Sie sind auf Seite 1von 7

Determinan Pemberian Asi Eks…(Suparmi, Ika S)

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF:


ANALISIS DATA SEKUNDER SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN
INDONESIA 2012
Determinant of Exclusive Breastfeeding:
Secondary Data Analysis Indonesian Demographic and Health Survey 2012

Suparmi, Ika Saptarini


Pusat Teknologi dan Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes, Kemenkes RI
e-mail: suparmi@litbang.depkes.go.id

Abstract

Backgroud: Mothers are encourged to practice exclusive breastfeeding for the first six months, however
exclusive breastfeeding prevalence in Indonesia only 42 percent in 2012, lower than targets of the
goverment which is 80 percent in 2014.
Objective: The aim of the study was to assess determinan of exclusive breastfeeding in Indonesia.
Method: This study was a cross-sectional study using data from the 2012 Indonesian Demographic and
Helath Survey (IDHS). The sample study was infants under six months, which is 1,491 children of singleton
live births. The bacward logistic regression was used for analysis.
Result: Age of infants, antenatal visit, prelakteal feeding, and bottle-feeding were determinants of exclusive
breastfeeding practices. Mothers who had antenatal visit (ANC) were 1,75 more likely to practice exclusive
breastfeeding, compared to who did not had antenatal visit. Infants who never had prelakteal feeding were
2,33 more likely to had exclusive breastfeeding. In addition, infants without bottle-feeding were 15,03
more likely to had exclusive breastfeeding compared to infant with bottle-feeding.

Keywords: exclusive breastfeeding, prelacteal feeding, determinants

Abstrak

Latar belakang: Ibu diharapkan memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, namun cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 42 persen, masih cukup rendah bila
dibandingkan target pemerintah sebesar 80 persen pada tahun 2014.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pemberian ASI eksklusif di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Sosial Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
dengan desain potong lintang. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia dibawah enam bulan, sejumlah
1.491 anak dari anak lahir hidup dan tidak kembar. Analisis menggunakan metode multivariat regresi
logistik metode backward.
Hasil: Usia anak, kunjungan ANC, pemberian makanan prelakteal, dan penggunaan dot/kempeng
merupakan determinan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang melakukan kunjungan ANC memiliki
kemungkinan 1,75 kali lebih besar untuk memberikan ASI ekslusif. Selain itu, anak yang dalam tiga hari
pertama tidak pernah diberikan makanan prelakteal memiliki kemungkinan 2,33 kali lebih besar untuk
memberikan ASI ekslusif dibandingkan anak yang diberikan makanan prelakteal. Sedangkan anak yang
tidak menggunakan botol dengan dot/kempeng memiliki kemungkinan 15,03 kali lebih besar untuk ASI
ekslusif.

Kata kunci: ASI eksklusif, makanan prelaktal, determinan

Naskah masuk: 28 Februari 2014, Review: 10 Maret 2014, Disetujui terbit: 14 April 2014
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 15–21

PENDAHULUAN masyarakat serta keluarga agar ibu dapat


memberikan asi eksklusif kepada bayi.
Lebih dari 10 juta balita di dunia meninggal
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh
setiap tahun, 45 persen diantaranya
berbagai faktor, yang meliputi: faktor
disebabkan oleh malnutrisi baik secara
demografi, ekonomi, biologi, psikologi,
langsung maupun tidak langsung. Dua per
budaya maupun faktor sosial. Beberapa
tiga dari kematian ini terjadi pada satu tahun
penelitian menunjukkan bahwa pendidikan,
pertama kehidupan dikarenakan praktek
pekerjaan, tempat persalinan, dukungan
pemberian makanan yang kurang tepat.1
keluarga dan nilai budaya berhubungan
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
dengan pemberian ASI eksklusif.7 Selain itu,
ASI eksklusif mampu menurunkan risiko
faktor dari bayi juga dapat mempengaruhi
kematian bayi sebesar 12 persen.2 Hasil
pemberian ASI eksklusif antara lain usia
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
gestasi, berat lahir bayi dan jumlah bayi yang
(SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan
dilahirkan (tunggal atau kembar).8 Dengan
angka cakupan ASI eksklusif dari 40,2
cakupan ASI eksklusif yang masih cukup
persen pada tahun 1997 menjadi 39,5 persen
rendah bila dibandingkan dengan target
pada tahun 2003 dan 32,9 persen pada tahun
Pemerintah, maka penting untuk mengetahui
2007.3 Pada tahun 2012, cakupan ASI
determinan pemberian ASI eksklusif sebagai
eksklusif meningkat menjadi 42 persen,
salah satu langkah untuk meningkatkan
namun peningkatan ini masih jauh untuk
cakupan pemberian ASI eksklusif di
memenuhi target Kementerian Kesehatan
Indonesia.
yaitu meningkatkan cakupan menjadi 80
persen pada tahun 2014.4
METODE
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data
yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan
sekunder Sosial Demografi dan Kesehatan
dan perkembangan bayi yang optimal. World
Indonesia tahun 2012. Survei Demografi dan
Health Organization (WHO)
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
merupakan survei berskala nasional dengan
(bayi hanya diberikan ASI tanpa cairan atau
responden sejumlah 43.852 rumah tangga,
makanan lain, kecuali suplemen vitamin,
45.607 wanita pernah kawin berusia 15 - 49
mineral, dan atau obat-obatan karena alasan
tahun dan 9.306 pria pernah kawin yang
medis) sampai usia enam bulan dan
berusia 15-54 tahun. Data SDKI 2012
dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.5
diunduh secara gratis dari website
ASI mampu memenuhi semua nutrisi yang
Demographic and Health Survey (DHS)
dibutuhkan bayi selama enam bulan awal
dengan alamat website
kehidupannya dan masih mampu memenuhi
www.measuredhs.com. Sebelum diunduh,
sekitar sepertiga kebutuhan kalori bayi pada
penulis telah mendapatkan ijin untuk
usia dua tahun.6 Selain itu, ASI terbukti
mengakses data tersebut.
mampu memenuhi kebutuhan bayi dari aspek
gizi, imunologis (pembentukan sistem Populasi dalam penelitian ini adalah anak
kekebalan tubuh), aspek psikologis (interaksi usia kurang dari 6 bulan. Kriteria inklusi
ibu dan anak yang terjadi selama menyusui), adalah anak hidup, kelahiran terakhir, tidak
perkembangan otak, aspek ekonomis serta kembar, tinggal bersama ibu dan berusia
berperan dalam penundaan kehamilan.6 kurang dari 6 bulan. Responden yang
menjawab tidak tahu atau missing tidak
Indonesia telah menerbitkan Peraturan diikutkan dalam analisis. Besar sampel yang
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang diperoleh untuk analisis adalah 1567 anak,
pemberian ASI eksklusif sebagai upaya setelah dilakukan analisis dengan
untuk melindungi, mendukung dan pembobotan diperoleh besar sampel sejumlah
mempromosikan pemberian ASI eksklusif. 1.491 anak.
Peraturan tersebut menyebutkan pentingnya Variabel dependen dalam penelitian ini
upaya untuk meningkatkan dukungan dari adalah pemberian ASI eksklusif yang
pemerintah, pemerintah daerah, fasilitas diperoleh dari informasi riwayat pemberian
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, makanan dalam 24 jam terakhir pada anak
Determinan Pemberian Asi Eks…(Suparmi, Ika S)

usia dibawah 6 bulan. Variabel independen adalah anak yang diperiksa di fasilitas
meliputi faktor sosio-demografi (usia anak, kesehatan dalam dua bulan pertama setelah
usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial kelahiran. Anak dikatakan diberi makanan
ekonomi, dan tempat tinggal) serta faktor prelakteal apabila dalam tiga hari pertama
pre/post-natal (paritas, kunjungan ANC, setelah kelahiran anak diberikan
metode persalinan, tempat persalinan, makanan/minuman lain sebelum ASI keluar.
kunjungan PNC, pemberian makanan Sedangkan definisi penggunaan botol adalah
prelakteal, inisiasi menyusu dini (IMD) dan anak yang dalam 24 jam terakhir minum
penggunaan botol (bottle with nipple). dengan botol yang menggunakan
dot/kempeng (bottle with nipple).
Usia anak dalam penelitian ini dibagi Seluruh variabel dianalisis dengan Stata versi
menjadi tiga kelompok, yaitu 0-1 bulan, 2-3 12. Analisis multivariate dilakukan dengan
bulan dan 4-5 bulan. Usia ibu juga dibagi regresi logistik ganda menggunakan metode
dalam tiga kelompok, yaitu 15-19 tahun, 20- backward dengan signifikansi 5% dan 95%
34 tahun dan 35-49 tahun. Pendidikan ibu convidence interval, sehingga dapat
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tidak diperoleh determinan pemberian ASI
sekolah, SD-SMP, SMA dan perguruan eksklusif. Seleksi kandidat variabel pada
tinggi (PT). Pekerjaan ibu dibagi menjadi dua analisis bivariat dilakukan dengan regresi
kelompok, yaitu ibu yang bekerja dan tidak logistik sederhana dengan signifikansi 25%.
bekerja. Status sosial ekonomi menggunakan Tabulasi silang dilakukan untuk memperoleh
indeks kekayaan yang dibagi menjadi tiga proporsi tiap kategori variabel menurut pola
kelompok, yaitu bawah, menengah, dan atas. pemberian ASI.
Sedangkan tempat tinggal dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu perkotaan dan perdesaan. HASIL

Definisi paritas dalam penelitian ini adalah Analisis bivariat pada faktor sosio-demografi
jumlah yang telah dilahirkan oleh ibu, yang menunjukkan bahwa usia anak, usia ibu,
kemudian dibagi menjadi dua primipara (satu pendidikan ibu dan pekerjaan ibu memiliki
orang anak), multipara (dua orang anak atau hubungan (p<0,25) terhadap pemberian ASI
lebih). Ibu dikatakan melakukan kunjungan eksklusif (Tabel 1). Pada Tabel 2
ANC (ante-natal care) bila melakukan menunjukkan beberapa faktor pre/post-natal
pemeriksaan kehamilan minimal satu kali yang memiliki hubungan bermakna (p<0,25)
pada trimester pertama, minimal satu kali terhadap pemberian ASI eksklusif adalah
pada trimester kedua dan minimal dua kali paritas, kunjungan ANC, metode persalinan,
pada trimester ketiga. Metode persalinan pemberiaan makanan prelakteal, inisiasi
dibagi dalam dua kelompok, yaitu persalinan menyusu dini (IMD), penggunaan botol yang
normal (per-vaginam) dan operasi sesar. menggunakan dot/kempeng (bottle-feeding
Definisi kunjungan PNC (post-natal care) with nipple).
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 15–21

Tabel 1. Analisis bivariat hubungan faktor sosio-demografi terhadap pemberian ASI eksklusif
pada anak 0-5 bulan di Indonesia, SDKI 2012

Tabel 2. Analisis bivariat hubungan faktor pre/post-natal terhadap pemberian ASI eksklusif pada
anak 0-5 bulan di Indonesia, SDKI 2012
Determinan Pemberian Asi Eks…(Suparmi, Ika S)

Dalam proses analisis multivariat, semua Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang
variabel yang terseleksi dengan p<0,25 melakukan kunjungan ANC memiliki
diikutkan dalam model. Hasil analisis regresi kemungkinan 1,75 kali lebih besar untuk
logistik ganda, menunjukkan bahwa variabel- memberikan ASI ekslusif bagi bayinya. Anak
variabel yang mempengaruhi pemberian ASI yang dalam tiga hari pertama tidak pernah
eksklusif adalah usia anak, kunjungan ANC, diberikan makanan prelakteal memiliki
makanan prelakteal dan penggunaan botol kemungkinan 2,33 kali lebih besar untuk
yang menggunakan dot/kempeng (Tabel 3). memberikan ASI ekslusif dibandingkan anak
Anak usia 0-1 bulan (4,37) dan 2-3 bulan yang diberikan makanan prelakteal.
(3,04) memiliki kemungkinan lebih besar Sedangkan anak yang tidak menggunakan
untuk menyusu eksklusif dibanding anak usia botol dengan dot/kempeng memiliki
4-5 bulan. kemungkinan 15,03 kali lebih besar untuk
ASI ekslusif.

Tabel 3. Analisis multivariat determinan pemberian ASI eksklusif pada anak 0-5 bulan di
Indonesia, SDKI 2012

PEMBAHASAN memenuhi kebutuhan bayi. Walaupun


sebetulnya ASI dapat memenuhi kebutuhan
Anak usia 0-1 bulan memiliki kemungkinan nutrisi bayi selama enam bulan awal
4 kali lebih besar untuk menyusu eksklusif kehidupannya dan masih mampu memenuhi
dibanding anak usia 4-5 bulan dan pada anak
sekitar sepertiga kebutuhan kalori bayi pada
usia 2-3 bulan memiliki kemungkinan yang usia dua tahun.6
lebih besar pula (3,04 kali). Saat usia anak
mendekati 6 bulan, pemberian ASI eksklusif Penurunan persentase ASI eksklusif pada
menurun signifikan, hal ini sejalan dengan usia setelah tiga bulan juga dapat
penelitian yang ada di Iran dan Ethiopia.9,10 dihubungkan dengan masa cuti bersalin yang
Hal ini mungkin disebabkan oleh ibu yang telah habis pada ibu yang bekerja. Standar
memperkenalkan makanan pendamping ASI pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga
lebih awal karena persepsi ibu yang bulan merupakan suatu tantangan dalam
menganggap ASI tidak cukup untuk pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 15–21

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 pemberian ASI pada saat antenatal care
Pasal 30 menyebutkan pentingnya dukungan secara signifikan meningkatkan angka
program ASI eksklusif di tempat kerja. pemberian ASI Eksklusif.15 Pengetahuan
Namun, sampai saat ini masih sedikit tempat mengenai tata laksana pemberian ASI harus
kerja yang menyediakan fasilitas khusus diketahui sedini mungkin sebelum ibu
untuk menyusui dan/atau memerah ASI. melahirkan. Pengetahuan mengenai hal ini
dapat diperoleh dari konseling pada saat
Selain usia bayi, penggunaan botol dengan
pemeriksaan kehamilan. Oleh sebab itu
dot/kempeng memiliki pengaruh terbesar
penting bagi ibu hamil memeriksakan
terhadap pemberian ASI eksklusif. World
kehamilan untuk mendapatkan informasi
Health Organization (WHO) telah membuat
yang ia perlukan mengenai kesehatan ibu dan
kebijakan tentang sepuluh langkah menuju
bayi termasuk mengenai pemberian ASI.
keberhasilan menyusui dimana langkah
kesembilan adalah tidak memberikan Pemberian makanan prelakteal merupakan
dot/kempeng pada bayi yang diberi ASI.11 salah satu penghambat dalam meningkatkan
Penggunaan dot dapat mengganggu cakupan pemberian ASI Eksklusif. Kerugian
mekanisme perlekatan penyusuan yang benar pemberian makanan prelakteal adalah bayi
dan dapat dikaitkan dengan kejadian bingung tidak mendapatkan kolostrum karena
putting. Bingung puting adalah kondisi digantikan oleh makanan prelakteal, bayi
dimana bayi menolak untuk menyusu karena lebih rentan terhadap kejadian infeksi,
bayi kesulitan dalam perlekatan maupun saat intoleransi protein dan gangguan pencernaan
menghisap, sehingga bayi merasa lebih lainnya.16 Selain itu, pemberian makanan
mudah untuk minum menggunakan botol/dot. prelakteal akan membuat bayi malas
Saat menyusu, bayi harus bekerja lebih keras menyusu, sehingga berimbas pada kurangnya
untuk mendapatkan ASI. Oleh sebab itu, rangsangan terhadap payudara untuk
apabila ibu harus terpisah dengan bayinya, memproduksi ASI. Pada beberapa ibu setelah
ASI perah sebaiknya diberikan dengan persalinan, ASI tidak akan langsung lancar
cup/gelas.12 Penelitian di Kairo menunjukkan namun bayi baru lahir juga tidak memerlukan
bahwa bayi yang minum dengan cup/gelas banyak ASI pada awal kehidupannya,
memiliki kemungkinan lebih besar untuk sehingga pada umumnya bayi tidak
menyusu eksklusif dibandingkan bayi yang memerlukan pemberian makanan/minuman
minum dengan botol/dot.13 Penelitian lain prelakteal kecuali bayi dengan alasan medis
yang dilakukan di Amerika juga tertentu.12
menunjukkan bahwa penggunaan KESIMPULAN DAN SARAN
dot/kempeng pada bayi secara signifikan
dapat menurunkan durasi menyusui.14 Kesimpulan
Hasil analisis multivariat dari penelitian ini Usia anak, riwayat kunjungan ANC,
juga menunjukkan bahwa kunjungan ANC pemberian makanan prelakteal dan
berpengaruh terhadap peningkatan cakupan penggunaan dot/botol merupakan faktor
pemberian ASI eksklusif. Kementerian penentu terhadap pemberian ASI
Kesehatan RI mempunyai kebijakan K4 eksklusif. Proporsi ASI eksklusif
yaitu, kunjungan pemeriksaan kehamilan menurun pada bayi usia 2-5 bulan.
minimal 1 kali pada trimester pertama,
Peningkatan cakupan ASI eksklusif pada
minimal satu kali pada trimenter kedua dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga. Pada kurun usia tersebut dapat dilakukan
pelayanan ANC ada 10 standar pelayanan dengan menyediakan fasilitas khusus
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menyusui dan/atau memerah ASI
(10T) dimana salah satunya adalah temu di tempat kerja. Pemberian makanan
wicara. Pada temu wicara ini akan dilakukan prelakteal dan penggunaan dot/botol
konseling terhadap perencaan persalinan, KB dapat menurunkan cakupan pemberian
pasca salin serta konseling terhadap ASI eksklusif.
persiapan tata laksana pemberian ASI pada
bayi setelah melahirkan. Penelitian yang Saran
dilaksanakan di Singapura menunjukkan Perlu upaya khusus agar ibu dapat
bahwa edukasi mengenai tatalaksana meningkatkan pengetahuan terkait
Determinan Pemberian Asi Eks…(Suparmi, Ika S)

penggunaan cup/gelas sebagai pengganti implications for scaling up. International


dot/botol apabila ibu terpisah dari bayinya. Breastfeeding Journal. 2012; 7(5)
8. Egata et al. Predictors of non-exclusive
Selain itu, perlu penyebaran informasi bahwa
breastfeeding at 6 months among rural
bayi baru lahir tidak memerlukan makanan mothers in east Ethiopia: a community-based
prelakteal kecuali dengan alasan medis analytical cross-sectional study. International
tertentu. Breastfeeding Journal 2013, 8:8
9. Koosha A, Hashemifesharaki R,
DAFTAR PUSTAKA Mousavinasab N: Breast-feeding patterns and
factors determining exclusive breast-feeding.
1. Seid et al. Prevalence of Exclusive Singapore Med J 2008, 49:1002–1006.
Breastfeeding Practices and associated 10. Setegn et al. Factors associated with
factors among mothers in Bahir Dar city, exclusive breastfeeding practices among
Northwest Ethiopia: a community based mothers in Goba district, south east Ethiopia:
cross-sectional study. International a cross-sectional study. International
Breastfeeding Journal 2013, 8:14 Breastfeeding Journal 2012, 7:17
2. Black et al. Maternal and child
11. The World Health Organization. Protecting,
undernutrition: global and regional exposures
promoting and supporting breastfeeding: the
and health consequences. The
special role of maternity services ten steps to
Lancet, Volume 371, Issue 9608, Pages 243 -
successful breastfeeding. 1989. Geneva.
260, 19 January 2008. doi:10.1016/S0140-
6736(07)61690-0 12. The World Health Organization. Evidence for
3. Badan Pusat Statistik (BPS), Badan the ten steps to successful breastfeeding.
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 1998. Geneva.
(BKKBN), Kementerian Kesehatan 13. Abouelfettoh et al. Cup versus bottle feeding
(Kemenkes) dan ICF International. Survei for hospitalized late preterm infants in Egypt:
Demografi Kesehatan Indonesia 2012. 2013. A quasi-experimental study. International
Jakarta. Breastfeeding Journal. 2008; 3:27
4. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan 14. Howard et al. The effects of early pacifier use
Menteri Kesehatan Republik Indonesia on breastfeeding duration and randomized
Nomor: 32/Menkes/SK/1/2013 Rencana clinical trial of pacifier use and bottle-feeding
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010- or cupfeeding and their effect on
2014. breastfeeding. Pediatrics. 2013;111(3): 511-
5. United Nations Children’s Fund (UNICEF). 18
Programming Guide: Infant and Young Child 15. Su et al. Antenatal education and postnatal
Feeding. 2011. New York support strategies for improving rates of
6. World Health Organization (WHO). Infant exclusive breast feeding: randomized
and young child feeding : model chapter for controlled trial. BMJ. 2007;335:596.
textbooks for medical students and allied
16. Høst A. Importance of the first meal on the
health professionals. 2009. Geneva.
development of cow's milk allergy and
7. Agunbiade O M, Ogunleye OV. Constraints intolerance. Allergy proceedings. 1991;
to exclusive breastfeeding practice among 12(4):227-232
breastfeeding mothers in Southwest Nigeria:

Das könnte Ihnen auch gefallen