Sie sind auf Seite 1von 9

Titih Huriah, Efektifitas Model Community ............

Efektifitas Model Community As Partner dalam Memberikan Asuhan


Keperawatan Komunitas pada Kelompok Balita dengan Gizi Buruk di
Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok

The Effectiveness Of Community As Partner Model in Caring for Under-five


Children Group with Poor Nutritional Status in Pancoran Mas Village, Depok
City

Titih Huriah
Bagian Keperawatan Komunitas PSIK FK UMY

Abstract
The prevalence rate of under-five children with poor nutritional status in Indonesia has been
increasing. This also happens in Depok City, particularly in Pancoran Mas Village, wherein
the prevalence rate of under-five children with poor nutritional status in 2005 reached
1.67% or there were 88 under-five children with poor nutritional status among 5249 under-
five children. This study aimed to evaluating the effectiveness of the application of community
nursing concept and theory in order to improve health services through community nursing
care particularly in under-five children group with poor nutritional status in Pancoran Mas
Village, Depok.
This was a quasi experiment research using a non-randomized pretest-posttest control
group design. Data collection was done using observation, interview, focus group discussion
(FGD) dan questionaire. Research instruments used included food journal of under-five children
within 24 hours, physical examination guideline, interview guideline, FGD guideline and
questionaire. The questionaire was developed based on Community as a Partner Model.
Research population was 44 mothers who had under-five children with poor nutritional status
in Pancoran Mas Village. Research sample was 30 mothers who had under-five children with
poor nutritional status who fulfilled the inlcusion criteria. Primary, seconadry dan tertiary
interventions were done to the 30 mothers within 9 months.
Evaluation after the implementation of serial community nursing interventions showed
that there was an increase in knowledge about nutrition and poor nutrition from 46% to
92%, an increase in attitude from 60% to 96%, and an increase in family skill in meeting the
nutrition requirement for under-five children with poor nutritional status from 30% to 85%.
Furthermore, there was improvement of nutritional status i.e. from 27 under-five children
with poor nutritional status, after interventions they improved to 1 child with poor nutritional
status, 19 children with low nutritional status and 12 children with good nutritional status;
whereas five children with low nutritional status improved to good nutritional status.

Key words: Community as Partner Model, community nursing care, poor nutritional status,
under-five children

Abstrak
Angka prevalensi kasus gizi buruk pada balita di Indonesia semakin menunjukkan peningkatan. Hal
ini juga terjadi di Kota Depok khususnya di Kelurahan Pancoran Mas, di mana angka prevalensi

88
Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:88-96, Juli 2007

gizi buruk pada balita pada tahun 2005 mencapai 1,67% atau terdapat 88 balita gizi buruk dari
5249 balita. Tujuan penelitian ini adalah menilai keefektifan aplikasi teori dan konsep keperawatan
komunitas dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas
khususnya pada kelompok balita dengan gizi buruk di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
Penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi eksperimental menggunakan desain non-
randomized pretest-posttest control group. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, focus group discussion (FGD) dan kuesioner. Alat yang digunakan adalah catatan
makanan balita selama 24 jam, pedoman pemeriksaan fisik, pedoman wawancara, pedoman FGD,
dan kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan Community as a Partner Model. Populasi penelitian
adalah 44 ibu yang memiliki balita dengan gizi buruk di Kelurahan Pancoran Mas Depok. Sampel
penelitian adalah 30 ibu yang mempunyai balita dengan gizi buruk yang memenuhi kriteria inklusi.
Pada 30 ibu tersebut dilakukan intervensi primer, sekunder dan tertier selama 9 bulan.
Evaluasi setelah pelaksanaan rangkaian kegiatan keperawatan komunitas menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan tentang gizi dan gizi buruk dari 46% menjadi 92%, peningkatan
sikap dari 60% menjadi 96% dan peningkatan keterampilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
gizi pada balita gizi buruk dari 30% menjadi 85%. Selain itu, terjadi perbaikan status gizi yaitu dari
27 balita gizi buruk, setelah intervensi menjadi 1 balita gizi buruk, 19 gizi kurang dan 12 gizi baik.
Sedangkan dari lima balita gizi kurang telah meningkat menjadi gizi baik.

Kata Kunci : anak balita, asuhan keperawatan komunitas, gizi buruk, model Community as Partner.

Pendahuluan angka kejadian malnutrisi di dunia. Menurut


Keberhasilan pembangunan Morris (2005), Direktur Eksekutif World Food
nasional suatu bangsa ditentukan oleh Programme (WFP) PBB, saat ini 300 juta
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) anak di dunia mengalami kelaparan dan 18
yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki ribu anak meninggal setiap harinya
fisik yang tangguh, mental yang kuat dan dikarenakan malnutrisi 3 .Morris
kesehatan yang prima. Salah satu penentu menambahkan bahwa 40-60% dari anak
kualitas sumber daya manusia adalah yang mengalami malnutrisi tersebut, berada
asupan gizi pada usia balita1 . di negara miskin dan berkembang.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk Keterangan di atas diperkuat oleh Asia Child
meningkatkan kualitas sumber daya Right (2005) yang menyatakan bahwa lebih
manusia adalah melalui perbaikan sektor dari 153 juta anak balita di dunia mengalami
ekonomi, namun krisis ekonomi yang malnutrisi4 .
melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah Di Indonesia sendiri angka balita
sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi dengan gizi kurang dan gizi buruk ternyata
penduduk. Kelompok usia yang paling tidak berubah atau stagnan selama 10 tahun
terkena dampak dari krisis ekonomi terakhir. Hasil survey Departemen
terutama dalam pemenuhan asupan gizi Kesehatan mengenai masalah gizi pada
adalah kelompok balita. Penelitian yang tahun 2004 didapatkan bahwa masalah gizi
dilakukan oleh Tarigan tahun 2003 mengenai masih terjadi di 77,3 persen kabupaten dan
gambaran status gizi anak umur 6-36 bulan 56 persen kota di Indonesia. Data tersebut
sebelum dan saat krisis ekonomi di Wilayah juga mengidentifikasi bahwa pada tahun
Jawa Tengah menyatakan bahwa anak usia 2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5%)
18-36 bulan merupakan kelompok yang kurang gizi dimana 3,5 juta anak (19,2%)
paling terpengaruh dengan kondisi sebelum diantaranya berada pada tingkat gizi kurang
dan saat krisis ekonomi2. dan 1,5 juta anak (8,3%) mengalami gizi
Kerentanan balita akan gizi buruk. Sementara menurut
ditunjukkan dengan semakin meningkatnya pengelompokkan prevalensi gizi kurang dari

89
Titih Huriah, Efektifitas Model Community ............

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), target Millenium Development Goals


Indonesia tergolong sebagai negara dengan (MDGs) untuk menurunkan angka kematian
status kekurangan gizi yang tinggi pada balita.
tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari Keperawatan komunitas sebagai
17.983.244 balita Indonesia (28,47%) bagian integral dari pelayanan kesehatan
termasuk kelompok gizi kurang dan gizi mempunyai peranan yang sangat strategis
buruk5. dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
Menurut data Laporan Penanganan dalam melakukan upaya-upaya kesehatan
Gizi Buruk Dinas Kesehatan Depok tahun dalam rangka meningkatkan derajat
2005, total balita gizi buruk di Kota Depok kesehatan. Perawat komunitas dapat
tahun 2005 sebesar 0,98% atau sebanyak berperan sebagai pembaharu, pemimpin,
1.133 balita dari total 114.980 balita yang kolaborator, konselor, advokat, pendidik,
disurvey. Angka ini menunjukkan bahwa pengelola, peneliti, penemu kasus dan
jumlah balita dengan gizi buruk di Depok pemberi asuhan keperawatan secara
menurun sebesar 8,5% dari tahun 2004 langsung8 . Peran perawat komunitas dalam
yaitu sebesar 9,5 persen atau sebanyak menangani masalah gizi sangat penting
9.157 balita dari total 96.391 balita yang yaitu perawat komunitas harus mampu
disurvey. Kepala Sub Dinas Pembinaan memberikan dorongan secara profesional
Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Dinas kepada klien agar mereka mampu merubah
Kesehatan Kota Depok, Karmawati, perilaku dalam pemenuhan gizi dan
menyatakan bahwa dari enam kecamatan berusaha memfasilitasi klien dalam
yang ada di Kota Depok, terdapat satu merubah dan menghilangkan perilaku yang
Kecamatan yang paling banyak terdapat negatif dalam pemenuhan gizi.
balita gizi buruk, yaitu Kecamatan Pancoran Salah satu model yang dapat
Mas. diaplikasikan dalam asuhan keperawatan
Berdasarkan data mengenai komunitas adalah model Community As
kekurangan gizi mulai dari tingkat global Partner. Model Community As Partner tidak
sampai dengan tingkat wilayah Kelurahan hanya dapat menyelesaikan masalah saat
Pancoran Mas, terlihat bahwa angka gizi ini, tetapi juga masalah yang akan datang
kurang dan gizi buruk pada kelompok usia melalui upaya preventif dan promotif yang
balita masih sangat tinggi. Sedangkan para terdapat dalam three level prevention9 .
ahli mengatakan bahwa pada masa balita,
proses tumbuh kembang berkembang
sangat cepat dan masa balita sering disebut Bahan dan Cara
sebagai masa emas (golden age periode)6 . Penelitian ini adalah eksperimen
Upaya penanganan masalah gizi semu atau quasi eksperimental dengan
pada balita dinilai kurang efektif karena rancangan non randomized pretest-posttest
dalam beberapa tahun terakhir status gizi control group design. Metode pengumpulan
buruk pada populasi balita relatif stagnan data yang dilakukan adalah observasi,
bahkan meningkat. Angka prevalensi kasus wawancara, FGD dan kuesioner. Alat yang
gizi buruk pada balita di Indonesia semakin digunakan adalah catatan makanan balita
menunjukkan peningkatan dari 6,3% pada selama 24 jam, pedoman pemeriksaan
tahun 1998 menjadi 8,8% pada tahun 20067. fisik, pedoman wawancara, pedoman FGD,
Meskipun saat ini telah banyak bantuan serta dan kuesioner. Kuesioner disusun
program penanganan gizi buruk, kondisi- berdasarkan model pengkajian yang
kondisi tersebut menunjukkan bahwa digunakan yaitu Model Community As
Indonesia semakin jauh dari pencapaian Partner

90
Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2: 88-96, Juli 2007

Inti Komunitas :
- Faktor individu Intervensi Primer :
- Karakteristik dan - Pendidikan kesehatan
pengalaman individu mengenai gizi sehat & seimbang
- Pengaruh inter personal - Kampanye gizi
- Pembentukan kelp masy peduli
gizi
Evaluasi
Delapan Sub Sis tem : - Lomba penyusunan menu sehat
- Peningkatan
- Lingkungan fisik dan - Prog pemanfaatan lahan
pengetahuan
pengaruh situasional pekarangan
- Peningkatan sikap
- Pendidikan Intervensi Sekunder :
- Peningkatan
- Politik dan pemerintahan - Pemantauan status gizi balita
keterampilan
- Pelayanan kesehatan - Skrining balita gizi buruk
- Peningkatan perilaku
dan sosial - Pembentukan peer group kelg
- Peningkatan status gizi
- Transportasi dan balita gizi buruk
balita
keamanan Intervensi Tertier :
- Komunikasi - Rujuk balita gizi buruk ke
- Ekonomi yankes
- Rekreasi - Direct care balita gizi buruk
pasca rawat RS

Populasi pada penelitian ini ibu yang memiliki balita dengan


adalah ibu-ibu yang memiliki balita permasalahan gizi terutama gizi kurang
dengan gizi buruk di Kelurahan Pancoran dan gizi buruk. Kegiatan dilakukan satu
Mas Depok yang berjumlah 44 orang. bulan sekali untuk setiap peer group
Sampel adalah 30 orang ibu yang sesuai dengan buku modul kegiatan yang
mempunyai balita dengan gizi buruk yang telah disusun.
memenuhi kriteria inklusi. Pada 30 orang Berdasarkan hasil analisis
tersebut dilakukan intervensi primer, terhadap pengetahuan, sikap dan
sekunder dan tertier selama 9 bulan, keterampilan masyarakat mengenai
sejak Oktober 2006 sampai dengan Juni pengetahuan dan keterampilan tentang
2007. pemenuhan kebutuhan gizi balita dengan
gizi buruk, terjadi peningkatan
Hasil pengetahuan masyarakat mengenai gizi
Hasil yang didapatkan setelah balita dari rata-rata 46% menjadi rata-
dilakukan intervensi selama kurang lebih rata 92%%, terjadi peningkatan sikap
9 bulan sejak bulan Oktober 2006 – Juni masyarakat mengenai gizi balita dari
2007 adalah telah terbentuk 5 peer group rata-rata 60% menjadi 96%, dan terjadi
di 5 RW yaitu RW 03, 04, 14, 15 dan 16 peningkatan praktek masyarakat dalam
dimana anggota peer group adalah ibu- memenuhi kebutuhan gizi balita dari 30%
menjadi 85%

Tabel 1. Peningkatan sikap peer group ibu-ibu mengenai kebutuhan gizi balita di
Kelurahan Pancoran Mas
120

100
Rata-Rata Sikap

80

60 Rata-rata tingkat sikap

40

20

0
Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Bulan

Depok, Okt 2006-Juni 2007 (n = 30)

91
Titih Huriah, Efektifitas Model Community ............

Tabel 2. Peningkatan keterampilan peer group ibu-ibu mengenai kebutuhan gizi


balita di Kelurahan Pancoran Mas Depok, Okt 2006-Juni 2007 (n = 30)

90
80
70
60
50
40 Rata-rata tingkat
keterampilan
30
20
10
0
Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Bulan

Selain peningkatan perilaku balita (10-15% dari keseluruhan zat gizi).


masyarakat, indikator keberhasilan Setelah dilakukan intervensi, terlihat
asuhan keperawatan komunitas dapat bahwa dari 32 keluarga, 29 keluarga telah
dilihat melalui food record pada kelompok mencukupi kebutuhan protein dalam
balita gizi buruk, dimana masyarakat konsumsi makanan balita.
yang telah mampu memenuhi kebutuhan Keberhasilan peningkatan
gizi balita dari 25% telah meningkat konsumsi makanan balita dapat terlihat
menjadi 75%. Hasil analisis hasil food dengan adanya peningkatan status gizi
record, teridentifikasi bahwa perubahan balita yaitu dari 27 balita gizi buruk,
yang cukup signifikan terlihat dari setelah intervensi menjadi 1 balita gizi
konsumsi protein, dimana dari catatan buruk, 19 gizi kurang dan 12 gizi baik.
konsumsi makanan sebelumnya hanya Sedangkan dari lima balita gizi kurang
sekitar 20% masyarakat yang telah meningkatkan menjadi gizi baik.
memberikan protein yang cukup pada

Tabel 3. Hasil uji statistik dengan menggunakan t- test one sample

Variabel Mean Standar Deviasi Peningkatan P Value


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah SD
Pengetahuan 11,78 13,81 1,39 2,61 1,22 0,000
Sikap 7,78 10,28 1,61 2,30 0,69 0,000
Keterampilan 7,72 12,19 1,94 2,42 0,48 0,000
Perilaku 31,19 34,81 3,21 4,24 1,03 0,000
Status Gizi 0,19 1,06 0,40 0,67 0,27 0,000

Hasil diatas menggambarkan dan status gizi balita setelah


bahwa terdapat perbedaan antara dilakukan praktik keperawatan
variabel pengetahuan, sikap, komunitas dengan p = 0 . 0 0 0 .
keterampilan, perilaku

92
Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:88-96, Juli 2007

Hasil diatas menggambarkan Upaya yang dilakukan dalam


bahwa terdapat perbedaan antara variabel merubah perilaku yang kurang sehat dan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku meningkatkan perilaku sehat pada
dan status gizi balita setelah dilakukan masyarakat balita dengan gizi buruk yaitu
praktik keperawatan komunitas dengan p = dengan meningkatkan pengetahuan, sikap
0.000. dan keterampilan dalam memenuhi
kebutuhan gizi. Selain itu menyediakan
Diskusi sarana dan pra sarana serta melakukan
Masalah yang ditemui pada pendekatan kepada tokoh masyarakat dan
kelompok balita dengan gizi buruk kader untuk mencari dukungan dalam
berdasarkan analisis situasi wilayah adalah merubah perilaku masyarakat, sehingga
belum optimalnya pemanfaatan fasilitas perlu upaya pembinaan secara terus
pelayanan kesehatan dalam penanganan menerus untuk mempertahankan kondisi
dan pencegahan masalah gizi buruk pada yang telah dicapai.
balita di Kelurahan Pancoran Mas. Intervensi untuk memperbaiki pola
Perencanaan pada program penanganan makan meliputi perubahan pengetahuan,
gizi buruk pada kelompok balita meliputi sikap dan keterampilan. Strategi yang dapat
penetapan tujuan dari setiap program yang digunakan saat melakukan intervensi untuk
akan dilaksanakan, kebijakan yang merubah perilaku pemenuhan kebutuhan
mendukung pelaksanaan program gizi yaitu : 1) Memperbaiki aksesibilitas
penanganan gizi buruk pada kelompok informasi mengenai nutrisi, penkes nutrisi
balita, dan strategi yang akan dilakukan dan konseling nutrisi; 2) Fokus pada
pada program penanganan gizi buruk pada pencegahan penyakit kronik yang
kelompok balita. berhubungan dengan diet dan BB yang
Salah satu strategi yang dilakukan dimulai pada usia balita, 3)
untuk mengatasi masalah diatas adalah Mempertahankan program nasional
pembentukan peer group. T ujuan mengenai nutrisi serta 4) Membangun dan
pembentukan peer group adalah mempertahankan kerjasama lintas program
membentuk suatu wadah untuk dan sektoral12.
meningkatkan perilaku masyarakat dan Berdasarkan hasil analisis terhadap
kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita pengetahuan, sikap dan keterampilan
dengan gizi buruk tentang manfaat masyarakat mengenai pengetahuan dan
pelayanan kesehatan dalam meningkatkan keterampilan tentang pemenuhan
kesehatan dan status gizi anak. kebutuhan gizi balita dengan gizi buruk,
Individu secara alami membentuk terjadi peningkatan pengetahuan
kelompok pada setting rumah dan kelompok masyarakat mengenai gizi balita dari rata-
di masyarakat, yang secara perlahan rata 46% menjadi rata-rata 92%%, terjadi
mempengaruhi kesehatan komunitas peningkatan sikap masyarakat mengenai
secara umum. Menggunakan kelompok gizi balita dari rata-rata 60% menjadi 96%,
sebaya sebagai kelompok target dan terjadi peningkatan praktek masyarakat
merupakan langkah terbaik dalam dalam memenuhi kebutuhan gizi balita dari
memberikan pendidikan kesehatan pada 30% menjadi 85%.
mereka yang mempunyai masalah yang
sama 1 0. Pembentukan peer group Pengetahuan merupakan faktor
merupakan bentuk intervensi yang efektif yang sangat penting untuk terbentuknya
dimana antar anggota dapat saling perilaku seseorang. Perilaku yang
memberikan informasi mengenai masalah didasarkan atas pengetahuan akan lebih
yang mereka alami. Kelompok juga baik dari pada yang tidak berdasarkan pada
merupakan cara yang efektif untuk masuk pengetahuan, walaupun pengetahuan yang
dan mengimplementasikan perubahan pada mendasari sikap seseorang masih
individu, keluarga, kelompok dan dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang
masyarakat11 .

93
Titih Huriah, Efektifitas Model Community ............

sangat kompleks sehingga terbentuk memberi dampak terhadap perilaku


perilaku yang nyata13. Pengetahuan ibu masyarakat dalam mengatasi masalah
mengenai pemenuhan kebutuhan gizi akan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
berpengaruh terhadap hidangan yang pernyataan Stanhope, bahwa pelayanan
disajikan untuk keluarga, dengan keperawatan komunitas bersifat
pengetahuan yang memadai seorang ibu berkelanjutan bukan episodik dan
diharapkan mampu menyediakan bertanggung jawab penuh terhadap status
makanan yang berkualitas sesuai dengan kesehatan seluruh penduduk11.
kebutuhan gizi anggota keluarganya.
Semakin rendah pengetahuan gizi ibu maka Selain peningkatan perilaku
ia tidak mengetahui bagaimana cara masyarakat, indikator keberhasilan asuhan
pengolahan, penyajian makanan yang keperawatan komunitas dapat dilihat
bergizi khususnya untuk anak batita. melalui food record pada kelompok balita
Pengetahuan ibu mengenai gizi akan gizi buruk, dimana masyarakat yang telah
berpengaruh terhadap mutu makanan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi balita
disajikan untuk anggota keluarga. dari 25% telah meningkat menjadi 75%.
Penelitian yang dilakukan oleh John Amos
Peningkatan pengetahuan keluarga tahun 1999, diketahui bahwa konsumsi
dari rata-rata 46% menjadi 92% melebihi energi balita mempengaruhi terjadinya
tujuan yang ingin dicapai yaitu dari 46% Kurang Energi Protein (KEP) pada balita
menjadi 75% hal ini memperlihatkan dan faktor ini merupakan faktor yang paling
keberhasilan implementasi pendidikan dominan mempengaruhi status gizi balita.
kesehatan yang dilaksanakan. Hal ini Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
didukung dengan media yang digunakan dilakukan oleh Orisinal tahun 2001
dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
pada masyarakat. Perawat komunitas dengan status gizi balita di Sumatera Barat
dapat menggunakan berbagai media yang tahun 2001 yang menyatakan bahwa
menarik dan sesuai dengan tingkat variabel yang berhubungan dengan status
pendidikan klien sehingga masyarakat lebih gizi balita adalah konsumsi energi perkapita.
mudah menerima informasi yang
diberikan11 . Hasil analisis hasil food record,
Sikap merupakan reaksi atau teridentifikasi bahwa perubahan yang cukup
respon yang masih tertutup dari seseorang signifikan terlihat dari konsumsi protein,
terhadap suatu stimulus atau objek. Dimana dimana dari catatan konsumsi makanan
respon tersebut melibatkan emosi dan sebelumnya hanya sekitar 20% masyarakat
perasaan14. Manifestasi dari sikap tidak yang memberikan protein yang cukup pada
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat balita (10-15% dari keseluruhan zat gizi).
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang Setelah dilakukan intervensi, terlihat bahwa
tertutup. Hasil analisis mengenai sikap dari 32 keluarga, 29 keluarga telah
memperlihatkan bahwa sebagian besar mencukupi kebutuhan protein dalam
responden telah memiliki sikap yang baik konsumsi makanan balita.
mengenai pemenuhan kebutuhan gizi balita.
Sikap didasari oleh pengetahuan, apabila Penelitian yang dilakukan oleh
pengetahuan baik maka sikap akan baik Orisinal tahun 2001 menyatakan bahwa
dan sebaliknya apabila pengetahuan kurang konsumsi protein per kapita berhubungan
baik maka sikap pun akan menjadi kurang dengan status gizi balita. Dalam penelitian
baik13. ini, Orisinal juga menjelaskan bahwa
variabel yang secara bersama-sama
Peningkatan pengetahuan, sikap
mempengaruhi status gizi balita adalah
dan keterampilan masyarakat dalam
konsumsi protein per kapita, pendapatan per
memenuhi kebutuhan gizi balita
kapita, umur anak dan jenis kelamin anak.
menunjukkan bahwa intervensi yang
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan secara berkesinambungan dapat
dilakukan oleh Andra Fikar (2003) mengenai

94
Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:88-96, Juli 2007

faktor determinan KEP anak usia 6 bulan-3 mereka tidak mempunyai motivasi untuk
tahun di Kota Padang, dalam penelitian ini menyelesaikan masalah mereka sendiri11 .
Andra membuktikan bahwa variabel yang
paling dominan berhubungan dengan KEP Kesimpulan
pada anak umur 6 bulan-3 tahun adalah
Berdasarkan hasil penelitian dan
tingkat konsumsi protein dengan nilai OR =
pembahasan dapat disimpulkan :
12,6.
1. Intervensi yang didasari oleh model
Keberhasilan peningkatan Community as Partner yang digunakan
konsumsi makanan balita dapat terlihat dalam memberikan asuhan
dengan adanya peningkatan status gizi keperawatan komunitas pada kelompok
balita yaitu dari 27 balita gizi buruk, setelah balita dengan gizi buruk telah mampu
intervensi menjadi 1 balita gizi buruk, 19 gizi mengatasi permasalahan pada
kurang dan 12 gizi baik. Sedangkan dari lima kelompok balita dengan gizi buruk. Hal
balita gizi kurang telah meningkat menjadi ini terlihat dengan peningkatan
gizi baik. pengetahuan keluarga mengenai gizi
balita dari 46% menjadi 92%,
Salah satu intervensi yang tidak peningkatan sikap 60% menjadi 96%,
berhasil dilakukan adalah pembentukan pos terjadi peningkatan praktek keluarga
gizi dan pelaksanaan metode tungku untuk dari 30% menjadi 85%.
keluarga-keluarga yang mempunyai balita 2. Selain indikator peningkatan perilaku,
dengan gizi buruk. Kedua bentuk Keberhasilan aplikasi integrasi teori dan
implementasi ini sangat membutuhkan model Community as Partner dan
peran serta aktif masyarakat. Metode Health Promotion Model dalam
tungku dapat digunakan sebagai salah satu memberikan asuhan keperawatan
cara mencegah kurang gizi yang komunitas pada kelompok balita dengan
berkelanjutan, yang mencoba
gizi buruk dapat dilihat dari peningkatan
memberdayakan masyarakat dengan status gizi balita yaitu dari 27 balita gizi
secara ketat mengajarkan ibu untuk buruk, setelah intervensi menjadi 1 balita
mengelola sumber daya yang terbatas, gizi buruk, 19 gizi kurang dan 12 gizi
menanamkan disiplin pengasuhan, dan baik. Sedangkan dari lima balita gizi
mengajarkan cara memberi makan pada kurang telah meningkat menjadi gizi
anak. Kenyataan di lapangan, masyarakat baik.
terutama keluarga yang menerima bantuan
PMT lebih tergantung pada bantuan yang Saran
diberikan oleh Puskesmas. 1. Perlu adanya tindak lanjut kerjasama
Pendekatan untuk membantu antara pihak pendidikan, dinas
individu dan keluarga dalam peran aktif kesehatan dan puskesmas dalam
mereka terhadap kesehatan harus pelaksanaan pelayanan keperawatan
difokuskan pada pemberdayaan daripada komunitas pada kelompok balita gizi
memberikan bantuan secara langsung. buruk, serta asuhan keperawatan
Intervensi dengan memberikan bantuan komunitas secara berkesinambungan
langsung pada keluarga atau masyarakat sehingga akan mendukung kemandirian
tidak selalu memberikan hasil yang positif. masyarakat, khususnya keluarga-
Jika masyarakat tidak merasa bahwa keluarga yang mempunyai balita gizi
kondisi yang mereka alami bukan suatu buruk dalam menyelesaikan
masalah, menawarkan atau memberikan masalahnya.
bantuan secara langsung dapat 2. Perlu adanya pengembangan model
menyebabkan penolakan. Dampak negatif pengelolaan pelayanan keperawatan
lain adalah masyarakat menjadi tergantung komunitas dan model dalam
pada bantuan yang diberikan sehingga memberikan asuhan keperawatan
komunitas yang adekuat dan dapat

95
Titih Huriah, Efektifitas Model Community ............

dijadikan acuan dalam pemberian makanan keluarga di daerah perkotaan.


asuhan keperawatan komunitas. Media gizi dan keluarga No XX (2) : 86-
91.

Daftar Pustaka 8. Helvie, C. (1998). Advanced practice


nursing in the community. SAGE
1. Peranan gizi pada tumbuh kembang Publication, Inc. USA.
balita, Dharmawanto, 2005, http://
www.hellis.org/modules, (diperoleh 9. Anderson & McFarlane. (2000).
tanggal 7 Januari 2006) Community As Partner : Theory and
practice in nursing. Third Edition. DNLM
2. Tarigan, I. (2003). Gambaran status gizi
anak umur 6-36 bulan sebelum dan 10. Hitchcock, Schubert & Thomas. (1999).
saat krisis ekonomi di Wilayah Jawa Community health nursing : Caring in
Tengah. Tesis. Fakultas Kesehatan action. DNLM/DLC
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Jakarta 11. Stanhope, M., Lancaster, J. (2000).
Community and public health nursing.
3. Childrenhealth.(2006).www.care.org/ Fifth edition. Mosby Inc. St Louis United
careswork/health/children States
4. UNICEF (2006). Malnutrition death of 5,6 12. Pender, N. J., Murdaugh, C., & Parsons,
million under fives every year. M.A. (2006). Health Promotion in
www.acr.hrschool.org. Nursing Practice, 5th edition. Upper
Saddle River, NJ: Prentice-Hall Health,
5. Angka gizi kurang dan gizi buruk
berkurang hingga 20%, Falah (2007). 13. Rosmana, D. (2003). Hubungan pola
www.depkes.go.id asuh gizi anak usia 6-24 bulan di
Kabupaten Serang Tahun 2003. Tesis.
6. 50% perkembangan intelektual tumbuh Fakultas Kesehatan Masyarakat.
saat balita, Moudouw (2003). Universitas Indonesia.
www.gizi.net/cgi
14. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
7. Hardiansyah. (1996). Status pekerjaan perilaku kesehatan. PT Rineka
ibu dan pendapatan dalam Cipta.Jakarta.
hubungannya dengan mutu gizi

96

Das könnte Ihnen auch gefallen