Sie sind auf Seite 1von 84

BAHAN PASKAH GMIT

2017

Tema:

“Kebangkitan Kristus

Membebaskan Kita dari Kuasa Kematian”


(Roma 6:10)

Majelis Sinode Harian GMIT

2017

Kata Pengantar

Pujian syukur ke hadirat Tuhan karena Bahan Paskah GMIT ini dapat dirampungkan.
Tema Paskah GMIT 2017 sesuai Tema Paskah PGI, yaitu “Kebangkitan Kristus
membebaskan kita dari kuasa kematian” (Roma 6:10). Tema ini mengajak kita untuk
sadari bahwa anugerah keselamatan Allah dinyatakan dalam kematian Kristus satu kali
untuk selama-lamanya. Kristus tidak mati berulangkali! Kematian-Nya satu kali adalah
kematian yang merangkum seluruh karya keselamatan Allah untuk seluruh kehidupan
umat manusia, sehingga harus direspons dengan pembaruan hidup.

Bahan yang disajikan dalam buku ini adalah kerangka khotbah, tata ibadah dan bahan
kategorial. Bahan ini dimulai dengan tujuh Minggu Sengsara, Kamis Putih, Jumat
Agung, Sabtu Sunyi, Paskah 1 dan Paskah 2, diakhiri dengan bahan kategorial anak,
remaja, pemuda, bapak dan ibu.

Perkenankanlah kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan


sepelayan yang ikut ambil bagian dalam pembuatan bahan ini, yaitu: Pdt. Emille R.
Hauteas, S.Si, Pdt. Nicolas St.E. Lumba Kaana, M.Th, Pdt. Ambrosius H. Menda, S.Th,
Pdt. Marthen Adu, M.Th, Pdt. Bethseba Fanggoidae-Nunuhitu, M.Th, Vik. Dr. Ira
Mengililo, Pdt. Maria A. Litelnoni-Johannes, MA dan Pdt. Johny E. Riwu Tadu, S.Th,
M.Sn.

Kiranya Bahan Paskah GMIT 2017 ini dapat digunakan dengan baik dan memberikan
inspirasi bagi penyelenggaraan masa Paskah di Jemaat-jemaat, sehingga umat dapat
merasakan berkat Paskah.

Kami berharap dengan hadirnya bahan ini, penghayatan iman kita tentang kasih Kristus
yang menderita, mati dan bangkit – yang membebaskan kita dari kuasa kematian -
semakin mendorong kita untuk berkarya bagi keselamatan dunia di sekitar kita. Tuhan
memberkati!

Februari 2017

Majelis Sinode Harian GMIT

Daftar Isi

Pengantar ……………………………………………………………………. 2

Daftar Isi …………………………………………………………………….. 3

Kerangka Khotbah

Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 5

Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….… 8

Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 10

Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 15

Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 19

Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 27

Minggu Sengsara 7/Minggu Palma: 09 April 2017 ……………….. 30

Jumat Agung: 14 April 2017 ………………………………………….. 32


Paskah 1: 16 April 2017 ……………………………………………….. 39

Paskah 2: 17 April 2017 ……………………………………………….. 46

Bahan Tata Ibadah

Penjelasan Liturgi ………………………………………………………… 51

Minggu Sengsara 1: 26 Februari 2017 …………………………….... 53

Minggu Sengsara 2: 05 Maret 2017 ……………………………….…

Minggu Sengsara 3: 12 Maret 2017 ………………………………….. 9

Minggu Sengsara 4: 19 Maret 2017 ………………………………….. 11

Minggu Sengsara 5: 26 Maret 2017 ………………………………….. 13

Minggu Sengsara 6: 02 April 2017 …………………………………… 15

Minggu Sengsara 7: 09 April 2017 …………………………………… 17

Jumat Agung: 14 April 2017 ………………………………………….. 20

Paskah 1: 16 April 2017 ……………………………………………….. 21

Paskah 2: 17 April 2017 ……………………………………………….. 25

Bahan Kategorial

Pelayanan Anak dan Remaja …………………………………………. 61

Pemuda ……………………………………………..….. 63

Ibu ……………………………………………………………………………

Bapak ………………………………………………………………………….
Bahan

Kerangka Khotbah

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 1

Minggu, 26 Februari 2017

TINGGAL BERSAMA ALLAH


DALAM FIRMAN-NYA

Keluaran 24:12-18

Pengantar

Perjalanan Umat Israel dari Mesir ke tanah perjanjian menyimpan banyak cerita. Kitab
Keluaran yang paling sering kita baca dan kita renungkan adalah kisah penderitaan.
Pasal pertama langsung bercerita tentang suasana penindasan di Mesir. Kisah Israel
yang menderita menjadi model untuk membangun iman umat masa kini. Bahwa
perjalanan Israel atau pengembaraannya di padang gurun sebelum sampai ke tanah
Kanaan memang menuai banyak penderitaan tetapi pada saat yang sama Tuhan tidak
tinggal diam. Penderitaan kerap dialami dalam perjalanan pengembaraan itu tetapi
pada saat yang sama tangan Tuhan yang kokok dan kuat itu menolong mereka keluar
dari berbagai kesulitan selama perjalanan itu.

Ulasan Teks

Teks Keluaran 24:12-18 menceritakan permintaan Tuhan Allah kepada Musa dan
Yosua naik ke atas gunung Sinai untuk menerima Loh Batu yang berisi hukum dan
perintah bagi umat Israel. Kalau kita membaca dengan baik teks ini, ternyata teks
berakhir tanpa kita mendapatkan informasi apakah Musa dan Yosua kembali membawa
Loh Batu yang dijanjikan oleh Tuhan atau tidak. Teks berakhir pada ayat 18 di mana
Tuhan Allah menjumpai Musa dalam awan yang tebal. Ia bahkan tinggal empat puluh
hari empat puluh malam di atas gunung. Justru Loh Batu baru diberikan oleh Tuhan
Allah di pasal 31.

Umat diminta untuk menunggu sedangkan Musa dan Yosua naik ke puncak gunung.
Meninggalkan umat dalam kondisi yang kurang kondusif bukan tanpa risiko. Di pasal-
pasal berikutnya, ternyata ketika Musa kembali dari gunung justru umat telah
menyimpang dari hadapan Tuhan. “Seluruh bangsa menanggalkan anting-anting emas
yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun dan dibuatnya anak
lembu tuangan (32:3-4). Rupanya meninggalkan umat empat puluh hari empat puluh
malam bukan waktu yang pendek untuk tetap bertahan dalam iman dan pengharapan
menghadapi situasi sulit dan penderitaan karena perjalanan yang belum kenal
ujungnya. Musa belum turun dari gunung Sinai tetapi Tuhan Allah sudah tahu persis
apa yang dilakukan oleh Umat di bawah sana. “Pergilah, turunlah sebab bangsamu
yang engkau pimpin dari tanah Mesir telah rusak lakunya (32:7)”. Empat puluh hari
Musa bersama Tuhan dan masuk ke dalam kemuliaan Tuhan di atas gunung Sinai dan
selama itu umat tidak bertahan untuk menunggu. Durasi empat puluh hari itu terlalu
lama bagi umat untuk bertahan dalam iman kepada Tuhan Allah. Ketidaksabaran Umat
menunggu kembalinya Musa bukan saja mencederai iman mereka tetapi sekaligus
mengingkari akan pengakuan bahwa Tuhan Allahlah yang membawa mereka keluar
dari Mesir dan akan terus membawa mereka masuk ke tanah Kanaan , tanah
Perjanjian.

Transfigurasi yang dialami Musa di atas gunung Sinai kemudian terulang lagi pada
zaman Yesus. Petrus, Yakobus dan Yohanes menyaksikan bagaimana Musa hadir lagi
saat Yesus berubah rupa dengan pakaian putih berkilat-kilat (Mark 9:2,3). Sebuah
simbolisasi kepemimpinan Musa yang diagungkan oleh Israel turun-temurun terulang
kembali. Pada konteks Perjanjian Baru, kehadiran Musa dan Elia yang diakui sebagai
tokoh besar yang dijunjung dan dihormati pada saat Yesus dimuliakan dalam kisah Injil
Markus dapat juga dibaca sebagai simbolisasi baru kepemimpinan di dalam Israel.
Musa dan Elia telah tiada. Mereka meninggalkan kesan kepemimpinan yang kuat atas
Israel. Sekarang, model kepemimpinan itu mendapat format baru di dalam Yesus. Di
dalam Yesus, Israel dituntun menuju masa depan kehidupan yang menyelamatkan.
Yesus bukan saja wakil Allah yang memimpin Israel tetapi Ia adalah Tuhan yang
menjadi manusia. Di dalam Yesus kepemimpinan atas Israel mendapat format baru
yakni pemimpin yang menderita.

Musa marah kepada Israel yang menyimpang dari imannya ketika ia berada di atas
gunung Sinai. Kemarahannya diluapkan dengan melempar dua loh batu sampai hancur
di tanah. Yesus menghadapi umat yang ingkar imannya dengan memberi diri dan
menderita. Menanggung semua hukuman yang mesti ditanggung oleh umat karena
dosa mereka.
Relevansi

Iman kristiani terbuka terhadap penderitaan. Penderitaan tidak disangkal atau dihindari
tetapi selalu dihadapi. Bahkan kehidupan iman mengalami pertumbuhan kalau ada
pengalaman hidup penderitaan. Melaluinya orang Kristen belajar hidup dekat kepada
Allah. Selalu ada hikmat yang kita petik dari jalan hidup bergelimang penderitaan.

Kehidupan ini perlu tuntunan. Orang Kristen hidup dalam tuntunan Allah. Yang perlu
kita dalami adalah bahwa Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti kanak-kanak.
Pada saat tertentu mungkin ada perasaan manusia dibiarkan berjalan sendiri seolah-
olah Tuhan menjauh. Justru pada saat seperti itulah Tuhan sedang memberi kita
kesempatan untuk bertumbuh dan beranjak dewasa. Karena itu, tetaplah teguh dalam
iman bahwa Tuhan selalu memimpin jalan hidupmu apapun situasinya. Jangan ingkar!
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 2

Minggu, 05 Maret 2017

KEMATIAN MELALUI ADAM,


KEHIDUPAN MELALUI KRISTUS

Roma 5:12-21

Pengantar

Bolehkah kita menikmati hasil tanpa usaha dan kerja keras? Boleh. Ini dia ceritanya.
Pohon-pohon besar yang ada di halaman rumah dan kebun-kebun kita, bisa jadi bukan
kita yang menanamnya. Tanaman-tanaman umur panjang ini sudah ditanam oleh kakek
nenek kita. Sekarang, anak cuculah yang menikmati hasilnya. Kita tidak berlelah dan
berusaha tetapi kita menikmati hasilnya. Warisan ini kita peroleh dengan cuma-cuma.
Karena ini adalah warisan maka anak dan cucu-cuculah yang berhak untuk
menikmatinya. Dalam hubungan dengan Dosa, manusia juga mengalami apa yang
sekurang-kurangnya, sama dengan ilustrasi di atas. Dosa satu orang menyebabkan
semua orang berdosa. Tetapi pada akhirnya semua orang diselamatkan oleh karena
pengorbanan satu orang.

Ulasan Teks

Teks Roma 5:12-21 mempersandingkan dua figure, yakni Adam dan Kristus yang
berhubungan dengan dosa dan anugerah. Adam adalah penyebab masuknya dosa ke
dalam dunia. Dari Adam semua manusia menjadi berdosa. Karena Adam, maka maut
menjadi berkuasa atas manusia. Sebaliknya karena satu orang yakni Yesus Kristus,
kasih karunia Allah dilimpahkan. Melalui Yesus Kristus, anugerah kebenaran hidup dan
berkuasa.

Harus juga dipahami bahwa Kasih Karunia Allah tidak dapat disandingkan dengan
dosa. Menurut Paulus dalam surat Roma, Kasih karunia Allah tidak sama dengan
pelanggaran karena dosa. Kasih karunia Allah jauh lebih besar dari dosa karena satu
orang. Antara Dosa dan Kasih karunia Allah ada Hukum Taurat. Menurut surat Roma,
Hukum Taurat ditambahkan supaya pelanggaran menjadi semakin banyak. Kita pasti
kaget dengan pernyataan ini. Bukankah Hukum Taurat menjadi pedoman yang
memungkinkan seseorang menjadi mawas diri dan bercermin untuk hidup dalam
kebenaran. Larangan dan perintah dalam hukum taurat yang menuntut ketaatan
manusia akan berujung pada prilaku manjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Posisi
hukum Taurat dalam hubungan dengan Dosa menegaskan bahwa manusia pada
dirinya tidak mampu keluar dari lingkaran dosa. Tuntutan taurat sangat berat dan
kompleks sama sekali tidak memberi kemungkinan untuk manusia bisa memenuhinya
secara sempurna.

Relevansi

Pergumulan manusia dengan dosa tidak akan pernah berakhir sekiranya manusia
mengandalkan kekuatan dirinya saja. Hanya karena intervensi Allah (campur tangan
Allah) yang dapat membebaskan manusia dari dosa. Di pihak lain, kehidupan dalam
dosa seringkali sangat memikat. Dosa menampakkan wajahnya dengan cara yang
menggoda sehingga siapapun dapat hanyut di dalamnya. Tetapi segala hal yang
memikat karena dosa biasanya bersifat semu. Kesenangan yang tercipta karena dosa
biasanya tidak langgeng. Bahkan selalu berakhir dengan penderitaan dan maut.
Manusia tidak punya kekuatan yang penuh untuk melawan dosa. Manusia perlu di
tolong. Hanya saja tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang mumpuni untuk
menolong manusia. Surat Roma dengan tegas menyatakan bahwa dosa menjadi
berlimpah karena manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan hukun taurat tetapi ada
Kasih Karunia Allah di dalam Yesus Kristus yang membebaskan manusia dari maut
karena dosa.

Mansusia menerima pembebasan dari dosa karena kasih anugerah Allah. Manusia
tidak berlelah, tidak berjuang tetapi menerima pembebasan itu karena anugerah Allah.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 3

Minggu, 12 Maret 2017

HIDUP BARU

DI DALAM KRISTUS

Yohanes 3:1-12

Pendahuluan

Manusia modern dengan aneka kecanggihannya tidak mengurangi permasalahan


kehidupan. Sebaliknya, kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan banyak masalah
baru yang semakin rumit. Ketidak adilan sosial dan kemiskinan ekonomi,
kesimpangsiuran informasi dan kesembrautan sistem politik, keserakahan kuasa dan
eksploitasi terhadap alam makin menjadi-jadi, semakin tak terkontrol. Perdebatan
tentang hukum yang semakin intens terjadi di ruang publik justru menunjukkan betapa
lemahnya penegakkan hukum bagi kaum rakyat jelata. Kerangka Khotbah ini dibuat
untuk dipakai pada hari minggu ke-3, masa raya sengsara Tuhan Yesus. Harapan yang
ada di balik pengadaan kerangka khotbah ini adalah agar perayaan kita bermakna bagi
penyegaran iman dan pemantapan komitmen pelayanan untuk mengambil bagian
dalam karya solidaritas Allah. Kiranya, dengan memandang kepada Kristus yang
menderita sampai mati tersalib di tiang gantungan Golgota, kita makin berdaya dan
makin aktif berkarya bagi perubahan dan pembaharuan diri, gereja dan masyarakat.

Seorang Kristen tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri. Menjadi pengikut Yesus
menuntut komitmen untuk hidup menurut jalan yang ditunjukkan Kristus, rela menderita
sampai mati demi menyelamatkan dunia dari ancaman kematian oleh dosa. Misi Kristen
menyatu pada misi Kristus yang tersalib untuk membaharui hidup. Dosa manusia
mengancam kehidupan yang diciptakan Allah. Manusia dicurangi dan disakiti oleh dosa.
Alam dikuras dan dihancurkan. Ketika semua ciptaan terancam kemalangan, karya
Kristus membaharui hidup dengan cara menunjukkan kasih Allah yang menjamin masa
depan kehidupan. Kekristenan muncul di atas panggung sejarah sebagai agen Allah
untuk membaharui kehidupan. Misi kekristenan bukan sekedar melekatkan diri pada
Kristus melainkan meneladani kristus yang berkarya bagi pembaharuan kehidupan di
dunia. Tiap orang dan komunitas Kristen dikaruniai panggilan hidup baru di dalam
Kristus, yakni menjadi agen Allah untuk pembaharuan hidup.
Tafsiran: Perjumpaan, percakapan dan keterlibatan

Nas kita, Yohanes 3:1-21, berisi kisah perjumpaan dan percakapan antara Nikodemus
dengan Yesus. Dalam nas kita disinggung beberapa hal tentang pribadi Nikodemus.
Pertama, Ia adalah seorang pemimpin agama Yahudi, dari golongan orang Farisi.
Dalam cerita Injil golongan Farisi sering disebut. Kesannya, bahwa di kalangan
masyarakat Yahudi golongan Farisi sangat dikenal dan dihormati. Golongan ini dekat
dengan kaum ahli Taurat, sebagai kelompok yang sangat berminat kepada penerapan
hukum Taurat. Mereka mendirikan sinagoge dan sekolah-sekolah. Mereka ingin
melindungi agama Yahudi dari pengeruh budaya asing dan ingin membaharuinya
dengan memberlakukan hukum Taurat secara ketat, misalnya tentang Sabat, puasa,
makanan yang halal dan haram. Nikodemus, seorang guru Yahudi, datang kepada
Yesus di malam hari, dengan membawa sebuah pernyataan keyakinan. Ia sangat yakin
bahwa Yesus adalah seorang guru yang diutus Allah. Keyakinannya itu didasarkan
pada tanda-tanda yang diadakan Yesus. Nikodemus berkeyakinan bahwa hanya orang
yang disertai Allah saja yang dapat melakukan tanda-tanda seperti yang Yesus
lakukan. Nikodemus telah melihat sejumlah tanda pada karya Yesus, tanda-tanda itulah
yang meyakinkan Nikodemus bahwa Yesus adalah seorang guru yang diutus Allah.
Perjumpaan Yesus dengan Nikodemus melahirkan sebuah percakapan mengenai
pernyataan keyakinan tentang Yesus.

Nikodemus mengatakan kepada Yesus tentang keyakinannya. Ia sangat yakin bahwa


Yesus adalah Guru yang diutus oleh Allah. Pernyataan itu tidak terjadi serta merta,
melainkan muncul dari pengamatan berkali-kali, bahwa Yesus sering melakukan tanda-
tanda keilahian. Tentang tanda-tanda itu, pada perikop sebelumnya ada cerita tentang
Tuhan Yesus merubah air menjadi angggur ketika perjamuan kawin di Kana. Dikatakan
juga bahwa ada banyak tanda yang dilakukan Yesus di Yerusalem selama hari raya
Paskah sehingga banyak orang percaya dalam nama-Nya (2:23). Jelas bahwa
Nikodemus telah sungguh-sungguh mengarahkan pandangannya kepada Yesus, dan
menemukan sejumlah tanda-tanda penyertaan Allah pada diri dan karya Yesus. Setelah
sekian lama mengamati dan menemukan tanda keilahian pada diri Yesus, kini
Nikodemus berkesempatan berjumpa Yesus dan mengatakan kesimpulannya dalam
bentuk rumusan keyakinannya tentang Yesus.

Bagaimana tanggapan Yesus terhadap pernyataan keyakinan Nikodemus? Tuhan


Yesus menunjukkan sebuah isu lain. Tuhan Yesus membawa Nikodemus ke dalam
sebuah percakapan tentang kerajaan Allah, “...sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (3:3). Pokok ini
membingungkan bagi Nikodemus. Ia butuh penjelasan panjang lebar untuk memahami
tentang hal “kelahiran kembali”. Yang dimaksudkan dengan “kelahiran kembali”
bukanlah peristiwa kelahiran secara biologis (ayat 4), melainkan sebuah peristiwa
rohani yang menandai seseorang telah terhubung dengan Allah melalui Roh Kudus
(ayat 5-8). Kemudian, Tuhan Yesus membuka pandangan Nikodemus mengenai kasih
Allah yang sedmikian besar untuk menyelamatkan dunia. Tuhan Yesus juga mengajak
Nikodemus untuk melakukan perbuatan yang benar, menurut jalan yang ditunjukkan
Allah. Menurut hemat saya, poin pentingnya bukan mengenai kelahiran kembali,
melainkan tentang “tanda-tanda kerajaan Allah”.

Perjumpaan dan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus membantu


Nikodemus memahami tentang tanda kerajaan Allah pada kekiniannya. Belajar dari
percakapan Yesus dan Nikodemus, menurut saya, ada tiga aspek dari tanda kerajaan
Allah. Pertama, tanda Kerajaan Allah itu dapat dilihat (ay. 3). Kedua, tanda kerajaan
Allah itu menunjukkan karya penyelamatan dunia dari kebinasaan (ay. 16). Dan ketiga,
tanda kerajaan Allah itu berkaitan dengan perilaku hidup yang dikehendaki Allah (ay.
21). Perjumpaan dan percakapan antara Nikodemus dengan Tuhan Yesus melahirkan
pandangan iman yang menuntun kepada keterlibatan manusia dalam menghadirkan
tanda-tanda kerajaan Allah.

Pokok Pikiran: Aplikasi

Hingga saat ini penderitaan manusia dan alam sedang berlangsung di banyak tempat
dan bidang kehidupan. Dalam kasus perdagangan orang, misalnya. Para pelaku
mendagangkan sesamanya yang lemah. Mereka mengejar keuntungan dan
mengabaikan harkat para kurban. Di tengah arus modernisasi, industrilisme
mengancam kelestarian alam. Pertanyaan untuk direnungkan adalah bagaimana peran
orang Krsiten terhadap rupa-rupa penderitaan manusia dan alam di zaman ini?

Panggilan iman bagi umat Kristen, baik secara perorangan maupun secara kolektif,
tidak hanya untuk mengenal Tuhan Yesus. Di minggu sengara ini kita mempertegas
identitas Yesus sebagai Kristus yang menanggung sengsara. Tentu saja, untuk
mengenal Tuhan Yesus dibutuhkan kesungguh-sungguhan dan totalitas belajar.
Nikodemus memperhatikan, mengamati, sampai akhirnya berhasil membuat sebuah
rumusan pernyataan keyakinan bahwa Yesus adalah utusan Allah. Dalam hal belajar
mengenal Yesus maka masa raya 7 minggu sengsara ini dapat dimanfaatkan dengan
upaya maksimal untuk mengenal Tuhan Yesus. Kita harus sungguh-sungguh belajar
tentang Yesus agar bisa tiba pada rumusan pengakuan yang otentik: berdasarkan
pengalaman, pengamatan dan perenungan yang mendalam. Tuhan Yesus adalah
sosok kasih Allah yang sempurna, yang rela menderita bagi keselamatan dunia.
Penderitaan-Nya adalah tanda hakiki dari kasih Allah. Lebih dari sekedar mengenal
Yesus, orang Kristen terpanggil untuk mengenal dan meneladani-Nya.

Sebagaimana Tuhan Yesus telah menderita agar manusia dan dunia diselamatkan,
begitu pula misi kekristenan mesti mengambil jalan yang sama, jalan penderitaan, jalan
salib. Memang ada pepatah mengatakan bahwa “ada banyak jalan ke Roma”, tetapi
untuk meluputkan manusia dan alam dari kebinasaan hanya satu jalan yang
ditunjukkan Yesus. Jalan satu-satunya itu adalah “via dolorosa”, jalan penderitaan.
Tuhan Yesus menujukkan jalan itu sebagai jalan yang dipilih Allah untuk meluputkan
dunia dari kebinasaan oleh dosa. Setelah memahami jalan keselamatan itu, marilah kita
terus melangkah dijalan itu, menjadi pribadi, menjadi gereja dan menjadi masyarakat
yang rela menderita demi memperbaiki kerusakan, merawat kehidupan dan
menunjukkan harapan.

Mengenal Tuhan Yesus dan menaladaniNya berarti mempraktekan hidup secara baru
di tengah realitas permasalahan manusia dan alam. Lewat penyelenggaraan masa raya
sengsara Tuhan Yesus, kita mengaminkan lagi bahwa penderitaan Kristus merupakan
tanda kasih Allah yang menyelamatkan. Tanda kasih yang demikian diperlukan untuk
pembaharuan hidup manusia dan dunia. Hakekat keterlibatan Kristiani dalam
menganggapi berbagai permasalahan dan keprihatinan adalah ikutserta menanggung
kesengsaraan kaum lemah demi pembaharuan hidup agar makin terbuka, makin adil
dan makin berpengharapan.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 4

Minggu, 19 Maret 2017

ALLAH MELIHAT HATI

1 Samuel 16:1-23

Pengantar

Pada awal Februari 2017 yang lalu atau yang santer disebut peristiwa 212, polisi
menangkap 10 orang terduga kasus makar. Makar adalah upaya menggulingkan
pemerintah (presiden dan wakil presiden) di luar jalur hukum. Ada sederet nama-nama
terkenal dalam kasus ini: Rachmawati Soekarno Putri, Sri Bintang Pamungkas, Ahmad
Dhani, Ratna Sarumpaet, Mayjend. (Purn) Kivlan Zen dan lainnya.

Kasus makar sebagaimana definisi di atas, merupakan kasus yang sangat berbahaya
dalam sebuah negara. Oleh karena itu ancaman hukuman kasus makar tidak main-
main. Dalam KUHP pasal 107 dan 207 ancaman hukumannya 20 tahun hingga
hukuman mati.

Dalam cerita pengutusan Samuel oleh Tuhan ke Betlehem untuk mengurapi salah
seorang anak Isai menggantikan Raja Saul yang masih berkuasa, sesungguhnya kita
menemukan salah satu contoh kasus tindakan ‘makar’ yang dikehendaki Tuhan oleh
karena raja Saul menolak menaati Tuhan.

Tafsiran

Ay. 1-5 Saul, raja pertama Israel gagal menjalankan tugas sesuai kehendak Tuhan.
Kegagalan itu mendukakan hati Samuel. Tuhan juga menyesal memilih Saul menjadi
raja atas Israel (Pasal 15:35). Apa tindakan Tuhan selanjutnya? Ia menghendaki
pergantian raja. Pergantian itu sangat mendesak. Tuhan tidak mau menunggu hingga
Saul wafat. Untuk tugas tersebut Tuhan mengutus Samuel ke Betlehem untuk menemui
Isai dan mengurapi salah satu dari anak-anaknya. Samuel terkejut dangan rencana dan
keputusan Tuhan tersebut. Ini ‘misi politik’ yang sangat berbahaya. Sebuah tindakan
makar. Bagaimana bisa mengangkat seorang raja baru secara diam-diam sementara
raja yang sah tidak tahu dan masih berkuasa? “Bila Saul mendengarnya, ia akan
membunuh aku,” protes Samuel kepada Tuhan.
Untuk menghindari kecurigaan terutama tua-tua atau pejabat-pejabat di kota Betlehem,
Tuhan mengutus Samuel dengan alasan kedatangannya ke Betlehem hendak
mempersembahkan ibadah korban. Dengan kata lain, tindakan Samuel tidak punya
dampak politis karena itu tidak usah dikuatirkan apalagi patut dicurigai.

Ayat 6-10 Tibalah Samuel di Betlehem. Seperti dugaan sebelumnya, para tua-tua kota
menyambut kedatangan Samuel dengan penuh tanda tanya. Samuel menerangkan
maksud kedatangan bertujuan mulia yakni menyembah Tuhan melalui ibadah korban.
Karena itu ‘misi politik’ berbaju agama itu berjalan mulus tanpa curiga sama sekali. Isai
dan anggota keluarga diundang. Proses seleksi pun dimulai. Eliab, putra sulung Isai,
seorang pemuda yang elok paras, tinggi besar dengan postur tubuh yang tegap.
Penampilannya memukau Samuel. Ia berpikir, pasti anak muda ini lah yang dimaksud
Tuhan. Ternyata tidak.

Di mata manusia, penampilan sangat menentukan. Perhatikan syarat-syarat dalam


lowongan kerja. Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam penerimaan karyawan
adalah berpenampilan menarik. Namun, Tuhan tidak demikian. Pengalaman raja Saul
membuktikan hal itu. Pasal 9:2 dengan jelas menyatakan betapa tidak ada satu orang
pung di Israel yang menandingi ketampanan Saul. Namun, fakta membuktikan bahwa
ketampanan bisa mengecoh. Penampilan luar bisa menipu. Saul memang tampan
secara fisik tetapi hatinya jauh dari Tuhan.

Melihat Eliab, Tuhan berfirman kepada Samuel, “Janganlah pandang parasnya atau
perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah. Manusia melihat yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
Setelah Eliab, satu persatu adik-adiknya bernasib sama. Tidak ada yang berkenan di
mata Tuhan.

Ayat 11-13 Samuel heran dan tak menduga tujuh anak Isai yang gagah perkasa
tersebut tidak ada satu pun yang cocok di mata Tuhan. Lalu siapa? Ada di mana dia?
“Inikah anakmu semuanya?” Tanya Samuel pada Isai. “Masih tinggal yang bungsu tapi
sedang menggembalakan kambing domba,” jawab Isai. “Suruhlah memanggil dia,
sebab kita tidak akan duduk makan sebelum ia datang ke mari.” Kata Samuel.

Samuel mengurapi Daud menjadi raja dan kemudian ia pergi dari Betlehem sebab misi
rahasia Allah yang sangat berbahaya namun mengandung harapan itu telah usai. Bisa
jadi sepanjang perjalanan pulang segudang pertanyaan mengganjal di hatinya.
Bagaimana bisa seorang anak muda penggembala kambing domba, yang tidak punya
pengalaman berperang yang lebih banyak bergaul dengan hewan dipilih Tuhan menjadi
raja? Itu Bukan tanggung jawab Samuel, Tuhan yang nanti mengaturnya. Tuhan
menggunakan keahlian musik Daud sebagai pintu masuk menuju takhta istana. Bahkan
Tuhan mengaruniakan Roh-nya untuk melengkapi Daud.
Aplikasi

Khotbah bisa dimulai dengan contoh kasus makar sebagaimana disebutkan di


pengantar atau kasus lain yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Bagi jemaat yang
menggunakan in fokus, bisa memutar cuplikan video penangkapan atau proses hukum
kasus makar dengan catatan durasinya hanya sekitar 1 menit. Sedangkan beberapa
point yang dapat dikembangkan dalam khotbah misalnya:

 Upaya politisasi agama untuk kepentingan kekuasaan sebagaimana yang


belakangan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hal yang sama terjadi ketika
Samuel memakai alasan agama untuk tujuan politik. Betapa pun bertujuan positif
namun dari kisah ini memberi sinyalemen betapa agama rentan dipakai untuk
tujuan atau kepentingan terselubung.
 Hingga hari ini masyarakat masih terjebak dan terkecoh dengan penampilan
pemimpin. Integritas, kredibilitas dan kapabilitas yang menjadi syarat pemimpin
ideal terkadang diabaikan. Orang cenderung memilih pemimpin yang ‘bertopeng’
daripada yang jujur apa adanya. Mengapa? Karena pemimpin yang bersih tidak
bisa diajak bekerja sama untuk meraup keuntungan tertentu.
 Tuhan Yesus juga di tolak oleh sebagian orang Yahudi karena sikap dan
penampilannya yang berbeda dari para pemimpin Yahudi seperti ahli-ahli taurat,
orang Farisi dan Saduki. Penangkapan dan penderitaan Yesus jelas-jelas terkait
erat dengan politisasi agama yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi
yang menuduh Yesus melakukan ‘makar’ karena mau merubuhkan Bait Allah.
Bahkan tuduhan itu ditulis di atas salib “Yesus orang Nazaret Raja Orang
Yahudi”.

Penutup

Pepatah, “dalamnya laut dapat di duga dalamnya hati siapa yang tahu” menunjukan
bahwa tidak mudah mengetahui isi hati. Namun, justru di situlah segala yang baik dan
jahat berasal. Karena itu, tuntutan untuk mengenal hati ketimbang paras menjadi hal
yang urgen untuk diperhatikan dalam berbagai keputusan entah itu dalam soal memilih
pemimpin, teman, mitra kerja, pasangan hidup dan sebagainya.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 5

Minggu, 26 Maret 2017

Hidup oleh Roh

Roma 8:1-17

Latar Belakang

Latar belakang terdiri atas tiga bagian yakni situasi sosial, tempat dan waktu penulisan
serta maksud dan tujuan surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma.

Situasi Sosial

Kitab ini ditulis oleh rasul Paulus ketika berada di negeri Yunani sekitar tahun 58M dan
ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.

Pada zaman Perjanjian Baru Kota Roma merupakan pusat kekaisaran Romawi dan
juga sebagai pusat dunia. Sebagai pusat dunia, kota Roma menjadi tempat tinggal
banyak bangsa. Penggalian-penggalian membuktikan bahwa, mula-mula kota Roma
adalah tempat bertemu dan bercampurnya bangsa-bangsa, bukan tempat satu suku
bangsa saja. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan sistem administrasi
Kekaisaran Romawi menyerap banyak kota, negara, dan bangsa.

Kota Roma disebut “Kota Abadi”. Ia dilimpahi dengan kemewahan, sejarah, dan
bangunan-bangunan megah, juga terdapat air mancur-air mancur sehingga disebut
sebagai “Selokan Kerajaan”. Kota yang luasnya 12 mil ini berpenduduk kira-kira satu
juta orang dan setengahnya terdiri atas para budak, sebab di kota tersebut praktek jual
beli budak sangat marak. Di kota ini terdapat orang-orang Yahudi kira-kira tetapi
menurut Witherington jumlahnya di antara 40.000 atau 50.000. Hal itu menandakan
bahwa orang Yahudi cukup banyak di kota itu. Terbukti karena adanya sinagoge yang
cukup banyak. Di Roma sedikit sekali golongan kelas menengah karena biasanya
orang-orang Roma kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin, sangat miskin.

Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku bangsa, bahasa, dan
kebudayaan, tidak saja dipersatukan oleh politik Romawi tetapi juga oleh kebudayaan
Yunani. “Dalam pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika
kebudayaan Yunanilah (Helenisme) yang menjadi alat pemersatu. Sedang-kan dalam
ilmu hukum, bidang administrasi, dan kemiliteran peranan Romawi yang
berpengaruh.” Sesungguhnya hal ini menyatakan bahwa ada dua kekuasaan yang
tetap eksis, secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani. Keduanya secara
berturut-turut menguasai dunia.

Kebudayaan Yunani sangat tinggi sehingga mampu merembesi seluruh daerah


Mediterania bahkan ibukota penguasa dunia pada saat itu, Roma. Kekuatan politik
Yunani telah berlalu, tetapi budaya dan suasana Yunani telah menjadi fondasi bagi
kebudayaan kekaisaran Romawi, sebagimana seorang penulis Romawi, Horatius,
mengamati bahwa “Orang Yunani yang tertawan telah menawan penawannya.”
Kesenian, literatur, dan gaya pemerintahan Yunani berkembang dengan subur hampir
sepanjang periode Romawi ini. Bahkan bahasa Yunani koine tetap menjadi bahasa
resmi dunia usaha di Timur Dekat, dan Perjanjian Baru sendiri ditulis dalam bahasa
ini.Itulah gambaran kota Roma sebagai alamat surat Paulus. Kota metropolitan, pusat
dunia, dan bersifat plural.

Itulah sebabnya Jemaat Roma terdiri atas orang Yahudi (Rm. 4:1; 7:4-6) dan juga orang
non-Yahudi (Rm. 1:5,13; 11:13). Kemungkinan besar bahwa jemaat Roma didominasi
oleh orang-orang non-Yahudi. Hal ini dapat dimengerti dari latar belakang kota tersebut.

Tempat dan Waktu

Berhubungan dengan tanggal penulisan surat ini, Paulus tidak menyatakan secara
langsung.

Dalam Kisah Para Rasul 18:1-2, Paulus berada di Korintus dan bertemu dengan
Priskila dan Akwila. Ia berada di Korintus selama satu tahun enam bulan (ayt. 11),
pada waktu Gallio menjadi gubernur di Akhaya (ayt. 12-14). Masa pemerintahan Gallio
yaitu antara Mei 51 dan Mei 52, hal ini deketahui dari sejarah Roma.[37] Sebuah
temuan arkeologis di Delfi memberi keterangan masa tinggal Paulus di Korintus dan
bahwa Galio pada waktu itu adalah gubernur di Akhaya pada tahun 52M.[38] Maka
dapat dikatakan, Paulus berada di Korintus pada tahun 51-53. Melalui Efesus ia
kembali ke Yerusalem (Kis. 18:19-21) dan menga-khiri perjalanannya di Antiokhia (Kis.
18:22). Setelah beberapa lama di Antiokhia, Paulus memulai perjalanan yang ketiga
dari situ dengan kunju-ngan pertamanya adalah Galatia dan Frigia (Kis. 18:23). Setelah
itu Paulus melanjutkan perjalanan ke Efesus. Di Efesus Paulus tinggal selama tiga
tahun (Kis. 20:31) yaitu pada tahun 54-57.[39] Hal itu cocok jika kita hitung dari
keberadaan Paulus di Korintus satu tahun enam bulan, katakan saja dua tahun
ditambah tiga tahun di Efesus. Dalam Kisah Para Rasul 20:1-3, Paulus berangkat ke
Makedonia, lalu ia tiba di tanah Yunani dan tinggal di situ selama tiga bulan. Di tanah
Yunani ini Paulus menulis surat-nya pada tahun 58. Masa ini adalah masa penegakkan
hukum dan tatanan seluruh wilayah pada masa Nero. Ini sesuai dengan nasihat Paulus
tentang “peme-rintah” (Rm. 13:1-13).[40] Demikianlah Paulus menulis suratnya kepada
je-maat di Roma setelah ia di Efesus dan sebelum ia berangkat ke Yerusalem.

Tujuan Penulisan

Dalam Roma 15:23 Paulus mengatakan bahwa ia “tidak lagi mem-punyai tempat di
daerah ini” yaitu dari Yerusalem sampai ke Ilirikum (ayt. 19). Sekarang Paulus mau
meluaskan daerah penginjilannya ke arah barat, ke Spanyol (ayt. 24). Bagi Paulus
kerinduannya untuk datang ke Roma bukanlah tujuan satu-satunya, melalui
perjalanannya ke Spanyol ia dapat singgah di Roma (Rm. 15:24, 28).

Jadi, Roma adalah titik tolak Paulus ke Spanyol. Melalui Roma ia akan meneruskan
perjalanannya. Maka kepada jemaat di Roma ia memohon bantuan untuk melanjutkan
perjalanan itu (Rm. 15:24). Duyverman menyatakan, “Sebagaimana dahulu Antiokhia
menjadi ‘pangkalan’ Paulus, sekarang Roma akan menjadi titik tolaknya. Hal itu nyata
dari kata-kata ‘kamu dapat mengantarkan aku ke sana. Surat Roma ditulis sebagai
ganti bertatap muka langsung seperti dikatakan oleh Tenney, dan sebagai persiapan
untuk menjadikan Roma sebagai pusat pelayanan di barat, seperti Antiokhia, Efesus,
Filipi, dan kota-kota lain di mana Paulus pernah bekerja di kawasan timur. Jadi,
sebelum hal itu dilakukan Paulus, ia terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada
jemaat. Feine-Behm menga-takan bahwa kebutuhan akan perkenalan demikian
memberikan alasan bagi Paulus untuk menguraikan gagasan-gagasan teologisnya
pada peralihan baru pekerjaannya, yang diuraikan Paulus di sini adalah confessions-
nya.

Tafsiran

Untik menafsir perikop ini saya akan membaginya dalam beberapa bagian:

Ayat 1-4: Kemerdekaan dari Tabiat Manusiawi

Sebenarnya bagian ini sangat sulit dimengerti sebab sangat padat dan berkaitan
dengan hal-hal yang dijelaskan sebelumnya. Ada dua kata kunci untuk mengerti bagian
ini yaitu kata Sarx (daging) dan Pneuma (Roh). Ada beberpa hal yang perlu dijelaskan
sehubungan kedua kata ini:

Pertama: sarx secara harafiah artinya daging. Dalam tulisan-tulisan Paulus kata ini
sering digunakan dalam pengertiannya sendiri. Secara luas Paulus memakainya dalam
tiga pengertian: a) ia memakainya dalam pengertian yang sama dengan ‘Sunat’ (sarka)
yang dapat diterjemahkan dengan “di dalam daging” (2:28). b) Berkali-kali ia memakai
ungkapan sarx yang dapat diterjemahkan dengan “menurut daging” yang berarti
“melihat sesuatu hal dari segi pandangan manusia.” Misalnya ia berkata bahwa
Abraham adalah nenek moyang kita maka yang dimaksudkan dengan kata sarx ialah
nenek moyang dari segi pandangan manusia. Ketika ia berkata bahwa Yesus adalah
anak Daud, maka kata sarx (1:3) berarti keturunan manusia, (c) Tetapi ketika ia
menggunakan kata sarx untuk berbicara dengan orang Kristen maka yang
dimaksudkan ialah saat-saat di mana kita masih hidup dalam daging (en sarki: 7:5). Ia
berbicara tentang mereka hidup menurut daging sebagai lawan dari mereka yang hidup
menurut roh (8:4), 5). Ia berkata bahwa mereka yang hidup dalam daging tidak
berkenan kepada Allah (8:8). Ia berkata juga bahwa keinginan daging ialah maut dan
itulah adalah perseturuan terhadap Allah (8:6, 8). Ia mengatakan bahwa orang-
orangkristen tidak hidup di dalam daging (8:9). Di situ sangat jelas bahwa Paulus
menggunkan kata sarx tidak saja dalam pengertian tubuh yaitu daging dan darah
melainkan ia memaknainya sebagai tabiat manusia dalam segala kelemahannya dan
mudah jatuh kedalam dosa. Apa yang ia maksudkan ialah tabiat manusia sebagai
pangkal dosa yang terpisah dari Kristus yakni segala sesuatu yang mengingatkan
manusia kepada dunia dan bukan kepada Allah. Hidup menurut daging ialah suatu
kehidupan yang dikuasai oleh suara dan keinginan tabiat manusia yang berdosa
sebagai ganti suatu kehidupan yang dikuasai oleh kasih Allah. Daging adalah bagian
yang rendah dari tabiat manusia.

Perlu juga dicatat dengan jelas bahwa ketika Paulus memikirkan tentang kehidupan
manusia yang dikuasai oleh sarx maka yang dimaksudkan bukanlah hanya dosa-dosa
yang berkaitan dengan jasmania tetapi juga termasuk didalamnya dosa penyembahan
berhala, perselisihan, kemarahan, sihir, iri hati dll. Jadi bagi Paulus sarx bukan hanya
dosa jasmiania melainkan juga rohaniah yaitu tabiat manusia dalam segala
kelemahannya atau sifat dari manusia tanpa Allah dan tanpa Kristus.

Kedua, Paulus menggunakan kata Pneuma (Roh) dalam pasal ini dengan latar
belakang yang berasal dari PL yakni kata Ibrani Ruach yang mempunyai dua arti dasar:
a) tidak hanya berarti ‘Roh’ tetapi juga angin yakni mengandung pengertian tentang
kuasa yang dahsyat. b) dalam PL kata ini dipakai dalam pengertian sesuatu yang
melebihi manusia. Bagi Paulus Roh menyatakan kuasa ilahi.

Oleh Karena, itu dalam bagian ini Paulus mengatakan bahwa pada saat tertentu di
mana orang-orang Kristen berada dalam keadaan kemanusiaannya yang dikuasai dosa
dalam keadaan demikian hukum taurat menjadi sesuatu yang justru mendorong
perbuatan dosa lalu menjadi buruk penuh frustasi dan putus asa. Tetapi setelah
menjadi orang Kristen dalam kehidupannya muncul kekuatan dari Roh Allah dan
sebagai akibatnya ia masuk dalam hidup yang penuh kemenangan.

Pada bagian berikutnya Paulus berbicara tentang akibat nyata karya Kristus bagi kita.
Apa yang ingin Paulus kemukakan di sini adalah bahwa dalam keadaan sebagai
keturunan Adam setiap manusia sudah berdosa dan konsekuensinya adalah kematian,
tetapi Yesus datang ke dalam dunia dan hidup dalam tabiat manusia telah
mempersembahakan kepada Allah suatu kehidupan yang sempurna dalam ketaatan
kepada Allah dan benar-benar memenuhi hukum Allah, maka sekarang oleh karena
Yesus telah benar-benar manusia sebagaimana kita menjadi satu dengan Adamm, kita
juga sekarang menjadi satu dengan Dia dan sebagaimana kita terlibat dalam dosa
Adam, maka sekarang kita terlibat juga dalam kesempurnaan Yesus. Di dalam Yesus
manusia dapat mempersembahkan ketaatan yang sempurna kepada Allah. Manusia
yang dahulu terlibat dalam dosa Adam sekarang diselamatkan karena terlibat di dalam
kebaikan Yesus.

Itulah argumentasi Paulus bahwa apa yang Yesus lakukan membuka jalan bagi orang-
orang Kristen suatu kehidupan yang tidak lagi dikuasai oleh daging melainkan oleh Roh
Allah, di dalam kehidupan manusia dengan kuasa yang berasal dari Allah. Hukuman
yang lama telah dihapuskan dan kekuatan yang baru diberikan untuk menyongsong
masa depan di dalam Kristus

Ayat 5-11: Dua Macam Prinsip

Pada bagian ini Paulus menggambarkan dua macam prinsip yang berbeda, yakni:

Pertama, ada kehidupan yang dikuasai oleh tabiat manusia yang berdosa yang
mengarah dan berpusat pada diri-sendiri. Kehidupan yang demikian dikendalikan oleh
hawa nafsu, kesombongan dan ambisi dan hal-hal itu diingini manusia di luar Kristus,

Kedua, ada kehidupan yang dikuasai oleh Roh Allah. Sebagaimana manusia hidup di
dalam udara, begitulah ia hidup di dalam Kristus tidak pernah terpisah dari-Nya.
Sebagimana ia bernafas dengan udara yang memnuhinya, demikian Kristus semestinya
memenuhi kehidupannya. Pikirannya bukan pikirannya sendiri melainkan Kristus,
keinginannya bukan keinginannya sendiri melainkan keinginan Kristus. Ia dikendalikan
oleh Roh dan oleh Kristus serta difokuskan kepada Allah.

Menurut Paulus kedua macam kehidupan ini menuju arah yang berlawanan. Kehidupan
yang dikuasai keinginan dan aktivitas tabiat manusia yang berdosa menuju kepada
maut, yang dalam pengertian yang paling harfiah tidak ada masa depan di dalamnya
karena terpisah didalam Allah. Ia menjadi seteru Allah yang membenci hukum dan
campur tangan Allah.

Sedangkan kehidupan yang dikuasai oleh Roh berpusat pada Kristus dan tertuju
kepada Allah yang adalah kehidupan itu sendiri. Sama seperti Henokh yang hidup
bergaul dengan Allah yang diangkat oleh Allah. Menurut Paulus dosa datang ke dalam
dunia yang berakibat kepada maut dan kematian melalui tabiat manusia tetapi manusia
yang dikuasai oleh Roh yang tinggal didalam Kristus biarpun mati dia akan dibangkitkan
di dalam kebangkitan Kristus.

Pemikiran dasar Paulus di sini ialah bahwa kesatuan orang Kristen dengan Kristus tak
dapat dipisahkan oleh apapun. Kristus telah mati dan bangkit kembali sehingga orang
yang menjadi satu dengan Kristus, bersatu dengan dia yang telah mengalahkan maut
dan menerima bagian dalam kemenangan itu. Orang yang dikuasai oleh Roh dan
menjadi milik Kristus adalah orang yang menuju kehidupannya, sehingga kematian
hanyalah suatu selingan yang tak dapat dialahkan dalam perjalanan itu

Ayat 12-17: Keluarga Allah

Pada bagian ini Paulus memperkenalkan kepada kita sebuah kiasan yang
menggambarkan hubungan Kristen dengan Allah. Orang Kristen disebutnya sebagai
yang ‘diangkat’ (adopsi) menjadi anggota dari keluarga Allah. Kata ‘diangkat’ (adopsi)
memiliki latar belakang yang kuat dalam lingkungan tradisi orang-orang Romawi.

Dalam tradisi orang-orang Romawi pengangkatan anak (adopsi) dengan konsep patria
potestas yaitu kekuasaan ayah atas keluarganya. Ini adalah kekuasaan mutlak seorang
ayah membuang dan menguasai atas hidup mati anak-anaknya. Dalam hubungan
dengan ayahnya seorang anak laki-laki Romawi sebenarnya tidak pernah menjadi
dewasa. Tak peduli berapapun umurnya, ia berada di bawah patria potestas di dalam
pemelikan absolut dari ayahnya. Itulah sebabnya pengangkatan anak dalam keluarga
yang lain sangat sulit dan berat.

Konsekuensi dari pengangkatan ini yang lebih mengesankan dari Paulus ada tiga
pokok. Pertama, orang yang diangkat itu kehilangan seluruh hak dalam keluarga yang
lama dan mendapat hak alih waris sebagai anak yang sah dalam keluarga yang
baru. Kedua, secara hukum kehidupan yang lama dari anak yang diadopsi dihapuskan
misalnya semua hutang dibatalkan. Ia dianggap sebagi orang yang baru yang masuk
dalam kehidupan yang baru, yang lama sama sekali tidak berlaku lagi. Ketiga, dalam
pandangan hukum ia adalah mutlak anak dari ayah barunya.

Itulah yang Paulus pikirkan mengenai pengangkatan orang-orang Kristen menjadi anak-
anak Allah. Ia berkata bahwa Roh Allah bersaksi bersama-sama dengan Roh kita
bahwa kita benar-benar anak Allah, maka hak dari anak angkat itu terjamin dan betul-
betul menjadi alih waris.. Rasul Paulus berkata bahwa Roh Kudus sendiri menjadi saksi
untuk pengangkatan kita kedalam keluarga Allah dank arena itu kita menjadi benar-
benar pewaris kerajaan Allah bersamam-sama dengan Kristus, anak Allah yang sejati.
Apa yang Kristus warisi kita juga mewarisinya. Jika Kristus mewarisi penderiataan kita
juga meawarisi penderitaan itu tetapi jika Kristus dibangkitkan untuk kehidupan dan
kemuliaan kita juga akan mewarisi hal yang sama.

Dalam gambaran itu Paulus hendak mengatakan bahwa apabila seseorang menjadi
Kristen yang telah masuk ke dalam keluarga Allah, ia tidak berbuat sesuatu sehingga ia
layak menerimanya, sebab hal itu adalah anugerah semata dan Allah Bapa yang
Mahabesar di dalam kasih setia-Nya menakjubkan telah mengambil yang hilang, yang
tak berdaya, papa, berdosa, dan mengangkatnya menjadi anak-anak-Nya sehingga
hutangnya dibatalkan dan ia mewarisi kemuliaan
Saran Aplikasi

Beberapa pokok aplikasi yang bisa diberi perhatian sehubungan dengan tema “Hidup
dalam Roh”, yaitu:

1. Bahaya ‘hidup dalam daging’ seperti ‘hedonis’ yang menjadikan kenikmatan


sebagai tujuan hidup, ‘konsumerisme’ yakni mengukur kebahagiaan dari barang-
barang yang dimiliki dan ‘materialisme’ yakni pandangan dan penilaian yang
hanya bertumpu pada materi. Contoh bisa dicari dalam konteks masing-masing
jemaat.
2. Mengintrodusir nilai-nilai ‘hidupan ‘di dalam Roh’ yakni hidup yang bertentangan
dengan kedagingan di atas. Nilai-nilai ‘hidup dalam Roh’ mesti menghasilkan
buah sebagaimana dalam Galatia 5:22-23.
3. Hidup sebagai keluarga Allah memliki makna yang sama dengan hidup di dalam
Roh. Tidak mudah dan salib menjadi simbolnya. Meskipun demikian kita mesti
menjalaninya, sebab Rohlah yang akan memberikan kekuatan yang
berkemenangan di dalam Kristus Yesus.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 6

Minggu, 02 April 2017

Hamba yang mengosongkan


diri

Filipi 2:1-11

Pendahuluan: Konteks JemaatFilipi

1. Jemaat Filipi merupakan jemaat hasil pekabaran injil oleh rasul Paulus
dansahabat-sahabatnya, termasukTimotius. Kedekatan rasul Paulus dengan
jemaat menjadikannya berani dan jujur mengungkapkan nasihat dan kritik
terhadap jemaat. Rasul Paulus hanya ingin yang terbaik bagi mereka.
2. Rasul Paulus mengetahui adanya konflik dalam jemaat yang dapat mengarah
kepada perpecahan. Itu sebabnya ia menasihatkan mereka, “sempurnakanlah
sukacita kudengan ini; hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan.” Dalam hal ini, sasul Paulus menyadari bahwa kesatuan hati
jemaat tidak terjadi dengan mudah, tidak terjadi dengan sendirinya. Kesatuan
harus diusahakan dan dikerjakan bersama-sama oleh semua jemaat.
3. Dalam konteks yang demikian, rasul Paulus mengingatkan jemaat bahwa yang
mereka butuhkan adalah perubahan sikap yang mendasar. Dan perubahan itu
sendiri pun bukanhal yang terjadi dengan sendirinya. Melainkan mesti
diupayakan dengan sengaja dan serius secara bersama-sama oleh semua
anggota jemaat, dalam kesadaran bahwa mereka hanya bisa bersatu jika mau
sungguh-sungguh berubah.
4. Pergumulan jemaat Filipi sangat mungkin menjadi pergumulan kita dan relevan
dengan kehidupan jemaat-jemaat GMIT yang bergumul dengan tantangan untuk
selalu mengerjakan dan memelihara kesatuan, sekaligus bergumul untuk selalu
melakukan perubahan untuk kehidupan jemaat yang lebih baik. Ada beberapa
pokok pembelajaran dari jemaat Filipiyang dapat kita terima bersama.

Pokok Perenungan 1: Kepentingan Bersama Yang Utama

1. Rasul Paulus mengingatkan jemaat akan berbagai perilaku negatif yang


menjauhkan jemaat dari harapan akan adanya kesatuan, yakni kecenderungan
sikap mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia”. Sebaliknya
ia mengajak jemaat untuk menghidupkan perilaku yang positif, “hendaklah
dengan rendah hati yagn seorang menganggap yang lain lebih utama dari
dirinyasendiri”. Rasul Paulus menggunakan pola kontras, “janganlah…
hendaklah…”
2. Marilah kita merenungkan: hidup bersama kita sebagai jemaat mungkin diwarnai
berbagai kontras, tetapi hendaknya kita berupaya mengutamakan kepentingan
bersama daripada kepentingan diri sendiri.

Pokok Perenungan 2: Jalan Yang Utama, Jalan Menurun

1. Nasihat untuk mengutamakan kepentingan bersama ini membutuhkan syarat


lain, yaitu kerelaan untuk menempuh jalan kerendahan hati. Rasul Paulus
menggunakan istilah “mengosongkan diri”. Jalan itu tidak mudah, tetapi jalan
kerendahan hati atau pengosongan diri itu juga tidak usah dan tidak mungkin kita
buat sendiri. Ada contoh atau teladan terbaik yang sempurna yang dapat
memandu kita, yakni teladan dari Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus sudah
membuka jalan pengosongan diri itu. Dan rasul Paulus mengarahkan pandangan
jemaat kepadaYesus Kristus. “Jalan menurun” yang ditempuh oleh Yesus Kristus
adalah jalan satu-satunya agar Allah dapat berjumpa dengan dunia yang
dikasihi-Nya, agar Allah dapat berjumpa dengan manusia yang dicintai-Nya.
2. Marilah kita renungkan: jalan ini mengajarkan kepada kita betapa Allah sangat
mengasihi dunia.Pengosongan diri adalah jalan bagi gereja juga agar dapat
berjumpa dan melayani dunia, dan bukan menjauhi nyada nmenganggapnya
jahat.Tanpa pengosongan diri, gereja dan jemaat hanya akan menjadi pribadi
dan komunitas yang asing dan jauh dari dunia yang dikasihi oleh Allah dan itu
berarti jauh juga dari Allah sendiri.

Pokok Perenungan 3: Penerimaan Allah, PeninggianYesus

1. Allah menerima karya Yesus Kristus yang ditempuh dengan jalan pengosongan
diri itu, “jalan menurun”, merendahkan diri menjadi seorang hamba. Bukti
penerimaan Allah itu nampak dalam “peninggianYesus”, mengaruniakan kepada-
Nya Nama di atas segala nama dan membuat semua lidah mengaku
bahwaYesusKristus adalah Tuhan. Peninggian ini menjadi tanda penerimaan
Allah atas karya Yesus dan ini hanya terjadi karena kerelaan menempuh jalan
perendahan diri, pengosongan diri.
2. Gereja pasti berharap segala karyanya diterima oleh Allah, maka tidak ada jalan
lain selain merendahkan diri, mengosongkan diri. Pengosongan diri itulah dapat
dilihat dari sikap anggota jemaat yang tidak mementingkan diri sendiri demi
mengutamakan kebersamaan dan kesatuan.
Penutup

Dalam konteks hidup dan pelayanan gereja, ada beragam persoalan yang bisa
mendukung pertumbuhan iman jemaat, mempererat persekutuan, dan merawat
kesatuan. Tetapi ada pula dinamika yang juga bisa membuat jemaat sulit bertumbuh
dan senantiasa ada dalam konflik. Sebagaimana jemaat Filipi menerima pengajaran
dan nasihat dar irasul Paulus, marilah kita belajar menyadari pergumulan kita dan
mengerjakan bersama-sama dan terus-menerus untuk menjaga kesatuan jemaat,
melalui jalan yang telah dibuka oleh Yesus Kristus bagi kita, jalan pengosongan diri,
jalan mengosongkan kepentingan dirisendiri, jalan yang pada akhirnya membawa kita
berjumpa dengan Allah dan dunia pun dapat berjumpa dengan Allah melalui gereja-
Nya, Amin.
Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 7

Minggu, 09 April 2017

Hamba yang menderita

Yesaya 52:13-53:12[1]

Pengantar

Bacaan ini sangatang akrab bagi kita di saat-saat minggu sengsara. Gambaran Hamba
yang Menderita yang di uraikan oleh nabi Yesaya menjadi gambaran mengena Yesus
yang menderita yang dicatat di Perjanjian Baru.

Tafsiran

Kata ‘hamba’ digunakan 23 kali dalam Kitab Yesaya. Dari pasal 41-53 disebut 19 kali.
Sebutan hamba bagi Yakub/Israel disebut 11 kali. Ada pandangan kata ‘hamba’ ini
merujuk pada satu orang atau sekelompok orang. Tampaknya hamba ini menanggung
hukuman untuk orang lain tapi pada akhirnya dia diberi keudukan tinggi. Dengan
pemakaian kata ‘kita’, ‘mereka’ membuat anggapan bahwa ‘hamba’ ini berhubungan
denga sekelompok orang. Di awal pasal kata ‘kita’ berkonotasi negative, tidak
menghargai, tidak senang melihatnya, tidak menarik. Namun ‘hamba’ menanggung
dosa kita, menanggung kelemahan kita, oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan. Allah lalu
memuliakan hamba itu setelah kematiannya.

Kita percaya bahwa ‘hamba’ ini merujuk pada Yesus Kristus. Sebagaimana Yesus
menderita dan sengsara bagi banyak orang. Dialah Mesias, Juruselamat dunia,
sekalipun bagi orang-orang Yahudi, mereka percaya bahwa Hamba ini adalah Mesias
yang dinantikan.

Ayat 4: ‘Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan


kita yang dipikulnya’. Ayat ini dikutip oleh penginjil Matius dalam pasal 8:17 dalam
hubungan pelayanan Yesus kepada orang sakit. Bagi orang-orang percaya, Tuhan
Yesus memberi kesembuhan bukan hanya ‘rohani’ yaitu pengampunan dosa, tapi juga
kesembuhan jasmani, yaitu sakit-penyakit kita, beban dan penderitaan kita, Roma 4:25,
I Petrus 2:24.
Ayat 5: “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita….” Yesuslah yang
menggantikan kita dalam menanggung hukuman dosa-dosa kita. Yesuslah yang
‘tertikam’ Yohanes 19:31-37. Selaku pengganti kita, Ia menerima hukuman yang
seharusnya kita terima dan menanggung hukuman dosa-dosa kita, karena itu kita

Ayat 9: nubuat ini digenapi oleh Yesus dengan kematian dan pemakamannya Matius
27, Markus 15:20-47, Lukas 23:33-56

Ayat10-12: Menyatakan bahwa pada akhirnya hamba itu dimuliakan Allah.

Pokok Pikiran

1. Istilah hamba memang identik dengan mereka yang ‘terhina’, dan tidak
diperhitungkan. Hamba adalah mereka yang mengabdi tanpa ada hak. Hamba
yang menanggung segala penderitaan, hina dan kutuk telah menanggung segal
doasa, derita dan penyakit kita, Dialah Kristus sang Juruselamat.
2. Penderitaan Kristus telah menghapus segala dosa-dosa kita.
3. Posisi kita sebagai ‘Hamba’ Kristus mestinya membuat kita juga siap
menanggung ‘penderitaan’ sebagai konsekuensi sebagi hamba Kristus.
Kerangka Khotbah Jumat Agung

Minggu, 14 April 2017

Hamba yang ditinggalkan

Markus 15:33-47

Latar Belakang Kitab Markus

Kitab Markus ditulis oleh seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Namun demikian,
tradisi gereja mula-mula mempertimbangkan Yohanes Markus sebagai penulis kitab ini.
Hal yang mendukung anggapan tersebut adalah bahwa penulis menyoroti pengalaman
kegagalan para murid Tuhan Yesus secara terperinci seperti seorang saksi mata atau
orang yang mendengar dari sumber yang terpercaya (Mrk 14:66-72; Kisah 13:13;
15:37-41; kegagalan Petrus dan mungkin juga kegagalan dirinya sendiri). Penulis juga
menekankan tentang kebangkitan Yesus yang menawarkan pengampunann dan
pembaharuan bagi para murid yang telah gagal (Mrk 16:7). Di sini Yohanes Markus
dianggap sebagai sang penulis mengingat bahwa ia adalah orang yang dekat dengan
Petrus sebab ia adalah rekan kerja Paulus dan Petrus (Kisah 12:12, 25; 13:5, 13;
15:37-39; Col 4:10; Fil. 24; 2 Tim. 4:11; 1 Pet 5:13).

Para ahli bersepakat bahwa Matius dan Lukas menulis Injil mereka setelah Injil Markus
dan menggunakan Markus sebagai salah satu sumber mereka. Jika demikian maka
pertanyaannya adalah kapan dan di mana Markus ditulis? Tradisi gereja awal
mengklaim bahwa Markus ditulis di Roma karena teks Markus sendiri memberikan
beberapa pentunjuk bahwa para pembacanya menderita penganiayaan karena mereka
adalah para pengikut Kristus (Mark 8:34-38; 9:42-48 dan 13:9-13). Di samping itu juga,
cara Markus menggambarkan tentang wilayah Palestina menunjukkan bahwa sang
penulis tidak terlalu akrab dengan tata letak wilayah Palestina. Dengan latar belakang
ini maka ada sejumlah ahli yang berpendapat bahwa kemungkinannya Injil ini di ditulis
di antara tahun 55-65 ZB (Zaman Bersama/Sesudah Masehi) - tidak lama setelah Bait
Allah dihancurkan (antara tahun 65-70).

Kebanyakan para ahli membaca Injil Markus pada periode ketika pemerintahan Romawi
berkuasa di Palestina pada abad Pertama ZB. Untuk itu maka Injil ini dipahami sebagai
Injil pembebasan. Ahli seperti Ched Myers (1992) mengatakan bahwa Markus
menentang penindasan imperialisme Romawi, menolak ekploitasi ekonomi Bait Allah
dan mendukung pembangunan komunitas yang adil dan setara di mana anggota-
anggotanya saling berbagi dan melayani. Tindakan-tindakan tersebut dipahami sebagai
cerminan jalan salib.

Kehidupan yang bersifat transformatif tersebut diimpikan oleh Markus mengingat bahwa
jemaat Kristen mula-mula yang hidup pada abad pertama di Roma mengalami
penderitaan dan penganiayaan akibat kepercayaan mereka kepada Kristus. Selain itu,
tantangan serius lainnya bagi orang Kristen Roma datang dari para orang Yahudi
sendiri yang merasa terancam dengan diproklamasikannya Kristus sebagai sang
Mesias di berbagai sinogoge yang ada di Roma. Bagi orang Roma sendiri kematian
Yesus di atas kayu salib telah menunjukkan bahwa Yesus telah gagal untuk
menyandang gelar juru selamat. Itulah sebabnya dalam Injil ini, Markus berusaha keras
untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus sebenarnya memang tidak layak untuk
disalibkan; namun tentu saja tindakan penyaliban mempunyai maksud Ilahi yang pada
kesempatan ini akan digali dengan teliti.

Tafsir Markus 15:33-47

Injil Markus diawali dengan narasi-narasi yang sambung menyambung tentang sang
tokoh protagonis utama yaitu Yesus yang melakukan berbagai hal luar biasa seperti
menyembuhkan, memberi makan orang-orang lapar, mengusir setan dan memberikan
pengajaran-pengajaran berwibawa yang bersifat menguatkan para pendengar-Nya.
Namun, narasi Markus kemudian diakhiri dengan cara yang berbeda. Tidak seperti
sebelumnya di mana Yesus digambarkan sebagai orang yang berkuasa – di akhir-akhir
cerita terutama dalam pasal 14-15, Yesus digambarkan sebagai seorang korban yang
pasif yang ditangkap, dikurung, dihina, disiksa dan ditikam lambungnya. Namun, dalam
analisa terakhirnya, Markus sangat jelas mengatakan bahwa kehidupan Yesus tidak
diambil dari pada-Nya melainkan diberikan oleh Yesus sendiri secara sadar dan
iklas. Hal ini berarti bahwa Yesus, dengan kehendak bebasNya sendiri memilih untuk
menyerahkan diri-Nya dan menerima apa yang harus diterimaNya. Hal ini ditunjukkan
secara halus (Mark 15:5, tindakan Yesus untuk memilih diam), secara simbolik (Mark
14:22-25, Yesus memberikan roti dan anggur menandakan pemberian akan tubuh dan
darah-Nya sendiri untuk para murid-Nya), dan secara terang-terangan/jelas (Mark 10:45
di mana Yesus berbicara tentang “memberikan hidupnya”).

Namun, janganlah sekali-kali kita terjebak dalam pikiran bahwa Yesus dalam
penggambaran Markus adalah sang “Superman” atau “Superhero” yang selalu siap
untuk mati berkorban bagi siapapun yang membutuhkan-Nya. Markus dengan
gamblang menunjukkan sisi keseharian Yesus yang tidak berbeda dari manusia biasa;
Ia ragu-ragu dan bahkan gentar ketika harus menjalankan apa yang menjadi pilihan
hidup-Nya. Dalam Mark 8:31 misalnya kita berhadapan dengan pemberitahuan atau
prediksi yang pertama tentang penderitaan Yesus yang merupakan bagian dari
kehendak atau rencana Allah. Dalam bagian itu, kata dei (“harus”) menderita
memberikan kesan tentang keinginan Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Namun
dalam doa-Nya di taman Getsemani, kita mendengar percakapan yang sangat
menyakitkan antara sang Anak yang percaya penuh pada orang tuaNya namun enggan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh sosok figur yang dipanggil-Nya “Abba” (Mark
14:35-36). Di sini kita mendapatkan pemahaman bahwa tidak mudah bagi seorang
Yesus untuk menerima kematian-Nya meskipun untuk alasan yang sangat mulia
sekalipun. Kita juga bertemu dengan gambaran tentang sang Abba yang memiliki
kehendak yang misterius yang melibatkan pengorbanan diri Anak-Nya sendiri tapi tidak
serta merta memaksakan kehendak-Nya. Kata Dei atau harus bukanlah sebuah harga
mati melainkan sebuah langkah untuk menuju dialog – menuju upaya bernegosiasi. Jika
pada akhirnya Yesus menerima penderitaan-Nya, maka itu adalah kehendak bebas-
Nya yang lahir karena pilihan-Nya sendiri – yang dibuat berdasarkan kasih yang
memberi diri untuk menderita.

Di sini penting juga untuk mencatat bahwa dalam drama penyaliban dan kematian
Yesus, ada dua penekanan yang diberikan oleh Markus yaitu 1) tema tentang
penolakan dan penderitaan yang berpuncak pada kematian Yesus dalam Mark.
15:37; dan 2) tema penyingkapan dan pengenalan akan identitas Yesus yang
berpuncak pada pengakuan sang tentara Romawi dalam Mark. 15:39. Tema pertama
yaitu penolakan dan penderitaan Yesus telah dinyatakan secara jelas bahkan di awal
Injil ini yaitu pada pasal 2:18-22 yang kemudian diikuti dengan cerita-cerita penolakan
Yesus yang dilengkapi dengan “pemberitahuan akan kematian-Nya.” Yesus juga ditolak
oleh keluargaNya sendiri (6:1-6). Ia dicemooh (2:24; 3:22), dijebak (3:6; 11:18; 12:12;
14;1-2, 10-11) dan dihukum secara tidak benar (14:53-65) oleh para pemimpin
agamaNya. Ia dikhianati oleh salah satu dari teman dekatnya (14:10-11, 43-45) dan
ditinggalkan oleh para murid-Nya (14:50, 66-72). Ia dikutuk oleh sesamaNya (15:13-15).
Ia dijatuhi hukuman mati secara tidak adil (15;15), disiksa (15:16-20), dan disalibkan
(15:24) oleh pemerintah Romawi. Bahkan di saat-saat terakhir, Yesus merasa
ditinggalkan bahkan oleh Allah-Nya sendiri (15:34). Alangkah anehnya bahwa
menghadapi situasi-siatuasi mengerikan seperti ini, Yesus terus mendedikasikan diri-
Nya untuk tabah menghadapi semua itu sampai akhir.

Drama penolakan dan penderitaan Yesus memberikan kesan muram bahkan


menyisakan teror yang mencekam namun cerita Markus tidak berhenti di situ saja.
Bahkan, penolakan dan penderitaan tersebut mempersiapkan jalan bagi kemunculan
tema kedua yang menurut sejumlah ahli merupakan inti atau pokok pemberitaan Injil
Markus yaitu penyingkapan identitas Yesus sebagai Anak Allah – identitas diri yang
menurut Markus coba disembunyikan oleh Yesus mulai dari awal narasi Injil ini; hanya
ketika Ia telah ditolak, menderita, mati dan nantinya bangkit kembali maka Yesus
dengan sepenuh hati menerima ketika rahasia identitas diri-Nya yaitu sebagai Anak
Allah disingkapkan. Hal yang menarik di sini adalah bahwa penyingkapan rahasia
Yesus ini datang dari mulut seorang kepala pasukan Romawi dengan sebelumnya
ditandai oleh terbelahnya tabir Bait Suci menjadi dua dari atas sampai ke bawah. Di
sinilah pertanyaannya adalah apa hubungan antara terbelahnya tabir Bait Suci dengan
pengakuan akan Yesus sebagai Anak Allah?

Jawaban atas pertanyaan di atas kemungkinan berhubungan dengan relasi di antara


orang Kristen mula-mula sendiri dengan para pemuka Yahudi yang tidak baik; bahkan
di dalam Injilnya Markus menggambarkan bangsa Yesus sendiri sebagai pembunuh-
Nya. Untuk itu maka ketika Markus menghubungkan penyingkapan identitas Yesus
sebagai Anak Allah dengan terbelahnya tirai Bait Suci maka hal tersebut dapat
dipertimbangkan sebagai upaya Markus untuk menantang status quo kepemimpinan
para pemuka agama Yahudi yang berpusat di Bait Allah yang sangat ketat
mempertahankan tradisi keagamaan yang kaku. Di sini, tirai yang terkoyak
memampukan orang Yahudi untuk langsung melihat wajah Tuhan tanpa adanya
perantara berupa hukum dan peraturan-peraturan ketat. Hal ini dimungkinkan karena
Yesus telah mati di kayu salib dan kematian-Nya menjembatani jarak yang tercipta
selama ini antara manusia dan Allah. Dengan kata lain, kerajaan Allah yang sejati telah
datang melalui kematian Yesus di kayu salib.

Pikiran-pikiran Khotbah

 Para peringatan Paskah kali ini adalah penting untuk mengingat tentang
tanggung jawab yang datang bersama dengan sebuah titel/jabatan/identitas baik
yang diwariskan ataupun diusahakan dengan susah payah. Pada cerita drama
penderitaan Yesus menurut Markus, Yesus sendiri tidak ingin identitas-Nya
disingkapkan dan diketahui oleh orang banyak; karena Ia sadar bahwa harga
yang harus dibayar serta tanggung jawab yang harus diemban akibat
identatisNya tersebut adalah sangat berat. Sejak awal, Yesus sendiri telah sadar
bahwa Allah yang dipanggil-Nya dengan sebutan Abba telah memiliki rencana
tersendiri untuk diri-Nya. Ia diutus ke dunia dengan misi tunggal yaitu
menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki hubungan
antara Allah dan umat-Nya. Namun, guna mencapai hal tersebut maka jalan
yang harus ditempuh adalah jalan salib – jalan kematian. Jalan yang penuh
dengan cemoohan, derita, siksaan, dan bahkan maut. Tetapi yang harus dicatat
adalah bahwa Yesus menerima identitas tersebut namun Ia menunggu hingga
pekerjaan-Nya tuntas barulah Ia mengklaim identitas tersebut bukan sebaliknya.
 Menerima identitas sebagai Anak Allah berarti mencerminkan sifat dan sikap
Allah itu sendiri. Hal ini disadari benar oleh Yesus sehingga disepanjang
pelayanan-Nya Ia berusaha dengan keras untuk merepresentasikan Allah secara
baik. Melalui diri Yesus, kita memahami Allah yang berpihak pada orang kecil;
Allah yang bekerja keras demi memperbaiki keadaan dunia yang penuh morat
marit dan penuh dengan kekacauan. Menjadi pengikut Kristus berarti
melaksanakan apa yang dianggap penting oleh Kristus yaitu memperjuangkan
kebenaran dan keadilan di dunia melalui tindakan kerja nyata. Di sinilah para
pengikut Kristus adalah para pengikut yang bekerja.
 Yesus yang adalah Anak Allah tidak segan-segan menunjukkan bahwa Ia juga
adalah sosok yang lemah, sosok yang meragu, sosok yang belum tentu sanggup
menjalankan semua yang disematkan di pundak-Nya. Yesus memberikan ruang
untuk menunjukkan kerapuhanNya di hadapan Abba-Nya. Dengan tidak malu-
malu Ia meminta agar penderitaan yang akan dialamiNya dijauhkan dari
padaNya. Yesus menunjukkan bahwa Ia bukanlah “superman” apalagi
“superhero” – pahlawan gagah perkasa yang tidak bercacat dan tidak bercela;
selalu sempurna dan mampu melaksanakan apapun sehingga Ia tidak takut
menghadapi apapun; Ia tidak akan pernah gagal. Sebaliknya, Yesus yang ada di
hadapan kita menurut Markus adalah Yesus yang juga takut dan gentar dan Ia
tidak malu mengungkapkan hal tersebut. Justru di dalam kelemahan-Nya itulah,
AbbaNya memberikan kekuatan kepadaNya sekaligus pilihan untuk mengikuti
kata hati-Nya. Hal ini tentu saja membuat kita semua bisa menghubungkan diri
kita dengan Yesus yang ternyata tidak berbeda jauh dari kita. Melalui Yesus kita
belajar untuk menerima diri kita apa adanya dan tidak malu mengungkapkan
segala kelemahan dan ketidakmampuan kita. Allah yang kita percayai menerima
kita apa adanya. Kita tidak perlu selalu berusaha untuk menjadi sempurna dan
dalam upaya menjadi sempurna itu lantas cenderung menjadi sangat keras
terhadap diri kita sendiri – menghukum diri dengan tidak tanggung-tanggung
ketika kita berbuat kesalahan atau bahkan jatuh dalam pencobaan.
 Yesus tidak takut berdialog dengan figur yang disebutnya sebagai Abba ketika Ia
merasa bahwa tugas yang diberikan kepada-Nya terlampau berat melampaui
kemampuan-Nya. Ia tidak ingin terjebak dalam suatu situasi di mana Ia harus
melakukan apa yang sebenarnya bertentangan dengan suara hatiNya. Meskipun
Ia sangat mengasihi dan menghormati Abba-Nya, namun Yesus berani untuk
menyampaikan keluhan, sikap keberatan ataupun keraguan-Nya dengan cara
yang penuh kasih sayang. Allahpun juga bukanlah sosok yang otoriter yang
memaksakan kehendak-Nya. Ketika Ia mempercayakan Yesus untuk
mengemban misiNya di dunia, Allah memberikan kesempatan kepada Yesus
untuk menentukan pilihan bagi diri-Nya sendiri. Di taman Getsemani pergumulan
itu nyata; di taman Getsemani pula Yesus akhirnya dapat memahami pentingnya
bagi diriNya untuk melakukan apa yang harus dilakukan-Nya; sehingga
kehendak Allah menjadi kehendak-Nya – misi Allah menjadi misiNya. Di sinilah
Yesus menyerahkan diriNya secara total tanpa pernah melihat lagi ke belakang.
Sikap dan teladan Allah sebagai seorang pemimpin yang menjalankan
kekuasaan-Nya dengan cara-cara yang bersifat filiarkhi (kasih persahabatan)
tentu saja menjadi model kepemimpinan yang baik bagi kita semua. Ia tidak
memaksakan kehendakNya bagi mereka yang dipimpinNya melainkan selalu
menyediakan ruang di mana orang bebas untuk meragu, ruang di mana orang
bebas untuk mempertanyakan kembali panggilannya, ruang di mana orang dapat
memilih dan memutuskan sendiri yang terbaik bagi dirinya, dan ruang untuk
melihat bahwa kemanusiaan dan kesejahteraan bersama adalah melampaui
kepentingan dan hasrat pribadi. Sikap Yesuspun yang berani untuk menjadi
diriNya sendiri harus kita teladani pula. Ia tidak takut untuk bertanya, tidak takut
untuk mengajukan keberatan, tidak takut untuk mencari sendiri jawaban untuk
diri-Nya sendiri, tidak takut untuk bertindak berdasarkan keputusan yang
dibuatNya secara merdeka dan sadar. Menjadi orang merdeka yang menghargai
diri dan kehendak bebasnya sendiri tentu tidak mudah maka berbahagialah
mereka yang telah, sementara dan akan senantiasa berjuang untuk menjadi
dirinya sendiri dan mau berjalan di jalan-jalan kebenaran dan keadilan seperti
Yesus.
Kerangka Khotbah Paskah 1

Minggu, 16 April 2017

IA TELAH BANGKIT DARI


ANTARA

ORANG MATI

Matius 28:1-10

Latar Belakang Injil Matius

Injil Matius ditujukan bagi para pembaca yang kemungkinan besar tinggal di kota
Antiokia di Siria yang adalah salah satu provinsi dari Kekaisaran Romawi. Injil ini
kemungkinan ditulis pada tahun 100 atau pada abad pertama Zaman Bersama.
Sebagai jemaat yang tinggal di Antiokia, kehidupan orang Kristen bersama-sama
dengan penduduk lainnya tunduk pada sistem kekuasaan kekaisaran Romawi yang
ditandai dengan sistem “kekaisaran aristrokratik.” Istilah “aristrokratik” merujuk pada
sekelompok kecil orang yang kemungkinan mencakup 2 persen dari keseluruhan
populasi. Mereka yang tergabung dalam kelompok birokrasi kecil dalam relasinya
dengan para elit provinsi memerintah di sejumlah wilayah besar. Mereka menjalankan
kekuasaan mereka dengan menggunakan kekuatan militer yang memungkinkan
mereka untuk memaksakan kekuasaan mereka pada kelompok rakyat kecil yang
diharuskan membayar pajak, upeti dan biaya sewa tanah garapan. Keadaan ini tentu
saja sangat memberatkan rakyat kecil. Lebih lanjut, kehidupan perekonomian
kekaisaran dapat digambarkan sebagai “ekonomi pasukan militer/legion” karena
mereka menggunakan kekuatan militer untuk mengontrol produksi kekayaan yang
dihasilkan oleh 90 persen populasi penduduk yang mereka kuasai.

Berhadapan dengan kekuasaan Romawi yang bersifat menindas dan mengeksploitasi


seperti ini maka Injil Matius ditulis guna menantang kekaisaran Romawi melalui dua
cara: 1) Injil ini merepresentasikan sebuah tantangan sosial dengan cara menawarkan
visi dan pengalaman interaksi kemanusiaan dan komunitas yang berbeda. Di sini,
sebagai lawan dari kekuasaan Romawi yang menciptakan masyarakat yang bersifat
hirarkis, ekpoitatif, dan ekslusif maka Injil Matius menawarkan komunitas yang bersifat
inklusif, penuh belas kasih dan egaliter yang dapat dicapai melalui tindakan pelayanan
yang penuh kasih dan keterbukaan kepada satu sama lainnya; 2) Injil ini
merepresentasikan sebuah pandangan teologis yang bertujuan untuk menantang
teologi kekaisaran Romawi yang mengklaim dunia sebagai milik Yupiter dan orang-
orang Roma dan bahwa kaisar dan kekaisaran Romawi adalah yang dipilih oleh Yupiter
untuk menjadi wakilnya di dunia. Sebagai lawan dari pandangan ini, Injil Matius
menolak kedaulatan mutlak pemerintahan Romawi yang hanya menguntungkan
sejumlah kecil pihak dan menyengsarakan sebagian besar penduduk yang
ditaklukkannya. Di sini, Matius mengklaim kemunculan kerajaan Allah yang akan
mendorong terciptanya suatu tatanan masyarakat baru yang bersifat inklusif dan
berpihak pada rakyat kecil.

Teks Matius 28:1-10 yang menjadi bahan bacaan kita kali ini menyorot secara khusus
peran perempuan sebagai saksi mata yang pertama atas kebangkitan Yesus. Oleh
karena itu sedikit pemaparan tentang peranan perempuan dalam konteks jemaat
Kristen pada abad ke-1 ZB sangatlah penting untuk membangun pemahaman kita.
Berbeda dengan Injil Matius atau bahkan surat Paulus yang menunjukkan ketegangan-
ketegangan dalam menggambarkan peranan kepemimpinan perempuan dan isu-isu
gender, maka injil Matius memberikan pemaparan yang positif tentang kaum
perempuan. Hal ini dapat dilihat melalui cara Matius memberikan peranan-peranan
penting pada kaum perempuan dan dengan demikian merenggangkan batasan-batasan
patriarki yang sangat mempengaruhi alam pemikiran penulis pada saat itu. Namun
Anderson (1983) mencatat bahwa ketika seorang perempuan berhasil menduduki posisi
tertentu atau berhasil memegang peranan yang cukup penting dalam narasi Matius
maka keberadaannya sebagai seorang perempuan menjadikan apa yang dilakukannya
sebagai sebuah prestasi yang luar biasa dan hal ini semakin menunjukkan perbedaan
status dan peranan akan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat saat itu.

Namun terlepas dari dinamika relasi perempuan dan laki-laki di atas, Selvidge (1984)
memahami komunitas Matius sebagai kelompok yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
peperangan yang diakibatkan oleh kekaisaran Romawi sehingga mereka yang
tergabung dalam jemaat Kristen di Antiokia adalah yang berasal dari berbagai latar
belakang ekonomi, sosial dan politik. Dalam narasinya, Matius menunjukkan bahwa
komunits yang terbentuk tersebut berpotensi untuk memiliki masa depan yang penuh
harapan jika mereka menghargai segala potensi dan kekuatan (termasuk yang
ditawarkan oleh kaum perempuan) yang ada dan mengelolahnya secara baik tanpa
tentu saja mengabaikan potensi kekerasan yang bisa juga diakibatkan oleh
perjumpaan-perjumpaan mereka yang berbeda latar belakang. Di sinilah Selvidge
mengatakan bahwa para perempuan muncul sebagai agen-agen yang memperkuat
komunitas baru tersebut dan merupakan kekuatan solid yang memelihara
keberlangsungan komunitas itu. Dengan konteks pemahaman seperti inilah maka kita
akan membaca dan menelaah Matius 28:1-10 yang berbicara tentang drama
kebangkitan Yesus.

Tafsir Matius 28:1-10


Cerita kebangkitan Yesus diawali dengan kedatangan dua orang Maria ke kubur Yesus
yaitu Maria Magdalena dan Maria yang lainnya. Kita cenderung untuk mengansumsikan
bahwa ketika para perempuan tersebut datang ke kubur, mereka sama sekali tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapi ada yang akan terjadi di sana. Namun, seperti
yang telah dipaparkan di bagian latar belakang, Matius memiliki cara tersendiri untuk
menyampaikan ceritanya. Matius dengan detail menggambarkan bagaimana para
perempuan itu menunggu dengan setia dan memperhatikan dengan cermat guna
melihat apa yang akan terjadi. Di sini, ada kesan bahwa mereka sudah tahu apa yang
akan terjadi dan mengantisipasi hal tersebut. Tentu saja bagi pembaca yang telah
membaca Matius dari pasal pertama paham bahwa para perempuan tersebut telah
mengikuti Yesus dari Galiela dan memberi diri mereka untuk “mempersiapkan”
kebutuhan Yesus. Kata “mempersiapkan” atau “melayani” (Yunani: diakonei)
menunjukkan peranan yang penting yang diemban para perempuan ini. Kata yang
setara terdapat dalam Mat. 4:11 yang menggambarkan bahwa setelah Yesus dicobai di
padang gurun, para malaikat datang dan “mempersiapkan” kebutuhan atau melayani
Yesus. Orang yang juga memiliki tugas untuk “mempersiapkan” kebutuhan Yesus
adalah mertua Petrus setelah ia disembuhkan dari penyakit (8:15). Dalam Mat. 25:44
disebutkan bahwa para gembala adalah mereka yang “mempersiapkan” kebutuhan
Yesus dengan cara memperhatikan orang-orang lapar, haus, orang asing, orang sakit
atau yang berada di penjara. Yesus sendiri menyebutkan bahwa diriNya tidak datang
untuk “dipersiapkan” kebutuhan-Nya melainkan untuk “mempersiapkan” kebutuhan
orang lain (Mat. 20:28). Pemaparan ini menunjukkan bahwa peranan para perempuan
dari Galilea ini cukup penting dan hal ini diterima sebagai sesuatu yang wajar oleh para
murid Yesus yang nota bene adalah kaum laki-laki.

Keterangan menarik tentang realita dan peranan para perempuan yang berada di
sekitar Yesus menolong kita untuk memahami tindakan para perempuan yang dengan
sabar dan tekun memperhatikan apa yang akan terjadi pada diri Yesus yang telah
dikuburkan. Namun berbeda dengan pemaparan Markus atau Lukas yang menjelaskan
bahwa para perempuan ini datang dengan membawa rempah-rempah, maka di Injil
Matius para perempuan itu tidak datang membawa rempah-rempah untuk mengurapi
tubuh Yesus. Mereka datang dengan alasan yang berbeda yaitu untuk “melihat.”
Melihat berarti berusaha untuk memperoleh pemahaman – pemahaman bahwa Yesus
akan menggenapi nubuat kebangkitan-Nya di hari yang ketiga. Di sinilah mereka tidak
hanya datang untuk melihat tapi mereka datang dengan ekspetasi atau pengharapan.
Pengharapan tersebut tentu saja hanya bisa lahir dari kepercayaan penuh bahwa apa
yang dikatakan Yesus itu benar dan akan terjadi. Jadi di sini, para perempuan tidak
melihat barulah percaya. Mereka telah percaya terlebih dahulu sehingga mereka
yakin bahwa mereka akan melihat.

Bukti kepercayaan penuh mereka terhadap Yesus dapat kita lihat pada cara mereka
menanggapi drama kebangkitan Yesus yang ditampilkan di depan mereka. Ketika
gempa bumi terjadi dan seorang malaikat menggulingkan batu maka para perempuan
tersebut, berbeda dengan para penjaga yang pingsan, ternyata tidak pingsan. Mereka
dengan penuh semangat dan sukacita mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang
malaikat bahwa Yesus telah bangkit. Lagi-lagi sikap para perempuan ini menunjukkan
keyakinan yang tergoyahkan akan Yesus. Lalu dengan tenang dan penuh perhatian,
para perempuan ini mendengarkan pesan sang malaikat untuk menyampaikan pada
para murid Yesus bahwa Ia telah bangkit. Di sini mereka tidak hanya percaya, melihat,
mengerti, tetapi juga mendengar. Dalam cerita ini tidak satu katapun yang keluar dari
mulut para perempuan itu untuk merespon. Namun itu persis yang ingin ditunjukkan
oleh penulis Injil ini; bahwa para perempuan tersebut menekankan pada tindakan.
Mereka “bekerja.” Sejak awal mereka mengikuti, mereka “mempersiapkan” kebutuhan
Yesus, mereka melihat, mereka menunggu, dan mereka pergi untuk melihat. Dan ketika
mereka diperintah untuk memberitahukan kepada para murid, mereka dengan cepat
melaksanakan tugas tersebut. Ini tentu saja menjadi pembelajaran yang penting bahwa
dalam drama kebangkitan Yesus tentu saja ada kegaduhan untuk merayakan
kebangkitan itu. Tentu saja ada sikap gegap gempita – keinginan untuk meneriakkan
kepada dunia secara keras bahwa Dia yang kita pecayai telah bangkit. Hal itu tentu saja
juga bergejolak dalam diri para perempuan yang setia melayani Yesus. Namun, ada sisi
lain dari mereka yang kita pelajari bahwa drama kebangkitan Yesus adalah tentang
“bekerja” dengan giat. MengikutiNya dengan giat. MelayaniNya dengan giat. Percaya
padaNya dengan giat. Melihat dengan giat apa yang menjadi kebutuhan umat Tuhan.
Memahami dengan giat; dan pergi melaksanakan semua tugas yang diemban dengan
giat. Memang benar, Yesus telah bangkit dari orang mati oleh karena itu kita harus
menyambut semua itu dengan giat “bekerja” – sama seperti teladan yang diberikan oleh
para perempuan tersebut.

Pemikiran-pemikiran Khotbah

 Dalam drama kebangkitan Yesus kita belajar dari dua orang Maria yang kita
baca ceritanya di hari ini. Para perempuan ini adalah mereka yang dengan setia
melihat diri mereka sebagai agen-agen yang dapat memperkuat pekerjaan
pelayanan Yesus di dunia. Tentu saja kesetiaan itu lahir dari kepercayaan
mereka terhadap visi dan misi pelayanan yang ditawarkan oleh Yesus. Mereka
percaya pada apa diberitahukan kepada mereka. Namun penting untuk dicatat
bahwa kepercayaan mereka tidaklah bersifat statis. Kepercayaan akan setiap
perkataan dan janji Yesus dipegang baik-baik sehingga semakin hari bertumbuh
menjadi harapan. Namun kembali lagi mereka tidak pasif, mereka pergi ke
kuburan Yesus dan menanti – menanti dengan aktif. Menanti dengan penuh
antisipasi guna melihat bahwa harapan mereka yang telah mereka tanam di hati
mereka, yang telah mereka pupuk dengan penuh cinta dan kesabaran, kini akan
bertumbuh dan bahkan berbuah di depan mata mereka. Para perempuan ini
telah membuka drama kebangkitan Yesus dengan standar yang sangat tinggi –
bahwa mereka mereka percaya dan berharap namun bekerja untuk memupuk
kepercayaan dan harapan itu.
 Para perempuan tersebut tidak melihat barulah percaya. Mereka percaya baru
kemudian melihat. Hal ini sangat sulit untuk kita terapkan dalam konteks kekinian
kita terutama ketika kita melihat bahwa mereka yang ada di sekeliling kita hanya
sibuk menawarkan janji-janji manis namun tidak cukup peduli dan bertanggung
jawab untuk melaksanakannya. Namun, standar iman para perempuan terhadap
Yesus membuktikan bahwa Yesus sendiri yang mereka percayai adalah sosok
yang berintegritas diri yang tinggi. Yesus sendiri juga pasti telah sukses
menunjukkan bahwa Ia adalah orang yang berdiri di atas perkataan-perkataan-
Nya. Ia adalah orang yang bekerja. Ini tentu saja menjadi motivasi yang baik bagi
kita semua yang berasal dari berbagai latar belakang kehidupan dan yang
memiliki tanggung jawab yang luar biasa di pundak kita. Saat kita belajar bahwa
sama seperti Yesus yang bekerja keras membangun kepercayaan dalam diri
mereka yang mengikuti-Nya maka kitapun harus bekerja keras untuk
membangun kepercayaan tersebut.
 Para perempuan yang menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama
menandai perjumpaan tersebut dengan bekerja. Bekerja secara konsisten.
Mereka tidak hanya mengikuti, melayani, menunggu, melihat, mengerti tetapi
juga pergi. Para perempuan tersebut menyuarakan apa yang mereka percayai
bukan dengan suara yang gaduh namun melalui tindakan yang nyata yang
dilakukan dengan penuh kesetiaan. Kitapun dapat belajar dari pengalaman ini;
belajar untuk sedikit berbicara, sedikit mengkritik, sedikit menghakimi dan
semakin giat bekerja dalam segala musim. Itulah arti “diakonia” yaitu
mempersiapkan apa yang menjadi kebutuhan Yesus dengan cara
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka yang kita layani dan
kemudian mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kebangkitan Yesus
adalah undangan untuk giat bekerja, Amin.
Kerangka Khotbah Paskah 2

Minggu, 17 April 2017

Paskah: merangkul mereka yang


tercecer

Lukas 24:13-35

Latar Belakang

Injil Lukas adalah Injil yang memberi perhatian kepada mereka yang terpinggirkan,
terabaikan dalam kehidupan social masyarakat pada jaman itu. Perempuan, orang
sakit, pemungut cukai adalah antara lain mereka-mereka yang diabaikan dalam
masyarakt namun mendapat perhatian dalam pelayanan Tuhan Yesus dan dicatat oleh
Injil Lukas. Kisah perjalanan Kleopas dan temannya ke Emaus (dari Yerusalem) hanya
dicatat oleh penginjil Lukas.

Tafsiran

‘Kegaduhan’ terjadi Yerusalem dengan peristiwa kematian Yesus dengan penyaliban.


Belum reda kegaduhan penyaliban ditambah lagi dengan tersebarnya berita
kebangkitan Yesus yang mati disalibkan itu.

Ayat 13-16 menceritakan bahwa di ujung hari itu, pada waktu senja, berjalanlah pulang
seorang bernama Kleopas dan temannya, mereka ini adalah murud-murid yang biasa
bersama dengan Yesus selama Yesus mengajar dan melayani selama kurang lebih 3
tahun. Mereka berjalan diwaktu senja, saat matahari terbenam. Jarak Yerusalem ke
Emaus sekitar 12 kilometer. Sambil berjalan mereka bercakap-cakap sedemikian
seriusnya mengenai berita kebangkitan yang menggemparkan, sehingga mereka tidak
mengenali bahwa ada seorang yang dating bergabung dengan mereka dalam
perjalanan adalah Yesus yang mereka bicarakan. Dicatat oleh Lukas bahwa ada
sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak mengenali Yesus.
Apakah itu yang menghalangi mata mereka? Kemungkinan pertama karena perjalanan
mereka menuju arah barat (lihat peta no.3 di belakang Alkitab), matahari terbenam,
maka mata mereka terhalang cahaya senja matahari. Kemungkinan lain karena
mereka begitu asik dalam percakapan dan diskusi mereka sendiri sehingga mereka
tidak mengenali Yesus ataupun juga karena hati mereka yang sedang galau, sedih
bingung dan kacau. Mereka masih bersedih dengan kematian guru mereka, dengan
pupusnya harapan-harapan mereka terhadap Yesus, lalu kini mereka di kejutkan lagi
dengan berita kebangkitan Yesus.
Ayat 17-24: ayat-ayat ini mencatat dengan cukup detail tentang percakapan Yesus dan
murid-murid ini. Ketika di ayat 17 Yesus berupaya mencari tahu apa yang menjadi
pokok pembicaraan ini, berhentilah mereka dengan muka muram (heran), mereka
bingung kalau ada orang yang tidak tahu akan berita yang menggemparkan seluruh
penduduk. Ayat 18 menunjukkan bahwa Yesus ingin mendengar dari mereka sendiri
apa yang mereka ketahui tentang situasi itu. Ayat 20 tampaklah harapan mereka
terhadap Yesus yang mereka pikir akan membawa pembebasan bagi bangsa Israel
yang sedang dalam pendudukan bangsa Romawi.

Ayat 25: Teguran keras Yesus kepada mereka ‘Hai kamu orang bodoh’. Di sini yang
dimaksud dengan kata ‘bodoh’ adalah ‘lambat’, lambat mengerti apa yang Yesus
pernah para nabi nubuatkan dan Yesus ajarkan tentang Mesias. Lalu Yesus kembali
mengajarkan lagi kepada mereka tentang Mesias mulai dari kitab-kitab Musa lah
berjumpa, sampai kitab Nabi-nabi

Ayat 28-32: Ketika mereka semakin mendekat ke tujuan, Yesus ingin mengetahui hati
mereka, apakah mereka masih merasa perlu untuk mendengar dan bercakap dengan
Yesus (ayat 28). Oleh karena mereka masih ingin bersama dengan Yesus maka
mereka meminta kepada Yesus untuk masih tinggal bersama dengan mereka. Maka
mereka makan malam bersama. Pada waktu Yesus mengambil roti, mengucap berkat
lalu memecah-mecah roti itulah mereka menjadi sadar bahwa itulah Yesus,
kemungkinan karena mereka tahu benar cara itu ketika Yesus memberi makan 5000
orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Sadarlah mereka bahwa sejak dalam perjalanan Yesus
telah membuat hati mereka berkobar-kobar.

Ayat 33-35: Seketika mereka menyadari bahwa mereka telah berjalan, bercakap,
belajar bahkan makan bersama dengan Yesus, maka mereka menjadi begitu
bersemangat, tidak merasa letih dan membuat mereka bersemangat untuk segera
kembali ke Yerusalem untuk berjumpa dengan murid-murid lainnya dan mengabarkan
kabar sukacita bahwa mereka sungguh-sungguh telah berjumpa dengan Yesus yang
bangkit.

Pokok Pikiran

Dari pembacaan ini paling tidak kita melihat bahwa:

1. Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita terkadang membuat kita tidak
dapat melihat atau menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus sedang
berjalan dengan kita. Kesedihan, tantangan dan pergumulan hidup atau bahkan
kebahagiaan sekalipun, terkadang menutup ‘mata’ kita akan kehadiran Tuhan.
Kita terlalu sibuk dengan pikiran, dugaan ataupun perasaan kita.
2. Kebangkitan Tuhan Yesus adalah kabar sukacita bagi semua orang, bagi orang
kota diperhitungkan. Tuhan Yesus datang menghampiri Kleopas dan seorang
temannya dan menemani perjalanan mereka pulang ke kampung Emaus yang
berjarak sekitar 12 km dari Yerusalem. Tuhan bercakap-cakap bahkan
mengajarkan mereka. Kehadiran Tuhan yang bangkit membawa sukacita dan
semangat baru bagi mereka (hati mereka berkobar-kobar).
3. Kleopas dan teman-temannya menyadari bahwa itulah Tuhan, ketika mereka
melihat cara Tuhan memecah roti (sebagaimana mereka melihat ketika Tuhan
memberi makan 5000 orang). Tuhan hadir di tengah keluarga, jemaat,
masyarakat kita dengan cara kita mengingat kebaikan-kebaikan Tuhan, mujisat-
mujisat yang di perbuat-Nya. Sehingga kita dapat terus menyadari bahwa Dia
selalu ada bersama kita
4. Sukacita kebangkitan Tuhan harus kita bagikan kepada banyak orang, kepada
sesama kita. Sukacita itu menghapus kesedihan dan kelelahan Kleopas dan
temannya. Sehingga dengan semangat mereka kembali lagi berjalan ke
Yerusalem untuk membagikannya kepada saudara-saudara dan murid-murid
Tuhan lainnya.
BAHAN LITURGI
PENJELASAN LITURGI

1. Meskipun Bahan Masa Paskah 2017 ini diterbitkan oleh Majelis Sinode Harian
GMIT, tetapi Majelis Jemaat dapat tetap menggunakan Bahan Minggu-minggu
Sengsara, Jumat Agung dan Paskah yang diterbitkan oleh Majelis Sinode pada
tahun 2007. Bahan Paskah 2017 ini adalah sebagai alternatif yang memperkaya
perbedaharaan Tata Ibadah kita.
2. Bahan yang tersaji ini masih perlu diolah dan disesuaikan dengan
kondisi/kebutuhan jemaat.
3. Semua unsur liturgi yang dibaca atau dinyanyikan harus dipersiapkan dengan
latihan yang baik sehingga dapat dilaksanakan dengan baik pula. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara: teks liturgi diberikan kepada yang bertugas untuk berlatih
sendiri, lalu latihan bersama-sama secara parsial (per bagian) dan juga latihan
menyeluruh. Latihan kalau dapat sebanyak dua sampai tiga kali.
4. Dalam kaitan dengan penataan atribut ibadah, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
5. Jumlah Lilin Minggu Sengsara dinyalakan sesuai jumlah Minggu Sengsaranya.
6. Pada Ibadah Kamis Putih, yang dirangkai dengan Sakramen Perjamuan Kudus,
lilin dinyalakan 7 buah.
7. Pada Ibadah Jumat Agung lilin diletakkan sebanyak 3 buah, tetapi yang
dinyalakan hanya lilin yang di tengah.
8. Pada Ibadah Sabtu Sunyi lilin diletakkan dan dinyalakan sama dengan Jumat
Agung.
9. Pada Ibadah Paskah diletakkan dan dinyalakan satu buah lilin saja.
10. Warna liturgi untuk Minggu Sengsara: ungu tua, dengan lambang ikan,
sedangkan .
11. Berkaitan dengan unsur-unsur liturgi, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
12. Bagi lagu-lagu yang dirasa sulit untuk dinyanyikan, maka dapat diganti dengan
lagu-lagu lainnya yang sejajar maksudnya.
13. Untuk Mazmur yang dinyanyikan bila dirasa sulit, maka dapat diganti dengan
cara membaca secara berbalasan Mazmur yang bersangkutan.
14. Untuk unsur Liturgi tertentu, seperti Votum, Salam dan Berkat, kata “kamu” atau
“engkau” hanya diucapkan oleh Pelayan yang adalah seorang Pendeta,
sedangkan yang Pelayan yang bukan Pendeta menggunakan kata “kita”.
15. Bagi PS/VG dan Penyanyi lain yang akan mengisi liturgi, maka penempatannya
dalam liturgi, di samping sesuai dengan yang dicantumkan dalam liturgi, tetapi
dapat juga disesuaikan dengan judul atau isi lagu yang cocok dengan unsur
liturgi yang bersangkutan.
16. Warta Jemaat bisa disesuaikan tempatnya dalam Liturgi sesuai kebiasaan dalam
jemaat masing-masing, entah sebelum ibadah atau sebelum/sesudah Doa
Syafaat.
17. Bila ada hal yang butuh penjelasan dapat menghubungi Pdt. Johny E. Riwu Tadu
di Kantor Sinode GMIT atau telpon di HP 085 253 233 121.
Tata Ibadah Minggu Sengsara 1

Minggu, 26 Februari 2017

TINGGAL BERSAMA ALLAH


DALAM FIRMAN-NYA

Persiapan

 Saat Teduh/doa pribadi


 Pembacaan Pokok-pokok warta Jemaat
 Penyalaan LilinMinggu Sengsara 1

Panggilan Beribadah

Pnt : Minggu-minggu Sengsara adalah saat di mana kita melekatkan diri pada
Tuhan dengan lebih intensif. Kita mengenang karya kasih Tuhan dalam derita dan
sengsara yang mesti dipikul-Nya. Dengan satu hati, mari kita memasuki Ibadah Minggu
Minggu Sengsara 1 ini dengan menengadah kepada-Nya, memohon berkat-Nya!

Nyanyi : KJ 58:1,3 (Jemaat berdiri, sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang
ibadah)

MAHAKASIH YANG ILAHI

do = bes 4 ketuk

Mahakasih yang ilahi, nikmat sorga turunlah


mendiami hati kami; Kau mahkota kurnia.
Yesus, Kau berlimpah rahmat, sumber kasih yg besar!
Datanglah membawa s’lamat bagi kami yang gentar.
Penebus, yang mahakuasa, b’rilah kami hidup-Mu.
Datang dan senantiasa tinggal dalam umat-Mu,
hingga beserta malaikat yang mengabdi, menyembah,
kami turut memuliakan kasih-Mu selamanya.
Votum

Pelayan : Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan, Pencipta langit dan bumi,
yang senantiasa setia dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.

Nyanyi : Amin, amin, amin!

Salam

Pelayan : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan
Yesus Kristus menyertai Saudara sekalian.

Jemaat : Dan menyertai Saudara juga. (duduk)

Nas Pembimbing

P : Dalam Minggu Sengsara 1 ini kita diarahkan agar tinggal bersama Allah
dalam Firman-Nya. Karena itu, ingatlah akan firman-Nya: “Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yoh. 15:7)

Nyanyi : KJ 405:1-3

KAULAH, YA TUHAN, SURYA HIDUPKU

do = es 3 ketuk

Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku;


asal Kau ada, yang lain tak perlu.
Siang dan malam Engkau kukenang;
di hadirat-Mu jiwaku tenang.
Kaulah Hikmatku, Firman hidupku;
Kau besertaku dan 'ku serta-Mu.
Engkau Bapaku, aku anak-Mu
dengan-Mu, Tuhan, 'ku satu penuh.
Kaulah bagiku tempat berteduh;
Kaulah perisai dan benteng teguh.
Sukacitaku kekal dalam-Mu;
Kuasa sorgawi, Engkau kuasaku.
Pengakuan Dosa

Pnt : Sebagai manusia, seringkali hati kita mudah tergiur dengan hal-hal yang
membuat kita kurang melekat kepada Tuhan. Kita cenderung tergoda melekat pada
manusia dan hal-hal duniawi…

Nyanyi : KJ 44

TUHAN, KASIHANILAH
la = fis 6 ketuk (2x3)
Jemaat : Tuhan, kasihanilah!
Kristus, kasihanilah!
Tuhan, kasihanilah!
Pnt : Dunia ini porak poranda,
dosa melanda umat manusia;
banyak sengsara, itu akibatnya.
Jemaat : Tuhan, kasihanilah!
Kristus, kasihanilah!
Tuhan, kasihanilah!
Pnt : Banyak yang hidup tanpa harapan,
lapar dan miskin; siapa menolongnya?
Banyak yang mati; siapa mengingatnya?
Jemaat : Tuhan, kasihanilah!
Kristus, kasihanilah!
Tuhan, kasihanilah!
Pnt : Juruselamat, Maha Pengampun,
dosa Kauhapus di atas salib-Mu.
Bangkitkan kami di kebangkitan-Mu.
Jemaat : Tuhan, kasihanilah!
Kristus, kasihanilah!
Tuhan, kasihanilah!
Berita Anugerah

Pelayan : “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup,
tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan dibangkitkan
untuk mereka. Dan semuanya ini dari Allah yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami“ (2 Kor. 5:15,18).

Sebagaimana Tuhan telah memperdamaikan kita dengan diri-Nya, marilah kita


berdamai satu dengan lainnya.

(umat saling berjabatan tangan sambil mengucapkan “damai Tuhan bersamamu”)

Nyanyi : PKJ 14

KUNYANYIKAN KASIH SETIA TUHAN


do = c 4 ketuk
Kunyanyikan kasih setia Tuhan
selamanya, selamanya.
Kunyanyikan kasih setia Tuhan selamanya,
kunyanyikan selamanya.
Kututurkan tak jemu kasih setia-Mu, Tuhan;
Kututurkan tak jemu kasih setia-Mu turun temurun.
Kunyanyikan kasih setia Tuhan
selamanya, selamanya.
Kunyanyikan kasih setia Tuhan selamanya,
kunyanyikan selamanya.

Pujian Mazmur 99 (berdiri)

Pnt : TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar.

Jemaat : IA DUDUK DI ATAS KERUB-KERUB, MAKA BUMI GOYANG.

Pnt : TUHAN itu maha besar di Sion,

Jemaat : DAN IA TINGGI MENGATASI SEGALA BANGSA.

Pnt : Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan
dahsyat;
Jemaat : KUDUSLAH IA!

Pnt : Raja yang kuat, yang mencintai hukum,

Jemaat : ENGKAULAH YANG MENEGAKKAN KEBENARAN;

Pnt : hukum dan keadilan di antara keturunan Yakub,

Jemaat : ENGKAULAH YANG MELAKUKANNYA.

Pnt : Tinggikanlah TUHAN, Allah kita,

Jemaat : DAN SUJUDLAH MENYEMBAH KEPADA TUMPUAN KAKI-NYA!


KUDUSLAH IA!

Pnt : Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya,

Jemaat : DAN SAMUEL DI ANTARA ORANG-ORANG YANG MENYERUKAN


NAMA-NYA. MEREKA BERSERU KEPADA TUHAN DAN IA MENJAWAB MEREKA.

Pnt : Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka;

Jemaat : MEREKA TELAH BERPEGANG PADA PERINGATAN-PERINGATAN-NYA


DAN KETETAPAN YANG DIBERIKAN-NYA KEPADA MEREKA.

Pnt : TUHAN, Allah kami, Engkau telah menjawab mereka,

Jemaat : ENGKAU ALLAH YANG MENGAMPUNI BAGI MEREKA, TETAPI YANG


MEMBALAS PERBUATAN-PERBUATAN MEREKA.

Pnt : Tinggikanlah TUHAN, Allah kita,

Jemaat : DAN SUJUDLAH MENYEMBAH DI HADAPAN GUNUNG-NYA YANG


KUDUS! SEBAB KUDUSLAH TUHAN, ALLAH KITA!

Nyanyi : PKJ 7

(umat duduk)

PS/VG

Pelayanan Firman Tuhan

Pnt : (Doa Epiklese)

Pujian Pengantar Firman KJ. 53:1 “Tuhan Allah T’lah Berfrman”


Refr: Tuhan Allah t’lah berfirman, Haleluya,

pada umat sabda hikmat, Haleluya!

Buka telinga, hai umat-Nya, kabar yang baik dengarkanlah!


Buka hatimu: Tuhan datang, hai yang beriman. (Refr)

Pnt : (Membaca Keluaran 24:12-18, diakhiri dengan berkata:)

Demikianlah Sabda Tuhan.

P : Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar Firman Allah dan yang
memeliharanya. Hosiana!

Nyanyi : KJ 473a “Hosiana”

P : (berkhotbah)

PS/VG

Pengakuan Iman (berdiri)

Pnt : Bersama dengan umat Tuhan di segala abad dan tempat, marilah kita
memperbarui iman percaya kita dengan menyanyikan pengakuan iman seturut KJ 280

Nyanyi : KJ 280:1-3

AKU PERCAYA

do = f 2 ketuk

Aku percaya Allah yang kekal,

yang oleh Sabda kita kenal:

Bapa Pencipta alam semesta,

yang mengasihi manusia.

Aku percaya Putra Tunggal-Nya

yang disalibkan di Golgota.

Yang dari kubur bangkit dan menang,

naik ke surga dalam terang.


Aku percaya pada Roh Kudus

yang mendiami kita terus.

Aku percaya G’reja yang esa;

ku jadi suci di dalamnya. (duduk)

Persembahan

Dkn : Saudara-saudari kekasih Tuhan, dengan penuh syukur mari kita haturkan
persembahan yang telah kita siapkan dari rumah seraya mengingat firman-Nya dalam 1
Tawarikh 29:11-13, demikian: “Ya Tuhan, punyamulah kebesaran dan kejayaan,
kehormatan, kemasyuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di
bumi! Ya Tuhan, punyamulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-
galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan
Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan
kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-
galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu
yang agung itu.”

Marilah berdoa: ….

Nyanyi : PKJ 25:1-2

MULIAKAN NAMA TUHAN

do = g 4 ketuk

Muliakan nama Tuhan bersama rebana dan nyanyian.

Sajikan persembahan bersama pujian dan tarian.

Refr: Hai, mari bersama-sama kita nyanyi

dan menari bersukaria.

Kendati adapun susah dalam hati,

Tuhan pasti menghibur kita.

Nyanyikan lagu baru bersama gend’rang bertalu-talu.

Dengungkanlah suaramu selembut suara suling bambu.


Doa Syafaat

Nyanyian Pengutusan

Nyanyi : PKJ 165:1-3

JANJI YANG MANIS

do = as 4 ketuk

Janji yang manis: “Kau tak Kulupakan,”

tak terombang-ambing lagi jiwaku.

Walau lembah hidupku penuh awan,

nanti ‘kan cerahlah langit di atasku.

Refr: “Kau tidak ‘kan Aku lupakan,

Aku memimpinmu, Aku membimbingmu;

Kau tidak ‘kan Aku lupakan,

Aku Penolongmu yakinlah teguh”.

Yakin ‘kan janji: “Kau tak kulupakan,”

dengan sukacita aku jalan t’rus.

Dunia dan kawan tiada kuharapkan,

Satu yang setia: Yesus, Penebus.

Dan bila pintu sorga dibukakan,

Selesailah sudah susah dan lelah.

‘Kan kudengarlah suara mengatakan:

“Hamba yang setiawan, mari masuklah”.


Berkat

Pelayan : Tetap melekatlah kepada Tuhan dan jadilah saksi Tuhan di manapun
Saudara berada!

Jemaat : Syukur kepada Tuhan! Kami mau menjadi saksi-Nya.

Pelayan : Sekarang arahkanlah hati Saudara kepada Tuhan dan terimalah berkat-
Nya:

“Tuhan memberkati saudara dan melindungi saudara. Tuhan menyinari saudara


dengan wajah-Nya dan memberi saudara kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-
Nya kepada saudara dan memberi saudara damai sejahtera”

J : AMIN

Nyanyi : KJ 410:1,3

TENANGLAH KINI HATIKU

do = d 4 ketuk

Tenanglah kini hatiku: Tuhan memimpin langkahku.

Di tiap saat dan kerja tetap kurasa tangan-Nya.

Refr: Tuhanlah yang membimbingku;

tanganku dipegang teguh.

Hatiku berserah penuh,

tanganku dipegang teguh.

Tak kusesalkan hidupku, betapa juga nasibku.

Sebab Engkau tetap dekat, tangan-Mu kupegang erat.


Tata Ibadah Minggu Sengsara 2

Minggu, 05 Maret 2017

KEMATIAN MELALUI ADAM,


KEHIDUPAN MELALUI KRISTUS

Persiapan

 Saat Teduh/doa pribadi


 Pembacaan Pokok-pokok Pewartaan
 Penyalaan lilin Minggu Sengsara 2

Panggilan Beribadah

Pnt : Minggu ini kita memasuki Minggu Sengsara 2, masa kita merenungkan
sengsara Yesus Kristus menuju penggenapan maksud Bapa di Yerusalem. Setiap kali
kita mengenang dinamika dan pasang surut perjalanan Kristus dalam memenuhi
panggilan tugas dari Bapa, kita dapat merasakan betapa agungnya hati Kristus.
Tantangan, tekanan dan godaan berlalu lalang menyerang Dia namun Dia tetap taat
dan patuh, fokus pada tugas utama-Nya, memenuhi panggilan Ilahi. Dia mengajar kita
tentang bagaimana menempatkan Bapa sebagai pusdat kehendak dan menepiskan
hasrat diri yang berorientasi pada kepentingan diri.

Jemaat : TUHAN YANG MAHAHADIR, MAMPUKANLAH KAMI MENGERTI


TUJUAN TUHAN DALAM HIDUP KAMI.

Nyanyi : PKJ 2 (berdiri, sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah)

Votum

P : Ibadah Minggu Sengsara kedua ini berlangsung dalam nama Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus.
Nyanyi : AMIN, AMIN, AMIN.

Salam

Pelayan : Tuhan beserta Saudara!

Jemaat : DAN BESERTA SAUDARA JUGA. (duduk)

Kata Pembuka dan Pengakuan Dosa

Pelayan : Manusia diciptakan sungguh amat baik! Namun manusia juga rentan
terhadap goda dan coba. Terbukti Adam dan Hawa jatuh dalam dosa ketika digoda dan
dicoba oleh Setan. Di Minggu Sengsara 2 ini marilah kita mengingat sengsara Kristus.
Setiap kita merenungkannya, kita tunduk menilik diri: apakah kita masih menempatkan
Kristus sebagai pusat cinta, cita, nalar, rasa dan kehendak kita? Ataukah
sesungguhnya acap kita melakukan apa saja demi kepentingan pribadi, lepas dari
tuntunan Ilahi? Nafsu akan harta, kenikmatan tanpa batas, popularitas dan pembenaran
sering kita kemukakan sebagai bentuk kompromi dengan godaan. Jabatan dan fasilatas
kita manfaatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar peluang untuk meraup
keuntungan pribadi. Sedemikian sesatkah manusia di hadapan Allah?

(saat hening, umat berdoa secara pribadi mengaku kelemahan diri atas segala godaan
duniawi. Kemudian Pelayan mengakhiri dengan doa bersama melalui nyanyian KJ 28:1-
6)

Nyanyi : KJ 28:1-6

YA YESUS, TOLONGLAH

do = d 4 ketuk

Jemaat : Ya Yesus, tolonglah, hapuskan dosaku


dan dari nafsu dunia lepaskan hambaMu.

Wanita : Ya Yesus, dengarlah seruan hatiku,


lengkapi aku yang lemah sebagai laskarMu.

Pria : Ya Yesus, yang menang, sertai hambaMu


b’ri di sengsara dan perang percaya yang teguh.

Jemaat : Ya Yesus, pmpinlah, tetaplah Kau dekat,


supaya ke neg’ri baka jalanku tak sesat.

Wanita : Ya Yesus, lihatlah serangan seteru,


lumpuhkanlah senjataNya dengan kuasaMu.
Pria : Ya Yesus Penebus, berilah akhirnya
kesukaan-Mu yang kudus di negeri baka.

Berita Anugerah

Pelayan : Di dalam Tuhan, Saudara diampuni!

Jemaat : DI DALAM TUHAN, SAUDARA JUGA DIAMPUNI.

Pelayan : Marilah kita merespons pengampunan ini dengan itikad baik memperbarui
diri sesuai dengan Firman-Nya: “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan
Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan
Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (Kolose 3: 1-2)

Demikianlah berita Anugerah dari Tuhan.

Jemaat : SYUKUR KEPADA ALLAH!

(umat saling berjabatan tangan sambil mengucapkan “damai Tuhan bersamamu”)

Nyanyi : PKJ 258:1-2

‘KU INGIN SELALU DEKAT PADA-MU

do = es 3 ketuk

‘Ku ingin selalu dekat pada-Mu,

mengiringi Tuhan tiada jemu.

Bila Kau pimpin jalan hidupku,

tidak ‘ku takut ‘kan s’gala set’ru.

Refr: O Jurus’lamat, pegang tanganku;

bimbingan-Mu itu ‘ku perlu.

B’ri pertolongan kuat kuasa-Mu.

O Tuhan Yesus, pegang tanganku!

Gelap perjalanan yang aku tempuh,


namun teranglah dalam jiwaku.

Susah sengsara kini kud’rita;

damai menanti di sorga baka.

Pujian Mazmur 32 (berdiri)

Pria : Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,


Wanita : yang dosanya ditutupi!
Pri : Berbahagialah manusia,
Wanita : yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak
berjiwa penipu!
Pria : Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu
Wanita : karena aku mengeluh sepanjang hari;
Pria : sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat,
Wanita : sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.
Pria : Dosaku kuberitahukan kepada-Mu
Wanita : dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;
Pria : aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-
pelanggaranku,"
Wanita : dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.

Nyanyi : KJ 293:1

PUJI YESUS! PUJILAH JURUSELAMAT!

do = g 6 ketuk

Puji Yesus! Pujilah Juruselamat!

Langit, bumi, maklumkan kasih-Nya!

Haleluya! Nyanyilah, para malaikat:

kuasa, hormat b’rilah kepada-Nya.

Selamanya Yesus Gembala kita,


siang malam kita didukung-Nya.
Puji Dia! B’ritakan keagungan-Nya!

Puji Dia! Mari bernyanyilah! (duduk)

PS/VG

Pelayanan Firman Tuhan

Pnt : (berdoa dan membaca Roma 5:12-21, diakhiri dengan berkata:)

Demikianlah sabda Tuhan!

P : Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar sabda Tuhan dan yang
memeliharanya, Hosiana!

Nyanyi : KJ 473a “Hosiana”

P : (berkhotbah)

Saat teduh

PS/VG

Pengakuan Iman (berdiri)

Pnt : Bersama dengan umat Tuhan di segala abad dan tempat, marilah kita
memperbarui iman percaya kita dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli,
demikian:

Pnt + J : Aku percaya …..

Nyanyi : KJ 38:1

T’LAH KUTEMUKAN DASAR KUAT

do = f 4 dan 2 ketuk

T’lah kutemukan dasar kuat,

tempat berpaut jangkarku.


Kekal, ya Bapa, Kau membuat

Putra-Mu dasar yang teguh:


Biarpun dunia lenyap, pegangan hidupku tetap!
Persembahan

Dkn : Ketika mendapat kesempatan menyampaikan persembahan syukur ini,


marilah kita mengingat bahwa yang Tuhan inginkan bukan sekadar persembahan
materi, melainkan kesungguhan hati dalam memberi hidup untuk memuliakan Tuhan,
seperti tertulis, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah
ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)

Mari kita berdoa: …

Nyanyi : KJ 363:1-4

BAGI YESUS KUSERAHKAN

do = f 4 ketuk

Bagi Yesus kuserahkan hidupku seluruhnya;


hati dan perbuatanku, pun waktuku milik-Nya.
Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milik-Nya.
Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milik-Nya.
Tanganku kerja bagi-Nya, kakiku mengikut-Nya;
mataku memandang Yesus; yang kupuji Dialah!
Bagi Yesus semuanya, yang kupuji Dialah!
Bagi Yesus semuanya, yang kupuji Dialah!
Ya, sejak kupandang Yesus, kutinggalkan dosaku;
pada Dia ‘ku terpaut, Dia Jurus’lamatku.
Bagi Yesus semuanya, Dia Jurus’lamatku.
Bagi Yesus semuanya, Dia Jurus’lamatku.
O betapa mengagumkan! Maharaja semesta
mau memanggilku sahabat; aku dilindungi-Nya!
Bagi Yesus semuanya; aku dilindungi-Nya!
Bagi Yesus semuanya; aku dilindungi-Nya!

Doa Syafaat

Pengutusan

Pelayan : Tuhan menunjukkan teladan bagaimana bersikap bijak memandang


jabatan dan wewenang.

Jemaat : MAMPUKANLAH KAMI MENELADANI-MU, YA TUHAN!

Pelayan : Tuhan menghendaki agar kita menang terhadap setiap pencobaan!

Jemaat : MAMPUKANLAH KAMI, TUHAN, DENGAN KUASA ROH-MU!

Pelayan : Marilah kita nyatakan kesediaan kita dalam nyanyian KJ 436:1-3

Nyanyi : LAWANLAH GODAAN

do = as 6/4

Lawanlah godaan, s’lalu bertekun; tiap kemenangan


kau tambah teguh; nafsu kejahatan harus kautentang;
harap akan Yesus: pasti kau menang.

Refr: Mintalah pada Tuhan, agar kau dikuatkan;


Ia b’ri pertolongan: pastilah kau menang.

Tinggalkan yang jahat, dosa dicegah; tindakanmu


tulus tiada bercela: junjung kebenaran, hidup dalam
t’rang, harap akan Yesus: pasti kau menang.

Allah memberikan tajuk mulia bagi yang berjaya


di dalam iman; Kristus memulihkan kau yang
tertekan, harap akan Yesus: pasti kau menang.

Berkat

Pelayan : Arahkanlah hati dan pikiranmu kepada Tuhan, dan terimalah berkat-Nya:
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan
pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Amin.
Nyanyi : NKB 225 HOSIANA [5x] AMIN [3x].

Tata Ibadah Minggu Sengsara 3

Minggu, 12 Maret 2017

HIDUP BARU

DI DALAM KRISTUS

Persiapan

 Saat Teduh/doa pribadi


 Pembacaan Pokok-pokok Pewartaan
 Penyalaan lilin Minggu Sengsara 3

Pnt : Saudaraku, pada hari ini kita memasuki Minggu Sengsara ke-3. Kita
diundang untuk berefleksi diri. Apakah hidup yang kita jalani berubah ke arah yang lebih
baik dan sesuai kehendak Tuhan? Hidup sesuai kehendak Tuhan mesti diupayakan
karena Ia telah menyatakan kemurahan yang tak terbatas kepada umat-Nya. Dalam
kemurahan-Nya Ia memberikan kekuatan di saat kita lemah. Ia memberikan kemurahan
di saat hidup berada dalam kemiskinan. Saat hidup dirundung duka, Ia memberikan
penghiburan. Dalam kasih-Nya Tuhan berkenan menutup aib dan kekurangan umat-
Nya supaya tidak menjadi tontonan yang memalukan di hadapan sesama. Datanglah
kepada-Nya, terimalah undangan kasih-Nya.

Nyanyi : NKB 10:1-3 (sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah)

DARI KUNGKUNGAN MALAM GELAP

do = g 6 ketuk

Dari kungkungan malam gelap,


Yesus, Tuhan, ‘ku datanglah;
masuk ke dalam t’rang-Mu tetap;
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari sengsara, sakit dan aib,
masuk dalam kasih ajaib.
Dan kurindukan dosaku raib,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari hidupku yang bercela,
Yesus, Tuhan, ‘ku datanglah;
masuk ke dalam t’rang mulia,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari gelombang bah menderu,
masuk ke dalam kasih teduh
dan ‘ku tinggalkan susah, keluh,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari gelisah, angkuh, sesat,
Yesus, Tuhan, ‘ku datanglah;
masuk ke dalam naungan berkat,
Yesus, ‘ku datanglah.
Dari kecewa, hati sendu,
masuk ke dalam t’rang kasih-Mu
dan sukacita pun milikku,
Yesus, ‘ku datanglah.

Votum dan Salam

Pelayan : Kebaktian ini berlangsung dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Nyanyi : Amin, amin, amin!

Pelayan : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan
Yesus Kristus serta persekutuan dengan kuasa Roh Kudus menyertai saudara!

Jemaat : Dan beserta saudara juga! (duduk)

Nas Pembimbing

Pelayan : Masih di dunia, namun bukan secara duniawi, itulah panggilan hidup dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita. Sikap apa yang bisa dilakukan? Kepada Nikodemus, Tuhan
Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yoh. 3:3)

Nyanyi : KJ 396:1-4

Yesus Segala-galanya

do = as 6 ketuk (2 x 3)

Bersama

Yesus segala-galanya, Mentari hidupku.

Sehari-hari Dialah penopang yang teguh.

Bila ‘ku susah, berkesah, aku pergi kepada-Nya:

Sandaranku, Penghiburku, Sobatku.

Laki-laki

Yesus segala-galanya, Kawanku abadi;

setiap datang pada-Nya, berka-Nya diberi.

Surya dan hujan berselang hasil tanaman & kembang


semuanya karunia Sobatku.

Perempuan

Yesus segala-galanya, setia padaku;

tak akan ‘ku menyangkal-Nya, Teman setiaku.

Bersama-Nya ‘ku tak sesat, Ia menjagaku tetap:

Ia tetap Kawan erat, Sobatku.

Bersama

Yesus segala-galanya, Temanku terdekat;


pada-Nya aku berserah sekarang dan tetap.

Hidupku indah mulia, bersama-Nya bahagia,

hidup kekal, kar’na kenal Sobatku.

Pengakuan Dosa

Pnt : Allah Sang Kasih, dalam kasih-Mu kami beroleh rahmat, perhatian, dan
hidup. Engkau berkenan memerhatikan kehidupan kami, umat-Mu dan membebaskan
kami. Ampunilah kami karena hidup yang kami jalani belum mampu meneladan kasih
yang telah Tuhan berikan. Gaya kehidupan seperti yang diajarkan dunia lebih mudah
merasuk dalam diri dan kami ikuti. Mencari-cari kesalahan sesama, kemarahan,
dendam, dan menceritakan keburukan sesama tanpa sadar kami lakukan. Padahal
Engkau menutup aib dan dosa yang kami lakukan sehingga tidak menjadi tontonan
banyak orang. Ampunilah kami yang berdosa ini. Kami juga memohon rahmat-Mu
supaya kami dapat menjauhkan diri dari yang jahat melalui hidup dalam pertobatan
sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan, ”Jika kamu semua tidak bertobat, kamu pun
akan binasa”. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan memohon rahmat.

Pnt + J : AMIN.

Nyanyi : KJ 364:1-3

Berserah Kepada Yesus

do = es 4 ketuk

Berserah kepada Yesus tubuh, roh, dan jiwaku;


kukasihi, kupercaya, kuikuti Dia t’rus.

Refrein:

Aku berserah, aku berserah;

kepada-Mu, Jurus’lamat, aku berserah!

Berserah kepada Yesus di kaki-Nya ‘ku sujud.

Nikmat dunia kutinggalkan; Tuhan, t’rima anak-Mu!

Berserah kepada Yesus aku jadi milik-Mu.

B’rilah Roh-Mu meyakinkan bahwa Kau pun milikku!


Berita Anugerah
Pelayan : Terimalah anugerah Tuhan sebagaimana yang ditulis dalam 2 Timotius 1:9,
“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya
sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan
zaman.” Demikianlah berita anugerah dari Tuhan.

Jemaat : Syukur kepada Allah.

(umat saling bersalaman sambil mengucapkan: “Damai Tuhan Besertamu”)

Nyanyi : KJ 54:1-3

TAK KITA MENYERAHKAN

do = es 4 ketuk

Tak kita menyerahkan kepada musuhnya


pelita yang bersinar di dalam dunia.
Tak boleh Firman Allah yang sungguh dan teguh,
Alkitab yang mulia, diambil seteru.
Penyokong orang tua dan orang lemah,
pemimpin orang muda dan sukacitanya,
senjata perjuangan di p’rang penggodaan
dan bantai perhentian di jam kematian.
Yang dapat memecahkan segala hati k’ras,
yang mencurahkan hidup di hati yang lemas,
yang menyembuhkan luka, mujarab obatnya,
yaitu Firman Allah, penuh anugerah. (duduk)

Pujian Mazmur 121 (berdiri)

Pnt : Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;

Jemaat : DARI MANAKAH AKAN DATANG PERTOLONGANKU?

Pnt : Pertolonganku ialah dari TUHAN,

Jemaat : YANG MENJADIKAN LANGIT DAN BUMI.


Pnt : Ia takkan membiarkan kakimu goyah,

Jemaat : PENJAGAMU TIDAK AKAN TERLELAP.

Pnt : Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur

Jemaat : PENJAGA ISRAEL.

Pnt : TUHANlah Penjagamu,

Jemaat : TUHANLAH NAUNGANMU DI SEBELAH TANGAN KANANMU.

Pnt : Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang,

Jemaat : ATAU BULAN PADA WAKTU MALAM.

Pnt : TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan;

Jemaat : IA AKAN MENJAGA NYAWAMU.

Pnt : TUHAN akan menjaga keluar masukmu,

Jemaat : DARI SEKARANG SAMPAI SELAMA-LAMANYA.

PS/VG

Pelayanan Firman

Pnt : (berdoa dan membaca Yohanes 3:1-12, diakhiri dengan berkata:)

Demikianlah sabda Tuhan!

P : Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar sabda Tuhan dan yang
memeliharanya, Hosiana!

Nyanyi : KJ 473a “Hosiana”

P : (berkhotbah)

Saat teduh

PS/VG

Pengakuan Iman (berdiri)


Pnt : Bersama dengan umat Tuhan di segala abad dan tempat, marilah kita
memperbarui iman percaya kita dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli,
demikian:

Pnt + J : Aku percaya ….

Nyanyi : KJ 369a “Ya Yesus ‘Ku Berjanji”

Ya Yesus, ‘ku berjanji setia pada-Mu;


kupinta Kau selalu dekat, ya Tuhanku.
Di kancah pergumulan jalanku tak sesat,
kar’na Engkau Temanku, Pemimpin terdekat. (duduk)

Persembahan

Dkn : Seperti Pemazmur, marilah kita juga mengatakan: “Nyanyikanlah mazmur


bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada
nama-Nya yang kudus!” (Mazmur 30:4).

Marilah berdoa: …

Nyanyi : KJ 294:1-5

BERIBU LIDAH PATUTLAH


do = as 3 ketuk

Beribu lidah patutlah memuji Tuhanku.

Dan mewartakan kuasa-Nya dengan kidung merdu.

Yesus, nama-Mu cukuplah menghibur yang sedih,

membuat hati tenteram, merawat yang pedih.

Dosa betapapun besar, dibasuh darah-Nya.

Kuasa Iblis pun lenyap, lepas tawanannya.

Yang bisu-tuli, soraklah memuji Tabibmu;

yang buta, lumpuh dan lemah, berbangkitlah sembuh!


Tolonglah aku, ya Tuhan, mengangkat suaraku.

‘Kan kusebar di dunia agungnya nama-Mu.

Doa Syafaat

Pengutusan

P : Sebagai manusia baru, “… buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram,


kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Janganlah kamu saling
mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan
telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharu untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol 3:8-10)

Jemaat : PERBARUI KAMI SENANTIASA YA TUHAN!

Nyanyi : PKJ 239:1-3

PERUBAHAN BESAR

do = a 4 ketuk

Perubahan besar di kehidupanku


sejak Yesus di hatiku;
di jiwaku bersinar terang yang cerlang
sejak Yesus di hatiku.
Refrein:
Sejak Yesus di hatiku, sejak Yesus di hatiku,
jiwaku bergemar bagai ombak besar
sejak Yesus di hatiku.
Aku tobat, kembali ke jalan benar
sejak Yesus di hatiku;
dan dosaku dihapus, jiwaku segar
sejak Yesus di hatiku.
Aku rindu pergi ke tempat Tuhanku,
sejak Yesus di hatiku;
aku riang gembira berjalan terus
sejak Yesus di hatiku.

Berkat

Pelayan : Kini arahkanlah hatimu kepada Tuhan

Jemaat : Kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan

Pelayan : Jadilah Saksi Kristus

Jemaat : Syukur kepada Allah

Pelayan : Terpujilah Tuhan

Jemaat : Kini dan selamanya

Pelayan : Terimalah berkat Tuhan:

Kiranya Allah, Bapa di sorga, yang kasih setia-Nya abadi menjadi tumpuan harapanmu.

Kiranya Yesus Kristus, yang pengorbanan-Nya menyelamatkan kehidupan, menjadi


sumber hidupmu.

Kiranya Roh Kudus, yang memperbarui segala sesuatu, menjadi dasar perubahan
hidupmu, kini dan selamanya. Amin.

Nyanyi : NKB 225 “HOSIANA [5x] AMIN [3x]”


Tata Ibadah Minggu Sengsara 4

Minggu, 19 Maret 2017

ALLAH MELIHAT HATI

Persiapan

 Saat Teduh/doa pribadi


 Pembacaan Pokok-pokok Pewartaan
 Penyalaan lilin Minggu Sengsara 4

Panggilan Beribadah (berdiri)

Pnt : Umat yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memasuki Minggu Minggu Sengsara
ke-4. Marilah kita mengingat pengorbanan Yesus dengan memuji dan memuliakan Dia
yang telah membarui segala sesuatu.

Nyanyi : KJ 314:1-3 (sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah)

PUJILAH SUMBER HIDUPKU

do = g 2 dan 3 ketuk

Pujilah Sumber hidupmu;


puji Dia di dalam sorga

sampai kekal abadi.

Pujilah sumber hidupmu!

Bunyikan bersama suling dan rebana

sambil melagukan syukur bagi Tuhan.

Pujilah Sumber hidupmu!

Sion, elukan Rajamu;

sungguh, Dikaulah yang dicari

sampai didapati-Nya.

Sion elukan Rajamu!

Songsonglah yang datang dalam nama Tuhan

dan terima Dia, jadilah milik-Nya!

Pujilah Sumber hidupmu!

Sion, Pengantinmu dekat;

Ia membawa perhiasan mahal, tebusan kasih.

Sion, pengantinmu dekat!

Bangun bergembira dan menyambut Dia,

yang hendak menjadi milikmu abadi.

Pujilah Sumber hidupmu!

Votum

P : Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Nyanyi : Amin, amin, amin!


Salam

P : Tuhan beserta Saudara!

J : Dan beserta Saudara juga. (duduk)

Nas Pembimbing

P : Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang


parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat
manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati." (1 Samuel 16:7)

Nyanyi : KJ 367:1,2,4

PADA-MU, TUHAN DAN ALLAHKU

do = c 3 ketuk

Pada-Mu, Tuhan dan Allahku,

kupersembahkan hidupku:
dari-Mu jiwa dan ragaku,

hanya dalam-Mu ‘ku teduh.


Hatiku yang Engkau pulihkan

pada-Mu juga kuberikan.

Di dalam Yesus Kaunyatakan,

ya Bapa, isi hati-Mu:


curahan kasih, kesukaan

Engkau limpahkan bagiku.


Andaikan orang menyadari,

niscaya, Tuhan, Kau dicari.

Betapa Kau mencari aku,


hati-Mu rindu padaku.
Kauraih aku kepada-Mu

membuat aku milik-Mu.


Diriku sudah Kaukasihi,

Kau jualah yang aku pilih.

Pengakuan Dosa

(beberapa orang wakil umat menyampaikan doa pengakuan dosa, Pelayan mengakhiri
dengan doa bersama)

Nyanyi : KJ 157:1,3

INSAN TANGISI DOSAMU

do = d 1 ketuk

Insan, tangisi dosamu!


Ingatlah, Kristus menempuh
jalan penuh sengsara
dan bagai hamba terendah
Ia kosongkan diri-Nya
menjadi Perantara.
Refr: Yang mati dihidupkan-Nya,
yang sakit disembuhkan-Nya,
yang hilang Ia cari,
berkurban diri akhirnya,
memikul dosa dunia
di atas kayu salib.
Kasih-Nya perkenalkanlah
dan dalam kuasa nama-Nya
kalahkanlah yang jahat.
Ingat darah-Nya yang kudus,
yang bagi Allah, Bapamu,
berharga tinggi amat!
Berita Anugerah

P : Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia


menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-
hamba-Nya dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung
hukuman (Maz. 34:19,23).

Demikianlah berita anugerah dari Tuhan.

J : SYUKUR KEPADA ALLAH!

Pujian Mazmur (berdiri)

(umat duduk)

PS/VG

Pelayanan Firman

Pnt : (berdoa dan membaca 1 Samuel 16:1-23, diakhiri dengan berkata:)

Demikianlah sabda Tuhan!

P : Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar sabda Tuhan dan yang
memeliharanya, Hosiana!

J : KJ 473a “Hosiana”

P : (berkhotbah)

Saat teduh

PS/VG

Pengakuan Iman

Pnt : Bersama dengan umat Tuhan di segala abad dan tempat, marilah kita
memperbarui iman percaya kita dengan menyanyikan KJ 13.
ALLAH BAPA, TUHAN

do = g 4 ketuk

solo: semua:

Allah Bapa, Tuhan, dimuliakanlah nama-Mu!

solo: semua:

Allah Bapa, Tuhan, dimuliakanlah nama-Mu!

semua:

Langit bumi ciptaan-Mu,

kami pun anak-anak-Mu.

Datanglah dengan kasih-Mu!

solo: semua:

Yesus Kristus, Tuhan, yang membawa keselamatan,

solo: semua:

Yesus Kristus, Tuhan, yang membawa keselamatan,

semua:

lahir dalam dunia ini,

mati, tapi bangkit lagi,

Kaulah Jurus’lamat kami!

solo: semua:

Ya Roh Kudus, Tuhan, tolong kami lawan dosa.


solo: semua:

Ya Roh Kudus, Tuhan, tolong kami lawan dosa.

semua:

sucikanlah hati kami;

b’rilah hidup yang sejati,

tinggallah bersama kami!

solo: semua:

Allah kami Yang Esa, Bapa, Putra dan Roh Kudus,

solo: semua:

Allah kami Yang Esa, Bapa, Putra dan Roh Kudus,

semua:

kami datang menyembah-Mu,

memasyurkan kuasa-Mu.

Puji syukur kepada-Mu! (duduk)

Persembahan

Dkn : Marilah kita memberikan persembahan dengan penuh sukacita, seperti


yang Tuhan firmankan: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita.” (2 Kor. 9:7)

Marilah berdoa: …..

Nyanyi : KJ 289:1-4

TUHAN, PENCIPTA SEMESTA


do = f 3 ketuk

Tuhan, Pencipta semesta, Kaulah Yang Mahamulia;

sungguh besar karunia yang Kauberi.

Kasih-Mu nyata terjelma di sinar surya yang cerah,

di sawah dan tuaiannya yang Kauberi.

Puji syukur terimalah atas berkat anugerah

di rumah yang sejahtera yang Kauberi.

Kau merelakan Put’ra-Mu, supaya dunia ditebus;

dengan-Nya kurnia penuh t’lah Kauberi.

(dilanjutkan dengan bait berikutnya sesuai kebutuhan)

Doa Syafaat

Pengutusan

Nyanyi : KJ 413:1-3

TUHAN, PIMPIN ANAKMU

do = c 4 ketuk

Tuhan, pimpin anak-Mu, agar tidak tersesat.

Akan jauhlah seteru, bila Kau tetap dekat.

Refrein:

Tuhan, pimpin! Arus hidup menderas;

agar jangan ‘ku sesat, pegang tanganku erat.

Hanya Dikau sajalah Perlindungan yang teguh.

Bila hidup menekan, Kau harapanku penuh.


Sampai akhir hidupku, Tuhan, pimpin ‘ku terus.

K’lak kupuji, kusembah Kau Tuhanku Penebus.

Pelayan : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan,

Jemaat : Kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan.

Pelayan : Jadilah saksi Kristus,

Jemaat : Syukur kepada Allah.

Pelayan : Terpujilah Tuhan,

Jemaat : Kini dan Selamanya.

Berkat

Pelayan : Kiranya Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala


sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus
kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

Nyanyi : NKB 225 “HOSIANA [5x], AMIN [3x]”


Tata Ibadah Minggu Sengsara 5

Minggu, 26 Maret 2017

Hidup oleh Roh

Persiapan

 Saat Teduh/doa pribadi


 Pembacaan Pokok-pokok pewartaan
 Penyalaan Lilin Minggu Sengsara 5

Panggilan Beribadah

Pnt : Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak
memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.

Jemaat : SETIAP HARI AKU HENDAK MEMUJI ENGKAU, DAN HENDAK


MEMULIAKAN NAMA-MU UNTUK SETERUSNYA DAN SELAMANYA.

Pnt : Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.

Jemaat : ANGKATAN DEMI ANGKATAN AKAN MEMEGAHKAN PEKERJAAN-


PEKERJAAN-MU DAN AKAN MEMBERITAKAN KEPERKASAAN-MU.

Pnt : Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang


ajaib akan kunyanyikan.

Jemaat : KEKUATAN PERBUATAN-PERBUATAN-MU YANG DAHSYAT AKAN


DIUMUMKAN MEREKA, DAN KEBESARAN-MU HENDAK KUCERITAKAN.

Nyanyi : NKB 17:1,3 (berdiri, sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah)
Votum

Pelayan : Ibadah Minggu Sengsara 5 ini berlangsung di dalam nama Allah Tritunggal
yang kudus dan esa: Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Nyanyi : AMIN, AMIN, AMIN!

Salam

Pelayan : Tuhan beserta Saudara

Jemaat : KINI DAN SELAMANYA. (duduk)

Nas Pembimbing

Pelayan : Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)

Nyanyi : KJ 387:1,3

‘Ku heran, Allah mau memb’ri rahmat-Nya padaku


dan Kristus sudi menebus yang hina bagaiku!

Refr: Namun ‘ku tahu yang kupercaya

dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya,

Ia menjaga yang kutaruhkan

hingga hari-Nya kelak!

‘Ku heran, oleh Roh Kudus ‘ku sadar dosaku


dan dalam Firman kukenal siapa Penebus.
Pengakuan Dosa

Pnt : Niat dan tekad mengutamakan yang bernilai mulia dari pada sekedar
menimbang untung rugi kadang terkendala oleh nafsu dunia yang menggoda…

(umat bersahutan menyanyikan KJ 28:1)

YA YESUS, TOLONGLAH

do = d 4 ketuk

J : Ya Yesus tolonglah, hapuskan dosaku


dan dari nafsu dunia lepaskan hamba-Mu

Pnt : (diiringi interlude KJ 28) Mari kita nyatakan dalam hati segala kelemahan
dan kecenderungan dosa kita di hadapan Dia, Sang Penebus ...

(jemaat mengaku dosa secara pribadi, diiringi interlude KJ 28. Setelah


selesai Pnt dan jemaat menyanyikan KJ 28:2, 6)

solis oleh Pnt:

Ya Yesus, dengarlah seruan hatiku,

lengkapi aku yang lemah, sebagai laskar-Mu.

jemaat:

Ya Yesus Penebus, berilah akhirnya

kesukaan-Mu yang kudus di negeri baka.

Berita Anugerah

P : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita
hidup di dalamnya.“ (Efesus 2:8-10).

Demikianlah Berita Anugerah dari Tuhan.

J : SYUKUR KEPADA ALLAH

P : Sebagaimana Tuhan telah memperdamaikan kita dengan diri-Nya, marilah


kita berdamai satu sama lain.

(umat berdiri dan saling berjabatan tangan sambil mengucapkan “damai Tuhan
bersamamu”)

Pujian Mazmur 130 (KJ 24b, tetap berdiri)


Namun, ya Tuhan, pada-Mu terdapat pengampunan;
kesalahanku Kautebus, kasih-Mu Kautumjukkan.
Tiada insan yang benar, tetapi rahmat-Mu yang besar:
terpujilah nama-Mu!

‘Ku menantikan-Mu teguh, rahmat-Mu kudambakan;


tak kuandalkan jasaku, firman-Mu kuharapkan.
Lebih dari pengawal pun menunggu fajar bertekun,
Kutunggu Dikau, Tuhan!

Hai Israel, berharaplah kepada Tuhan saja!


Maha Pengasih Dialah, Penolong kaum percaya.
Umat-Nya dibebaskan-Nya dari segala dosanya;
dib’ri-Nya hidup baru!

PS/VG

Pelayanan Firman

Pnt : (berdoa dan membaca Roma 8:1-17, diakhiri dengan berkata:)

Demikianlah sabda Tuhan!

P : Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar sabda Tuhan dan yang
memeliharanya, Hosiana!

J : KJ 473a “Hosiana”

P : (berkhotbah)

Saat teduh

PS/VG

Pengakuan Iman Rasuli (berdiri)

Pnt : Bersama dengan umat Tuhan di segala abad dan tempat, marilah kita
memperbarui iman percaya kita dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
demikian…

Pnt + J : Aku percaya ….


Nyanyi : KJ 374:1 “Kubersandar Pada-Nya”

‘Ku bersandar pada-Nya; ‘ku berharap s’lamanya


pada Tuhan Allah Bapa sampai s’lama-lamanya.

(duduk)

Persembahan

Dkn : “Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan


masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan
kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” (1 Tawarikh 16:29-30a).

Marilah berdoa: …

Nyanyi : PKJ 146: 1-3

BAWA PERSEMBAHANMU

do = f 2 ketuk

Bawa persembahanmu dalam rumah Tuhan

dengan rela hatimu, janganlah jemu.

Bawa persembahanmu, bawa dengan suka.

Refrein:

Bawa persembahanmu, tanda sukacitamu.

Bawa persembahanmu, ucaplah syukur.

Rahmat Tuhan padamu tidak tertandingi

oleh apa sajapun dalam dunia.

Kasih dan karunia sudah kuterima.

Persembahkan dirimu untuk Tuhan pakai

agar kerajaan-Nya makin nyatalah.

Damai dan sejahtera diberikan Tuhan.


Doa Syafaat

P : (berdoa dan mengakhiri dengan bersama menyanyikan “Doa Bapa Kami”)

Nyanyian Pengutusan

(umat menyanyikan NKB 100)

Berkat

Pelayan : Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah


bersandar kepada pengertianmu sendiri!

J : KAMI PERCAYA.

P : Jadilah saksi-Nya di manapun saudara berada, dan terimalah berkat


Tuhan:

(menyanyikan PKJ 180 “Kasih Tuhan Mengiringimu”)

Kasih Tuhan mengiringimu,

dan sayap-Nya melindungimu.

Tangan Tuhan pegang di dalam hidupmu;

Majulah dalam t’rang kasih-Nya.

J : (menyanyikan KJ 476a)

1 . | 1 . ||

A - min.

Nyanyi : KJ 424:1,3
YESUS MENGINGINKAN DAKU

do = f 6 ketuk (2 x 3)

Yesus menginginkan daku bersinar bagi-Nya.

Di manapun kuberada, ‘ku mengenangkan-Nya.

Refrein:

Bersinar, bersinar; itulah kehendak Yesus;

Bersinar, bersinar, aku bersinar terus.

Kumohon Yesus menolong, menjaga hatiku,

agar bersih dan bersinar meniru Tuhanku.


[1] Bahan diambil dari Wikipedia

Das könnte Ihnen auch gefallen