Sie sind auf Seite 1von 19

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah
Daerah (LKPD). Laporan keuangan pokok menurut SAPadalah:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum juga mempunyai kemampuan
prediktif dan prospektif dalam hal memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan
untuk operasi berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan,
serta resiko dan ketidakpastian yang terkait.
Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah:
1. Masyarakat.
2. Para wakil rakyat, lembaga pemeriksa dan lembaga pengawas.
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, danpinjaman.
4. Pemerintah.
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),
yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP) atau Buletin Teknis SAP.IPSAP dan Buletin Teknis SAP disusun
dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan diberitahukan
kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Rancangan IPSAP
disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum IPSAP diterbitkan.
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari
salah tafsir pengguna PSAP.Sedangkan Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi
masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP atau IPSAP.
SAP memiliki beberapa basis penerapan yaitu :
1. SAP Berbasis Kas
Basis akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui
pada saat kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas
pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara / Daerah atau entitas pelaporan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010).
2. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual
yang mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran(budgetary
reports), sebagaimana dicantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk
pelaporan financial, yang pada PSAP 12 memfasilitasi pencatatan, pendapatan, dan
beban dengan basis akrual.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP

1
Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaanberbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas danaberbasis akrual.
Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis
akrual terletak pada PSAP 12 mengenai laporan operasional.Entitas melaporkan secara
transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang
di tanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.
SAP berbasis Akrual
SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang,
dan ekuitasdana dalam pelaporan financialberbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis
yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar (PP No.71 tahun 2010).
SAP berbasis akrual diterapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah.
SAP Berbasis Akrualtersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran
III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
2.1.1 Tahap - tahap Penyiapan SAP
Tahap-tahap Penyiapan SAP, yaitu (Supriyanto:2005):
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam Komite
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draft SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draft oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draft untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draft Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik(Public
Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar
Sebelum dan setelah dilakukan public hearing, standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK.Setelah dilakukan pembahasan
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.Namun draf SAP ini belum
diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.Suhubungan dengan
hal tersebut, melalui Keputusan Presiden, dibentuk Komite Standar Akuntansi

2
Pemerintahan.Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang
pernah diajukan kepada BPK agar dapat segera ditetapkan.
Draft SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan pertimbangan dari
BPK. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera Menetapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun
berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan
Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan
Peraturan Pemerintah.
SAP terdiri atas sebuah kerangka konseptual dan 11 pernyataan, yaitu:
1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP 03 Laporan Arus Kas
4. PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06 Akuntansi Investasi
7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
12. PSAP 12 Laporan Operasional
13. PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
2.2. Kerangka konseptual
2.2.1 Pengertian
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan
Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna
laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
2.2.2 Ruang Lingkup
Kerangka konseptual ini membahas tentang :
a. Tujuan kerangka konseptual
b. Lingkungan akuntansi pemerintahan
c. Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
d. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan
e. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar
hukum
f. Asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam
laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi
g. Unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan
pengukurannya.
A. Tujuan Kerangka Konseptual
Tujuan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah sebagai acuan bagi:
a) penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya
b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar
c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar; dan

3
d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka
ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini.
B. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lingkungan dimana organisasi pemerintah beroperasi berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Ciri-ciri pokok yang berkaitan dengan struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan.

1. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan


Dalam NKRI yang bersistem demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat yang
didelegasikan kepada pejabat publik yang dipilih melalui proses pemilihan.
Sejalan itu terdapat pemisahan antara wewenang eksekutif, legislatif, dan
yudikatif (Trias politika).
2. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah.
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Jika suatu lingkup pemerintahan tertentu memperoleh pendapatan
pajak atau bukan pajak yang lebih besar, maka dapat mengakibatkan
diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi
antar entitas pemerintahan.
3. Adanya pengaruh proses politik
Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh
rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya untuk mewujudkan
keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang
bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi
keinginan masyarakat.
4. Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan pemerintah
Hubungan antara pajak yag dipungut dan pelayanan yang diberikan pemerintah
mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
laporan keuangan,yaitu :

 Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya suka


rela.

 Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak


sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

 Sulit mengukur efisiensi pelayanan pemerintah dibandingkan dengan


pungutan yang digunakan untuk membiayai pelayanan tersebut karena adanya
monopoli pelayanan oleh pemerintah.

 Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan oleh


pemerintah adalah relative sulit.

b) Ciri-ciri yang berkaitan dengan keuangan yang penting bagi pengendalian.

1. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan public,target fiscal, dan alat pengendalian


Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena anggaran :

4
 merupakan pernyataan kebijakan publik.

 merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja,


pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.

 menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.

 memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

 Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah


sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

2. Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan


Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak
secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung
perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi.
3. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian
Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan
kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing merupakan entitas
akuntansi yang mampu menunjukkankeseimbangan antara belanja dan
pendapatan atau transfer yang diterima.
2.3 Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian.
1. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan alat pengendalian.
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah, dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Fungsi anggaran di
lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan, antara lain karena:
a) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
b) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
c) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
d) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
e) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
2. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.
Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara
langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah. Aset dimaksud guna mempunyai
masa manfaat yang lama sehingga program pemeliharaan dan rehabilitasi yang memadai
diperlukan untuk mempertahankan manfaat yang hendak dicapai.
3. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian.
Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang lazim diterapkan yang memisahkan kelompok dana menurut tujuannya. Akuntansi
dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain
kelompok dana umum (general fund), sehingga perlu pertimbangan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.
2.4 Entitas Pelaporan dan Pengguna Laporan Keuangan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri atas pemerintah pusat, pemda, satuan

5
organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, dan organisasi lainnya (jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan).
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua
kelompok pengguna. Beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah adalah
masyarakat; para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; pihak yang memberi
atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan pemerintah. Pemerintah harus
memerhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.
2.5 Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan
Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang tela ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a) Akuntabilitas. Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
b) Manajemen. Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
c) Transparansi. Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka
dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya.
d) Keseimbangan antargenerasi. Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan
penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan.
Tujuan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan
alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

2.6 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan


a) UUD Republik Indonesia, khususnya bagian yang mengatur keuangan Negara.
b) UU di bidang keuangan Negara.
c) UU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemda, khususnya yang mengatur
keuangan daerah.
e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
f) Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah.

6
g) Peraturan perudang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah.
2.6.1 Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan,
yang terdiri atas:
a) Asumsi Kemandirian Entitas. Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri
dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi
kekacauan antarunit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Indikasi terpenuhinya
asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan
melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
b) Asumsi Kesinambungan Entitas. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas
pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
c) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang. Laporan keuangan entitas pelaporan harus
menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntasi.

2.6.2 Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan


Merupakan ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga
dapat memenuhi tujuannya. Agar dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, laporan keuangan
pemerintah harus memenuhi empat karakteristik berikut:
a) Relevan. Laporan keuangan dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka. Suatu informasi dapat dikatakan
relevan jika disajikan tepat waktu dan lengkap.
b) Andal. Laporan keuangan bebas dari keterangan yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
c) Dapat dibandingkan. Laporan keuangan berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain.
d) Dapat dipahami. Laporan keuangan dapat dipahami pengguna dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

2.6.3 8 Prinsip Akuntansi


1. Basis akuntansi. Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, & pembiayaan dalam
LRA. Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
2. Prinsip nilai historis. Lebih dapat diandalkan, karena lebih objektif dan dapat diverifikasi.
3. Prinsip realisasi. Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama satu tahun fiskal.
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal. Informasi dimaksudkan untuk menyajikan
dengan wajar transaksi atau peristiwa lain yang seharusnya disajikan.
5. Prinsip Periodisitas. Pelaporan keuangan perlu dibagi menjadi periode untuk mengukur
kinerja entitas dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
6. Prinsip Konsistensi. Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap. Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi-informasi tersebut dapat ditempatkan pada
lembar muka laporan keuangan atau dalam CALK.
8. Prinsip Penyajian Wajar. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan
diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan
sehat dalam penyusunan laporan keuangan.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

7
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak
memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan
kepraktisan, hal-hal tersebut antara lain:
a. Materialitas
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat memngaruhi keputusan ekonomi pengguna yang
diambil atas dasar laporan keuangan. Meskipun idealnya memuat segala informasi,
laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas.
b. Pertimbangan biaya dan manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh
karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi
yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya penyusunannya.
c. Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi
oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antarkarakteristik dalam berbagai
kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Oenentuan tungkat kepentingan
antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
2.7 STRATEGI PENYUSUNAN STANDAR DI NEGARA BERKEMBANG
Negara-negara berkembang relatif menghadapi permasalahan yang lebih kompleks dalam
proses penetapan standar yang efektif, misalnya permasalahan di bidang ekonomi, sosial, politik,
ataupun konstitusional. Walau demikian, tidak berarti di negara-negara berkembang tidak ada
perkembangan sistem dan prosedur akuntansi dasar dan penetapan standar. Bahkan yang terjadi
justru telah terjadi percepatan yang cukup signifikan, misalnya dengan meningkatnya jumlah
organisasi-organisasi profesional, buku-buku penetapan standar, asosiasi akuntansi akademik,
dan lain sebagainya.
Dalam proses penetapan standar di negara-negara berkembang, secara garis besar terdapat
empat pendekatan atau strategi yang digunakan, yaitu:
1. Pendekatan Evolusioner

Pendekatan evolusioner artinya pembuatan standar di suatu negara dimana negara tersebut
mengembangkan standar nya sendiri tanpa pengaruh ataupun gangguan dari luar. Negara
berkembang tersebut menentukan tujuan-tujuan dan kebutuhan-kebutuhan akuntansi nya sendiri
secara spesifik dan kemudian mengisinya dengan teknik-teknik, konsep-konsep, institusi, profesi,
dan pendidikan juga dalam keadaan terisolasi. Negara yang melakukan pendekatan ini merasa
memiliki konteks yang unik sehingga sebaiknya menyusun standar secara mandiri dan tidak
dipengaruhi oleh pihak luar.
Hambatan yang mungkin muncul dalam aplikasi pembuatan standar dengan menggunakan
pendekatan tersebut adalah keharusan mitra-mitra asing untuk menyesuaikan diri dengan standar
khusus yang dibuat secara mandiri oleh negara berkembang tersebut. Hal tersebut dapat didukung
adanya teknologi akuntansi yang memadai. Namun jika kondisi tersebut dianggap berat bukan
tidak mungkin perusahaan perusahaan lokal maupun perusahaan asing akan enggan untuk
beroperasi di negara tersebut.
2. Pendekatan Transfer Teknologi

Pengembangan melalui transfer teknologi akuntansi dapat dicapai melalui aktivitas Kantor
Akuntan Internasional, perusahaan-perusahaan multinasional, para akademisi yang berpraktik di

8
negara berkembang, atau melalui berbagai perjanjian internasional dan kesepakatan kerjasama
yang meminta dilakukannya pertukaran informasi dan teknologi.
Pendekatan tersebut terlihat relatif lebih mudah untuk dilakukan, namun negara berkembang
harus memperhatikan beberapa hal dalam implementasinya, antara lain masalah transfer
teknologi yang salah atau tidak dapat diterapkan, kurangnya infrastruktur dalam penerapan
teknologi, meningkatnya ketergantungan pada tenaga ahli dari luar, kurangnya insentif pada
pengembangan standar lokal, dan hilangnya harga diri yang untuk beberapa kelompok merupakan
hal yang sangat penting.
3. Penggunaan Standar Akuntansi Internasional

Penggunaan Standar Akuntansi Internasional, artinya negara-negara berkembang dapat


bergabung dengan International Accounting Standards Board (IASB) atau badan internasional
lainnya untuk kemudian menerapkan ketentuan-ketentuan mereka secara keseluruhan. Beberapa
motif pelaksanaan strategi tersebut, yaitu:
a. Memperkecil biaya persiapan dan pembuatan standar akuntansi.
b. Terlibat dalam harmonisasi internasional.
c. Memfasilitasi pertumbuhan investasi asing yang mungkin dibutuhkan.
d. Memungkinkan profesi untuk meniru standar profesional internasional.
e. Melegitimasi statusnya sebagai anggota dengan status penuh dari komunitas
internasional.

Penggunaan pendekatan Standar Akuntansi Internasional harus memperhatikan bahwa tidak


seluruh transaksi yang terjadi di negara-negara maju (yang merupakan pihak dominan dalam
komite standar internasional) relevan dengan transaksi dan kondisi di negara berkembang. Selain
itu, faktor institusional dan pasar yang berbeda juga menuntut pendekatan yang lebih situasional
terhadap penetapan standar.
4. Strategi Situasional

Strategi situasional adalah pengembangan standar akuntansi dengan didasarkan atas analisis dari
prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi di negara-negara maju terhadap latar belakang
lingkungan yang mendasarinya. Pada dasarnya, strategi ini meminta dilakukannya pertimbangan
pada faktor-faktor diagnostik yang menentukan perkembangan akuntansi di negara-negara
berkembang. Faktor-faktor yang memengaruhi antara lain linguistik kultural, politik dan hak-hak
sipil, ekonomi, dan karakteristik demografis, serta lingkungan hukum dan perpajakan dari negara
yang bersangkutan.
2.8 TEKNIK AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Persamaan akuntansi dalam pemerintahan adalah ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
DANA. Terdapat perbedaan dengan akuntansi komersial, dimana persamaan pada akuntansi
komersial yaitu ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS. Di perusahaan, selisih antara aset dan utang
adalah ekuitas yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang
sahamnya. Sedangkan pada organisasi pemerintahan, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya
kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan yang dapat diakui.
Teknik akuntansi pemerintahan seperti di atas, juga disebut sebagai teknik akuntansi dana.
Akuntansi dana memandang bahwa sumber daya atau kekayaan yang digambarkan dalam neraca
tidak ada kepemilikannya dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan, melainkan sebuah
kekayaan yang dibatasi (restricted) pada sebuah tujuan atau misi tertentu. Pemerintah Indonesia
adalah salah satu contoh yang menggunakan akuntansi dana dengan sistem dana tunggal.
BASIS AKUNTANSI DAN FOKUS PENGUKURAN

9
Basis akuntansi menentukan asumsi-asumsi yang dipakai dalam melakukan pencatatan dan
pelaporan. Basis akuntansi yang dipilih juga akan memengaruhi arsitektur standar akuntasi yang
dibangun, baik kerangka konseptual ataupun pernyataan-pernyataannya, terkait dengan kapan
sebuah transaksi diakui dan seberapa besar nilainya. Sedangkan fokus pengukuran menentukan
apa yang akan dilaporkan, seperti jenis aset dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi
dan dilaporkan dalam neraca. Dalam akuntansi pemerintahan, terdapat empat macam basis
akuntansi yang digunakan, antara lain:
1. Basis Kas

Selain melakukan pengakuan hanya berdasarkan kas masuk dan kas keluar, juag memiliki
fokus pengukuran hanya pada kas.
2. Basis Akrual

Mengakui transaksi pada saat terjadi dan mempunyai fokus pengukuran pada semua sumber
daya yang dimiliki. Neraca yang dibuat dengan basis akrual akan melaporkan semua kekayaan,
utang, dan ekuitas dana yang dimiliki, baik yang bersifat lancar maupun tidak lancar.
3. Basis Kas Modifikasi

Sebuah pendekatan yang mencoba menampilkan informasi yang dihasilkan basis kas,
sekaligus menyajikan informasi yang hanya bisa dimunculkan oleh basis akrual. Dengan basis
kas modifikasi, transaksi-transaksi dicatat berdasarkan kas yang diterima atau dibayarkan,
sehingga neraca yang dihasilkan akan seperti neraca berbasis kas.
4. Basis Akrual Modifikasi

Banyak diimplementasikan pada negara-negara yang menggunakan multidana dalam


akuntansi pemerintahannya. Basis akrual modifikasi pada dasarnya adalah basis akrual yang
mencatat transaksi sesuai dengan kejadiannya, tidak semata-mata pada saat kas diterima dan
dibayarkan. Namun, basis akrual modifikasi mempunyai fokus pengukuran hanya pada sumber
daya yang bersifat lancar.
2.9 AKUNTANSI ANGGARAN
Akuntansi anggaran (budgetary accounting) mengacu pada praktik yang dilakukan oleh
banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun
operasinya menggunakan format yang sama dengan anggarannya. Tujuannya untuk menekankan
peranan anggaran dalam siklus perencanaan-pengendalian-pertanggungjawaban. Ide di balik
akuntansi anggaran adalah untuk kemudahan. Kesulitan yang muncul karena organisasi yang
berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda pula. Hal tersebut dikarenakan
adanya fakta bahwa perbedaan intrinsik antara jasa yang diberikan dalam organisasi yang berbeda
telah tercermin dalam anggaran mereka.
Ada masalah signifikan bahwa organisasi yang jenisnya sama dan memberikan jasa yang
sama mungkin memiliki perlakuan yang berbeda walaupun telah mengadopsi akuntansi anggaran.
Hal tersebut dikarenakan adanya level agregasi dan perbandingan antara anggaran dan aktual
yang terjadi. Kelemahan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering atau seberapa
intensif laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan aktual dan menjelaskan
perbedaannya. Perbedaan yang signifikan dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan yang
jumlahnya melebihi persentase atas anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya namun tidak
dapat dijelaskan oleh perubahan tingkat harga umum.
2.10 AKUNTANSI KOMITMEN

10
Akuntansi komitmen (commitment accounting) mengakui transaksi ketika organisasi telah
memiliki komitmen untuk melaksanakan transaksi tersebut. Artinya transaksi tidak diakui ketika
ada penerimaan atau pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur diterima atau dikirimkan,
namun pada saat pesanan dibuat atau diterima. Fungsi utama akuntansi komitmen adalah dalam
kontrol anggaran, dimana agar manajer dapat mengendalikan anggaran, maka perlu mengetahui
seberapa besar anggaran yang telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan pesanan yang
dibuat.
Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Ada 3 tujuan pokok :
a. Pertanggungjawaban, informasikeuangan yang bergunabagi penanggung jawab
pemerintahan.
b. Manajerial, informasikeuangan berguna untuk perumusan kebijaksanaan,
pengambil keputusan danpenilaiankinerja pemerintah.
c. Pengawasan, Akuntansi pemerintahan
memungkinkanterselenggaranyapemeriksaan oleh aparat fungsionalsecara
efektifdan efisien.
2.11 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan PP No.71 Tahun 2010 komponen-komponen laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatas atas Laporan Keuangan
a. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai
anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para
pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-
sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran karena menyediakan informasi-informasi sebagai berikut:
1. Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
2. Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna
dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran.
Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran,
akuntansi pendapatan-LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit,
akuntansi pembiayaan dan akuntansi sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada basis kas

11
b. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan
saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA)
tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan
Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo
anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus
menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.

c. NERACA
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas akuntansi mengenai aset, kewajiban, dan modal pada tanggal
tertentu. Dalam neraca, setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar
dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang.
Apabila suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam
menjalankan kegiatan pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset
lancar dan nonlancar dalam neraca maka akan memberikan informasi mengenai
aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya (aset lancar)
dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka panjang (aset nonlancar).
Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan
bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
Sedangkan informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban
seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Pos-pos yang disajikan dalam
neraca adalah sebagai berikut :

a. kas dan setara kas;


b. investasi jangka pendek;
c. piutang pajak dan bukan pajak;
d. persediaan;
e. investasi jangka panjang;
f. aset tetap;
g. kewajiban jangka pendek;
h. kewajiban jangka panjang;
i. ekuitas.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif (dipersandingkan) dengan
periode sebelumnya. Selain pos-pos tersebut, entitas dapat menyajikan pos-pos lain

12
dalam neraca, sepanjang penyajian tersebut untuk menyajikan secara wajar posisi
keuangan suatu entitas dan tidak bertentangan dengan SAP.
Dalam neraca kadang-kadang memiliki dasar pengukuran yang berbeda,
tergantung dari sifat dan fungsinya masing-masing. Sebagai contoh, sekelompok
aset tetap tertentu dapat dicatat atas dasar biaya perolehan, sedangkan kelompok
lainnya dapat dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan. Secara garis tentang
jenis-jenis aset, kewajiban dan ekuitas serta pengakuan dan pengukurannya pada
neraca dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Aset
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya. Dalam neraca aset terbagi atas 2, yaitu:
A. Aset Lancar
Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
 Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
 berupa kas dan setara kas.
B. Aset Non-lancar
Aset non-lancar merupakan aset pemerintah yang penggunaannya
diharapkan melebihi satu periode pelaporan (1 tahun), terdiri dari aset
yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, serta aset yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah
maupun yang digunakan oleh masyarakat umum.
2. Kewajiban
Kewajiban pemerintah merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban pemerintah terbagi 2 jenis, yaitu:
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang
sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang
transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian
yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar
dalam waktu diatas 12 (dua belas) bulan. Suatu entitas pelaporan tetap
mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban
tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan jika:

13
– Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
– Kewajiban tersebut bermaksud didanai kembali (refinancing) sebagai
kewajiban jangka panjang oleh pemberi pinjaman dan didukung
dengan adanya suatu perjanjian atau penjadualan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Pengakuan Kewajiban dilakukan pada saat dana pinjaman diterima atau pada
saat kewajiban timbul, dengan nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan
andal. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal dalam rupiah, sementara
kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
Berkaitan dengan jenis-jenis aset, kewajiban dan ekuitas diatas, suatu entitas
dapat menentukan subklasifikasi pos-pos yang disajikan dalam neraca.
Pengklasifikasian dilakukan dengan cara yang sesuai dengan operasi entitas
yang bersangkutan.

d. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan. Berkaitan dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan
Operasional menyediakan informasi sebagai berikut:
1. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
2. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;
3. Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;
4. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan
ekuitas (bila surplus operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.

14
e. LAPORAN ARUS KAS
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk
setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan
keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan
arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau
kuasa bendaharawan umum negara/daerah.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
Laporan Perubahan Aset/Ekuitas Bersih
Perubahan ekuitas antara 2 tanggal menggambarkan kenaikan atau penurunan terhadap
kekayaan entitas. Seluruh unsure yang mengakibatkan perubahan ekuitas harus disajikan dalam
laporan keuangan ini. menurut IPSAS, laporan perubahan ekuitas harus menyajikan hal-hal sbb:
a. syrplus/defisit periode tersebut
b. pendapatan/belanja yang menrut standar harus dilaporkan secara langsung
c. efek kumulasi atas perubahan akuntansi
Catatan Atas Laporan Keuangan
agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas tidak hanya untuk pembaca
tertentu, ataupun manajemen entitas pelaporan. CALK harus disajikan secara sistematis dan
penjelasan yang rinci.
Menurut IPSAS, CALK harus:
1. Menyajikan informasi mengenai dasar pembuatan laporan keuangan & kebijakan
akuntansi yang dianut.
2. Menyajikan informasi yang diwajibkan oleh standar dimana informasi tersebut tidak
dapat disajikan dalam laporan keuangan.
3. Menyajikan informasi tambahan yang tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan
tetapi dibutuhkan untuk memperjelas laporan keuangan.
Komponen laporan keuangan
1. laporan realisasi anggaran
2, laporan perubahan saldo anggaran lebih
3. neraca
4. laporan arus kas
5. laporan operasional
6. laporan perubahan ekuitas
7. catatan atas laporan keuangan

15
2.12 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
1. Proses penyusnan laporan keuangan pemerintah pusat
- Menteri selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan kementerian
negara/lembaga sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBN pada yang
bersangkutan
- Menteri keuangan selaku bendahara menyusun laporan keuangan BUN sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan
- Laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan kepada presiden
- Pimpinan lembaga memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian
- Menteri keuangan atas nama pemerintah memberikan tanggapan berdasar pemeriksaan
BPK
- Menyusun rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban setelah diaudit
2. proses penyusunan laporan keuangan pemerintahan daerah
- Kepala satuan kerja selaku pengguna menyusun catatan atas laporan keuangan sebagai
pertanggung jawaban
- pejabat pengelola selaku bendahara umum menyusun laporan keuangan terdiri atas
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan arus kas, CALK sebagai pertanggung
jawaban
- pengelola keuangan daerah menyusun laporan keuangan SKPD dan BUD
- laporan keuangan pemerintah daerah harus disampaikan selambat-lambatnya 3 bulan
setelah tahun anggaran berakhir
- gubernur, bupati memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian
- pengelola keuangan menyusun rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan yang sudah diaudit
3. Laporan Kinerja
- Laporan kinerja berisi tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang
dicapai dari masing-masing program.
- pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran menyusun laporan kinerja dan
menyampaikannya
- kepala satuan kerja selaku pengguna menyusun dan menyampaikannya kepada
gubernur
- Kepala satuan kinerja menyampaikan kepada gubernur paling lama 2 bulan setelah
tahun anggaran berakhir
- Laporan kinerja dihasilkan dari sistem akuntabilitas yang diselenggarakan masing
masing entitas

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Praktik akuntansi harus dilaksanakan mengacu pada PABU. Standar akuntansi


merupakan kesepakatan nasional yang harus diikuti karena memuat prinsip yang berlaku
umum. SAP merupakan acuan praktik akuntansi bagi pemerintah di Indonesia, baik
permerintah pusat maupun pemda. SAP ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005, mempunyai kerangka konseptual dan beberapa pernyataan yang seluruhnya
harus dipahami secara komprehensif.
Laporan keuangan sektor publik yang diatur oleh IPSAS memiliki lima tujuan, yaitu
menyediakan informasi-informasi mengenai sumber keuangan, pembiayaan entitas, evaluasi
performance entitas. Tujuan Laporan keuangan Pemerintah diatur dalam PP 24 Tahun 2005.

17
Terdapat berbagai unsur laporan keuangan, baik laporan keuangan sektor komersil
maupun laporan keuangan sektor publik. Menurut PP 24 Tahun 2005, laporan keuangan
pemerintah memuat unsur-unsur sebagai berikut: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan,
belanja, pemiayaan dan laporan arus kas.
Laporan keuangan sektor publik menurut IPSAS terdiri atas: neraca, laporan kinerja
keuangan, laporan perubahan aset, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan pemerintah menurut PP 24 Tahun 2005 terdiri atas: neraca, laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Tanjung, Abdul Hafiz. 2014. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual: Pendekatan
Teknis Sesuai PP No. 71/2010. Bandung: Alfabeta.

https://www.academia.edu/8222392/KERANGKA_KONSEPTUAL_DAN_PELAPORAN_KE
UANGAN_Oct_11, diakses pada 3 Maret 2015, pukul 21.58.

http://ima-feuh.com/2013/09/kerangka-konseptual-pelaporan-keuangan/, diakses pada 3 Maret


2015, pukul 22.00.

http://memebali.blogspot.com/2013/07/kerangka-konseptual-dan-pelaporan.html, diakses pada 3


Maret 2015, pukul 22.01.

19

Das könnte Ihnen auch gefallen