Sie sind auf Seite 1von 10

Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk.

17

Peraturan Zonasi: Peran Dalam Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan


Kembali di Kawasan Rawan Bencana
Kasus: Arkadelphia City, Arkansas USA

Korlena¹), Achmad Djunaedi²), Leksono Probosubanu³) dan Nurhasan Ismail)


1)
Mahasiswa Program Doktor Arsitektur & Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2,3)
Jurusan Arsitektur & Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
4)
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Abstract

Earthquake, tsunami and volcanic eruption are some of the various disasters that frequently
hit in Indonesia. These disasters impact damage from small to large. These disasters also have a
major impact on the balance of community lifes who are victims. Various efforts of reconstruction,
rehabilitation and reconstruction are undertaken by governments, communities and various
stakeholders. To succeed as expected, these efforts should be based an a spatial plan which is
suitable and comprehensive. The spatial planning in disaster prone areas is indispensable in
dealing with disasters before, during and after a disaster. Formulation and implementation of
spatial plans are turned to face many problems such as limited and the loss of data due to
disasters, as well as social and cultural conditions in disaster prone areas. To streamline the
implementation of spatial plans and land use control need zoning regulation as a land use control
instrument. Therefore, it is necessary to study the role of zoning regulation in the utilization of
space and rebuilding in disaster areas prone.
This study used a descriptive approach with literature sources. The results show that: (1)
The Making of spatial plan on the basis of disaster mitigation in disaster prone areas is
indispensable in dealing with disasters, before, during and after a disaster and should be
complemented with zoning regulations, (2) The making of spatial plan and zoning regulations in
the region after the disaster requires a special approach by modifying the normal procedure, and
(3) zoning regulation as a land use control instrument control instrument guides the
implementation of various activities related to disaster mitigation and need to be adjusted to the
social, economic, cultural and characteristics of each disaster prone areas.
Keywords : spatial plan, zoning regulation, disaster prone areas, disaster mitigation.

1. Pendahuluan Dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah


kabupaten/kota, pemerintah daerah mempunyai
Bencana alam seperti gempa, tsunami dan
wewenang yang meliputi: a) perencanaan tata
letusan gunung berapi adalah beberapa dari
ruang wilayah kabupaten/kota; b) pemanfaatan
berbagai bencana yang sering melanda wilayah
ruang wilayah kabupaten/kota; dan c) pengendali-
negara kita. Bencana ini memberi dampak keru-
an pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
sakan dari kecil hingga besar. Bencana ini juga
Berdasarkan UU No.2612007, pengendalian
berdampak besar pada kcscimbangan kehidupan
pemanfaatan mang di Indonesia dilakukan melalui
masyarakat yang menjadi korban. Berbagai upaya
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
pembangunan kembali, rehabilitasi dan rekons-
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi (UU
truksi dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
No.26/2007 Pasal 35. Peraturan zonasi
berbagai pihak. Agar berhasil seperti yang diha-
hakikatnya mempakan instrumen pengendalian
rapkan, upaya-upaya ini sebaiknya berdasarkan
pemanfaatan lahan dan peraturan zonasi itu sendiri
suatu rencana tata ruang yang baik dan
komprehensif.

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 18

disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk gejala-gejala bencana kebumian dan juga
setiap zona pemanfaatan ruang dan disusun se- mempengaruhi bencana keautan dan bencana
bagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. atmosferik, seperti konfigurasi benua dan samudra
Peraturan zonasi merupakan pengcndalian peman- (Fowler, 1990 dalam Zen, 2909). Hal ini
faatan ruang yang masih baru dikenal di Indonesia menjelaskan mengapa di Indonesia banyak sekali
dan saat ini belum banyak kota dan kabupaten terjadi bencana kebumian seperti gempa bumi,
yang telah menyusun dan menerapkamya. tsunami, peletusen volkanik, serta tanah longsor
Penyusunan rencana tata ruang pada kawasan (Climate Change, 1995 dalam Zen 2009).
rawan bencana sangat diperlukan dalam mengha-
dapi bencana baik sebelum, saat tejadi dan sesudah Kebencanaan
tejadi bencana. Penyusunan dan pelaksanaan
rencana tata ruang ini ternyata menghadapi banyak Bencana alam (natural disaster) seringkali
persoalan seperti terbatasya dan hilangnya data dianggap sama dengan bahaya alam (natural
akibat bencana, serta kondisi sosial budaya hazard). Bahaya alam merupakan suatu kondisi
masyarakat di kawasan rawan bencana Untuk atau peristiwa alam yang tidak normal seperti
mengefektifkan pelaksanaan rencana tata ruang banjir, gempa bumi, letusan gunung api dan
dan pengendalian pemanfaatan ruang, perlu lainlain. Sebagai bagian dari ligkungan, bahaya
dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai alam dapat tejadi dimana saja, namun tidak selalu
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh menimbulkan bencana alam (Awotona, 1997 dalam
karena itu perlu dilakukan kajian peran peraturan Rosyidie, 2004).
zonasi dalam pemanfaatan ruang dan Zen (2009) berpendapat bencana alam adalah
pembangunan kembali di kawasan rawan bencana. gejala ekstrim alam dimana masyarakat tidak siap
Pada bagian awal artikel ini akan mendeskrip- menghadapinya. Zen menambahkan, ada dua hal
sikan aspek kebencanaan yang sering terjadi dan yang berinteraksi, yaitu gejala alam dan
peraturan zonasi serta metodologi. Pada bagian masyarakat atau sekumpulan manusia (yang
berikutnya akan dijelaskan mengenai penataan berinteraksi dengan gejala alam tersebut). Jika di
ruang dan peraturan zonasi dalam pemanfaatan tengah Samudra Pasifik yang tidak berpenghuni
ruang dan pembangum kembali kawasan rawan ada letusan vulkanik yang besar, maka ini bukan
bencana secara normatif dan juga ditampilkan bencana tetapi hanya gejala alam saja. Hal ini baru
contoh kasus pembangunan pasca bencana tornado menjadi bencana jika ada interaksi dengan manusia
di Arkadelphia City, Arkansas USA. Selanjutnya Pada dasarnya gempa bumi itu hanyalah salah satu
pada bagian akhir disampaikan kesimpulan. dari gejala alam yang tidak jahat. Namun, jika
gempa bumi terjadi di dekat pemukiman manusia,
dan manusia tidak siap, maka terjadilah suatu
2. Fundamental
tragedi yaitu tragedi manusia sebagai akibat dari
gempa bumi tersebut. Bencana alam, menurut
Indonesia terletak pada titik temu 4 lempeng
Awatona (dalam Rosyidie, 2004), merupakan suatu
utama bumi, yakni: 1) Lempeng Pasifik, 2)
peristiwa yang ditimbulkan oleh bahaya alam
Lempeng Eurasia; 3) Lempeng Samudra Hindia-
dan/atau perilalru manusia sehingga menyebabkan
Australia; dan 4) Lempeng Philipina. Bencana
jatuhnya korban, kecelakaan den kematian pada
alam, khususnya bencana alam kebumian di
manusia, kerugian harta benda, kerusakan sarana
Indonesia, sangat erat kaitannya dengan posisi
dan prasarana lingkungan hidup, kemerosotan
tektonik Indonesia tersebut.
kualitas sumber daya alam serta berubahnya
Konsep Tektonik kmpeng menekankan bahwa
ekosistem secara drastis.
semua lempeng dunia selalu saling bergerak satu
Selain bencana alam, ada juga bencana yang
sama lainnya. Namun demikian hanya di aktivitas
muncul karena buatan manusia. Bencana buatan
geodinamik yang menyebabkan konfigurasi bumi
manusia adalah bencana yang berasal benar-benar
sebagaimana terlihat sekarang dan menjelaskan
dari kegiatan manusia itu sendiri yang dikarenakan

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 19

kesalahan (error), kelalaian (negligence), atau abad ke-20 sebagai respon atas industrialisasai dan
memang berasal dari suatu niat tertentu seperti meningkatnya pengaduan masyarakat yang
terorisnie dengan maksud menyebarluaskan mengalami gangguan privasi. Gangguan ini
ketakutan diantara penduduk. Bencana buatan merupakan dampak buruk dari urbanisasi dan per-
manusia yang dikarenakan kesalahan atau kelalaian tumbuhan populasi penduduk sehingga pemerintah
antara lain: (1) meletusnya reaktor nuklir harus segera bertindak mencari cara penyelesaian.
pembangkit listrik seperti di Chernobyl; (2)
kebocoran pada pabrik petrokimia seperti di Bopal 3. Metodologi
(India); dan (3) ambruk atau jebolnya bendungan
serbaguna seperti Situ Gintung pada tanggal 8 Studi mengenai peran peraturan zonasi dalam
April 2009 (Zen, 2009). pemanfaatan ruang dan pembangunan kembali di
Pada beberapa kasus, sulit untuk memisahkan kawasan rawan bencana dilakukan melalui
atau membedakan antara bencana alam yang pendekatan deskriptif dengan kajian literatur.
disebabkan oleh alam dengan yang disebabkan Kajian literatur bersumber dari berbagai sumber
oleh kegiatan manusia. Perbedaan antara keduanya pustaka berupa buku, makalah dan jurnal.
seringkali kabur karena saling berinteraksi
(Rosyidie, 2004). Bencana terjadi jika ancaman 4. Hasil dan Pembahasan
(hazard) bertemu kerentanan (vulnerability).
Penataan Ruang dan Peraturan Zonasi dalam
Kerentanan suatu wilayah dibentuk oleh kondisi
Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan
fisik/lingkungan, sosial, ekonomi, politik,
Kembali Kawasan Rawan Bencana
kelembagaan dan sistem serta praktek-praktek yang
tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan di Bentuk geografis dan geologis Indonesia yang
wilayah tersebut yang biasanya dihasilkan oleh merupakan jalur bencana dan bentuk negara
kegiatan manusia (Awotona dalam Rosyidie, 2004). maritim, kadang belum terperhatikan dengan baik
dalam proses penataan ruang karena keterbatasan
Peraturan Zonasi pengetahuan kita terhadap negara kita sendiri . Aspek
komprehensiveness dalam proses penataan ruang
Peraturan zonasi telah diakuai sebagai salah kadang masih dihadapkan pada keterbatasan data.
satu instrumen untuk mengatur penggunaan lahan, Data kebencanaan disamping data yang lain
ridak hanya di Amerika Serikat tetapi juga banyak masih merupakan ha1 yang sangat “mewah” dalam
negara lainnya (Gallion dan Eisntr, 1994 dan Lang proses penataan ruang. Besarnya angka korban
1994). Pada beberapa negara peraturan zonasi dalam kejadian bencana, kadang masih belum
(zoning regulation) dikenal juga dengan istilah diimbangi oleh tersedianya data kebencanaan
land development code, zoning code, zoning tersebut untuk kepentingan penataan ruang. Demi-
ordinance, zoning resolution, zoning bylow, urban kian pentingnya masalah ini sehingga di dalam
code, panning act, dan lain-lain. pertimbangan dasar Undang Undang tentang
Zonasi sendiri menurut Babcock (1979: 416) Penataan Ruang (UU No.26 Tahun 2007) secara
didefinisikan sebagai: “Zoning is the division of a eksplisit ditekankan bahwa: secara geografis
municipality into distrcts for the purpose of Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada
reguating the use of private land”. Pembagian kawasan rawan bencana sehingga diperlukan
wilayah menjadi beberapa kawasan dengan aturan- penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana
aturan hukum yang diktapkan lewat peraturan sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan
zonasi, pada prinsipnya bertujuan memisahkan kenyamanan kehidupan dan penghidupan (Roos
pembangunan kawasan industri dan komersial dari Akbar, 2009).
kawasan perumahan.Konsep zonasi mulai Kawasan rawan bencana memiliki kerentanan
dikembangkan di Jerman pada akhir abad ke- 19 terhadap berbagai jenis bencana alam. Menurut
(Leung, 1989 : 158) dan menyebar ke negara lain Zen (2009) beberapa bencana yang sering terjadi
seperti Amerika Serikat dan Canada pada awal di Indonesia sebagai berikut (Gambar 1) :

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 20

1. Bencana kebumian yang meliputi: gempa bumi; dimaksudkan untuk memperkecil kerentanan dan
tsunami; letusan vulkanik dan gejala-gejala meningkatkan ketahanan kawasan rawan bencana,
sekunder seperti lahar dan sebagainya; tanah kerusakan, kerugian dan korban dapat diperkecil.
longsor; gerakan tanah yang relatif lebih lambat Dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompok-
dari proses tejadinya tanah longsor, tetapi dalam kan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non
skala jauh lebih besar. struktural. Mitigasi struktural berhubungan dengan
2. Bencana Kelautan seperti gelombang pasang usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, se-
(rob), gelombang pasang disertai tiupan angin mentara mitigasi non struktural antara lain
dan hujan (storm surges), kenaikan muka laut meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan
(akibat pemanasan global, dan sebagainya), dengan kerentanan wilayahnya dan memberlaku-
badai di laut atau di wilayah pantai (di sini kan peraturan (low enforcement) pembangunan.
terjadi percampuran antara masalah kelautan Dalam kaitan Itu pula, kebijakan nasional harus
dan masalah atmosferik, karena memang kaitan lebih memberikan keleluasan secara substansial
antara gejala atmosferik dan gejala kelautan itu kepada daerah-daerah untuk mengembangkan
sangat erat). sistem mitigasi bencana yang dianggap paling
3. Bencana Atmosferik, yaitu perubahan di tepat dan paling efektif-efisien untuk daerahnya
atmosfer yang berjalan sangat cepat dan dalam (http:/www.bnpb.go.id).
beberapa jam atau hari berubah menjadi badai Berkaitan dengan tata ruang, perencanaan tata
besar, puting-beliung (tornado), agin ribut, dan ruang dan program mitigasi bencana harus
banjir, yaitu meluapnya air sungai melebihi memperhatikan berbagai bahaya alam (Rosyidie,
kapasitas bumi menyerapnya atau volume air 2004). Sementara itu, kehidupan dan penghidupan
melampaui tanggul-tanggul yang dibangun di manusia pada hakekatnya berada dalam ruang pada
sisi sungai. permukaan bumi ini. Ruang dapat diartikan
4. Bencana buatan manusia atau bencana industri sebagai suatu wadah secara keseluruhan yang
(kebakaran dan ledakan di pabrik petro-kimia; meliputi ruang permukaan bumi yang terdiri dari
truk besar mengangkut bahan kimia terguling, daratan, lautan dan ruang di atas permukaan yaitu
terbakar dan meledak; jebolnya bendungan; ruang udara. Unsur-unsur ini dalam ruang
letusan reaktor nuklir pembangkit listrik; merupakan suatu kesatuan wilayah di mana terjadi
bocornya pabrik kimia dan sebagainya. suata interaksi sistem sosial yang mencakup
manusia dengan berbagai kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budayanya dengan sumber daya alam
dan binaan. Pada ruang inilah manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Untuk dapat
menempatkan kehidupan dan penghidupan
manusia maka ruang akan memerlukan penataan
agar sesuai dengan pelaksanaan kiprah kehidupan
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan inilah maka
suatu usaha penataan ruang akan merupakan ha1
yang sangat esensial untuk dapat mewadahi kiprah
kehidupan dan penghidupan tersebut (Djoko
Sujarto, 2009).
Lebih lanjut Sujarto mengatakan dalam wujud
tata ruang terdapat suatu tatanan sistemik yang
terdiri dari tiga unsur pokok yaitu ruang atau
lingkungan yang menjadi wadah di mana berbagai
Bahaya dan bencana alam seringkali datang unsur kehidupan dengan kegiatannya berlangsung
dan tidak dapat dihindari maka perlu dilakukan dengan berbasis kepada keterbatasan baik alami
upaya mitigasi bencana Upaya mitigasi bencana

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 21

maupun non alami; agihan aktivitas fungsional upaya pencegahan yaitu mengatur pemanfaatan
yang menunjang kegiatan usaha dan kegiatan lahan, penetapan koefisien dasar bangunan (KDB),
manusia serta kemudahan berinteraksi antara pengaturan tinggi bangunan, perapatan vegetasi
kegiatan yang satu dengan yang lainnya secara penutup dan sebagainya. Upaya-upaya ini dapat
internal maupun eksternal. Sementara itu sifat mempengaruhi perilaku bencana tertentu seperti
ruang bumi ini secara alami memiliki kelayakan banjir dan longsor serta dapat meningkatkan keta-
untuk kehidupan tetapi juga memiliki daya hanan kawasan sehingga dapat memperkecil
perusakan yang dapat mengancam manusia di dampak bencana. Sedangkan untuk bencana seperti
dalam menempatkan kiprah kehidupan dan gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api yang
penghidupan tersebut. Bahkan bagian bumi tidak bisa dicegah terjadinya atau diperkecil
Indonesia ini hal tersebut juga semakin menjadi kekuatannya maka upaya yang dapat dilakukan
pertimbangan dasar di dalam pengembangan adaah mitigasi bencana. Mitigasi dilakukan untuk
pemanfaatan ruang untuk kehidupan dan mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang
penghidupan karena sifat tersebut. Atas dasar berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan
kenyataan ini maka penataan ruang dalam mitigasi mitigasi dapat dilakukan melalui : (1) pelaksanaan
bencana alam dan non alam akan memerlukan penataan ruang; (2) pengaturan pembangunan,
pertimbangan berbagai batasan, kaidah pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan (3)
pengembangan ruang dengan mendasarkan kepada penyenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
penetapan wilayah limit dan wilayah kendala pelatihan baik secara konvensional maupun
sebagai dasar untuk menetapkan wilayah layak modern (UU No. 24/2007). Selanjutnya pelaksana-
untuk menempatkan kiprah kehidupan dan an penataan ruang agar dapat sesuai dengan
penghidupan. perencanaan tata ruang yang dibuat, memerlukan
Hal pertama yang dilakukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang, salah satunya
penyusunan rencana tata ruang adalah dengan menggunakan peraturan zonasi.
mengidentifikasi karakteristik dan sejarah
kebencanaan yang pernah dan mungkin terjadi,
faktor mempengaruhi wilayah, pengaruh bencana,
dampak dan upaya yang pernah dilakukan
(Rosyidie, 2004). Selanjutnya perlu melakukan
identifikasi kerentanan kawasan terhadap bencana
antara lain karakteristik kependudukan, bangunan,
flora dan fauna, prasarana dan komponen strategis.
Hal yang diperhatikan untuk aspek kependudukan
antara lain kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, usia dan sebagainya. Sedangkan
identifikasi aspek fisik meiputi karakteristik
bangunan yang mempengaruhi kerentanan
kawasan berupa kepadatan dan kualitas bangunan
(struktur, material yang digunakan, pemeliharaan
dan sebagainya) (Awatona dalam Rosyidie, 2004). Peraturan zonasi hakikatnya merupakan
Berdasarkan siklus pengelolaan bencana instrumen pengendalian pemanfaatan lahan
(Gambar 2) terdapat berbagai upaya yang dapat sehingga bahasan ini akan meihat kedudukan
dilakukan pada tahap pra-bencana yaitu peraturan zonasi dalam perencanaan kota. Pelak-
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya sanaan penataan ruang meiputi tiga tahapan, yaitu :
pencegahan merupakan upaya untuk mencegah 1) perencanaan tata ruang; 2) pemanfaatan ruang;
atau memperkecil kemungkinan terjadinya dan 3) pengendalian pemanfaatan ruang. Pelaksa-
bencana dan bertujuan untuk mempengaruhi naan pemanfaatan lahan agar sesuai dengan peren-
periaku sumber bencana (Rosyidie, 2004). Upaya canaan lahan yang telah dibuat, memerlukan aturan
dalam penataan ruang dapat dilakukan sebagai yang mengendalikan pemanfaatan lahan (land-use

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 22

control). Salah satu instrumen pengendalian Untuk penanggulangan bencana dalam situasi
pemanfaatan lahan adalah peraturan zonasi tidak terjadi bencana (UU No.24/2007 Pasal 34),
(zoning regulation). Peraturan zonasi itu sendiri penyelenggaraannya meliputi : (a) perencanaan
disusun bendasarkan rencana rinci tata ruang penanggulangan bencana; (b) pengurangan risiko
untuk setiap zona pemanfaatan ruang kota dan bencana; (c) pencegahan; (d) pemaduan dalam
disusun sebagai pedoman pengendalian perencanaan pembangunan; (e) persyaratan analisis
pemanfaatan ruang. resiko bencana; (f) pelaksanaan dan penegakan ren-
Peraturan zonasi merupakan perangkat bagi cana tata ruang; (g) pendidikan dan pelatihan; dan
pemerintah selaku pemegang kewenangan (police (h) persyaratan standar teknis penanggulangan.
power) untuk melindungi kesehatan, keamanan, Bekaitan dengan point f, rencana tata ruang
dan kesejahteraan publik (Gallion dan Eisner, dapat disusun dengan menempuh prosedur normal
1994) Pandangan serupa dikemukakan Lai dan atau umum. Namun untuk penyusunan rencana tata
Schultz (daIam Lang, 1994), peraturan zonasi ruang di kawasan yang sudah mengalami bencana
merupakan salah satu peraturan yang mengatur tidak dapat dilakukan dengan prosedur normal,
pertumbuhan dan perkembangan kota terkait perlu penyesuaian dengan mempertimbangkan
dengan kepentingan publik. Peraturan zonasi dampak dan respon maupun pilihan masyarakat
fokus pada penyehatan lingkungan, pengaturan serta persoalan rehabilitasi dan rekonstruksi yang
distribusi peruntukan lahan dan menciptakan pola akan dilaksanakan (Zulkaidi dan Natalivan, 2005).
sirkulasi yang efisien (Lang, 1994).

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 23

Dalam kondisi seperti ini, sulit untuk me Penegakan rencana tata ruang karena ada bagian
libatkan peran serta masyarakat walaupun ha1 ini kawasan yang terkena bencana alam akan
bagian penting untuk mengatasi permasalahan memerlukan pembangunan kembali. Berkaitan
yang ada. Zukaidi dan Natalivan berpendapat dengan penerapan perturan zonasi di kawasan
waktu yang singkat dan mendesak serta kondisi bencana, peraturan zonasi memiliki beberapa
psikis korban bencana menjadi kendala fungsi yaitu (Zukaidi dan Natalivan, 2005):
pelaksanaan partisipasi masyarakat yang
membutuhkan waktu lama dan rasional tidak 1. Sebagai perangkat pengendalian pembangunan
emosional. Pemetaan kondisi masyarakat korban pada wilayah rawan bencana. Peraturan zonasi
bencana. Preferensi terhadap kehidupan yang lengkap akan memuat prosedur
kemungkinan pilihan masyarakat, menjadi hal peaksanaan pembangunan sampai ke tata cara
yang sangat penting untuk menentukan langkah- pengawasannya. Ketentuan-ketentuan yang ada
langkah dan proses penyusunan rencana. karena dikemas menurut penyusunan
Singkatnya waktu dan kebutuhan mendesak akan perundangan yang baku dapat menjadi landasan
perlunya penyusunan penerapan rencana tata ruang dalam penegakan hukum bila terjadi
dan peraturan zonasi dapat disusun dalam waktu pelanggaran.
bersamaan. Dengan memodifikasi skema yang 2. Sebagai pedoman penyusunan rencana opera-
dibuat oeh Zukaidi dan Natalivan (2005). sional. Ketentuan/perturan zonasi menjadi dasar
pendekatan penyusunan rencana tata ruang dan dalam penyusunan rencana tata ruang yang
peraturan zonasi dan rekonstruksi pasca bencana operasional, karena memuat ketentuan tentang
dapat dilihat pada gambar 4. penjabaran rencana yang bersifat sub makro
Untuk keperluan pembangunan kembai pada sampai pada rencana yang rinci sehingga dapat
kawasan pasca bencana, peraturan zonasi menjadi menjadi panduan teknis pemanfaatan lahan/
perangkat yang penting dalam peaksanaan dan ruang.

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 24

Peraturan zonasi terdiri dari dua bagian (Levy, Dengan berfungsi sebagai perangkat pengen-
1997), yaitu : dalian pembangunan pada wilayah rawan bencana
1. Teks peraturan zonasi untuk tiap zona, yang dan sebagai pedoman penyusunnn rencana opera-
umumnya meliputi: sional, penyusunan dan penerapan peraturan zonasi
a. Persyaratan lay-out tapak (mencakup antara hendaknya dilakukan dengan memperhatikan
lain: luas persil minimal, lebar dan panjang kondisi sosial, ekonomi budaya dan karakteristik
persil minimal, minimal sempadan (depan, setiap wilayah rawan bencana. Setiap wilayah dan
samping, belakang), building coverage atau kawasan rawan bencana memiliki perbedaan-
maksimum % tapak yang tertutup bangunan, perbedaan yang tidak bisa diabaikan karena
jalan masuk ke persil, syarat perparkiran, dan keberhasilan penyusunan dan penerapan peraturan
aturan ukuran dan penempatan papan nama. zonasi akan terwujud bila memperhatikan kondisi
b. Persyaratan -karakteristik bangunan, menca- di masing-masing wilayah rawan bencana.
kup antara lain tinggi maksimum, jumlah
lantai maksimum, floor area ratio (FAR) atau Kasus Pembangunan Pasca Bencana Tornado di
jumlah luas lantai berbanding dengan luas Arkadelphia City, Arkansas
persil. Kota Arkadelphia yang terletak di Arkansas
c. Guna bangunan yang diizinkan. USA rusak oleh badai tornado pada tanggal 1 Maret
d. Prosedur perizinan (pengajuan, penilaian dan 1997. 153 unit rumah hancur dan 86 rumah rusak
keputusan naik banding dan sebagainya). berat di Southwestern Residential Distric, dan 45
2. Peta zonasi. Pembagian wilayah kota atau daerah bangunan komersial serta 16 bangunan public di
menjadi beberapa kawasan atau zona perun- Downtown Business District juga rusak akibat
tukan dapat terlihat jelas dalam peta zonasi. tornado ini (Schwab, 1998).
Segera setelah tornado tersebut reda, Federal
Peraturan zonasi juga mencakup substansi penang-
Emergency Management Agency (FEMA) yang
gulangan dampak yaitu:
berpusat di Texas mengambil langkah penting
a. Penanggulangan pencemaran lingkungan.
pasca bencana dengan menugaskan Woodward-
b. Development impact fees sebagai alat untuk me-
Clyde yaitu suatu perusahaan kontraktor di bidang
ningkatkan kualitas dan kuantitas lingkungan
mitigasi pasca bencana yang berkantor di
fisik (sarana dan prasarana mum), mengendalik-
Gaithersburg Maryland, untuk melaksanakan
an pembangunan dan untuk mengatasi konflik
proyek perencanaan pembangunan kembali daerah
politik.
yang rusak terkena tornado dan juga memfasilitasi
c. Traffic impact assessment yang menganalisis
proses pengumpulan pendapat masyarakat untuk
dampak lalu intas akibat pengembangan atau
dilibatkan dalam perencanaan ini. Nantinya proyek
kegiatan baru.
ini akan menghasilkan proposal perubahan zonasi

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 25

untuk diterapkan dalam pembangunan kembali zone dan central dan central business district
daerah yang rusak tersebut. (CBD) yang rusak diterpa tornado.
Prinsip ini merancang pusat kota sebagai
mixed-use zone yaitu zona campuran yang mem-
bolehkan pembangunan untuk tempat tinggal dan
komersial dengan tujuan dapat mendorong per-
tumbuhan ekonomi dan sekaligus revitalisasi
permukiman. Dalam rekonstruksi master plan
meliputi satu bagian mengenai zoning and recovery
plan impflementation dengan mengusulkan tornado
overlay district sebagai CBD zoning district yang
baru dan sebagai CBD design overlay district dan
keduanya diusulkan disatukan sebagai down-town
redevelopment district. Tim proyek ini juga
merekomendasikan pemberlakuan Planned
Residential District-Reconstruction (PRD-R)
dengan melakukan amandemen PRD yang berlaku
sebelumnya dengan tujuan mengakomodasi mixed
atau clustered residential development. Komisi
perencanaan Arkadelphia menerima usuan PRD-R
hanya diterapkan pada tornado averlay district.
Dewan kota mengadopsi langkah-langkah tersebut
Menggunakan data-data perencanaan seperti peta dan setuju menggabungkan beberapa commercial
guna lahan, master plan tahun 1970 dan perbaikan zoning district menjadi satu CBD zoning district
master plan tahun 1980 yang dianggap kurang dan memperluas CBD tersebut hingga ke tepi
memadai, tim proyek mulai bekerja. Hal pertama Ouachita River dengan melakukan akuisisi terhadap
yang dilakukan adalah rekonstruksi master plan lahan pada R-3 Residential Zone yang sebagian
dengan yang menerapkm reconstruction design besar rumahnya sudah hancur terkena tornado.
principles untuk pembangunan kembali residential

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011


Peraturan Zonasi: Peran di Kawasan Rawan Bencana - Korlena, dkk. 26

5. Kesimpulan Daftar Pustaka

Kegiatan mitigasi bencana sangat diperlukan Akbar, Roos, 2009, Pengembangan Basis Data
untuk mengurangi risiko bencana bagi Kebencanaan untuk Penataan Ruang, Dalam
masyarakat yang berada pada kawasan rawan Mengelola Risiko Bencana di Negara Maritim
bencana, salah satunya dapat dilakukan melalui Indonesia, Institut Teknologi Bandung.
pelaksanaan penataan ruang. Pelaksanaan Babcock, Richard F, 1979, Zoning, Dalam Arnold,
David S, The Practice of Local Government
penataan ruang yang meliputi tiga tahapan :
Planning, The International City Management
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
Association. Washington, D.C.
pengendalian pemanfaatan ruang, memerlukan
Balai Peningkatan Keahlian Pengembangan
aturan yang mengendalikan pemanfaatan lahan. Wilayah dan Teknik Konstruksi (BPKSDM)
Sebagai langkah awal pelaksanaan penataan Dep, Pekerjaan Umum RI, 2009, Modul
ruang, penyusunan rencana tata ruang pada Pelatihan Zoning Regulation.
kawasan rawan bencana sangat diperlukan dalam Levy, John M, 1997, Contemporary Urban
menghadapi bencana baik sebelum, saat terjadi Planning, Fourth Edition, Prentice-Hall, New
dan sesudah tejadi bencana. Penyusunan dan Jersey.
pelak-sanaan rencana tata ruang ini ternyata Lang, Jon, 1994, Urban Design : The American
menghadapi banyak persoalan seperti terbatasnya Experience, Van Nostrand Reinhold, New York.
dan hilangnya data akibat bencana, serta kondisi Leung, Hok Lin, 1989, Land Use Planning Made
sosial budaya masyarakat di kawasan rawan Planning, Ronald P, Ftye & Company, Ontario
bencana. Oleh karena itu penyusunan rencana Canada.
tata ruang dengan basis mitigasi bencana sebagai Rosyidie, Arif, 2004, Aspek Kebencanaan pada
dasar pelaksanaan rehabilitasi dan konstrukai Kawasan Wisata, Jumal Perencanaan Wilayah
adalah sangat penting. Untuk mengefektifkan dan Kota, Vo1.15, No.2, Juli 2004.
pelaksanaan rencana tata ruang dan pengendalian Sujarto, Djoko, 2009, Penataan Ruang sebagai Alat
pemanfaatan ruang perlu dilengkapai dengan Mitigasi Bencana, Dalam Mengelola Risiko
peraturan zonasi sebagai instrumen pengendali Bencana di Negara Maritim Indonesia, Institut
pemanfaatan ruang. Teknologi Bandung.
Penyusunan dan pelaksanaan rencana tata Schwab, JIM, AICP, 1998, Post-Disaster Zoning
ruang dan peraturan zonasi pada kawasan rawan Opportunities, Dalam Zoning News, American
bencana dalam kondisi belum dan tidak sedang Planning Association, United State of America
Download dari http://portal.tee.gr.
mengalami bencana dapat dilakukan dengan
Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
prosedur normal. Namun penyusunan rencana
Penanggulangan Bencana.
tata ruang den peraturan zonasi pada kawasan
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang
pasca bencana memerlukan pendekaian khusus Penafaan Ruang.
dengan memodifikasi prosedur normal yang Zen, M.T, 2009, Prolog, Dalam Mengclola Risiko
sudah ada. Agar pelaksanaan penataan ruang Bencana di Negara Maritim Indonesia, Institut
dapat berhasil, peraturan zonasi sebagai Teknologi Bandung.
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang dapat Zulkaidi, Denny dan Natalivan, Petrus, 2005,
menjadi pedoman pelaksanaan berbagai kegiatan Zoning Regilation dan Building Code dalam
berkaitan dengan mitigasi bencana dan perlu Pembangunan Kembali Pasca Gempa dan
disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh
budaya dan karakteristik setiap kawasan rawan Darussalam, Jumal Perencanaan Wilayah dan
bencana. Kota, Vol. 16. No.1. April 2005.

Forum Teknik Vol. 34 No. 1, Januari 2011

Das könnte Ihnen auch gefallen