Sie sind auf Seite 1von 24

ASURANSI SYARIAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Islam

Dosen Pengampu :
Aneu Cahyaneu, S. Pd., M.E.Sy.
Budhi Pamungkas G, S. E., M. Sc.
Disusun Oleh:

Dinda Yuliana 170


Laila Iriananda Purba 170
Panji Pratama Rusli 170
Rachel F Azhari 170
Salsa Vianita 1704626

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT . Karena atas izin dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan dan dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “Asuransi Syariah” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Lembaga Keuangan Islam . Penulis membuat makalah ini agar para pembaca, khususnya
penulis dapat mengetahui dan memahami salah satu bentuk jenis produk non bank yaitu
asuransi syariah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak selaku dosen bidang studi
Lembaga Keuangan Islam yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Tidak lupa untuk kedua orangtua dan teman-teman kelas Manajemen A angkatan 2017 juga
penulis ucapkan terima kasih karena turut membantu sehingga makalah ini dapat selesai.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.4. Metode Penelian ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah ............................................................ 3

2.2. Landasan Hukum Asuransi Syariah ....................................................................... 6

2.3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah ............................................................................ 7

2.4. Akad dan Produk Asuransi Syariah ....................................................................... 8

2.5. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional .................................................. 14

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 19

4.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 19

4.2. Saran......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba
menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Asuransi
sendiri memiliki arti pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, dimana
pihak satu berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Untuk kegunaan yang
berbeda-beda tergantung pemegang polis menggunakannya untuk apa.

Indonesia yang memiliki banyak masyarakat terutama yang beragama muslim


mulai menyadari pentingnya memiliki asuransi sebagai bentuk pencegahan dan
menjaga diri, oleh sebab itu muncullah asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian
berdasarkan hokum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
dengan pihak lain, dalam menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui
kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah. Munculnya asuransi
syariah ini pun salah satunya karena penduduk yang beragama islam yang
membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap interaksi muamalah yang
dilakukannya sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya masyarakat muslim
memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau bahkan
keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at.

Asuransi dalam islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul
resiko di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang lainnya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dicoba
jelaskan perbedaan Antara asuransi konvensional dan syariah, kemudian akad yang
digunakan dan pengetahuan lainnya mengenai asuransi syariah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian asuransi dan asuransi syariah?
2. Apa landasan hukum asuransi syariah?
3. Apa prinsip-prinsip asuransi syariah?
4. Apa akad dan produk asuransi syariah?
5. Apa perbedaan asuransi syariah dan Konvensional?
2

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :

1. Untuk memahami pengertian asuransi dan asuransi syariah


2. Untuk mengetahui landasan hukum asuransi syariah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi syariah
4. Untuk mengetahui akad dan produk asuransi syariah
5. Untuk memahami perbedaan asuransi syariah dan konvensional

1.4. Metode Penelian


Metode penelitian yang kami lakukan berupa studi daftar pustaka dari buku dan
jurnal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah
A. Asuransi Konvensional

Didalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa,
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak
tertentu”. Kemudian menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di
Indonesia, asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada
pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.

Berdasaarkan pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam
Asuransi, yaitu:

1. Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada
pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur
2. Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada
pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil
3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi

Secara singkatnya asuransi adalah mentransfer resiko karena kita tidak tahu resiko apa
di masa mendatang yang akan kita hadapi dan langkah mengambil asuransi ini adalah untuk
menjaga kemudian memberikan rasa aman kepada pemegang asuransi dan sebagai gantinya
sebagai pemegang asuransi wajib untuk membayar premi kepada pihak perusahaan asurani
sesuai dengan jumlah yang telah disepakati.

Tujuan asuransi sendiri enurmut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H.,
asuransi itu mempunyai tujuan, pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang
ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang
mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal ini ialah, bahwa
lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung resiko dari kekurangan nilai benda-benda
itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan akan memberikan suatu kepastian mengenai

3
4

kestabilan dari nilai harat bendanya itu jika ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu
perusahaan, dimana dia sendiri saja tidak berani menanggungnya. Kemudian yang
dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman bahwa orang-orang lain yang menerima resiko
itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata melakukan itu demi prikemanusiaan saja
dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan mereka jadi korban
untuk membayar sejumlah uang yang besar mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan
oleh peristiwa-peristiwa itu. Para penanggung biasanya sudah bisa memperhitungkan dari
kejadian-kejadian yang sebelummya sudah terjadi tentang penggantian kerugian sehingga
dapat memberikan suatu kesempatan yang layak untuk adanya keuntungan.

Berdasarkan pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:

1. Asuransi terhadap kebakaran


2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang ( Asuransi jiwa )
4. Asuransi terhadap bahaya dilaut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan disungai-sungai

Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan
keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan asuransi diri (kecelakaan
atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang
menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian
(yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi
dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko
kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
3. Asuransi Sosial
Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan
jaminan dasar bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan
komersial.
5

B. Asuransi Syariah

Dalam Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah saw.
Cikal-bakal konsep asuransi Islam menurut sebagian ulama adalah al-diyah `ala al-`āqilah. al-
`āqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Jika salah satu anggota suku
terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai
kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut
dikenal dengan al-`āqilah. Setelah Islam datang, sistem al-`āqilah disahkan oleh Rasulullah
saw. menjadi bagian dari Hukum Islam. Bahkan, al-‘aqilah tertuang dalam Piagam Madinah.
Pada periode berikutnya, al-‘aqilah atau asuransi ini terus dijalankan oleh para khalifah
terutama pada masa Khalifah Umar bin Khattab sampai sekarang. (Hasanah, 2013)

Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min. Penanggung disebut Ma’ammin


sedanggkan tertanggung disebut Mu’amman lahu atau Musta’min At ta’min di ambil dari kata
(‫( التعمين‬memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, tatanan dan bebas dari rasa takut.
Sebagaimana firman Allah surat Quraisy

‫ف ۡخو‬ َ ۡ ِ‫ ٱل أ يٓ ذ‬٤
ِ ِ ِ َ‫ط َعم ُهمَ ِ جوعُ من ٖ ءاَ وَ منَ ُهم‬

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan

Menurut Mustofa Ahmad Zarga makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun
metodologi dan gambarnya dapat berbeda-beda namun pada intinya asuransi adlah cara atau
metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam
yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas
ekonominya. (Latifah)

Dalam Ensiklopedia Hukum Islam menyebutkan asuransi adalah transaksi perjanjian


antara dua pihak. Pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu
yang menimpa pihak pertama sesuai perjanjian yang dibuat.

Sedangkan pengertian asuransi syariah (at-Ta’min) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah
6

Dalam Perjalanannya Asuransi Syariah lebih berfokus sosial daripada bernuansa


ekonomi atau profit oriented. Oleh karena itu, aspek tolong-menolong selalu dijadikan dasar
utama dalam menegakkan praktik asuransi Islam. Islam memandang pertanggungan sebagai
suatu fenomena sosial yang dibentuk atas dasar saling tolong-menolong dan rasa kemanusiaan.

Kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair dibandingkan asuransi
konvensional. Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola asuransi syari’ah (dana tabarru')
nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya
musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syari'ah, kita
mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi
yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah.

2.2. Landasan Hukum Asuransi Syariah


Apabila dilihat sepintas ke seluruh ayat al-Qur’an, tidak terdapat satu ayat pun yang
menyebutkan istilah asuransi seperti yang dikenal sekarang ini. Walaupun tidak menyebutkan
secara tegas, namun terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang
mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktek asuransi. 3 Di antara adalah

a) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan.


b) Perintah Allah untuk saling menolong dan kerja sama. Allah berfirman dalam Surat
al-Maidah ayat 2.5
c) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah.

Peraturan Hukum yang Terkait dengan Asuransi Syariah:

Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian syariah di Indonesia masih


terbatas dan belum diatur secara khusus dalam undang-undang. Secara lebih teknis operasional
perusahaan asuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada SK Dirjen Lembaga
Keuangan. Di samping itu, perasuransian syariah di Indonesia juga diatur di dalam beberapa
fatwa DSN-MUI antara lain Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSM-MUI/III/2006 tentang Akad
Mudharabah Musyarakah pada asuransi syariah, Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006
tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syariah, Fatwa DSN MUI
No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ pada asuransi dan reasuransi.
7

2.3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaiah adalah ta’awunu ‘ala al birr wa altaqwa (tolong
menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman).27 Prinsip
ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu
dengan lainnya saling menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang
dibuat dalam asuransi syariah adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli
(saling menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Prinsip dasar asuransi syariah adalah:

1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam
syariat Islam. Setiap Bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada
nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus
mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan (justice) antara
pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai
upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan
semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota. Seseorang yang masuk asuransi,
sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban
temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi
Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat dari Khaliq-nya untuk
mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk sosial.
5. Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode.
Dalam hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah
untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
8

perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam


bermuamalah dan melalui auditor public.
6. Kerelaan (al-ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota (nasabah) asuransi
agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang
disetorkan keperusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial
memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi yang
lain jika mengalami bencana kerugiaan.
7. Larangan riba
Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang pengayaan diri dengan cara yang
tidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan melarang riba.
8. Larangan maisi<r (judi)
Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisi<r (judi) artinya adanya salah satu pihak
yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila
pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa
reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima
kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagaian kecil saja. Juga adanya unsur
keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi
sebagai hasil dari ketetapan.
9. Larangan gha}ra<r (ketidak pastian)
Gha}ra<r dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu tindakan yang di
dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan

2.4. Akad dan Produk Asuransi Syariah


A. Akad Asuransi Syariah

Asuransi syariah merupakan praktek tanggung menanggung diantara sesama peserta.


Ketika salah satu peserta mengalami resiko yang dipertanggungkan, maka akan mendapat
klaim yang berasal dari para peserta itu sendiri. Secara umum, ketika peserta asuransi ikut
dalam program perusahaan asuransi syariah akan di berikan akad, Akad yang diberikan harus
sesuai dengan syariah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Akad tersebut adalah :

1. Akad Tijarah
9

Akad tijarah adalah akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. Bentuk akadnya
menggunakan mudhorobah. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru'
bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga
menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. Akad tijarah
ini adalah untuk mengelola uang premi yang telahdiberikan kepada perusahaan asuransi
syariah yang berkedudukan sebagai pengelola (Mudorib), sedangkan nasabahnya
berkedudukan sebagai pemilik uang (shohibul mal). Ketika masa perjanjian habis,
maka uang premi yang diakadkan dengan akad tijaroh akan dikembalikan beserta bagi
hasilnya (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan
tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Kemudian akad dalam akad
tabarru adalah akad hibah dan akad tabarru’ tidak bisa berubah menjadi akad tijaroh.
Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari'ah). Akad Tabarru' adalah Akad hibah dalam bentuk pemberian dana
dari satu Peserta kepada Dana Tabarru' untuk tujuan tolong menolong di antara para
Peserta, yang tidak bersifat clan bukan untuk tujuan komersia (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).
Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah menyatakan, bahwa kedudukan para Pihak dalam
akad tabarru’ adalah ;
a. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah
b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’
(mu’amman/mutabarra’ lahu, dan secara kolektif selaku penanggung
(mu’ammin/mutabarri’)
c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad
wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.

Akad Tobarru' wajib memuat sekurang-kurangnya :


10

a) kesepakatan para peserta untuk saling tolong menolong (tn'awuni)


b) hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu:
c) hak dan kewajiban peserta secara kolektif dalam kelompok
d) cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/ kl aim
e) ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kcmbali oleh peserta
dalam hal terjadi pembatalan oleh peserta
f) ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus Underwriting;
g) ketentuan lain yang disepakati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).

Untuk akad tijaroh dan akad tabarru’ ini, ada beberapa akad yang’mengkuti dalam
pelaksanaannya. Akad-akad tersebut meliputi :

1. Akad Wakalah bil Ujrah


Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada
Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru' dan/ atau Dana
Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa
ujrah (fee). (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah). Akad Wakalah bil Ujrah diperbolehkan dalam praktek
asuransi syariah yang dilakukan antara perusahaan asuransi syariah dan peserta dimana
posisi perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dan mendapatkan fee karena telah
mendapatkan kuasa dari peserta.
Pengelolaan investasi d a n a Tabarru' atau dana Investasi peserta dengan Akad Wakalah
bil Ujrah, perusahaan sebagai pengelola tidak berhak mendapatkan bagian dari hasil
investasi tetapi hanya mendapatkan fee.
2. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah adalah Akad tijarah yang memberikan kuasa kepada perusahaan
sebagai mudharib untuk mengelola investasi dana tobarru' clan/atau dana investasi
peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil
(nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.
3. Akad Mudharabah Musytarakah
Akad Mudharabah Musytarakah aclalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada
perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru' dan/ atau dana
11

Investasi peserta, yang digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya
ditentukan berclasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati
sebelumnya (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentaang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah). Di dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No:
51/DSNMUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah
menyebutkan bahwa akad ini bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah karena
merupakan bagian dari mudharabah dan merupakan gabungan dari akad Mudharabah
dan Musytarakah. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan akad dimana modal
perusahaan asuransi syariah dan nasabah digabungkan untuk diinvestasikan dan posisi
perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola.
B. Produk-Produk Asuransi Syariah
1. Produk Takaful Individu

Produk takaful individu dibagi menjadi dua jenis, yaitu produk takaful individu
tabungan dan produk takaful non-tabungan. Mekanisme kerja kedua produk tersebut berbeda
satu sama lain, walaupun begitu sistemnya tetap melarang
keberadaan riba, gharar dan maysir.

A. Produk-produk tabungan
Adapun macam, definisi dan manfaat produk asuransi Syariah dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
1) Takafulli dana investasi
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan
mrencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar sebagai
dana investasi yang diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal
dunia lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
2) Takaful Dana Haji
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang mengingnkan dan
merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar untuk
biaya menjalankan haji.
3) Takaful Dana Siswa
12

Suatu bentuk pertimbangan untuk perorangan yang bermaksud menyediakan dana


pendidikan dalam mata uang rupiah atau US dolar untuk putra putrinya sampai
sarjana.
4) Takaful Jabatan
Semua bentuk perkindungan untuk direksi atau pejabat teras suatu perusahaan yang
menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau
US dolar sebagaimana santunan yang diperuntukkan bagi ahli warisnya, jika
ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai dana santunan/investasi pada saat
sudah tidak aktif lagi di tempat kerja.
B. Produk-produk Non-Tabungan
1) Takaful Al-Khairaat Individu
Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan
santunan untuk ahli waris bila peserta mengaami musibah kematian dalam masa
perjanjian.
2) Takaful Kecelakaan Diri Individu
Program yang dipruntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan
santunan untuk ahi waris bila peserta mengalami musibah kematian karena
kecelakaan dalam masa perjanjian.
3) Tafakul Kesehatan Individu
Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana
santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.
2. Produk Takaful Group
A. Takaful Al-Khairaat dan Tabungan Haji
Program bagi para karyawan yang bermaksud menunaikan ibadah haji degan
pendanaan melalui iuran bersama dan keberangkatannya secara bergilir.
B. Takaful Kecelakaan Siswa
Suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan kepada Sekolah/Perguruan Tinggi
atau Lembaga Pendidikan Non-Formal yang bermaksud menyediakan santunan kepada
siswa/mahasiswa atau pesertanya apabila mengalami musibah karena kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tetap total maupun sebagian atau meninggal.
C. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan
Suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan untuk perusahaan, organisasi atau
kumpulan yang bermaksud menyediakan santunan kepada karyawan apabila
mengalami musibah karena kecelakaan dalam masa perjanjian.
13

D. Takaful Majlis Taklim


Suatu bentuk perlindungan bagi majlis taklim yang bermaksud menyediakan santunan
untuk ahli waris jamaah apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa
perjanjian.
E. Takaful Pembiayaan
uatu bentuk perlindungan kumpuan, yaitu berupa jaminan pelunasan hutang apabila
yang bersnagkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.
3. Produk Takaful Umum
A. Takaful Kebakaran
Adalah memberikan jaminan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan
sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan oeh percikan api, sambaran petir,
ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut resiko yang ditimbulkan dan juga dapat
diperluas dengan tmabahan jaminan yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan.
B. Takaful Kendaraan Bermoto
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan atas
kendaraan yang dipertanggungkan akibat terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan,
secara sebagian (partial loss) maupun secara keseluruahn (total loss) akibat dari
kecelakaan atau tidak pencurian serta tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
C. Takaful Rekayasa
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat
yang berkaitan dengan pekerjaan pembangunan beserta alat-alat barat, pemasangan
kontruksi baja/mesin dan akibat beroperasinya mesin produksi serta tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga.
D. Takaful Pengangkutan
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan pada barang-
barang atau pengiriman uang sebagai akibat alat pengangkutan mengalami musibah
atau kecelakaan selama dalam perjalanan melalui laut, udara atau darat.
E. Takaful Rangka Kapal
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugiandan atau kerusakan pada rangka
kapal dan mesin kapal akibat kecelakaan berbagai bahaya lainnya yang dialami.
F. Asuransi Takaful Aneka
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat
resiko-resiko yang tidak dapat diperhitungkan pada polis-polis takaful yang telah ada.
14

2.5. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional


Dari segi bentuk transaksi dan praktik ekonomi syariat Islam, asuransi konvensional
hasil produk non-Islam ini mengandung banyak cacat syar’I, antara lain:
1. Akad asuransi ini adalah akad gharar karena masing-masing dari kedua belah pihak
penanggung dan tertanggung pada waktu melangsungkan akad tidak menegetahui
jumlah yang ia berikan dan jumlah yang diambil.
2. Akad asuransi ini adalah akad idz’an (penundukan) pihak yang kuat adalah perusahaan
asuransi karena dialah yang menentukan syarat-syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
3. Mengandung unsur pemerasan karena pemegang polis, apabila tidak bisa melanjutkan
pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi.
4. Pada perusahaan asuransi konvensional, uang masuk dari premi para peserta yang
sudah di bayarakan diputar kembali dalam usaha dan bisnis dengan praktek duniawi.
Dibandingkan dengan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki perbedaan
mendasar dalam beberapa hal:
1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takaful (tolong-menolong), yaitu nasabah yang
satu menoong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Adapun akad
asuransi konvensional bersifat tadabulli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).Adapun pada asuransi
konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sector dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Adapun pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah, dana diambil
dari rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta untuk keperluan tolong menolong.
Dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik
perusahaan.
5. Keuntugan investasi dibagi duan antara nasabah dengan perusahaan selaku pengelola,
dengan prinsip bagi hasil. Dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya
menjadi milik perusahaan. Jika tidaka da klaim, nasabah tidak memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan
suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk, dan
15

kebijakan investasi agar senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam
asuransi konvensional, hal itu tidak mendapat perhatian.
Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
1 Konsep Perjanjian antara dua Sekumpulan orang yang
pihak atau lebih, dengan saling membantu, saling
mana pihak penanggung menjamin danm bekerja sama
meningkatkan diri kepada dengan cara-cara masing-
tertanggung, dengan masing mengeluarkan akad
menerima premi asuransi, tabarru‟.
untuk memberrikan
pergantian kepada
tertanggung.
2 Visi dan Misi Secara garis besar misi Misi yang diemban dalam
utama dari asuransi asuransi syariah adalah misi
konvensional adalah misi aqidah, misi ibadah
ekonomi dan misi social. (ta‟awun ), misi ekonomi
(iqtishod), dan misi
pemberdayaan umat (sosial)14.
Asuransi takaful di Indonesia
mempunyai visi sebagai
lembaga keuangan yang
konsisten menjalankan
transaksi asuransi secara
islami. Operasional
perusahaan dilaksanakan atas
dasar prinsip- prinsip syariah
yang bertujuan memberikan
fasilitas dan layanan terbaik
bagi umat islam khususnya
dan masyarakat Indonesia
umumnya.15
16

3 Sumber Bersumber dari pikiran Bersumber dari hokum Allah


Hukum manusia dan kebudayaan. sumber hokum dalam Syariah
Berdasarkan hokum Islamadalah al – Qur‟an,
positif, hokum alami, dan sunnah, atau kebiasaan Rasul,
contoh sebelumnya. Ijma‟, Fatwa Sahabat, Qiyas,
Istihsan, Urf “tradisi”, dan
Maslahah Mursalah.
4 Maghrib Tidak selaras dengan Bersih dari adanya praktek
syariah islam karena gharar, maisir, dan Riba
adanya maisir, gharar,
dan Riba; hal yang di
haramkan dalam
muamalah
5 DPS Tidak ada, segingga Ada, yang berfungsi untuk
dalam banyak prakteknya mengawasi pelaksanaan
bertentangan dengan operasional perusahaan agar
kaidah- kaidah syara‟ terbebas dari praktek- praktek
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip- prinsip
syariah
6 Akad Akad jual beli (akad Akad tabarru‟ dan akad ijarah
mu‟awadhah, akad (mudharabah, wakalah,
idz‟aan, akad gharar, dan wadiah, syirkah, dan
akad mulzim) sebagainya)
7 Jaminan Risk Transfer of risk, dimana Sharing of risk, dimana terjadi
(Resiko) terjadi transfer resiko dari proses saling menanggung
tertanggung kepada antara satu peserta dengan
penanggung. peserta lainnya (ta‟awun)
8 Pengolahan Tidak ada pemisahan Pada produk- produk saving
Dana dana, yang berakibat pada (life) terjadi pemisahan dana,
terjadinya dana hangus yaitu dana tabarru‟ derma‟
(untuk produk saving - dan dana peserta sehingga
life) tidak mengenal istilah dana
17

hangus. Sedangkan untuk


untuk term insurance
semuanya bersifat tabarru‟
9 Investasi Bebas melakukan Dapat melakukan investasi
investasi ndalam batas- sesuai ketentuan perundang-
batas ketentuan undangan, sepanjang tidak
perundang- undangan, bertentangan dengan prinsip-
dan tidak terbatasi pada prinsip syariah islam. Bebas
halal dan haramnya dari riba dan tempat- tempat
obyek atau sistem investasi yang terlarang.
investasi yang digunakan
10 Kepemilikan Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
Dana premi peserta seluruhnya peserta dalam bentuk iuran
menjadi milik perusahaan atau kontribusi, merupakan
dan menginvestasikan milik peserta (shohibul mal),
kemana saja. asuransi syariah hanya
sebagai pemegang amanah
(mudharib) dalam mengelola
dana tersebut.
11 Keuntungan keuntungan yang tersebut.
(profit) diperoleh dari surplus 11.
underwriting, komisi Keuntungan (proft)
reansuransi, dan hasil keuntungan yang diperoleh
investasi seluruhnya dari surplus underwriting,
adalah keuntungan komisi reansuransi, dan hasil
perusahaan. investasi seluruhnya adalah
keuntungan perusahaan.
Profit yang diperoleh dari
surplus underwriting, komisi
reansuransi, dan hasil
investasi, bukan seluruhnya
menjadi milik perusahaan,
tetapi dilakukan bagi hasil
18

(mudharabah) dengan
peserta.16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penangung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
Premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena
suatu peristiwa yang tak tertentu. Tujuan dari asuransi adalah mengalihkan segala
resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada
orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian.

Dalam Islam, asuransi sudah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah saw. Dalam
bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min dan Penanggung disebut Ma’ammin sedangkan
tertanggung disebut Mu’amman lahu atau Musta’min At ta’min. Dalam Perjalanannya
Asuransi Syariah lebih berfokus sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit
oriented, sehingga tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah karena dalam
prakteknya pun mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh
Islam.

Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tidak berorentasi
bisnis atau keuntungan materi semata, tidak bersifat mu‟awadhoh, tetapi tabarru‟ ,
Sumbangan (tabarru‟) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali, Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah
yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip
ukhuwah, Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah, dan
Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan syar‟i.
Ada perbedaan antara Asuransi konvensional dan Asuransi Syariah, diantara yang
paling dominan dan menjadi karakteristik asuransi konvensional adalah gharar dan itu
tidak dibolehkan dalam Islam karena merupakan praktek terlarang. Karena unsur
gharar sudah jelas terjadi dalam asuransi konvensional, maka fatwa DSN tentang
asuransi syariah lebih fokus membahas alternatifnya yaitu konsep asuransi syariah yang
sesuai dengan fiqh Islam.

19
20

4.2. Saran
Setelah mempelajari asuransi lebih dalam, kita pun dapat mengetahui banyaknya
manfaat pada program asuransi, maka sebaiknya masyarakat dapat mengikuti program asuransi
tersebut. Dan alangkah baiknya kita sebagai umat islam memilih asuransi syariah sebagai
pilihan program asuransi yang sesuai dengan syariat islam, agar terhindar dari unsur unsur yang
tidak sesuai dengan fiqh islam.

Selain itu asuransi syariah pun harus lebih giat dalam mensosialisasikan atau promosi
mengenai produk-produk dan jasanya agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui
manfaat dari menggunakan program asuransi sehingga masyarakat mau bergabung dalam
program asuransi
DAFTAR PUSTAKA

Alami, T. (2016, 7 12). Dasar Hukum Asuransi Syariah dalam Al-Quran dan Hadis. Diambil
kembali dari tongkronganislami: www.tongkronganislami.net

Anshori, A. G. (2018). Hukum Perjanjian Islam di Indonesia : Konsep, Regulasi,


Implementasi. Yogyakarta: UGM Press.

Hasanah, U. (2013). Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. 2.

Latifah, N. A. (t.thn.). Konsep dan Aplikasi Asuransi Syariah di Indonesia. 5.

Puspitasari, N. (2011). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ASURANSI ISLAM SERTA


PERBEDAANNYA DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL. 1-13.

21

Das könnte Ihnen auch gefallen