Sie sind auf Seite 1von 4

When the name of Muhammad is mentioned, it is reflected in the memories of the entire Ummah

of such an extraordinary figure, living simply, saying gentle and other commendable qualities.
Mohammed’s figure not only inspires Muslims but also all humanity in this world. Prophet
Muhammad SAW has laid the foundations of the value of humanity, equality and love beyond
anyone in his day and what he campaigned 1400 years ago can only be understood by humans in
modern times.

One of the prominent features of the Prophet is that he always puts the interests of the ummah
above personal interests and so many stories tells about it, one of them as narrated by the
following Muslim Bukhari:

From Jabir ra. said: “At the time of the war of the Khandak as we dug the trench, we encountered
a very hard land which we could not dig. Then the Companions came to the Prophet Muhammad
SAW and said: “There is a very hard ground and can not be made a ditch”.

He said: “I will dig it up”. Then he got up and tied stone in his stomach; because it was already
three days he did not eat any food at all. The Prophet SAW took the hoe and swung it then
crushed the hard ground so that it was like dust dissipated.

Then I said: “O Messenger of God, let me go home”. When arriving home I said to my wife: “I
saw the Prophet SAW. very hungry and seemingly unbearable. Do you have food? “My wife
replied:” There is a bit of wheat and a goat “. So I slaughtered the goat and the grain was
crushed, then I put the meat on the pot, then I came to the Prophet SAW. While the wheat dough
that I cooked in the pot was almost ripe, then I said: “O Messenger of Allah, I have little food,
then please you come home with a person or two only”.

He asked: “How much food is that?” I said what it was. Then he said: “Quite a lot, all right. And
say unto thy wife, thou shalt not lift the pots and the bread from the stove so that I may come.”
He said to the Companions: “O my friends, come with me”. So the Companions of Muhajirin
and Ansar came to the house. When I entered the house, I said to my wife: “Woe you, because
the Prophet SAW come together with the friends of Muhajirin and Ansar “.
My wife asked me: “Has he asked you about the food we prepared?” I replied: “Yes”. He said to
the Companions: “Come in and do not throng”. Then he cut the bread and took the meat and he
closed it again and let the pot remain boiled, then he presented it to the Companions. Then he
came back and always cut and served it so that they were full and still left in the pot, and then he
said to my wife: “Eat ye and share it because the people are now hungry”.

There are 3 important lessons we can take from the story above:

 First, in the daily life, the Prophet SAW was a simple figure, from how to he dressed up to
how he had meal. The Prophet SAW was not infrequently hungry within 3 days because
his focus was not on food and luxury but to a great vision of his that is to save all humanity
on earth and became a mercy for all nature.
 Second, the Prophet SAW always assumed responsibility in all things. He gladly did
something that was heavy for others. In this case, we learn about his leadership that being
a leader is not ruling and subordinating, but serving and inspiring.
 Third, from the story above, the Prophet SAW taught people about togetherness and
sharing. This, then, became a strong foundation for all muslims in the world which is later
known as Ukhwah Islamiah.
Ketika nama Muhammad disebutkan, tercermin dalam kenangan seluruh umat dari sosok yang
luar biasa, hidup sederhana, perkataan yang lembut dan sifat yang terpuji lainnya. Nabi
Muhammad SAW tidak hanya mengilhami umat Islam tapi juga seluruh umat manusia di dunia
ini. Nabi Muhammad SAW telah meletakkan fondasi nilai kemanusiaan, kesetaraan dan cinta di
luar siapa pun di zamannya dan dalam 1400 tahun yang lalu hanya dapat dipahami oleh manusia
di zaman modern.

Salah satu ciri menonjol dari Nabi SAW adalah bahwa dia selalu mengutamakan kepentingan
umat di atas kepentingan pribadi dan begitu banyak cerita tentang hal tersebut, salah satunya
seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim berikut ini:

Dari Jabir ra. mengatakan: “Pada saat perang Khandak saat kita menggali parit, kita menemui
tanah yang sangat keras yang tidak bisa kita gali.” Kemudian para sahabat mendatangi Nabi
Muhammad SAW dan berkata: “Ada tanah yang sangat keras dan tidak bisa dijadikan parit”.

Beliau berkata: “Saya akan menggalinya”. Lalu Beliau bangkit dan mengikat batu di perutnya;
karena sudah tiga hari Beliau sama sekali tidak makan makanan. Nabi SAW mengambil
cangkulnya dan mengayunkannya lalu meremukkan tanah yang keras sehingga rasanya seperti
debu yang beterbangan.

Lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah, izinkan saya pulang ke rumah”. Saat sampai di rumah,
saya berkata kepada istri saya: “Saya melihat Nabi SAW sangat lapar dan nampaknya tak
tertahankan.” Apakah kamu mempunyai makanan? “Istri saya menjawab:” Ada sedikit gandum
dan seeekor kambing”. Jadi saya menyembelih kambing itu dan menghancurkan gandumnya,
lalu saya memasukkan daging ke dalam panci, lalu saya mendatangi Nabi SAW. Sementara
adonan gandum yang saya memasak di pot hampir matang, saya berkata: “Wahai Rasulullah,
saya punya sedikit makanan, maka tolong Anda kerumah hanya dengan satu atau dua orang
saja”.

Beliau bertanya: “Berapa banyak makanan itu?” Saya mengatakan apa adanya. Kemudian dia
berkata: “Cukup banyak, baiklah, katakan kepada istrimu, jangan mengangkat panci dan roti dari
kompor supaya aku bisa datang.” Beliau berkata kepada para Sahabat: “Wahai para sahabatku,
ikutlah denganku.” Jadi Sahabat Muhajirin dan Ansar datang ke rumah. Ketika saya memasuki
rumah, saya berkata kepada istri saya: “Celakalah kamu, karena Nabi SAW datang dengan para
Sahabat Muhajirin dan Ansar “.

Istri saya bertanya kepada saya: “Sudahkah Beliau bertanya tentang makanan yang kita
siapkan?” Saya menjawab: “Ya”. Beliau bersabda kepada para Sahabat: “Masuklah dan jangan
berduyun-duyun”. Kemudian Beliau memotong roti dan mengambil dagingnya dan Beliau
menutupnya kembali dan membiarkan belanga itu tetap direbus, lalu Beliau menyajikannya
kepada para Sahabat. Kemudian Beliau kembali dan selalu memotong dan menyajikannya
sehingga mereka kenyang dan masih ada sisa di belanga, lalu Beliau berkata kepada istri saya:
“Makanlah dan bagikanlah karena orang-orang sedang ditimpa kelaparan”.

Ada 3 pelajaran penting yang dapat kita ambil dari cerita di atas:

 Pertama, dalam kehidupan sehari-hari, Nabi SAW adalah sosok sederhana, dari
bagaimana Beliau berpakaian sampai dengan makan. Nabi SAW tidak jarang lapar dalam
jangka waktu 3 hari karena fokusnya bukan pada makanan dan kemewahan namun untuk
tujuan besarnya yaitu menyelamatkan seluruh umat manusia di bumi dan menjadi rahmat
bagi seluruh alam.
 Kedua, Nabi SAW selalu bertanggung jawab dalam segala hal. Dia dengan senang hati
melakukan sesuatu yang berat bagi orang lain. Dalam hal ini, kita belajar tentang
kepemimpinan Beliau yaitu pemimpin bukan berarti hanya memerintah, tetapi melayani
dan memberi inspirasi.
 Ketiga, dari cerita di atas, Nabi SAW mengajarkan tentang kebersamaan dan berbagi. Ini,
kemudian, menjadi fondasi yang kuat bagi seluruh muslim di dunia yang kemudian
dikenal dengan Ukhwah Islamiah.

Das könnte Ihnen auch gefallen