Sie sind auf Seite 1von 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari
transaksi di catat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan
keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam
kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di
dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang
mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan
ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi,
jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal
penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan
perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal
balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar,
aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva
tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk
operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak
berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara
rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud.
Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di
dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aktiva tetap?
2. Apa saja karakteristik dari aktiva tetap?
3. Bagaimana klasifikasi aktiva tetap?
4. Apa yang dimaksud kapitalisasi aktiva tetap?
5. Bagaimana pencatatan perolehan aktiva tetap?
6. Apa saja biaya-biaya setelah perolehan awal?
7. Bagaimana pengukuran setelah pengukuran awal?

1
8. Bagaimana perubahan model pengukuran aktiva tetap?
9. Bagaimana cara menentukan nilai wajar?
10. Apa yang dimaksud dengan penyusutan?
11. Bagaimana riview minimum setiap akhir tahun?
12. Apa yang dimaksud dengan penghentian pengakuan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud aktiva tetap
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari aktva tetap
3. Untuk mengetahui bagaiman cara mengklasifikasi aktiva tetap
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kapitalisasi aktiva tetap
5. Untuk memahami cara pencatatan perolehan aktiva tetap
6. Untuk mengetahui biaya-biaya setelah perolehan awal
7. Untuk mengetahui cara pengukuran setelah pengukuran awal
8. Untuk mengetahui perubahan model pengukuran asset tetap
9. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan nilai wajar
10. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penyusutan
11. Untuk mengetahui riview minimum setiap akhir tahun
12. Untuk mengetahui tentang penghentian pengakuan
1.4 Manfaat Penulisan
 Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi suatu wahana penambah
wawasan bagi para penulis dan mampu memahami lebih dalam
mengenai aktiva tetap.
 Bagi Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa, sehingga dosen bisa mengetahui letak
kekurangan mahasiswa dan bisa menentukan langkah yang akan
diambil untuk mengatasi kekurangan tersebut.
 Bagi Pembaca Umum

2
Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
mengenai aktiva tetap. Dengan demikian, setidaknya pembaca umum
termasuk disini mahasiswa dan masyarakat akan lebih paham
mengenai hal tersebut. Tulisan ini juga di harapkan dapat menjadi
referensi bagi para pembaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN
AKTIVA TETAP BERWUJUD
2.1 PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Pengertian aktiva tetap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
standar akuntansi keuangan adalah “aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimagsud untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun”. Definisi lain menyebutkan “aktiva tetap merupakan aktiva jangka
panjang atau yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud
karena terlihat secara fisik aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh
perusahan serta tidak dimagsudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi
normal” (Wareen et al,2005). Dari beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah semua aktiva berbentuk fisik yang
dimiliki dan digunakan dalam operasi normal perusahaan, yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, serta mempunyai
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan tidak dimaksud untuk
dijual kembali.

2.2 KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP


Simamora, Herry (2008) aktiva tetap dapat dibedakan dari aktiva
lainnya berdasarkan karakteristik berikut :
a. Aktiva tetap diperoleh untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha :
Nilai aktiva tetap berdasarkan dari jasa yang diberikan, bukan dari
potensinya untuk dijual kembali. Perusahan membeli aktiva tetap untuk
menjalankan kegiatan perusahaannya, aktiva tetap yang diperoleh untuk dijual
kembali dalam kegiatan usaha perusahaan tidak boleh diklasifikasikan sebagai
aktiva tetap, terlepas dari sifatnya permanen ataupun jangka waktu
penggunaannya.

4
b. Aktiva tetap menyediakan manfaat selama beberapa periode akuntansi
Menurut prinsip pengaitan, biaya perolehan dari suatu sumber daya
yang memberikan suatu potensi jasa haruslah dikaitkan dengan beban untuk
menghasilkan jasa tersebut. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud
dalam aktiva adalah potensi aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan
baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas pada
perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan. Aktiva tetap
memiliki masa manfaat lebih dari satu peridoe akuntansi, maka pada saat
diperoleh harus diestimasikan umur manfaat dari aktiva tersebut. Pada saat
diperoleh, pengeluaran uang untuk memperoleh aktiva tetap berupakan biaya
dari aktiva yeng memberikan kegunaan selama umur manfaat dari aktiva tetap
tersebut. Oleh karena biaya aktiva tetap adalah untuk seluruh masa manfaat,
sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan pelaporan terhadap kinerja
perusahaan yang meliputi pelaporan terhadap kinerja perusahaan yang
meliputi pendapatan dan beban maka biaya dari aktiva tersebut harus
dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini akan diperbandingkan
dengan pendapatan yang diperoleh pada tahun berjalan.

2.3 KLASIFIKASI AKTIVA TETAP


Aktiva tetap dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap berwujud dan
aktiva tetap tak berwujud. Yang dimagsud aktiva tetap berwujud menurut
Kusnadi,dkk (200%), aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang
dirasakan oleh indra manusia yang terdiri dari aktiva berupa pabrik dan
peralatan serta aktiva tetap berupa sumber natural. Kemudian pengertian
aktiva tetap berwujud menurut Baridwan,Zaki (2000) adalah aktiva-aktiva
yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan yang normal. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud diatas
dapat dilakukan pengelompokan sebagai berikut :

5
1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak
perusahaan, pertanian dan peternakan
2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain
3. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis,
misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan
terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang umurnya terbatas
harus dilakuka penyusutan harga perolehan. Aktiva tetap yang dapat diganti
dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi, sedangkan
sumber alam disebut deplesi.
Sedangkan aktiva tetap tak berwujud menurut Baridwan, Zaki (2000)
menyenutkan istilah aktiva tak berwujud digunakan untuk menunjukan aktiva-
aktiva yang umurnya lebih dari satu tahundan tidak mempunyai bentuk fisik.
Pada umumnya aktiva tetap tak berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki
yang dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aktiva tetap tak berwujud seperti
ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
laba, yang termasuk kedalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud adalah
patent, hak cipta, merek dagang, franchise, leasehold, goodwill, dan masih
banyak yang lainnya.

2.4 KAPITALISASI AKTIVA TETAP


Jika kita amati dari pengertian aktiva tetap itu sendiri atau
pengklasifikasian aktiva tetap maka aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan banyak sekali jumlah dan jenisnya akan tetapi banyak diantaranya
mempunyai nilai yang sangat rendah atau tidak material. Untuk menghindari
pengeluaran untuk aktiva-aktiva perusahaan yang nilainya relatif kecil, dan
nilainya kurang efisien karena penatausahaan aktiva tersebut memakan waktu

6
dan melebihi aktiva itu sendiri, maka perusahaan perlu mempunyai kebijakan
kapitalisasi yaitu kebijakan untuk menetapkan jumlah-jumlah batas minimal
dimana suatu pengeluaran untuk aktiva-aktiva dapat dikapitalisasi.
Alokasi biaya yang tepat harus dilaksanakan diantara berbagai pos
aktiva begitu juga dengan beban (misalnya dalam penentuan unsur harga
perolehan aktiva tetap atau beban pemeliharaannya), karena akan
mempengaruhi perhitungan rugi-laba untuk serangkaian periode akuntansi.
Oleh karena itu, pendapatan hanya dapat diukur dengan wajar apabila
pengeluaran-pengeluaran ditetapkan dan dikelompokkan dengan tepat.
Adapun perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap oleh Baridwan,
Zaki (2000) dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah pengeluaran yang
digunakan untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih
dari suatu periode akuntansi. Pengeluaran semacam ini dicatat dalam
rekening aktiva (dikapitalisasi), yang kemudian dialokasikan ke
pendapatan dimasa yang akan datang yang disebut dengan depresiasi.
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah pengeluaran
untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode
akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran-
pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya pada saat
terjadinya.
Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran untuk aktiva
tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan.
Selain pertimbangan masa manfaat. Kadang-kadang untuk alasan
kepraktisan dilakukan penyimpanan dari masa manfaat tersebut yaitu
apabila:
a. Jumlah pengeluaran tersebut relatif kecil
b. Manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti
c. Sulit untuk mengukur manfaat di masa yang akan datang

7
Sering juga pimpinan perusahaan memutuskan bahwa pengeluaran-
pengeluaran sampai jumlah tertentu dianggap sebagai pengeluaran pendapatan
dan pengeluaran diatas jumlah tertentu dianggap sebagai pengeluaran modal,
apabila pengeluaran tersebut jelas-jelas memberikan manfaat untuk periode
yang akan datang. Tambahan-tambahan manfaat di masa yang akan datang
akan timbul dari pengeluaran-pengeluaran yang dapat diklasifikasikan sebagai
penambahan, penyempurnaan, dan perbaikan atau penggantian jasa aktiva
tetap tersebut.

2.5 PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai macam cara
dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga
perolehan, misalnya dengan membeli, membangun, sewa guna, dan
sebagainya.
Aktiva tetap dicatat berdasarkan nilai perolehannya, semua biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut dikapitalisasi dalam nilai
aktiva tetap. Menurut ikatan akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan pengakuan awal aktiva yaitu suatu benda berwujud yang
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan
sebagai aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehannya.
Sedangkan komponen biaya menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Standar Akuntansi Keuangan adalah biaya perolehan suatu aktiva tetap
tersediru dari harga belinya, termasuk biaya impor dan PPn Masukan Tak
Boleh Restitusi (non refudable), dan setiap biaya yang diatribusikan secara
langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva
tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan
dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung adalah:
a. Biaya persiapan tempat

8
b. Biaya pengiriman awal (initial delifery), biaya simpan dan bongkar
muat (handling cost)
c. Biaya pemasangan
d. Biaya professional seperti arsitek dan insinyur
Jelas bahwa biaya (harga) perolehan aktiva tetap meliputi semua
pengeluaran yang diperlukan guna mendapatkan aktiva tetap sampai aktiva
tetap tersebut siap untuk dioperasionalkan didalam perusahaan. Berbagai biaya
yang merupakan bagian dari harga perolehan aktiva tetap harus betul-betul
diperhatikan agar besarnya biaya yang tercantum di neraca secara wajar dan
rasional. Aktiva tetap dicatat dalam neraca sebesar nilai buku yaitu harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Dalam menemukan besarnya harga perolehan aktiva tetap harus
disesuaikan dengan cara perolehan aktiva tetap dimana ada beberapa cara untk
memperoleh aktiva tetap tersebut. Berikut ini cara perolehan aktiva tetap
menurut Baridwan, Zaki (2000) yaitu:
1. Pembelian tunai
2. Pembelian angsuran
3. Ditukar dengan surat berharga
4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
5. Diperoleh dari hadiah
6. Aktiva yang dibuat sendiri
1. Pembelian tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-
buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua
biaya yang dikeluarkan agar dapat aktiva tetap tersebut siap dipakai, seperti
biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya
pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya diatas dikapitalisasi
sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap
ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan

9
terhadap nilai faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau
tidak.
Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui, alokasi
harga perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti
pembayaran pajak. Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk alokasi
harga perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan
perusahaan
2. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam
harga perolahan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa
angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun tidak dinyatan tersendiri, harus
dkeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.
3. Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau
obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar
harga pasar aktiva tersebut. Kadnag-kadang harga pasar surat berharga dan
aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan seperti
ini nilai pertukaran ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Niali pertukaran ini
dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai
surat-surat berharga yang dikeluarkan.
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan
dicatat dalam reening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai
nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam
rekening agio/disagio.
4. Ditukar Dengan Aktiva Tetap Yang Lain
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran yaitu aktiva lama
yang digunakan untuk membayar perolehan aktiva baru baik seluruhnya
ataupun sebagian dimana kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan

10
seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus dugunakan, yaitu aktiva baru
dikapitalisasi dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama ditambah uang
yang dibayarkan (jika ada) atau dikapitalisasi sebasar harga pasar aktiva baru
yang diterima.
Ada masalah yang timbul bila harga pasar aktiva lama maupun baru
tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan
sebagai dasar pencatatan penukaran tersebut. Selain masalah diatas, masalah
lainnya adalah pengakuan rugi laba yang timbul karena adanya pertukaran
aktiva tersebut. Membicarakan mengenai rugi laba pertukaran akan
dipisahkan menjadu dua yaitu pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
dan pertukaran aktiva tetap sejenis.
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
diatas adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama,
seperti pertukaran tanah dengan mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti
pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B, truk merek A dengan
merek B, dan seterusnya.

5. Diperoleh Dari Hadiah/Donasi


Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatnya bisa
dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah,
mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetap biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil
dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang
sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal
terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi
keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga
pasarnya. Apabila hadiah yang belum pasti akan menjadi milik perusahaa, dan
aktiva tersebut berupa aktiva yang didepresiasi, maka perhitungan depresiasi
dimulai sejak saat aktiva tersebut diterima sebagai hadiah yang belum pasti.

11
Perhitungan depresiasinya dilakukan dengan cara yang sama seperti aktiva-
aktiva tetap yang lain.
6. Aktiva Tetap Yang Dibuat Sendiri
Perusahaan mungkin membuat atau membangun sendiri aktiva tetap
yang diperlukan seperti gedung, peralatan, perabotan. Pembuatan aktiva ini
biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masing
kurang.
Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan
langsung seperti bahan, upah langsung, dan factory overhead langsung tidak
menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok yang dibuat. Tetapi
biaya factory overhead tidak langsung menimbulkan pertanyaan berapa besar
yang harus dialokasikan kepada aktiva yang dikerjakan itu.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membabankan biaya factory
overhead yaitu :
a. Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan aktiva yang dibuat
b. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan
aktiva dan produksi
Apabila digunakan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat
sendiri adalah semua biaya-biaya langsung ditambah dengan kenaikan biaya
factory overhead. Sedangkan cara yang kedua, harga pokok aktiva merupakan
jumlah biaya langsung ditambah dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang
dibuat.
Dalam hal harga pokok yang dibuat lebih rendah daripda harga beli,
selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba.
Tetapi apabila harga pokok aktiva yang dibuat itu lebih tinggi dari harga beli
diluar (kualitas yang sama) maka selisih yang ada dianggap sebagai kerugian,
sehingga aktiva dicatat sebesar harga yang normal.
Bila pembuatan aktiva itu menggunakan dana pinjaman, maka bunga
pinjaman selama masa pembuatannya dikapitalisasi dalam harga perolehan
aktiva. Sesudah aktiva tetap selesai dibuat, biaya bunga pinjaman dibebankan

12
sebagai biaya dan periode terjadinya, Biaya-biaya lain yang timbul dalam
masa pembuatan aktiva dibebankan sebagai biaya perolehan aktiva tetap.

2.6 BIAYA-BIAYA SETELAH PEROLEHAN AWAL


Pada saat proses perolehan asset tetap sudah selesai ,asaet tetap sudah
digunakan pada kondisi dan lokasi sesuai dengan tujuan perolehannya.
Dimulai pada saat penggunaanya sampai dengan pada akhir manfaat, terdapat
beberapa jenis yang lazimnya terjadi sehubungan dengan pemanfaatan asset
tetap, yang disebut sebagai biaya-biaya setelah perolehan yang umunya dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
a. Biaya perbaikan dan pemeliharaan. Termasuk dalam kelompok
biaya ini adalah biaya-biaya tenaga kerja dan biaya habis pakai
sehubungan dengan kegiatan perawatan sehari-hari asset tetap. Biaya
perbaikan dan pemeliharaan tidak boleh diakui sebagai bagian dari
biaya asset tetap, namun harus langsung diakui sebagai beban dalam
laporan laba rugi pada saat terjadinya.
b. Biaya penggantian. Bagian tertentu dari asset tetap mungkin perlu
diganti secara periodik. Biaya penggantian ini dapat menjadi bagian
dari biaya asset tetap jika memenuhi kriteria pengakuan asset tetap,
yang telah dijelaskan pada bagian awal bab ini, yaitu terdapat manfaat
ekonomi dari asset tetap yang akan mengalir ke entitas dan biaya
perolehannya dapat diukur secara andal.
c. Biaya inspeksi teratur. Untuk dapat mempertahankan kinerja dari
suatu asset ,perlu di inspeksi secara teratur yang memerlukan biaya
yang cukup signifikan, karena melibatkan keahlian teknis yang cukup
tinggi. Biaya terkait dengan kegiatan inspeksi dapat dikapitalisasi pada
nilai asset jika memenuhi pengakuan asset tetap, yang telah dijelaska
pada butir kedua diatas.
PSAK 16 mengatur bahwa jika terjadi pengganti bagiann signifikan
dari suatu all nilai tercatat dari bagian yang diganti harus dihentikan

13
pengakuannya dan nilai bagian pengganti ditambahkan ke dalam nilai asset
tetap. Tercatat bagian yang diganti diakui sebagai beban periode berjalan.
Demikian juga inspeksi teratur. Jika suatu inspeksi teratur atas suatu asset
tetap dilakukan, maka biaya untuk inspeksi teratur tersebut ditambahkan ke
nilai tercatat asset tetap, namun nilai tercatat dari inspeksi teratur sebelumnya
harus dikeluarkan dan diakui sebagai beban periode berjalan.

2.7 PENGUKURAN SETELAH PENGUKURAN AWAL


Pada saat perolehan asset tetap, pengakuan awal dari asset tetap diukur
pada harga perolehan, yang terdiri dari : Biaya pembelian, Biaya-biaya yang
dapat didistribusikan secara langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan serta biaya restorasi lokasi asset tetap. Setelah pengakuan awal,
entitas memiliki pilihan untuk menggunakan Model Biaya( cost model ) atau
Model Revaluasi sebagai dasar pengukuran asset tetapnya.
Gambar Model Revaluasiatau model biaya
Pengakuan Awal Pengakuan setelah
Pengakuan Awal

Biaya Perolehan
 Penyusutan
 Penurunan nilai
Biaya Perolehan
 Perbaikan&Pemelih
araan
Biaya Perolehan  Penggantian
 Inspeksi

Pilihan penggunaan model pengukuran, antara model biaya dan model


revalusi merupakan pilihan kebijakan akuntansi yang ditentukan oleh
manajemen. Pemilihan kebijakan ini harus ditetapkan pada keseluruhan asset
tetap yang berada dalam kelompok yang sama.

14
2.8 PERUBAHAN MODEL PENGUKURAN ASET TETAP
PSAK 16 paragraf 43 mengatur penerapan akuntansi untuk perubahan
dari modal biaya ke modal revaluasi yaitu dengan diberlakukan
secarapropektif. Artinya , jika saat kelompok tanah dan gedung, entitas
menggunakan model biaya dan kemudian memilih untuk menggantinya
menjadi model revaluasi.
Misalkan saat entitas telah menggunakan model revaluasi, tapi
kemudian kembali menggunakan model biaya. Baik IAS 16 maupun PSAKI
16 tidak mengatur hal tesebut. Karena tidak diatur secara spesifik dalam
PSAK 16, maka rujukan yang bisa digunakan oleh entitas adalah PSAK 25
Kebijakan akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. PSAK
25 memperbolehkan entitas untuk mengubah kebijakan akuntansinya, jika :
(a) disyaratkan oleh suatu PSAK atau (b) menghasilkan laporan keuangan
yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak
transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keungan, kinerja
keuangan, atau arus kas entitas.
a. Model Biaya
Model biaya adalah model yang selama ini kita kenal yaitu setelah
pengakuan awal, asset tetap dicacat sebasar biaya perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset.
Aset tetap
Biaya perolehan Rp 120.000.000
Akumulasi penyusutan Rp (70.000.000)
Akumulasi penurunan nilai asset Rp (9.000.000)
Aset tetap (net) Rp 41.000.000

b. Model Revaulasi
Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah ravaluasian, yaitu

15
nilai wajar pada revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

2.9 PENENTUAN NILAI WAJAR


Sebagaimana disebutkan pada paragraf 6 PSAK 16, yang dimaksud
dengan nilai wajar adalah jumlah yang di pakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak – pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s letm transaction).
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian
yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan
bukti nilai pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai
pasar yang ditentukan oleh penilai.
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar
karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual – belikan, kecuali
sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan , entitas mungkin perlu
mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya
pengganti yang telah disusutakan (depreciated replacements approach).
PSAK telah menentukan frekuensi dilakukannya revaluasi. Pedoman
yang diberikan adalah revaluasi yang cukup reguler sehingga nilai tercatat
aset tetap tidak berbeda secara material dengan nilai wajarnya. Artinya jika
nilai wajar suatu aset tetap mengalami perubahan secara signifikan, maka
revaluasi sudah harus segera dilakukan. Namun jika tidak terdapat perbedaan
signifikan, maka revaluasi dapat ditangguhakan sampai periode berikutnya.
Penelahaan atas kewajaran nilai tercatat harus dilakukan secara periode
berikutnya oleh manajemen entitas.
Jika suatu aset tetap direvaluasi maka serulih aset tetap yang berada
dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Suatu aset tetap dikatakan
berada dalam kelompok yang sama dilihat dari sifat dan kegunaan yang
serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh kelompok aset
yang lazim:

16
 Tanah
 Tanah dan bangunan
 Mesin dan peralatan pabrik
 Peralatan dan perabotan kantor
 Kendaraan bermotor
Revaluasi atas aset tetap dalam kelompok yang sama harus dilakukan secara
bersamaan
A. Penerapan Model Revaluasi: Akumulasi Penyusutan
Apabila suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada
tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
a. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam
jumlah tercatat kotor dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah
revaluasi sama dengan jumlah revaluasian.
b. Di eliminasi terhadap jumlah tercatat kotor dari aset dan jumlah
tercatat bersih setelah eliminasi di sajikan kembali sebesar jumlah
revalusaian dari aset tersebut.

1. Penerapan Model Revaluasi : Nilai Aset Meningkat


Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi kenaikan tersebut
diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam
pendapatan komprehensif lain pada bagian surplus revaluasi. Namuun,
kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebasar jumlah
penurunan nilai aset akibat revalusi pernah diakui sebelum dalam laba rugi.
Berdasarkan paragraf di atas, setiap kenaikan nilai aset sebagai akibat
revaluasi akan dicatat pada surplus revaluasi, yang akan dilaporkan sebagai
komponen pendapatan komprehensif lain pada bagian ekuitas dalam laporan
posisi keuangan.
Ilustrasi : Medel Revaluasi
Suatu aset dengan biaya perolehan sebesar Rp 70.000.000 disusutkan
menggunakan metode garis lurus selama umur manfaatnya 5 tahun. Detelah

17
digunakan selama 2 tahun, manajemen memutuskan untuk melakukan
revaluasi atas aset tersebut. Berdasarkan laporan dari penilai independen, nilai
wajar dari aset tetap tersbut adalah Rp 50.000.000.
Pembahasan :
Pada saat dilakukan revalusai, akumulasi penyusutan pada waktu tersebut
adalah sebesar2 x 1/5 (RP 70.000.000) = Rp 28.000.000, dengan demikian
nilai tercatat adalah sebesarRp 42.000.000. jika nilai wajar aset adalah sebesar
Rp 50.000.000, berarti aset tetap mengalami kenaikan nilai, sebesar Rp
8.000.000 yang seluruhnya akan dicatat sebagai surplus revaluasi.
Jurnal yang harus di buat untuk mencatat transaksi revaluasi ini adalah
sebagai berikut:
Keterangan DK Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akumulasi Penyusutan D 28.000.000
Aset Tetap K 20.000.000
Surplus Revaluasi K 8.000.000
Dalam Laporan Posisi Keuangan entitas pada sisi Aset
Aset Liabilitas dan Ekuitas
Aset tetap
50.0000.000 Surplus 8.000.000
Akumulasi penyusutan Nihil

2. Penerapan Model Revaluasi : Nilai Aset Menurun


Jika jumlah tercatat aset menurun akibat revaluasi, penurunan tersebut
diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan niali akibat revaluasi tersebut
langsung di debit ke pendapatan komprehensif lain pada bagian surplus revaluasi
selama penurunan tersebut tidak melabihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset
tersebut.
Berdasarkan paragraf di atas, setiap penurunan nilai aset sebagai akibat
revaluasi akan diakui sebagai kerugian dalam laba rugi.
Ilustrasi

18
Sama seperti contoh di atas, hanya saja nilai wajar aset adalah sebesar Rp
40.000.000
Pembahasan :
Pada saat dilakukan revaluasi, nilai tercatat aset adalah sebasar Rp
42.000.000. jika nilai wajar aset adalah sebesar Rp 40.000.000, berarti aset
tetap mengalami penurunan nilai, sebesar Rp 2.000.000 yang seluruhnya akan
dicatat sebagai rugi revalusai nilai aset
Jurnal yang harus di buat untuk mencatat transaksi revaluasi menurun
ini adalah sebagai berikut:
Keterangan DK Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akumulasi Penyusutan D 28.000.000
Kerugian penurunan nilai aset tetap K 2.000.000
Aset Tetap K 30.000.000

Dalam laporan posisi keuangan akan disajikan aset tetap senilai Rp


40.000.000 dengan akumulasi penyusutan nihil. Tidak terdapat saldo surplus
revaluasi, namun dalam laporan laba rugi komprehensif, terdapat rugi penurunan
nilai aset tetap sebesar Rp 2.000.000.

3. Model Biaya atau Model Revaluasi


Tabel berikut ini memberikan analisis dampak penggunaan model biaya
dibandingkan dengan model revaluasi dan jika terjadi perubahan dari model biaya
ke model revaluasi atau sebaliknya (dengan asumsi nilai revaluasi aset lebih besar
dari harga perolehan):

Dampak Penggunaan Model Biaya dan Model Revaluasi


Dampak Pada Perubahan ke Model Biaya Perubahan ke Model
Revaluasi

19
Relevan dan Informasi yang diberikan Informasi yang diberikan
keandalan lebih kurang relevan. lebih relevan, namun lebih
informasi. kurang dapat diandalkan
kerana penerapan model
revaluasi membutuhkan
estimasi.
Laba Rugi Laba menjadi lebih besar Laba menjadi lebih kecil
karena: karena:
- Biaya penyusutan - Biaya penyusutan
relatif lebih kecil mejadi lebih besar
daripada model - Keuntungan penjualan
revaluasi. aset tetap tidak
- Keuntungan penjualan material, karena aset
aset tetap diakui selalu dicatat
sebagi laba rugi tahun memdekati harga
berjalan pasar.
Laporan Posisi Aset dan ekuitas menjadi Aset dan ekuitas menjadi
Keuangan lebih kecil. lebih besar.
Beban Menjadi lebih kecil, karena Menjadi lebih besar, karena
Penyusutan jumlah yang didepresasi jumlah yang didepresasi
menjadi lebih kecil. menjadi lebih besar.
Biaya Tambahan Tidak terdapat biaya Dibutuhkan biaya tambahan
Lainnya tambahan untuk melakukan yang cukup signifikan untuk
penilaian aset terus memuktahirkan nilai
wajar aset tetap biaya tersebut
meliputi biaya penilai, review
atas nilai tercatat aset untuk
menentukan apakah penilaian
perlu dilakukan atau tidak.

20
Proses Tetap sebagaimana adanya Menjadi lebih kompleks
Pembukuan dan
Administrasi
Debt to Equity Debt to Equity Ratio menjadi Debt to Equity Ratiolebih
Ratio lebih besar karena nilai aset baik karena nilai aset lebih
menjadi lebih kecil. Hal ini besar. Entitas dengan utang
tidak menguntungkan jika yang besar, yang juga
entitas memiliki nilai utang mempunyai kewajiban untuk
yang besar. mempertahankan rasio
tertentu khususnya Debt to
Equity Ratio akan lebih
menguntungkan jika
menggunakan model
revaluasi.
Rasio Keuangan Laba yang lebih besar dengan Laba yang lebih kecil dengan
(ROE & ROI) aset dan ekuitas yang lebih aset dan ekuitas yang lebih
kecil akan memberikan ROI besar akan memberikan ROI
& ROE yang lebih tinggi, & ROE yang lebih kecil,
sehingga entitas tampak lebih sehingga dari sudut pandang
menguntungkan. investor entitas tampak tidak
menguntungkan.

2.10 PENYUSUTAN
1. Pengertian Penyusutan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan menyatakan bahwa penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah
yang dapat disusutkan dari aktiva tetap sepanjang masa manfaat. Sedangkan
penyusutan menurut Kusnadi,dkk(2000) adalah berkurangnya suatu nilai yang
disebabkan karena pemakaian,keusangan, kemerosotan fisik, ketidaktetapan,

21
berlalunya suatu waktu atau perubahan biaya menjadi beban dari suatu aktiva
tetap berwujud. Dari definisi tersebut, pengertian penyusutan secara umum
adalah pengalokasian sistematik dari harga perolehan (cost) dari suatu aktiva
tetap berwujud menjadi beban sepanjang masa manfaat aktiva tetap tersebut.
Tujuan pokok penyusutan adalah mencapai prinsip pengaitan yakni
mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan beban dari
barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan.

2. Sifat Penyusutan

Simamora, Henry(2000) mengemukakan sifat penyusutan yaitu :

a. Penyusutan Merupakan Proses Alokasi

Proses penyusutan melibatkan pengaitan biaya perolehan aktiva


sebagai beban terhadap pendapatan. Dari prespektif akuntansi,
penyusutan merupakan proses alokasi, yaitu biaya perolehan asset
dialokasikan ke dalam periode-periode di mana perusahaan dapat
menerima manfaat-manfaat dari asset tersebut.
b. Penyusutan Bukan Konsep Penilaian
Penyusutan merupakan proses alokasi biaya, bukan merupakan proses
penilaian. Akuntan tidak berupaya mengukur perubahan nilai pasar aktiva
selama masa kepemilikannya, karena aktiva dimiliki tidak untuk dijual.
Oleh karena itu, nilai buku aktiva tetap bisa sangat berbeda dengan nilai
pasarnya. Jadi jelas bahwa penyusutan itu digunakan untuk
mengalokasikan biaya perolehan sebuah asset selama taksiran masa
manfaatnya, terlepas dari berapapun nilai pasar sekarang.
c. Penyusutan Bukan Merupakan Sumber Langsung Kas
Penyusutan ukan merupakan beban tunai, dalam pengertian bahwa
penyusutan tidak memerlukan pembayaran kas pada waktu beban tersebut

22
dicatat. Pengeluaran kas hanya terjadi ketika dilakukan pembayaran untuk
aktiva terkait. Akibatnya, penyusutan tidak menyebabkan arus keluar
maupun arus masuk kas langsung.

3. Sebab-Sebab Penyusutan

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan penyusutan. Baridwan, Zaki


(2000) mengelompokannya menjadi 2, yaitu :

1) Faktor-faktor fisik

Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena
dipakai, aus karena umur dan kerusakan-kerusakan.

2) Faktor-faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain,


ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga
perlu diganti dank arena adanya perubahan permintaan terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi
sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

4. Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban Penyusutan

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetukan beban


depresiasi setiap periode, yaitu :

a) Harga Perolehan (cost)

Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain
yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar
dapat digunakan.

b) Nilai Sisa (residu)

23
Adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukar atau cara-cara
lain ketika tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangkan dengan
biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya.

c) Taksiran Umun Kegunaan

Taksiran umum kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara


pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam
reparasi. Taksiran umur kegunaan ini bisa dinyatakan dalam satu periode
waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.

5. Metode Penyusutan

Metode penyusutan adalah suatu metode yang digunakan untuk


mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap kepada suatu beban, yakni beban
penyusutan. Dalam menentukan pilihan metode penyusutan haruslah
dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi


Keuangan penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokan menurut criteria, sebagai berikut :

a. Berdasarkan waktu :

(i) Metode Garis Lurus

(ii) Metode Pembebanan yang menurun :

- Metode Jumlah Angka Tahunan

- Metode Saldo Menurun/ Saldo Menurun Ganda

b. Berdasarkan Penggunaan :

(i) Metode Jam Jasa

(ii) Metode Jumlah Unit Produksi

24
c. Berdasarkan criteria lainnya :

(i) Metode berdasarkan jenis dan kelompok

(ii) Metode Anuitas

(iii) Sisa persediaan

Metode penyusutan yang dipilih oleh perusahaan harus digunakan secara


konsisten dari periode ke periode kecuali terdapat perubahan keadaan yang
memberi alasan atau dasar suatu perubahan metode.

a. Metode Saldo Menurun

Dalam metode ini beban penyusutan periodic dihitung dengan cara


mengalikan tariff penyusutan yang tetap dengan nilai buku aktiva tetap.
Karena nilai buku aktiva ini selalu menurun makan beban depresiasi tiap
tahunnya juga selalu menurun, dan pada akhir umur manfaat aktiva tetap
besarnya nilai buku akan sama dengan nilai sisa.

Depresiasi tiap periode dengan metode saldo menurun dapat dihitung


dengan cara mengalikan tarif persentase yang tetap dengan nilai buku aktiva
dan rumusnya sebagai berikut :

Rumus mencari tarif :

T=1–

Keterangan :

T = Tarif NS = Nilai Sisa

n = Umur Ekonomis HP = Harga Perolehan

Depresiasi tiap periode dapat dihitung dengan rumus :

25
Beban Depresiasi = T x Nilai buku yang terus menurun

Ayat jurnal untuk mencatat beban penyusutan yang diperoleh dari metode di
atas adalah :

Beban penyusutan aktiva tetap ( Depreciation expense) xxx

Akumulasi penyusutan aktiva tetap ( Acc. Depreciation) xxx

2.11 REVIU MINIMUM SETIAP AKHIR TAHUN BUKU


Pada setiap akhir periode, entitas harus melakukan reviu atas jumlah
yang dapat disusutkan, periode penyusutan dan metode penyusutan atas
semua asset tetap. Reviu harus dilakukan minimum setiap akhir tahun buku.
Jika ternyata hasil reviu berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
sesuai dengan PSAK 25.
Misalkan entitas menggunakan metode penyusutan metode saldo
menurun. Pada akhir tahun kedua, berdasarkan hasil reviu akhir tahun,
manajemen memustuskan bahwa metode penyusutan yang lebih
mencerminkan pola konsumsi manfaat asset tetap tersebut adalah metode
garis lurus dan umur manfaat aset yang seharusnya tersisa 3 tahun diubah
menjadi 4 tahun. Nilai residu dianggap masih sesuai dengan adanya
perubahan ada metode penyusutan dan umur manfaat. Selanjutnya untuk
tahun keempat, kelima, dan keenam, jika tidak terdapat perubahan pada nilai
revaluasi dan atau residu serta faktor lainnya, maka beban penyusutan akan
sama hingga pada akhir umur manfaat.

26
1.12 PENGHENTIAN PENGAKUAN
Suatu asset tetap harus dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan
atau tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan asset tersebut.
1. Aset Tetap Langsung Dijual
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan asset tetap
harus dimasukkan dalam laba rugi pada saat asset tersebut dihentikan
pengakuannya. Kecuali untuk transaksi jual dan sewa-balik yang diatur
berbeda. Laba atau rugi ditentukan sebesar perbedaan antara hasil bersih
pelepasan dengan jumlah tercatat dari asset yang dilepas.
2. Aset Tetap Dihentikan Penggunaannya dan Dimiliki Untuk Dijual
Entitas mungkin saja telah menghentikan penggunan suatu asset,
namun tidak langsung menjualnya saat itu juga. Sesuai pengaturan PSAK 58
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki Untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan, entitas mengklasifikasikan suatu asset tetap sebagai dimiliki
untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui
transaksi penjualan dari pada melalui pemakaian berlanjut.
Agar dapat diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar dimiliki untuk
dijual, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh entitas, yaitu:
- Asset tersebut memang tersedia untuk dapat segera dijual pada
kondisinya sekarang.
- Penjualan atas asset tetap tersebut sangat mungkin terjadi, yang
ditandai dengan komite dari manajemen untuk menjual dan telah
melakukan upaya untuk menjual asset tersebut pada harga yang wajar.
PSAK 58 menetapkan bahwa penjualan atas asset tetap harus
dilakukan dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi. Jika periode
penjualan melebihi waktu satu tahun, maka manajemen harus menentukan
apakah masih memiliki intense untuk menjual, apakah penjualan masih
mungkin terjadi. Jika kemudian, manajemen menetukan bahwa asset tetap
tersebut akan kembali digunakan dalam operasional entitas maka asset

27
tersebut harus diukur pada jumlah tercatat asset tersebut sebelum asset tetap
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, disesuaikan dengan penyusutan
amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui jika asset tetap tersebut
tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aktiva tetap adalah semua aktiva berbentuk fisik yang dimiliki dan
digunakan dalam operasi normal perusahaan, yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, serta mempunyai masa manfaat
lebih dari satu periode akuntansi dan tidak dimaksud untuk dijual kembali.
Aktiva tetap dapat dibedakan dari aktiva lainnya berdasarkan karakteristik
berikut : (1) Aktiva tetap diperoleh untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan
usaha. (2) Aktiva tetap menyediakan manfaat selama beberapa periode
akuntansi.

Aktiva tetap dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap berwujud dan


aktiva tetap tak berwujud. Yang dimagsud aktiva tetap berwujud menurut
Kusnadi,dkk (200%), aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang
dirasakan oleh indra manusia yang terdiri dari aktiva berupa pabrik dan
peralatan serta aktiva tetap berupa sumber natural. Untuk menghindari
pengeluaran untuk aktiva-aktiva perusahaan yang nilainya relatif kecil, dan
nilainya kurang efisien karena penatausahaan aktiva tersebut memakan waktu
dan melebihi aktiva itu sendiri, maka perusahaan perlu mempunyai kebijakan
kapitalisasi yaitu kebijakan untuk menetapkan jumlah-jumlah batas minimal
dimana suatu pengeluaran untuk aktiva-aktiva dapat dikapitalisasi.

Aktiva tetap dicatat berdasarkan nilai perolehannya, semua biaya yang


dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut dikapitalisasi dalam nilai
aktiva tetap. Menurut ikatan akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan pengakuan awal aktiva yaitu suatu benda berwujud yang
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan
sebagai aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehannya. Biaya-biaya setelah perolehan yang umunya dapat

29
dikelompokkan sebagai berikut (1) Biaya perbaikan dan pemeliharaan;
(2)Biaya penggantian; (3) Biaya inspeksi teratur.
Aset tetap diukur pada harga perolehan, yang terdiri dari : Biaya
pembelian, Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dan
estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan serta biaya restorasi lokasi
asset tetap. Setelah pengakuan awal, entitas memiliki pilihan untuk
menggunakan Model Biaya( cost model ) atau Model Revaluasi sebagai dasar
pengukuran asset tetapnya. PSAK 16 paragraf 43 mengatur penerapan
akuntansi untuk perubahan dari modal biaya ke modal revaluasi yaitu dengan
diberlakukan secarapropektif. Artinya , jika saat kelompok tanah dan gedung,
entitas menggunakan model biaya dan kemudian memilih untuk
menggantinya menjadi model revaluasi.
Nilai wajar adalah jumlah yang di pakai untuk mempertukarkan suatu
aset antara pihak – pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s letm
transaction).Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat
disusutkan dari aktiva tetap sepanjang masa manfaat. Sedangkan penyusutan
menurut Kusnadi,dkk(2000) adalah berkurangnya suatu nilai yang disebabkan
karena pemakaian,keusangan, kemerosotan fisik, ketidaktetapan, berlalunya
suatu waktu atau perubahan biaya menjadi beban dari suatu aktiva tetap
berwujud.
Pada setiap akhir periode, entitas harus melakukan reviu atas jumlah
yang dapat disusutkan, periode penyusutan dan metode penyusutan atas
semua asset tetap. Reviu harus dilakukan minimum setiap akhir tahun buku.
Jika ternyata hasil reviu berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
sesuai dengan PSAK 25. Suatu asset tetap harus dihentikan pengakuannya
pada saat pelepasan atau tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan
yang diharapkan dari penggunaan asset tersebut.

30
3.2 SARAN
Setiap perusahaan harus mempunyai kebijakan atas penyusutan aktiva
tetap, serta perlu adanya penilaian kembali untuk setiap aktiva tetap yang
masih dapat dipakai walaupun nilai penyusutannya sudah habis.

31
DAFTAR PUSTAKA
Naiim, Ainun. 1988. “Akuntansi Keuangan 1”. Yogyakarta: BPFE UGM
Sinarwati, Ni Kadek, dkk. 2014. “Akuntansi Keuangan 1 (Berbasis IFRS)”
Website :
Makruf, Sandi. 2017. “Pengertian Aset Tetap Atau Aktiva Tetap Beserta Contohnya”.
Online : http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-aset-tetap-atau-
aktiva-tetap-beserta-contohnya/ (Diakses pada tanggal 9 Desember 2018)

32

Das könnte Ihnen auch gefallen