Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dikerjakan oleh:
Pembimbing:
Ir. Imam Prasetyo, M.Eng., Ph.D.
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas PPK tahap T2
(Preliminary Feasibility Study) ini disusun setelah melalui proses konsultasi sesuai
aturan Jurusan Teknik Kimia FT UGM, dan karenanya menyetujui untuk
dikumpulkan.
Dosen Pembimbing,
B. PEMILIHAN PROSES
Pentaerythritol dengan rumus kimia C(CH2OH)4 dibentuk melalui crossed
aldol reaction dari 3 mol formaldehyde dengan 1 mol acetaldehyde dalam larutan
basa anorganik encer (basa yang digunakan umumnya suatu hidroksida dari logam
alkali atau logam alkali tanah), membentuk suatu produk aldol ketiga
(pentaerythrose), lalu dilanjutkan dengan reaksi Cannizzaro yang membentuk
pentaerythritol, C(CH2OH)4.
Crossed aldol reaction adalah pembentukan suatu aldol yang diawali dengan 2
senyawa karbonil yang berbeda. Reaksi ini menggunakan larutan basa encer apabila
kedua reaktan memiliki α-hydrogens (atom hidrogen pada atom karbon yang
berdekatan dengan carbonyl group). Reaksi Cannizzaro adalah adalah sebuah reaksi
kimia yang melibatkan disproporsionasi aldehida tanpa hidrogen pada posisi alfa yang
diinduksi oleh basa, hanya aldehida yang tidak dapat membentuk ion enolat yang
mengalami reaksi Cannizzaro. Berikut ini adalah 2 metode yang umum digunakan :
Metode 1 :
Pada metode ini menggunakan calcium hydroxide dengan rumus molekul
Ca(OH)2 sebagai basa anorganik. Proses ini diawali dengan mencampurkan
acetaldehyde ke dalam larutan encer Ca(OH)2 kemudian ditambahkan formaldehyde
secara berlebih. Suhu reaksi dijaga sekitar 30 – 35 oC. Ketika konsentrasi aldehyde
berkurang hingga nilai yang diinginkan, reaksi dihentikan dengan menambahkan
larutan asam, biasanya digunakan larutan asam sulfat (H2SO4), yang secara simultan
mengendapkan sebagian besar calcium sebagai calcium sulfate.
Produk pentaerythritol diperoleh melalui proses rekristalisasi, biasanya
mengandung 80 – 90 % berat pentaerythritol dan nilai tersebut dapat berkurang
karena terjadinya reaksi samping yang menghasilkan dipentaerythrityl ether dan
tripentaerythrityl ether.
Metode 2 :
Sama seperti metode diatas, pada metode ini crossed aldol reaction dari
acetaldehyde dan formaldehyde serta reaksi Cannizzaro dijalankan dengan
menggunakan sodium hydroxide (NaOH) menggantikan calcium hydroxide.
Kelebihan formaldehyde setelah reaksi berlangsung dapat dipisahkan melalui proses
distilasi. Berdasarkan hasil pendekatan ilmiah didapat bahwa sodium hydroxide
memiliki kereaktifan lebih rendah dibandingkan dengan calcium hydroxide dalam
menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan yang dapat mengkontaminasi
pentaerythritol.
Selain itu, karena garam sodium dari hasil reaksi dan netralisasi dengan asam
bersifat mudah larut pada suhu rendah, maka setelah proses kristalisasi tidak
diperlukan penyaringan untuk memisahkan kristral pentaeyithritol dan kristal garam
sodium. Oleh karena itu produk pentaerythritol yang diperoleh memiliki kemurnian
dan yield yang lebih tinggi dibandingkan metode sebelumnya.
Sehingga dengan kelebihan – kelebihan tersebut maka dipilih metode 2 dalam
perancangan pabrik ini. Berikut ini adalah reaksi pembentukan pentaerythritol secara
keseluruhan :
CH3CHO + 3 HCHO C5H10O4 (1)
C5H10O4 + HCHO + NaOH C5H12O4 + NaCOOH (2)
Reaksi (1) merupakan crossed aldol reaction antara formaldehyde dengan
acetaldehyde dilanjutkan dengan reaksi (2) yang merupakan reaksi Cannizzaro.
Proses reaksi pembentukan pentaerythritol bisa dilihat pada gambar 2 berikut :
Gambar 1. Proses Reaksi Pembentukan Pentaerythritol
Sumber : Clayden, 2000
C. MARKET ANALYSIS
a. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku utama pembuatan pentaerythritol adalah formaldehyde dan
acetaldehyde. Selain bahan utama tersebut, dibutuhkan pula bahan baku tambahan
sodium hydroxide. Formaldehyde diperoleh dari PT. Arjuna Utama Kimia,
Surabaya, sedangkan bahan baku Acetaldehyde diimpor dari Cina. Bahan baku
tambahan sodium hydroxide diperoleh dari PT. Indokemika Jayatama, Surabaya.
b. Permintaan produk
Kebutuhan pentaerythritol di Indonesia dipenuhi dengan mengimpor dari
beberapa negara. Hal ini karena tidak adanya pabrik pentaerythritol di Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2011 kebutuhan pentaerythritol di
Indonesia sebesar 3.596 kg.
Global demand untuk pentaerythritol pada tahun 2006 mencapai 376,460
ton/tahun dan diramalkan mengalami kenaikan sebesar 4,1 % setiap tahunnya
(sumber : www.icis.com).
D. SITE SELECTION
Pabrik direncanakan dibangun di Gresik, Jawa Timur, dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Kemudahan dalam pengiriman bahan baku utama dan tambahan. Bahan baku
formaldehyde berasal dari PT. Arjuna Kimia dan bahan tambahan sodium
hydroxide berasal dari PT. Indokemika Jayatama. Kedua pabrik tersebut
berlokasi di Surabaya. Karena Gresik dan Surabaya merupakan kabupaten dan
kota yang bersebelahan, jarak dari Surabaya dan Gresik relatif cukup dekat,
berkisar 20 km. Sehingga akan meminimalisir biaya dan memudahkan proses
transportasi bahan baku maupun bahan tambahan.
2. Gresik dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak yang memudahkan transportasi
laut untuk keperluan impor alat-alat dan bahan-bahan industri serta
pengiriman. Salah satu contoh paling krusial adalah bahan baku utama,
acetaldehyde, yang diimpor dari Cina lewat jalur laut. Selain itu, Gresik juga
merupakan salah satu kota besar di Jawa Timur yang memiliki jalur
transportasi darat yang memadai untuk proses pengiriman bahan baku maupun
produk ke kota-kota besar lainnnya di Jawa Timur.
3. Lokasi pabrik berada di dekat laut, sehingga air mudah didapatkan. Air laut
yang dipakai untuk proses, nantinya akan diolah terlebih dahulu agar sesuai
dengan kebutuhan proses.
4. Salah satu hal yang mendukung berdirinya suatu pabrik adalah kemudahan
mendapatkan tenaga kerja menengah kebawah dan tenaga kerja ahli (lulusan
Perguruan Tinggi). Jawa Timur merupakan wilayah yang padat akan
penduduknya, serta dalam bidang pendidikan pun sudah relatif maju. Maka
dari itu, diyakini tidak akan mengalami kekurangan sumber daya manusia.
5. Energi listrik bisa didapatkan dari pembangkit listrik di Jawa Timur yang
dikelola oleh PT. PJB, dimana meliputi PLTA, PLTU, dan PLTGU yang
menyediakan energi listrik ke sistem Jawa-Bali. Di Gresik sendiri PT. PJB
memiliki unit pembangkitan (UP Gresik) yang menghasilkan daya sebesar
2.219 MW). Selain itu listrik bisa didapatkan pula dari PT. PLN maupun
sistem pembangkit listrik sendiri. Sehingga kebutuhan listrik dapat terpenuhi.
6. Secara geografis, daerah Gresik relatif aman dari berbagai bencana alam
seperti banjir, tanah longsor, dan tsunami. Terlebih daerah tersebut bukan
merupakan jalur rawan gempa.
7. Kebijakan Kementerian Perindustrian yang sudah mendukung dan
mengembangkan kawasan industri baru di Gresik.
8. Di Kawasan Industri Gresik sudah dilengkapi dengan fasilitas Waste Water
Treatment Plant, sehingga akan memudahkan dalam pengolahan limbah
pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Kirk and Othmer, 1982, Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 17, John
Wiley and Sons, Inc., Canada.
Mc.Ketta, J.J. and Cunningham, W.A., 1982, Encyclopedia of Chemical Processing and
Design, Vol 16, Marcel Dekker Inc., NewYork
Solomons, T.W.G., and Fryhle, C.B., 2007, Organic Chemistry, 9th ed., John Wiley and
Sons, Inc., Canada.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pentaerythritol
www.icis.com
www.bps.go.id