Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Hakikat Kepemimpinan
1
Novianti Djafari, “Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah”, (Yogyakarta :
Deepublish, 2017), hlm. 1.
2
Kartini Kartono, “ Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?”,(Jakarta : RajawaliPers, 2011), hlm.9-10.
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan lainnya.
B. Budaya Organisasi
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
Definisi lain menurut Kreitner dan Kinicki budaya organisasi adalah suatu
wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan
(budaya organisasi adalah pola keyakinan dan harapan bersama oleh anggota
sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan
3
______, “Makalah tentang Kepemimpinan”, dalam
(https://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, diakses pada tanggal
25 April 2019 pukul 19.55 WIB.
masing-masing organisasi.
organisasi adalah suatu pola/sistem yang berupa sikap, nilai, norma perilaku,
Manajemen
puncak
Filsafat
Kriteria Budaya
dari pendiri
seleksi organisasi
organisasi
Sosialisas
i
4
Sari, “Budaya Organisasi”, dalam http://etheses.uin-
malang.ac.id/1728/6/09410050_Bab_2.pdf, diakses pada tanggal 25 April 2019 pukul 18.48 WIB.
tergantung, baik pada tingkat sukses yang dicapai dalam mencocokan nilai-nilai
anggota/karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi
maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi.5
5
Chairul Furqon, “ Budaya Organisasi”, dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/197207152003121-
CHAIRUL_FURQON/Artikel-Organizational_Culture.pdf, diakses pada tanggal 25 April 2019
pukul 17.20 WIB.
“objek budaya” di sini termasuk busana yang dikenakan para anggota
organisasi, meubel yang digunakan dalam kantor, karya seni yang dipilih dan
digunakan oleh para warga organisasi.
Nilai-nilai (Values) berada setingkat lebih dekat dengan inti suatu budaya
organisasi. Values mencerminkan falsafah dan misi organisasi, cita-cita
organisasi, tujuan, dan standar organisasi. Para anggota organisasi menggunakan
nilai-nilai ini untuk menilai (judging) orang-orang, tindakan, dan peluang serta
mengambil keputusan atas nama organisasi.
Setelah sebuah organisasi berhasil memiliki SDM yang potensil untuk hidup
dan tetap bertahan hidup, maka seorang pemimpin “menularkan” semangat
kewirausahaan, kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dianutnya kepada para
bawahannya. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara:
6
______, “ Pemimpin dan Pembentukan Budaya Organisasi”, dalam
http://www.geocities.ws/endang.komara/Pemimpin_dan_Pembentukan_Budaya_Organisasi.htm ,
diakses pada tanggal 25 April 2019 pukul 20.20 WIB.
Ia mengkomunikasikan, mensosialisasikan, serta melakukan indoktrinasi
kepada para bawahannya tentang nilai-nilai dan cara berpikir dan
bertingkah laku yang ia inginkan;
Ia memberikan contoh kepada para bawahannya bagaimana seharusnya
berpikir dan bertingkah laku, sehingga para bawahannya akan
menjadikannya tokoh panutan .
Kegagalan sering kali juga terjadi karena para pemimpin tidak dapat
beradaptasi dan mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
Prinsip dan nilai-nilai yang secara kaku diterapkan, budaya yang solid terbentuk,
sering kali justru membawa malapetaka pada saat prinsip, nilai dan budaya yang
dianut sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman. Pemimpin pada sebuah
organisasi yang sudah “mature” harus terus-menerus mengevaluasi, apakah nilai
dan budaya yang dianut masih mendukung pada saat perubahan terjadi. Perubahan
nilai dan budaya justru harus dimulai dari sang pemimpin. Pemimpin menjadi
orang pertama dan yang paling ingin untuk berubah. Ia adalah orang yang berdiri
di garis paling depan upaya perubahan. Seorang pemimpin perubahan.7
7
______, “ Peran Pemimpin dalam Membangun Budaya Organisasi”, dalam
http://lingkarlsm.com/peran-pemimpin-dalam-membangun-budaya-organisasi/, diakses pada
tanggal 25 April 2019 pukul 20.08 WIB.