Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Islam
Dosen Pengampu :
Aneu Cahyaneu, S. Pd., M.E.Sy.
Budhi Pamungkas G, S. E., M. Sc.
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT . Karena atas izin dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan dan dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Asuransi Syariah” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Lembaga Keuangan Islam . Penulis membuat makalah ini agar para pembaca, khususnya
penulis dapat mengetahui dan memahami salah satu bentuk jenis produk non bank yaitu
asuransi syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak selaku dosen bidang studi
Lembaga Keuangan Islam yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Tidak lupa untuk kedua orangtua dan teman-teman kelas Manajemen A angkatan 2017 juga
penulis ucapkan terima kasih karena turut membantu sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
4.2. Saran......................................................................................................................... 20
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba
menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Asuransi
sendiri memiliki arti pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, dimana
pihak satu berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Untuk kegunaan yang
berbeda-beda tergantung pemegang polis menggunakannya untuk apa.
Asuransi dalam islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul
resiko di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang lainnya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dicoba
jelaskan perbedaan Antara asuransi konvensional dan syariah, kemudian akad yang
digunakan dan pengetahuan lainnya mengenai asuransi syariah.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
Didalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa,
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak
tertentu”. Kemudian menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di
Indonesia, asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada
pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.
Berdasaarkan pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam
Asuransi, yaitu:
1. Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada
pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur
2. Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada
pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil
3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi
Secara singkatnya asuransi adalah mentransfer resiko karena kita tidak tahu resiko apa
di masa mendatang yang akan kita hadapi dan langkah mengambil asuransi ini adalah untuk
menjaga kemudian memberikan rasa aman kepada pemegang asuransi dan sebagai gantinya
sebagai pemegang asuransi wajib untuk membayar premi kepada pihak perusahaan asurani
sesuai dengan jumlah yang telah disepakati.
Tujuan asuransi sendiri enurmut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H.,
asuransi itu mempunyai tujuan, pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang
ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang
mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal ini ialah, bahwa
lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung resiko dari kekurangan nilai benda-benda
itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan akan memberikan suatu kepastian mengenai
3
4
kestabilan dari nilai harat bendanya itu jika ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu
perusahaan, dimana dia sendiri saja tidak berani menanggungnya. Kemudian yang
dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman bahwa orang-orang lain yang menerima resiko
itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata melakukan itu demi prikemanusiaan saja
dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan mereka jadi korban
untuk membayar sejumlah uang yang besar mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan
oleh peristiwa-peristiwa itu. Para penanggung biasanya sudah bisa memperhitungkan dari
kejadian-kejadian yang sebelummya sudah terjadi tentang penggantian kerugian sehingga
dapat memberikan suatu kesempatan yang layak untuk adanya keuntungan.
Berdasarkan pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan
keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan asuransi diri (kecelakaan
atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang
menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian
(yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi
dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko
kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
3. Asuransi Sosial
Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan
jaminan dasar bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan
komersial.
5
B. Asuransi Syariah
Dalam Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah saw.
Cikal-bakal konsep asuransi Islam menurut sebagian ulama adalah al-diyah `ala al-`āqilah. al-
`āqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Jika salah satu anggota suku
terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai
kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut
dikenal dengan al-`āqilah. Setelah Islam datang, sistem al-`āqilah disahkan oleh Rasulullah
saw. menjadi bagian dari Hukum Islam. Bahkan, al-‘aqilah tertuang dalam Piagam Madinah.
Pada periode berikutnya, al-‘aqilah atau asuransi ini terus dijalankan oleh para khalifah
terutama pada masa Khalifah Umar bin Khattab sampai sekarang. (Hasanah, 2013)
ف ۡخو َ ۡ ِ ٱل أ يٓ ذ٤
ِ ِ ِ َط َعم ُهمَ ِ جوعُ من ٖ ءاَ وَ منَ ُهم
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan
Menurut Mustofa Ahmad Zarga makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun
metodologi dan gambarnya dapat berbeda-beda namun pada intinya asuransi adlah cara atau
metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam
yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas
ekonominya. (Latifah)
Sedangkan pengertian asuransi syariah (at-Ta’min) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah
6
Kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair dibandingkan asuransi
konvensional. Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola asuransi syari’ah (dana tabarru')
nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya
musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syari'ah, kita
mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi
yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah.
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam
syariat Islam. Setiap Bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada
nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus
mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan (justice) antara
pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai
upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan
semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota. Seseorang yang masuk asuransi,
sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban
temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi
Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat dari Khaliq-nya untuk
mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk sosial.
5. Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode.
Dalam hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah
untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
8
1. Akad Tijarah
9
Akad tijarah adalah akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. Bentuk akadnya
menggunakan mudhorobah. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru'
bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga
menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. Akad tijarah
ini adalah untuk mengelola uang premi yang telahdiberikan kepada perusahaan asuransi
syariah yang berkedudukan sebagai pengelola (Mudorib), sedangkan nasabahnya
berkedudukan sebagai pemilik uang (shohibul mal). Ketika masa perjanjian habis,
maka uang premi yang diakadkan dengan akad tijaroh akan dikembalikan beserta bagi
hasilnya (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan
tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Kemudian akad dalam akad
tabarru adalah akad hibah dan akad tabarru’ tidak bisa berubah menjadi akad tijaroh.
Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari'ah). Akad Tabarru' adalah Akad hibah dalam bentuk pemberian dana
dari satu Peserta kepada Dana Tabarru' untuk tujuan tolong menolong di antara para
Peserta, yang tidak bersifat clan bukan untuk tujuan komersia (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).
Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah menyatakan, bahwa kedudukan para Pihak dalam
akad tabarru’ adalah ;
a. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah
b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’
(mu’amman/mutabarra’ lahu, dan secara kolektif selaku penanggung
(mu’ammin/mutabarri’)
c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad
wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.
Untuk akad tijaroh dan akad tabarru’ ini, ada beberapa akad yang’mengkuti dalam
pelaksanaannya. Akad-akad tersebut meliputi :
Investasi peserta, yang digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya
ditentukan berclasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati
sebelumnya (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah). Di dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No:
51/DSNMUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah
menyebutkan bahwa akad ini bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah karena
merupakan bagian dari mudharabah dan merupakan gabungan dari akad Mudharabah
dan Musytarakah. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan akad dimana modal
perusahaan asuransi syariah dan nasabah digabungkan untuk diinvestasikan dan posisi
perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola.
B. Produk-Produk Asuransi Syariah
1. Produk Takaful Individu
Produk takaful individu dibagi menjadi dua jenis, yaitu produk takaful individu
tabungan dan produk takaful non-tabungan. Mekanisme kerja kedua produk tersebut berbeda
satu sama lain, walaupun begitu sistemnya tetap melarang
keberadaan riba, gharar dan maysir.
A. Produk-produk tabungan
Adapun macam, definisi dan manfaat produk asuransi Syariah dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
1) Takafulli dana investasi
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan
mrencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar sebagai
dana investasi yang diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal
dunia lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
2) Takaful Dana Haji
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang mengingnkan dan
merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar untuk
biaya menjalankan haji.
3) Takaful Dana Siswa
12
kebijakan investasi agar senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam
asuransi konvensional, hal itu tidak mendapat perhatian.
Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
1 Konsep Perjanjian antara dua Sekumpulan orang yang
pihak atau lebih, dengan saling membantu, saling
mana pihak penanggung menjamin danm bekerja sama
meningkatkan diri kepada dengan cara-cara masing-
tertanggung, dengan masing mengeluarkan akad
menerima premi asuransi, tabarru‟.
untuk memberrikan
pergantian kepada
tertanggung.
2 Visi dan Misi Secara garis besar misi Misi yang diemban dalam
utama dari asuransi asuransi syariah adalah misi
konvensional adalah misi aqidah, misi ibadah
ekonomi dan misi social. (ta‟awun ), misi ekonomi
(iqtishod), dan misi
pemberdayaan umat (sosial)14.
Asuransi takaful di Indonesia
mempunyai visi sebagai
lembaga keuangan yang
konsisten menjalankan
transaksi asuransi secara
islami. Operasional
perusahaan dilaksanakan atas
dasar prinsip- prinsip syariah
yang bertujuan memberikan
fasilitas dan layanan terbaik
bagi umat islam khususnya
dan masyarakat Indonesia
umumnya.15
16
(mudharabah) dengan
peserta.16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penangung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
Premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena
suatu peristiwa yang tak tertentu. Tujuan dari asuransi adalah mengalihkan segala
resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada
orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian.
Dalam Islam, asuransi sudah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah saw. Dalam
bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min dan Penanggung disebut Ma’ammin sedangkan
tertanggung disebut Mu’amman lahu atau Musta’min At ta’min. Dalam Perjalanannya
Asuransi Syariah lebih berfokus sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit
oriented, sehingga tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah karena dalam
prakteknya pun mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh
Islam.
Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tidak berorentasi
bisnis atau keuntungan materi semata, tidak bersifat mu‟awadhoh, tetapi tabarru‟ ,
Sumbangan (tabarru‟) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali, Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah
yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip
ukhuwah, Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah, dan
Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan syar‟i.
Ada perbedaan antara Asuransi konvensional dan Asuransi Syariah, diantara yang
paling dominan dan menjadi karakteristik asuransi konvensional adalah gharar dan itu
tidak dibolehkan dalam Islam karena merupakan praktek terlarang. Karena unsur
gharar sudah jelas terjadi dalam asuransi konvensional, maka fatwa DSN tentang
asuransi syariah lebih fokus membahas alternatifnya yaitu konsep asuransi syariah yang
sesuai dengan fiqh Islam.
19
20
4.2. Saran
Setelah mempelajari asuransi lebih dalam, kita pun dapat mengetahui banyaknya
manfaat pada program asuransi, maka sebaiknya masyarakat dapat mengikuti program asuransi
tersebut. Dan alangkah baiknya kita sebagai umat islam memilih asuransi syariah sebagai
pilihan program asuransi yang sesuai dengan syariat islam, agar terhindar dari unsur unsur yang
tidak sesuai dengan fiqh islam.
Selain itu asuransi syariah pun harus lebih giat dalam mensosialisasikan atau promosi
mengenai produk-produk dan jasanya agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui
manfaat dari menggunakan program asuransi sehingga masyarakat mau bergabung dalam
program asuransi
DAFTAR PUSTAKA
Alami, T. (2016, 7 12). Dasar Hukum Asuransi Syariah dalam Al-Quran dan Hadis. Diambil
kembali dari tongkronganislami: www.tongkronganislami.net
21