26OC dan loss yang terjadi semakin besar,
dapat disimpulkan bahwa jika suhu semakin rendah maka loss yang
terjadi semakin besar
5.2 Saran
Peralatan praktikum sebaiknya diganti untuk bagian yang rusak.

5.3 Jawaban Pertanyaan


1) Sistem instalasi pipa udara adalah suatu instalasi sebagai tempat mengalirnya fluida gas
dengan karakteristik pipa yang mempengaruhi aliran fluidanya.
2) Kompresi politropik atau kompresi adiabatik dan isothermik karena ada mekanik yang
diberikan dari luar ke gas dan adanya perubahan panas.
3) Suhu yang lebih rendah akan memengaruhi kapasitas akhir yang akan menjadi lebih
rendah pula.
4) Suhu yang rendah menyebabkan losses pada instalasi pipa udara menjadi lebih besar.
5) Cara menghitung losses
Nilai losses akibat panjang pipa dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝜆 𝑙 𝑣2𝜌
∆𝑃 =
2𝑑
Nilai losses akibat belokan dan fitting dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝛽
( ) 𝜉𝑣 2 𝜌
90
Δ𝑃 =
2
Nilai losses diakibatkan oleh katup dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝜉𝑣 2 𝜌
Δ𝑃 =
2
Serta nilai friction dapat dicari dengan menggunakan diagram moody
6) Tekanan berbanding lurus dengan gaya, semakin besar gaya maka semakin besar juga
tekanannya dan sebaliknya.
Semakin besar tekanan, semakin kecil pula kapasitasnya.
Semakin kecil bukaan katup, semakin besar tekanan, karena semakin kecil luas
permukaan maka tekanan semakin besar.
Semakin besar rugi-rugi atau losses, maka semakin besar pula tekanannya.
7) Semakin besar kapasitas, maka semakin kecil tekanannya. Semakin besar rugi-rugi atau
losses maka kapasitas akan semakin kecil.
8) SCHF adalah satuan yang lain dari kapasitas yang digunakan pada sistem British. 1 SCHF =
0.02832 Nmᶟ/Hour
9) Aplikasi pipa udara
Alat pompa ban
Pipa gas bertekanan di bawah tanah
Pipa pada steam generator
Penyemprot pestisida
10) Aplikasi di bidang marine
Starting system
Pipa udara untuk pendinginan dikapal
Instalasi pipa udara untuk membersihkan sea chest
Haniefuddin Rifky
4215100007

Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Pada instalasi pipa udara losses dapat disebabkan karena panjang pipa (loss major) dan
karena fitting pada pipa (loss minor)
Temperatur sangat berpengaruh terhadap head loss ditunjukkan bahwa pipa yang didinginkan
memiliki head loss yang lebih besar dari pada yang tidak didinginkan

5.2 Saran
Untuk mengetahui berapa besar bukaan katup kita menggunakan busur derajat tetapi tidak
bisa presisi dikarenaakan kurang mendukungnya alat yang ada. Dari hal tersebut maka data
yang dihasilkan relatif kurang valid

5.3 Jawaban Pertanyaan


1.) Instalasi pipa udara adalah suatu sistem perpipaan yang mengalirkan fluida berupa gas
atau udara dari satu tempat ke tempat lain
2.) Jenis kompresi yang mungkin terjadi adalah kompresi politropik karena ada kenaikan
suhu sehingga bukan isotermal dan ada panas yang dipancarkan keluar sehingga bukan
adiabatik
3.) Tinggi rendahnya temperatur berbanding terbalik dengan lossesnya. Semakin besar
losses maka semakin kecil kapasitas udara yang dipindahkan sedangkan semakin besar
temperatur maka semakin besar pula kapasitas udara yang dipindahkan
4.) Seperti yang telah dijelaskan pada jawaban pertanyaan nomor tiga, semakin besar
losses maka semakin kecil kapasitas udara yang dipindahkan.
5.) Perhitungan loses pada instalasi pipa dapat dideteksi atau ditemukan dengan mencari
perbedaan tekanan pada bagian pipa sebelum dan sesudah bagian yang akan diukur.
Pressure drop lalu dapat dihitung dengan rumus : (P2- P1)/(ρ ×g)
6.) Takanan dengan gaya adalah berbanding lurus, sesuai dengan rumus P= F/A
Tekanan dengan dengan kapasitas adalah berbanding terbalik sesuai dengan rumus
P=F/A dan Q=A.v sehingga didapat Q=v.F/P
Tekanan dengan bukaan katup adalah berbanding terbalik sesuai dengan rumus P=F/A
Tekanan dengan rugi-rugi adalah berbanding lurus
7.) Kapasitas dengan gaya adalah berbanding lurus sesuai dengan persamaan Q=v.F/P
Kapasitas dengan losses adalah berbanding terbalik
8.) SCFH ialah singkatan dari Standard Cubic Feet per Hour adalah satuan Inggris / Imperial
unit untuk kapasitas.
9.) Aplikasi sistem pipa udara adalah pada blower dan sistem pneumatis
10.)Sistem perpipaan exhaust kapal, dimana udara panas bertekanan dapat dimanfaatkan
untuk turbocharger.
- Untuk membersihkan sea chest pada turbo charger Udara bertekanan dapat dialirkan
ke ruangan sempit yang kemudian dapat membersihkan ruangan sempit tersebut.
- system udara bertekanan untuk menyemprotkan kerang – kerangan laut di kamar
mesin menggunakan udara bertekanan tinggi yang kemudian diarahkan ke kerrang yang
menempel. Dengan arus udara yang besar membuat kerang lepas dari dinding kamar
mesin.
Rifaldi Agung Triambodo

4215100030

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada praktikum ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Losses pada pipa udara terbagi menjadi losses akibat panjang pipa, belokkan dan fitting, dan
katup. Pada panjang pipa, semakin panjang pipa maka semakin banyak loss yang terjadi. Pada
belokan dan fitting, semakin banyak belokan dan fitting maka semakin banyak pula loss yang
terjadi. Dan pada katup, semakin banyak putaran katup maka loss semakin besar karena
saluran pipa semakin sempit
2. Nilai Kapasitas (Q) pipa 2 (dengan es) lebih kecil dibanding kapasitas (Q) percobaan pipa 2
(tanpa es) dengan tekanan yang sama. Hal membuktikan bahwa pipa bersuhu rendah
membutuhkan tekanan yang lebih untuk mencapai kapasitas yang sama.

5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Sebaiknya semua peserta yang terlibat (termasuk pengawas dan grader) memakai seragam
safety
2. Ketepatan waktu serta kedisiplinan ketika akan praktikum harus dipertegas antara grader dan
praktikan agar tidak terjadi keterlambatan waktu memulai praktikum dan tidak saling
menunggu
3. Pada saat praktikum sebaiknya grader harus selalu mendampingi agar tidak ada kesalahan
dalam pengambilan data

5.3. Jawaban Pertanyaan


1. Instalasi pipa udara merupakan suatu sistem perpipaan yang mengalirkan fluida yang berupa
gas dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Jenis kompresi yang mungkin terjadi antara lain :
• kompresi adiabatis, dimana hal ini terjadi pada percobaan 1 dan 4 yang tidak ada panas
yang keluar ataupun masuk dari pipa udara itu sendiri.
• Kompresi politropik, dimana itu terjadi pada percobaan 2 dan 3 dimana terjadi perubahan
suhu akibat diberikannya es batu pada percobaan yang ketiga.
• Kompresi isothermal juga terjadi pada percobaan 1 an 4 yang tidak terjadi perubahan suhu
pada sistem pipa udara tersebut.
3. Dari hasil percobaan pada pipa 2 di dapatkan hasil bahwa temperatur memiliki pengaruh
terhadap kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas udara
semakin rendah pula
4. Pengaruh losses pada pipa udara yaitu semakin tinggi losses maka membuat nilai kapasitas
fluida akan semakin kecil dan tekanan semakin besar
5. Cara menghitung loses pada pipa udara adalah dengan cara mencari nilai head loss mayor dan
minornya lalu dijumlahkan. Head loss mayor itu dipengaruhi oleh gaya gesek fluida terhadap
permukaan pipa, rumusnya yaitu 𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 𝑓 𝑥 (𝐿/𝐷) 𝑥 (𝑣2/2𝑔) dimana untuk mencari nilai f
atau friction numpernya menggunakan diagram moody dengan mencari nilai Relatif Roughnes
= 𝜀/𝐷 dimana 𝜀 adalah koefisien roughnes dari material pipa dan D adalah diameter pipa. Dan
harus mencari nilai reynold number yaitu 𝑅𝑛 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑥 𝐷/𝜇 , dimana 𝜇 adalah viskositas fluida
tersebut. Setelah head mayor, selanjutnya adalah mencari nilai head minor dimana 𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 =
𝑘 𝑥 (𝑣2/2𝑔) dimana k merupakan nilai jumlah konstanta dari viting dan aksesori yang digunakan
pada pipa udara. Sehingga nilai losesnya adalah nilai head loss minor ditambah dengan nilai
head mayor.
6. Hubungan-hubungan :
• Hubungan antara Tekanan (P) dan Gaya(F)
Semakin tinggi tekaan maka gayanya pun akan semakin besar sebagaimana ditunjukkan
pada rumus P = F/A yang menunjukkan bahwa P berbanding lurus dengan F
• Hubungan antara Tekanan (P) dengan Kapasitas (Q)
Semakin tinggi tekanan maka nilai kapasitas dari aliran fluida akan semakin kecil
sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan berbanding terbalik dengan kapasitas
• Hubungan antara Tekanan (P) dengan Bukaan katup
Semakin kecil bukaan katup maka tekanan akan semakin besar karena luas permukaan
bukaan katup akan semakin kecil. Dan sebaliknya sehingga dapat dikatakan berbanding
terbalik
• Hubungan antara Tekanan (P) dengan Loses
Semakin besar loses makan tekanan pada aliran pipa air akan semakin tinggi. Sehingga
berbanding lurus antara tekanan dan loses
7. Hubungan hubungan :
• Hubungan antar Kapasistas (Q) dengan Gaya (F)
Hubungan kapasitas dengan gaya adalah berbanding terbalik, semakin besar kapasitas
makan gaya yang dihasilkan pun akan smakin kecil
• Hubungan antara Kapasistas (Q) dengan Loses
Semakin besar nilai loses maka kapasitas akan semakin kecil atau semakin besar
kapasistas nilai losesnya semakin kecil pada kasus yang sama, sehingga hubungannya
adalah berbanding terbalik.
8. SCHF adalah adalah satuan british dari kapasistas (Q) dimana SCHF itu sendiri kependekan dari
(Square Cubic per Hour Feet) dimana nilai 1 SCFH = 0.02832 Nmᶟ/Hour
9. Contoh aplikasi instalasi pipa udara yaitu pipa sistem pendingin udara pada kantor dan mall,
selang pada gas LPG, selang pada pompa ban
10. Instalasi pipa udara pada bidang marine :
• Sistem perpipaan kapal crude oil tanker, dimana udara panas disalurkan ke tanki-tanki
minyak untuk menjaga suhu minyak agar tetap hangat, sehingga tidak terjadi
pengendapan.
• Sistem perpipaan exhaust kapal, dimana udara panas bertekanan dapat dimanfaatkan
untuk turbocharger.
• Perpipaan udara pada Main Engine berjenis diesel atau otto untuk memasukkan Oksigen.
Aan Agus Hendrianto
4215100033

Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan
Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
instalasi pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Terdapat beberapa
kerugian / losses yang dapat menghambat laju aliran fluida sebagai berikut.
• Kerugian akibat panjang pipa
• Kerugian pada saluran akibat belokan
• Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
Dari hasil percobaan 2 dan 3 disimpulkan bahwa temperatur memiliki pengaruh terhadap
kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas udara semakin
rendah pula karena losesnya yang semakin besar akibat meningkatnya fiskositas fluida karena
penurunan suhu dan sebaliknya.

5.2 Saran
Dalam pratikum kali ini, pratikan sudah memenuhi atribut sebagai pratikan yaitu memakai
seragam safety, namun untuk grader belum memakainya. Saran saya, untuk kegiatan
praktikum sebaiknya semua yang terlibat (termasuk pengawas dan grader) memakai
seragam safety. Karena ini bertujuan untuk kepentingan dari keselamatan individu sendiri.
Terimakasih.

5.3 Jawaban Pertanyaan


1. Instalasi pipa udara adalah suatu sistem perpipaan yang mengalirkan fluida gas dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selama proses berlangsung terjadi kerugian / losses akibat
instalasi seperti belokan, katup, fitting, dan dari pipa itu sendiri. Kerugian ini perlu
dihitung untuk mengetahui energi yang hilang selama proses berlangsung. Fluida gas
sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan, misalnya temperatur dan tekanan. Untuk itu
faktor lingkungan harus diperhatikan dalam setiap instalasi pipa udara.

2. Kompresi yang mungkin terjadi diantaranya adalah :


• Kompresi isothermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka ini berarti ada energy mekanik yang diberikan
dari luar kepada gas. Energi ini diubah menjadi energy panas sehingga temperature gas
akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses kompresi ini dibarengi dengan
pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi, temperature dapat dijaga tetap.
P1V1 = P2V2
• Kompresi Adiabatik
Jika silinder diisolasi secara sempurna terhadap panas, maka kompresi akan
berlangsung tanpa ada panas yang keluar dari gas atau masuk kedalam gas. Hubungan
antara tekanan dan volume dalam proses adiabatik dinyatakan dalam :
P1.V1k = P2.V2k
• Kompresi Politropik
Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses isotermal,
karena ada kenaikan temperatur. Namun juga bukan proses adiabatic karena ada panas
yang dipancarkan keluar. Jadi proses kompresi yang sesungguhnya ada diantara keduanya
P1.V1n = P2.V2n
Dimana :
P1, P2 = tekanan (kgf/m2)
V1, V2 = volume (m3)
k = indeks adiabatic
n = indeks politropik (1,25 – 1,35)
3. Jadi, Dari hasil percobaan 2 dan 3 disimpulkan bahwa temperatur memiliki pengaruh
terhadap kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas
udara semakin rendah pula karena losesnya yang semakin besar akibat meningkatnya
fiskositas fluida karena penurunan suhu dan sebaliknya.
4. Pengaruh losses pada pipa udara yaitu semakin tinggi losses maka membuat nilai
kapasitas fluida akan semakin kecil dan tekanan semakin besar. Tekanan semakin besar
maka diikuti kecepatan yang mengecil, dimana kecepatan berpengaruh pada nilai losses
dibuktikan pada rumus losses akibat panjang pipa Δ𝑷=𝝀.𝒍.𝒗𝟐.𝝆 /𝟐𝒅
5. Selama proses perpindahan fluida terjadi beberapa kerugian / losses, untuk
menghitungnya kita harus menjumlahkan setiap losses yang ada, diantaranya adalah :
• Kerugian akibat panjang pipa
• Kerugian pada saluran akibat belokan
• Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
6. Hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas, tekanan dengan
bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi diantaranya adalah :
• Hubungan tekanan dengan kapasitas adalah berbanding terbalik,
• Hubungan antara tekanan dengan sudut adalah berbanding lurus,
• Hubungan tekanan dengan gaya adalah berbanding lurus,
• Hubungan tekanan dengan rugi-rugi berbanding lurus.
7. Hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses sebagai berikut :
• Hubungan kapasitas dengan gaya adalah berbanding terbalik
• Hubungan kapasitas dengan losses adalah berbanding lurus
8. SCFH singkatan dari Standart Cubic Feet per Hour. SCFH sendiri adalah sebuah satuan
kapasitas dalam british 1 SCFH = 0,028 m3/jam
9. Contoh aplikasi instalasi pipa udara diantaranya adalah :
• Penyemprot pestisida
• Pembersih mesin di bengkel – bengkel
• First starting engine
10. 3 aplikasi pipa udara di dunia marine sebagai berikut :
• Sistem perpipaan exhaust kapal, dimana udara panas bertekanan dapat
dimanfaatkan untuk turbocharger.
• Sistem udara bertekanan untuk membersihkan lubang seachest
• Aplikasi pada first starting engine menggunakan prinsip udara bertekanan untuk
menggerakkan piston hingga mesin dapat melakukan self-ignition.

Daftar Pustaka
Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Tim, 2016, Modul Praktikan Mesin Fluida (ME 141307). Surabaya:
Lab Mesin Fluida dan Sistem.

Admin, 2016, Axial Flow Compressor. [online] Sumber : <http:/www.china-


ogpe.com/buyingguide_content/axial_flow_compressor-1613> [Terakhir diakses 15
Oktober 2016]

Admin, 2016. The Engineering Toolbox. [online] Sumber :<www.engineeringtoolbox.com> [Terakhir


diakses 15 Oktober 2016]

Medan, Muhammad Firdaus Ami, 2014, Sistem Starter Kapal. [online] Sumber :
<htpp://okenetmesin.blogspot.co.id/2014/04/sistem-starter-kapal> [Terakhir diakses
15 Oktober 2016]

Onny, 2016. Macam-macam Kompressor Gas. [online] Sumber : <http://artikel-teknologi.com/macam-


macam-kompresor-gas> [Terakhir diakses 15 Oktober 2016]

Fredianto, Anton, 2012. Kompressor AC – Komponen Utama AC. [online] Tersedia melalui :
<http://www.bloganton.info/2012/11/kompressor-ac-komponen-utama-ac> [Terakhir
diakses 15 Oktober 2016]

Das könnte Ihnen auch gefallen