Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktik Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
tara
OLEH :
Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktik Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Oleh :
Mitha Elisza NIM. 1031511028
Olgi Kompresing NIM. 1031511037
Timbul Brisky Verkoyan NIM. 1031511049
Vio Rena Vibriani NIM. 1031511050
Manager Pembimbing
Penambangan Muara Tiga Besar Penambangan Muara Tiga Besar
PT Bukit Asam, Tbk PT Bukit Asam, Tbk
M. Syobri Firdaus
NP. 6391128274 NP.6385125626
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah.......................................................................... 2
1.4 Tujuan ......................................................................................... 3
1.5 Manfaat ....................................................................................... 4
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik ........................... 4
1.7 Metode Pengambilan Data .......................................................... 4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 54
5.2 Saran ............................................................................................ 54
LAMPIRAN ........................................................................................... 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Bagan Alir Kegiatan Penambangan ........................... 23
Gambar 4.2 Lapisan pada penambangan MTBU .......................... 25
Gambar 4.3Aktivitas Pemboran..................................................... 26
Gambar 4.4 Dozer D375 RippingOverburden .............................. 27
Gambar 4.5 Pemuatan overburden secara top loading .................. 27
Gambar 4.6 Pengangkutan overburden oleh HD785 ..................... 28
Gambar 4.7 Backfilling overburden .............................................. 29
Gambar 4.8 Dozer D375A ripping batubara.................................. 30
Gambar 4.9 Pemuatan batubara secara top loading ....................... 31
Gambar 4.10 dumping batubara di Stockpile MTB....................... 32
Gambar 4.11 Backfilling pit MTBU -Timur ................................ 33
Gambar 4.12 Kapal pompa di lokasi sump .................................... 34
Gambar 4.13 Kolam Pengendapan Lumput (KPL) ....................... 34
Gambar 4.14 PC200 modifikasi lengan panjang menguras
lumpur KPL ............................................................. 35
Gambar 4.15Dozer D8R ................................................................ 37
Gambar 4.16 Dozer D375A ........................................................... 37
Gambar 4.17Dozer D85 SS ........................................................... 38
Gambar 4.18 Back hoe Komatsu PC200 ....................................... 38
Gambar 4.19 Grader ...................................................................... 38
Gambar 4.20 Compactor ................................................................ 39
Gambar 4.21 Water Truck ............................................................. 39
Gambar 4.22 Solar Truck .............................................................. 40
Gambar 4.23 BobCat Wheel Stackle ............................................. 40
Halaman
Tabel 4.1 Kelebihan Dan Kekurangan Kombinasi Peralatan
Pengupas Top Soil ......................................................... 24
Tabel 4.2 Waktu Hambatan DT HINO 500 ................................... 45
Tabel 4.3 Data Pencapaian Produksi ............................................. 46
Tabel 4.4 Hasil pengukuran dimensi lantai dasar stockpile
dilapangan ...................................................................... 49
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran dimensi stockpile dilapangan ........... 49
Tabel 4.6. Data hasil analisis batubara MT 46 .............................. 50
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran suhu pada elevasi 6m dilapangan ..... 52
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran suhu pada elevasi 8m dilapangan ..... 52
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Tabel 4. 1 Perbandingan Data Target Produksi Dengan Data
Aktual ............................................................................ 47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Data cycle time alat gali-muat Backhoe pada
Seam BB-B ................................................................ 56
Lampiran B Data cycle time alat angkut dump truck pada
Seam BB-B ............................................................... 57
Lampiran C Faktor Effisiensi Kerja .............................................. 58
Lampiran D Sweel Factor Dan Density Insitu Berbagai
Mineral ....................................................................... 59
Lampiran E Spesifikasi Alat Gali Muat Komatsu Pc 400 ............ 60
Lampiran F Spesifikasi Alat Angkut Dt Hino 500 ........................ 61
Lampiran G Rencana Kerja Target Produksi Periode Juli 2018.... 62
Lampiran H Perhitungan Kapasitas Timbunan Batubara Pada
Stockpile Mtbu- B/Cip, Perhitungan Tinggi Dan
Sudut Timbunan Yang Ideal Berdasarkan Kondisi
Di Lapangan............................................................... 63
Lampiran I Data Hasil Pengukuran Temperatur Timbunan
Batubara ...................................................................... 67
Lampiran J Data Curah Hujan MTBU .......................................... 70
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya mineral dan energi
yang sangat melimpah. Salah satu sumber daya yang terdapat di indonesia adalah
batubara. Usaha penambangan batubara terbesar di indonesia salah satunya terdapat
di Tanjung Enim, Kab. Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang dikelola oleh
PT. Bukit Asam, Tbk.
PT Bukit Asam, Tbk memiliki izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 15.500
Ha yang berlokasi di Tanjung Enim dengan tiga lokasi penambangan pada Unit
Pertambangan Tanjung Enim (UPTE), yakni Tambang Air Laya (TAL), Muara
Tiga Besar (MTB), dan Bangko Barat. Penambangan dilakukan secara terbuka
metode strip mining. Sistem penambangan yang diterapkan yaitu sistem kombinasi
shovel and trucks dan sistem Bucket Wheel Excavator (BWE System). Site
penambangan yang menerapkan kedua sistem penambangan terdapat pada site
Tambang Air Laya (TAL) dan site Muara Tiga Besar.
Site Muara Tiga Besar memiliki tiga lokasi penambangan (pit), yaitu pada pit
Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), Muara Tiga Besar Utara-Timur (MTBU –
Timur) dan Muara Tiga Besar (MTBU). Pit yang masih aktif dilakukan
penambangan pada site MTB terdapat pada pit MTB Utara. Sedangkan pada pit
MTBS dan MTBU – Timur, penambangan telah memasuki tahap akhir
penambangan.
2. Alat tambang utama yang digunakan pada metode shovel and trucks
merupakan kombinasi PC-400 dan dump truck Hino Dutro 500 pada
penggalian batubara, kombinasi PC-800 dan dump truck Hino Dutro
500 pada penggalian overburden serta kombinasi PC-1250 dan PC-
2000 dengan HD-785 pada penggalian overburden pada pit MTBU di
PT. Bukit Asam, Tbk.
3. Jenis alat penunjang tambang metode shovel and trucks pada pit MTBU
di PT. Bukit Asam, Tbk.
4. BWE System sebagai salah satu metode angkut shovel and trucks pada
pit MTBU di PT. Bukit Asam, Tbk
6. Macth Factor Kombinasi back hoe dan dump truck yang digunakan pada
penggalian batubara dan tanah pada pit MTBU di PT. Bukit Asam, Tbk.
7. Halangan yang terjadi pada proses penambangan alat gali-muat dan alat
angkut pada pit MTBU di PT. Bukit Asam, Tbk.
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1. Manfaat praktis dari kerja praktik ini adalah sebagai bahan masukan
perusahaan untuk permasalahan proses penambangan batubara yang
dilakukan agar dapat meningkatkan produksi
2. Manfaat akademisi membantu mahasiswa untuk memahami cycle time alat
gali muat dan alat angkut, faktor-faktor penghambat produksi penambangan
batubara , manajemen stockpile serta evaluasi dari aktivitas penambangan
batubara menggunakan metode shovel and trucks.
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mencari studi pustaka berupa buku dan jurnal yang
berhubungan dengan teori dan rumus bahasan yang digunakan. Laporan perusahaan
untuk mencari data yang dibutuhkan pada tinjauan umum dan data berupa laporan
kerja yang bersifat harian dan bulanan.
2. Pengamatan lapangan
Dilakukan dengan pengamatan secara langsung dari front kerja PIT MTBU PT
Bukit asam Tbk. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas
penambangan dimulai dari aktivitas penggalian sampai penimbunan material
batubara dan tanah.
3. Pengambilan data
Data – data yang dibutuhkan untuk menyusun laporan ini berupa :
a. Data Primer, yaitu didapatkan dengan melakukan pengamatan langsung
dilapangan melalui kondisi front penambangan, aktivitas penambangan,
kondisi jalan, cycle time, dan lainnya.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literature dan referensi yang
berkaitan sebagai data pelengkap yang diperoleh dari instansi terkait,
perpustakaan, dan Informasi-informasi lainnya yang berkaitan. Data-data
yang dibutuhkan seperti data curah hujan, rencana operasi produksi,
stripping ratio, tahapan penambangan, spesifikasi peralatan mekanis yang
digunakan, geologidaerah penambangan, dll.
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
Batubara akan terus mengalami proses perubahan fisika dan kimia sehingga
memiliki warna yang lebih hitam dan bertambah keras menjadi bituminous,lalu bias
meningkat lagi menjadi batubara antrasit yang memiliki kandungan karbon yang
tinggi. Capaian proses perubahan gambut hingga antrasit dikenal dengan juga
sebagai tingkat kematangan batubara dan rank. Pematangan batubara ini menjadi
terjadi selama pembatubaraan, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi temperature
dan tekanan.
1. Teori In-situ
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana
batubara tersebut.Batubara yang terbentuk biasanya terjadi dihutan basah dalam
berawa,sehingga pohon-pohon dihutan tersebut pada saat maati dan roboh,
langsung tenggela kedalam rawa tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan
yang terbentuk sedimen organik.
2. Teori Drift
Batubara terbentuk dari tubuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang
bukan ditempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya terjadi
di delta mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu tipis, tidak menerus (spilittng), banyak
lapisan (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).
2.2.2 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Kt Eff 60
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat angkut, bcm/jam atau ton/jam
Kt = Kapasitas vessel(banyak pengisian x Sf x Ff x Kb)
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat angkut (dump truck)(menit)
𝑛𝐻𝑥𝑓𝑥𝐶𝑡𝐿
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿𝑥𝐶𝑡𝐻
Keterangan:
MF = Match factor
nH = Jumlah truk
nL = Jumlah alat muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat muat (menit)
f = Frekuensi pengisian truk
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor
kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat muat dan alat angkut akan mencapai
100% jika MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100%
dan faktor kerja alat muat < 100% (alat loading menunggu alat angkut). Sebaliknya
bila MF > 1, maka faktor kerja alat muat = 100% dan faktor kerja alat angkut <
100% (alat hauling antri). Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut akan
terjadi pada saat harga MF = 1, pada saat itu kemampuan alat muat akan sesuai
dengan kemampuan alat angkut.
BAB III
METODE PENELITIAN
𝐾𝐵 × 𝐵𝐹 × 3600 × 𝐹𝐾
𝑄=
𝐶𝑇
Dimana :
BF : bucket factor
CT : cycle time(detik)
Nilai bucket factor, dan faktor koreksi dapat dilihat pada (lampiran)
𝐶 × 60 × 𝐹𝐾
𝑄=
𝐶𝑇
Bila menggunakan bucket load maka perlu ditambahkan berat jenis dari
material.
𝑁𝑎 × 𝑛 × 𝐶𝑡𝑚
𝑀𝐹 =
𝑁𝑚 × 𝐶𝑡𝑎
Dimana:
Pengangkutan tanah
Pengupasan top soil
tanah top soil Penimbunan back
filling
Pemuatan tanah
penutup
Pengupasan tanah
penutup (stripping Pengangkutan tanah
overburden) penutup
Penimbunan
Aktivitas
disposal
Penambangan
Pembersihan &
ripping batubara
Penambangan Penggalian
batubara batubara
Penimbunan
Pemompaan di area batubara
sump
Kolam
pengendapan
Gambar 4.1 Bagan Alir Kegiatan Penambangan
(Sumber : Hasil Pengamatan kerja praktik)
Penambangan pit Muara Tiga Besar dilakukan secara tambang terbuka metode strip
mining dengan teknis penambangan shovel and trucks. Sedangkan pola
pengangkutan selain menggunakan trucks juga menggunakan BWE system. Lokasi
penyimpanan batubara pada MTB Utara adalah stockpile MTB. Berdasarkan
kebutuhan pengiriman, batubara pada stockpile MTB akan diterima oleh reclaim
feeder ke belt conveyor diangkut ke stockpile 2 atau stockpile PLTU Banjar Sari.
Top soil disekitar Muara Tiga Besar memiliki kedalaman sekitar 60 – 80 cm. Batas
lapisan top soil ditandai dengan batas kedalaman dari jangkauan akar vegetasi
dipermukaan sebelumnya. Pemilihan kombinasi alat gali-muat dan angkut
disesuaikan dengan hasil dan waktu penggalian yang diinginkan. Pertimbangan
pemilihan kombinasi peralatan pengupas top soil dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Kelebihan Dan Kekurangan Kombinasi Peralatan Pengupas Top Soil
Kombinasi Kelebihan Kekurangan
Peralatan Pengupas
Top Soil
Back Hoe PC400 dan Akurasi penggalian top soil lebih Waktu Pengupasan lebih
DT 500 baik. Ukuran bucket PC400 yang lama. Kapasitas bucket
lebih kecil memudahkan alat gali PC400 dan DT 500 lebih
lebih selektif mengupas lapisan kecil sehingga lebih terbatas
tanah volume pemuatan dan
pengangkutan
Back Hoe PC800 dan Waktu pengupasan lebih cepat. Akurasi penggalian top soil
Dump Truck HD785 Kapasitas bucket PC800 dan kurang selektif. Lapisan top
vessel HD785 lebih besar soil hanya sedalam 60-80
sehingga lebih besar volume cm, hal ini menyebabkan
pemuatan dan pengangkutan top soil yang tergali
tercampur dengan tanah
non-humus. sedangkan
volume bucket PC800 3,4
m3 (Lampiran H)
Selama pengamatan penulis tidak ditemukan adanya aktivitas land clearing. Hal ini
disebabkan belum adanya kebutuhan land clearing
Lapisan NAF
Interburden A2-B
Lapisan A2 Lapisan A1
Lapisan B
Gambar 4.2 Lapisan pada penambangan MTBU
Bila lapisan overburden relatif tipis, atau area pengupasan dekat dengan
perkantoran maka digunakan pemberaian metode ripping. Kegiatan ripping
menggunakan Dozer D375 yang telah dipasang single shank ripper. Pola ripping
yang digunakan adalah pola silang (cross).
Overburden yang telah diberai dipindahkan dengan kombinasi shovel and trucks.
Satu rangkaian kombinasi disebut sebagai fleet. Tiap fleet terdiri dari 1 excavator
back hoe dan 4-5 dump truck yang beroperasi di suatu area. Pemindahan
overburden menggunakan excavator back hoe Komatsu PC2000 sebagai alat gali-
muat dan dump truck Komatsu HD785 sebagai alat angkut. Pada area yang lebih
terbatas, kombinasi yang digunakan adalah excavator back hoe Komatsu PC1250
dengan dump truck Komatsu HD785.
Overburden NAF terdiri dari Batu Lempung, Bentonit dan Batu Pasir Tufaan
dengan ketebalan berkisar antara 0,5-3,0 meter. Lapisan NAF digali setelah lapisan
batubara A1 dan A2 tergali cukup dalam. Lapisan NAF yang tersingkap digali dan
dimuat seperti overburden lainnya. Lokasi dumping material NAF dibedakan
dengan lokasi dumping overburden PAF. Hal ini dibutuhkan agar material NAF
tidak tercampur dan dapat disimpan untuk keperluan selanjutnya.
Batubara yangtelah tersingkap diberai secara ripping oleh Dozer D375A yang telah
dipasang single shank ripper. Metode ripping yang digunakan adalah pola bintang
(star). Ukuran produk hasil ripping yang diharapkan adalah -20 cm. Bila terdapat
area yang diketahui masih berbentuk bongkahan +20 cm, maka Dozer akan
melakukan ripping ulang secara selektif.
Metode pemuatan batubara yang digunakan berdasarkan posisi secara single side
loading dengan pola pemuatan top loading. Ketika jumlah batubara disekitar
excavator mulai habis, excavator akan memuat secara bottom loading.
excavatorturun dari bench sehingga ketinggian lantai kerja excavator relatif sejajar
dengan dump truck.
4.1.4 Rehabilitasi
Aktivitas rehabilitasi di bekas pit penambangan PT. Bukit Asam (persero) Tbk.
dilakukan dengan backfilling material tanah dari pit penambangan yang masih aktif.
Backfilling dilakukan dengan tahapan, penimbunan material tanah PAF (potential
acid formed), diikuti lapisan tanah NAF (Non acid formed) dengan kedalaman
sekitar 20-25 cm, dilanjutkan lapisan top soil dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.
setelah itu, dilakukan reklamasi atau pasca tambang.
Peralatan yang digunakan pada penirisan tambang yaitu, kapal pompa sump beserta
rangkaian pompa menuju KPL, back hoe PC200 dimodifikasi dengan lengan yang
lebih panjang untuk menguras lumpur berlebih pada KPL.
Dump truck
Dump truck berfungsi sebagai alat angkut material hasil pemuatan back hoe. Pada
material tanah, dump truck yang digunakan adalah jenis Komatsu HD785. Pada
material batubara, dump truck yang digunakan adalah jenis Hino Dutro 500 30
ton.Bak (vessel) antara dump truck material tanah dan dump truck material batubara
memiliki perbedaan. Bak dump truck overburden memiliki dasar bak yang miring
dengan kelandaian arah dalam bak. Sedangkan pada bak dump truck batubara
memiliki dasar bak yang datar dan memiliki tutup belakang bak. Perbedaan bak ini
dikarenakan sifat dari material yang dibawa dump truck. materialoverburden
memiliki berat jenis yang lebih berat, lebih kompak, dan terkadang diangkut dalam
keadaan basah. Dengan bentuk permukaan bak miring ke arah dalam, saat proses
dumping, material tanah akan terlempar karena perbedaan momentum. Selain itu
juga memudahkan dump truck saat proses dumping. Pada dump truck batubara,
karena sifat batubara yang kurang kompak, berat jenis lebih ringan, diperlukan
tutup pada bak agar muatan batubara tidak tercecer.
Belt Conveyor
Berfungsi untuk mengangkut batubara yang diterima dari BWE 203 dan 205
diangkut ke stockpile MTB. Di stockpile MTB, belt conveyor menerima batubara
dari reclaim feeder 1, 2, dan 3 diangkut ke stockpile 2 dan menerima batubara dari
reclaim feeder 4 diangkut ke PLTU Banjar Sari.
Dozer
Terdapat Dozer jenis D85 SS, D375A, dan D8R. Secara umum, Dozer yang ada
pada pit MTBU digunakan untuk mendorong material, meratakan jalan, alat muat
material jarak pendek. Dozer jenis D8R memiliki bentuk yang lebih kecil dibanding
Dozer lain. pada lokasi disposal Dozer D8R digunakan untuk merapikan lereng
disposal. Dozer D375R memiliki single shank ripper yang dapat digunakan pada
pemberaian material overburden dan batubara.
Compactor
Berfungsi untuk memadatkan material tanah timbunan untuk jalan utama dan
pemadatan ulang pada jalanan yang kurang padat.
WaterTruck
Berfungsi untuk mengurangi partikel debu di jalanan dengan penyemprotan air
secara berkala, penyemprotan air untuk mendinginkan alat berat pada front
penambangan, mengangkut suplai air bersih untuk kebutuhan operasional.
Gambar 4.21Water Truck
Solar Truck
Berfungsi mengangkut bahan bakar minyak (BBM) kebutuhan peralatan dan
mesin alat penambangan.
Wheel Stackle
Berfungsi untuk mengumpulkan batubara yang tercecer di sekitar belt conveyor.
Gambar 4.23BobCat Wheel Stackle
Faktor alam
Halangan faktor alam seperti terjadinya hujan. Ketika terjadi hujan, semua proses
operasi penambangan dihentikan sementara sampai hujan reda. Hal ini untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan kerusakan alat. Kecelakaan kerja yang
terjadi dapat disebabkan oleh jalan produksi licin berpotensi slip pada kendaraan
yang melintas, dan kerusakan alat dapat terjadi karena tergenang oleh limpasan air
berlebih di muka kerja tambang. Setelah hujan mereda, lokasi sekitar penambangan
perlu dilakukan perawatan jalan dengan grader dan dozer untuk meratakan jalan
dan memindahkan tanah berlumpur. Waktu perawatan jalan tersebut juga menjadi
tambahan waktu tunda operasi penambangan.
Halangan terencana
Halangan terencana merupakan halangan yang sudah direncanakan dan memiliki
jadwalnya tersendiri selama operasi penambangan. Halangan tersebut berupa
perawatan berkala alat berat (maintenance), jam istirahat 1 jam x 3 shift, dan waktu
sholat.
persamaan berikut.
KB Eff FB Sf 3600
p densitas batubara
CT
Diketahui Bucket :
4.4.2 Produktivitas alat angkut Dump Truck Hino 500 Untuk Batubara
n KB Eff FB Sf 3600
p 1,26 ton / m 3
CT
Diketahui :
Muat (Excavator Backhoe PC400 ext256) dan Alat Angkut (Dumptruck Hino 500-
Diketahui:
MF 0,95
Jadi MF < 1 artinya, alat gali muat( PC-400 EX256 ) yang menunggu
Diketahui:
= 322,46 x 492
= 158.650,32 Ton/Bulan
= 158.650,32 Ton/Bulan
Dari perhitungan data diatas target operasi untuk batubara pada bulan juli 2018
diperkirakan akan melebihi target awal yairu 120.000 Ton/Bulan untuk satu
untuk setiap excavatornya apabila efisiensi kerja untuk setiap excavator yaitu 82%
pada bulan ini. Namun tidak menutup kemungkinan target dapat tidak tercapi
apabila terjadi hambatan lebih dari data pada tabel 4.2 dibawah ini, apabila terjadi
Pada proses penambangan batubara di unit penambangan muara tiga besar utara
(MTBU) target produksi perhari yaitu 4.000 TON, dimana pengamat melakukan
pengamatan selama 10 hari kerja dimana setiap hari kerja terdiri dari tiga shift.
Berikut merupakan data realisasi ketiga shift (Tabel. 4.3 Data pencapaian
Produksi).
Hari Target
Aktual (TON) Persentase (%)
ke- (TON)
1 4000 3343.63 83.59
6000
5000
4000
1000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Temporary
Ket : Tumpukan Batubara
Stockpile BWE Jalur Conveyor
MTBU-B/Cip Jalan Umum
Temporary
Jalan
Stockpile BWE 203
Stockpile MTB
Timur
Jalan Temporary Stock BWE MTB
Gambar 4.24 Lay Out Temporary Stockpile dan Stockpile area Muara Tiga Besar
Dan kondisi timbunan batubara dengan pola penimbunan chevcon adalah sebagai
berikut (Gambar 4.25) dan (Gambar 4.26)
Gambar 4.25 Timbunan Batubara dengan Pola Chevcon tampak sebelah Utara
(Sumber, Dokumentasi Penulis)
Gambar 4.26 Prakira Permodelan Timbunan Batubara dengan Pola Chevcon
(Sumber, Ilustrasi Penulis)
b. Timbunan Batubara
Bentuk timbunan batubara dengan pola penimbunan chevcon adalah berbentuk
limas terpancung memanjang dengan alas seperti oval membulat. Adapun dimensi
temporary stockpile ini yang hasilnya didapat dari pengukuran langsung di
lapangan adalah sebagai berikut (Tabel 4.5)
Kualitas Batubara
Batubara yang diamati adalah jenis batubara MT 46 yang
mempunyai nilai kadar sulfur 0,25 – 1,2 (ar) dan nilai Gros Calorivic Value sebesar
5733 (Cal/gr) (Tabel 4.6)
Tabel 4.6. Data hasil analisis batubara MT 46
No Hasil Pengujian % (adb) % (ar)
1. Total Moisture - 31,40
2. Inherent Moisture 14,00 -
3. Ash Content - 6,00
4. Volatile Matter - 35,00
5. Fixed Carbon - 30
6. Total Sulfur 1,00(MAX) 0,7
7. Gross Caloric Value (Cal/gr) 5733 4600
Saat pengamatan dilakukan total patok yang terpakai adalah 11 pipa. Hal itu
disebabkan oleh pada pipa nomor 7 terjadi swabakar (Tabel 4.3). Dari tabel diatas
dapat pula dilihat bahwa titik tersebut suhu kritis untuk titik sampel dari ketinggian
tersebut berkisar antara 42oC – 50oC. Hal tersebut dibuktikan saat pengambilan data
sampel nomor 7 pada hari ke 4 dimana saat pengambilan data pengamat mencoba
mengarahkan kesekeliling sampel dan didapatkan bahwa adanya peningkatan suhu
sebesar 190oC sejarak 1 kaki pengamat dari titik sampel. Berdasarkan pada
penelitian oleh Harris RW (2017) potensi swabakar memiliki peningkatan (makin
cepat terjadinya) seiring dengan peningkatan ketinggian , dan menurut beliau
potensi swabakar unuk elevasi 8m berpotensi terjadi setelah hari ke 81 setelah
penimbunan pertama kali. Karena hal tersebut maka pada penimbunan stockpile
kali ini memiliki banyak potensi swabakar.
f. Penanganan Swabakar
Pengangkutan tanah
Pengupasan top soil
tanah top soil Penimbunan back
filling
Pemuatan tanah
penutup
Pengupasan tanah
penutup (stripping Pengangkutan tanah
overburden) penutup
Penimbunan
Aktivitas
disposal
Penambangan
Pembersihan &
ripping batubara
Penambangan Penggalian
batubara batubara
Penimbunan
Pemompaan di area batubara
sump
Kolam
pengendapan
Gambar 4.1 Bagan Alir Kegiatan Penambangan
(Sumber : Hasil Pengamatan kerja praktik)
Penambangan pit Muara Tiga Besar dilakukan secara tambang terbuka metode strip
mining dengan teknis penambangan shovel and trucks. Sedangkan pola
pengangkutan selain menggunakan trucks juga menggunakan BWE system. Lokasi
penyimpanan batubara pada MTB Utara adalah stockpile MTB. Berdasarkan
kebutuhan pengiriman, batubara pada stockpile MTB akan diterima oleh reclaim
feeder ke belt conveyor diangkut ke stockpile 2 atau stockpile PLTU Banjar Sari.
Top soil disekitar Muara Tiga Besar memiliki kedalaman sekitar 60 – 80 cm. Batas
lapisan top soil ditandai dengan batas kedalaman dari jangkauan akar vegetasi
dipermukaan sebelumnya. Pemilihan kombinasi alat gali-muat dan angkut
disesuaikan dengan hasil dan waktu penggalian yang diinginkan. Pertimbangan
pemilihan kombinasi peralatan pengupas top soil dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Kelebihan Dan Kekurangan Kombinasi Peralatan Pengupas Top Soil
Kombinasi Kelebihan Kekurangan
Peralatan Pengupas
Top Soil
Back Hoe PC400 dan Akurasi penggalian top soil lebih Waktu Pengupasan lebih
DT 500 baik. Ukuran bucket PC400 yang lama. Kapasitas bucket
lebih kecil memudahkan alat gali PC400 dan DT 500 lebih
lebih selektif mengupas lapisan kecil sehingga lebih terbatas
tanah volume pemuatan dan
pengangkutan
Back Hoe PC800 dan Waktu pengupasan lebih cepat. Akurasi penggalian top soil
Dump Truck HD785 Kapasitas bucket PC800 dan kurang selektif. Lapisan top
vessel HD785 lebih besar soil hanya sedalam 60-80
sehingga lebih besar volume cm, hal ini menyebabkan
pemuatan dan pengangkutan top soil yang tergali
tercampur dengan tanah
non-humus. sedangkan
volume bucket PC800 3,4
m3 (Lampiran H)
Selama pengamatan penulis tidak ditemukan adanya aktivitas land clearing. Hal ini
disebabkan belum adanya kebutuhan land clearing
Lapisan NAF
Interburden A2-B
Lapisan A2 Lapisan A1
Lapisan B
Gambar 4.2 Lapisan pada penambangan MTBU
Bila lapisan overburden relatif tipis, atau area pengupasan dekat dengan
perkantoran maka digunakan pemberaian metode ripping. Kegiatan ripping
menggunakan Dozer D375 yang telah dipasang single shank ripper. Pola ripping
yang digunakan adalah pola silang (cross).
Overburden yang telah diberai dipindahkan dengan kombinasi shovel and trucks.
Satu rangkaian kombinasi disebut sebagai fleet. Tiap fleet terdiri dari 1 excavator
back hoe dan 4-5 dump truck yang beroperasi di suatu area. Pemindahan
overburden menggunakan excavator back hoe Komatsu PC2000 sebagai alat gali-
muat dan dump truck Komatsu HD785 sebagai alat angkut. Pada area yang lebih
terbatas, kombinasi yang digunakan adalah excavator back hoe Komatsu PC1250
dengan dump truck Komatsu HD785.
Overburden NAF terdiri dari Batu Lempung, Bentonit dan Batu Pasir Tufaan
dengan ketebalan berkisar antara 0,5-3,0 meter. Lapisan NAF digali setelah lapisan
batubara A1 dan A2 tergali cukup dalam. Lapisan NAF yang tersingkap digali dan
dimuat seperti overburden lainnya. Lokasi dumping material NAF dibedakan
dengan lokasi dumping overburden PAF. Hal ini dibutuhkan agar material NAF
tidak tercampur dan dapat disimpan untuk keperluan selanjutnya.
Batubara yangtelah tersingkap diberai secara ripping oleh Dozer D375A yang telah
dipasang single shank ripper. Metode ripping yang digunakan adalah pola bintang
(star). Ukuran produk hasil ripping yang diharapkan adalah -20 cm. Bila terdapat
area yang diketahui masih berbentuk bongkahan +20 cm, maka Dozer akan
melakukan ripping ulang secara selektif.
Metode pemuatan batubara yang digunakan berdasarkan posisi secara single side
loading dengan pola pemuatan top loading. Ketika jumlah batubara disekitar
excavator mulai habis, excavator akan memuat secara bottom loading.
excavatorturun dari bench sehingga ketinggian lantai kerja excavator relatif sejajar
dengan dump truck.
4.1.6 Rehabilitasi
Aktivitas rehabilitasi di bekas pit penambangan PT. Bukit Asam (persero) Tbk.
dilakukan dengan backfilling material tanah dari pit penambangan yang masih aktif.
Backfilling dilakukan dengan tahapan, penimbunan material tanah PAF (potential
acid formed), diikuti lapisan tanah NAF (Non acid formed) dengan kedalaman
sekitar 20-25 cm, dilanjutkan lapisan top soil dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.
setelah itu, dilakukan reklamasi atau pasca tambang.
Peralatan yang digunakan pada penirisan tambang yaitu, kapal pompa sump beserta
rangkaian pompa menuju KPL, back hoe PC200 dimodifikasi dengan lengan yang
lebih panjang untuk menguras lumpur berlebih pada KPL.
Dump truck
Dump truck berfungsi sebagai alat angkut material hasil pemuatan back hoe. Pada
material tanah, dump truck yang digunakan adalah jenis Komatsu HD785. Pada
material batubara, dump truck yang digunakan adalah jenis Hino Dutro 500 30
ton.Bak (vessel) antara dump truck material tanah dan dump truck material batubara
memiliki perbedaan. Bak dump truck overburden memiliki dasar bak yang miring
dengan kelandaian arah dalam bak. Sedangkan pada bak dump truck batubara
memiliki dasar bak yang datar dan memiliki tutup belakang bak. Perbedaan bak ini
dikarenakan sifat dari material yang dibawa dump truck. materialoverburden
memiliki berat jenis yang lebih berat, lebih kompak, dan terkadang diangkut dalam
keadaan basah. Dengan bentuk permukaan bak miring ke arah dalam, saat proses
dumping, material tanah akan terlempar karena perbedaan momentum. Selain itu
juga memudahkan dump truck saat proses dumping. Pada dump truck batubara,
karena sifat batubara yang kurang kompak, berat jenis lebih ringan, diperlukan
tutup pada bak agar muatan batubara tidak tercecer.
Belt Conveyor
Berfungsi untuk mengangkut batubara yang diterima dari BWE 203 dan 205
diangkut ke stockpile MTB. Di stockpile MTB, belt conveyor menerima batubara
dari reclaim feeder 1, 2, dan 3 diangkut ke stockpile 2 dan menerima batubara dari
reclaim feeder 4 diangkut ke PLTU Banjar Sari.
Dozer
Terdapat Dozer jenis D85 SS, D375A, dan D8R. Secara umum, Dozer yang ada
pada pit MTBU digunakan untuk mendorong material, meratakan jalan, alat muat
material jarak pendek. Dozer jenis D8R memiliki bentuk yang lebih kecil dibanding
Dozer lain. pada lokasi disposal Dozer D8R digunakan untuk merapikan lereng
disposal. Dozer D375R memiliki single shank ripper yang dapat digunakan pada
pemberaian material overburden dan batubara.
Compactor
Berfungsi untuk memadatkan material tanah timbunan untuk jalan utama dan
pemadatan ulang pada jalanan yang kurang padat.
WaterTruck
Berfungsi untuk mengurangi partikel debu di jalanan dengan penyemprotan air
secara berkala, penyemprotan air untuk mendinginkan alat berat pada front
penambangan, mengangkut suplai air bersih untuk kebutuhan operasional.
Gambar 4.21Water Truck
Solar Truck
Berfungsi mengangkut bahan bakar minyak (BBM) kebutuhan peralatan dan
mesin alat penambangan.
Wheel Stackle
Berfungsi untuk mengumpulkan batubara yang tercecer di sekitar belt conveyor.
Gambar 4.23BobCat Wheel Stackle
Faktor alam
Halangan faktor alam seperti terjadinya hujan. Ketika terjadi hujan, semua proses
operasi penambangan dihentikan sementara sampai hujan reda. Hal ini untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan kerusakan alat. Kecelakaan kerja yang
terjadi dapat disebabkan oleh jalan produksi licin berpotensi slip pada kendaraan
yang melintas, dan kerusakan alat dapat terjadi karena tergenang oleh limpasan air
berlebih di muka kerja tambang. Setelah hujan mereda, lokasi sekitar penambangan
perlu dilakukan perawatan jalan dengan grader dan dozer untuk meratakan jalan
dan memindahkan tanah berlumpur. Waktu perawatan jalan tersebut juga menjadi
tambahan waktu tunda operasi penambangan.
Halangan terencana
Halangan terencana merupakan halangan yang sudah direncanakan dan memiliki
jadwalnya tersendiri selama operasi penambangan. Halangan tersebut berupa
perawatan berkala alat berat (maintenance), jam istirahat 1 jam x 3 shift, dan waktu
sholat.
persamaan berikut.
KB Eff FB Sf 3600
p densitas batubara
CT
Diketahui Bucket :
4.4.2 Produktivitas alat angkut Dump Truck Hino 500 Untuk Batubara
n KB Eff FB Sf 3600
p 1,26 ton / m 3
CT
Diketahui :
Muat (Excavator Backhoe PC400 ext256) dan Alat Angkut (Dumptruck Hino 500-
Diketahui:
MF 0,95
Jadi MF < 1 artinya, alat gali muat( PC-400 EX256 ) yang menunggu
Diketahui:
= 322,46 x 492
= 158.650,32 Ton/Bulan
= 158.650,32 Ton/Bulan
Dari perhitungan data diatas target operasi untuk batubara pada bulan juli 2018
diperkirakan akan melebihi target awal yairu 120.000 Ton/Bulan untuk satu
untuk setiap excavatornya apabila efisiensi kerja untuk setiap excavator yaitu 82%
pada bulan ini. Namun tidak menutup kemungkinan target dapat tidak tercapi
apabila terjadi hambatan lebih dari data pada tabel 4.2 dibawah ini, apabila terjadi
Pada proses penambangan batubara di unit penambangan muara tiga besar utara
(MTBU) target produksi perhari yaitu 4.000 TON, dimana pengamat melakukan
pengamatan selama 10 hari kerja dimana setiap hari kerja terdiri dari tiga shift.
Berikut merupakan data realisasi ketiga shift (Tabel. 4.3 Data pencapaian
Produksi).
Hari Target
Aktual (TON) Persentase (%)
ke- (TON)
1 4000 3343.63 83.59
6000
5000
4000
1000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Temporary
Ket : Tumpukan Batubara
Stockpile BWE Jalur Conveyor
MTBU-B/Cip Jalan Umum
Temporary
Jalan
Stockpile BWE 203
Stockpile MTB
Timur
Jalan Temporary Stock BWE MTB
Gambar 4.24 Lay Out Temporary Stockpile dan Stockpile area Muara Tiga Besar
Dan kondisi timbunan batubara dengan pola penimbunan chevcon adalah sebagai
berikut (Gambar 4.25) dan (Gambar 4.26)
Gambar 4.25 Timbunan Batubara dengan Pola Chevcon tampak sebelah Utara
(Sumber, Dokumentasi Penulis)
Gambar 4.26 Prakira Permodelan Timbunan Batubara dengan Pola Chevcon
(Sumber, Ilustrasi Penulis)
f. Timbunan Batubara
Bentuk timbunan batubara dengan pola penimbunan chevcon adalah berbentuk
limas terpancung memanjang dengan alas seperti oval membulat. Adapun dimensi
temporary stockpile ini yang hasilnya didapat dari pengukuran langsung di
lapangan adalah sebagai berikut (Tabel 4.5)
Kualitas Batubara
Batubara yang diamati adalah jenis batubara MT 46 yang
mempunyai nilai kadar sulfur 0,25 – 1,2 (ar) dan nilai Gros Calorivic Value sebesar
5733 (Cal/gr) (Tabel 4.6)
Tabel 4.6. Data hasil analisis batubara MT 46
No Hasil Pengujian % (adb) % (ar)
1. Total Moisture - 31,40
2. Inherent Moisture 14,00 -
3. Ash Content - 6,00
4. Volatile Matter - 35,00
5. Fixed Carbon - 30
6. Total Sulfur 1,00(MAX) 0,7
7. Gross Caloric Value (Cal/gr) 5733 4600
Saat pengamatan dilakukan total patok yang terpakai adalah 11 pipa. Hal itu
disebabkan oleh pada pipa nomor 7 terjadi swabakar (Tabel 4.3). Dari tabel diatas
dapat pula dilihat bahwa titik tersebut suhu kritis untuk titik sampel dari ketinggian
tersebut berkisar antara 42oC – 50oC. Hal tersebut dibuktikan saat pengambilan data
sampel nomor 7 pada hari ke 4 dimana saat pengambilan data pengamat mencoba
mengarahkan kesekeliling sampel dan didapatkan bahwa adanya peningkatan suhu
sebesar 190oC sejarak 1 kaki pengamat dari titik sampel. Berdasarkan pada
penelitian oleh Harris RW (2017) potensi swabakar memiliki peningkatan (makin
cepat terjadinya) seiring dengan peningkatan ketinggian , dan menurut beliau
potensi swabakar unuk elevasi 8m berpotensi terjadi setelah hari ke 81 setelah
penimbunan pertama kali. Karena hal tersebut maka pada penimbunan stockpile
kali ini memiliki banyak potensi swabakar.
f. Penanganan Swabakar
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dilapangan dan
pembahasan dari bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Efisiensi kerja pada fleet batubara B di dapat sebesar 82% dan dapat di
kategorikan baik
2. Halangan Operasi Pada Shovel And Trucks Pit MTB Utara di pengaruhi
oleh faktor alam, faktor teknis lapangan, serta halangan terencana.
3. Keserasian alat gali muat (PC-400) dan alat angkut (DT 500) yaitu 0,95.
Dimana apabila nilai keserasian kurang dari 1 maka alat gali muat (PC-400)
yang menunggu.
4. Setelah dilakukan perhitungan CT alat gali muat dan alat angkut diapatkan
bahwa nilai MF kurang dari 1 dan produksi batubara perharinya memiliki
target yaitu 4000 TON, namun terdapat beberapa hari produksi yang tidak
mencapai target perhari namun dari beberapa hari tersebut masih bisa di
tutupi oleh target pada hari-hari lainnya, sehingga perkiraan target produksi
perbulan dapat tercapai.
5. umur dari stockpile,elevasi,arah mata angin mempengaruhi potensi
terjadinya swabakar pada timbunan
6. manajemen pada stockpile MTBU-B/CIP dianggap kurang karena, tidak
terjaganya pola saluran pengairan.
B. Saran
Bebrapa saran yang dpaat penulis sampaikan berdasarkan hasil pengamatan
yang penulis dapat dilapangan antara lain sebagai berikut :
1. Penulis menyarankan sebaiknya perusahaan selalu memperhatikan
keserasian alat gali muat dan gali angkut agar target produksi tercapai
ataupun melebihi target.
2. Perlunya peningkatan perawatan peralatan yang lebih intensif seperti
service, pengisian bahan bakar, dan penyiraman alat agar mengurangi lost
time.
3. Perlunya pengambilan batubara secara berkala pada stockpile mati agar
umur batubara pada penimbunan tidak terlalu lama guna mencegah potensi
swabakar.
DAFTAR PUSTAKA
Thompson, RJ. 2005. Surface Strip Coal Mining. Johannesburg: South African
Colliery Managers Association (SACMA).
LAMPIRAN A
Data cycle time alat gali-muat Backhoe pada Seam BB-B
PC-400 (EX-256)
No. Waktu (Detik)
Swing
Digging Swing isi Loading CT
kosong
1 3,56 7,24 5,02 5,21 21,03
2 2,85 3,81 7,30 4,17 18,13
3 3,23 6,72 5,83 3,81 19,59
4 4,09 8,40 7,10 4,54 24,13
5 2,05 10,54 8,00 4,75 25,34
6 3,52 10,60 6,14 4,89 25,15
7 3,12 5,03 5,99 7,07 21,21
8 8,31 4,92 4,40 6,21 23,84
9 5,32 3,64 3,29 3,01 15,26
10 4,29 10,28 3,40 2,69 20,66
11 10,29 6,05 3,14 2,89 22,37
12 8,33 7,11 3,62 3,04 22,1
13 8,35 8,64 3,60 4,76 25,35
14 7,27 5,90 5,63 8,20 27
15 7,26 5,80 4,25 6,78 24,09
16 7,56 6,84 5,49 5,64 25,53
17 8,76 5,69 5,40 4,13 23,98
18 8,17 5,41 8,13 4,66 26,37
19 7,70 6,71 18,37 4,75 37,53
20 19,23 4,27 9,22 11,94 44,66
21 6,87 3,90 3,63 19,65 34,05
22 6,33 4,30 3,65 6,77 21,05
23 7,03 3,36 7,20 7,43 25,02
24 7,46 4,66 2,92 10,01 25,05
25 7,53 4,76 3,16 12,17 27,62
26 6,48 5,60 5,67 10,73 28,48
27 11,26 5,77 10,47 12,00 39,5
28 9,77 11,88 8,36 7,23 37,24
29 2,43 9,14 8,50 15,26 35,33
30 3,77 5,87 6,60 5,69 21,93
Jumlah 202,19 192,84 183,48 210,08 788,59
Rata –
6,74 6,43 6,12 7,00 26,29
rata
LAMPIRAN B
Data cycle time alat angkut dump truck pada Seam BB-B
DT HINO 500 STOCKPILE TIMUR
Waktu (Detik)
No. Manuver Hauling Hauilimg Cycle
Loading Manuver isi Dumping
Kosong Isi Kosong Time
1 12,02 222,21 731,39 42,50 21,2 326,8 1356,12
2 30,04 250,22 620,63 54,40 21,6 443,2 1420,09
3 66,60 211,40 549,10 47,20 23,5 490,3 1388,10
4 30,25 253,92 644,17 54,60 16,5 706,9 1706,34
5 19,73 274,50 641,50 40,20 17,3 391,3 1384,53
6 26,95 219,60 650,21 42,40 14,5 487,8 1441,46
7 30,63 243,12 688,20 40,20 16,6 320,9 1339,65
8 19,28 224,63 545,66 42,40 18,3 383,1 1233,37
9 30,82 217,56 595,07 40,20 19,7 410,3 1313,65
10 20,29 194,84 528,16 46,70 15,3 451,1 1256,39
11 30,37 249,65 504,89 50,80 14,3 502,1 1352,11
12 18,13 237,16 459,36 38,30 17,6 372,8 1143,35
13 11,32 236,67 527,50 45,50 20,1 434,2 1275,29
14 15,07 234,00 577,68 42,40 18,7 511,8 1399,65
15 46,57 261,34 480,66 42,30 21,4 460,7 1312,97
16 17,23 327,04 582,89 51,2 19,5 532,51 1530,37
17 18,14 338,87 634,17 45,58 17,65 513,18 1567,59
18 13,98 228,69 583,20 37,54 12,96 432,81 1309,18
19 19,44 292,21 729,10 39,50 18,87 564,65 1663,77
20 17,28 312,17 651,40 35,00 21,73 487,88 1525,46
21 20,92 252,08 543,12 51,15 15,44 378,64 1261,35
22 15,42 272,34 498,27 34,57 14,64 436,99 1272,23
23 18,19 338,87 567,98 30,80 18,82 475,84 1450,50
24 16,21 298,42 581,90 38,07 17,33 362,07 1314,00
25 19,52 241,89 598,91 29,14 13,54 473,22 1376,22
26 17,73 252,51 503,71 30,64 14,64 383,42 1202,65
27 23,82 307,49 463,67 44,07 18,03 692,1 1549,18
28 16,43 302,17 514,99 50,17 17,51 690,42 1591,69
29 17,73 225,16 569,44 32,54 12,96 327,33 1185,16
30 18,88 255,71 534,73 36,22 19,33 361,54 1226,41
Jumlah 678,99 7776,44 17301,66 1256,29 529,55 13805,90 41348,83
Rata -
22,63 259,21 576,72 41,88 17,65 460,20 1378,29
rata
LAMPIRAN C
FAKTOR EFFISIENSI KERJA
Excavating Conditions Ff
Easy excavating 1,1 – 1,2
Average excavating 1,0 – 1,1
Rather difficult excavating 0,8 – 0,9
Difficult excavating 0,7 – 0,8
LAMPIRAN D
SWEEL FACTOR DAN DENSITY INSITU BERBAGAI
MINERAL
Boom 7060 mm
Arm 2400 mm
Engine 6-125 x 150
Capacity 30 ton
Engine 10520 cc
Fuel 200 L
Width 1.50 m
High 2,75 m
Long 5.65 m
LAMPIRAN G
Target Produksi
Lokasi Kerja Paket
No Tanah Batubara Kualitas S/R
Penambangan Kontrak
(BCM) (TON) Batubara
1 MTBU 10-200-
R2
NAF 52.000
Overburden 348.000
740.000
875.000
Batubara 350.000 MT 46
125.000 MT 46
125.000 MT 50
Dimana :
V = volume limas terpancung
t = tinggi limas terpancung
B = luas bidang bawah
A = luas bidang at]as
D B D
C 62,9 m A C 62,9 m
aa
15,15m
40,8 m α
D B D
12,6 m
D
12,6 m
Ket:
Z=Panjang sisi miring = 15,15 m
X=jari-jari =12,6 m
z Y
Y=Tinggi=√𝑧 2 − 𝑥 2 = √15,152 − 12,62 =
8,41 m
𝑌 8,41
α Tan α=𝑋 = 12,6 = 0,667
x α= tan-1 0,667
= 33,70o
Dari data diketahui diatas maka dapat dihitung volume stockpile sebagai berikut:
A. Luas Bawah
L= LA + 2 LB + 2LC + 4LD
1
=(62,9 x 40,8) + (2{40,8x 12,6}) + (2{62,9 x 12,6)}) + (44 𝑥 3,14 𝑥 12,62 )
C. Volume
1
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑥 16,06 (42930,165 + √42930,165
3
16,06
= (43137,360)
3
= 230928,66 m3
D. Tonnase
Tonasse = Volume x density
= 230928,66 m3 x 1,26 ton/m3
=290970,12 ton
Berdasarkan literatur (Soil Mechanics in Engineering Practice, Karl Tezaghri
& Ralp B. Peck,1967), nilai kohesi (c) pada permukaan miring dari suatu timbunan
dengan ukuran butir yang homogen adalah setengah dari nilai compressive strength
(qu).
C = ½ qu
Maka :
C = ½ (38 KN/m2)
= 19 KN/m2
Dari data diatas, maka dapat dihitung tinggi kritis timbunan (Hc)
𝐶
Hc = Ns 𝛾
𝐶
H = Ns 𝛾
19 𝐾𝑁/𝑚2
= 5,52 12,6 𝐾𝑁/𝑚3
= 5,52 (1,50m)
= 8,28 m
Berdasarkan tinjauan di lapangan, dimensi panjang dan lebar pada lantai
bawah timbunan memiliki 12,6 m dengan lantai atas timbunan.
α Y=8,28
α
X=12,6
Berdasarkan data tersebut sudut timbunan yang ideal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝑦
Tan α = 𝑥
8,28 𝑚
Tan α = 12,6 𝑚
Tan α = 0,6571
α = tan-1 0,6571
α = 33,310o
LAMPIRAN I
LAMPIRAN J